PENGARUH BUDAYA JEPANG TERHADAP HUBUNGAN
INTERNASIONAL JEPANG
NIHON NO KOKUSAI KANKEI NI TAISURU NIHON BUNKA NO
EIKYOU
KERTAS KARYA Dikerjakan
O L E H
SILVIA EGITA BR TARIGAN NIM: 082203022
PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG DIII FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
▸ Baca selengkapnya: bagaimana reaksi bangsa barat terhadap ekspansi jepang
(2)PENGARUH BUDAYA JEPANG TERHADAP HUBUNGAN
INTERNASIONAL JEPANG
NIHON NO KOKUSAI KANKEI NI TAISURU NIHON BUNKA NO
EIKYOU
KERTAS KARYA
Kertas Karya ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Pendidikan Non- Gelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam bidang Studi Bahasa Jepang.
Dikerjakan
OLEH:
SILVIA EGITA BR TARIGAN
NIM: 082203022
Dosen Pembimbing Dosen Pembaca
Drs.Eman Kusdiyana,M. Hum. Drs. Yuddi Adrian Muliadi, M.A.
Nip:19600919 1988 03 1 001 Nip:19600827 1991 03 1 001
PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG DIII FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENGESAHAN
Diterima Oleh
Panitia Ujian Program Pendidikan Non- Gelar Sastra Budaya
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan,
Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam bidang
studi Bahasa Jepang.
Pada :
Tanggal :
Hari :
Program Diploma Sastra Budaya
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara
Dekan,
Dr. Syahron Lubis, M.A.
Nip.19511013 1976 03 1 001
Panitia Ujian:
No. Nama Tanda Tangan
1. Zulnaidi, S.S., M.Hum. ( )
2. Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum. ( )
Disetujui oleh :
Program Diploma Sastra dan Budaya
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara
Medan
Program Studi D III Bahasa Jepang
Ketua Program Studi
Zulnaidi, S.S., M. Hum.
Nip.1967 08072004 01 1 001
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan berkah dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
kertas karya ini guna melengkapi syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya pada
Universitas Sumatera Utara. Adapun judul kertas karya ini adalah “ Pengaruh
Budaya Jepang Terhadap Hubungan Internasional Jepang”.
Penulis menyadari bahwa Tulisan ini jauh dari sempurna, baik dari pengkajian
kalimat, penguraian materi, dan pembahasan masalah. Tetapi berkat dan bimbingan
dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.
Dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu terutama kepada:
1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Zulnaidi, S.S, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Bahasa Jepang Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan kertas karya ini.
4. Bapak Drs. H. Yuddi Adrian Muliadi, M.A., selaku Dosen Pembaca dan Dosen Wali
kertas karya ini, serta perhatian dan dukungan kepada penulis selama masa
perkuliahan.
5. Seluruh staff pengajar Jurusan Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara yang telah mendidik penulis selama perkuliahan.
6. Keluarga yang kukasihi khususnya kedua orangtuaku (B.Tarigan dan A. Br Karo)
yang memberikan kasih sayang dan motivasi secara materi dan nonmateri,serta
kedua saudaraku ( B’Andre dan D’Elyas) yang selalu memberikan dukungan.
7. Seluruh sanak saudara yang telah membantu dalam segala hal, terutama B’Sapta
sekeluarga yang selalu membuat saya merasa nyaman berada di rumah dan kedua
anaknya (Garry n Ello).
8. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Jurusan Bahasa Jepang stambuk 2008,
khususnya kelas B. Khususnya buat Yessy, Yenni, Icun, Siti, Rotua, Ami, dan Gloria
terima kasih buat semua bantuan dan waktu yang kita habiskan bersama selama ini,
kalian semua adalah yang terbaik.
9. Buat Ricardo dan teman saya yang telah meminjamkan buku terimakasih buat doa
dan bantuannya selama pengerjaan kertas karya ini.
10.Sahabat-sahabatku SELALU DI HATI ( Yose, Dewi, Vina, Evi, Rina, Ando, Sepri,
Paska, Waris, Edi) dan teman-teman dalam organisasi PPJ Medan Sekitar, terima
kasih untuk semua doa dan motivasinya.
Walaupun telah berusaha semaksimal mungkin, penulis menyadari sepenuhya bahwa
kertas karya ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan
bagi semua pihak yang membacanya khususnya bagi mahasiswa/mahasiswi jurusan
Bahasa Jepang.
Medan, Juni 2011
Penulis
Silvia Egita Br Tarigan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iv
BAB I. PENDAHULUAN... 1
1.1 Alasan Pemilihan Judul... 1
1.2 Tujuan Penulisan... 3
1.3 Batasan Masalah... 3
1.4 Metode Penulisan... 3
BAB II. GAMBARAN UMUM MENGENAI GEOGRAFI DAN HUBUNGAN INTERNASIONAL JEPANG... 4
2.1 Kondisi Geografik Jepang... 4
2.2 Politik dalam Hubungan Internasional Jepang... 5
BAB III. PENGARUH BUDAYA POLITIK DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL JEPANG... 8
3.1 Tujuan dan Sasaran Politik Bangsa Jepang... 8
3.2 Keterkaitan Budaya dalam Hubungan Internasional Jepang... 9
3.3 Pengaruh Budaya dan Politik Jepang di Indonesia... 15
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN... 19
4.1 Kesimpulan... 19
4.2 Saran... 20
DAFTAR PUSTAKA... 21
ABSTRAK
Jepang adalah negara yang terletak di belahan Utara bumi dan terpisah dari
dataran benua Asia. Di Jepang juga ada banyak gunung berapi, sehingga disana
sering terjadi bencana alam seperti gempa. Sumber energi yang dimilikinya juga tidak
cukup bagi negara Jepang. Oleh karena itu bangsa Jepang melakukan hubungan
internasional dengan berbagai negara. Bangsa Jepang berharap dengan melakukan
hubungan internasional mereka bisa bekerja sama dan memperkuat hubungan
negaranya dengan masyarakat internasional.
