• Tidak ada hasil yang ditemukan

Official Website Provinsi Jambi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Official Website Provinsi Jambi"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN GUBERNUR JAMBI

NOMOR 15 TAHUN 2016

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGOLAHAN, PEMASARAN DAN PENGAWASAN

BAHAN OLAH KARET BERSIH YANG DIPERDAGANGKAN

DI PROVINSI JAMBI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAMBI,

Menimbang

: a.

bahwa komoditas Karet merupakan salah satu komoditi

unggulan perkebunan yang mampu menghasilkan devisa

bagi negara, menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat

dan membantu pelestarian fungsi lingkungan;

b. bahwa untuk menciptakan persaingan usaha yang sehat,

meningkatkan

daya

saing

pekebun,

serta

menjamin

perlindungan konsumen dan masyarakat, maka perlu diatur

Bahan Olah Karet (BOKAR) bersih yang sesuai dengan

Standar Nasional Indonesia;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

pada huruf a dan huruf b, maka perlu menetapkan

Peraturan

Gubernur

tentang

Petunjuk

Pelaksanaan

Pengolahan, Pemasaran dan Pengawasan Bahan Olah Karet

(BOKAR) yang diperdagangkan di Provinsi Jambi;

Mengingat

: 1. Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang

pembentukan

Daerah-Daerah

Swantantra

Tingkat

I

Sumatera Barat, Jambi , dan Riau (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 75), sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958

tentang penetapan Undang-Undang Nomor 19 Darurat

Tahun

1957

tentang

Pembentukan

Daerah-daerah

swantantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau

menjadi

Undang-Undang

(Lembaran

Negara

Republik

Indonesia Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Indonesia Nomor 1646);

(2)

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun

1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3821);

4. Undang-Undang

Nomor

12

Tahun

2011

tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5234);

5. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesi Nomor

5492);

6. Undang-Undang

Nomor

23

Tahun

2014

tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Republik

Indonesias

Nomor

5587),

sebagaimana

telah

diubah

beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9

Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5679);

7. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi

Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5601);

8. Undang–Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor

308, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5613);

9. Peraturan

Menteri

Pertanian

Nomor

38/Permentan/OT.140/8/2008

tentang

Pedoman

Pengolahan dan Pemasaran Bahan Olahan Karet (BOKAR);

10. Peraturan

Menteri

Perdagangan

Nomor

53/M-DAG/PER/10/2009 tentang Pengawasan Mutu Bahan Olah

Komoditi

Ekspor

Standard

Indonesian

Rubber

yang

diperdagangkan;

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015

tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2036);

(3)

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PETUNJUK PELAKSANAAN PENGOLAHAN, PEMASARAN DAN

PENGAWASAN

BAHAN

OLAH

KARET

BERSIH

YANG

DIPERDAGANGKAN DI PROVINSI JAMBI.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan :

1.

Gubernur adalah Gubernur Provinsi Jambi.

2.

Bupati/Walikota adalah Bupati/Walikota se–Provinsi Jambi.

3.

Provinsi adalah Provinsi Jambi.

4.

Kabupaten/kota adalah Kabupaten/Kota se Provinsi Jambi.

5.

Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu

pada tanah dan atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai,

mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut dengan

bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk

mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.

6.

Pekebun adalah pekebun karet perorangan warga negara Indonesia yang

melakukan usaha Perkebunan dengan skala usaha tidak mencapai skala

usaha tertentu.

7.

Kelompok Pekebun adalah organisasi non formal para pekebun yang

menyelenggarakan usahatani sejenis dan merupakan tempat musyawarah

bersama dalam rangka lebih mengembangkan usahataninya.

8.

Gabungan Kelompok Pekebun selanjutnya disebut GAPOKBUN adalah wadah

kerjasama

dua

atau

lebih

kelompok

pekebun

yang

bertujuan

mengorganisasikan kegiatan secara efisien dan efektif guna memperoleh hasil

kegiatan yang lebih berdaya saing.

9.

