• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pantun Percintaan Melayu Deli: Kajian Semantik Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pantun Percintaan Melayu Deli: Kajian Semantik Chapter III V"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan deskriptif, dimana akan dibuat deskriptif yang

sistematis dan akurat menurut data yang akan diteliti. Metode deskriptif yang dipilih

karena penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menggambarkan dengan jelas

tentang objek yang diteliti secara alamiah (Djajasudarma, 1993:8-9)

Sudaryanto 1992;62) menyatakan metode deskriptif merupakan suatu metode

yang secara empiris hidup pada penuturannya sehingga yang dihasilkan atau yang

dicari berupa pemerolehan bahasa yang biasa sifatnya seperti, potret, paparan, seperti

apa adanaya.

3.1 Sumber Data Objek Kajian

Data yang diperoleh dalam penelitian ini nantinya bersumber dari buku yang

berasal dari Perpustakaan Nasional wilayah Sumatra Utara, dengan deskripsi buku

sebagai berikut:

Judul buku : Pantun dan Pepatah Melayu

Pengarang : Tengku Lukman Sinar, SH

Penerbit : Sinar Budaya Group

Tahun terbit : 1995

Tebal buku : 129 halaman

(2)

3.2 Instrumen Penelitian

Sebelum penulis melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu

mempersiapkan instrumen atau alat bantu penelitian. Alat atau instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, seperti buku dan pulpen.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini penulis hanya menggunakan metode pustaka untuk mengkaji

dan menganalisis pantun Melayu Deli Medan dengan menggunakan buku atau

sumber data tertulis, karena sumber data pada penelitian ini adalah sumber data

tertulis, maka teknik pengumpulan data yang dilakukan ialah:

1. Mencari buku-buku yang berkaitan dengan pantu percintaan.

2. Mencatat kata yang bermakna leksikal dalam pantun percintaan Melayu Deli.

3. Mencatat kata yang bermakna gramatikal dalam pantun percintaan Melayu

Deli.

3.4 Metode Analisis Data

1. Membaca pantun percintaan Melayu Deli.

2. Mencermati isi pantun percintaan Melayu Deli.

3. Mengklasifikasi data yang bermakna leksikal dan gramatikal yang terdapat

dalam pantun percintaan Melayu Deli.

4. Menganalisis data yang terkandung dalam pantun percintaan Melayu Deli.

(3)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1Analisis makna Leksikal Pantun Percintaan Melayu Deli

Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang

sesuai dengan observasi alat indra atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam

kehidupan. Pada pantun percintaan Melayu Deli ditemui makna leksikal, seperti

contoh-contoh berikut:

1. Kalau tuanpergiketanjung

Bawalah

,

kainbarang sekayu,

Kalautuan menjadi burung,

Saya menjadi si ranting kayu

Secara umum pantun ini bermakna suatu kekaguman seseorang terhadap

pasangannya dan ingin menjadi bagian dari pasangannya tersebut. .

Adapun kata-kata yang termasuk ke dalam kategori makna leksikal dari

pantun di atas adalah :

a. Kalau

Kata “kalau” dalam pantun percintaan di atas bermakna leksikal. Adapun

makna dari kata kalau berdasarkan kamus besar bahasa Indonesi memiliki

(4)

b. Tuan

Kata “tuan” pada pantun percintaan merupakan kata dasar tuan, yang artinya

menurut Kamus Besar bahasa Indonesia adalah sebutan kepada orang laki-laki

yang patut dihormati (KBBI,1997:1074).

c. Pergi

Kata “pergi” pada pantun percintaan di atas merupakan kata yang bermakna

leksikal yaitu, kata yang memiliki makna yang dapat berdiri sendiri tanpa

adanya tambahan kegramatikalan. Adapun makna dari kata pergi dalam

pantun ini adalah berjalanan (bergerak) maju (KBBI,1997:754).

d. Ke

Kata “ke” pada pantun percintaan di atas adalah kata bermakna leksikal.

Adapun makna dari kata ke dalam pantun ini adalah kata depan untuk

menandai arah atau tujuan (KBBI,1997:457).

e. Tanjung

Kata “tanjung” dalam pantun di atas bermakna leksikal, yaitu kata yang

memiliki makna yang dapat berdiri sendiri tanpa adanya tambahan

kegramatikalan. Adapun makna kata tanjung menurut kamus besar bahasa

Indonesia adalah tanah (ujung) atau pegunungan yang menganjur ke laut (ke

danau) (KBBI,1997:1008).

f. Kain

Kata “kain” pada pantun percintaan di atas merupakan kata dasar kain, yang

(5)

dari benang atau kapas, (KBBI,1997: 430). Oleh karena itu, kata kain dalam

pantun ini dikategorikan bermakna leksikal. Menurut pendapat Chaer,

(2002:60) “ makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan relevannya,

makna yang sesuai dengan observasi alat indra atau makna yang

sesungguh-sungguhnya nyata dalam kehidupan kita.”

g. Barang

Kata “barang” pada pantun percintaan dis atas adalah kata bermakna leksikal.

Adapun makna dari kata barang dalam pantun ini adalah sedikit banyak;

sekedar; kira-kira (KBBI,1997:93).

h. Burung

Kata “burung” pada pantun percintaan di atas merupakan kata yang bermakna

leksikal, karena kata ini dapat berdiri sendiri dan berasal dari kata dasar itu

sendiri. Adapun makna kata burung dalam pantun ini memiliki makna yaitu

binatang berkaki dua, bersayap dan berbulu, dan biasanya bisa terbang atau

binatang unggas, (KBBI,1997:159).

i. Saya

Kata “saya” pada pantun percintaan di atas adalah kata bermakna leksikal,

yang mana kata ini dapat berdiri sendiri. Kata saya ini menurut kamus besar

bahsa Indonesia memiliki makna persona tunggal orang yang berbicara atau

(6)

j. Si

Kata “si” pada pantun percintaan di atas adalah kata bermakna leksikal.

Adapun makna dari si ini menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah kata

yang dipakai di depan nama benda untuk timang-timangan, ejekan, panggilan,

dan lain sebagainya, menyatakan bahwa yang disebut ini mempunyai sesuatu

atau menyerupai sesuatu yang disebut (KBBI,1997:933).

k. Ranting

Kata “ranting” pada pantun percintaan di atas merupakan sebuah kata leksikal,

karena kata ini dapat berdiri sendiri. Arti ranting menurut kamus besar bahasa

Indonesia yaitu bagian cabang yang kecil-kecil (KBBI,1997:818).

l. Kayu

Kata “kayu” dalam pantun percintaan di atas termasuk kata yang bermakna

leksikal. Kayu disini memiliki makna pohon yang batangnya keras

(KBBI,1997:456).