Sekarang ini, bangsa Jepang sudah dikenal di dunia internasional. Mereka
memiliki tekhnologi yang tinggi. Mereka juga dikenal sebagai bangsa yang berhasil
menyatukan tradisi dan perkembangan zaman. Selain itu, mereka tetap
mempertahankan semangat, ketekunan kerja, dan disiplin yang tinggi sehingga
mampu bertahan dan bersaing dengan kemampuan yang dimiliki bangsa Barat.
Semua itu dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, dan politik yang dimiliki bangsa
Jepang.
Meskipun bangsa Jepang sudah berhasil dalam berbagai bidang, tetapi mereka
tidak pernah melupakan karakter budaya yang mereka miliki itu. Tanpa disadari
karakter budaya itu sudah menjadi karakter bangsa. Karena sudah terbiasa dan merasa
nyaman dengan karakter budaya yang mereka miliki, maka jika bangsa Jepang
berhubungan dengan bangsa lain di dunia Internasional pun mereka akan selalu
Ada beberapa karakter budaya maupun sosial yang sering mempengaruhi
sikap dan perilaku bangsa Jepang ketika berhubungan dengan bangsa lain, diantara
adalah:
1. Bangsa Jepang memiliki latar belakang sebangai petani dan nelayan dalam waktu
yang cukup lama, sehingga hubungan didalam masyarakat menghasilkan
kebersamaan. Oleh karena itu, dalam menyampaikan ungkapan sering memiliki
makna yang ganda atau sikap tidak terus terang (Aimai). Mereka melakukan hal
ini untuk menjaga hubungan baik di dalam masyarakat.
2. Bangsa Jepang percaya kepada keyakinan yang disebut Amakuri ( rahmat yang
turun dari surga). Ini merupakan suatu kepercayaan bahwa mereka akan selalu
bertahan sebagai bangsa yang maju dengan kekuatan ekonomi, semangat kerja,
dan sistem pemerintahan yang mereka miliki.
3. Bangsa Jepang dikenal sebagai bangsa yang rajin, memiliki disiplin yang tinggi,
dan pekerja keras (Ganbari). Karena sudah menjadi kebiasaan mereka untuk
bekerja keras dalam kehidupan sehari-hari, maka mereka akan merasa malu
apabila bersikap santai dalam melakukan pekerjaan.
4. Pada umumnya bangsa Jepang mengambil jarak dengan orang yang baru mereka
kenal (Hedateru). Mereka akan merasa akrab apabila sudah mengenal dan saling
mengerti satu sama lain. Menjaga jarak secara fisik ataupun perasaan merupakan
suatu bentuk penghormatan kepada bangsa lain.
5. Dalam suatu perundingan, biasanya bangsa Jepang melakukan dengan cara yang
lebih bersahabat yang didasari tujuan kerja dan landasan kerja yang jelas
6. Pada masa lalu, di dalam masyarakat Jepang dikenal memiliki semangat Bushido
sebagai ciri kesetiaan samurai. Meskipun kelas samurai telah dihapus setelah
reformasi Meiji, tetapi nilai Bushido masih tetap mereka pertahankan.
7. Prinsip senioritas (Senpai-Kohai) yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari
bangsa Jepang. Biasanya status, posisi, dan gaji seseorang lebih ditentukan oleh
senioritas.
Karena sudah terbiasa dan merasa nyaman dengan budayanya, maka meskipun
mereka tidak tinggal di negaranya mereka akan mengingat dan menerapkan budaya
itu di lingkungannya. Oleh karena itu orang Jepang yang datang ke Indonesia tanpa
disadari akan mengikuti dan menjalankan budaya itu.
Misalnya dalam perusahaan Jepang di Indonesia, untuk menjalin keakraban
antar-karyawan mereka pergi meluangkan waktu minum bersama (sake/bir). Disitu,
mereka juga menerapkan prinsip senioritas, mereka cederung menghargai karyawan
yang telah lama mengabdi kepada perusahaan daripada karyawan yang masih baru.
Ketika memiliki janji dengan bangsa lain mereka selalu disiplin dan tepat waktu.
Mereka tidak menyukai orang yang memiliki cara kerja santai karena dianggap tidak
memberi manfaat. Mereka selalu berusaha bekerja keras dalam segala hal dimana saja
pun mereka tinggal. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa karakter budaya selalu
berperan dalam kehidupan sehari-hari bangsa Jepang.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul
Jepang adalah negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi dan
menghormati kebebasan masyarakat sipil serta memiliki kemampuan teknologi yang
luar biasa. Bangsa Jepang juga dikenal dengan keberhasilannya dalam menyatukan
tradisi dengan perkembangan zaman. Mereka juga tetap mempertahankan semangat,
ketekunan kerja, dan disiplin yang tinggi. Dengan demikian bangsa Jepang mampu
bertahan dan bersaing dengan kemampuan yang dimiliki bangsa Barat. Semua itu
tentunya tidak terlepas dari faktor budaya, sosisl, dan politik yang dimiliki bangsa
Jepang untuk menunjukan diri dan melakukan hubungan Internasional dengan
berbagai negara.