APKARINDO adalah Asosiasi Petani Karet Indonesia.

10.

Lateks adalah getah segar berbentuk cair dan berwarna putih susu yang

merupakan hasil keluar dari sadapan pohon karet (

Hevea brasiliensis

).

11.

Bahan olah karet yang selanjutnya disebut BOKAR adalah lateks dan atau

gumpalan yang dihasilkan petani kemudian diolah lebih lanjut secara

sederhana sehingga menjadi bentuk lain yang bersifat lebih tahan untuk

disimpan serta tidak tercampur dengan kontaminan.

12.

Kontaminan adalah bahan lain bukan karet yang tercampur dalam proses

pengolahan BOKAR dan berpengaruh menurunkan mutu.

13.

Bahan pengumpal adalah larutan asam semut/atau bahan lain yang

direkomendasikan oleh lembaga penelitian karet yang kredibel.

(4)

15.

Pedagang informal adalah perorangan yang tidak memiliki izin usaha yang

melakukan kegiatan perdagangan BOKAR dalam skala kecil yang dijalankan

sendiri berdasarkan asas kekeluargaan.

16.

Surat Tanda Pendaftaran Pedagang BOKOR SIR selanjutnya disebut

STPP-BOKOR SIR adalah dokumen tertulis yang dimiliki oleh pelaku usaha atau

pedagang informal yang memperdagangkan BOKOR SIR sebagai bentuk

legalitas terdaftar dari dinas yang mempunyai tugas dan tanggung jawab

dibidang perdagangan di Kabupaten/Kota.

17.

Pengolahan adalah bagian dari rangkaian kegiatan pengelolaan lateks dan atau

gumpalan dengan fokus kegiatan mengolah/memproses menjadi bokar yang

mempunyai daya simpan dan nilai tambah yang lebih tinggi.

18.

Standar Nasional Indonesia yang selanjutnya disebut SNI adalah spesifikasi

teknis atau sesuai yang dibakukan termasuk tata cara dan metode yang

disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan

memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan

hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolgi serta pengalaman,

perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh

manfaat yang sebesar-besarnya yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi

Nasional dan berlaku secara nasional.

19.

Unit Pengolahan dan Pemasaran BOKAR yang selanjutnya disebut UPPB

adalah satuan usaha atau unit usaha yang dibentuk oleh dua atau lebih

kelompok petani sebagai tempat penyelenggara bimbingan teknis petani,

pengolahan, penyimpanan sementara dan pemasaran BOKAR.

20.

Surat Tanda Registrasi UPPB yang selanjutnya disebut STR UPPB adalah

dokumen tertulis sebagai bentuk legalitas terdaftar dari pemerintah

kabupaten/kota yang menunjukkan bahwa kegiatan pengolahan dan

pemasaran BOKAR mendapat bimbingan dan pembinaan dari pemerintah.

21.

Surat Keterangan Asal yang selanjutnya disebut dengan SKA adalah dokumen

tertulis yang diterbitkan oleh UPPB sebagai pelengkap administrasi dalam

proses perdagangan BOKAR yang menjelaskan tentang nama dan alamat

pengolah, jenis, berat timbangan serta tingkat mutu BOKAR.

22.

Kelembagaan Usaha Petani adalah organisasi formal pekebun yang didirikan

oleh kelompok pekebun dan atau Gapokbun yang bergerak dalam kegiatan

ekonomi dengan tujuan mendapatkan keuntungan ekonomi dari usaha

perkebunan antara lain berbentuk KUB (Kelompok Usaha Bersama), Koperasi

Petani dan Perseroan Terbatas (PT).

23.

Pedagang BOKAR adalah perorangan warga negara Indonesia dan atau

perusahaan yang terdaftar pada instansi berwenang yang melakukan kegiatan

pembelian BOKAR di tingkat usahatani dan menjualnya kepada pihak pabrik

pengolahan BOKAR atau Industri

crumb rubber

.

