• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOLAGEN PADA IKAN LAUT YAITU PADA KULIT IKAN BAWAL PUTIH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOLAGEN PADA IKAN LAUT YAITU PADA KULIT IKAN BAWAL PUTIH"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPLORASI POTENSI KOLAGEN PADA IKAN LAUT

YAITU PADA KULIT IKAN BAWAL PUTIH (Pampus

argenteus), IKAN BANDENG (Chanos chanos), DAN IKAN

SEBELAH (Psettodes erumei) DENGAN MENGGUNAKAN

METODE ASAM

ACHMAD HAMBALI BANI NUH

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Eksplorasi Potensi Kolagen pada ikan laut yaitu pada kulit ikan bawal putih (Pampus argenteus), ikan bandeng (Chanos chanos), dan ikan sebelah (Psettodes erumei) dengan menggunakan Metode Asam adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2014

Achmad Hambali Bani Nuh

(4)

ABSTRAK

ACHMAD HAMBALI BANI NUH. Eksplorasi Potensi Kolagen pada ikan laut yaitu pada kulit ikan bawal putih (Pampus argenteus), ikan bandeng (Chanos

chanos), dan ikan sebelah (Psettodes erumei) dengan menggunakan Metode Asam.

Dibimbing oleh TRI PRARTONO dan PIPIH SUPTIJAH.

Penelitian ini bertujuan menentukan potensi kolagen melalui produk kulit ikan bawal putih (Pampus argenteus), ikan bandeng (Chanos chanos), dan ikan sebelah (Psettodes erumei) berdasarkan karakteristik kulit dan mempelajari sifat fisika dan kimia dari kolagen yang dihasilkan. Kolagen diperoleh melalui proses ekstraksi asam pada sampel kulit ikan, ekstrak kolagen yang diperoleh selanjutnya dilakukan pengujian HPLC untuk mendapatkan komposisi asam amino,

Brookfield viscometer untuk mendapatkan nilai viskositas, dan FTIR untuk

mendapatkan gugus fungsi. Disamping itu pengujian komposisi kimia seperti kadar protein, air, abu, dan lemak pada kulit ikan juga dilakukan. Hasil analisis menunjukkan nilai rendemen kolagen menggunakan asam asetat konsentrasi 0,1 M tertinggi dihasilkan dari kulit ikan Sebelah sebesar 7,57%, disusul kulit ikan Bawal Putih yaitu 6,93%, dan terendah kulit ikan Bandeng yaitu 5,43%. Nilai rendemen kolagen menggunakan asam asetat konsentrasi 0,2 M tertinggi dihasilkan dari kulit ikan Sebelah sebesar 2,90%, disusul kulit ikan Bawal Putih yaitu 2,81%, dan terendah kulit ikan Bandeng yaitu 1,44%. Nilai rendemen kolagen menggunakan asam asetat konsentrasi 0,3 M tertinggi dihasilkan dari kulit ikan Sebelah sebesar 1,38%, disusul kulit ikan Bawal Putih yaitu 1,25%, dan terendah kulit ikan Bandeng yaitu 0,86%. Hasil analisis menunjukkan nilai viskositas tertinggi dihasilkan dari kolagen kulit ikan Bawal Putih yaitu 2,52 cP, disusul kolagen kulit ikan Sebelah yaitu 2,41 cP, dan terendah kolagen kulit ikan Bandeng yaitu 2,37 cP. Kolagen yang memiliki potensi nilai kuantitas terbaik dihasilkan dari kolagen kulit ikan Sebelah karena menghasilkan nilai rendemen kolagen tertinggi. Kolagen yang memiliki potensi nilai kualitas terbaik yang didasarkan pada parameter untuk pengembangan mutu gelatin dalam industri pangan dihasilkan dari kolagen kulit ikan Bawal Putih karena memiliki nilai viskositas tertinggi.

Kata kunci: Kolagen, kualitas, kuantitas, kulit ikan bandeng (Chanos chanos), kulit ikan bawal putih (Pampus argenteus), kulit ikan sebelah (Psettodes erumei)

(5)

ABSTRACT

ACHMAD HAMBALI BANI NUH. Exploration Potential in marine fish Collagen in the skin is white pomfret (Pampus argenteus), milkfish (Chanos

Chanos), and flatfish (Psettodes erumei) by using the Method of Acid. The by

TRI PRARTONO and PIPIH SUPTIJAH.

This study aims to determine the potential of fish skin collagen through product white pomfret (Pampus argenteus), milkfish (Chanos Chanos), and flatfish (Psettodes erumei) based on the characteristics of the skin and studying the physical and chemical properties of collagen produced. Collagen obtained through acid extraction process on a sample of fish skin, collagen extracts were then tested HPLC to obtain the amino acid composition, Brookfield viscometer to obtain the value of viscosity, and FTIR to obtain functional groups. Besides testing the chemical composition such as levels of protein, water, ash, fat and skin of fish is also performed. The analysis showed the value of using a collagen yield a concentration of 0.1 M acetic acid produced the highest of fish skin Next by 7,57%, followed by White Bawal fish skin is 6.93%, and the lowest milkfish fish skin is 5.43%. Value collagen yield using acetic acid produced the highest concentration of 0.2 M Next to skin fish of 2.90%, followed by White Bawal fish skin is 2.81%, and the lowest milkfish fish skin is 1.44%. Value collagen yield using acetic acid produced the highest concentration of 0.3 M Next to skin fish of 1.38%, followed by White Bawal fish skin is 1.25%, and the lowest milkfish fish skin is 0.86%. The analysis showed the highest viscosity values resulting from fish skin collagen White Bawal is 2.52 cP, followed by Next to the fish skin collagen of 2.41 cP, and the lowest milkfish fish skin collagen which is 2.37 cP. Collagen that has the best potential value of the quantity produced from fish skin collagen Next to collagen because it produces the highest yield value. Collagen that has the potential value of the best quality based on the quality parameters for the development of gelatin in the food industry resulting from fish skin collagen Bawal White because it has the highest viscosity.

Keywords: Collagen, Milkfish (Chanos chanos) skin, Flatfish (Psettodes erumei) skin, quality, quantity, White pomfret (Pampus argenteus) skin

(6)
(7)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya, Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

(8)
(9)

EKSPLORASI POTENSI KOLAGEN PADA IKAN LAUT

YAITU PADA KULIT IKAN BAWAL PUTIH (Pampus

argenteus), IKAN BANDENG (Chanos chanos), DAN IKAN

SEBELAH (Psettodes erumei) DENGAN MENGGUNAKAN

METODE ASAM

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan

pada

Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

(10)
(11)

Judul Skripsi : Eksplorasi Potensi Kolagen pada ikan laut yaitu pada kulit ikan bawal putih (Pampus argenteus), ikan bandeng (Chanos chanos), dan ikan sebelah (Psettodes

erumei) dengan menggunakan Metode Asam

Nama : Achmad Hambali Bani Nuh

NIM : C54080019

Disetujui oleh

Diketahui oleh

Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc Ketua Departemen

Tanggal lulus :

Dr. Ir. Tri Prartono, M.Sc Pembimbing I

Dr. Dra. Pipih Suptijah, MBA Pembimbing II

(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 adalah Eksplorasi Potensi Kolagen pada ikan laut yaitu pada kulit ikan bawal putih (Pampus argenteus), ikan bandeng (Chanos chanos), dan ikan sebelah (Psettodes

erumei) dengan menggunakan Metode Asam.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Tri Prartono, M.Sc dan Ibu Dr. Dra. Pipih Suptijah, MBA yang telah banyak memberikan saran. Di samping itu penghargaan penulis sampaikan kepada Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka (PSB), Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Institut Pertanian Bogor (IPB) serta seluruh staf pegawai yang telah mendukung dan membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak, Mamah, seluruh keluarga, dan teman-teman atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2014

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Lokasi Penelitian 2

Rancangan Penelitian 3

Alat dan Bahan 4

Tahapan Penelitian 4

Preparasi Sampel 4

Pengujian Komposisi Kimia Awal Sampel 4

Analisis Kadar Protein Kulit Ikan 4

Tahap Destruksi 5

Tahap Destilasi 5

Tahap Titrasi 5

Analisis Kadar Air Kulit Ikan 5

Analisis Kadar Abu Kulit Ikan 6

Analisis Kadar Lemak Kulit Ikan 6

Ekstraksi Kolagen Larut Asam 7

Rendemen Ekstrak 7

Analisis Asam Amino Kolagen Hasil Ekstraksi 8

Tahap Pembuatan Hidrolisat Protein 8

Tahap Pengeringan 8

Tahap Derivatisasi 8

Injeksi ke HPLC 9

Analisis Viskositas Kolagen Hasil Ekstraksi 9

Analisis FTIR (Fourer Transform Infra Red ) Kolagen Hasil Ekstraksi 10

(14)

HASIL DAN PEMBAHASAN 10 Bobot Tubuh Ikan 10

Bobot Kulit Ikan 11

Komposisi Kimia Kulit Ikan 12 Rendemen Kolagen Hasil Ekstrak dengan Perlakuan Asam Asetat 13