2. Kain pelekatdiataspeti,

Pelekatorang negeri Malbari,

Sudah terikat didalamhati

Terikut-ikut bermimpi-mimpi. ,

Secara umun makna dari pantun di atas adalah bermakna kecintaan seseorang

(7)

Adapun kata-kata yang termasuk ke dalam kategori makna leksikal dari

pantun di atas adalah :

a. Kain

Kata “kain” pada pantun percintaan di atas merupakan kata dasar kain, yang

artinya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah barang yang ditenun

dari benang atau kapas, (KBBI,1997: 430). Oleh karena itu, kata kain dalam

pantun ini dikategorikan bermakna leksikal. Menurut pendapat Chaer,

(2002:60) “ makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan relevannya,

makna yang sesuai dengan observasi alat indra atau makna yang

sesungguh-sungguhnya nyata dalam kehidupan kita.”

b. Pelekat

Kata “pelekat” pada pantun di atas merupakan kata yang bermakna leksikal

yang berasal dari kata dasar itu sendiri. Pada pantun pencintaan di atas kata

pelekat memiliki makna kain sarung tenun yang berasal dari negeri pelekat di

pantai koromandel (KBBI,1997:743).

c. Di

Kata “di” pada pantun di atas termasuk kata yang bermakna leksikal yang

berasal dari kata dasar itu sendiri. Adapun makna dari di menurutkamus

bahasa Indonesia adalah kata depan utuk menandai tempat

(8)

d. Atas

Kata “atas” pada pantun percintaan di atas adalah termasuk ke dalam kategori

kata yang bermakna leksikal. Adapun makna kata atas menurut kamus besar

bahasa Indonesia adalah bagian (tempat) yang lebih tinggi (KBBI,1997:64)

e. Peti

Kata “peti” pada pantun percintaan di atas adalah kata bermakna leksikal atau

kata yang dapat berdiri sendiri yang memiliki makna. Adapun makna dari kata

peti menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah kotak bertutup (dibuat dari

kayu, logam) (KBBI,1997:764).

f. Orang

Kata “orang” pada pantun di atas merupakan kata yang bermakna atau kata

leksikal, yaitu kata yang memiliki makna yang dapat berdiri sendiri tanpa

adanya tambahan kegramatikalan. Adapun makna kata orang dalam pantun ini

adalah manusia (KBBI,1997:706).

g. Sudah

Kata “sudah” pada pantun percintaa disini adalah kata yang memiliki makna

leksikal, adapun makna kata sudah dalam pantun ini adalah telah jadi; telah

sedia; selesai (KBBI,1997:968).

h. Dalam

Kata “dalam” pada pantun di atas merupakan kata bermakna leksikal. Adapun

(9)

betul-betul terasakan ke lubuk hati (tentang cinta, dendam, penderitaan; sakit

hati) (KBBI,1997:205).

i. Hati

Kata “hati” pada pantun percintaan ini adalah kata bermakna leksikal, yang

mana kata ini adalah kata tunggal yang dapat berdiri sendiri dan memiliki

makna. Dalam pantun ini, kata hati memiliki makna sesuatu yang ada di

dalam tubuh manusia yang dianggap sebagai tempat segala perasaan batin dan

tempat penyimpanan pengertian-pengertian (KBBI,1997:344).

3. Cik Ros pergike Pekan,

Hendak membeli ubi keladi,

Bukan kurus karenatak makan,

Kurus karena merindu dihati

Secara umum makna dari pantun di atas adalah menyatakan kerinduan

seseorang kepada pasangannya. .

Adapun kata-kata yang termasuk ke dalam kategori makna leksikal dari

pantun di atas adalah :

a. Pergi

Kata “pergi” pada pantun percintaan di atas merupakan kata yang bermakna

leksikal yaitu, kata yang dapat berdiri sendiri tanpa adanya tambahan

kegramatikalan. Adapun makna dari kata pergi menurut kamus besar bahasa

(10)

b. Ke

Kata “ke” pada pantun di atas merupakan kata bermakna leksikal. Adapun

makna dari kata ke dalam pantun ini adalah kata depan untuk menandai arah

atau tujuan (KBBI,1997:457).

c. Pekan

Kata”pekan” pada pantun di atas termasuk ke dalam kata yang bermakna

leksikal yang berasal dari kata dasar itu sendiri. Adapun makna kata pekan

menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah pasar (KBBI,1997:742).

d. Hendak

Kata “hendak” pada pantun percintaan di atas merupakan sebuah kata

bermakna leksikal. Arti hendak menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu

mau; akan; bermaksud akan (KBBI,1997:347).

e. Ubi

Kata “ubi” pada pantun di atas merupakan kata bermakna leksikal. Adapun

makna dari kata ubi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah tumbuhan

menjalar atau berupa perdu yang berumbi besar dan berdaging (mengandung

zat tepung) ; pada umumnya dapat dimakan (KBBI,1997:1094).

f. Keladi

Kata “keladi” pada pantun percintaan di atas merupakan sebuah kata

bermakna leksikal. Makna kata keladi menurut kamus besar bahasa Indonesia

adalah tumbuhan jenis herba yang berdaun lebar dan berumbi, ada yang dapat

(11)

g. Bukan

Kata “bukan” pada pantun di atas merupakan kata yang bermakna atau kata

leksikal. Adapun makna dari kata bukan menurut kamus besar bahasa

Indonesia adalah berlainan dengan sebenarnya (KBBI,1997:151).

h. Kurus

Kata “kurus” pada pantun percintaan di atas merupakan kata bermakna

leksikal yang berasal dari kata dasar itu sendiri. Adapun makna kata kurus

dalam pantun percintaan di atas adalah kurang berdaging; tidak gemuk

(KBBI,1997:546).

i. Karena

Kata “karena” pada pantun di atas termasuk kata yang bermakna leksikal, arti

kata karena menurut kamus besar bahasa indonesia yaitu kata penghubung

untuk menandai sebab atau alasan; lantaran (KBBI,1997:446).

j. Tak

Kata “tak” pada pantun percintaan di atas merupakan kata yang bermakna

leksikal, yang artinya menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah tidak

(KBBI,1997:992).

k. Makan

Kata “makan” pada pantun percintaan di atas merupakan kata yang bermakna

leksikal, yang mana kata ini dapat berdiri sendiri. Adapun makna kata makan

menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu memasukkan sesuatu kedalam

(12)

l. Hati

Kata “hati” pada pantun percintaan di atas adalah kata bermakna leksikal,

yang mana kata ini adalah kata tunggal yang dapat berdiri sendiri dan

memiliki makna, hati ini memiliki makna sesuatu yang ada di dalam tubuh

manusia yang di anggap sebagai tempat segala perasaan batin dan tempat

penyimpanan pengertian-pengertian (KBBI,1997:344).

4. Cina, Melayu membeli baldu

Memakai

,

kasut sehari-hari,

Alangkah sukarnya menanggung rindu,

Nasi dimakan serasa duri

Secara umum makna dari pantun percintaan di atas adalah menyatakan

perasaan kerinduan seseorang terhadap pasangannya. .