(5)

BAB II

MAKSUD, TUJUAN, FUNGSI DAN RUANG LINGKUP

Bagian Kesatu

Maksud dan Tujuan

Pasal 2

(1). Peraturan Gubernur ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi semua

pemangku

kepentingan

(

stakeholders

)

dalam

kegiatan

Pelaksanaan

Pengolahan, Pemasaran dan Pengawasan Bahan Olah Karet Bersih yang

diperdagangkan di Provinsi Jambi.

(2). Tujuan ditetapkannya Peraturan Gubernur ini adalah untuk :

a. pekebun mengolah dan menghasilkan bahan olah karet agar sesuai dengan

baku mutu yang ditetapkan oleh Pemerintah;

b. para pelaku usaha dan pedagang informal harus mempunyai Surat Tanda

Pendaftaran Pedagang (STPP) BOKOR SIR;

c. meningkatkan posisi tawar pekebun menjadi lebih baik sehingga

pendapatan pekebun meningkat;

d. menjamin terciptanya kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan,

saling memperkuat saling membutuhkan antara pekebun, pedagang, dengan

perusahaan pengolah BOKAR.

Bagian Kedua

Fungsi dan Ruang Lingkup

Pasal 3

(1). Peraturan Gubernur ini berfungsi untuk mengatur kegiatan Pengolahan dan

Pemasaran BOKAR secara khusus yang diberlakukan untuk pengolahan lateks

menjadi BOKAR yang sesuai baku mutu dan kegiatan pemasaran dari di

tingkat usaha tani sampai ke pihak pabrik pengolahan BOKAR dengan tujuan

mendapatkan harga yang proporsional bagi petani.

(2). Ruang lingkup Peraturan Gubernur ini meliputi :

a. pengolahan;

b. kelembagaan;

c. pemasaran;

d. pengelolaan industri

crumb rubber

;

e. pembinaan dan pengawasan;

f. penutup.

BAB III

PENGOLAHAN

Pasal 4

(1). Dalam proses penyadapan karet, pekebun wajib melakukan teknik yang benar,

dilakukan oleh tenaga penyadap yang terampil dan didukung peralatan yang

baik sesuai dengan baku teknis yang ditetapkan.

(2). Pekebun diberi kebebasan menentukan jenis BOKAR yang dihasilkan sesuai

permintaan pasar setempat.

(3). Jenis BOKAR sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas :

a. lateks kebun;

b. sit angin;

c. sit asap/skimming;

d. slab; dan

(6)

Pasal 5

(1). Dalam mengolah BOKAR pekebun wajib menggunakan pembeku lateks/bahan

penggumpal yang wajib direkomendasi oleh lembaga penelitian yaitu : deorub,

asam formiat dan bahan lain yang tidak mencemari lingkungan.

(2). Pekebun tidak diperbolehkan menggunakan pembeku lateks berupa :

a. pupuk TSP;

b. tawas;

c. gadung;

d. nanas dan atau

e. air aki.

(3). Pengolahan BOKAR diwajibkan untuk mengacu pada persyaratan kualitatif

sesuai dengan SNI BOKAR.

BAB IV

KELEMBAGAAN

Pasal 6

(1). Upaya perbaikan mutu BOKAR dimulai dari semangat kebersamaan pekebun

dalam suatu kelembagaan kelompok pekebun yang beranggotakan paling

kurang 25 pekebun.

(2). Untuk memperoleh BOKAR yang sesuai dengan baku mutu, kegiatan

pengolahan BOKAR dipusatkan pada UPPB sebagai unit kerja yang dibentuk

oleh 2 - 3 kelompok pekebun.

(3). UPPB dimaksud berfungsi memberikan pelayanan teknis pengolahan maupun

pengembangan usaha pemasaran BOKAR milik anggota kelompok.

(4). UPPB dilengkapi dengan peralatan dan bahan yang diperlukan dalam proses

pengolahan BOKAR serta didampingi oleh seorang tenaga teknis dan

administrasi yang berasal dari salah satu anggota pekebun yang sudah

terlatih.