Analisis Komposisi Asam Amino Kolagen Larut Asam 15

Viskositas Kolagen Larut Asam 17

Pengukuran FTIR (Fourer Transform Infra Red) Kolagen Larut Asam 18 Perbandingan Nilai Kuantitas dan Kualitas Kolagen Hasil Ekstraksi 21

SIMPULAN DAN SARAN 22

Simpulan 22

Saran 22

DAFTAR PUSTAKA 22

LAMPIRAN 25

(15)

DAFTAR TABEL

1 Rancangan penelitian 3

2 Bobot rata-rata kulit ikan 11

3 Perbandingan komposisi kimia kulit ikan hasil penelitian dan kulit ikan

jenis lain 12

4 Hasil analisis asam amino kolagen larut asam dari kulit ikan bawal

putih, bandeng, dan sebelah 16

5 Perbandingan nilai viskositas kolagen kulit ikan bawal putih, bandeng,

dan sebelah 17

6 Perbandingan nilai bilangan gelombang yang diserap hasil pengukuran

FTIR (Fourer Transfor Infra Red) 20

7 Perbandingan nilai kuantitas dan kualitas kolagen kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah yang didasarkan pada beberapa parameter 21

DAFTAR GAMBAR

1 Pebandingan bobot rata-rata tubuh ikan bawal putih, bandeng, dan

sebelah per ekor 11

2 Kulit basah (A) ikan bawal putih, (B) ikan bandeng, dan (C) ikan

sebelah 12

3 Perbandingan nilai rendemen kolagen larut asam konsentrasi 0,1 M, 0,2 M, dan 0,3 M dari kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah 14 4 Hasil FTIR kolagen larut asam kulit ikan bawal putih 18 5 Hasil FTIR kolagen larut asam kulit ikan bandeng 19 6 Hasil FTIR kolagen larut asam kulit ikan sebelah 19

DAFTAR LAMPIRAN

7 Laporan hasil uji kadar protein, air, dan abu dari kulit ikan bawal putih,

ikan bandeng, dan ikan sebelah 25

8 Laporan hasil uji kadar lemak dari kulit ikan bawal putih, ikan bandeng,

dan ikan sebelah 26

9 Prosedur ekstraksi kolagen larut asam dari kulit ikan bawal putih, ikan bandeng, dan ikan sebelah dengan konsentrasi 0,1 M, 0,2 M dan 0,3 M 27 10 Contoh perhitungan nilai rendemen kolagen larut asam 28 11 Prosedur analisis asam amino dengan menggunakan metode HPLC

(High Performance Liquid Chromatogram) untuk larutan sampel 30 12 Prosedur analisis asam amino dengan menggunakan metode HPLC

(High Performance Liquid Chromatogram) untuk larutan standar 31 13 Laporan hasil uji asam amino dari kolagen larut asam kulit ikan bawal

putih 32

14 Laporan hasil uji asam amino dari kolagen larut asam kulit ikan

bandeng 33

15 Laporan hasil uji asam amino dari kolagen larut asam kulit ikan sebelah 34

(16)
(17)
(18)
(19)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kolagen adalah jenis protein berbentuk serabut atau fibril yang merupakan komponen struktural utama dari jaringan pengikat yang meliputi hampir 30% dari total protein pada jaringan organ tubuh vertebrata maupun invertebrata (Poppe 1992 dalam Astawan et al. 2003).

Kolagen merupakan jaringan biologi yang terdapat pada organisme baik vertebrata maupun invetebrata termasuk pada organisme vertebrata dan invetebrata laut sehingga penelitian kolagen pada organisme laut masih termasuk ranah penelitian bagi peneliti ilmu kelautan dalam bidang biologi hewan laut.

Kolagen banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang diantaranya dalam industri; pangan, kosmetik, farmasi, kedokteran, fotografi dan sebagainya (Kurniawan 2006). Steven (2012) menjelaskan kolagen yang digunakan umumnya berasal dari hewan daratan, seperti babi dan sapi. Kurniawan (2006) menjelaskan gelatin yang merupakan produk turunan dari kolagen produksinya berasal dari 40% kolagen babi dan 60% kolagen sapi. Penggunaan kolagen yang berasal dari babi sangat meresahkan masyarakat yang beragama Islam, sedangkan kolagen yang berasal dari sapi meresahkan masyarakat yang beragama hindu dan mempunyai potensi terjangkit penyakit Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) (Steven 2012). Hal ini membuat peneliti harus mencari sumber kolagen alternatif yang berasal dari hewan lain termasuk hewan laut agar dapat diterima semua kalangan masyarakat.

Saat ini penggunaan kolagen sudah semakin luas. Salah satu produk turunan dari kolagen adalah gelatin. Kolagen dalam industri pangan dapat digunakan untuk pembuatan cassing sosis, bahan untuk meningkatkan elastisitas, konsistensi dan stabilitas makanan. Penggunaan kolagen dalam industri kosmetik banyak digunakan karena sifatnya yang termasuk senyawa aktif, geodegradabilitas, dan antigenisitas yang lemah. Ogawa et al. (2003) menjelaskan kolagen dalam bidang kedokteran dapat digunakan untuk penyembuhan luka terbuka, pengobatan hipertensi, rekayasa jaringan untuk implant pada manusia, dan penghambatan penyakit angiogenik seperti obesitas, diabetes, dan arthritis. Dalam bidang farmasi kolagen dapat digunakan sebagai carrier untuk antiseptik dan enzim (Jabar 2011). Kolagen banyak digunakan dalam bidang biomedis dan farmasi (Kittiphattanabawon et al. 2005). Dalam bidang lain kolagen biasa digunakan dalam industri pembuatan kulit dan film.

Astawan et al. (2003) menjelaskan kolagen pada jaringan hewan seperti pada mamalia, burung, ikan, dan sebagainya sebagian besar terletak pada organ kulit selebihnya terdapat pada organ lain seperti tendon atau urat, kartilago, tulang, dan sebagainya.

Kulit ikan saat ini belum dimanfaatkan secara optimal (Ariesta 2014). Selama ini kulit ikan dibuang, dijadikan campuran pakan, kerupuk, dan sebagainya. Potensi kolagen pada kulit ikan cukup menjanjikan. Potensi kolagen pada kulit ikan dapat dilihat berdasarkan nilai kuantitas maupun kualitas kolagen yang dihasilkan. Dari nilai kuantitas potensi kolagen dapat dilihat dari rendemen kolagen yang dihasilkan semakin tinggi nilai rendemen kolagen yang dihasilkan

(20)

2

maka semakin baik potensinya (Steven 2012). Dari nilai kualitas potensi kolagen dapat dilihat dari berbagai faktor diantaranya dapat dilihat dari nilai viskositas, kandungan asam amino, gugus fungsi, titik leleh, dan nilai pH dari kolagen yang dihasilkan (Ariesta 2014). Sifat kolagen kulit ikan lebih sederhana dan lebih lembut sehingga perlu memanfaatkan kulit ikan untuk diambil kolagennya dan setiap kulit mempunyai sifat fisika dan kimia yang berbeda sehingga sifat kolagen yang terkandungnya pun berbeda.

Ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah merupakan tiga spesies ikan yang jumlah hasil tangkapan di Indonesia cukup melimpah sehingga tiga spesies ikan ini memiliki potensi sebagai sumber kolagen alternatif yang berasal dari perikanan. Volume produksi nasional ikan bawal putih pada tahun 2007 sebesar 46.291 ton, tahun 2008 sebesar 44.862 ton, tahun 2009 sebesar 45.007 ton, tahun 2010 sebesar 45.721 ton, tahun 2011 sebesar 42.800 ton, dan tahun 2012 sebesar 40.444 ton, dengan volume produksi rata-rata ikan bawal putih dari tahun 2007 sampai tahun 2012 mencapai 44.187,5 ton per tahun (KKP 2013).

Volume produksi nasional ikan bandeng pada tahun 2007 sebesar 263.138 ton, tahun 2008 sebesar 277.474 ton, tahun 2009 sebesar 328.290 ton, tahun 2010 sebesar 422.068 ton, tahun 2011 sebesar 467.449 ton, dan tahun 2012 sebesar 515.527 ton, dengan volume produksi rata-rata ikan bandeng dari tahun 2007 sampai tahun 2012 mencapai 329.747,5 ton per tahun (KKP 2013).

Volume produksi nasional ikan sebelah pada tahun 2007 sebesar 13.049 ton, tahun 2008 sebesar 18.178 ton, tahun 2009 sebesar 17.251 ton, tahun 2010 sebesar 16.698 ton, tahun 2011 sebesar 21.999 ton, dan tahun 2012 sebesar 16.614 ton, dengan volume produksi rata-rata ikan sebelah dari tahun 2007 sampai tahun 2012 mencapai 17.298,17 ton per tahun (KKP 2013).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menganalisis potensi kolagen yang berasal dari ikan laut khususnya kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah dan mempelajari nilai rendemen, sifat fisika, dan sifat kimia dari kolagen untuk mengetahui nilai kuantitas dan kualitas kolagen yang dihasilkan dengan menggunakan tolak ukur kolagen yang dihasilkan dari kulit ikan cobia (Rachycentron canadum) dan lele dumbo (Clarias gariepinus) sebagai pembanding.