Adapun kata-kata yang termasuk ke dalam kategori makna Leksikal dari

pantun di atas adalah :

a. Cina

Kata “cina” pada pantun di atas memiliki makna sebuah negri di Asia;

Tiongkok (KBBI,1997:190) karena kata ini memiliki makna yang relevan dari

kamus, maka kata Cina dikatakan dengan makna leksikal.

b. Melayu

Kata “Melayu” pada pantun percintaan di atas merupakan kata yang bermakna

(13)

tambahan kegramatikalan. Adapun makna dari kata Melayu menurut kamus

besar bahasa Indonesia adalah suku bangsa dan bahasa di Sumatra,

Semenanjung Malaya, dan di berbagai daerah di Asia Tenggara

(KBBI,1997:642).

c. Baldu

Kata “baldu” pada pantun percintaan di atas merupakan kata yang bermakna

leksikal, yang mana kata ini dapat berdiri sendiri. Baldu disini memiliki arti

yaitu kain dengan permukaan yang tebal, berbulu-bulu halus pada bagian

depan dan rata pada bagian belakang, lunak, dan berkilat, sering dibuat kopiah

atau baju kebesaran (KBBI,1997: 110).

d. Kasut

Kata “kasut” pada pantun percintaan di atas adalah kata bermakna leksikal,

yang mana kata ini adalah kata tunggal yang dapat berdiri sendiri dan

memiliki makna. Adapun arti kata kasut ini menurut kamus besar bahasa

Indonesia memiliki makna alas kaki; sepatu; selop (KBBI,1997:451).

e. Alangkah

Kata “alangkah” pada pantun di atas merupakan makna leksikal. Adapun

makna kata alangkah menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah kata

(14)

f. Rindu

Kata “rindu” pada pantun di atas merupakan sebuah kata leksikal, yang makna

katanya dapat berdiri sendiri. Arti rindu menurut kamus besar bahasa

Indonesia yaitu merasa ingin sekali hendak bertemu (KBBI,1997:842).

g. Nasi

Kata “nasi” pada pantun percintaan di atas adalah kata bermakna leksikal,

kata yang tidak mendapatkan kegramatikalan atau kata yang dapat berdiri

sendiri yang memiliki makna. Adapun makna dari nasi ini menurut kamus

besar bahasa Indonesia adalah beras yang sudah di masak (KBBI,1997:683).

h. Duri

Kata “duri” pada pantun percintaan di atas adalah kata yang bermakna

leksikal yang berasal dari kata dasar itu sendiri. Kata dasar duri menurut

kamus besar bahasa Indonesia memiliki makna yaitu bagian tumbuhan yang

meruncing dan tajam (KBBI;1997:247).

5. Sungguhlah tuan membeli jerami,

Kalausungguhmana

Sungguhlah

dianya,

tuan cintakan kami,

Kalausungguhmana

Secara umum makna dari pantun percintaan di atas adalah mempertanyakan

(15)

Adapun kata-kata yang termasuk ke dalam kategori makna Leksikal dari

pantun di atas adalah :

a. Tuan

Kata “tuan” pada pantun percintaan di atas merupakan kata dasar yang artinya

menurut Kamus Besar bahasa Indonesia adalah sebutan kepada orang laki-laki

yang patut dihormati (KBBI,1997:1074), yang menjadi isyarat dalam pantun

ini sebagai objek . karena kata ini memiliki makna yang relevan dari kamus,

makna kata tuan ini dikatakan dengan makna leksikal.

b. Jerami

Kata “jerami” pada pantun percintaan di atas merupakan sebuah kata

bermakna leksikal. Arti jerami menurut kamus besar bahasa Indoesia yaitu

batang padi yang sudah kering (KBBI, 1997:412).

c. Kalau

Kata “kalau” pada pantun diatas bermakna leksikal. Adapun makna dari kata

kalau berdasarkan kamus besar bahasa Indonesi memiliki makna kata

penghubung untuk menandai syarat (KBBI,1997:433).

d. Sungguh

Kata “sungguh” pada pantun percintaan di atas adalah kata bermakna leksikal,

kata yang tidak mandapatkan kegramatikalan atau kata yang dapat berdiri

sendiri yang memiliki makna. Adapun makna dari sungguh ini menurut

(16)

e. Mana

Kata “mana” pada pantun percintaan di atas merupakan sebuah kata leksikal,

yang artinya menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu kata tanya yang

dipergunakan untuk menayakan salah seorang atau salah satu benda atau hal

dari suatu kelompok atau kumpulan (KBBI,1997:623).

f. Kami

Kata “kami” pada pantun percintaan di atas adalah kata yang bermakna

leksikal yang bersal dari kata dasar itu sendiri. Kami disini memiliki makna

pronomina persona jamak yang berbicara bersama dengan orang lain

KBBI,1997:437).

6. Ambil gendang di kampung kandis,

Bunga melatitiada berbeda,

Mangkin dipandang mangkinmanis,

Dalam hati menyala cinta

Secara umum makna dari pantun percintaan di atas adalah bentuk kekaguman

seorang pada orang lain sampai merasakan jatuh cinta. .

Adapun kata-kata yang termasuk ke dalam kategori makna Leksikal dari

(17)

a. Ambil

Kata “ambil” pada pantun percintaan di atas merupakan kata dasar ambil,

yang artinya menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah pegang lalu

dibawa, diangkat (KBBI,1997:31).

b. Gendang

Kata “gendang” pada pantun percintaan di atas merupakan sebuah kata

leksikal, karena kata ini dapat berdiri sendiri atau memiliki makna. Arti

gendang menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu alat bunyi-bunyian

berupa kayu bulat panjang, di dalamnya berongga dan pada salah satu

lubangnya atau kedua-duanya di beri berkulit (untuk di pukul)

(KBBI,1997:308).

c. Di

Kata “di” pada pantun di atas adalah kata yang bermakna leksikal. Adapun

arti kata di menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah kata depan utuk

menandai tempat (KKBBI,1997:230).

d. Bunga

Kata “bunga” pada pantun percintaan di atas merupakan sebuah kata

bermakna leksikal. Arti kata bunga menurut kamus besar bahasa Indonesia

adalah jenis bagi berbagai-bagai bunga (KBBI,1997:155).

e. Melati

Kata “melati” pada pantun percintaan di atas merupakan sebuah kata

(18)

Indonesia adalah tumbuhan perdu suku Rubiaceace, sering di tanam di

halaman rumah, warna bunganya putih berbentuk bintang, terletak pada

tandan kecil, berbau sangat harum, sering digunakan dalam berbagai upacara

adat, seperti perkawinan, juga pada waktu ada kematian (KBBI,1997:642)

f. Tiada

Kata “tiada” pada pantun percintaan di atas merupakan kata dasar yang

artinya menurut kamus besar bahasa indonesia adalah tidak

(KBBI,1997:1052)

g. Mungkin

Kata “mangkin” pada pantun percintaan di atas merupakan kata yang

termasuk dalam makna leksikal, yang memiliki arti menurut kamus bahasa

Indonesia yaitu kian bertambah (KBBI,1997:618).

h. Manis

Kata “manis” pada pantun di atas adalah kata bermakna leksikal, kata yang

dapat berdiri sendiri yang memiliki makna. Adapun makna dari manis ini

adalah sangat menarik hati; sangat ramah dan lemah-lembut

(KBBI,1997:627).

i. Dalam

Kata “dalam” pada pantun percintaan di atas merupakan kata bermakna

leksikal. Adapun makna kata dalam dari pantun percintaan ini adalah sampai

kelubuk hati; betul-betul terasakan kelubuk hati (tentang cinta, dendam,

(19)

j. Hati

Kata “hati” pada pantun percintaan di atas adalah kata bermakna leksikal,

yang mana kata ini adalah kata tunggal yang dapat berdiri sendiri dan

memiliki makna, hati ini memiliki makna sesuatu yang ada didalam tubuh

manusia yang dianggap sebagai tempat segala perasaan batin dan tempat

penyimpanan pengertian-pengertian (KBBI,1997:344).

k. Cinta

Kata “cinta” pada pantun di atas merupakan sebuah kata leksikal yang berasal

dari kata dasar itu sendiri yang memiliki makna menurut kamus bahasa

Indonesia adalah kasih (KBBI,1997:190).

