• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Inovasi Teknologi Ramah Lingkungan 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prosiding Inovasi Teknologi Ramah Lingkungan 2013"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN (MP3MI) BERBASIS JERUK DI

KABUPATEN LEBONG PROVINSI BENGKULU

Sri Suryani M.Rambe1) dan Kusmea Dinata3) 1)

Penyuluh Pertanian Madya, BPTP Bengkulu 2)

Calon Peneliti, BPTP Bengkulu

Jl. Irian Km. 6,5 Kelurahan Semarang, Kecamatan Sungai Serut, Kota Bengkulu e-mail: ssmrambe@yahoo.co.id

ABSTRAK

Jeruk merupakan komoditas unggulan Kabupaten Lebong. Target pengembangan pada lima tahun kedepan seluas 6000 ha. Permasalahan yang ditemui dalam pengembangan kawasan agribisnis jeruk yaitu kurangnya pengetahuan dan keterampilan baik petani jeruk maupun petugas tentang teknologi pengelolaan komoditas jeruk. Untuk mempercepat penyampaian inovasi teknologi ke pengguna, perlu dilakukan berbagai cara antara lain melalui kegiatan diseminasimodel pengembangan pertanian pedesaan (M-P3MI). Tujuan kegiatan M-P3MI berbasis jeruk adalah untuk mengintroduksikan inovasi teknologi PTJKS dan pasca panen jeruk kepada pengguna di kawasan pengembangan jeruk, menumbuhkan minat pengguna terhadap teknologi tersebut dan memperoleh umpan balik dari stake holder dan pengguna untuk memperoleh model pengembangan M-P3MI berbasis jeruk spesifik lokasi. KegiatanM-P3MI berbasis jeruk dilaksanakan di Kelurahan Rimbo Pengadang kecamatan Rimbo Pengadang Kabupaten Lebong. Ruang lingkup kegiatan meliputi 1) implementasi demfarm PTKJSdan pasca panen; 2) penyebaran infotek melalui pertemuan, demonstrasi, kunjungan, menggunakan media cetak (buku/ panduan/leaflet/komik) dan media elektronik (pemutaran film/ VCD) dan 3) penyusunan model diseminasi M-P3MI berbasis jeruk. Melalui kegiatan M-P3MI, dengan penerapan teknologi PTKJS terjadi penurunan tingkat serangan hama (tugau, kutu dan penggorok daun) dari 40-60% menjadi 10-15%, gugur buah menurun dari 30% menjadi 10%, sehingga terjadi peningkatan produksi dari 3900 kg/ha/tahun menjadi 4875 kg/ha/tahun. Peningkatan pengetahuan petani tentang PTKJS sebelum dan sesudah kegiatan M-P3MI dilaksanakan sebanyak 30,2 %, peningkatan minat sebesar 90%. Rancangan model diseminasiPTKJS meliputipenyampaian informasi melalui berbagai saluran, metode dan media. Pertemuan/tatap muka yang dilengkapi dengan media audiovisual (pemutaran video), demonstrasi (demfarm dan demonstrasi cara), temu lapang dengan penggunaan media cetak leaflet dan buku.

Kata kunci: jeruk gerga, model pengembangan pertanian perdesaan, spectrum diseminasi multi channel, pengelolaan terpadu kebun jeruk sehat, rimbo pengadang

PENDAHULUAN

Jeruk merupakan komoditas unggulan Kabupaten Lebong dengan keunggulan kompetitif, yaitu buahnya berwarna kuning-orange, berbuah sepanjang tahun, ukuran buah besar 200-350 gram, kadar sari buah tinggi. Dirjen hortikultura pada tahun 2011 telah menetapkan jeruk RGL sebagai prioritas nasional untuk dikembangkan, khususnya di Kecamatan Rimbo Pengadang, Kabupaten Lebong.