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga November 2013 yang yang meliputi preparasi sampel, analisis komposisi kimia kulit ikan, ekstraksi kolagen, dan analisis gugus fungsi kolagen dilakukan di Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Freeze drying dan uji viskositas dilakukan di Laboratorium Pengolahan Pangan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian,

(21)

3

Institut Pertanian Bogor. Analisis kadar protein pada kulit ikan dan analisis asam amino pada kolagen kulit ikan dilakukan di Laboratorium PT. Saraswanti Indo Genetech (SIG), Kota Bogor.

Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimental yaitu dengan membandingkan tiga jenis ikan laut yang memiliki karakteristik kulit ikan yang berbeda untuk mengetahui ikan mana yang menghasilkan nilai rendemen kolagen paling tinggi. Jenis ikan yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis ikan laut yang terdiri dari ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah. Metode ekstraksi kolagen yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode asam yang diadopsi dari Steven (2012) yang telah dimodifikasi. Sebelum dilakukan proses ekstraksi kolagen terlebih dahulu dilakukan uji proksimat kulit ikan yang meliputi uji kadar protein yang diadopsi dari Assosiation of Official Analytical

Chemyst (AOAC) tahun 2005, uji kadar air diadopsi dari AOAC (2005), uji kadar

abu diadopsi dari AOAC (2005), dan uji kadar lemak yang diadopsi dari AOAC (2005). Setelah itu dilakukan proses ekstraksi kolagen kulit ikan dengan menggunakan tiga jenis konsentrasi asam asetat yang berbeda yaitu konsentrasi asam asetat 0,1 M, 0,2 M, dan 0,3 M. Penggunaan konsentrasi asam asetat 0,1 M, 0,2 M, dan 0,3 M bertujuan untuk mengetahui konsentrasi mana yang menghasilkan nilai rendemen kolagen paling tinggi. Tahap selanjutnya dilakukan proses perhitungan rendemen kolagen untuk mengetahui potensi nilai kuantitas kolagen yang dihasilkan dari kulit ikan.

Kolagen yang diperoleh selanjutnya dilakukan pengujian mutu hasil untuk mengetahui potensi nilai kualitas kolagen yang dihasilkan. Pengujian mutu hasil pada kolagen hasil ekstraksi meliputi analisis asam amino yang diadopsi dari Muyonga et al. (2004) yang telah dimodifikasi, analisis viskositas diadopsi dari Tabarestani et al. (2012) yang telah dimodifikasi, dan analisis gugus fungsi yang diadopsi dari Muyonga et al. (2004) yang telah dimodifikasi. Rancangan penelitian yang dilakukan pada penelitian ini dapat disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Rancangan penelitian

Teknik analisis Jumlah sampel per spesies yang digunakan

Ulangan Analisis kadar protein kulit ikan 1,12 gram kulit 3

Analisis kadar air kulit ikan 5,07 gram kulit 3

Analisis kadar abu kulit ikan 5,06 gram kulit 3

Analisis kadar lemak kulit ikan 4,70 gram kulit 3

Ekstraksi kolagen kulit ikan 100 gram kulit 1

Analisis asam amino kolagen 0,1 gram kolagen hasil ekstraksi 3 Analisis viskositas kolagen 0,06 gram kolagen hasil ekstraksi 1 Analisis gugus fungsi kolagen 0,2 gram kolagen hasil ekstraksi 1

(22)

4

Alat dan Bahan

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini meliputi magnetic stirrer,

Vortex, mesin freeze dry, HPLC (High Performance Liquid Chromatogram), Brookfield viscometer, dan Spektrofotometer. Bahan utama yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah.

Tahapan Penelitian

Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu preparasi sampel, pengujian komposisi kimia awal sampel yang meliputi uji kadar air, kadar abu, kadar lemak, dan kadar protein pada kulit ikan. Pembuatan ekstrak kolagen larut asam dari kulit ikan bawal putih, kulit ikan bandeng, dan kulit ikan sebelah, dan pengujian mutu hasil yang meliputi komposisi asam amino dengan menggunakan HPLC (High

Performance Liquid Chromatogram), viskositas dengan menggunakan Brookfield viscometer, dan gugus fungsi dengan menggunakan FTIR (Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red).

Preparasi Sampel

Tahap ini terdiri dari pengambilan, persiapan, dan ekstraksi sampel. Sampel ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah yang telah diperoleh dibuang jeroannya, difillet, dan dilepaskan kulitnya. Kemudian sampel kulit dicuci lalu dimasukkan ke dalam plastik. Sampel kulit disimpan dalam freezer bersuhu -15 C sampai digunakan untuk proses ekstraksi.

Pengujian Komposisi Kimia Awal Sampel

Pengujian awal sampel meliputi uji komposisi kimia. Analisis komposisi kimia yang dilakukan meliputi uji kadar protein, kadar air, kadar abu, dan kadar lemak pada kulit ikan. Analisis komposisi kimia merupakan metode analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi pada suatu bahan khususnya kulit ikan.

Analisis Kadar Protein Kulit Ikan

Analisis kadar protein kulit ikan pada penelitian ini menggunakan metode yang diambil dari metode AOAC tahun 2005. Prinsip analisis protein adalah destruksi N organik pada protein oleh asam sulfat pekat menghasilkan ammonium sulfat. Larutan dibuat menjadi basa dan ammonia diuapkan, kemudian ditampung dalam larutan asam borat. Nitrogen yang terkandung dalam larutan dapat ditentukan jumlahnya dengan titrasi menggunakan HCl 0,1 N. Tahap-tahap yang dilakukan dalam analisis protein terdiri dari destruksi, destilasi, dan titrasi. Analisis kadar protein kulit ikan pada penelitian ini dilakukan tiga kali ulangan.

(23)

5

Tahap Destruksi

Kulit ikan ditimbang sebanyak 1,12 gram kemudian dimasukkan ke dalam tabung kjeldahl. Kemudian sebanyak setengah tablet kjeldahl (selenium) dan 10 ml Pekat ditambahkan ke dalam tabung tersebut. Tabung yang bersisi larutan tersebut dimasukkan ke dalam alat destruksi selama 1 jam pada suhu 400 C. Proses destruksi dilakukan sampai larutan berwarna hijau jernih.

Tahap Destilasi

Larutan hasil destruksi dilarutkan dalam labu takar sampai 100 ml. Larutan sampel tersebut dipipet sebanyak 10 ml lalu dimasukkan ke dalam alat destilasi dan ditambahkan NaOH 40% sebanyak 10 ml. Cairan dalam ujung tabung kondensor ditampung dalam Erlenmeyer 25 ml berisi larutan dan 2 tetes indikator (cairan methyl red dan bromo cresol green) yang ada dibawah kondensor. Destilasi dilakukan sampai diperoleh larutan berwarna hijau kebiruan.

Tahap Titrasi

Titrasi dilakukan dengan menggunakan HCl 0,1 N sampai warna larutan dalam Erlenmeyer berubah menjadi merah muda. Volume titran dibaca dan dicatat. Perhitungan kadar protein kulit ikan ditentukan dengan rumus:

...(1)

Analisis Kadar Air Kulit Ikan

Analisis kadar air kulit ikan pada penelitian ini menggunakan metode yang diambil dari metode AOAC tahun 2005. Prinsip analisis ini adalah sampel dikeringkan dalam oven 100 - 105 C sampai diperoleh berat yang tetap. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyak air yang diuapkan. Cara kerja analisis kadar air adalah mengeringkan cawan porselen dalam oven pada suhu 105 C selama 1 jam. Cawan tersebut didinginkan dalam desikator (40 menit) hingga dingin kemudian ditimbang sampai beratnya konstan. Sampel sebanyak 5,07 gram kemudian ditimbang dan dimasukkan ke dalam cawan. Cawan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 105 C selama 6 jam hingga diperoleh bobot konstan. Cawan tersebut dimasukkan ke dalam desikator dan dibiarkan sampai dingin kemudian ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Analisis kadar air kulit ikan pada penelitian ini dilakukan tiga kali ulangan. Perhitungan kadar air kulit ikan ditentukan dengan rumus :

(24)

6

Keterangan :

A = Berat cawan kosong (gram)

B = Berat cawan yang diisi sampel (gram)

C = Berat cawan dengan sampel yang sudah dikeringkan (gram)

Analisis Kadar Abu Kulit Ikan

Analisis kadar abu kulit ikan pada penelitian ini menggunakan metode yang diambil dari metode AOAC tahun 2005. Prinsip analisisnya adalah suatu bahan dipanaskan pada suhu 500 - 600 C, maka pembakaran akan menghancurkan senyawa-senyawa organik ke dalam bentuk gas yang mudah menguap, sedangkan mineral sebagai senyawa anorganik akan tertinggal dalam bentuk abu yang kadarnya dapat diketahui melalui penimbangan. Cara kerjanya adalah cawan porselen dibersihkan dan dikeringkan di dalam oven dengan suhu 105 C selama 30 menit. Cawan abu tersebut kemudian dimasukkan ke dalam desikator (30 menit) dan ditimbang. Sampel sebanyak 5,06 gram ditimbang dan dimasukkan ke dalam cawan porselen yang telah diketahui beratnya. Selanjutnya cawan diarangkan di atas kompor listrik sampai tidak berasap dan dimasukkan ke dalam tanur pengabuan (600 C) selama 7 jam. Kemudian cawan diangkat dan didinginkan dalam desikator lalu ditimbang sampai konstan. Analisis kadar abu kulit ikan pada penelitian ini dilakukan tiga kali ulangan. Perhitungan kadar abu kulit ikan ditentukan dengan rumus :