Pasal 7

(1). Bupati/Walikota berkewajiban mendaftar UPPB yang berada diwilayah

binaannya.

(2). Pendaftaran UPPB dan penerbitan STR-UPPB sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilaksanakan oleh Kepala Dinas Kabupaten yang membidangi

Perkebunan.

(3). UPPB yang telah didaftar sebagaiman dimaksud pada ayat (1) diterbitkan Surat

Tanda Registrasi Unit Pengolahan dan Pemasaran BOKAR (STR-UPPB).

Pasal 8

(7)

Pasal 9

(1). Pelaku usaha dan pedagang informal dalam melakukan perdagangan BOKAR

harus mendaftarkan usahanya kepada Bupati/Walikota.

(2). Bupati/Walikota yang telah menerima pendaftaraan STPP-BOKAR menerbitkan

surat tanda pendaftaran pedagang BOKAR.

(3). Bupati/Walikota dapat melimpahkan kewenangannya kepada pejabat yang

tugas dan tanggung jawabnya di bidang perdagangan.

BAB V

PEMASARAN

Pasal 10

BOKAR yang diperdagangkan dan disimpan oleh UPPB, pelaku usaha dan industri

crumb rubber

wajib memenuhi persyaratan sebagaimana berikut :

a.

tidak mengandung kontaminan vulkanisat karet;

b.

tidak mengandung kontaminan berat;

c.

mengandung kontaminan ringan maksimum 5%; dan

d.

pengumpalan secara alami atau menggunakan bahan pengumpal yang

direkomendasi oleh lembaga penelitian.

Pasal 11

(1). Pemasaran BOKAR milik petani diselenggarakan secara bersama dalam

koordinasi UPPB.

(2). Kegiatan pemasaran yang dikoordinir UPPB dapat diselenggarakan dengan

cara kontrak kerjasama pemasaran maupun transaksi langsung dan atau

lelang dengan pihak pabrik dan pedagang pengumpul yang memiliki

STPP-BOKOR SIR.

(3). Guna menghindari manipulasi mutu BOKAR dalam pengangkutan, UPPB

menerbitkan Surat Keterangan Asal BOKAR (SKA-B).

(4). Perdagangan BOKAR tanpa dokumen SKA-B harus ditolak oleh pihak pabrik

pengolahan BOKAR.

(5). Harga BOKAR yang diperdagangkan berpedoman pada harga Indikasi yang

dibuat oleh GAPKINDO Cabang Jambi yang diterbitkan setiap hari.

Pasal 12

(1) Kemitraan

merupakan

bentuk

yang

ditempuh

untuk

mewujudkan

pemberdayaan dan peningkatan nilai tambah bagi pekebun yang dilakukan

berdasarkan azas manfaat, berkelanjutan yang saling menguntungkan, saling

menghargai, saling bertanggungjawab dan saling memperkuat.

(2). Kemitraan pengolahan dan pemasaran BOKAR dilakukan antara UPPB dengan

Pabrik pengolahan karet atau pihak ketiga/pelaku usaha yang telah memiliki

STPP-BOKOR SIR yang difasilitasi oleh Asosiasi (APKARINDO dan GAPKINDO).

(3). Pengembangan usaha kelompok petani dalam hal pengolahan dan pemasaran

BOKAR antara lain :

a. kemitraan usaha melalui penyediaan pembeku lateks /bahan penggumpal,

sarana produksi, pemasaran BOKAR, transportasi, fasilitasi pembiayaan

dan atau permodalan;

(8)

(4). Kemitraan dilakukan secara tertulis dalam bentuk perjanjian kemitraan yang

berisikan hak dan kewajiban, pembinaan, pengembangan usaha, pendanaan,

jangka waktu dan mekanisme penyelesaian perselisihan dan ditanda tangani

kedua belah pihak dan disaksikan oleh Asosiasi (APKARINDO dan GAPKINDO)

dan Kepala Dinas yang membidangi perkebunan di Kabupaten/kota.