Dalam pengembangan kawasan agribisnis jeruk, terdapat beberapa permasalahan yang ditemui yaitu pengetahuan dan keterampilan petugas dan petani jeruk tentang teknologi pengelolaan komoditas jeruk belum memadai, serangan hama penyakit tinggi sehingga buah banyak yang gugur, produktivitas dan kualitas buah belum optimal. Untuk mempercepat penyampaian inovasi teknologi kepada pengguna, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melaksanakan kegiatan Model pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (MP3MI).

Inovasi teknologi jeruk yang dibutuhkan di kawasan pengembangan jeruk Kabupaten Lebong adalah Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat (PTKJS) dan pasca panen. PTKJS terdiri dari lima komponen teknologi, yaitu : (1) menggunakan bibit jeruk berlabel bebas penyakit, (2) mengendalikan serangga penular CPVD D. citri secara cermat, (3) melakukan sanitasi kebun secara konsisten, (4) memelihara tanaman secara optimal, (5) konsolidasi pengelolaan kebun (Dwiastuti, et al.,2011). Untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas buah jeruk, teknologi PTKJS tersebut perlu didiseminasikan kepada petani-petani di sentra-sentra produksi jeruk.

(2)

Dalam mendukung pelaksanaan M-P3MI perlu dibangun melalui spectrum dissemination multi channel (SDMC) untuk memperkuat sistem diseminasi inovasi pertanian dan sekaligus mendukung eksistensi kelembagaan penyuluhan (Badan Litbang Pertanian, 2011b). SDMC merupakan upaya Badan Litbang Pertanian dalam mempercepat dan memperderas diseminasi informasi dan inovasi pertanian melalui berbagai media dan saluran komunikasi. SDMC bertujuan untuk meningkatkan adopsi inovasi pertanian oleh pengguna.

Tujuan Tahun 2013 adalah mengintroduksikan inovasi teknologi PTJKS dan pasca panen jeruk kepada pengguna di kawasan pengembangan jeruk, menumbuhkan minat pengguna terhadap teknologi PTJKS dan pasca panen jeruk dan memperoleh umpan balik dari stake holder dan pengguna untuk memperoleh model pengembangan MP3MI berbasis jeruk yang spesifik lokasi.

Target dari membangun perdesaan melalui inovasi pertanian adalah untuk mendukung visi pembangunan pertanian menuju terwujudnya pertanian unggulan berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal untuk meningkatkan kemandirian, nilai tambah, daya saing eksport dan kesejahteraan petani (Hendayana, 2011).Penyaluran informasi teknologi harus sesuai dengan perencanaan, yaitu apa yang disalurkan dapat dengan mudah diterima pengguna. Untuk itu agar diseminasi itu lebih efektif, mutlakmenggunakan berbagai saluran komunikasi dan media yang merupakan komponen penting pada SDMC seperti percontohan, temu lapang, media cetak, media elektronik dan lain-lain (Badan Litbang Pertanian, 2011b).

Penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) merupakan penyakit penting yang sangat merugikan dalam budidaya tanaman jeruk. Inovasi teknologi untuk pengendalian penyakit CVPD yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian adalah Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk sehat (PTKJS) yang meliputi lima komponen teknologi, yaitu : Berdasarkan hasil kajian Endarto et al. (2006) PTKJS efektif untuk menurunkan serangan D. Citri hingga 4% dan menghambat laju perkembangan penyakit CVPD dan penyakit lainnya.

PROSEDUR KERJA

KegiatanM-P3MI berbasis jeruk di laksanakan di Kelurahan Rimbo Pengadang kecamatan Rimbo Pengadang Kabupaten Lebong. Kegiatan ini merupakan kegiatan multi years (3 tahun) mulai tahun 2013 hingga 2015. Ruang lingkup kegiatan tahun 2013 meliputi: 1) implementasi demfarm PTKJSdan pasca panen; 2) penyebaran infotek melalui pertemuan, demonstrasi, kunjungan, menggunakan media cetak (buku/ panduan/leaflet/komik) dan media elektronik (pemutaran film/ VCD) dan 3) penyusunan model diseminasi MP3MI berbasis jeruk.