...(3) Keterangan :

A = Berat cawan abu porselen kosong (gram)

B = Berat cawan abu porselen dengan sampel (gram)

C = Berat cawan abu porselen dengan sampel setelah dikeringkan (gram)

Analisis Kadar Lemak Kulit Ikan

Analisis kadar lemak kulit ikan pada penelitian ini menggunakan metode yang diambil dari metode AOAC tahun 2005. Prinsip analisis kadar lemak adalah lemak diekstrak dengan pelarut lemak. Setelah pelarut lemaknya diuapkan, lemaknya dapat ditimbang dan dihitung jumlahnya. Cara kerjanya adalah sampel sebanyak 4,70 gram (W1) dimasukkan ke dalam selongsong dan ditutup dengan kapas, kemudian dimasukkan ke dalam labu lemak yang sudah ditimbang berat tetapnya (W2). Selongsong dimasukkan ke dalam perangkat soxhlet dan ditambahkan pelarut heksan sebagai larutan pengekstrak. Kemudian dipasang pada perangkat soxhlet lalu dipanaskan pada suhu 60 C menggunakan pemanas listrik selama 6 jam. Pelarut lemak yang ada di dalam labu lemak didestilasi sehingga pelarut lemak menguap. Selanjutnya labu lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105 C selama 1 jam dan didinginkan dalam desikator sampai beratnya konstan (W3). Analisis kadar lemak kulit ikan pada penelitian ini

(25)

7

dilakukan tiga kali ulangan. Perhitungan kadar lemak kulit ikan ditentukan dengan rumus :

...(4) Keterangan :

W1 = Berat sampel (gram)

W2 = Berat labu lemak tanpa lemak (gram) W3 = Berat labu lemak dengan lemak (gram)

Ekstraksi Kolagen Larut Asam

Ekstrasi kolagen pada penelitian ini menggunakan metode yang diambil dari metode Steven tahun 2012 yang telah dimodifikasi. Ekstraksi kolagen dari kulit ikan dilakukan melalui beberapa tahapan ekstraksi. Tahap pertama dilakukan pemotongan kulit yang terdiri atas tiga spesies kulit ikan yaitu kulit ikan bawal putih, bandeng dan sebelah yang telah dibersihkan. Pemotongan dilakukan dengan ukuran sekitar 0,5 x 0,5 cm. Pada tahapan kedua dilakukan penimbangan kulit ikan untuk masing-masing spesies. Kulit yang digunakan sebanyak 100 gram untuk masing-masing spesies kulit ikan dalam satu konsentrasi di dalam ekstraksi ini. Tahapan selanjutnya, kulit ikan yang telah ditimbang per spesies dimasukkan ke dalam gelas Beaker dengan volume tabung berukuran 2 Liter. Tahapan selanjutnya, kulit tersebut di beri larutan NaOH konsentrasi 0,1 N, 0,2 N, dan 0,3 N dengan perbandingan 1:10 dan pada tahapan ini dinamakan proses

Deproteinase. Tahap selanjutnya dilakukan proses pengadukan menggunakan strirrer, pengadukan dilakukan selama 6 jam. Pengadukan dilakukan sampai

dilakukan pengujian biuret. Tahap selanjutnya dilakukan uji Biuret dengan meneteskan larutan biuret sampai warna pada larutan berwarna bening atau biru bening. Pengujian biuret ditujukan sebagai keberadaan ekstraksi protein. Kulit ikan yang diberi perlakuan deproteinase dan uji biuret dimana pada tahap ini merupakan proses pelepasan-pelepasan mineral yang terkandung dalam kulit ikan. Tahap selanjutnya dilakukan proses netralisasi dengan cara mencuci kulit hasil deproteinase dengan air dingin bersuhu 12 C, perlakuan secara berulang sampai pH netral. Selanjutnya dilakukan perendaman dengan larutan asam asetat konsentrasi 0,1 M, 0,2 M, dan 0,3 M dengan perbandingan 1:20 selama 48 jam. Tahap selanjutnya dilakukan proses netralisasi dengan cara mencuci kulit hasil perendaman dengan air bersuhu 12 C sampai pH netral. Tahap selanjutnya dilakukan pemanasan sampel hasil netralisasi pada suhu kurang lebih 40 sampai 50 C selama kurang lebih 6 jam. Tahap selanjutnya dilakukan pengeringan sampel dengan freeze drying . Ekstraksi kolagen kulit ikan pada penelitian ini dilakukan satu kali ulangan.

Rendemen Ekstrak

Rendemen ekstrak adalah perbandingan antara bobot hasil ekstrak (gram) dengan bobot sampel awal sebelum diekstraksi (gram). Rendemen ekstrak

(26)

8

digunakan untuk menentukan persentase kandungan. Rendemen dihitung berdasarkan basis kering. Persentase rendemen ekstrak dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

Pr : Persen rendemen Be : Bobot kering ekstrak Bs : Bobot kering sampel awal

Analisis Asam Amino Kolagen Hasil Ekstraksi

Analisis asam amino pada penelitian ini menggunakan metode yang diambil dari metode Muyonga et al. tahun 2004 yang telah dimodifikasi. Komposisi asam amino ditentukan dengan menggunakan HPLC. Sebelum digunakan, perangkat HPLC dibilas dulu dengan eluen yang akan digunakan selama 3 jam. Begitu

syringe yang akan digunakan dibilas dengan akuades. Analisis asam amino

dengan menggunakan HPLC terdiri atas 4 tahap, yaitu: (1) tahap pembuatan hidrolisat protein; (2) tahap pengeringan; (3) tahap derivatisasi; (4) tahap injeksi serta analisis asam amino. Analisis asam amino kolagen hasil ekstraksi pada penelitian ini dilakukan tiga kali ulangan

Tahap Pembuatan Hidrolisat Protein

Sampel ditimbang sebanyak 0,1 g, dihancurkan. Sampel yang telah hancur dihidrolisis asam menggunakan HCl 6 N sebanyak 5 ml kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu 110 C selama 22 jam. Pemanasan dalam oven dilakukan untuk menghilangkan gas atau udara yang ada pada sampel agar tidak menganggu kromatogram yang dihasilkan. Selain itu, pemanasan dilakukan untuk mempercepat reaksi hidrolisis.

Tahap Pengeringan

Sampel yang telah dihidrolisis pada suhu kamar dipindahkan isinya ke dalam labu evaporator 50 ml, dibilas dengan 2 ml HCl 0,01 N dan cairan bilasan dimasukkan ke dalam labu evaporator. Proses ini diulangi hingga 3 kali. Sampel kemudian dikeringkan menggunakan rotary evaporator selama 30 menit Sampel yang sudah kering ditambah dengan 5 ml HCl 0,01 N kemudian disaring dengan kertas milipore.

Tahap Derivatisasi

Larutan derivatisasi dibuat dengan menambahkan buffer kalium borat pH 10,4 pada sampel dengan perbandingan 1:1. Kemudian ke dalam vial kosong

(27)

9

bersih dimasukkan 50 l sampel dan ditambahkan 250 l pereaksi Ortoflaaldehida (OPA) dengan perbandingan 1:5, dibiarkan 1 menit agar derivatisasi berlangsung sempurna. Proses derivatisasi dilakukan agar detektor mudah untuk mendeteksi senyawa yang ada pada sampel. Larutan stok OPA dibuat dengan cara mencampurkan 50 mg OPA ke dalam 4 ml methanol dan 0,025 ml merkaptoetanol, dikocok hati-hati dan ditambahkan larutan brij 30% sebanyak 0,050 ml dan buffer kalium borat 1 M, pH 10,4 sebanyak 1 ml. Larutan disimpan di dalam botol berwarna gelap pada suhu 40 C dan akan stabil selama 2 minggu.

Injeksi ke HPLC

Sampel diinjeksikan ke dalam HPLC sebanyak 5 l lalu ditunggu sampai pemisahan semua asam amino selesai. Waktu yang diperlukan sekitar 25 menit. Untuk perhitungan konsentrasi asam amino yang ada pada bahan, dilakukan pembuatan kromatogram standar dengan menggunakan asam amino yang telah siap pakai yang mengalami perlakuan yang sama dengan sampel.

Kandungan asam amino dalam 100 gram bahan dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan:

C = Konsentrasi standar asam amino fp = faktor pengenceran

Kondisi kromatografi saat berlangsungnya analisis asam amino sebagai berikut: Temperatur : 38 C

Jenis kolom HPLC: AccQtag column ( 3,9 x 150 mm) Kecepatan alir eluen : 1,0 mL per menit

Volume penyuntikan : 5 L

Fase gerak: Acetonitril 60% - AccQtag Eluent A, system gradient komposisi Detektor Panjang gelombang : Fluoresensi, Eksitasi = 250 nm, emisi = 395 nm.