7. Padang panjang dilingkar bukit,

Bukit dilingkar kayujati

Kasih sayang

,

bukan sedikit,

Dari mulut sampai ke hati

Secara umum makna dari pantun percintaan di atas adalah ungkapan perasaan

sayang yang bukan hanya sekedar perkataan tapi benar sayang. .

Adapun kata-kata yang termasuk ke dalam kategori makna Leksikal dari

pantun di atas adalah :

a. Bukit

Kata “bukit” yang kita jumpai pada pantun percintaan di atas merupakan kata

(20)

tanah yang lebih tinggi dari tempat sekelilingnya, lebih rendah dari gunung

(KBBI,1997:151).

b. Kayu

Kata “kayu” pada pantun percintaan di atas merupakan sebuah kata bermakna

leksikal. Adapun makna dari kata kayu menurut kamus besar bahsa Indonesia

adalah pohon yang batangnya keras (KBBI,1997:456).

c. Jati

Kata “jati” pada pantun percintaan di atas merupakan sebuah kata bermakna

leksikal. Makna kata jati menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah pohon

yang kayunya keras dal ulet, baik untuk bahan rumah, meja, kursi dan

sebagainya, daunnya besar, bulat dan berbulu halus pada bagian bawah dan

licin pada bagian atas; kayu jati (KBBI,1997:404).

d. Bukan

Kata “bukan” pada pantun percintaan di atas adalah kata bermakna leksikal.

Adapun arti kata bukan menurut kamus besar bahasa Indonesia memiliki

makna yaitu berlainan dengan sebenarnya (KBBI,1997:151).

e. Dari

Kata “dari” pada pantun percintaan di atas merupakan kata bermakna leksikal.

Adapun makna kata dari menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah kata

(21)

f. Mulut

Kata “mulut” pada pantun percintaan di atas merupakan kata yag bermakna

leksikal yang berasal dari kata dasar itu sendiri, yaitu kata dasar mulut yang

memiliki makna yaitu rongga di muka, tempat gigi dan lidah, untuk

memasukkan makanan (KBBI,1997:672).

g. Sampai

Kata “sampai” pada pantun percintaan di atas adalah sebuah kata leksikal

yang memiliki arti tersendiri. Makna dari sampai menurut kamus bahasa

Indonesia adalah hingga (KBBI,1997:871).

h. Ke

Kata “ke” pada pantun percintaan di atas merupakan kata bermakna leksikal,

yang artinya menurut kamus bahasa Indonesia adalah kata depan untuk

menandai arah atau tujuan (KBBI,1997:457).

i. Hati

Kata “hati” pada pantun percintaan di atas adalah kata bermakna leksikal,

yang mana kata ini adalah kata tunggal yang dapat berdiri sendiri dan

memiliki makna, hati ini memiliki makna sesuatu yang ada didalam tubuh

manusia yang dianggap sebagai tempat segala perasaan batin dan tempat

penyimpanan pengertian-pengertian (KBBI,1997:344).

8. Cik Esah bertanam tebu,

(22)

Tak usah saya bertemu,

Asal

Secara umum makna dari pantun percintaan di atas adalah menyatakan

perasaan kekaguman seorang kepada pasangannya. mendengar suaranya.

Adapun kata-kata yang termasuk ke dalam kategori makna Leksikal dari

pantun di atas adalah :

a. Tebu

Kata “tebu” pada pantun percintaan di atas merupakan kata yang bermakna

atau kata leksikal yaitu, kata yang memiliki makna yang dapat berdiri sendiri

tanpa adanya tambahan kegramatikalan. Adapun makna dari tebu ini adalah

jenis rumput-rumputan berbatang tinggi dan beruas-ruas, air dalam batangnya

manis, biasanya dibuat gula (KBBI,1997:1019).

b. Jangan

Kata “jangan” pada pantun percintaan di atas merupakan makna leksikal, yang

mana kata ini memiliki makna walaupun hanya berdiri sendiri. Makna kata

Jangan pada pantun percintaan disini memiliki arti kata menyatakan melarang,

berarti tidak boleh (KBBI,1997:400).

c. Tak

Kata “tak” pada pantun percintaan di atas merupakan kata yang bermakna

leksikal, yang artinya menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah tidak

(23)

d. Usah

Kata “usah” pada pantun percintaan di atas merupakan kata bermakna

leksikal. Adapun arti dari kata usah menurut kamus besar bahasa Indonesia

adalah perlu (KBBI,1997:1112).

e. Saya

Kata “saya” pada pantun percintaan di atas merupakan kata bermakna

leksikal, yang mana kata ini dapat berdiri sendiri. Kata saya menurut kamus

besar bahasa Indonesia memiliki makna persona tunggal orang yang berbicara

atau menulis (KBBI,1997:885).

f. Asal

Kata “asal” pada pantun percintaan di atas merupakan sebuah kata leksikal,

karena kata ini dapat berdiri sendiri. Arti asal menurut kamus besar bahasa

Indonesia yaitu pokoknya; yang penting (KBBI,1997:59).

9. Tujuh hari dalam hutan,

Secara umum makna dari pantun percintaan di atas adalah menyatakan rasa

kerinduan yang mendalam seorang wanita pada kekasihnya. .

Adapun kata-kata yang termasuk ke dalam kategori makna Leksikal dari

(24)

a. Dalam

Kata “dalam” pada pantun percintaan di atas merupakan kata yang bermakna

leksikal, yang artinya menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah jauh ke

bawah (KBBI,1997:205).

b. Hutan

Kata “hutan” dalam pantun percintaan di atas merupakan kata bermakna

leksikal. Adapun arti kata hutan menurut kamus besar bahasa Indonesia

adalah tanah yang luas yang ditumbuhi pohon-pohon (KBBI,1997:362)

c. Air

Kata “air” pada pantun percintaan di atas adalah kata bermakna leksikal, kata

yang tidak mendapatkan kegramatikalan atau kata yang dapat berdiri sendiri

yang memiliki makna. Air disini memiliki makna benda cair yang biasa

terdapat di sumur, sungai, danau (KBBI,1997:13)

d. Tak

Kata “tak” pada pantun percintaan di atas merupakan kata yang bermakna

leksikal, yang artinya menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah tidak

(KBBI,1997:992).

