• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN PENYEGAR TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN PENYEGAR TAHUN 2016"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN TANAMAN

TAHUNAN DAN PENYEGAR

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

PEDOMAN TEKNIS

PENGEMBANGAN TANAMAN PENYEGAR

TAHUN 2016

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas rahmat dan karuniaNya maka dapat dilakukan penyusunan Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Penyegar 2016.

Untuk implementasi program tersebut, pada tahun anggaran 2016 dialokasikan dana untuk kegiatan peremajaan, rehabilitasi, intensifikasi dan kegiatan pendukung lainnya melalui kegiatan pengembangan di daerah sentra tanaman penyegar.

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Penyegar Tahun 2016 secara garis besar memuat acuan pengelolaan kegiatan maupun anggaran bagi para pelaksana di pusat, provinsi dan utamanya kabupaten sebagai penerima manfaat kegiatan.

Semoga pedoman ini dapat bermanfaat dalam menunjang keberhasilan pembangunan perkebunan khususnya dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas Tanaman Penyegar nasional.

Jakarta, 31 Maret 2016 Direktur Jenderal

(3)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR LAMPIRAN iv

I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Sasaran Nasional 3

C. Tujuan 4

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN

6

A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan

6 B. Spesifikasi Teknis 12

III. PELAKSANAAN KEGIATAN 19

A. Ruang Lingkup 19

B. Pelaksana Kegiatan 22 C. Lokasi, Jenis dan Volume 26

D. Simpul Kritis 28

IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN

40

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN,

PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN

(4)

VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

44

VII. PEMBIAYAAN 47

VIII. PENUTUP 48

(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lokasi Pengembangan Kakao Tahun 2016

50

Lampiran 2. Lokasi Pengembangan Kopi Tahun 2016

54

Lampiran 3. Lokasi Pengembangan teh Tahun 2016

56

Lampiran 4. Pemberdayaan dan Kelembagaan Tahun 2016

57

Lampiran 5. Lokasi Kegiatan Integrasi Tanaman dengan ternak Tahun 2016

60

Lampiran 6. Koordinasi Pelaksanaan KegiatanTahun 2016

63

Lampiran 7. Standar Mutu Benih Kakao 64 Lampiran 8. Standar Mutu Benih kopi 67 Lampiran 9. Standar Mutu Benih Teh 69 Lampiran 10. Rencana Kerja Dana Tugas

Pembantuan

70

Lampiran 11. Laporan Realisasi Fisik dan

Keuangan Dana Tugas Pembantuan 71 Lampiran 12 Rencana Kerja Dana Tugas

Pembantuan Ditjen. Perkebunan

(6)

Lampiran 13. Laporan Realisasi Fisik dan

(7)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Komoditas tanaman penyegar (kakao, kopi, teh) merupakan komoditas sosial, dalam arti usaha perkebunan tersebut hampir 95% diusahakan oleh perkebunan rakyat dengan melibatkan sekitar 2 juta KK.

Indonesia sebagai produsen tanaman

penyegar termasuk dalam 3 (tiga) besar di dunia (kakao dan kopi) dan nomor 7 (tujuh) besar dunia (teh). Dengan kondisi

politik ekonomi yang cukup stabil,

menjadikannya berpeluang besar sebagai pemasok kebutuhan bahan baku baik untuk industri domestik maupun global.

Kegiatan pengembangan tanaman

penyegar pada tahun 2016 dilaksanakan

melalui kegiatan Tugas Pembantuan.

Adapun kegiatan utamanya berupa

peremajaan, rehabilitasi, intensifikasi dan perluasan tanaman.

Di tingkat lapangan terdapat berbagai

permasalahan yang dihadapi dalam

pengembangan pengembangan tanaman penyegar di Indonesia antara lain :

(8)

2) rendahnya mutu hasil karena penanganan pasca panen yang belum

sesuai dengan ketentuan yang

dipersyaratkan, 3) sebagian besar hasil tanaman penyegar yang dihasilkan masih belum, 4) meningkatnya harga agro input seperti pupuk dan pestisida, 5) masih

terbatasnya kemitraan antara

pengusaha/industri dengan petani

pekebun, 6) akses terhadap permodalan untuk pengembangan komoditi ini masih terbatas.

Memperhatikan kondisi serta permasalahan yang terjadi, maka kebijakan dan strategi dalam pengembangan tanaman penyegar diarahkan pada :

1) Peningkatan produksi dan produktivitas

tanaman penyegar berkelanjutan melalui perbaikan mutu tanaman,

penerapan Good Agricultural Practices

(GAP), pengendalian OPT dan

penyediaan benih unggul bermutu serta sarana produksi.

2) Peningkatan mutu melalui penerapan

SNI, dan penerapan Good Handling

Practices (GHP)

3) Pengembangan SDM untuk petani dan

petugas. Salah satu model

(9)

Sistem Kebersamaan Ekonomi (SKE) berdasarkan manajemen kemitraan.

4) Pengembangan kelembagaan dan

kemitraan usaha antara petani dan pengusaha yang saling menguntungkan

dan berkelanjutan perlu segera

dibangun dan dikembangkan,

5) Perlindungan hak untuk produk-produk

suatu komoditas yang memiliki

spesifikasi lokasi (Indikasi Geografis/IG) Melalui dana Tugas Pembantuan (TP) provinsi dan kabupaten tahun 2016 dianggarkan kegiatan yang meliputi: 1)

Pengembangan Tanaman Penyegar

(Intensifikasi, Peremajaan, Perluasan dan Integrasi dengan ternak) 2) Pemberdayaan Pekebun Tanaman Penyegar (Pelatihan

Penumbuhan Kebersamaan/Dinamika

Kelompok, dan Pelatihan Penguatan Kelembagaan di wilayah pengembangan tanaman penyegar, 4) Koordinas (Indikasi Geografis, Penguatan Substasiun)

B.Sasaran Nasional

1. Sasaran kegiatan:

a) Pengembangan tanaman penyegar

adalah perbaikan tanaman melalui

peremajaan, intensifikasi dan

(10)

b) Indikasi Geografis (IG) adalah

terlaksananya sosialisasi dan

fasilitasi sertifikasi Indikasi

Geografis (IG) komoditas tanaman penyegar

c) Pemberdayaan Petani dan

Penguatan Kelembagaan adalah

terlaksananya pemberdayaan petani yang tergabung dalam kelompok tani tanaman penyegar.

C.Tujuan

Tujuan dari kegiatan pengembangan

tanaman penyegar Tahun 2016 dan

kegiatan pendukung lainnya adalah :

1. Meningkatkan produksi dan

produktivitas tanaman penyegar

melalui penerapan teknologi budidaya dan perluasan areal.

2. Meningkatkan pendapatan petani

tanaman penyegar di lokasi kegiatan.

3. Mendukung pengembangan kawasan

tanaman penyegar.

4. Memfasilitasi proses sertifikasi Indikasi

Geografis(IG) komoditas tanaman

penyegar.

5. Meningkatkan pengetahuan,

(11)
(12)

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan

Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan pengembangan tanaman penyegar (kakao, kopi dan teh) dilakukan melalui pendekatan teknis seperti yang dilakukan selama ini dan pendekatan sosial budaya yang mampu memotivasi perubahan sikap, perilaku dan peran serta petani yang

disinergiskan dengan program

pembangunan dan pengembangan pertanian di kabupaten/ kota.

