• Tidak ada hasil yang ditemukan

pjok no 12 pjok 05 2014 puklkm

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "pjok no 12 pjok 05 2014 puklkm"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

NOMOR 12 / POJK.05/2014

TENTANG

PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (2),

Pasal 10, Pasal 22 ayat (2), Pasal 23 ayat (3), Pasal 27, dan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Lembaga Keuangan Mikro;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas

Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253);

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga

Keuangan Mikro (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5394);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 89 Tahun 2014 tentang

Suku Bunga Pinjaman atau Imbal Hasil Pembiayaan dan Luas Cakupan Wilayah Usaha Lembaga Keuangan Mikro) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 321, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5616);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA

KEUANGAN MIKRO.

(2)

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang

dimaksud dengan:

1. Lembaga Keuangan Mikro yang selanjutnya disingkat

LKM adalah lembaga keuangan yang khusus didirikan

untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan

pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman atau

pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota

dan masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun

pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha yang

tidak semata-mata mencari keuntungan.

2. Pinjaman adalah penyediaan dana oleh LKM kepada

masyarakat yang harus dikembalikan sesuai dengan

yang diperjanjikan.

3. Pembiayaan adalah penyediaan dana oleh LKM kepada

masyarakat yang harus dikembalikan sesuai dengan

yang diperjanjikan dengan prinsip syariah.

4. Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh

masyarakat kepada LKM dalam bentuk tabungan

dan/atau deposito berdasarkan perjanjian penyimpanan

dana.

5. Penyimpan adalah pihak yang menempatkan dananya

pada LKM berdasarkan perjanjian.

6. Prinsip Syariah adalah ketentuan hukum Islam

berdasarkan fatwa atau pernyataan kesesuaian syariah

dari Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia

(DSN MUI).

7. Direksi:

a. bagi LKM berbentuk badan hukum Perseroan

Terbatas adalah direksi sebagaimana dimaksud

dalam peraturan perundang-undangan mengenai

perseroan terbatas;

(3)

b. bagi LKM berbentuk badan hukum Koperasi adalah

pengurus sebagaimana dimaksud dalam peraturan

perundang-undangan mengenai perkoperasian.

8. Dewan Komisaris:

a. bagi LKM berbentuk badan hukum Perseroan

Terbatas adalah dewan komisaris sebagaimana

dimaksud dalam peraturan perundang-undangan

mengenai perseroan terbatas;

b. bagi LKM berbentuk badan hukum Koperasi adalah

pengawas sebagaimana dimaksud dalam peraturan

perundang-undangan mengenai perkoperasian.

9. Dewan Pengawas Syariah yang selanjutnya disingkat

DPS adalah bagian dari organ LKM yang melakukan

kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah.

10.Otoritas Jasa Keuangan yang selanjutnya disingkat OJK

adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur

tangan pihak lain yang mempunyai fungsi, tugas dan

wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan

penyidikan sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang mengenai OJK.

BAB II

BENTUK BADAN HUKUM, KEPEMILIKAN, PERIZINAN

USAHA, DAN PERMODALAN

Bagian Kesatu

Bentuk Badan Hukum dan Kepemilikan

Pasal 2

(1) Bentuk badan hukum LKM adalah:

a. koperasi; atau

b. perseroan terbatas.

(2) Perseroan terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b, sahamnya paling sedikit 60% (enam puluh

persen) wajib dimiliki oleh Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota atau badan usaha milik

desa/kelurahan.

(4)

(3) Sisa kepemilikan saham perseroan terbatas

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dimiliki oleh:

a. warga negara Indonesia; dan/atau

b. koperasi.

(4) Kepemilikan setiap warga negara Indonesia atas saham

perseroan terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

huruf a dilarang melebihi 20% (dua puluh persen).

Pasal 3

Dengan tetap memperhatikan ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 Peraturan OJK ini, LKM hanya

dapat dimiliki oleh:

a. warga negara Indonesia;

b. badan usaha milik desa/kelurahan;

c. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan/atau

d. koperasi.

Pasal 4

LKM dilarang dimiliki baik secara langsung maupun tidak

langsung oleh warga negara asing dan/atau badan usaha

yang sebagian atau seluruhnya dimiliki oleh warga negara

asing atau badan usaha asing.

Bagian Kedua

Perizinan Usaha

Pasal 5

(1) LKM dapat melakukan kegiatan usaha secara

konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah.

(2) Sebelum menjalankan kegiatan usaha, LKM harus

memiliki izin usaha dari OJK.