e. Minum

Kata “minum” pada pantun percintaan di atas merupakan kata yang bermakna

leksikal, yang mana kata ini dapat berdiri sendiri. Adapun arti dari minum

(25)

f. Nasi

Kata “nasi” pada pantun percintaan di atas adalah kata bermakna leksikal,

kata yang tidak mendapatkan kegramatikalan atau kata yang dapat berdiri

sendiri yang memiliki makna. Adapun makna dari nasi ini menurut kamus

besar bahsa Indonesia adalah beras yang sudah di masak (KBBI,1997:683).

g. Makan

Kata “makan” pada pantun percintaan di atas merupakan kata yang bermakna

leksikal, yang mana kata ini dapat berdiri sendiri. Arti makan menurut kamus

besar bahasa Indonesia yaitu memasukkan sesuatu kedalam mulut kemudian

mengunyah dan menelannya (KBBI,1997: 616).

h. Susut

Kata “susut” pada pantun percintaan di atas merupakan kata yang bermakna

leksikal, yang mana kata ini dapat berdiri sendiri. Arti susut menurut kamus

besar bahasa Indonesia adalah menjadi kurus (KBBI,1997:982).

i. Tubuh

Kata “tubuh” pada pantun percintaan di atas merupakan kata yang bermakna

leksikal, yang mana kata ini dapat berdiri sendiri. Arti tubuh adalah

keseluruhan jasad manusia atau binatang yang kelihatan dari bagian ujung

(26)

j. Di

Kata “di” pada pantun percintaan di atas adalah kata yang bermakna leksikal

yang berasal dari kata dasar itu sendiri, yaitu kata dasar di yang memiliki

makna kata depan utuk menandai tempat (KKBBI,1997:230)

k. Badan

Kata “badan” pada pantun percintaan di atas merupakan kata yang bermakna

leksikal yang berasal dari kata dasar itu sendiri. kata dasar badan dalam

pantun percintaan di atas memiliki arti adalah tubuh; jasmani; raga; awak

(KBBI,1997:73).

Secara umum makna dari pantun percintaan di atas adalah uangkapan

mengatakan perasaan kesal. digaru.

Adapun kata-kata yang termasuk ke dalam kategori makna Leksikal dari

pantun di atas adalah :

a. Singapura

Kata “Singapura” pada pantun percintaan di atas merupakan makna leksikal

yang memiliki arti menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah bangsa yang

(27)

b. Tempat

Kata “tempat” pada pantun percintaan di atas merupakan kata bermakna

leksikal. Adapun arti kata tempat menurut kamus besar bahsa Indonesia

adalah ruang (KBBI,1997:1032).

c. Negeri

Kata “negeri” pada pantun percintaan di atas merupakan kata yang bermakna

leksikal. Adapun makna dari negeri menurut kamus besar bahasa Indonesia

adalah kampung halaman (KBBI,1997:686).

d. Baru

Kata “baru” pada pantun percintaan di atas merupakan kata yang bermakna

leksikal, yang artinya menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah belum

pernah ada (dilihat) sebelumnya (KBBI,1997:95).

e. Tidak

Kata “tidak” pada pantun percintaan di atas merupakan kata yang bermakna

leksikal, yang artinya partikel untuk menyatakan pengingkaran, penolakan,

penyangkalan; tak; tiada (KBBI,1997:1053).

f. Hati

Kata “hati” pada pantun percintaan di atas adalah kata bermakna leksikal,

yang mana kata ini adalah kata tunggal yang dapat berdiri sendiri dan

memiliki makna, hati ini memiliki makna sesuatu yang ada didalam tubuh

manusia yang dianggap sebagai tempat segala perasaan batin dan tempat

(28)

g. Di

Kata “di” pada pantun percintaan di atas adalah kata yang bermakna leksikal

yang berasal dari kata dasar itu sendiri. Adapun makna kata di pada pantun di

atas memiliki makna kata depan utuk menandai tempat (KKBBI,1997:230).

h. Dalam

Kata “dalam” pada pantun percintaan di atas merupakan kata yang bermakna

leksikal, yang artinya menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah jauh ke

bawah (KBBI,1997:205).

i. Bagai

Kata “bagai” pada pantun percintaan di atas merupakan kata yang bermakna

atau kata leksikal yaitu, kata yang memiliki makna yang dapat berdiri sendiri

tanpa adanya tambahan kegramatikalan. Adapun makna dari bagai menurut

kamus besar bahasa Indonesia adalah kata depan untuk menyatakan

perbandingan (KBBI,1997:74).

4.1.2 Analisis makna Gramatikal dalam Pantun Percintaan Melayu Deli

Makna gramatikal menurut pendapat Chaer (2013:59) adalah makna yang

timbul akibat peristiwa tata bahasa, yaitu proses melekatnya bentuk kata (morfem)

yang satu dengan bentuk yang lain. Morfem tersebut memiliki makna setelah

(29)

1. Kalau tuan pergi ke tanjung,

Bawalah kain barang sekayu

Kalau tuan

,

menjadi

Saya

burung,

menjadi

Adapun kata-kata yang termasuk ke dalam kategori makna Gramatikal dari

pantun di atas adalah :

si ranting kayu.

a. Bawalah

Kata “bawalah” dalam pantun percintaan di atas termasuk kategori kata

bermakna gramatikal, yang mana kata tersebut mengalami perubahan secara

afiksasi atau proses melekatnya afiks atau imbuhan kaepada kata dasar yang

akan menimbulkan fungsi dan makna baru. Adapun jenis afiks dalam kata

bawalah adalah sufiks (akhiran -lah). Makna bawalah dalam pantun ini

menyatakan perintah untuk membawa sesuatu.

b. Sekayu

Kata “sekayu” dalam pantun percintaan di atas termasuk kategori kata

bermakna gramatikal, yang mana kata tersebut mengalami perubahan secara

afiksasi atau proses melekatnya afiks atau imbuhan kepada kata dasar yang

akan menimbulkan fungsi dan makna baru. Jenis afiks dalam kata sekayu

adalah prefix (awalan se-). Makna kata sekayu dalam pantun ini adalah

(30)

c. Menjadi

Kata “menjadi” dalam pantun di atas merupakan kata bermakna gramatikal,

yang mana kata tersebut mengalami perubahan secara afiksasi atau proses

melekatnya afiks atau imbuhan kepada kata dasar yang akan menimbulkan

fungsi dan makna baru. Jenis afiks dalam kata menjadi adalah prefiks (awalan

me-). Makna menjadi dalam pantun ini adalah berubah keadaan (wujud,

barang) lain.