Paket bantuan merupakan hibah yang pelaksanaan pengadaannya dilakukan dengan kontraktual dan mengacu pada Perpres 54 tahun 2010 serta Pedoman Pengadaan dan Pengelolaan Barang dan Jasa lingkup Satker Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian.

Kegiatan Indikasi Geografis (IG)

(13)

Pemberdayaan pekebun tanaman penyegar dilaksanakan melalui Sistem

Kebersamaan Ekonomi (SKE)

berdasarkan manajemen kemitraan,

yaitu pengelolaannya dijalankan dengan pendekatan filosofi kemitraan atau dalam suasana penuh persahabatan baik antar individu, kelompok maupun antar

kelembagaan petani dengan mitra

usaha. Pemberdayaan pekebun tanaman penyegar, dilaksanakan dalam bentuk

pelatihan (baik pelatihan untuk

petugas/Fasda maupun petani) dan

pendampingan kepada petani/

kelompok tani.

Pelaksanaan kegiatan diatur lebih rinci dalam Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) yang disusun oleh provinsi sesuai dengan kondisi wilayah yang ada. Selanjutnya secara spesifik dijabarkan dalam Petunjuk Teknis (Juknis) oleh kabupaten/kota sesuai dengan kondisi petani dan budaya setempat.

1) Lokasi Kegiatan

Lokasi kegiatan ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut:

a) Merupakan daerah sentra produksi

tanaman penyegar, secara teknis memenuhi persyaratan agroklimat

untuk pengembangan budidaya

(14)

b)Lahan milik petani, berada dalam satu wilayah atau hamparan serta tidak dalam sengketa dan tidak melanggar peraturan yang berlaku.

2) Petani sasaran

Calon Petani (CP) sasaran sebagai penerima bantuan adalah anggota kelompok tani yang telah diseleksi dan selanjutnya ditetapkan sebagai petani peserta penerima bantuan

dengan surat keputusan bupati/

walikota atau kepala dinas

kabupaten/kota setempat yang

membidangi perkebunan, dengan

ketentuan sebagai berikut :

- Berdomisili di wilayah kegiatan

atau mempunyai/menguasai lahan di lokasi kegiatan yang dibuktikan dengan identitas seperti KTP/Kartu

Keluarga (KK) atau

identitas/keterangan lainnya.

- Bersedia melaksanakan kegiatan

dan mengikuti ketentuan sesuai

dengan aturan yang telah

ditetapkan, serta merawat kebun dengan baik.

- Tergabung dalam kelompok tani

(15)

kondisi lingkungan dan usahataninya.

Untuk kegiatan yang dananya

ditampung pada DIPA provinsi, maka penetapan petani peserta penerima bantuan dilaksanakan oleh kepala dinas yang membidangi perkebunan provinsi setempat atas usulan kepala

dinas kabupaten/kota yang

membidangi perkebunan.

3) Standar Teknis

Pengembangan Tanaman Kakao a) Intensifikasi Kakao dilakukan

pada kebun kakao kurang

terpelihara, jumlah populasi lebih dari 70%, produktivitas rendah, terserang hama penyakit utama atau kebun yang membutuhkan pemeliharaan intensif (tanaman

belum menghasilkan /TBM)

maupun pada kebun-kebun pasca kegiatan intensifikasi tahap I,

rehabilitasi dan peremajaan

maupun perluasan.

(16)

c) Integrasi tanaman kakao dengan ternak dilaksanakan pada areal kakao yang produktif di daerah

sentra kakao dengan ternak

(kambing) yang disesuaikan

dengan kondisi setempat dan spesifikasinya mengacu kepada ketentuan dari dinas terkait,

menggunakan pendekatan

intensif.

d) Penguatan Substasiun

dilaksanakan di 4 (empat)

provinsi yaitu Sulawesi Tengah,

Sulawesi Selatan, Sulawesi

Tenggara dan Sulawesi Barat.

Pengembangan Tanaman Teh a) Intensifikasi teh

Intensifikasi teh adalah upaya untuk meningkatkan produktivitas melalui pemangkasan, pemberian pupuk dan pengendalian OPT.

Persyaratan kebun kegiatan

intensifikasi adalah kebun yang

merupakan hamparan/

berkelompok dengan kondisi :

(1) Jumlah tegakan atau populasi >60% dari jumlah standar;

(2) Produktivitas rendah yang

(17)

(tanaman menghasilkan/TM)

atau kebun yang

membutuhkan pemeliharaan intensif (TBM).

b) Rehabilitasi

Rehabilitasi teh adalah upaya untuk meningkatkan produktivitas

tanaman teh melalui

pemangkasan, pemberian pupuk dan pengendalian OPT serta pengutuhan populasi tanaman dengan penyulaman benih.

Persyaratan kebun yang

mendapat kegiatan rehabilitasi adalah kebun dengan kondisi :

(1) Jumlah tegakan atau populasi <60% dari jumlah standar;

(2) Produktivitas rendah yang

masih memungkinkan untuk ditingkatkan.

Pengembangan Tanaman Kopi

Intensifikasi kopi arabika dan

intensifikasi kopi robusta dilakukan pada kebun yang jumlah populasinya di atas 70% dan masih produktif namun produktivitas rendah yang

masih memungkinkan untuk

(18)

membutuhkan pemeliharaan intensif (TBM)

B. Spesifikasi Teknis

B.1 Pengembangan Tanaman Kakao

1)Benih: Benih yang digunakan pada

kegiatan peremajaan dan

perluasan adalah benih unggul dan

bersertifikat sesuai dengan

Peraturan Menteri Pertanian

Nomor 50 tahun 2015 tentang

produksi sertifikasi dan

pengawasan benih tanaman

perkebunan dan peraturan

pendukung turunannya yang diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Perkebunan atas nama Menteri Pertanian.

2) Pupuk: Pupuk NPK dan organik

yang digunakan adalah yang

efektif, terdaftar mendapat izin dari Menteri Pertanian.

3) Pengendali OPT:

- fungisida yang digunakan

adalah fungisida yang efektif, terdaftar dan mendapat izin dari Menteri Pertanian.

- Feromon: pengendalian hama

(19)

Pertanian. Feromon digunakan untuk kegiatan intensifikasi sesuai dengan kebutuhan di lapangan.

4) Gunting pangkas digunakan untuk

memangkas batang atau cabang.

5) Substasiun: Penguatan Substasiun

dilaksanakan dalam 1 (satu) paket

kegiatan pada 4 provinsi di

Sulawesi (Sulawesi Selatan,

Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara).

B.2 Pengembangan Tanaman Teh Intensifikasi Teh

a.Pupuk: pupuk yang digunakan

adalah pupuk NPK dan yang efektif, terdaftar dan mendapat izin dari Menteri Pertanian.

b.Feromon: feromon disesuaikan

dengan kebutuhan di lapangan

yang efektif, terdaftar dan

mendapat izin dari Menteri

Pertanian dengan dosis sesuai anjuran.

c.Herbisida: herbisida yang

(20)

dosis sesuai anjuran.

d.Knapsack Sprayer: knapsack

sprayer digunakan untuk aplikasi pestisida.

e.Alat Pangkas: alat pangkas

digunakan untuk memangkas

tanaman teh dan memelihara

kriteria sebagai berikut :

1) Menggunakan varietas unggul

seri GMB yang telah dilepas

melalui Keputusan Menteri

Pertanian.