(3) Untuk mendapatkan izin usaha sebagaimana dimaksud

pada ayat (2), Direksi LKM mengajukan permohonan izin

usaha kepada OJK sesuai dengan format dalam

Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari Peraturan OJK ini dan harus dilampiri

dengan:

a. akta pendirian badan hukum termasuk anggaran

dasar berikut perubahannya (jika ada) yang telah

disahkan/disetujui oleh instansi yang berwenang

(5)

atau diberitahukan kepada instansi yang berwenang,

yang paling sedikit memuat:

1) nama dan tempat kedudukan;

2) kegiatan usaha sebagai LKM secara konvensional

atau berdasarkan Prinsip Syariah;

3) permodalan;

4) kepemilikan; dan

5) wewenang, tanggung jawab, masa jabatan

Direksi, Dewan Komisaris, dan DPS;

b. data Direksi, Dewan Komisaris, dan DPS meliputi:

1) 1 (satu) lembar pas foto terbaru ukuran 4 x 6 cm;

2) fotokopi tanda pengenal berupa Kartu Tanda

Penduduk (KTP) yang masih berlaku;

3) daftar riwayat hidup;

4) surat pernyataan bermeterai dari Direksi, Dewan

Komisaris, dan DPS bagi LKM yang melakukan

kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah:

a) tidak tercatat dalam daftar kredit macet di

sektor jasa keuangan;

b) tidak pernah dihukum karena melakukan

tindak pidana di bidang usaha jasa keuangan

dan/atau perekonomian berdasarkan

keputusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap;

c) tidak pernah dihukum karena melakukan

tindak pidana kejahatan berdasarkan

keputusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap dalam 5 (lima) tahun

terakhir;

d) tidak pernah dinyatakan pailit atau

menyebabkan suatu badan usaha dinyatakan

pailit berdasarkan keputusan pengadilan yang

telah mempunyai kekuatan hukum tetap

dalam 5 (lima) tahun terakhir;

e) tidak merangkap jabatan sebagai Direksi pada

LKM lain bagi Direksi;

(6)

f) tidak merangkap jabatan sebagai Dewan

Komisaris lebih dari 2 (dua) LKM lain bagi

Direksi; dan

g) tidak merangkap jabatan sebagai Dewan

Komisaris lebih dari 3 (tiga) LKM lain bagi

Dewan Komisaris;

5) surat keterangan atau bukti tertulis memiliki

pengalaman operasional di bidang lembaga

keuangan mikro atau lembaga jasa keuangan

lainnya paling singkat 1 (satu) tahun bagi salah

satu Direksi; dan

6) surat keterangan atau bukti tertulis memiliki

pengalaman operasional di bidang lembaga

keuangan mikro yang melakukan kegiatan usaha

berdasarkan Prinsip Syariah atau lembaga jasa

keuangan syariah lainnya paling singkat 1 (satu)

tahun bagi salah satu Direksi, bagi LKM yang

melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip

Syariah;

c. data pemegang saham atau anggota:

1) dalam hal pemegang saham atau anggota adalah

perorangan, dokumen yang dilampirkan adalah

dokumen sebagaimana dimaksud dalam huruf b

angka 1), angka 2), dan angka 3) serta surat

pernyataan bermeterai bahwa setoran modal:

a) tidak berasal dari pinjaman; dan

b) tidak berasal dari dan untuk tindak pidana

pencucian uang;

2) dalam hal pemegang saham atau anggota adalah

badan usaha milik desa/kelurahan dan/atau

koperasi, dokumen yang dilampirkan adalah:

a) akta pendirian termasuk anggaran dasar

berikut perubahannya (jika ada) yang telah

disahkan/disetujui oleh instansi yang

berwenang atau diberitahukan kepada instansi

(7)

yang berwenang, atau bukti pendirian badan

usaha milik desa/kelurahan;

b) laporan keuangan yang telah diaudit oleh

akuntan publik atau laporan keuangan

terakhir atau pembukuan keuangan terakhir;

c) dokumen sebagaimana dimaksud dalam huruf

b angka 1), angka 2), dan angka 3) bagi

Direksi atau pengurus badan usaha milik

desa/kelurahan dan/atau koperasi; dan

d) surat pernyataan bermeterai bahwa setoran

modal:

i. tidak berasal dari pinjaman; dan

ii.tidak berasal dari dan untuk tindak pidana

pencucian uang;

3) Dalam hal pemegang saham adalah Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota, dokumen yang

dilampirkan adalah berupa keputusan atau

Peraturan Daerah Kabupaten/Kota terkait

penyertaan modal pada LKM;

d. surat rekomendasi pengangkatan DPS dari DSN MUI

bagi LKM yang melakukan kegiatan usaha

berdasarkan Prinsip Syariah;

e. struktur organisasi dan kepengurusan yang paling

kurang memiliki fungsi pemutus kredit, penagihan,

dan administrasi;

f. sistem dan prosedur kerja LKM, paling kurang

meliputi:

1) pemberian Pinjaman atau Pembiayaan;

2) penerimaan Simpanan;

3) penagihan kepada pihak peminjam atau pihak

yang menerima Pembiayaan;

4) prosedur penyelesaian piutang macet; dan

5) prosedur penutupan Simpanan;

g. rencana kerja untuk 2 (dua) tahun pertama yang

paling kurang memuat:

(8)

1) data mengenai jumlah lembaga keuangan mikro

lainnya pada wilayah kerja LKM yang

bersangkutan;

2) rencana kegiatan usaha LKM yang memuat

proyeksi Simpanan dan penyaluran Pinjaman

atau Pembiayaan serta langkah-langkah kegiatan

yang akan dilakukan dalam mewujudkan rencana

dimaksud;