2. Kain pelekat di ataspeti,

Pelekat orang negeriMalbari

Sudah

,

terikat di dalam hati,

Terikut-ikut bermimpi-mimpi

Adapun kata-kata yang termasuk ke dalam kategori makna Gramatikal dari

pantun di atas adalah :

.

a. Negeri Malbari

Kata “negri malbari” dalam pantun di atas merupakan kata bermakna

gramatikal, yang mana kata tersebut mengalami perubahan secara komposisi

atau gabungan dua kata atau lebih yang menimbulkan makna baru. Makna

kata negeri Malbari adalah kampung atau tanah tempat tinggal di Malbari.

b. Terikat

Kata “terikat” dalam pantun di atas merupakan kata bermakna gramatikal,

(31)

melekatnya afiks atau imbuhan kepada kata dasar yang akan menimbulkan

fungsi dan makna baru. Jenis afiks dalam kata terikat adalah prefiks (awalan

ter-). Adapun makna dari kata terikat adalah telah di ikat ( di susun, di

rangkaikan, dan sebagainya).

c. Terikut-ikut

Kata “terikut-ikut” dalam pantun di atas merupakan kata yang bermakna

gramatikal, yang mana kata tersebut mengalami perubahan reduplikasi atau

proses pembentukan kata baru dengan cara mengulang bentuk dasar. Adapun

bentuk perulangan pada kata terikut-ikut adalah bentuk kata ulang sebagian.

Makna kata terikut-ikut dalam pantun diatas adalah kebawa sampai mimpi.

d. Bermimpi-mimpi

Kata “bermimpi-mimpi” dalam pantun di atas merupakan kata yang bermakna

gramatikal, yang mana kata tersebut mengalami perubahan reduplikasi atau

proses pembentukan kata baru dengan cara mengulang bentuk dasar. Adapun

bentuk perulangan pada kata bermimpi-mimpi adalah bentuk kata ulang

sebagian. Makna kata bermimpi-mimpi dalam pantun diatas adalah melihat

sesuatu dalam mimpi.

3. Cik Ros

Hendak

pergi ke Pekan,

membeli

Bukan kurus karena tak makan, ubi keladi,

(32)

Adapun kata-kata yang termasuk ke dalam kategori makna Gramatikal dari

pantun di atas adalah :

a. Membeli

Kata “membeli” dalam pantun di atas merupakan kata bermakna gramatikal,

yang mana kata tersebut mengalami perubahan secara afiksasi atau proses

melekatnya afiks atau imbuhan kepada kata dasar yang akan menimbulkan

fungsi makna baru. Jenis afiks dalam kata menjadi adalah prefiks (awalan

me). Adapun makna kata membeli dalam pantun tersebut adalah memperoleh

sesuatu dengan menukar dengan uang.

b. Merindu

Kata “merindu” dalam pantun di atas merupakan kata bermakna gramatikal,

yang mana kata tersebut mengalami perubahan secara afiksasi atau proses

melekatnya afiks atau imbuhan kepada kata dasar yang akan menimbulkan

fungsi dan makna baru. Jenis afiks dalam kata menjadi adalah prefiks (awalan

me-). Makna kata merindu dalam pantun tersebut adalah menanggung rindu.

4. Cina, Melayu membeli baldu,

Memakai kasut sehari-hari

Alangkah

Adapun kata-kata yang termasuk ke dalam kategori makna Gramatikal dari

(33)

a. Membeli

Kata “membeli” dalam pantun di atas merupakan kata bermakna gramatikal,

yang mana kata tersebut mengalami perubahan secara afiksasi atau proses

melekatnya afiks atau imbuhan kepada kata dasar yang akan menimbulkan

fungsi dan makna baru. Jenis afiks dalam kata menjadi adalah prefiks (awalan

me-). Adapun makna kata membeli adalah memproleh sesuatu dengan

menukar dengan uang.

b. Memakai

Kata “memakai” dalam pantun di atas merupakan kata bermakna gramatikal,

yang mana kata tersebut mengalami perubahan secara afiksasi atau proses

melekatnya afiks atau imbuhan kepada kata dasar yang akan menimbulkan

fungsi makna baru. Jenis afiks dalam kata menjadi adalah prefiks (awalan

me-). Adapun makna kata memakai adalah menggunakan.

c. Sehari-hari

Kata “sehari-hari” dalam pantun di atas merupakan kata yang bermakna

gramatikal, yang mana kata tersebut mengalami perubahan reduplikasi atau

proses pembentukan kata baru dengan cara mengulang bentuk dasar. Adapun

bentuk perulangan pada kata sehari-hari adalah bentuk kata ulang sebagian.

Makna kata sehari-hari dalam pantun tersebut adalah setiap hari.

d. Sukarnya

Kata “sukarnya” dalam pantun percintaan di atas termasuk kategori kata

(34)

afiksasi atau proses melekatnya afiks atau imbuhan kaepada kata dasar yang

kan menimbulkan dan fungsi makna kata. Adapun jenis afiks dalam kata

bawalah adalah sufiks (akhiran -nya). Makna kata sukarnya dalam pantun

tersebut adalah susahnya menanggung rindu.

e. Menanggung

Kata “menanggung” dalam pantun di atas merupakan kata bermakna

gramatikal, yang mana kata tersebut mengalami perubahan secara afiksasi

atau proses melekatnya afiks atau imbuhan kepada kata dasar yang akan

menimbulkan fungsi dan makna baru. Jenis afiks dalam kata menjadi adalah

prefiks (awalan me-). Adapun arti makna kata menanggung dalam pantun

tersebut adalah menahan rindu.

f. Dimakan

Kata “dimakan” dalam pantun di atas merupakan kata bermakna gramatikal,

yang mana kata tersebut mengalami perubahan secara afiksasi atau proses

melekatnya afiks atau imbuhan kepada kata dasar yang akan menimbulkan

dan fungsi makna kata. Jenis afiks dalam kata menjadi adalah prefiks (awalan

di-). Makna dari kata dimakan dalam pantun tersebut adalah memasukkan nasi

ke dalam mulut serta menggunyah dan menelannya.

g. Serasa

Kata “serasa” dalam pantun di atas merupakan kata bermakna gramatikal,

yang mana kata tersebut mengalami perubahan secara afiksasi atau proses

(35)

fungsi dan makna baru. Jenis afiks dalam kata menjadi adalah prefiks (awalan

se-). Adapun makna dari kata serasa dalam pantun tersebut adalah

seakan-akan.

5. Sungguhlah tuan membeli

Kalau sungguh mana

jerami,

dianya,

Sungguhlah tuan cintakan

Kalau sungguh mana

kami,

tandannya

Adapun kata-kata yang termasuk ke dalam kategori makna Gramatikal dari

pantun di atas adalah :

.

a. Sungguhlah

Kata “sungguhlah” dalam pantun percintaan di atas termasuk kategori kata

bermakna gramatikal, yang mana kata tersebut mengalami perubahan secara

afiksasi atau proses melekatnya afiks atau imbuhan kaepada kata dasar yang

kan menimbulkan fungsi dan makna baru. Adapun jenis afiks dalam kata

bawalah adalah sufiks (akhiran -lah). Makna sungguhlah dalam pantun

tersebut adalah benarkah.

b. Membeli

Kata “membeli” dalam pantun di atas merupakan kata bermakna gramatikal,

yang mana kata tersebut mengalami perubahan secara afiksasi atau proses

melekatnya afiks atau imbuhan kepada kata dasar yang akan menimbulkan

(36)

me-). Adapun makna kata membeli dalam pantun tersebut adalah memproleh

sesuatu dengan menukar dengan uang.