2) Perbanyakan bahan tanam

dilakukan dengan cara cutting atau setek tanaman induk yang berasal dari kebun sumber benih yang sudah ditetapkan instansi yang berwenang.

3) Cutting/setek yang akan

digunakan harus sudah

(21)

Pengujian Mutu Bernih

Tanaman Perkebunan

(BSPMBTP) atau UPTD

Perbenihan).

4) Spesifikasi teknis benih teh

sesuai dengan Peraturan

Menteri Pertanian Nomor 50 tahun 2015 tentang produksi

sertifikasi dan pengawasan

benih tanaman perkebunan dan

peraturan pendukung

turunannya yang diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Perkebunan atas nama Menteri Pertanian

5) Benih yang siap tanam sebelum

disalurkan harus sudah

disertifikasi oleh instansi yang berwenang

b. Pupuk yang digunakan adalah

pupuk NPK dan organik yang efektif, terdaftar dan mendapat izin dari Menteri Pertanian.

c. Pengendali OPT: feromon untuk

pengendalian hama Empoasca

yang digunakan adalah yang

efektif, terdaftar dan mendapat izin dari Menteri Pertanian.

(22)

dan mendapat izin dari Menteri Pertanian.

d. Knapsack Sprayer yang digunakan

untuk aplikasi pestisida.

e. Alat Pangkas digunakan untuk

memangkas tanaman teh dan memelihara bidang petik.

B.3 Pengembangan Tanaman Kopi Intensifikasi Tanaman Kopi

a. Pupuk organik, yang efektif,

terdaftar dan mendapat izin dari Menteri Pertanian.

b. Pengendali OPT yang digunakan

adalah pengendali OPT yang

efektif, terdaftar dan mendapat izin dari Menteri Pertanian dengan dosis sesuai anjuran.

c. Gunting Pangkas digunakan untuk

memangkas batang atau cabang tanaman kopi.

d.Khusus untuk Provinsi Papua,

paket bantuan kegiatan

intensifikasi kopi arabika terdiri

dari gunting pangkas, sekop,

parang, knapsack sprayer,pupuk

organik – kompos, pengendali OPT

(23)

B.4 Pemberdayaan Pekebun Tanaman Penyegar

a. Pemilihan Peserta

1) Peserta Pelatihan Penumbuhan

Kebersamaan/Dinamika

Kelompok adalah

petani/pekebun tanaman

penyegar yang tergabung

dalam satu kelompok. Peserta pelatihan Dinamika Kelompok seluruh anggota kelompok tani

(bukan perwakilan dari

beberapa kelompok tani).

2) Peserta Pelatihan Penguatan

Kelembagaan adalah pengurus

kelompok tani/kelembagaan

petani komoditi tanaman

penyegar yang telah mengikuti

Pelatihan Penumbuhan

Kebersamaan /Dinamika

Kelompok dan/atau yang telah mengikuti Pelatihan Penguatan Kelembagaan tahun 2015.

b. Pelatih/Fasilitator

1) Pelatih/fasilitator dalam

Pelatihan Penumbuhan

Kebersamaan/Dinamika

Kelompok adalah minimal

(24)

2) Pelatih/fasilitator dalam

Pelatihan Penguatan

Kelembagaan adalah minimal Fasda II.

B.5 Indikasi Geografis

Kegiatan Indikasi Geografis (IG)

tanaman penyegar merupakan

rangkaian kegiatan lanjutan tahun 2015.

Untuk provinsi yang mendapatkan

fasilitasi kegiatan IG lanjutan

rangkaian kegiatannya meliputi : rapat persiapan, pertemuan dalam

rangka penyerahan sertifikat,

pembahasan dan penyusunan

(25)

III. PELAKSANAAN KEGIATAN 3.1.Pelaksanaan Fisik

A. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan pengembangan tanaman penyegar meliputi persiapan, identifikasi dan seleksi CP/CL serta

penetapan kelompok sasaran;

pengadaan benih dan sarana produksi; pembinaan, pengendalian, pengawalan dan pendampingan; monitoring, evaluasi dan pelaporan.

1)Persiapan

a) Sosialisasi

Sosialisasi dilakukan dalam rangka menyamakan persepsi, membangun

komitmen, transparansi dan

akuntabilitas pelaksanaan kegiatan,

sosialisasi dilakukan kepada

petugas dan petani/kelompok tani.

b)Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan

(Juklak) dan Petunjuk Teknis

(Juknis)

Berdasarkan Pedoman Teknis yang disusun oleh Pusat, maka dinas

yang membidangi perkebunan

provinsi menyusun Juklak kegiatan

pengembangan tanaman kakao.

(26)

Juknis kegiatan pengembangan tanaman kakao.

c) Pembentukan Tim Teknis tingkat

Provinsi dan Kabupaten/kota

Dalam melaksanakan kegiatan

pengembangan tanaman kakao,

dinas yang membidangi perkebunan membentuk tim teknis baik di

tingkat provinsi maupun

kabupaten/kota.

2)Identifikasi dan Seleksi CP/CL serta Penetapan Kelompok Sasaran

Dinas kabupaten/kota yang

membidangi perkebunan bersama-

sama dengan dinas perkebunan

provinsi melakukan identifikasi,

inventarisasi CP/CL dan penetapan kelompok sasaran. Untuk kegiatan yang dananya pada DIPA Provinsi,

maka penetapan petani

peserta/kelompok sasaran oleh kepala

dinas Provinsi yang membidangi

perkebunan atas usulan kepala dinas

kabupaten/kota yang membidangi

perkebunan

3)Proses Pengadaan

(27)

Tahun 2014 dan yang terakhir dirubah dengan Peraturan Presiden Nomor 4

Tahun 2015 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah serta

Pedoman Pengadaan. Khusus untuk Papua dan Papua Barat mengacu pada Perpres No. 84 Tahun 2012. Disamping itu juga mengacu pada pedoman Pengadaan dan Penatausahaan Barang lingkup Satker Direktorat Jenderal Perkebunan;

4)Pembinaan, Pengendalian,

Pengawalan dan Pendampingan.

Pengawalan dan pendampingan perlu dilakukan untuk menjamin bantuan diterima oleh petani/kelompok tani dan kegiatan dilaksanakan sesuai

jadwal yang telah ditetapkan,

sehingga bantuan benar- benar dapat dirasakan oleh masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya.

Pengawalan dan pendampingan

dilakukan oleh Direktorat Jenderal

Perkebunan dan Dinas

Propinsi/Kabupaten/Kota yang

membidangi perkebunan dan instansi terkait.

5)Pelaporan

Pelaporan kegiatan dilaksanakan

(28)

membidangi perkebunan di tingkat kabupaten ke dinas yang membidangi

perkebunan di tingkat provinsi,

selanjutnya dari provinsi dilaporkan ke tingkat pusat (Direktorat Jenderal Perkebunan) dan dilaporkan secara berkala.

B. Pelaksana Kegiatan

1)Kegiatan Pusat

Pelaksanaan kegiatan pengembangan tanaman kakao di Pusat (Direktorat Jenderal Perkebunan) meliputi :

a)Menyiapkan Pedoman Teknis

Pengembangan Tanaman Kakao.

b)Melakukan sosialisasi kegiatan

bersama dinas provinsi dan dinas kabupaten/kota yang membidangi perkebunan.

c)Melakukan konsultasi dan

koordinasi perencanaan

pelaksanaan kegiatan.

d)Melakukan pemantauan,

monitoring, evaluasi dan

pengendalian kegiatan.

e)Menyusun laporan akhir kegiatan.