Selain kepentingan politik, ekonomi, dan pertahanan, faktor lain yang ikut
memberi pengaruh terhadap perilaku politik Jepang dalam melakukan hubungan
internasional adalah cara berfikir, kebiasaan, karakter, dan naluri yang sudah menjadi
bagian dari budaya Jepang. Walaupun telah terjadi perkembangan yang cukup besar
dalam pola berpikir bangsa Jepang sebagai bangsa modern yang memiliki
kemampuan teknologi yang tinggi, tetapi karakter budaya yang sudah berkembang
cukup lama tanpa disadari sudah menjadi bagian dari karakter bangsa. Ada kalanya
karakter budaya ikut berperan dalam perilaku politik Jepang ketika membina dan
melaksanakan hubungan Internasional. Salah satu contonya dalam hubungan Jepang
orang Jepang itu sendiri maupun di berbagai perusahaan Jepang di Indonesia. Mereka
masih memegang teguh ajaran ataupun karakter budaya yang mereka miliki dan
menerapkannya di dalam lingungannya. Misalnya di dalam perusahaaan Jepang,
mereka biasanya sangat menghormati orang yang lebih tua dan berpengalaman.
Mereka juga sangat menghargai segala upaya yang dilakukan oleh orang tersebut
demi kemajuan perusahaan. Biasanya merka memberi posisi yang lebih baik di dalam
perusahaan kepada orang-orang tersebut. Dalam bahasa, mereka juga memiliki
tingkatan-tingkatan untuk bisa menyatakan perasaan dengan tepat. Agar lebih
jelasnya, penulis akan memaparkan karakter budaya yang mempengaruhi hubungan
Internasional Jepang di Bab 3.
Karena karakter budaya tersebut sudah menjadi dasar dan budaya bangsa,
maka saat melakukan politik luar negrinya juga selalu berhubungan dengan karakter
budaya yang miliki itu. Hal tersebut di atas yang mendasari penulis untuk membahas
dan menulis tentang Pengaruh Budaya Jepang Terhadap Hubungan
1.2 Tujuan Penulisan
Dalam penulisan kertas karya ini penulis memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Untuk memahami karakter budaya politik luar negeri Jepang
2. Untuk mengetahui faktor budaya seperti apa yang mempengaruhi hubungan
Internasional Jepang khususnya di Indonesia
3. Untuk menambah wawasan pembaca.
1.3 Batasan Masalah
Dalam penulisan kertas karya ini, penulis memfokuskan penulisannya mengenai
pengaruh budaya Jepang terhadap hubungan internasional Jepang. Kemudian untuk
memperjelas pembahasan, maka penulis menjelaskan juga mengenai geografi Jepang dan
politik dalam hubungan internasional Jepang.
1.4 Metode Penulisan
Dalam penulisan kertas karya ini, penulis menggunakan metode studi
kepustakaan. Metode studi kepustakaan yaitu metode untuk mengumpulkan data atau
informasi dengan cara membaca buku atau referensi yang berkaitan dengan budaya
BAB II
GAMBARAN UMUM MENGENAI GEOGRAFI DAN HUBUNGAN
INTERNASIONAL JEPANG
2.1 Kondisi Geografi Jepang
Jepang adalah sebuah Negara kepulauan yang pulaunya kira-kira berjumlah 4000
pulau yang besar dan kecil, luas wilayanya sekitar 370.000 km2. Kepulauan Jepang
terletak disebelah Utara belahan bumi dan terpisah dari dataran Benua Asia yang
membujur dari Selatan mulai dari daerah kepulauan Okinawa yang berbatasan
dengan Taiwan dan di sebelah Utara berbatasan dengan Rusia. Di sebelah Barat
berbatasan dengan laut Cina dan sebelah timur berbatasan dengan lautan Pasifik.
Jepang juga memiliki beberapa gunung berapi yang aktif sehinga menjadikan negara
ini rentan terhadap bencana alam.
Selain itu, di Jepang ada 4 musim. Musim panas (natsu) berlangsung pada bulan Juni,
Juli, dan Agustus. Musim gugur (aki) pada bulan September, Oktober, dan
November. Musim dingin (fuyu) pada bulan Desember, Januari, dan Februari.
Kemudian musim semi (haru) pada bulan Maret, April, dan Mei.
Karena menyadari kondisi geografik negaranya sebagai negara kepulauan
yang letaknya terpencil dari daratan benua Asia dan memiliki ikim yang sering
berubah-ubah dan juga sering mengalami bencana alam, hal itu membuat bangsa
Jepang memiliki semangat bertahan hidup yang tinggi dan selalu bekerja keras untuk
internasional untuk memperkuat negaranya dan mendekatkan diri dengan
negara-negara lain di masyarakat internasional.
2.2 Politik Dalam Hubungan Internasional Jepang
Apabila melihat perkembangan sejarah Jepang dalam melakukan hubungan
internasional setelah restorasi Meiji tahun 1868, maka kebijakan politik Jepang dalam
melakukan hubungan dengan negara-negara Asia terjadi melalui proses yang tidak
cepat dan saling mempengaruhi, khususnya jika dihubungkan dengan Negara Barat.