3) uraian mengenai potensi ekonomi pada wilayah

kerja LKM yang bersangkutan;

4) proyeksi laporan posisi keuangan dan laporan

kinerja keuangan 4 (empat) bulanan yang dimulai

sejak LKM melakukan kegiatan operasional; dan

5) proyeksi laporan posisi keuangan dan laporan

kinerja keuangan sebagaimana dimaksud pada

angka 4) mengacu pada ketentuan mengenai

laporan keuangan LKM;

h. fotokopi bukti pelunasan modal disetor atau

simpanan pokok, simpanan wajib dan hibah dalam

bentuk deposito berjangka yang masih berlaku atas

nama LKM yang bersangkutan pada salah satu bank

di Indonesia atau salah satu bank syariah atau unit

usaha syariah di Indonesia bagi LKM yang

melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip

Syariah; dan

i. bukti kesiapan operasional antara lain berupa:

1) daftar aset tetap (jika ada) dan inventaris;

2) bukti kepemilikan atau penguasaan kantor; dan

3) contoh formulir yang akan digunakan untuk

pada saat Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang

Lembaga Keuangan Mikro diundangkan.

(9)

Pasal 6

(1) OJK memberikan persetujuan atau penolakan atas

permohonan izin usaha dalam jangka waktu paling lama

40 (empat puluh) hari kerja sejak permohonan izin

usaha diterima secara lengkap dan benar.

(2) Dalam rangka memberikan persetujuan atau penolakan

permohonan izin usaha, OJK melakukan:

a. penelitian atas kelengkapan dokumen;

b. analisis kelayakan atas rencana kerja; dan

c. analisis pemenuhan ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang LKM.

(3) Dalam hal permohonan izin usaha yang disampaikan

tidak lengkap dan/atau tidak benar, OJK

menyampaikan surat pemberitahuan yang memuat

syarat-syarat yang belum terpenuhi kepada pemohon,

paling lambat 20 (dua puluh) hari kerja setelah

permohonan diterima.

(4) Penolakan atas permohonan izin usaha disertai dengan

alasan penolakan.

(5) Dalam hal permohonan izin usaha disetujui, OJK

menetapkan izin usaha sebagai LKM kepada pemohon.

Pasal 7

(1) LKM yang telah mendapat izin usaha dari OJK wajib

melakukan kegiatan usaha paling lambat 4 (empat)

bulan setelah tanggal izin usaha ditetapkan.

(2) Laporan pelaksanaan kegiatan usaha sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) wajib disampaikan oleh Direksi

LKM kepada OJK dengan dilampiri fotokopi bukti

pelaksanaan kegiatan pengelolaan Simpanan dan/atau

penyaluran Pinjaman atau Pembiayaan paling lama 20

(dua puluh) hari kerja setelah tanggal dimulainya

kegiatan operasional sesuai dengan format dalam

Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari Peraturan OJK ini.

(10)

(3) Apabila setelah jangka waktu sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) LKM belum melakukan kegiatan usaha,

OJK mencabut izin usaha yang telah dikeluarkan.

Pasal 8

Nama LKM harus dicantumkan secara jelas dalam anggaran

dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a

angka 1 yang dimulai dengan bentuk badan hukum diikuti

dengan frasa:

a. ”Lembaga Keuangan Mikro” atau disingkat ”LKM” dan

nama LKM bagi LKM yang melakukan kegiatan usaha

secara konvensional;

b. ”Lembaga Keuangan Mikro Syariah” atau disingkat

”LKMS” dan nama LKM bagi LKM yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah.

Bagian Ketiga

Permodalan

Pasal 9

(1) Modal disetor atau simpanan pokok, simpanan wajib,

dan hibah LKM ditetapkan berdasarkan cakupan

wilayah usaha yaitu desa/kelurahan, kecamatan, atau

kabupaten/kota.

(2) Jumlah modal disetor atau simpanan pokok, simpanan

wajib, dan hibah LKM ditetapkan paling sedikit:

a. Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), untuk

cakupan wilayah usaha desa/kelurahan;

b. Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah), untuk

cakupan wilayah usaha kecamatan; atau

c. Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), untuk

cakupan wilayah usaha kabupaten/kota.

(3) Paling kurang 50% (lima puluh persen) dari modal

disetor atau simpanan pokok, simpanan wajib, dan

hibah wajib digunakan untuk modal kerja.

(4) Setoran modal LKM sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) harus memenuhi persyaratan:

a. tidak berasal dari pinjaman; dan

(11)

b. tidak berasal dari dan untuk tindak pidana

pencucian uang.