2)Kegiatan Provinsi

a)Menetapkan tim teknis provinsi,

melalui surat keputusan kepala

(29)

perkebunan.

b)Menyusun Petunjuk Pelaksanaan

(Juklak) sesuai kondisi daerah. c)Melakukan sosialisasi, identifikasi,

seleksi CP/CL dan penetapan

kelompok sasaran berdasarkan

usulan dari dinas kabupaten/kota yang membidangi perkebunan.

d)Melakukan konsultasi dan

koordinasi kepada instansi terkait.

e)Melaksanakan pengadaan benih dan

sarana produksi untuk kegiatan pengembangan tanaman penyegar.

f) Melakukan bimbingan, pembinaan,

pengawalan dan pengendalian

pelaksanaan kegiatan.

g)Melakukan monitoring dan evaluasi

kegiatan.

h)Membuat Berita Acara Serah

Terima (BAST) Barang Pengadaan

Dana Tugas Pembantuan (TP)

propvinsi untuk belanja MAK 526

i) Menyiapkan dan menyampaikan

laporan perkembangan kegiatan

pengembangan tanaman kakao

(30)

3)Kegiatan Kabupaten/Kota

a)Menetapkan tim teknis kabupaten,

melalui surat keputusan kepala

dinas yang membidangi

perkebunan.

b)Menyusun Petunjuk Teknis (Juknis)

sesuai kondisi daerah.

c)Melakukan sosialisasi, identifikasi,

seleksi CP/CL dan penetapan

kelompok sasaran oleh pemerintah

daerah kabupaten atau dinas

kabupaten yang membidangi

perkebunan dengan terlebih dahulu

dikoordinasikan dengan dinas

provinsi yang membidangi

perkebunan. Jika kegiatan

merupakan TP provinsi maka

penetapan kelompok sasaran oleh pemerintah daerah provinsi atau dinas provinsi yang membidangi

perkebunan atas usulan dinas

kabupaten yang membidangi

perkebunan.

d)Melakukan konsultasi dan

koordinasi kepada instansi terkait.

e)Melakukan bimbingan, pembinaan,

pengawalan dan pengendalian

pelaksanaan kegiatan.

f) Melakukan monitoring dan evaluasi

(31)

g)Membuat Berita Acara Serah Terima (BAST) barang pengadaan

Dana tugas Pembantuan (TP)

Satker mandirimuntuk belanja MAK 526.

h)Menyiapkan dan menyampaikan

laporan perkembangan kegiatan

pengembangan tanaman kakao

secara berkala (triwulan) yang ditujukan kepada dinas provinsi yang membidangi perkebunan cq Direktur Jenderal Perkebunan cq Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar.

4)Kelompok Tani

a) Menyusun dan mengusulkan

Rencana Usaha Kelompok (RUK).

b)Penetapan jadual pelaksanaan

kegiatan yang disesuaikan dengan keadaan masing-masing daerah.

c) Melaksanakan kegiatan sesuai

dengan ketentuan yang ditetapkan.

d)Memanfaatkan paket bantuan

secara benar.

e)Menyusun dan menyampaikan

laporan pelaksanaan kegiatan

kelompok kepada dinas kabupaten

/kota yang membidangi

(32)

f) Kelompok tani calon penerima bantuan berperan aktif untuk mengawasi pelaksanaan kegiatan.

C. Lokasi, Jenis dan Volume Pengembangan Tanaman Kakao

1)Lokasi kegiatan pengembangan kakao

tahun 2016 tersebar pada daerah

sentra pengembangan kakao

(terlampir).

2)Jenis dan Volume

Jenis dan volume bantuan yang diberikan kepada petani per hektar sebagai berikut:

 kegiatan intensifikasi tanaman

kakao jenis dan volume bantuan yang diberikan adalah pupuk NPK sebanyak 450 kg pupuk organik 275 kg, feromon sebanyak 6 set (untuk

tanaman menghasilkan) dan

gunting pangkas sebanyak 1 unit.

 kegiatan peremajaan tanaman

(33)

Pengembangan Tanaman Teh Lokasi, Jenis dan Volume

a) Lokasi kegiatan pengembangan

tanaman teh tersebar di Provinsi

Jawa Barat dan tersebar di

kabupaten/kota sentra teh

(Lampiran ).

b) Jenis dan Volume

-Untuk kegiatan intensifikasi teh, jenis dan volume bantuan yang diberikan per hektar adalah pupuk NPK 200 kg/ha, pupuk organik 200

kg/ha, feromon 8 paket/ha,

herbisida 2 liter/ha, power sprayer 0.07 unit/ha. paket/ha, herbisida 1 liter/ha, power sprayer 0.07 buah/ha, gaet 1 unit/ha.

Pengembangan Tanaman Kopi Lokasi, Jenis dan Volume

- Lokasi kegiatan pengembangan kopi

(34)

- Jenis dan volume bantuan yang diberikan kepada petani per hektar sebagai berikut:

Intensifikasi Kopi Arabika dan Robusta Pupuk Organik dengan volume 900 kg/ha;Pengendali OPT 25 paket/ha Gunting pangkas 1 unit/ha

D. Simpul Kritis

Dalam rangka pelaksanaan kegiatan

pengembangan tanaman penyegar,

diprediksi adanya simpul kritis sebagai berikut:

1) Tahap sosialisasi yang dilakukan oleh

tim pusat dan tim teknis provinsi

kabupaten/kota kurang tertib,

kurang efektif dan kurang optimal;

2) Identifikasi CP/CL kurang tepat

sasaran, baik persyaratan petani maupun persyaratan lahan;

3) Proses pengadaan melalui

kontraktual (lelang) kemungkinan

terjadinya sanggah yang akan

mengakibatkan proses pengadaan

mundur/terlambat sehingga

berpengaruh terhadap realisasi fisik dan keuangan;

4) Musim hujan (waktu tanam) yang

tidak menentu menjadi penghambat

waktu penanaman di lokasi

(35)

5) Penyediaan benih kurang tepat jumlah dan tepat waktu, sehingga

terjadi kekurangan dan

keterlambatan dalam penyaluran.

3.2. Pemberdayaan Pekebun dan Penguatan Kelembagaan

A.Ruang Lingkup

1)Pelatihan Penumbuhan Kebersamaan/

Dinamika Kelompok tanaman

penyegar di kabupaten/kota

sebagaimana dalam Lampiran 4.

2)Pelatihan Penguatan Kelembagaan

tanaman penyegar di kabupaten/kota sebagaimana Lampiran 5. Pelatihan

penguatan kelembagaan Lengkap

terdiri dari 5 jenis pelatihan yaitu Strategi Pengembangan Kelembagaan Petani (SPKP), Manajemen Kemitraan Budidaya (MKBD), Kepemimpinan dan

Komunikasi (KK), Administrasi

Pembukuan dan Program Tabungan (APPT), dan Pengembangan Ekonomi Rumah Tangga (PERT). Pelatihan

penguatan kelembagaan Lanjutan

terdiri dari 3 jenis pelatihan yaitu Kepemimpinan dan Komunikasi (KK), Administrasi Pembukuan dan Program Tabungan (APPT), dan Pengembangan Ekonomi Rumah Tangga (PERT).