c. Dianya

Kata “dianya” dalam pantun percintaan di atas termasuk kategori kata

bermakna gramatikal, yang mana kata tersebut mengalami perubahan secara

afiksasi atau proses melekatnya afiks atau imbuhan kaepada kata dasar yang

kan menimbulkan fungsi dan makna baru. Adapun jenis afiks dalam kata

bawalah adalah sufiks (akhiran -nya). Makna kata dianya dalam pantun

tersebut adalah persona tunggal yang di bicarakan dalam hal ini adalah jerami.

d. Cintakan

Kata “cintakan” dalam pantun percintaan di atas termasuk kategori kata

bermakna gramatikal, yang mana kata tersebut mengalami perubahan secara

afiksasi atau proses melekatnya afiks atau imbuhan kaepada kata dasar yang

kan menimbulkan fungsi dan makna baru. Adapun jenis afiks dalam kata

bawalah adalah sufiks (akhiran -kan). Adapun makna kata cintakan dalam

pantun tersebut adalah rasa sayang sekali.

e. Tandanya

Kata “tandanya” dalam pantun percintaan di atas termasuk kategori kata

bermakna gramatikal, yang mana kata tersebut mengalami perubahan secara

afiksasi atau proses melekatnya afiks atau imbuhan kaepada kata dasar yang

(37)

bawalah adalah sufiks (akhiran -nya). Makna kata tandanya dalam pantun

tersebut adalah buktinya.

6. Ambil gendang di kampung kandis

Bunga melati tiada

Adapun kata-kata yang termasuk ke dalam kategori makna Gramatikal dari

pantun di atas adalah : cinta.

a. Kampung kandis

Kata “kampung kandis” dalam pantun di atas merupakan kata bermakna

gramatikal, yang mana kata tersebut mengalami perubahan secara komposisi

atau gabungan dua kata atau lebih yang menimbulkan makna baru. Makna

kampung kandis dalam pantun tersebut adalah sebuah desa yang ada di

kandis.

b. Berbeda

Kata “berbeda” dalam pantun di atas merupakan kata bermakna gramatikal,

yang mana kata tersebut mengalami perubahan secara afiksasi atau proses

melekatnya afiks atau imbuhan kepada kata dasar yang akan menimbulkan

fungsi dan makna baru. Jenis afiks dalam kata menjadi adalah prefiks (awalan

ber-). Makna kata berbeda dalam pantun tersebut adalah ada bedanya;

(38)

c. Dipandang

Kata “dipandang” dalam pantun di atas merupakan kata bermakna gramatikal,

yang mana kata tersebut mengalami perubahan secara afiksasi atau proses

melekatnya afiks atau imbuhan kepada kata dasar yang akan menimbulkan

fungsi dan makna baru. Jenis afiks dalam kata menjadi adalah prefiks (awalan

di-). Adapun makna dari kata dipandang dalam pantun tersebut yaitu di lihat.

d. Menyala

Kata “menyala” dalam pantun di atas merupakan kata bermakna gramatikal,

yang mana kata tersebut mengalami perubahan secara afiksasi atau proses

melekatnya afiks atau imbuhan kepada kata dasar yang akan menimbulkan

fungsi dan makna baru. Jenis afiks dalam kata menjadi adalah prefiks (awalan

me-). Makna kata menyala dalam pantun tersebut adalah tampak bersinar

7. Padang panjang dilingkar

Bukit

bukit,

dilingkar kayu jati,

Kasih sayang bukan sedikit

Dari mulut sampai ke hati. ,

Adapun kata-kata yang termasuk ke dalam kategori makna Gramatikal dari

pantun di atas adalah :

a. Padang panjang

Kata “padang panjang” dalam pantun di atas merupakan kata bermakna

(39)

atau gabungan dua kata atau lebih yang menimbulkan makna baru. Makna

dari kata padang panjang dalam pantun tersebut adalah tanah yang sangat

luas.

b. Dilingkar

Kata “dilingkar” dalam pantun di atas merupakan kata bermakna gramatikal,

yang mana kata tersebut mengalami perubahan secara afiksasi atau proses

melekatnya afiks atau imbuhan kepada kata dasar yang akan menimbulkan

fungsi dan makna baru. Jenis afiks dalam kata menjadi adalah prefiks (awalan

–di). Adapun makna dari kata dilingkat adalah dikelilingi.

c. Kasih sayang

Kata “kasih sayang” dalam pantun di atas merupakan kata bermakna

gramatikal, yang mana kata tersebut mengalami perubahan secara komposisi

atau gabungan dua kata atau lebih yang menimbulkan makna baru. Adapun

makna dari kata kasih sayang adalah memberikan rasa sayang.

d. Sedikit

Kata “sedikit” dalam pantun di atas merupakan kata bermakna gramatikal,

yang mana kata tersebut mengalami perubahan secara afiksasi atau proses

melekatnya afiks atau imbuhan kepada kata dasar yang akan menimbulkan

fungsi dan makna baru. Jenis afiks dalam kata menjadi adalah prefiks (awalan

(40)

8. Cik Esah bertanam

Adapun kata-kata yang termasuk ke dalam kategori makna Gramatikal dari

pantun di atas adalah : .

a. Bertanam

Kata “berteman” dalam pantun di atas merupakan kata bermakna gramatikal,

yang mana kata tersebut mengalami perubahan secara afiksasi atau proses

melekatnya afiks atau imbuhan kepada kata dasar yang akan menimbulkan

fungsi dan makna baru. Jenis afiks dalam kata menjadi adalah prefiks (awalan

ber-). Makna Kata bertanam pada pantun diatas adalah melakukan pekerjaan

tanam-menanam.

b. Dibuang

Kata “dibuang” dalam pantun di atas merupakan kata bermakna gramatikal,

yang mana kata tersebut mengalami perubahan secara afiksasi atau proses

melekatnya afiks atau imbuhan kepada kata dasar yang akan menimbulkan

fungsi dan makna baru. Jenis afiks dalam kata menjadi adalah prefiks (awalan

di-). Adapun makna dari kata dibuang pada pantun adalah keluarkan;

(41)

c. Selaranya

Kata “selaranya” dalam pantun percintaan di atas termasuk kategori kata

bermakna gramatikal, yang mana kata tersebut mengalami perubahan secara

afiksasi atau proses melekatnya afiks atau imbuhan kaepada kata dasar yang

kan menimbulkan dan fungsi makna kata. Adapun jenis afiks dalam kata

bawalah adalah sufiks (akhiran -nya). Makna kata selaranya adalah bulu-bulu

halus pada tumbuh-tumbuhan yang membuat gatal (pada tebu, rebung,

jelatang).

d. Bertemu

Kata “bertemu” dalam pantun di atas merupakan kata bermakna gramatikal,

yang mana kata tersebut mengalami perubahan secara afiksasi atau proses

melekatnya afiks atau imbuhan kepada kata dasar yang akan menimbulkan

fungsi dan makna baru. Jenis afiks dalam kata menjadi adalah prefiks (awalan

ber-). Makna dari kata bertemu adalah berjumpa.

e. Mendengar

Kata “mendengar” dalam pantun di atas merupakan kata bermakna

gramatikal, yang mana kata tersebut mengalami perubahan secara afiksasi

atau proses melekatnya afiks atau imbuhan kepada kata dasar yang akan

menimbulkan fungsi dan makna baru. Jenis afiks dalam kata menjadi adalah

prefiks (awalan me-). Adapun makna dari kata mendengar adalah sudah

(42)

f. Suaranya

dalam pantun percintaan di atas termasuk kategori kata bermakna gramatikal,

yang mana kata tersebut mengalami perubahan secara afiksasi atau proses

melekatnya afiks atau imbuhan kaepada kata dasar yang kan menimbulkan

dan fungsi makna kata. Adapun jenis afiks dalam kata bawalah adalah sufiks

(akhiran -nya). Makna kata suaranya adalah ucapannya.