Sebelum perang dunia II, persaingan politik dan militer antara Jepang dengan
Barat sudah terjadi. Mereka sama-sama ingin mempengaruhi kawasan Asia Timur.
Tetapi hal itu berakhir setelah kekalahan Jepang dari sekutu pada Perang Dunia II
tahun 1945, dimana pasukan sekutu berhasil menghancurkan wilayah Jepang yaitu
Nagasaki dan Hirosima. Setelah berakhir Perang Dingin maka munculah persaingan
politik dan ekonomi di wilayah Asia Timur. Pertumbuhan ekonomi dan industri di
negara Asia Timur yang sangat cepat. Hal ini membuat Jepang merasa terancam.
Ada beberapa hal yang menyebabkan Jepang menganggap Cina sebagai
ancaman bagi mereka, diantaranya adalah:
1. Jepang menganggap rasa nasionalisme Cina berlebihan yang mengakibatkan Cina
bersikap agresif dalam melaksanakan hubungannya dengan Asia Timur, terutama
negara yang mereka pikir menentang kepentingan politiknya di Selat Cina dan
2. Cina telah berhasil mengembangkan persenjataan canggih yang mampu
mengimbangi persenjataan pertahanan Jepang. Cina juga sudah mengembangkan
mesin perang.
3. Kemajuan ekonomi dan industri Cina menyebabkan terjadi persaingan dengan
Jepang untuk mendapatkan suplai energi.
Karena pertumbuhan ekonomi dan industri negara Asia sangat cepat. Hal itu
membuat Jepang merasa lebih aman menjadi sekutu Amerika Serikat. Hubungan
Jepang dengan Amerika Serikat mengandung kepentingan timbal balik. Hubungan ini
mendukung Jepang untuk menghadapi masalah keamanan yang berasal dari kawasan
Asia Timur. Disamping itu, berdasarkan pemikiran Amerika Serikat, Jepang dan
Korea Selatan merupakan benteng terdepan untuk menjaga dan melindungi kawasan
Pasifik dari bahaya keamanan yang dapat mengganggu wilayah Amerika Serikat itu
sendiri. Oleh karena itu Sikap dan bentuk perilaku Jepang dalam melaksanakan
hubungan internasionalnya ditentukan oleh besar kecilnya kepentingan politik Jepang
untuk dapat bertahan dalam persaingan Internasional.
Berbeda dengan hubungan Jepang dan Amerika Serikat, sedangkan hubungan
Jepang dengan Asia Tenggara dimulai saat Jepang ingin mendapatkan sumber energi
dan hasil alam. Ketika berlangsung Perang Dunia II atau Perang Pasifik, Jepang
menduduki Asia Tenggara. Ini merupakan lanjutan perang minyak yang dilakukan
oleh Jepang untuk mendapatkan sumber energi. Mereka melakukan ini untuk
kepentingan industri dan ekonominya, karena Amerika Serikat dan Inggris
Setelah berakhirnya Perang Pasifik, hubungan Jepang dengan Asia Tenggara
berkembang menjadi hubungan ekonomi dan perdagangan. Hal ini dilakukan karena
ingin mendapatkan keuntungan bagi Jepang dan Asia Tenggara. Untuk mendapatkan
pemasukan energi dari Timur Tengah, Jepang juga ikut berperan untuk menjaga
kondisi keamanan dan stabilitas wilayah laut di lingkungan Asia Tenggara yang
merupakan jalur laut yang penting untuk kepentingan ekonomi dan perdagangan,
serta pemasuk energi bagi Jepang.
Dilihat dari kepentingan di negara Asia Tenggara, budaya dan perilaku politik
Jepang mempunyai nilai positif bagi negara yang melakukan hubungan ekonomi
dengan Jepang. Tetapi dapat dihindari ada juga perilaku politik mereka yang bernilai
negatif, karena pada waktu tertentu perilaku politik Jepang disertai dengan sikap
memaksakan kehendak mengingat kedudukan politik dan ekonomi Jepang yang
sudah mendominasi.
Pada umumnya bagi Jepang sendiri hubungan internasional merupakan suatu
sarana dan alat diplomasi untuk kepentingan politik, ekonomi maupun pertahanan
mereka. Mereka melakukan hal itu karena tidak mempunyai hasil alam dan sumber
energi sendiri. Itu menunjukkan bahwa perilaku politik Jepang dari waktu ke waktu
banyak ditentukan oleh perkembangan yang terjadi dalam persaingan politik di dalam
dan luar negeri. Selain kepentingan politik, ekonomi, dan pertahanan, faktor lain yang
ikut memberi pengaruh terhadap perilaku politik Jepang dalam melakukan hubungan
dengan negara-negara di internasional adalah cara berfikir, kebiasaan, karakter, dan
BAB III
PENGARUH BUDAYA POLITIK DALAM HUBUNGAN
INTERNASIONAL JEPANG
3.1 Tujuan dan Sasaran Politik Bangsa Jepang
Persaingan dan sikap permusuhan antara jepang dengan negara Asia Timur,
khususnya negara Cina dan Korea tidak dapat dipisahkan dari politik adu domba
antara sesama bangsa Asia yang dikembangkan oleh Negara Barat pada tahun
1900-an. Hal ini dilakukan melalui teknologi komunikasi untuk mempengaruhi pendapat
dunia. Mereka melakuhan ini untuk memperkuat posisi politik Barat di Asia Timur.