BAB III

KEPENGURUSAN DAN PENGAWASAN

Bagian Kesatu

Direksi dan Dewan Komisaris

Pasal 10

Direksi dan Dewan Komisaris LKM harus memenuhi

persyaratan:

a. tidak tercatat dalam daftar kredit macet di sektor jasa

keuangan;

b. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana

di bidang usaha jasa keuangan dan/atau perekonomian

berdasarkan keputusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap;

c. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana

kejahatan berdasarkan keputusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap dalam 5 (lima) tahun

terakhir;

d. tidak pernah dinyatakan pailit atau menyebabkan suatu

badan usaha dinyatakan pailit berdasarkan keputusan

pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum

tetap dalam 5 (lima) tahun terakhir;

e. salahsatuDireksiharusmemilikipengalamanoperasional

di bidang lembaga keuangan mikro atau lembaga jasa

keuanganlainnyapalingsingkat1(satu)tahun;dan

f. salah satu Direksi harus memiliki pengalaman

operasional di bidang lembaga keuangan mikro syariah

atau lembaga jasa keuangan syariah lainnya bagi LKM

yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip

Syariah paling singkat 1 (satu) tahun.

Pasal 11

(1) Direksi LKM dilarang merangkap jabatan sebagai Direksi

pada LKM lain.

(2) Direksi LKM dapat merangkap jabatan sebagai Dewan

Komisaris paling banyak pada 2 (dua) LKM lain.

(12)

(3) Dewan Komisaris LKM dapat merangkap jabatan sebagai

Dewan Komisaris paling banyak pada 3 (tiga) LKM lain.

Bagian Kedua

Dewan Pengawas Syariah

Pasal 12

(1) LKM yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan

Prinsip Syariah wajib membentuk DPS.

(2) DPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat

dalam rapat umum pemegang saham atau rapat anggota

atas rekomendasi DSN MUI.

(3) Pembentukan DPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat dilakukan oleh 1 (satu) atau beberapa LKM secara

bersama-sama.

(4) DPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaksanakan

tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi

agar kegiatan usahanya sesuai dengan Prinsip Syariah.

(5) Tugas pengawasan dan pemberian nasihat sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) dilakukan dalam bentuk:

a. memastikan dan mengawasi kesesuaian kegiatan

operasional LKM terhadap fatwa yang telah

ditetapkan oleh DSN MUI;

b. menilai aspek Syariah terhadap pedoman operasional

dan produk yang dikeluarkan LKM;

c. mengkaji produk dan jasa baru yang belum ada fatwa

untuk dimintakan fatwa kepada DSN MUI.

(6)Ketentuan mengenai persyaratan Direksi dan Dewan

Komisaris LKM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10

kecuali huruf e dan f, mutatis mutandis berlaku bagi DPS.

BAB IV

PELAPORAN

Bagian Kesatu

Perubahan Pemegang Saham, Direksi, Dewan Komisaris,

Dewan Pengawas Syariah, dan Modal

Pasal 13

(1) Direksi LKM yang berbentuk badan hukum perseroan

terbatas wajib melaporkan setiap perubahan pemegang

(13)

saham, Direksi, Dewan Komisaris, DPS, dan modal

kepada OJK paling lama 20 (dua puluh) hari kerja

setelah tanggal diterimanya persetujuan atau pencatatan

perubahan dimaksud dari instansi yang berwenang.

(2) Direksi LKM yang berbentuk badan hukum koperasi

wajib melaporkan setiap perubahan Direksi, Dewan

Komisaris, dan DPS kepada OJK paling lama 20 (dua

puluh) hari kerja setelah tanggal perubahan dilakukan

sebagaimana tercantum dalam risalah rapat anggota.

(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

disampaikan sesuai dengan format Lampiran III,

Lampiran IV, atau Lampiran V yang merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari Peraturan OJK ini, yang

dilampiri dengan:

a. bukti perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) yang telah disetujui atau dicatat oleh instansi

yang berwenang;

b. dokumen Direksi dan/atau Dewan Komisaris

dan/atau data pemegang saham dan/atau DPS

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf

b dan/atau huruf c dan/atau huruf d.

(4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

disampaikan sesuai dengan format Lampiran IV yang

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Peraturan OJK ini, yang dilampiri dengan:

a. risalah rapat anggota; dan

b. dokumen Direksi dan/atau Dewan Komisaris

dan/atau DPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5

ayat (3) huruf b dan/atau huruf d.

Bagian Kedua

Perubahan Nama

Pasal 14

(1) Direksi wajib melaporkan perubahan nama LKM kepada

OJK paling lama 20 (dua puluh) hari kerja setelah

diperolehnya surat persetujuan perubahan nama dari

(14)

instansi berwenang, dengan menggunakan format dalam

Lampiran VI yang merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari Peraturan OJK ini, yang dilampiri

dengan dokumen:

a. risalah rapat umum pemegang saham atau rapat

anggota koperasi mengenai perubahan nama LKM;

b. bukti perubahan anggaran dasar atas perubahan

nama yang telah disetujui oleh instansi yang

berwenang bagi LKM yang berbentuk badan hukum

perseroan terbatas; dan

c. bukti pengumuman perubahan nama melalui surat

kabar harian lokal atau papan pengumuman di

kantor LKM yang mudah diketahui oleh masyarakat.

(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), OJK mencatat perubahan nama LKM dalam jangka

waktu paling lama 20 (dua puluh) hari kerja terhitung

sejak diterimanya laporan secara lengkap dan benar.