3)Kegiatan pemberdayaan petani yang

(36)

buku Pedoman Pemberdayaan Petani dan Kelembagaan, yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2011.

4)Pelaksanaan pelatihan diawali dengan

program rencana kegiatan termasuk penyusunan jadwal, pelatih, materi, dan lain – lain.

5)Pelatihan dilaksanakan oleh Dinas

yang membidangi perkebunan Provinsi atau Kabupaten/Kota .

6)Pendampingan proses pemberdayaan

petani oleh Tim Asistensi dan/atau Tim Fasda.

7)Pembinaan, pengawalan, monitoring

dan evaluasi pelaksanaan kegiatan.

8)Pembuatan laporan.

B.Pelaksana Kegiatan

Secara umum organisasi pelaksana

kegiatan dengan uraian tugasnya adalah sebagai berikut :

1)Pusat

a)Menyusun Pedoman Teknis

Pemberdayaan Pekebun Tanaman Penyegar Tahun 2016;

b)Melakukan sosialisasi ke provinsi

(37)

c)Melakukan koordinasi, bimbingan,

pembinaan dan pengawalan

kegiatan;

d)Melakukan monitoring dan

evaluasi;

e)Menyusun laporan.

2)Provinsi

a)Menyusun Petunjuk Pelaksanaan

(Juklak);

b)Koordinasi dengan

pelatih/fasilitator;

c)Bersama-sama dengan pelatih/

fasilitator menyusun materi dan modul pelatihan;

d)Melakukan koordinasi dengan

kabupaten tentang kegiatan

pelatihan petani (Dinamika

Kelompok dan Penguatan

Kelembagaan);

e)Melakukan bimbingan, pembinaan

dan pengawalan kegiatan;

f) Melakukan monitoring dan

evaluasi;

g)Menyusun laporan kegiatan.

3)Kabupaten/Kota

a)Menyusun Petunjuk Teknis

(38)

b)Melakukan inventarisasi, identifikasi dan menetapkan calon peserta pelatihan;

c)Koordinasi dengan

pelatih/fasilitator;

d)Bersama-sama dengan pelatih/

fasilitator menyusun materi dan modul pelatihan;

e)Melaksanakan kegiatan Pelatihan

Penumbuhan Kebersamaan /

Dinamika Kelompok, Pelatihan

Penguatan Kelembagaan;

f) Melakukan monitoring dan

evaluasi;

g)Menyusun laporan kegiatan.

C.Lokasi, Jenis dan Volume

1) Lokasi, jenis kegiatan dan volume

peserta Pelatihan Penumbuhan

Kerbersamaan / Dinamika Kelompok tahun 2016 seperti dalam Lampiran.

2)Lokasi kegiatan dan volume peserta

Pelatihan Petani Penguatan

Kelembagaan tahun 2016 seperti

dalam Lampiran 6

D.Simpul Kritis

1) Kurangnya Koordinasi antara

Direktorat Tanaman tahunan dan

Penyegar, Dinas Provinsi, Dinas

Kabupaten/Kota dan

(39)

2) Pemilihan petani/kelompok tani

peserta Pelatihan Penumbuhan

Kebersamaan bukan merupakan

kelompok tani yang utuh,namun

perwakilan dari beberapa kelompok tani.

3) Pemilihan petani peserta Pelatihan

Penguatan Kelembagaan bukan

pengurus kelompok tani yang telah mendapatkan pelatihan penumbuhan

kelembagaan dan/atau belum

mengikuti Pelatihan Penguatan

Kelembagaan tahun 2015.

4) Lokasi kelompok tani sasaran,

kelompok tani yang menjadi sasaran kegiatan tidak berada dalam satu wilayah/desa.

3.3. Integrasi Tanaman Penyegar – Ternak

A.Ruang Lingkup

1) Kegiatan integrasi tanaman kakao

dengan ternak tahun 2016

dilaksanakan di provinsi Sulawesi

Selatan (Kab. Bukukumba, kab.

Soppeng), Provinsi Sulawesi Tenggara (Kab. Konawe, Kab. Kolaka Timur),

Provinsi Maluku Utara (Kab.

(40)

(Kab. Majene, Kab. Polewali Mandar), Provinsi DI.Yogyakarta.

2) Kegiatan integrasi tanaman kakao

dengan ternak meliputi persiapan, penyusunan juklak,juknis, pertemuan kelompok tani, pengadaan ternak kambing, alat pengolah limbah kakao, kandang dan tanaman hijauan ternak, pengawalan, pembinaan, pelaporan.

3) Kelompok sasaran adalah

petani/kelompok tani yang berada di lokasi sentra produksi kakao yang dijadikan lokasi Integrasi tanaman kakao dan ternak.

B. Pelaksana Kegiatan

Pelaksana kegiatan Integrasi Tanaman Kakao dengan Ternak adalah :

1)Tingkat Pusat :

Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar, Ditjen Perkebunan dengan tugas-tugas sebagai berikut :

a)Membuat pedoman teknis

pelaksanaan kegiatan integrasi

tanaman kakao dengan ternak.

b)Sosialisasi pedoman ke daerah.

c)Pembinaan koordinasi dan

pengawalan kegiatan,

d)Monitoring dan evaluasi,

(41)

2)Tingkat Provinsi

Dilaksanakan oleh Dinas yang

membidangi bidang perkebunan

dengan tugas-tugas sebagai berikut :

a) Membentuk tim penanggung jawab

kegiatan integrasi tanaman kakao dengan ternak,

b)Melakukan koordinasi dengan dinas

yang membidangi peternakan,

c) Membuat petunjuk pelaksanaan

kegiatan integrasi tanaman kakao dengan ternak,

d)Sosialisasi petunjuk pelaksanaan

kegiatan,

e)Pengadaan ternak kambing,

pengadaan alat pengolah limbah kakao, pengadaan kandang dan pengadaan tanaman hijau ternak,

f) Pembinaan teknis, koordinasi, dan

pengawalan kegiatan,

g) Membuat Berita Acara Serah

Terima (BAST) Barang Pengadaan

Dana Tugas Pembantuan (TP)

untuk belanja MAK 526 (format terlampir).

h)Monitoring dan evaluasi,

i)Penyusunan dan pembahasan

laporan.

3)Tingkat Kabupaten/Kota dilaksanakan

(42)

Perkebunan dengan tugas-tugas sebagai berikut :

a) Membentuk tim penanggung jawab

kegiatan integrasi tanaman kakao dengan ternak,

b)Melakukan koordinasi dengan dinas

yang membidangi peternakan,

c) Membuat petunjuk teknis

pelaksanaan kegiatan,

d)Melakukan sosialisasi kepada

petani/kelompok tani calon

penerima bantuan dalam rangka

penyamaan persepsi dalam

pelaksanaan kegiatan,

e)Melakukan inventarisasi,

identifikasi dan seleksi calon

petani/kelompok tani,

f) Menetapkan calon petani dan calon

lokasi kegiatan,

g) Bimbingan, pengawalan,

monitoring dan Evaluasi kegiatan,

h)Membuat Berita Acara Serah

Terima (BAST) Barang Pengadaan

Dana Tugas Pembantuan (TP)

satker mandiri (format terlampir)

i) Penyusunan laporan kegiatan.

j) Lokasi, Jenis dan Volume

(43)

C. Simpul Kritis

Dalam rangka pelaksanaan kegiatan integrasi tanaman kakao dengan ternak, diprediksi adanya simpul-simpul kritis sebagai berikut:

1) Ketersediaan bibit kambing kurang

sesuai spesifikasi teknis;

2) Kurangnya kemampuan petani dalam

budidaya ternak.