Hubungan Jepang dengan Asia Tenggara awalnya tidak begitu baik, karena
dipengaruhi oleh emosi pada saat pendudukan Jepang selama Perang Dunia II.
Namun hal ini berubah setelah Jepang melakukan pendekatan terhadap Asia Tenggara
melalui kerja sama teknik, bantuan keuangan, dan investasi. Kerja sama ini
menjadikan hubungan mereka saling memberi manfaat. Dimana posisi strategis
wilayah perairan Asia Tenggara juga merupakan suatu jalur laut yang penting bagi
ekonomi Jepang.
Sikap dan perilaku Jepang dalam membina hubungan internasional dengan
Asia Tenggara juga dipengaruhi oleh nilai dasar budaya Jepang. Mereka memiliki
kebiasaan semangat kerja dan disiplin yang tinggi. Perbedaan cara kerja dan tingkat
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di Jepang menyebabkan terjadinya
bantuan dari Jepang. Ini membuat posisi Jepang beruntung secara tidak langsung,
karena Jepang akan dapat meraih tujuan politiknya.
Tujuan dan sasaran politik bangsa Jepang dalam melakukan hubungan
Internasional adalah agar dapat bertahan sebagai suatu bangsa. Dapat bertahan
merupakan tujuan politik luar negeri Jepang dalam melaksanakan diplomasi. Karena
mereka menyadari kondisi geografik mereka yang kecil dan sering terjadi bencana
alam, serta tidak memiliki sumber energi yang cukup bagi negaranya. Mereka
berharap hubungan internasional dapat memperkuat hubungan negaranya dengan
masyarakat internasional. Karakter bangsa dan cara berpikir bangsa Jepang juga telah
ikut mempengaruhi keinginan mereka untuk menjadi bangsa yang penting di dunia
politik Internasional.
Sebagai negara yang maju, usaha keras Jepang untuk terus meningkatkan
sistem pertahanannya dan memperoleh keanggotaan tetap Dewan Keamanan PBB,
juga merupakan bagian dari tujuannya untuk menjadi negara yang di perhitungkan di
dalam dunia politik Internasional. Mereka mengharapkan hal itu akan memperkokoh
posisi politik Jepang di hadapan dunia.
3.2 Keterkaitan Budaya Dalam Hubungan Internasional Jepang
Walaupun telah terjadi perkembangan yang besar dalam cara berfikir bangsa
Jepang sebagai bangsa yang maju dan memiliki kemampuan teknologi yang cukup
tinggi, tetapi karakter budaya yang telah lama berkembang dalam kehidupan mereka
sering sekali berpengaruh kepada sikap dan perilaku ketika berhubungan dengan
bangsa lain.
Bagi bangsa atau negara yang berhubungan dengan Jepang, agar tidak muncul
kesalah pahaman saat berinteraksi diperlukan suatu pengetahuan dan pengertian
mengenai karakter sosial yang yang dimiliki bangsa Jepang. Beberapa karakter umum
bangsa Jepang yang dapat mempengaruhi kebijakan politik dan hubungan dengan
bangsa lain, diantaranya adalah :
1. Sebagai bangsa yang pernah memiliki latar belakang sebagai petani dan nelayan dalam
waktu yang cukup lama, hubungan didalam masyarakat menghasilkan kebersamaan.
Mereka menganggap kebersamaan sangat penting. Biasanya mereka lebih mengikuti
keinginan kelompok daripada keinginannya sendiri, karena tidak ingin terkucil dari
kelompoknya. Oleh karena itu, muncullah kebiasaan dalam menyampaikan ungkapan
yang bermakna ganda atau sikap yang tidak terus terang (aimai), untuk menjaga
hubungan baik dalam masyarakat.
Salah satu contohnya, ketika bermaksud untuk menolak suatu usulan atau pendapat
pihak lain, maka caranya adalah dengan menggunakan ungkapan bahasa yang tidak
tegas atau tidak jelas. Tujuannya ingin menunjukkan sikap sopan santun atau tidak
menyinggung perasaan orang lain, demi memelihara hubungan baik diantara mereka.
Bagi bangsa Jepang sendiri, mereka sudah saling mengerti apa maksud dari lawan
bicaranya, tetapi bagi bangsa lain (terutama bangsa Barat), sikap ini sering
menimbulkan keraguan dan salah pengertian.
Dalam melakukan hubungan dengan orang Jepang, diperlukan pemahaman tentang
terang-terangan atau terbuka adalah sikap kekanak-kanakan. Khususnya bila
berhadapan dengan bangsa asing. Apabila ingin menyampaikan penolakan, mereka
berharap teman bicaranya biasa mengerti melalui sikap dan perilaku mereka. Ketika
bangsa Jepang menilai ada masalah yang mengandung makna negatif, maka mereka
cenderung ingin menutupi maksud yang sebenarnya. Bagi orang Jepang yang pernah
merasa dirugikan oleh pihak lain, maka akan membutuhkan waktu yang lama untuk
mengembalikan kepercayaan mereka. Mereka lebih memilih tersenyum daripada ,
menolak dengan tegas suatu usulan.
2. Bangsa Jepang sangat percaya kepada keyakinan yang disebut amakuri (rahmat yang
turun dari surga). Ini merupakan suatu kepercayaan bahwa mereka akan selamanya
bertahan sebagai suatu bangsa yang maju berdasarkan kekuatan dan kemampuan
ekonominya, semangat kerja, dan sistem pemerintahan yang dimilikinya.