BAB V

PENGGABUNGAN DAN PELEBURAN

Pasal 15

(1) LKM dapat melakukan penggabungan dengan satu atau

lebih LKM dengan cara tetap mempertahankan

berdirinya salah satu LKM dan membubarkan LKM

lainnya tanpa dilakukan likuidasi terlebih dahulu.

(2) LKM dapat melakukan peleburan dengan satu atau lebih

LKM dengan cara mendirikan satu LKM baru dan

membubarkan LKM yang melakukan peleburan.

(3) Penggabungan atau Peleburan dilakukan oleh LKM yang

berbentuk badan hukum sama.

(4) Proses penggabungan atau peleburan LKM wajib

memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari OJK.

(5) Penggabungan atau peleburan hanya dapat dilakukan

antar LKM yang berada dalam 1 (satu) wilayah

Kabupaten/Kota.

(15)

(6) Penggabungan atau peleburan harus memperhatikan

ketentuan permodalan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 9 Peraturan OJK ini.

Pasal 16

(1) Untuk memperoleh persetujuan penggabungan atau

peleburan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat

(4), Direksi LKM yang akan menerima penggabungan

atau Direksi salah satu LKM yang akan melakukan

peleburan harus mengajukan permohonan kepada OJK

sesuai dengan format dalam Lampiran VII atau

Lampiran VIII yang merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari Peraturan OJK ini.

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

dilampiri dengan rancangan penggabungan atau

peleburan yang paling kurang memuat:

a. risalah rapat umum pemegang saham atau rapat

anggota LKM yang melakukan penggabungan atau

peleburan;

b. rancangan perubahan anggaran dasar LKM yang

menerima penggabungan jika ada atau rancangan

anggaran dasar LKM hasil peleburan;

c. rencana penyelesaian hak dan kewajiban dari LKM

yang akan melakukan penggabungan atau peleburan

dengan tidak mengurangi hak Penyimpan dan

nasabah peminjam; dan

d. proyeksi laporan posisi keuangan dan laporan

kinerja keuangan dari LKM yang akan menerima

penggabungan atau hasil peleburan selama 2 (dua)

tahun.

(3) OJK memberikan persetujuan atau penolakan atas

permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam

jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) hari kerja

sejak permohonan diterima secara lengkap dan benar.

(4) Dalam rangka memberikan persetujuan atas permohonan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), OJK melakukan:

(16)

a. penelitian atas kelengkapan dokumen; dan

b. analisis pemenuhan ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang LKM.

(5) Dalam hal permohonan persetujuan penggabungan atau

peleburan yang disampaikan tidak lengkap, OJK

menyampaikan surat pemberitahuan yang memuat

syarat-syarat yang belum terpenuhi kepada pemohon

paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah

permohonan diterima.

(6) Dalam hal OJK menyetujui permohonan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), OJK menyampaikan

persetujuan dimaksud secara tertulis kepada LKM untuk

dapat melakukan penggabungan atau peleburan.

(7) Hak dan kewajiban yang timbul setelah melakukan

penggabungan atau peleburan, menjadi tanggung jawab

LKM yang akan menerima penggabungan atau hasil

peleburan.

Pasal 17

(1) LKM yang menerima penggabungan wajib melaporkan

hasil pelaksanaan penggabungan kepada OJK sesuai

dengan format dalam Lampiran IX yang merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan OJK ini

dan wajib dilampiri dokumen:

a. fotokopi perubahan anggaran dasar LKM yang

menerima penggabungan yang telah disahkan,

disetujui, atau dicatat oleh instansi yang berwenang;

b. susunan organisasi dan kepengurusan LKM, data

Direksi, Dewan Komisaris, dan DPS sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf b serta data

pemegang saham atau anggota LKM yang menerima

penggabungan;

c. laporan posisi keuangan dan laporan kinerja

keuangan LKM yang menerima penggabungan; dan

d. alamat lengkap LKM yang menerima penggabungan.

(2) LKM hasil peleburan wajib melaporkan hasil pelaksanaan

peleburan kepada OJK sesuai dengan format dalam

(17)

Lampiran X yang merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari Peraturan OJK ini dan wajib dilampiri

dokumen:

a. fotokopi anggaran dasar LKM hasil peleburan yang

telah disahkan oleh instansi yang berwenang;

b. susunan organisasi dan kepengurusan LKM hasil

peleburan, data Direksi, Dewan Komisaris, dan DPS

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf

b serta data pemegang saham atau anggota LKM

hasil peleburan;

c. laporan posisi keuangan dan laporan kinerja

keuangan LKM hasil peleburan; dan

d. alamat lengkap LKM hasil peleburan.

(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat

(2) wajib disampaikan paling lambat 20 (dua puluh) hari

kerja setelah tanggal diterimanya pengesahan,

persetujuan, atau pencatatan perubahan anggaran

dasar dari instansi yang berwenang.

(4) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), OJK mencabut izin usaha LKM yang

menggabungkan diri.

(5) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2), OJK mencabut izin usaha LKM yang melakukan

Peleburan dan menerbitkan izin usaha LKM hasil

Peleburan.

Pasal 18

(1) Kantor pusat dan kantor cabang dari LKM yang

menggabungkan diri dapat digunakan sebagai kantor

cabang LKM hasil penggabungan.