3.4. Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan

Tanaman Penyegar (Indikasi Geografis)

A. Ruang Lingkup

1)Kegiatan fasilitasi indikasi geografis

ini difokuskan pada komoditi

tanaman penyegar yang memiliki

potensi indikasi geografis yaitu

komoditas kopi.

2)Wilayah Provinsi/Kabupaten yang

memiliki potensi indikasi geografis tanaman penyegar.

3)Kegiatan merupakan lanjutan

meliputi 1) persiapan, 2)

Pendaftaran ke Ditjen HaKI

Kementerian Hukum dan HAM, 3) pemeriksaan substansi dan cetak sertifikat,4) pengambilan sertifikat),

(44)

sertifikat,6) pembahasan dan penyusunan laporan.

B. Pelaksana Kegiatan

Secara umum organisasi pelaksanaan kegiatan dengan uraian tugasnya adalah sebagai berikut :

1) Pusat

Direktorat Tanaman Tahunan dan

Penyegar, Ditjen Perkebunan

bekerjasama dengan instansi terkait dengan tugas :

a)Menyusun Pedoman Teknis

b)Melakukan konsultasi, koordinasi

dan pelaksanaan kegiatan dengan pihak terkait;

c)Melakukan sosialisasi kegiatan;

d)Melakukan pembinaan,

pengawalan Monev, konsultasi dan koordinasi, Indikasi Geografis

(IG) tanaman penyegar ke

Provinsi/Kab./Kota.

2) Provinsi/Kabupaten/Kota

a) Menyusun Petunjuk Pelaksanaan

(Juklak/Juknis).

(45)

c) Melakukan konsultasi, koordinasi dan pelaksanaan kegiatandengan pihak terkait.

d) Melakukan pembinaan,

pengawalan, pendampingan,

Indikasi geografis.

e) Fasilitasi pertemuan dalam

rangka penyerahan sertifikat IG.

f) Melakukan penyusunan laporan.

C. Lokasi, Jenis dan Volume

Lokasi, jenis dan volume kegiatan

indikasi geografis (IG) tanaman

penyegar TA. 2016 dapat dilihat pada lampiran 7.

D. Simpul Kritis

Dalam rangka pelaksanaan kegiatan indikasi geografis tanaman penyegar, terdapat simpul-simpul kritis sebagai berikut:

1)Kurangnya sosialisasi dan koordinasi antar stakeholders.

2)Tidak lengkapnya dokumen (data,

(46)

IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN KEPADA PETANI

Proses pengadaan dan penyaluran kegiatan pengembangan tanaman penyegar (kakao, kopi dan teh) dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Penetapan kelompok sasaran berdasarkan

Keputusan Kepala Dinas Propinsi (TP Propinsi) atas usulan Kepala Dinas

Kabupaten yang membidangi

perkebunan atau Bupati/Walikota /

Kepala Dinas Kabupaten yang

membidangi perkebunan

(TP Kabupaten)

2. Prosedur pengadaan dan penyaluran

mengacu pada Perpres No. 54 Tahun

2010 beserta perubahannya yang

terakhir dirubah dengan Peraturan

Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

serta Pedoman Pengadaan. Khusus untuk Papua dan Papua Barat mengacu pada Perpres No. 84 Tahun 2012.

Disamping itu juga mengacu pada

pedoman Pengadaan dan Penatausahaan Barang lingkup Satker Direktorat Jenderal Perkebunan;

3. Pelaksanaan Lelang/Pengadaan barang

dan jasa harus selesai pada bulan

(47)
(48)

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN

A.Pembinaan

Pembinaan kelompok dilakukan secara

berkesinambungan, sehingga mampu

mengembangkan usahanya secara

mandiri. Untuk itu diperlukan dukungan pembinaan lanjutan yang bersumber dari dana APBD dan atau masyarakat.

Agar pelaksanaan kegiatan ini memenuhi

kaedah pengelolaan sesuai prinsip

pelaksanaan pemerintahan yang baik dan bersih, maka pelaksanaan kegiatan harus mematuhi prinsip-prinsip :

1. Mentaati ketentuan peraturan dan

perundangan;

2. Membebaskan diri dari praktek

korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN);

3. Menjunjung tinggi keterbukaan

informasi, transformasi dan

demokratisasi;

4. Memenuhi asas akuntabilitas.

B. Pengendalian

Pengendalian kegiatan pengembangan

tanaman penyegar dilakukan dengan

tujuan untuk mencegah terjadinya

(49)

dari perencanaan hingga pelaksanaan kegiatan.

C. Pengawalan dan Pendampingan

Pengawalan dan pendampingan perlu

dilakukan untuk menjamin bantuan

diterima oleh petani/kelompok tani dan

kegiatan dilaksanakan sesuai jadwal

yang telah ditetapkan, sehingga bantuan

benar- benar dapat dirasakan oleh

masyarakat dalam meningkatkan

(50)

VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

Monitoring, evaluasi dan pelaporan mengacu kepada Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2012, tanggal 3 Oktober 2012 tentang Pedoman Sistem

Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan

Pembangunan Pertanian.

Dinas yang membidangi perkebunan

kabupaten dan provinsi wajib melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan secara berjenjang dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, dengan ketentuan:

1. Pelaporan

Laporan berisi tentang :

 Rencana kerja dana tugas pembantuan

(form terlampir);

 Kemajuan pelaksanaan kegiatan sesuai

indikator kinerja;

 Perkembangan kelompok sasaran

dalam pengelolaan kegiatan lapangan berikut realisasi fisik dan keuangan;

 Permasalahan yang dihadapi dan

upaya penyelesaian di tingkat provinsi dan kabupaten;

 Format laporan menggunakan format

yang telah ditentukan (form

terlampir).

Laporan perkembangan fisik yang sesuai tahapan pelaksanaan kegiatan dengan materi meliputi: nama petani/kelompok

(51)

areal (target dan realisasi), waktu

pelaksanaan, perkembangan,

permasalahan dan upaya pemecahan

masalah. Laporan Akhir Kegiatan yang menyangkut seluruh pelaksanaan kegiatan ini.

2. Waktu penyampaian laporan:

a. Laporan Monev dibuat per bulan

dengan ketentuan:

 Pelaporan dinas yang membidangi

perkebunan kabupaten ditujukan kepada provinsi, disampaikan paling lambat setiap tanggal 5 bulan laporan.

 Pelaporan dinas yang membidangi

perkebunan provinsi ditujukan

kepada Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar Direktorat Jenderal

Perkebunan, disampaikan paling

lambat setiap tanggal 7 bulan laporan.

b. Laporan Perkembangan Fisik dibuat per

triwulan, ditujukan kepada Direktorat

Tanaman Rempah dan Penyegar

Direktorat Jenderal Perkebunan,

disampaikan paling lambat setiap

tanggal 5 bulan laporan.

c. Laporan Akhir ditujukan kepada

Direktorat Tanaman Rempah dan

(52)
(53)

VII. PEMBIAYAAN

Pembiayaan Pengembangan Tanaman

Penyegar Tahun 2016 bersumber dari dana

APBN yang dialokasikan pada DIPA

(54)

VIII. PENUTUP

Penyusunan Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Penyegar Tahun 2016 dimaksudkan sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dalam kegiatan pengembangan tanaman kakao.