Implementasi Demfarm PTKJSdengan luas 3 ha (pertanaman < 1 th, 2 s/d 3 th dan 3 s/d 4 th) dan jumlah petani kooperator 7 orang (3 kelompoktani). Komponen teknologi jeruk (PTKJS) yang diterapkan adalah: 1) menggunakan bibit jeruk berlabel bebas penyakit; 2) mengendalikan serangga penular CPVD D. citri; 3) melakukan sanitasi kebun 4) memelihara tanaman secara optimal dan 5) konsolidasi pengelolaan kebun.

Untuk pertanaman jeruk yang belum produktif, dilakukan pemangkasan bentuk, pemupukan, penggunaan perangkap likat kuning, penyemprotan cairan bubur kalifornia, penyemprotan pestisida, sedangkan untuk pertanaman produktif dilakukan pemangkasan pemeliharaan, pemupukan, penggunaan perangkap likat kuning, metil eugenol, pelaburan bubur kalifornia, penyaputan batang, penyemprotan pestisida.

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragaan Budidaya Tanaman Jeruk Gerga Melalui Penerapan Inovasi

Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat (PTKJS)

Demfarm PTKJS yang dilaksanakan seluas 3 ha terdiri dari pertanaman yang belum menghasilkan (umur < 1 tahun) dan pertanaman produktif (pertanaman umur 2-3 tahun dan umur 3-4 tahun). Teknologi yang diterapkan pada demfarm tersebut adalah teknologi PTKJS yang terdiri dari 5 komponen teknologi yaitu:(1) menggunakan bibit jeruk berlabel bebas penyakit, (2) mengendalikan serangga penular CPVD D. citri secara cermat, (3) melakukan sanitasi kebun secara cermat, (4) memelihara tanaman secara optimal, (5) konsolidasi pengelolaan kebun.

Implementasi pengendalian hama penyakit dan pemupukan dilakukan dengan menggunakan pestisida kimia yang dilengkapi dengan perangkap metal eugenol dan perangkap likat kuning, pelaburan bubur kalifornia dan pemberian pupuk kandang yang dikomposkan terlebih dahulu serta pemberian pupuk kimia dalam lubang yang dibuat dibawah tajuk tanaman terluar. Selain itu juga dilakukan sanitasi kebun dan pemangkasan. Dengan penerapan PTKJS, terjadi penurunan tingkat serangan hama penyakit pada pertanaman jeruk sehingga diperoleh peningkatan produktivitas pertanaman jeruk umur 3-4 tahun yaitu dari 3900 kg/ha/tahun menjadi 4870 kg/ha/tahun (belum selesai panen, sehingga produktivitas diperkirakan berdasarkan jumlah dan berat buah). Untuk pertanaman yang belum produktif, dilakukan pemangkasan bentuk, pemupukan didalam lubang dibawah tajuk tanaman terluar, penggunaan perangkap likat kuning, penyemprotan cairan bubur kalifornia. Penerapan PTKJS menurunkan tingkat serangan hama kutu daun dan tungau hingga < 10 %.

Meningkatnya produksi sekaligus pendapatan petani selama pelaksanaan m-P3MI ini karena petani sudah mulai sadar dan menerapkan teknologi PTKJS. Beberapa faktor penyebabnya adalah penguburan buah gugur akibat serangan hama penggerek buah dan lalat buah. Meningkatnya produktivitas jeruk disebabkan karena petani sudah mulai menerapkan beberapa komponen teknologi yang diintroduksikan melalui kegiatan M-P3MI.

Tabel 1. Perubahan beberapa aspek teknis sebelum dan setelah dilaksanakannya M-P3MI.