(2) Salah satu kantor pusat dari LKM yang meleburkan diri

dapat digunakan sebagai kantor pusat LKM hasil

peleburan.

(3) Kantor pusat dan kantor cabang dari LKM yang

meleburkan diri dapat digunakan sebagai kantor cabang

LKM hasil peleburan.

(18)

Pasal 19

(1) LKM yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan

Prinsip Syariah hanya dapat melakukan penggabungan

atau peleburan dengan satu atau lebih LKM yang

melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah.

(2) Ketentuan mengenai penggabungan atau peleburan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, Pasal 16, Pasal

17, dan Pasal 18, mutatis mutandis berlaku bagi LKM

yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip

Syariah.

Pasal 20

Penggabungan dan peleburan LKM dilakukan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

BAB VI

KANTOR CABANG

Pasal 21

(1) LKM yang luas cakupan wilayah usahanya di

kabupaten/kota dapat membuka kantor cabang di

dalam cakupan wilayah usahanya dengan memenuhi

ketentuan minimum rasio solvabilitas dan likuiditas

sebagaimana diatur dalam Peraturan OJK mengenai

penyelenggaraan usaha LKM.

(2) Pembukaan kantor cabang sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) wajib dilaporkan kepada OJK paling lambat 20

(dua puluh) hari kerja sejak tanggal pelaksanaan

pembukaan kantor cabang sesuai dengan format dalam

Lampiran XI yang merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari Peraturan OJK ini.

(3) Laporan pembukaan kantor cabang sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), dilampiri dengan:

a. fotokopi bukti pelaksanaan kegiatan pengelolaan

Simpanan dan/atau penyaluran Pinjaman atau

Pembiayaan;

b. bukti penguasaan kantor; dan

c. struktur organisasi dan personalia kantor cabang.

(19)

Pasal 22

(1) Penutupan kantor cabang LKM wajib dilaporkan ke OJK.

(2) Laporan penutupan kantor cabang sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), disampaikan sesuai dengan

format dalam Lampiran XII yang merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari Peraturan OJK ini, paling lambat

20 (dua puluh) hari kerja setelah penutupan kantor

cabang dilaksanakan dengan disertai:

a. alasan penutupan; dan

b. bukti penyelesaian hak dan kewajiban kantor cabang

LKM kepada Penyimpan, nasabah peminjam

dan/atau pihak lainnya.

BAB VII

PEMINDAHAN ALAMAT KANTOR

Pasal 23

(1) Rencana pemindahan alamat kantor diumumkan

terlebih dahulu kepada masyarakat melalui surat kabar

harian lokal atau papan pengumuman di kantor LKM, di

tempat yang mudah diketahui oleh masyarakat, paling

lambat 20 (dua puluh) hari kerja sebelum pemindahan

alamat kantor.

(2) Pemindahan alamat kantor wajib dilaporkan oleh Direksi

kepada OJK paling lambat 20 (dua puluh) hari kerja

setelah tanggal pelaksanaan perubahan sesuai dengan

format dalam Lampiran XIII yang merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari Peraturan OJK ini.

(3) Laporan sebagaimana dimaksud ayat (2) dilampiri

dengan:

a. bukti pengumuman kepada masyarakat mengenai

pemindahan alamat kantor melalui surat kabar

harian lokal atau papan pengumuman di kantor LKM

yang lama, di tempat yang mudah diketahui oleh

masyarakat; dan

b. bukti penguasaan kantor.

(20)

(4) Pemindahan alamat kantor sebagaimana dimaksud ayat

(2), dilakukan dalam cakupan wilayah usaha yang sama.

BAB VIII

PERUBAHAN CAKUPAN WILAYAH AKIBAT PEMEKARAN

Pasal 24

(1) LKM yang tempat kedudukan dan cakupan wilayah

usahanya mengalami perubahan sebagai akibat dari

pemekaran wilayah, wajib menyampaikan laporan kepada

OJK mengenai pemekaran wilayah yang disertai informasi

Pinjaman/Pembiayaan dan/atau Simpanan dalam jangka

waktu paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak

efektifnya pemekaran wilayah dimaksud sesuai dengan

format dalam Lampiran XIV yang merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari Peraturan OJK ini.

(2) Dalam hal terjadi pemekaran wilayah:

a. Pinjaman atau Pembiayaan yang telah disalurkan

LKM di luar wilayah usahanya tetap dapat dilanjutkan

sampai dengan jangka waktu pengembalian Pinjaman

atau Pembiayaan berakhir; dan

b. Simpanan yang telah diterima LKM dari Penyimpan

di luar wilayah usahanya tetap dapat dilanjutkan

sampai dengan penutupan Simpanan.

BAB IX

PEMBUBARAN LKM

Pasal 25

(1) Dalam hal upaya penyehatan LKM yang dilakukan tidak

berhasil mengatasi kesulitan likuiditas dan solvabilitas

sebagaimana dimaksud dalam Peraturan OJK mengenai

penyelenggaraan usaha LKM, OJK mencabut izin usaha

LKM yang bersangkutan dan memerintahkan Direksi

LKM untuk segera menyelenggarakan rapat umum

pemegang saham atau rapat anggota guna membubarkan

badan hukum LKM dan membentuk tim likuidasi.