9. Tujuh hari

Ait tak minum, nasi tak makan, dalam hutan,

Sehari tak pandang tuan,

Rasanya

Adapun kata-kata yang termasuk ke dalam kategori makna Gramatikal dari

pantun di atas adalah :

susut tubuh di badan.

a. Tujuh hari

Kata “tujuh hari” dalam pantun di atas merupakan kata bermakna gramatikal,

yang mana kata tersebut mengalami perubahan secara komposisi atau

gabungan dua kata atau lebih yang menimbulkan makna baru. Adapun makna

dari kata tujuh hari adalah seminggu.

b. Sehari

Kata “sehari” dalam pantun di atas merupakan kata bermakna gramatikal,

yang mana kata tersebut mengalami perubahan secara afiksasi atau proses

(43)

fungsi dan makna baru. Jenis afiks dalam kata menjadi adalah prefiks (awalan

se-). Adapun makna dari kata sehari adalah satu hari

c. Rasanya

dalam pantun percintaan di atas termasuk kategori kata bermakna gramatikal,

yang mana kata tersebut mengalami perubahan secara afiksasi atau proses

melekatnya afiks atau imbuhan kaepada kata dasar yang kan menimbulkan

dan fungsi makna kata. Adapun jenis afiks dalam kata bawalah adalah sufiks

(akhiran -nya). Makna kata rasanya adalah seakan.

10.Singapur tempat berehat,

Bandar besar negeri baru,

Pura-pura tidak dilihat

Hati di dalam bagai ,

digaru

Adapun kata-kata yang termasuk ke dalam kategori makna Gramatikal dari

pantun di atas adalah: .

a. Berehat

Kata “berehat” dalam pantun di atas merupakan kata bermakna gramatikal,

yang mana kata tersebut mengalami perubahan secara afiksasi atau proses

melekatnya afiks atau imbuhan kepada kata dasar yang akan menimbulkan

fungsi dan makna baru. Jenis afiks dalam kata menjadi adalah prefiks (awalan

(44)

b. Bandar besar

Kata “bandar besar” dalam pantun di atas merupakan kata bermakna

gramatikal, yang mana kata tersebut mengalami perubahan secara komposisi

atau gabungan dua kata atau lebih yang menimbulkan makna baru. Adapun

makna dari kata bandar besar adalah pelabuhan yang sanggat luas.

c. Pura-pura

Kata “pura-pura” dalam pantun di atas merupakan kata yang bermakna

gramatikal, yang mana kata tersebut mengalami perubahan reduplikasi atau

proses pembentukan kata baru dengan cara mengulang bentuk dasar. Adapun

bentuk perulangan pada kata pura-pura merupakan bentuk kata ulang semu.

Adapun makna kata pura-pura adalah tidak sesungguhnya; tidak sebenarnya.

d. Dilihat

Kata “dilihat” dalam pantun di atas merupakan kata bermakna gramatikal,

yang mana kata tersebut mengalami perubahan secara afiksasi atau proses

melekatnya afiks atau imbuhan kepada kata dasar yang akan menimbulkan

fungsi dan makna baru. Jenis afiks dalam kata menjadi adalah prefiks (awalan

di-). Adapun makna dari kata dilihat adalah dilirik; diperhatikan; dipandang.

e. Digaru

Kata “digaru” dalam pantun di atas merupakan kata bermakna gramatikal,

yang mana kata tersebut mengalami perubahan secara afiksasi atau proses

(45)

fungsi dan makna baru. Jenis afiks dalam kata menjadi adalah prefiks (awalan

di-). Adapun makna dari kata digaru adalah perasaan yang dicabik-cabik.

(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah penulis menganalisis pantun yang digunakan pada pantun percintaan

Melayu Deli dengan judul Analisis Pantun Percintaan Melayu Deli: Kajian Semantik,

maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam Pantun Percintaan Melayu

deli ini:

1. Pada makna leksikal, pantun percintaa Melayu Deli ini lebih banyak

menggunakan kata dasar jenis kata benda.

Contoh makna leksikal :

Ambil gendang di kampung Kandis,

Bunga melati tiada berbeda,

Mangkin dipandang mangkin manis,

Dalam hati menyala cinta

Kata bendanya : 1. Gendang, 2. Kampung Kandis, 3. Bunga melati, 4. Hati

2. Pada makna gramatikal pada pantun percintaan Melayu Deli ini, maknanya

lebih banyak mengarah pada maksud dan tujuan seseorang untuk

mengutarakan rasa sayang terhadap orang yang dicintai dan hampir semua

pada bait pantu percintaan Melayu Deli memiliki kata yang mengandung

(47)

Contoh makna Gramatikal :

Cik Esah bertanam tebu,

Jangan dibuang selarahnya

Tak usah saya bertemu,

Asal mendengar suaranya.

Makna Gramatikal : 1. Bertanam, 2. Selarahnya 3. Bertemu, 4. Suaranya

B. Saran

1. Perlunya penelitian lanjutan tentang pantun tentang percintaan agar tidak

punah.

2. Ada berbagai macam pantun yang ada di nusantara seperti, pantun untuk

permainan anak-anak, pantun percintaan, pantun upacara pernikahan,

nyanyian dan upacara adat. Penulis mengharapkan agar penelitian selanjutnya

dapat meneliti jenis pantun lainnya untuk memperbanya ilmu kebahasan

daerah, menjadikan reverensi nantinya dan semakin banyak penelitian-

Referensi

Dokumen terkait

Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma.Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Terusan Nunyai dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh Kegiatan Pramuka terhadap kedisiplinan siswa dengan sampel

dihasilkan dari sudu-sudu roda pedal yang berputar dalam air. Jet air, gaya dorong dihasilkan karena adanya impuls akibat kecepatan air yang disemburkan keluar

Dari perhitungan maju dan mundur terdapat 5 kegiatan kritis yaitu suatu kegiatan dengan Tabel Float nya = 0 dan ini berarti kegiatan tersebut harus dilakukan dan

Pada tahapan ini dalam proses pengumpulan data yang dikerjakan pada saat penelitian di lapangan terhadap penggunaan telepon genggam android untuk di jadikan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa politik luar negeri Rusia dalam merespon perubahan iklim di Kutub Utara adalah politik luar negeri yang lebih bersahabat

Secara umum, hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa faktor risiko sistematis dan faktor fundamental (laba bersih, arus kas operasi, dan nilai buku