Pedoman Teknis ini akan ditindaklanjuti dengan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) oleh Provinsi dan Petunjuk Teknis (Juknis) oleh

Kabupaten. Diharapkan dengan adanya

Pedoman Teknis ini, kegiatan Pengembangan Tanaman Penyegar Tahun 2016 dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(55)
(56)

Lampiran 1

Lokasi Pengembangan Tanaman Kakao Tahun 2016

NO PROVINSI KABUPATEN LUAS

(HA) Intensifikasi Tanaman Kakao

(57)
(58)

51 Muna Barat 500

52 Buton 200

14 SULUT 53 Bolaang Mongondow 1,000

54

Bolaang Mongondow

Utara 500

55

Bolaang Mongondow

Selatan 500

15 GORONTALO 56 Pohuwato 500

57 Gorontalo 200

58 Boalemo 500

16 KALBAR 59 Sanggau 100

17 KALTIM 60 Berau 200

18 MALUKU 61 Maluku Tengah 200

62 Seram Bagian Barat 300

19 MALUT 63 Halmahera Selatan 1,500

64 Halmahera Barat 800

65 Halmahera Utara 500

66 Halmahera Tengah 300

67 Kep. Sula 700

(59)

NO PROVINSI KABUPATEN LUAS (HA)

Peremajaan Tanaman Kakao

(60)

Lampiran 2

Lokasi Pengembangan Tanaman Kopi Tahun 2016

NO PROVINSI KABUPATEN LUAS

(HA)

INTENSIFIKASI KOPI ARABIKA

1 ACEH 1 Aceh Tengah 100

13 Humbang Hasundutan 2300

14 Dairi 1500

15 Mandailing Natal 800

16 Tapanuli Utara 500

PERLUASAN KOPI ARABIKA 100

(61)

NO PROVINSI KABUPATEN LUAS (HA)

INTENSIFIKASI KOPI ROBUSTA

1 ACEH 1 Pidie 150

2 RIAU 2 Kepulauan Meranti 140

3 SUMSEL 3 Muara Enim 100

4 LAMPUNG 4 Lampung Barat 400

5 Tanggamus 400

6 Lampung Timur 200

5 JATENG 7 Kab. Semarang 100

8 Kendal 100

5 BALI 9 Tabanan 800

6 NTB 10 Bima 100

(62)

Lampiran 3

(63)

Lampiran 4

Lokasi, Jenis Kegiatan dan Volume Peserta Pelatihan Penguatan Kelembagaan

NO PROVINSI KABUPATEN Jumlah

(Orang) Pelatihan Penumbuhan Kebersamaan (DK)

1 KALBAR 1 Bengkayang 200

2 SULTENG 2 Kota Palu 200

3 Banggai 600

4 Tojo Una Una 350

5 Morowali 300

3 SULSEL 6 Enrekang 200

7 Bantaeng 100

4 SUMUT 8 Simalungun 2000

9 Dairi 1500

10 Tapanuli Utara 500

11 Mandailing Natal 500

(64)

NO PROVINSI KABUPATEN Jumlah (Orang) Pelatihan Penguatan Kelembagaan Lanjutan

(65)

NO PROVINSI KABUPATEN Jumlah (Orang) Pelatihan Penguatan Kelembagaan

1 JATIM 1 Blitar 30

2 DIY 2 Kulon Progo 30

3 Gunung Kidul 30

3 KALBAR 4 Bengkayang 30

4 SUMUT 5 Simalungun 240

6 Dairi 180

7 Tapanuli Utara 60

8 Mandailing Natal 60

(66)

Lampiran 5

Lokasi, jenis dan volume kegiatan integrasi tanaman kakao dengan ternak tahun 2016

No. Lokasi

Provinsi/Kab.

Jenis Kegiatan Fisik Volume

1 Prov. Sulawesi

Selatan 1. Kab. Bulukumba

f) Bantuan Ternak

Sapi.

36 ekor

g) Bantuan Alat

Pengolah Limbah Kakao

3 Set

Bantuan kandang 12 unit

i) Bantuan Benih

Tanaman Hijauan Ternak.

12 paket

2.Kab. Soppeng j) Bantuan Ternak

Kambing.

144 ekor

k) Bantuan Alat

Pengolah Limbah Kakao

3 set

Bantuan kandang 24 unit

m) Bantuan Benih

Tanaman Hijauan Ternak.

24 Paket

2. Prov. Sulawesi

Tenggara

1. Kab. Konawe

n) Bantuan Ternak

Kambing.

144 ekor

o) Bantuan Alat

Pengolah Limbah Kakao

3 Set

Bantuan kandang 24 unit

q) Bantuan Benih

Tanaman Hijauan Ternak.

24 paket

2. Kab.Kolaka Timur

r) Bantuan Ternak

Kambing.

144 ekor

(67)

Pengolah Limbah Kakao

Bantuan kandang 24 unit

u) Bantuan Benih

Tanaman Hijauan Ternak.

24 paket

3. Prov. Maluku

Utara

1. Kab. Halteng

v) Bantuan Ternak

Kambing.

144 ekor

w) Bantuan Alat

Pengolah Limbah Kakao

3 Set

Bantuan kandang 24 unit

y) Bantuan Benih

Tanaman Hijauan Ternak.

24 paket

2. Kab.Halsel z) Bantuan Ternak

Kambing.

144 ekor

aa) Bantuan Alat

Pengolah Limbah Kakao

3 Set

bb) Bantuan kandang 24 unit

cc) Bantuan Benih

Tanaman Hijauan Ternak.

24 paket

4. Prov. Sulawesi

Barat

1. Kab. Majene

dd) Bantuan Ternak

Kambing.

144 ekor

ee) Bantuan Alat

Pengolah Limbah Kakao

3 Set

Bantuan kandang 24 unit

gg) Bantuan Benih

Tanaman Hijauan Ternak.

24 paket

2. Kab.Polewali Mandar

hh) Bantuan Ternak

Kambing.

144 ekor

ii) Bantuan Alat

Pengolah Limbah Kakao

3 Set

(68)

kk) Bantuan Benih Tanaman Hijauan Ternak.

24 paket

5. Prov.

DI.Yogyakarta

ll) Bantuan Ternak

Kambing.

264 ekor

mm) Bantuan kandang 8 unit

nn) Bantuan Bibit

Lamtoro (hijauan makanan ternak)

(69)

Lampiran 6

Lokasi, komoditas dan volume kegiatan Indikasi Geografis (IG) tanaman rempah dan penyegar TA. 2016

No Provinsi Kabupaten Komoditas Volume Kegiatan Baru

1 Sumatera Utara

Tapanuli

Selatan Kopi 1 keg Madina Kopi 1 keg Kegiatan Lanjutan

1 NTB # Provinsi Kopi Robusta

(70)

Lampiran 7

Standar Mutu Benih Kakao Siap Tanam

(Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 90/Permentan/OT.140/9/2013 tentang Standar Operasional Prosedur Penetapan Kebun Sumber Benih, Sertifikasi Benih, dan Evaluasi Kebun Sumber Benih Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.).