No Uraian Sebelum m-P3MI

Setelah MP3MI

Tahun 2012 Desember Tahun 2013

1 Luas Tanam Jeruk 165 ha 235 ha

2 Tingkat serangan hama pada daun (tungau, kutu, peliang daun)

40 – 60% 10-15 %

3 Terjadi gugur buah akibat serangan penggerek dan lalat buah

30 % 10 %

4 Produksi jeruk/ha/tahun 3900 kg 4875 kg

Diseminasi Inovasi PTKJS

Penyampaian inovasi teknologi yang dilaksanakan sebelum pelaksanaan MP3MI di kabupaten Lebong, dilakukan seperti biasanya yaitu melalui metode latihan dan kunjungan (LAKU). Berdasarkan kenyataann dilapangan, metode ini kurang efektif karena ternaya sebagian besar petani maupun petugas belum mengetahui tentang tekknologi budidaya jeruk Gerga maupunn teknologi PTKJS. Oleh karena itu diperlukan model diseminasi yang mampu mempercepat penyampaian inovasi teknologi kepada pengguna (petani maupun petugas).

Dalam percepatan penyebaran inovasi PTKJS ke pengguna melalui Sistem Diseminasi Multi Channel (SDMC) maka telah dilakukan beberapa metode penyuluhan seperti pertemuan kelompok, kunjungan/bimbingan lapangan, Temu Lapang, sosialisasi dan demonstrasi.

(4)

Tabel 2. Perubahan tingkat pengetahuan, minat petani, penerapan teknologi terhadap komponen teknologi sebelum dan setelah dilaksanakannyaM-P3MI.

No Uraian Sebelum M-P3MI

Setelah MP3MI Tahun 2012 Desember Tahun 2013

1 Pengetahuan 15,5% 55,7%

2 Minat 10% 90%

3 Penerapan komponen teknologi PTKJS 5% 31,7%

Sasaran diseminasi yang pada awalnya diprioritaskan pada 3 kelompoktani jeruk menjadi bertambah hingga 10 kelompok karena permintaan kelompoktani yang lain yang juga merasa sangat membutuhkan pengetahuan dan keterampilan tentang inovasi teknologi jeruk. Untuk menerima permintaan bimbingan inovasi teknologi jeruk dari kelompoktani lain, maka mereka dilibatkan walaupun hanya terbatas pada pengurus kelompoknya saja. Pada tahun yang akan datang, pembinaan akan diperluas kepada kelompok tani lainnya.

Model diseminasi dalam pengembangan MP3MI berbasis jerukModel inovasi

teknologi

Teknologi PTKJS merupakan teknologi yang diciptakan oleh Badan Litbang Pertanian melalui Balai Penelitian Jeruk dan Tanaman Subtropika (Balitjestro). Inovasi teknologi PTKJS terdiri dari 5 komponen teknologi yaitu: (1) menggunakan bibit jeruk berlabel bebas penyakit, (2) mengendalikan serangga penular CPVD D. citri secara cermat, (3) melakukan sanitasi kebun secara konsisten, (4) memelihara tanaman secara optimal, (5) konsolidasi pengelolaan kebun. Teknologi dari Balitjestro ini akan diterapkan sesuai dengan kondisi yang ada (spesifik lokasi) di Kecamatan Rimbo Pengadang. Penyesuaian dilakukan pada komponen teknologi pemupukan, pemangkasan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman. Pemberian pupuk disarankan pada 5-7 lubang di bawah sekeliling tajuk tanaman, lalu ditutup kembali dengan tanah. Hal ini disarankan karena jenis tanah diKecamatan Rimbo Pengadang cenderung menjerap kuat unsur Phosfor sehingga kurang tersedia bagi tanaman. Dengan menempatkan pupuk lebih sedikit bersentuhan dengan tanah maka unsur P yang terjerap akan berkurang sehingga ketersediaannya untuk diserap oleh tanaman akan meningkat.