Analisis Viskositas Kolagen Hasil Ekstraksi

Analisis viskositas pada penelitian ini menggunakan metode yang diambil dari metode Tabarestani et al. tahun 2012 yang telah dimodifikasi. Larutan kolagen dengan konsentrasi 0,03% (b/b) disiapkan dengan Asam asetat 0,1 M (0,06 gram kolagen ditambah 200 ml Asam asetat 0,1 M) kemudian larutan diukur viskositasnya dengan menggunakan alat Brookfield Syncro-Letric Viscometer. Pengukuran dilakukan pada suhu ruang dengan laju geser 60 rpm menggunakan spindel. Pengujian ini menggunakan spindel no.1, nilai viskositas dinyatakan dalam satuan centipoises (cP). Analisis viskositas kolagen hasil ekstraksi pada penelitian ini dilakukan satu kali ulangan.

(28)

10

Analisis FTIR (Fourer Transform Infra Red) Kolagen Hasil Ekstraksi Analisis FTIR pada penelitian ini menggunakan metode yang diambil dari metode Muyonga et al. tahun 2004 yang telah dimodifikasi. Kolagen sebanyak 0,2 gram digerus dengan KBr dalam mortar sampai homogen, kemudian dimasukkan dalam cetakan pelet, dicetak dengan dipadatkan dan divakum sampai optimum, selanjutnya pelet ditempatkan dalam sel dan dimasukkan ke dalam tempat sel pada spektrofotometer inframerah yang sudah dinyalakan dan stabil. Kemudian tekan tombol pendeteksian, akan muncul histogram FTIR pada rekorder yang memunculkan puncak-puncak gugus fungsi yang terdapat pada sampel. Histogram yang diperoleh dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis FTIR kolagen hasil ekstraksi pada penelitian ini dilakukan satu kali ulangan.

Analisis Data

Analisis data dilakukan terhadap hasil perhitungan rendemen kolagen kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah. Analisis perhitungan rendemen hasil ekstraksi dengan perlakuan asam asetat konsentrasi 0,1%, 0,2%, dan 0,3% dilakukan untuk mencari rendemen yang terbesar. Hasil perhitungan rendemen kolagen bertujuan untuk mengetahui potensi nilai kuantitas kolagen. Tolak ukur rendemen kolagen pada penelitian ini menggunakan tolak ukur rendemen kolagen yang dihasilkan dari kulit ikan cobia sebagai pembanding. Analisis data juga dilakukan terhadap hasil analisis asam amino, viskositas, dan gugus fungsi kolagen yang bertujuan untuk mengetahui potensi nilai kualitas kolagen yang dihasilkan. Tolak ukur analisis asam amino dan viskositas kolagen pada penelitian ini menggunakan tolak ukur kandungan asam amino dan nilai viskositas kolagen yang dihasilkan dari kulit ikan lele dumbo sebagai pembanding.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bobot Tubuh Ikan

Bobot rata-rata tubuh ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah yang diperoleh memiliki bobot tubuh yang bebeda-beda. Perbedaan tersebut bisa disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya dapat disebabkan oleh perbedaan spesies, umur, habitat, jenis makanan, dan sebagainya. Semakin dewasa umur suatu spesies ikan maka akan semakin besar bobot tubuhnya dan semakin muda umur suatu spesies ikan maka semakin kecil bobot tubuhnya. Umumnya bobot tubuh ikan bawal putih memiliki bobot tubuh lebih kecil dibandingkan dengan bobot tubuh ikan bandeng dan sebelah pada umur yang sama. Perbandingan bobot rata-rata tubuh ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah diperlihatkan pada Gambar 1.

(29)

11

Gambar 1 Perbandingan bobot rata-rata tubuh ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah per ekor

Gambar 1 menunjukkan bobot tubuh ikan sebelah yang diperoleh memiliki bobot rata-rata tubuh paling tinggi yaitu sebesar 1222,22 gram per ekor, disusul bobot tubuh ikan bandeng yaitu 977,78 gram per ekor, dan yang terendah bobot tubuh ikan bawal putih yaitu 402,69 gram per ekor.

Bobot Kulit Ikan

Bobot rata-rata kulit ikan per ekor dari ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah yang diperoleh memiliki bobot kulit yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut bisa disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya dapat disebabkan oleh perbedaan spesies, bobot tubuh ikan, umur, dan sebagainya. Bobot rata-rata kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah per ekor dapat disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Bobot rata-rata kulit ikan

Nama spesies Karakteristik kulit

Bobot rata-rata tubuh ikan per ekor

(gram)

Bobot kulit ikan per ekor (gram) Ikan sebelah Bersisik sedang 1222,22 41,57 Ikan bandeng Bersisik lebat 977,78 33,26 Ikan bawal putih Tanpa sisik 402,69 18,77

Tabel 2 menunjukkan bobot rata-rata kulit ikan sebelah yang diperoleh memiliki bobot rata-rata kulit paling tinggi yaitu sebesar 41,57 gram per ekor, disusul kulit ikan bandeng sebesar 33,26 gram per ekor, dan terendah kulit ikan bawal putih yaitu sebesar 18,77 gram per ekor. Bentuk fisik kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah dapat dilihat pada Gambar 2.

(30)

12

Gambar 2 Kulit basah (A) ikan bawal putih, (B) ikan bandeng, dan (C) ikan sebelah

Komposisi Kimia Kulit Ikan

Analisis komposisi kimia kulit ikan pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persentase komposisi kimia pada kulit ikan. Analisis komposisi kimia kulit ikan yang dilakukan meliputi analisis kadar air, kadar protein, kadar abu, dan kadar lemak. Perbandingan komposisi kimia kulit ikan hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Perbandingan komposisi kimia kulit ikan hasil penelitian dan kulit ikan jenis lain Analisis Kulit ikan bawal putih (%) Kulit ikan banden g (%) Kulit ikan sebelah (%) Kulit Lutja nus sp Kulit Thun nus sp Kulit Claria s gariep inus Kulit Clari as batra chus Kulit Pang asius suthci Protein 19,75 20,09 20,44 18,20 27,50 16,95 19,94 18,96 Air 65,52 62,64 71,14 80,30 55,20 68,54 35,11 39,24 Abu 0,84 0,41 1,51 1,10 4,10 0,40 0,65 0,73 Lemak 0,74 1,25 0,76 0,64 13,20 0,64 7,29 10,65

Keterangan : 1. Setiawati (2011); 2. Kumaila (2008); 3. Steven (2012); 4. See et al. (2010); 5. See et al. (2010)

Kadar protein dari kulit ikan bawal putih bandeng, dan sebelah memiliki kadar protein yang berbeda-beda. Kulit ikan sebelah memiliki kadar protein paling tinggi yaitu sebesar 20,44%, disusul kulit ikan bandeng yaitu sebesar 20,09%, sedangkan paling rendah kadar proteinnya terdapat pada kulit ikan bawal putih yaitu sebesar 19,75%. Hal ini menunjukkan kulit ikan sebelah dan ikan bandeng termasuk kulit berprotein tinggi sedangkan kulit ikan bawal putih termasuk kulit berprotein sedang, sehingga kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah memiliki potensi sebagai sumber bahan baku kolagen yang berasal dari perikanan. Muyonga et al. (2004) menjelaskan bahwa protein kasar kulit dapat menggambarkan kemungkinan maksimum komponen kolagen yang dapat diekstrak. Ikan digolongkan ikan dengan protein sedang apabila memiliki kadar

(31)

13

protein antara 15-20 % (Winarno 2008). Laporan hasil uji kadar protein, air, dan abu dari kulit ikan bawalputih, ikan bandeng, dan ikan sebelah dapat dilihat pada Lampiran 1.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa kadar air pada kulit ikan sebelah memiliki kadar paling tinggi yaitu sebesar 71,14%, disusul kulit ikan bawal putih yaitu sebesar 65,52%, sedangkan paling rendah kadar airnya terdapat pada kulit ikan bandeng yaitu sebesar 62,04%. Kadar air pada suatu bahan termasuk kulit ikan bervariasi tidak hanya dipengaruhi waktu pengeringan namun juga tingkat kelembaban selama penyimpanan dan permeabilitas terhadap kelembapan bahan yang diuji (See et al 2010). Penentuan kadar air suatu bahan perlu dilakukan sebab kadar air pada suatu bahan pangan dapat mempengaruhi tingkat mutu dari bahan tersebut. Kadar air dalam makanan adalah salah satu faktor dominan yang mempengaruhi karakteristik fisika, kimia, mikrobiologi, dan sensoris yang merupakan kunci penting bagi konsumen dan daya tahan suatu produk (Pisuchpen 2007).

Hasil pengujian menunjukkan bahwa kadar abu pada kulit ikan sebelah memiliki kadar paling tinggi yaitu sebesar 1,51% disusul kulit ikan bawal putih yaitu sebesar 0,84%, sedangkan kadar abu paling rendah terdapat pada kulit ikan bandeng yaitu sebesar 0,41%. Kadar abu digunakan sebagai petunjuk adanya mineral pada suatu bahan. Bahan makanan terdiri dari 96% bahan organik dan air. Sisanya merupakan unsur-unsur mineral yaitu zat anorganik atau kadar abu. Proses pembakaran hanya bahan-bahan organik yang terbakar tetapi zat anorganiknya tidak ikut terbakar (Winarno 2008).