(2) Tim likudasi bertugas untuk melakukan penyelesaian

atas segala hak dan kewajiban yang dimiliki oleh LKM.

(21)

(3) Pembubaran badan hukum LKM, pembentukan tim

likuidasi, dan penyelesaian hak dan kewajiban

dilaksanakan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

(4) Tim likuidasi menyampaikan laporan perkembangan

pelaksanaan likuidasi kepada OJK paling kurang 1

(satu) kali dalam 6 (enam) bulan.

(5) Tim Likuidasi melaporkan pelaksanaan likuidasi kepada

pemegang saham atau anggota, dan OJK, paling lambat

3 (tiga) bulan sejak tanggal selesainya pelaksanaan

likuidasi.

BAB X

TRANSFORMASI LKM

Pasal 26

(1) LKM wajib bertransformasi menjadi bank perkreditan

rakyat atau bank pembiayaan rakyat syariah jika:

a. melakukan kegiatan usaha melebihi 1 (satu) wilayah

Kabupaten/Kota tempat kedudukan LKM; atau

b. LKM telah memiliki:

1. ekuitas paling kurang 5 (lima) kali dari

persyaratan modal disetor minimum bank

perkreditan rakyat atau bank pembiayaan rakyat

syariah sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan; dan

2. jumlah dana pihak ketiga dalam bentuk

Simpanan yang dihimpun dalam 1 (satu) tahun

terakhir paling kurang 25 (dua puluh lima) kali

dari persyaratan modal disetor minimum bank

perkreditan rakyat atau bank pembiayaan rakyat

syariah sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(2) LKM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

mengajukan permohonan izin usaha sebagai bank

perkreditan rakyat atau bank pembiayaan rakyat syariah

(22)

dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun sejak

tanggal pemberitahuan dari OJK.

(3) Dalam hal LKM sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

belum memperoleh izin usaha sebagai bank perkreditan

rakyat atau bank pembiayaan rakyat syariah, LKM

dilarang menyalurkan Pinjaman atau Pembiayaan diluar

cakupan wilayah usahanya.

(4) Tata cara pelaksanaan transformasi LKM menjadi bank

perkreditan rakyat atau bank pembiayaan rakyat syariah

dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang mengatur mengenai bank

perkreditan rakyat atau bank pembiayaan rakyat

syariah.

(5) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) ditolak, LKM dimaksud tetap dapat menjalankan

kegiatan usahanya.

BAB XI

SANKSI

Pasal 27

(1) LKM yang tidak memenuhi ketentuan dalam Pasal 2 ayat

(2), 2 ayat (4), Pasal 3, Pasal 4, Pasal 7 ayat (2), Pasal 12

administratif berupa peringatan tertulis.

(2) Sanksi peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), diberikan secara tertulis paling banyak 3 (tiga)

kali berturut-turut dengan masa berlaku masing-masing

40 (empat puluh) hari kerja.

(3) Dalam hal sebelum berakhirnya masa berlaku sanksi

peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

LKM telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), OJK atau pemerintah kabupaten/kota

(23)

setempat atau pihak lain yang ditunjuk oleh OJK

mencabut sanksi peringatan tertulis.

(4) Dalam hal masa berlaku peringatan tertulis ketiga

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berakhir dan LKM

tetaptidak memenuhi ketentuan sebagaimanadimaksud

pada ayat (1), OJK memintapemegang saham atau rapat

anggota untuk mengganti Direksi LKM dalam jangka

waktupalinglambat 6(enam)bulansejakpemberitahuan

dariOJK.

(5) Dalamhaljangkawaktusebagaimanadimaksudpadaayat

(4)berakhirdanrapatumum pemegangsahamataurapat

anggota tidak mengganti Direksi LKM dimaksud, OJK

memberhentikan Direksi LKM dan selanjutnya menunjuk

serta mengangkat pengganti sementara sampai rapat

umum pemegang saham atau rapat anggota mengangkat

penggantiyangtetapdenganpersetujuanOJK.

Pasal 28

(1) Dalam hal LKM tidak dapat memenuhi ketentuan dalam

Pasal 9 ayat (3), Pasal 11, Pasal 15 ayat (4), dan Pasal

21 ayat (1) Peraturan OJK ini, OJK menyampaikan

pemberitahuan tertulis kepada LKM untuk memenuhi

ketentuan dimaksud dalam jangka waktu paling lama

40 (empat puluh) hari kerja terhitung sejak

pemberitahuan dari OJK.

(2) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) telah berakhir dan LKM tidak dapat memenuhi

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat

(3), Pasal 11, Pasal 15 ayat (4), dan Pasal 21 ayat (1)

Peraturan OJK ini, maka LKM yang bersangkutan

dikenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 27 Peraturan OJK ini.