Pemangkasan bentuk dapat dilakukan pada tanaman yang berumur kurang dari satu tahun. Untuk mencegah penyakit busuk batang (Diplodia) pada tanaman yang sudah besar, disarankan melakukan pemangkasan pemeliharaan dan juga membuang cabang yang terlalu rapat, karena kelembaban wilayah di kecamatan Rimbo Pengadang cukup tinggi sehingga mudah terkena serangan jamur.

Penerapan inovasi teknologi PTKJS memberikan solusi pengelolaan OPT secara terpadu dengan melakukan penerapan berbagai teknik pengendalian. Teknik pengendalian yang cukup efektif untuk pengendalian hama lalat buah dan pengerek buah yaitu dengan cara mengubur buah-buah yang gugur. Teknik pengendalian ini lebih menitikberatkan pada usaha mengurangi populasi hama dilapangan dengan cara memutus siklus hidup hama pada fase larva dan pupunya, sehingga tidak mampu berkembang menjadi setangga dewasa. Dengan teknik pengendalian yang telah dilakukan tersebut terjadi penurunan tingkat seranga hinggadibawah 10 %.

(5)

Model DiseminasiPTKJS

Diseminasi teknologi PTKJS dilaksanakan melalui berbagai saluran, metode dan media. Model sementara yang disusun berdasarkan hasil diskusi dengan pengurus dan sebagian anggota kelompoktani, petugas kabupaten, kecamatan maupun petugas lapang. Dari hasil diskusi dan pengamatan di lapangan selama ini maka model diseminasi yang diinginkan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan minat petani terhadap inovasi teknologi adalah pertemuan/tatap muka yang dilengkapi dengan media audiovisual (pemutaran video), demonstrasi (demfarm dan demonstrasi cara), Temu Lapang dengan penggunaan media cetak leaflet dan buku. Untuk meningkat keterampilan petani dibutuhkan pelatihan baikuntuk petani maupun untuk petugas. Untuk memperluas spektrum diseminasi maka dibutuhkan keterlibatan aktif dari instansi terkait lainnya (Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab. Lebong, Balai Benih Induk Hortikultura, BP4K, BP3K, Penyuluh Lapangan, camat/Lurah, Balai penelitian Jeruk dan Tanaman Subtropika), tokoh masyarakat dan KTNA.

Model Inovasi Kelembagaan Pengembangan Kawasan JerukKelembagaan

kelompok tani sebelum kegiatan M-P3MI

Pada awalnya, kelembagaan yang terkait dengan pengembangan kawasan jeruk di Kecamatan Rimbo Pengadang sangat sederhana. Kelompoktani belum aktif, kepengurusan Gapoktan sudah lama berakhir dan vakum, aktivitas berusahatani dilakukan masing-masing individu tanpa melibatkan kelompoktani.

Gambar 1. Kelembagaan yang mendukung pengembangan komoditas jeruk tahun 2012.

Draft Model kelembagaan untuk pengembangan komoditas jeruk pasca

kegiatan M-P3MI

Kedepannya, kelembagaan petani (poktan dan gapoktan) dan kelembagaan pemerintah daerah akan lebih besar peranannya dalam mendukung pengembangan komoditas jeruk. Peran BPTP sudah mulai dikurangi.

(6)

Kelembagaan produksi merupakan salah satu kegiatan utama dari usahatani dan melibatkan semua petani yang melaksanakannya. Kelembagaan yang terkait dengan proses produksi yang saat ini telah berperan adalah kelembagaan kelompok tani. Pada awalnya kelompoktani hanya sebagai wadah untuk dapat memperoleh pembagian benih tanaman jeruk, pupuk dan pestisida. Setelah itu tidak ada pertemuan lagi. Setelah adanya MP3MI, frekuensi pertemuan kelompok tani mulai meningkat dari 1 kali sebelum pelaksanaan m-P3MI menjadi 3 kali per tahun. Jumlah yang hadir juga mengalami peningkatan 50%.