No Kriteria Standar Mutu Benih

Benih dalam polibeg (Seedling)

1. Umur Benih 3 sd 6 bulan

Benih dalam polibeg (Okulasi)

1. Umur Benih 3 sd 6 bulan (setelah sambung)

Benih dalam polibeg (Sambung Pucuk)

(71)

Standar Mutu Benih Kakao (Entres)

(Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 90/Permentan/OT.140/9/2013 tentang Standar Operasional Prosedur Penetapan Kebun Sumber Benih, Sertifikasi Benih, dan Evaluasi Kebun Sumber Benih Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.))

No Tolok Ukur Standar Entres kakao

A. Standar mutu benih kakao dalam bentuk entres

1 Klon/Varietas Bina/Anjuran

2 Asal Usul Entres Kebun Benih

Bersertifikat

3

Bukti asal usul benih No. Faktur

pengiriman tanggal

Ada

4 Tanggal pengambilan Maksimal 5 Hari

5 Kemasan

Kontak karton/peti kayu/gabus/batang pisang

6 Perlakuan Bekas potongan diberi

paraffin/lilin

B. Keragaan Entres

1 Mutu Genetik

Kemurnian 100 %

2 Mutu Fisik

a. Kesegaran Fisik Tidak Keriput/Segar

b. Panjang Entres 15 sd 20 cm

(72)

d. Warna Batang Hijau kecoklatan

e. Daya Simpan ± 5 Hari setelah panen

3 Kesehatan Bebas VSD

4 Isi Kemasan Sesuai dengan ukuran

kemasan

5 Perlakuan Bekas potongan diberi

(73)

Lampiran 8

Standar Mutu Benih Kopi

Benih Kopi Kegiatan Peremajaan dan Perluasan Tanaman Kopi Berkelanjutan

Tahun 2016

Standar Mutu Siap Tanam berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 89/Permentan/OT.140/9/2013 tentang Standar Operasional Prosedur Penetapan Kebun Sumber Benih, Sertifikasi Benih, dan Evaluasi Kebun Sumber Benih Tanaman Kopi ( Coffea sp)

No Kriteria Standar mutu

1.

2.

3.

Benih dalam Polibeg (Semaian)

Benih dalam Polibeg (setek) - Umur Benih

Benih dalam Polibeg (sambung pucuk)

- Umur Benih - Tinggi Benih - Warna Daun - Jumlah Daun

Minimal 5 bulan 25 – 30 cm Hijau segar

Minimal 5 Pasang daun Minimal 8 mm

Bebas OPT

Minimal 5 bulan 20 – 25 cm Hijau segar

Minimal 5 Pasang daun Minimal 8 mm

Bebas OPT

Minimal 5 bulan 30 – 35 cm Hijau segar

(74)

4.

- Diameter Btg - Kesehatan

Benih dalam Bentuk Entres - Kesegaran Fisik - Jumlah Ruas - Warna Cabang - Kesehatan

Minimal 8 mm Bebas OPT

(75)

Lampiran 9

Spesifikasi Teknis Benih

1.Benih dalam bentuk setek

a)Kemurnian

b)Fisik

c)Panjang Setek

d)Warna Batang

e)Kesehatan

Tidak layu,segar dan berdaun mulus

± 5 cm (± 0,5 cm diatas daun, 4-5 cm dibawah ketiak daun dengan kemiringan potongan ± 45 º )

Hijau tua dan mengkilap Bebas hama dan penyakit

2.Benih dalam Polibeg

a) Asal Benih

b) Umur Benih

c) Tinggi Benih

d) Warna Daun

e) Jumlah Daun

f) Diameter Batang

g) Kesehatan

h) Kenampakan

visual

i) Sistem Perakaran

j) Perlakuan Hijau tua segar Min 5 helai Min 3 mm

Bebas hama dan penyakit

Benih tumbuh sehat,

kekar dan berdaun

normal (jagur) Baik

Telah mengalami

adaptasi terhadap sinar

matahari minimum 1

(76)

Lampiran 10

Form – 01 Ditjen Perkebunan

RENCANA KERJA DANA TUGAS PEMBANTUAN DITJEN PERKEBUNAN TA 2016 KABUPATEN ...

DATA RENCANA KINERJA

(77)

Lampiran 11

Form – 02 Ditjen Perkebunan

LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGAN DANA TUGAS PEMBANTUAN TA 2016

DI KABUPATEN ...

NAMA SATKER : ... LAPORAN BULAN : ...

KODE KEGIATAN

PAGU DIPA REALISASI S/D BULAN INI

Kendala Utama (Masalah)

Solusi Fisik Anggaran Keuangan Fisik

Satuan (Ribu Rp.)

(Ribu

Rp.) % Satuan %

Catatan: Dilaporkan per tiga bulan, paling lambat pada tanggal 5 bulan April, Juli, dan Oktober serta pada akhir Desember 2016

(78)

Lampiran 12

Form – 01 Ditjen Perkebunan

RENCANA KERJA DANA TUGAS PEMBANTUAN DITJEN PERKEBUNAN TA 2016 KABUPATEN ...

DATA RENCANA KINERJA

(79)

Lampiran 13

Form – 02 Ditjen Perkebunan

LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGAN DANA TUGAS PEMBANTUAN TA 2016

DI KABUPATEN ...

NAMA SATKER : ... LAPORAN BULAN : ...

KODE KEGIATAN

PAGU DIPA REALISASI S/D BULAN INI

Kendala Utama (Masalah)

Solusi Fisik Anggaran Keuangan Fisik

Satuan (Ribu Rp.)

(Ribu

Rp.) % Satuan %

(80)

Lampiran 14

SURAT PERNYATAAN

Nomor :

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : ...

NIP : ...

Pangkat/ Gol : ...

Jabatan : Kepala Dinas ... Selaku Kuasa

Pengguna Barang Direktorat

Jenderal Perkebunan Kode Satker 018.

Atas nama Pemerintah Daerah ... dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia menerima barang yang diperoleh dari Belanja Tanah Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda (526111), Belanja Peralatan dan Mesin Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda (526112), Belanja Gedung dan Bangunan Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat(526113), Belanja Jalan

Irigasi Jembatan (JIJ) Untuk Diserahkan Kepada

Masyarakat/Pemda (526114), Belanja Fisik Lainnya Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda (526115), Belanja Barang Penunjang Kegiatan DK dan TP Untuk Diserahkan Kepada Pemda (526211), Belanja Barang Penunjang TP Untuk Diserahkan Kepada Pemda (526212), Belanja Barang Lainnya Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda (526311) sesuai daftar terlampir untuk selanjutnya akan diserahkan kepada Masyarakat/Pemerintah Daerah.

(81)

Referensi

Dokumen terkait

(5) Perusahaan angkutan laut nasional yang menyelenggarakan angkutan di perairan untuk daerah masih tertinggal dan/atau wilayah terpencil dengan trayek

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/ASA

Setelah Anda menemukan sebuah situs web target dan diketahui memiliki celah untuk dieksploitasi menggunakan SQL Injection, step berikutnya yang menjadi prosedur adalah

However, the meat from cryptorchid Omani lambs fed palm frond (4.43) and castrated Omani lambs fed Rhodesgrass (4.56) had lower tenderness scores than meat from entire Omani lambs

1 Biaya Pemasangan Listrik Dihitung 1,000 unt.

•• 6epaskan selang kanul dari mesin compressor atau 6epaskan selang kanul dari mesin compressor atau dari tabung oksigen.. dari

1.3 Unit Kompetensi ini diterapkan kepada ahli penilai kelaikan bangunan gedung khususnya dari aspek arsitektur dan tata ruang luar dalam peraturan perundangan