BAB VI

PENGELOLAAN USAHA INDUSTRI

CRUM B RUBBER

Pasal 13

(1). Industri

Crumb Rubber

wajib mendukung gerakan BOKAR Bersih.

(2). Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku Industri

Crumb Rubber

wajib

membina Kelompok Pekebun Karet sebagai kelompok binaan/mitra.

(3). Industri

Crumb Rubber

wajib melakukan kemitraan dengan UPPB dan atau

dengan kelompok pekebun yang dituangkan dalam perjanjian tertulis.

(4). Industri

Crumb Rubber

wajib membeli bokar bersih yang berasal dari UPPB ,

pelaku usaha dan/atau pedagang informal yang sudah terdaftar.

BAB VII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 14

(1). Pemerintah Daerah wajib melaksanakan pembinaan terhadap pekebun untuk

memperoleh nilai BOKAR yang layak dan bermutu sesuai pedoman teknis

secara terjadwal melalui kegiatan UPPB.

(2). Pelaksanaan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa

penyuluhan, pelatihan, evaluasi, pendampingan, fasilitasi peralatan maupun

bahan.

(3). Pembinaan dapat dilakukan oleh Pemerintah Provinsi dan/atau Pemerintah

Kabupaten/Kota bersama Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO)

serta APKARINDO dan lembaga lainnya.

(4). Gubernur atau Bupati/Walikota dapat memberikan penghargaan kepada

pekebun dan/atau pemilik Industri

Crumb Rubber

yang memiliki kinerja baik

dalam pembinaan pekebun karet.

Pasal 15

(1). Pengawasan perdagangan dan peredaran BOKAR dilakukan secara berkala

dan/atau pada saat adanya laporan dari masyarakat oleh Tim Koordinasi dan

Pengawas Mutu Bokar.

(2). Pelaksanaan Pengawasan dilakukan pada :

a.

kinerja UPPB;

b.

perdagangan dan peredaran BOKAR;

c.

Industri

Crumb Rubber

.

(9)

Pasal 16

Dalam

kegiatan

pembinaan

dan/atau

pengawasan

dilapangan

dapat

mengikutsertakan aparat Pemerintah di daerah sampai pada tingkat Kepala Desa

atau Lurah.

BAB VIII

PENUTUP

Pasal 17

Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan

Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Jambi.

Ditetapkan di Jambi

pada tanggal 2- 8- 2016

GUBERNUR JAMBI,

ttd

H. ZUMI ZOLA ZULK IFLI

Diundangkan di Jambi

pada tanggal 2-8-2016

SEK RET ARIS DAERAH PROVINSI JAMBI,

ttd

H. RIDHAM PRISK AP

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah (a) Untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap kualitas produk motor Yamaha mio PT Harpindo

a) Masalah itu menunjukkan suatu kesenjangan antara teori dan fakta empirik yang dirasakan dalam proses pembelajaran. b) Masalah tersebut memungkinkan untuk dicari dan

Dalam penelitian ini penulis bertujuan untuk menguji pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan Deposit Ratio (LDR) dan Non Performing Loan (NPL) terhadap

IL4SIL PENELITUNNEMIKIRAN DIPRESENTASIXAN TETAPI TIDAK DIIIUAT DAI}IM PROSIDING*. Judul Karva

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperdalam pemahaman peneliti terhadap teori terutama yang berkaitan dengan pelaporan kinerja keuangan koperasi, serta

Dengan tidak adannya pedoman yang menjadi acuan dalam pengawasan pembangunan gedung sekolah pada Dinas X, diindikasikan menjadi maslah yang sangat signifikan dalam

Kegiata iatan n Study Tour to Study Tour to  Bandung ini berupa observasi benda langit yang akan   Bandung ini berupa observasi benda langit yang akan dilakukan di

Implementasi pada layanan publik terutama di bidang layanan SIM berbagai inovasi dibuat seperti pembuatan Satpas Prototype dimana diharapkan akan memberikan kenyamanan