Tabel 3. Peningkatan kinerja aspek kelembagaan di Kelurahan Rimbo Pengadang sebelum dan setelah dilaksanakannya M-P3MI. tidak ada yang bermotovasi untuk memperbahuruinya. Setelah MP3MI terbentuk Gapoktan baru yang khusus menangani jeruk yaitu Gapoktan Rimbo Besamo.

Untuk tahun pertama kegiatan, rencana inovasi kelembagaan difokuskan pada inisiasi pembentukan kelembagaan pertanian yang belum ada. Dalam hal ini kerjasama dengan aparat desa dan penyuluh sangat penting. Di tahun awal kegiatan, beberapa kelembagaan yang dibentuk adalah gapoktan dan Lembaga Keuangan Mikro. Saat ini Gapoktan dan LKM nya baru mulai berjalan, dengan aktifitas melakukan pertemuan-pertemuan beberapa kali (belum berfungsi optimal) dan masih membutuhkan dorongan serta fasilitas dari BPTP Bengkulu (Tabel 3). Pemilihan pengurus masih terus dilakukan karena pengurus yang pasif akan segera diganti agar kegiatan bisa berjalan sebagaimana mestinya. Pada tahun berikutnya baru akan dilakukan pemantapan fungsi dan peran kelembagaan.

Sarana produksi di Kelurahan Rimbo Pengadang tidak menghadapi kesulitan untuk mendapatkannya karena ada kios tani di desa tetangga yang selalu menyediakan kebutuhan petani. Benih tanaman jeruk Gerga bersumber dari pembagian dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dan membeli sendiri dari penangkar benih. Kualitas benih belum seperti yang diharapkan.

Salah satu masalah yang umum dihadapi petani dalam melaksanakan usahataninya adalah keterbatasan modal usaha. Belum ada kelembagaan yang menyiapkan modal bagi petani. Setelah ada MP3MI maka baru terbentuk Lembaga Keuangan Mikro di Kelurahan Rimbo Pengadang. Untuk pemasaran hasil pertanian di Kelurahan Rimbo Pengadang belum menjadi kendala karena jumlah produksi jeruk masih terbatas dan juga banyak pedagang-pedagang hasil pertanian yang masuk desa.

KESIMPULAN

1. Pada demfarm yang menerapkan inovasi teknologi Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk sehat (PKTJS) di Kelurahan Rimbo Pengadang Kabupaten Lebong terjadi perkiraan peningkatan produksi jeruk Gerga umur 3-4 tahun dari 3900 kg/ha/tahun 4875 kg (data 31 Oktober 2013).

2. Kegiatan MP3MI yang dilaksanakan di Kelurahan Rimbo Pengadang membawa perubahan prilaku petani yang positif. Perubahan pada tingkat pengetahuan petani/petugas terhadap teknologi pengelolaan terpadu kebun jeruk sehat (PTKJS) dari 15,5% menjadi 45,7%, peningkatan minat petani terhadap PTKJS dari 10% menjadi 90% dan tingkat penerapan teknologi/komponen teknologi PTKJS dari 5% menjadi 31,7% (data 31 Oktober 2013).

3. Model pengembangan MP3MI yang akan dikembangkan di Kabupaten Lebong berupa model inovasi teknologi, model diseminasi teknologi dan model kelembagaan :

- Model inovasi teknologi : teknologi pengelolaan terpadu kebun jeruk sehat (PTKJS) dengan penyesuaian pada teknologi pemupukan, pemangkasan dan pengendalian OPT.