Hasil pengujian menunjukkan bahwa kadar lemak paling tinggi terdapat pada kulit ikan bandeng yaitu sebesar 1,25%, disusul kulit ikan sebelah yaitu sebesar 0,76%, sedangkan kadar lemak paling rendah terdapat pada kulit ikan bawal putih yaitu sebesar 0,74%. Kadar lemak pada kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah masih termasuk rendah bila dibandingkan jenis ikan lain pada tabel diatas. Ikan digolongkan ikan dengan lemak rendah apabila memiliki kadar lemak <5% (Winarno 2008). Laporan hasil uji kadar lemak dari kulit ikan bawal putih, ikan bandeng, dan ikan sebelah dapat dilihat pada Lampiran 2.

Hasil komposisi kimia yang ditujukkan pada Tabel 3 berbeda-beda antara jenis ikan satu dengan yang lainnya. Menurut Songchotikunpan et al. (2008) dalam Steven (2012) menjelaskan perbedaan tersebut bisa disebabkan oleh perbedaan spesies, umur, habitat, jenis pakan, dan preparasi bahan.

Rendemen Kolagen Hasil Ekstrak dengan Perlakuan Asam Asetat Hasil analisis rendemen kolagen menunjukkan nilai rendemen kolagen dari kulit ikan bawal putih tertinggi dihasilkan dari perlakuan asam asetat konsentrasi 0,1 M yaitu sebesar 6,93% disusul perlakuan asam asetat konsentrasi 0,2 M sebesar 2,81%, dan yang terendah dihasilkan dari perlakuan asam asetat konsentrasi 0,3 M sebesar 1,25%. Nilai rendemen kolagen kulit ikan bandeng tertinggi dihasilkan dari perlakuan asam asetat konsentrasi 0,1 M yaitu sebesar 5,43%, disusul perlakuan asam asetat konsentrasi 0,2 M sebesar 1,44%, dan terendah dihasilkan dari perlakuan asam asetat konsentrasi 0,3 M sebesar 0,86%. Nilai rendemen kolagen kulit ikan sebelah tertinggi dihasilkan dari perlakuan

(32)

14

asam asetat konsentrasi 0,1 M yaitu sebesar 7,57%, disusul perlakuan asam asetat konsentrasi 0,2 M sebesar 2,90%, dan yang terendah dihasilkan dari perlakuan asam asetat konsentrasi 0,3 M sebesar 1,38%. Bagan alur prosedur ekstraksi kolagen larut asam dari kulit ikan bawal putih, ikan bandeng, dan ikan sebelah dengan konsentrasi 0,1 M, 0,2 M, dan 0,3 M dapat dilihat pada Lampiran 3.

Analisis perhitungan rendemen kolagen hasil ekstraksi dengan perlakuan asam asetat dengan konsentrasi 0,1 M, 0,2 M, dan 0,3 M pada penelitian ini dilakukan untuk mencari rendemen kolagen yang terbesar. Hasil analisis menunjukkan ekstraksi kolagen dengan menggunakan larutan asam asetat konsentrasi 0,1 M memiliki hasil rendemen kolagen lebih tinggi dibandingkan hasil ekstraksi kolagen dengan menggunakan larutan asam astetat konsentrasi 0,2 M maupun 0,3 M untuk semua hasil dari ekstraksi kolagen baik dari kulit ikan bawal putih, bandeng, maupun sebelah dan untuk tahapan selanjutnya yaitu untuk analisis komposisi asam amino, analisis viskositas, dan analisis gugus fungsi pada kolagen hasil ekstraksi menggunakan kolagen yang dihasilkan dari ekstraksi kolagen menggunakan larutan asam asetat konsentrasi 0,1 M karena menghasikan nilai rendemen kolagen paling tinggi. Contoh perhitungan nilai rendemen kolagen larut asam dapat dilihat pada Lampiran 4.

Hasil analisis menunjukkan ekstraksi kolagen dari kulit ikan sebelah dengan perlakuan asam asetat 0,1 M menghasilkan nilai rendemen kolagen paling tinggi dibandingkan dengan rendemen kolagen dengan perlakuan asam asetat 0,1 M yang dihasilkan dari kulit ikan bawal putih dan bendeng. Perbandingan nilai rendemen kolagen larut asam konsentrasi 0,1 M, 0,2 M dan 0,3 M yang dihasilkan dari ekstraksi kolagen dari kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah diperlihatkan pada Gambar 3.

Keterangan : = Nilai rendemen kolagen larut asam konsentrasi 0,1 M; = Nilai rendemen kolagen larut asam konsentrasi 0,2 M; = Nilai rendemen kolagen larut asam konsentrasi 0,3 M

Gambar 3 Perbandingan nilai rendemen kolagen larut asam konsentrasi 0,1 M, 0,2 M dan 0,3 M dari kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah

(33)

15

Gambar 3 menunjukkan perbandingan nilai rendemen kolagen hasil ekstraksi dari kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah dimana nilai rendemen kolagen yang dihasilkan dari kulit ikan sebelah memiliki nilai rendemen tertinggi pada semua jenis konsentrasi asam asetat yang digunakan, disusul kolagen yang dihasilkan dari kulit ikan bawal putih, dan terendah kolagen yang dihasilkan dari kulit ikan bandeng.

Steven (2012) menjelaskan Penggunaan konsentrasi asam asetat yang terlalu tinggi dapat menurunkan rendemen kolagen yang dihasilkan dan memboroskan bahan baku. Steven (2012) menjelaskan kolagen akan semakin meningkat dengan naiknya temperatur dan akan benar-benar larut pada kisaran suhu 45 C. Sadowska et al. (2000) menjelaskan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi sifat fungsional kolagen yaitu umur, periode sampel ikan, tahapan preparasi sampel, konsentrasi pH dan NaOH yang digunakan pada proses ekstraksi.

Sampai saat ini masih belum ada patokan atau tolak ukur mengenai seberapa besar besaran rendemen kolagen dapat dikatakan memiliki potensi baik. Pada penelitian ini patokan atau tolak ukur yang digunakan hanya mengacu pada kolagen yang dihasilkan dari kulit ikan cobia. Ariesta (2014) menjelaskan nilai rendemen kolagen yang dihasilkan dari kulit ikan cobia menggunakan asam asetat konsentrasi 0,05 sampai 0,2 M dapat menghasilkan nilai rendemen kolagen sebesar 10,508%.

Hasil rendemen kolagen yang dihasilkan kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah pada penelitian ini masih lebih rendah dibandingkan dengan nilai rendemen kolagen yang dihasilkan dari kulit ikan cobia sebagai pembanding dimana nilai rendemen kolagen yang dihasilkan dari kulit ikan bawal putih untuk konsentrasi asam asetat 0,1 M yaitu sebesar 6,93%, bandeng sebesar 5,43%, dan sebelah sebesar 7,57% sedangkan rendemen kolagen yang dihasilkan dari kulit ikan cobia yaitu sebesar 10,508%.

Analisis Komposisi Asam Amino Kolagen Larut Asam

Asam amino merupakan struktur pembentuk protein. Protein tersusun atas asam amino-asam amino yang saling berikatan yang dinamakan ikatan peptida. Kolagen merupakan jenis protein yang tersusun atas asam amino-asam amino yang saling berikatan.

Lehninger (1982) menjelaskan jenis asam amino terbesar penyusun kolagen terdiri atas residu asam amino glisin, prolin, dan hidroksiprolin. Haris (2008) menjelaskan jenis asam amino esensial yang terdapat dalam kolagen terdiri atas asam amino isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, valin, dan arginin. Bagan alur prosedur analisis asam amino dengan menggunakan metode HPLC (High Performance Liquid Chromatogram) untuk larutan sampel dan larutan standar dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 6. Hasil analisis asam amino kolagen yang diekstrak dari kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah disajikan pada Tabel 4.

(34)

16

Tabel 4 Hasil analisis asam amino kolagen larut asam dari kulit ikan bawal putih bandeng, dan sebelah

No Asam amino Unit

Hasil Kolagen kulit ikan bawal putih Kolagen kulit ikan bandeng Kolagen kulit ikan sebelah Kolagen kulit ikan Clarias gariepinus (Steven 2012) 1 Asam Aspartat % 4,96 3,39 4,21 3,54 2 Serin % 1,77 2,66 2,53 3,78 3 Asam Glutamat % 8,80 5,05 2,85 5,37 4 Glisin % 17,52 18,75 17,04 15,52 5 Histidin % 0,00 1,05 1,02 1,39 6 Arginin % 6,04 7,12 6,71 8,06 7 Threonin % 2,26 1,50 2,28 3,07 8 Alanin % 7,87 6,50 7,48 4,31 9 Prolin % 8,13 9,72 9,18 9,19 10 Sistein % 0,11 0,35 0,09 0,00 11 Tirosin % 0,44 0,30 0,40 1,19 12 Valin % 2,22 1,36 1,71 2,23 13 Metionin % 1,20 1,82 1,50 2,03 14 Lisin % 3,17 3,05 2,91 2,52 15 Isoleusin % 1,07 0,97 0,78 1,65 16 Leusin % 2,07 1,38 1,91 2,62 17 Fenilalanin % 1,36 1,65 1,52 2,36

Tabel 4 menunjukkan sampel kolagen hasil ekstrak yang dihasilkan dari kulit ikan bawal putih mengandung 16 dari 17 macam asam amino. Komposisi residu asam amino terbesar penyusun kolagen kulit ikan bawal putih adalah glisin sebesar 17,52%, asam glutamat sebesar 8,80%, prolin sebesar 8,13%, dan alanin sebesar 7,87%. Hasil analisis menunjukkan bahwa ekstrak protein yang dihasilkan dari kulit ikan bawal putih sudah termasuk kolagen karena komposisi asam amino terbesar adalah glisin dan prolin. Laporan hasil uji asam amino dari kolagen larut asam kulit ikan bawal putih dapat dilihat pada Lampiran 7.