Kewenangan yang dianggap turun dari surga (amakuri), sekarang ini terwujud dengan
masih menyediakan jabatan pada birokrat senior di berbagai perusahaan swasta setelah
mereka menghadapi masa pensiun. Peran para amakuri dalam hubungan interasional
juga penting, karena ketika masih berfungsi di pemerintahan mereka sudah menjalin
hubungan dengan dengan para pemerintah dari negara lain. Hal itu membuat mereka
memiliki akses yang kuat di negara-negara yang pernah mendapat bantuan tehnik
maupun pinjaman bunga yang rendah dari pemerintah Jepang.
Oleh karena itu, maka bangsa Jepang selalu merasa yakin bahwa negaranya akan
selalu dilindungi oleh surga untuk dapat bertahan di dalam persaingan internasional.
Keyakinan inilah yang telah menumbuhkan rasa percaya diri tinggi yang besar pada
3. Bangsa Jepang dikenal memiliki karakter sebagai bangsa yang rajin dan pekerja keras
(ganbari). Dimana ganbari itu digunakan untuk menunjukkan sikap perorangan yang
memiliki semangat tinggi untuk bekerja keras mencapai cita-cita atau yang diinginkan
oleh kelompoknya. Semangat ganbari tidak hanya berlaku di lingkungan usaha saja,
tetapi juga dalam kegiatan lain, seperti olahraga dan militer.
Bangsa Jepang dikenal sangat serius dan suka menciptakan hal-hal yang baru, maka
mereka merasa malu apabila bersikap santai dalam melakukan pekerjaan apapun. Dan
sudah menjadi kebiasaan untuk bekerja keras dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
hubungan antar bangsa, bangsa Jepang selalu menilai bangsa lain dari semangat kerja,
disiplin dan kemampuan kerja seperti yang mereka miliki. Mereka berharap pihak lain
juga memiliki semangat yang sama seperti mereka. Mereka kurang memberikan
toleransi terhadap cara kerja yang santai, karena dianggap tidak produktif dan tidak
memberi manfaat.
4. Dalam pergaulan, orang Jepang tidak mudah bergaul dan akrab dengan orang yang
baru mereka kenal, baik dalam penggunaan kata-kata maupun tingkah-laku mereka
dalam pergaulan. Pada umumnya orang Jepang mengambil jarak dengan orang yang
baru dikenal (hedataru). Merasa akrab kalau sudah saling mengenal dan saling
mengerti. Menjaga jarak secara fisik dan perasaan adalah suatu bentuk penghormatan
kepada orang lain. Orang Jepang biasanya memberi hadiah (omiyage) kepada orang
yang baru mereka kenal. Hal ini dilakukan untuk memperdekat hubungan di antara
mereka.
Suatu persahabatan tanpa jarak (najimu) akan terjalin apabila masing-masing sudah
masing-masing. Biasanya minum sake/alkohol bersama merupakan proses percepatan
keakraban pergaulan di kalangan orang Jepang. Dalam perundingan antar bangsa,
kehadiran orang yang memiliki sifat yang sama diperlukan untuk menciptakan suasana
keakraban sehingga mempermudah dan mempercepat proses keberhasilan
perundingan.
5. Bangsa Jepang adalah bangsa yang paling cepat menyerab teknologi Barat apabila
dibandingkan dengan Negara lain di Asia, seperti Korea, Taiwan, Singapura, dan
Cina. Bangsa Jepang mampu menyerab budaya asing untuk dijadikan budaya Jepang
(Iitoko-Dori) karena pengaruh pengaruh ajaran kepercayaan yang mereka anut yaitu
kepercayaan yang berasal dari kepercayaan Shinto dan Budha. Kepercayaan agama
Shinto berasal dari alam, yang percaya adanya kekuatan magis pada pada gunung,
batu-batuan, air terjun, hewan-hewan, tumbuhan, dan juga fenomena alam. Mereka
juga sangat menghormati arwah leluhurnya. Katanya, karena agama Shinto tidak
membatasi kepercayaan mereka pada satu hal saja, jadi besar kemungkinan untuk
berbaur dengan nilai lain (asing) yang masuk ke Jepang. Agama Budha dan Kong Hu
Cu yang masuk disesuaikan dengan kepercayaan agama Shinto. Hal ini membuat
perpecahan kepercayan tidak terjadi di Jepang. Proses Iitoko-Dori membuktikan
bahwa bangsa Jepang memiliki kemampuan untuk memilih dan menyerab pengaruh
dan teknologi asing dengan baik untuk kepentingan bangsa, termasuk menyerap
teknologi dari bangsa lain tanpa menimbulkan konflik.
6. Bangsa Jepang tidak terbiasa dengan cara berunding bangsa Barat. Bangsa Barat
selalu mengajak untuk berunding secara langsung dan melakukan perdebatan sebelum
lebih bersahabat melalui perundingan yang didasari tujuan kerja dan landasan kerja
yang jelas (nemawashi) sebelum mencapai kesepakatan akhir. Di lingkungan
manajemen Jepang , suatu usulan yang di sampaikan secara langsung dalam suatu
rapat pimpinan, biasanya akan ditolak oleh pemimpin perusahaan. Hal itu dilakukan
untuk menghindari terjadinya oposisi yang terbuka secara resmi, karena sikap seperti
itu dianggap tidak sopan dan dapat mempermalukan. Maka dapat dikatakan rapat
resmi di Jepang lebih bersifat perayaan, karena sebelumnya keputusan sudah diambil
melalui nemawashi. Sedangkan di Negara Barat keputusan diambil secara terbuka dan
terang-terangan.