(7)

- Model kelembagaan masih perlu dikaji lebih mendalam pada tahun yang akan datang. Untuk sementara, model kelembagaannya melibatkan kelembagaan petani (gapoktan, poktan, KTNA), tokoh masyarakat, kelembagaan pemerintah (Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, BPTH, BPSB, BBIH, BP4K/BP3K, PPL, kecamatan/kelurahan, BPTP/Balitjestro) yang didukung oleh mitra usaha (swasta, koperasi, BUMN, BUMD).

DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang Pertanian. 2011a. “Panduan Umum Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI)”, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.

Badan Litbang Pertanian. 2011b. “Pedoman Umum Spectrum Diseminasi Multi Channel (SDMC)”. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian.

BPS. 2011. Provinsi Bengkulu dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu.

Dwiastuti, M., E., A. Triwiratno, O. Endarto, S. Wuryantini, dan Yunimar. 2011. “Panduan Teknis Pengenalan dan Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Jeruk”, Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, Pusat Penelitian Hortikultura, Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian.

Hendayana R. 2011. “Mempercepat Pembangunan Perdesaan dengan Inovasi Pertanian”.

http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2011/02/13/ mempercepat-pembangunan-perdesaan-dengan-inovasi-pertanian/[22 Juni 2011]

Rambe, S.S.M., A. Supriyanto, K. Dinata, I. Calista, B. Honorita. 2012. Laporan Akhir. Pengkajian Teknologi Pembungaan Jeruk Gerga Lebong. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian.

Ridwan, H.K., A. Ruswandi, Winarno, A.Muharam dan Hadiyanto. 2008. “Sifat inovasi dan aplikasi teknologi pengelolaan terpadu kebun jeruk sehat dalam pengembangan agribisnis jeruk di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat”. Jurnal Hortikultura 18: 477-490.

Selama Penyimpanan. Media Gizi dan Keluarga, Desember 2002, 26 (2) : 124-137

Slamet, U.U. 2005. Nilai Tambah dan Balas Jasa Faktor Produksi Pengolahan Hasil-hasil Pertanian. Buletin Penelitian Nomor 8:1-8.

Suwantoro, B., 2010. Mengenal jeruk rimau gerga lebong lebih dekat. Balai benih hortikultura Rimbo Pengadang. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Lebong .

Gambar

Tabel 1. Perubahan beberapa aspek teknis  sebelum dan setelah dilaksanakannya M-P3MI.
Tabel 2. Perubahan tingkat pengetahuan, minat petani, penerapan teknologi terhadap komponen teknologi sebelum dan setelah dilaksanakannyaM-P3MI
Gambar 1. Kelembagaan yang mendukung pengembangan komoditas jeruk tahun 2012.

Referensi

Dokumen terkait

1 Surat Pernyataan bahwa Perusahaan yang bersangkutan dan manajemennya atau peserta perorangan, tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut dan tidak sedang dihentikan

Berdasarkan Berita Acara Penetapan Hasil Evaluasi Dokumen Kualifikasi 07/POKJA.D2.A1/ST/IV/2017 tanggal 12 April 2017, maka dengan ini diumumkan Daftar Pendek

seorang mahasiswa perlu memiliki rasa kepedulian terhadap lingkungannya, baik lingkungan di dalam kampus maupun di luar kampus..

Demikian undangan dari kami dan atas perhatiannya diucapkan terima kasih.. Pokja 2 ULP Kabupaten Kendal

Berdasarkan Berita Acara Penetapan Hasil Evaluasi Dokumen Kualifikasi 07/POKJA.D2.A1/SL/IV/2017 tanggal 12 April 2017, maka dengan ini diumumkan Daftar Pendek

lain dalam bentuk kemampuan mengatur waktu dengan baik, kepatuhan pada seluruh peraturan dan ketentuan yang berlaku di kampus, mengerjakan segala sesuatunya tepat waktu, dan

[r]

• Penerapan nilai tanggung jawab antara lain dapat diwujudkan dalam bentuk belajar sungguh-sungguh, lulus tepat waktu dengan nilai baik, mengerjakan tugas akademik dengan