Sampel kolagen hasil ekstrak yang dihasilkan dari kulit ikan bandeng mengandung 17 macam asam amino yang dianalisis. Komposisi residu asam amino terbesar penyusun kolagen kulit ikan bandeng adalah glisin sebesar 18,75%, prolin sebesar 9,72%, arginin sebesar 7,12%, dan alanin sebesar 6,50%. Hasil analisis menunjukkan ekstrak protein yang dihasilkan dari kulit ikan bandeng sudah termasuk kolagen karena komposisi asam amino terbesar adalah glisin dan prolin. Laporan hasil uji asam amino dari kolagen larut asam kulit ikan bandeng dapat dilihat pada Lampiran 8.

Sampel kolagen hasil ekstrak yang dihasilkan dari kulit ikan sebelah mengandung 17 macam asam amino yang dianalisis. Komposisi residu asam amino terbesar dari kolagen kulit ikan sebelah adalah glisin sebesar 17,03%, prolin sebesar 9,18%, dan alanin sebesar 7,48%. Hasil analisis menunjukkan ekstrak protein yang dihasilkan dari kulit ikan sebelah sudah termasuk kolagen karena komposisi asam amino terbesar adalah glisin dan prolin. Laporan hasil uji

(35)

17

asam amino dari kolagen larut asam kulit ikan sebelah dapat dilihat pada Lampiran 9.

Kandungan asam amino glisin pada kolagen hasil ekstraksi dari kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah lebih tinggi kandungannya dibandingkan dengan kandungan asam amino glisin pada kolagen kulit ikan lele dumbo sebagai pembanding. Sedangkan kandungan asam amino prolin pada kolagen hasil ekstraksi dari kulit ikan bawal putih dan sebelah lebih rendah kandungannya dibandingkan dengan kandungan asam amino prolin pada kolagen kulit ikan lele dumbo sebagai pembanding dan kandungan asam amino prolin pada kolagen hasil ekstraksi dari kulit bandeng lebih tinggi kandungannya dibandingkan dengan kandungan asam amino prolin pada kolagen kulit ikan lele dumbo sebagai pembanding.

Viskositas Kolagen Larut Asam

Viskositas merupakan daya aliran molekul dalam suatu larutan, baik dalam air, cairan organik sederhana, dan suspensi encer (Kumaila 2008). Pengukuran nilai viskositas didasarkan pada parameter tingkat kekentalan kolagen sebagai larutan pada konsentrasi dan suhu tertentu. Hasil pengukuran nilai viskositas kolagen kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Perbandingan nilai viskositas kolagen kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah

No Jenis kolagen Unit Hasil

1 Kolagen kulit ikan bawal putih Centipoise (cP) 2,52 2 Kolagen kulit ikan bandeng Centipoise (cP) 2,37 3 Kolagen kulit ikan sebelah Centipoise (cP) 2,41 4 Kolagen kulit ikan Clarias gariepinus (Steven 2012) Centipoise (cP) 2,43

Tabel 5 menunjukkan nilai viskositas tertinggi dihasilkan dari kolagen kulit ikan bawal putih yaitu sebesar 2,52 cP, disusul kolagen kulit ikan sebelah yaitu sebesar 2,41 cP, dan terendah kolagen kulit ikan bandeng yaitu sebesar 2,37 cP.

Nilai viskositas kolagen kulit bawal putih memiliki nilai viskositas lebih tinggi dibandingkan dengan nilai viskositas kolagen kulit ikan lele dumbo sebagai pembanding sedangkan nilai viskositas kolagen kulit bandeng dan sebelah memiliki nilai viskositas lebih rendah dibandingkan dengan nilai viskositas kolagen kulit ikan lele dumbo sebagai pembanding.

Steven (2012) menjelaskan nilai viskositas kolagen yang tinggi berguna untuk aplikasi pengembangan mutu gelatin dalam industri pangan. Kolagen yang tidak memiliki nilai viskositas tinggi malah berguna untuk bidang lain seperti untuk aplikasi kemasan mikro dan pelapis fotosensitif. Setiawati (2009) menjelaskan semakin besar bobot molekul maka laju aliran larutan semakin lambat sehingga meningkatkan nilai viskositas.

Nilai viskositas kolagen yang dihasilkan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Steven (2012) menjelaskan nilai viskositas dapat dipengaruhi oleh temperatur, pH, dan konsentrasi dari larutan kolagen. Sadowska et al. (2000) menjelaskan bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi sifat fungsional

(36)

18

kolagen seperti umur, periode hidup sampel ikan, tahapan preparasi sampel, konsentrasi, pH yang digunakan pada saat proses ekstraksi dan sebagainya. Nilai viskositas yang tinggi terjadi akibat adanya interaksi intermolekuler yang tinggi seperti adanya ikatan Van Der Waals dan adanya ikatan hidrogen yang betanggung jawab terhadap ketahanan aliran molekul tersebut.

Pengukuran FTIR (Fourer Transform Infra Red) Kolagen Larut Asam Ariesta (2014) menjelaskan struktur sekunder yang dapat ditemukan pada kolagen yaitu berada pada bilangan gelombang amida A (3400-3440 cm-1), amida I (1600-1690 cm-1), amida II (1480-1575 cm-1), dan amida III (1229-1301 cm-1). Selain itu struktur sekunder yang dapat ditemukan pada kolagen yaitu berada pada bilangan gelombang amida B (2915-2935 cm-1) (Steven 2012).

Hasil analisis menunjukkan struktur sekunder kolagen yang ditemukan pada kolagen kulit ikan bawal putih yang berada pada amida A ditemukan pada bilangan gelombang 3415,84 cm-1, amida B ditemukan pada bilangan gelombang 2920,33 cm-1, amida I ditemukan pada bilangan gelombang 1650,88 cm-1, amida II ditemukan pada bilangan gelombang 1480,00 cm-1, dan amida III ditemukan pada bilangan gelombang 1243,32 cm-1. Grafik FTIR dari kolagen kulit ikan bawal putih disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4 Hasil FTIR kolagen larut asam kulit ikan bawal putih

Struktur sekunder kolagen yang ditemukan pada kolagen kulit ikan bandeng berada pada amida A ditemukan pada bilangan gelombang 3434,75 cm-1, amida B ditemukan pada bilangan gelombang 2915,00 cm-1, amida I ditemukan

(37)

19

pada bilangan gelombang 1641,31 cm-1, amida II ditemukan pada bilangan gelombang 1544,92 cm-1, dan amida III ditemukan pada bilangan gelombang 1241,01 cm-1. Grafik FTIR dari kolagen kulit ikan bandeng disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5 Hasil FTIR kolagen larut asam kulit ikan bandeng

Struktur sekunder kolagen yang ditemukan pada kolagen kulit ikan sebelah berada pada amida A yang ditemukan pada bilangan gelombang 3434,08 cm-1, amida B ditemukan pada bilangan gelombang 2915,00 cm-1, amida I ditemukan pada bilangan gelombang 1642,23 cm-1, amida II ditemukan pada bilangan gelombang 1575,00 cm-1, dan amida III ditemukan pada bilangan gelombang 1244,58 cm-1. Grafik FTIR dari kolagen kulit ikan sebelah disajikan pada Gambar 6.

(38)

20

Pengukuran FTIR (Fourer Transform Infra Red) dilakukan untuk mempelajari perubahan struktur sekunder dari kolagen. FTIR (Fourer Transform

Infra Red) digunakan para peneliti untuk mengetahui gugus fungsi, ikatan silang,

denaturasi, dan daya tahan kolagen terhadap panas (Muyonga et al. 2004). Nagai

et al. (2010) menjelaskan bilangan gelombang yang mengindikasikan serapan

Amida A terbentuk dari ikatan asam amino pada kolagen berasosiasi dengan pelebaran vibrasi pada gugus N-H. Hal ini mengindikasikan adanya eksistensi ikatan hidrogen yang ada pada kolagen.