BAB XII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 29

(1)Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai,

Badan Kredit Desa (BKD), Badan Kredit Kecamatan (BKK),

(24)

Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), Lembaga Perkreditan

Kecamatan (LPK), Bank Karya Produksi Desa (BKPD),

Badan Usaha Kredit Pedesaan (BUKP), Baitul Maal wa

Tamwil (BMT), Baitul Tamwil Muhammadiyah (BTM),

dan/atau lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan

dengan itu yang telah berdiri dan telah beroperasi

sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun

2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro, serta belum

mendapatkan izin usaha berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, wajib memperoleh

izin usaha melalui pengukuhan sebagai LKM kepada OJK

paling lambat tanggal 8 Januari 2016.

(2) Permohonan izin usaha melalui pengukuhan sebagai

LKM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan

kepada OJK, sesuai dengan format dalam Lampiran XV

yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Peraturan OJK ini dengan dilampiri:

a. akta pendirian badan hukum termasuk anggaran

dasar berikut perubahannya sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a;

b. proyeksi laporan posisi keuangan dan laporan kinerja

keuangan 4 (empat) bulanan yang dimulai sejak LKM

melakukan kegiatan operasional untuk 2 (dua) tahun

pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat

(3) huruf g angka 5);

c. laporan keuangan tahunan yang paling kurang terdiri

dari laporan posisi keuangan dan laporan kinerja

keuangan selama 2 (dua) tahun terakhir;

d. laporan posisi keuangan penutupan dan laporan

posisi keuangan pembukaan dari LKM yang akan

dikukuhkan;

e. kinerja pembiayaan LKM selama 2 (dua) tahun

terakhir; dan

f. data Direksi, Dewan Komisaris, DPS, pemegang saham

atau anggota, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5

(25)

ayat (3) huruf b dan c kecuali surat pernyataan

mengenai setoran modal.

(3) Pemenuhan ketentuan modal disetor atau simpanan

pokok, simpanan wajib, dan hibah bagi permohonan izin

usaha melalui pengukuhan sebagai LKM sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan ekuitas

pada laporan posisi keuangan pembukaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf d.

(4) Dalam hal permohonan izin usaha melalui pengukuhan

sebagai LKM yang disampaikan tidak lengkap dan/atau

tidak benar, paling lama 20 (dua puluh) hari kerja

setelah permohonan diterima, OJK menyampaikan

kepada pemohon untuk memenuhi persyaratan.

(5) OJK memberikan persetujuan atas permohonan izin

usaha melalui pengukuhan sebagai LKM dalam jangka

waktu paling lama 40 (empat puluh) hari kerja terhitung

sejak diterimanya permohonan secara lengkap dan benar.

Pasal 30

Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai,

Badan Kredit Desa (BKD), Badan Kredit Kecamatan (BKK),

Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), Lembaga Perkreditan

Kecamatan (LPK), Bank Karya Produksi Desa (BKPD), Badan

Usaha Kredit Pedesaan (BUKP), Baitul Maal wa Tamwil

(BMT), Baitul Tamwil Muhammadiyah (BTM), dan/atau

lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu

serta telah dikukuhkan menjadi LKM sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 29 Peraturan OJK ini, wajib

memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

ayat (2), Pasal 2 ayat (3), Pasal 2 ayat (4), Pasal 3, dan Pasal

4 Peraturan OJK ini paling lama 5 (lima) tahun terhitung

sejak tanggal pengukuhan sebagai LKM dari OJK.

(26)

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan OJK ini dengan penempatannya

dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 31 Oktober 2014

KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Ttd.

MULIAMAN D. HADAD

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 11 Nopember 2014

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 342

Salinan sesuai dengan aslinya Direktur Hukum 1

Departemen Hukum,

Ttd.

Referensi

Dokumen terkait

Penguatan Ekonomi Masyarakat diLingkungan Industri Hasil Tembakau Dalam Rangka Pengentasan Kemiskinan Mengurangi Pengangguran, dan Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Daerah,

[4.12] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 2, 10 dan 12, Pasal 4, Pasal 22 ayat (1), Pasal 35 ayat (1) huruf, Pasal 36 ayat (1) dan ayat (2), dan Pasal 37 Undang-Undang Nomor

dan survei yang dilakukan pada tanggal 10 - 27 Juni 2019 di Puskesmas Sungai Piring dengan cara mendatangi dan mewawancarai ibu post partum, dari 10 ibu post partum 7

Agar kemampuan berhitung anak dapat berkembang dengan baik maka sebaiknya guru atau pendidik dapat memahami tahap kemampuan berhitung anak dan melaksanakan proses

Pada penggunaan kontrasepsi pil kurang dari 5 tahun berisiko 0,90 kali lebih kecil untuk meng- alami menopause dini daripada wanita yang tidak pernah menggunakan kontrasepsi pil

(1) Penentuan perolehan jumlah kursi anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota dari setiap Partai Politik Peserta Pemilu didasarkan atas seluruh hasil

“ Pengaruh Metode Memilih dan Memilih Kartu ( Card – Sort ) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas XI SMA N 2 Koto Baru Kabupaten Dharmasraya

Gambar 4 Antarmuka halaman utama pidana umum Pemberkasan perkara yang dapat dilakukan oleh pengguna pada halaman ini adalah mengelola sub menu penyelidikan seperti