7. Pada masa lalu, di masyarakat Jepang dikenal memiliki semangat Bushido, sebagai
ciri kesetiaan samurai. Samurai mau membela dan berkorban diri demi kepentingan
pimpinan kelompoknya. Semangat bushido dipengaruhi oleh falsafah Buddhism aliran
Zen dan Confusianisme dari Cina. Dimana kesetiaan dan pengobanan dianggap
sebagai bagian dari kehidupan manusia untuk mencapai kehidupan yang kekal.
Walaupun kelas samurai telah dihapus setelah reformasi Meiji, tetapi nilai Bushido
masih tetap dipelihara mereka. Tetapi kadang-kadang semangat ini memiliki nilai
negatifnya dimana bisa membuat muncul perasaan harga diri yang berlebihan ketika
berhadapan dengan bangsa lain yang dianggap lebih rendah martabatnya dari bangsa
Jepang.
8. Prinsip senioritas (senpai-kohai) dalam masyarakat Jepang sudah berkembang sejak
lama. Prinsip senioritas awalnya dipengaruhi oleh ajaran agama Kong Hu Cu yang
berasal dari Cina, yang berlaku di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, di sekolah,
lebih senior tercermin dalam kegiatan sosial dan penggunaan istilah dalam masyarakat
Jepang. Status, posisi, dan gaji seseorang lebih ditentukan oleh senioritas daripada
kemampuannya. Senioritas juga ikut menentukan dalam pengambilan keputusan dalan
suatu organisasi. Tetapi sekarang ini mulai terjadi perubahan, mereka sudah mau
memberikan penghargaan kepada kemampuan perorangan di organisasi.
3.3Pengaruh Budaya dan Politik Jepang Di Indonesia
Awal kedatangan Jepang ke Indonesia adalah ketika Perang Dunia 2 pecah,
Jepang menyerbu sumber minyak di Tarakan dan Balikpapan. Mereka sudah lama
merencanakan hal ini. Ini merupakan anjuran dari Laksamana Mukoda Kinichi dari
angkatan laut Jepang.
Bangsa Jepang menjajah Indonesia kira-kira tiga setengah tahun, antara bulan
Maret 1942 sampai dengan Agustus 1945. Sebagai penjajah, penguasa militer Jepang
telah memberlakukan berbagai dan tradisi mereka terhadap bangsa Indonesia. Mereka
mempunyai sikap dan perilaku yang cukup memaksa bangsa lain yang menjadi
jajahannya, agar dapat cepat menerima dan mengikuti tradisi serta kebiasaan yang
mereka miliki.
Sekarang ini, meskipun bahasa Jepang yang tidak tinggal di negaranya tetapi
mereka masih mengingat dan menerapkan karakter budaya mereka di lingkungannya.
Hal itu terjadi karena mereka sudah terbiasa dan merasa nyaman dengan karakter
budaya yang mereka miliki itu. Oleh karena itu, orang Jepang yang datang ke
Seperti yang telah dibahas dalam bab sebelumnya, maka beberapa karakter
budaya Jepang dapat kita lihat dalam berbagai bidang di Indonesia. Misalnya dalam
perusahaan Jepang, biasanya mereka masih memegang beberapa karakter budaya
Jepang dan menerapkannya dalam perusahaan tersebut. Salah satu diantaranya ialah
prinsip senioritas yang ada di Jepang. Mereka cenderung menghargai pegawai
ataupun karyawan yang telah lama mengabdi untuk perusahaan tersebut dari pada
karyawan yang masih baru. Biasannya mereka akan diberikan posisi yang lebih baik.
Untuk menjalin keakraban antar-karyawan dalam suatu perusahaan, biasanya mereka
meluangkan waktu untuk pergi bersama minum minuman beralkohol (sake/bir).
Selain itu, bangsa Jepang dikenal dengan sikap yang tegas dan disiplin yang
tinggi. Maka tidak heran apabila orang Jepang biasanya selalu tepat waktu dan tidak
pernah mengulur-ulur waktu untuk melakukan suatu pekerjaan. Mereka tidak begitu
menyukai orang ataupun pribadi yang memiliki cara kerja santai karena dianggap
tidak produktif dan tidak memberi manfaat. Mereka akan lebih menghargai orang
yang bersungguh-sungguh melakukan suatu pekerjaan meskipun hasilnya tidak begitu
bagus. Bahkan untuk menjalin hubungan baik antara orang-orang yang bekeja di
beberapa Konsulat Jendral Jepang dengan orang Indonesia sering diadakan
pengenalan budaya Jepang maupun jamuan minun teh. Karena karakter budaya itu
sendiri sangat lekat dalam kehidupan bangsa Jepang. Maka saat melakukan hubungan
politik bangsa Jepang tidak terlepas dari karakter budaya itu sendiri.
Dalam bidang politik saat ini, kedudukan Jepang mempunyai nilai yang
merupakan negara donor, mitra dagang, dan investor utama Indonesia. Jepang juga
menjadi negara pengimpor hasil alam dan bahan energi Indonesia.
Hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Jepang sejak tahun 1958
sampai sekarang berlangsung dengan baik dan bersahabat. Namun dalam beberapa
hal dari waktu ke waktu kadang-kadang muncul perbedaan dalam pelaksanaan kerja
sama politik maupun ekonomi. Kadang-kadang tidak dapat dihindari adanya ketidak
sejajaran dalam menanggapi atau merespon perkembangan regional wilayah, karena
Jepang memiliki posisi sebagai sekutu Amerika Serikat.
Bantuan Jepang ke Indonesia tentunya tidak terlepas dari kepentingan bangsa
Jepang itu sendiri. Salah satu faktor yang membuat terjalinnya hubungan antara
Indonesia dengan Jepang adalah letak geografik Indonesia yang penting bagi ekonomi
Jepang. Dimana Indonesia memiki sumber minyak dan gas bumi yang melimpah
sedangkan Jepang sendiri tidak memiliki kekayaan alam seperti itu.
Hubungan politik kedua negara juga dipengaruhi oleh semakin berkurangnya
suplai minyak bumi dan pasokan gas bumi dari Indonesia yang semakin berkurang.
Semakin terbatasnya persediaan dan kemampuan ekspor Indonesia, juga berbagai
faktor dalam negeri yang menghambat kelencaran invesrasi Jepang. Menyebabkan
hubungan kedua negara mengalami kemunduran. Dimana hubungan Jepang dengan
Indonesia lebih banyak didasari oleh kepentingan dan keuntungan ekonomi.
Banyak pihak di Indonesia yang mengharapkan bahwa Jepang bersedia
membantu Indonesia membangun kembali ekonominya berdasakan hubungan kerja
kedua Negara. Indonesia mengharapkan bantuan dari Jepang untuk membangun
hubungan ekonominya untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin.
Bantuan tehnik dan pembangunan infrastruktur Jepang di Indonesia pada umumnya
dihubungkan dengan kepentingan investasi Jepang di Indonesia.
Oleh karena itu dapat dikatakan, kedua negara memiliki ketergantungan satu
sama lain, baik dari segi kepentingan politik maupun kepentingan ekonomi. Karena
hubungan Indonesia dengan Jepang saling mempertemukan dua kepentingan nasional
maka, tidak dapat diharapkan akan selalu memiliki kesejajaran, mungkin saja terjadi
perbedaan pandangan di bidang politik ataupun ekonomi. Dan bagaimana Indonesia
menghadapi budaya polititik Jepang merupakan tantangan bagi Indonesia dalam
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian yang penulis jabarkan pada bab-bab sebelumnya,
maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Jepang memiliki kondisi geografik yang letaknya terpencil dari daratan Benua
Asia dan sering mengalami bencana alam. Karena menyadari hal itu bangsa
Jepang memiliki semangat untuk bertahan hidup yang tinggi.
2. Beberapa karakter budaya yang menjadi kebiasaan sehari-hari dalam
pergaulan antara sesama penduduk Jepang ikut mempengaruhi perilaku orang
Jepang dalam melaksanakan hubungan interaksi dengan bangsa lain. Tetapi,
pengaruh tersebut tidak bersifat mutlak.
3. Tujuan dan sasaran politik luar negeri bangsa Jepang dalam melakukan
hubungan internasional adalah agar selalu bertahan sebagai bangsa dan
memperoleh keanggotaan tetap Dewan Keamanan PBB (Perserikatan
Bangsa-Bangsa)
4. Karena Jepang tidak mempunyai hasil alam dan sumber energi sendiri, Jepang
menggunakan hubungan internasional sebagai sarana dan alat untuk
kepentingan penelitian, ekonomi, maupun pertahanan mereka.
5. Dalam perusahaan Jepang yang di Indonesia sendiri beberapa karakter
Pegawai yang sudah lama bekerja biasanya mendapat penghargaan dengan
mendapat posisi yang lebih baik.
6. Bangsa Jepang dikenal rajin, pekerja keras, dan memiliki disiplin yang tinggi.
Ketika melakukan rapat dalam suatu organisasi maupun dengan bangsa lain
mereka selalu tepat waktu. Dan mereka akan merasa malu apabila tidak
mengikuti itu.
4.2 Saran
Setelah Penulis menyusun kesimpulan, maka pada bagian akhir ini penulis
akan memberikan saran-saran yang mungkin bermanfaat bagi para pembaca
diantaranya sebagai berikut:
1. Karater budaya bangsa Jepang hendaknya terus dipertahankan sampai waktu
mendatang sebagai salah satu ciri khas yang membedakan masyarakat Jepang
dengan masyarakat lainnya.
2. Sebagai negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah, negara
Indonesia harus lebih mau berusaha meningkatkan kemampuan ekonomi
bangsa dengan kemampuan yang dimiliki tanpa harus selalu mengharapkan
DAFTAR PUSTAKA
Danandjaja, James. 1997. FOKLOR JEPANG Dilihat dari Kacamata Indonesia.
Jakarta: Grafiti
Djon, Pakan. 2002. Kembali Jati Diri Bangsa Indonesia. Jakarta: Milenium Publisher, PT Dyatama Milenia.
Irsan, Abdul. 2007. Budaya dan Perilaku Politik Jepang di Asia. Jakarta Selatan: Grafindo.
Sasaki, Mizue.1998. View of Today’s Japan. Jepang: Aruku