Kong dan Yu (2007) dalam Ariesta (2014) menjelaskan bilangan gelombang yang mengindikasikan serapan Amida B terbentuk dari axymmetrical strech of . Shah dan Manckar (2012) dalam Ariesta (2014) menjelaskan amida I terkait dengan vibrasi peregangan gugus karbonil. Ariesta (2014) menjelaskan amida II terkait dengan adanya gugus CN stretching dan NH Bending. Perbandingan nilai bilangan gelombang yang diserap dari hasil pengukuran FTIR kolagen kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Perbandingan nilai bilangan gelombang yang diserap hasil pengukuran FTIR (Fourer Transfor Infra Red)

No Daerah serapan

Bilangan gelombang pada puncak serapan (cm-1)

Keterangan Kolagen kulit ikan bawal Putih Kolagen kulit ikan bandeng Kolagen kulit ikan sebelah Kolagen kulit Unicorn leatherjacket (Nalinanon et al. 2004) 1 Amida A 3415,84 3434,75 3434,08 3305 NH streching 2 Amida B 2920,33 2915,00 2915,00 - Metylen CH, strech of 3 Amida I 1650,88 1641,31 1642,23 1651 C=O streching 4 Amida II 1480,00 1544,92 1575,00 1549 CN streching, NH bending 5 Amida III 1243,32 1241,01 1244,58 1240 CN streching, NH bending Kolagen termasuk jaringan pengikat yang tersusun atas serat atau fibril (Katili 2009). Fibrilogenesis kolagen biasa berasosiasi dengan pelebaran dan sedikit pergeseran bilangan gelombang yang lebih rendah dari puncak amida A, peningkatan intensitas, dan pergeseran bilangan gelombang yang lebih rendah dari puncak amida III. Pergeseran puncak amida I, II, dan III ke bilangan gelombang yang lebih rendah berhubungan dengan interaksi intermolekul (ikatan hidrogen dan ikatan Van der Walls) dalam kolagen.

(39)

21

Perbandingan Nilai Kuantitas dan Kualitas Kolagen Hasil Ekstraksi Perbandingan nilai kuantitas dan kualitas kolagen hasil ekstraksi pada penelitian ini didasarkan pada beberapa parameter. Untuk menentukan nilai kuantitas kolagen didasarkan pada parameter nilai rendemen kolagen yang dihasilkan dan untuk menentukan nilai kualitas kolagen pada penelitian ini didasarkan pada parameter untuk aplikasi pengembangan mutu gelatin dalam industri pangan yang dilihat berdasarkan pengukuran nilai viskositas.

Hasil analisis menunjukkan nilai kuantitas kolagen terbaik dihasilkan dari kolagen kulit ikan sebelah karena memiliki nilai rendemen kolagen paling tinggi sebesar 7,57%, disusul kolagen kulit ikan bawal putih memiliki hasil rendemen kolagen sebesar 6,93%, dan kolagen kulit ikan bandeng memiliki hasil rendemen kolagen sebesar 5,43%. Hasil analisis menunjukkan nilai kualitas kolagen yang didasarkan pada parameter untuk aplikasi pengembangan mutu gelatin dalam industri pangan yang dilihat dari nilai viskositas bahwa nilai kualitas kolagen terbaik dihasilkan dari kolagen kulit ikan bawal putih karena memiliki nilai viskositas paling tinggi yaitu sebesar 2,52 cP, disusul kolagen kulit ikan sebelah sebesar 2,41 cP, dan kolagen kulit ikan bandeng sebesar 2,37 cP. Steven (2012) menjelaskan kolagen yang memiliki nilai viskositas tinggi berguna untuk aplikasi pengembangan mutu gelatin dalam industri makanan. Perbandingan nilai kuantitas dan kualitas kolagen kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah yang didasarkan pada beberapa parameter disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Perbandingan nilai kuantitas dan kualitas kolagen kulit ikan bawal putih Bandeng, dan sebelah yang didasarkan pada beberapa parameter

No Nama spesies kulit ikan

Nilai rendemen kolagen larut asam kulit ikan (%)

Kandungan asam amino pada kolagen

hasil ekstraksi konsentrasi asam asetat 0,1 M (%) Viskositas (cP) konsentrasi asam asetat 0,1 M 0,1 M 0,2 M 0,3 M Glisin Prolin 1 Ikan bawal putih 6,93 2,81 1,25 17,52 8,13 2,52 2 Ikan bandeng 5,43 1,44 0,86 18,75 9,72 2,37 3 Ikan sebelah 7,57 2,90 1,38 17,04 9,18 2,41 Tabel 7 (Lanjutan) No Nama spesies kulit ikan

Nilai bilangan gelombang hasil analisis FTIR (Fourer

Transform Infra Red) konsentrasi asam asetat 0,1 M

Amida A Amida B Amida I Amida II Amida III 1 Ikan bawal putih 3415,84 2920,33 1650,88 1480,00 1243,32 2 Ikan bandeng 3434,75 2915,00 1641,31 1544,92 1241,01 3 Ikan sebelah 3434,08 2915,00 1642,23 1575,00 1244,58

(40)

22

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil analisis kolagen dari kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah menunjukkan kolagen yang memiliki potensi nilai kuantitas terbaik dihasilkan dari kolagen kulit ikan sebelah karena menghasilkan nilai rendemen kolagen paling tinggi. Kolagen yang memiliki potensi nilai kualitas terbaik yang didasarkan pada parameter untuk aplikasi pengembangan mutu gelatin dalam industri pangan dihasilkan dari kolagen kulit ikan bawal putih karena memiliki nilai viskositas paling tinggi.

Nilai rendemen kolagen yang dihasilkan dari kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah termasuk rendah bila dibandingkan dengan nilai rendemen kolagen kulit ikan cobia sebagai tolak ukur. Sedangkan nilai viskositas kolagen kulit ikan bawal putih memiliki nilai viskositas lebih tinggi dibandingkan dengan nilai viskositas kolagen kulit ikan lele dumbo sebagai tolak ukur. Nilai viskositas kolagen kulit ikan bandeng dan sebelah memiliki nilai viskositas lebih rendah dibandingkan dengan nilai viskositas kolagen kulit ikan lele dumbo sebagai tolak ukur.

Saran

Untuk menentukan nilai kualitas kolagen sebaiknya tidak hanya didasarkan pada satu parameter saja tetapi diperlukan beberapa parameter lain. Rendemen kolagen yang dihasilkan dari kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah masih termasuk rendah dibandingkan dengan rendemen kolagen yang dihasilkan dari kulit ikan cobia sebagai tolak ukur dan hewan darat seperti babi dan sapi sehingga belum bisa dijadikan sebagai prioritas utama sumber kolagen.

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Assosiation of Official Analytical Chemyst. 2005. Official Analysis of

The Assosiation of Official Analytical Chemist. Virginia : The Association of

Official Analytical Chemist, Inc

Ariesta C. 2014. Ekstraksi dan karakterisasi kolagen dari kulit ikan Cobia (Rachycentron canadum). [skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor

Astawan M, Aviana T. 2003. Pengaruh jenis larutan perendaman serta metode pengeringan terhadap sifat fisik, kimia, dan fungsional gelatin dari kulit cucut.

Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 114 (1) : 7-13

Bechir A, Sirbu R, Leca M, Maris M, Maris DA, Cadar EM, Maris M. 2008. The The nanobiotecnology of obtaining of collagen gels form marin fish skin and yours reological for using like new material in dental medicine. Journal

World Academy of Science, Enginering and Technology 18 (128) : 687-693

Chinabut S, Limsuwan C, Kitsawat P. 1991. Histology of The Walking Catfish, Bathracus. Departement of Fisheries Thailand

(41)

23

Haris MA. 2008. Pemanfaatan limbah tulang ikan nila (Oreochromis niloticus) sebagai gelatin dan pengaruh lama penyimpanan pada suhu ruang. [skripsi]. Bogor : Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor

Irianto A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Kurniawan T. 2006. Aplikasi gelatin tulang ikan kakap merah (Lutjanus sp) pada pembuatan permen. [skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor

Jabar NA. 2011. Extraction of collagen fish weste and determination of its physco chemical characteristics. [tesis]. Malaysia : Universitas Teknologi MARA Katili AS. 2009. Struktur dan fungsi protein kolagen. Jurnal Pelangi Ilmu 2 (5) :

19-29

Kittiphattanabawon P, Benjakul S, Visessanguan W, Nagai T, Tanaka M. 2005. Characterisation of acid-soluble collagen from skin and bone of bigeye snapper (Priacanthus tayenus). Food Chemistry 89 (3) : 363-372

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2013. Statistik Perikanan Tangkap Indonesia. Jakarta : Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap

Kumaila R. 2008. Ekstraksi, karakterisasi dan aplikasi enzim kolagenase dari organ dalam ikan tuna (Thunnus sp.). [skripsi]. Bogor : Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor

Lee CH, Singla A, Lee Y. 2001. Biomedical applications of collagen.

International Journal of Pharmaceutics 221 (2001) 1-22

Lehninger AL. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Terjemahan M. Thenawidjaya. Jakarta : Penerbit Erlangga

Muyonga JH, Cole CGB, Duodu KG. 2004. Characterisation of acidsolublecollagen from skins of young and adult Nileperch (Lates niloticus).

Food Chemistry 85 (1) : 81-89

Nagai T, Suzuki N, Tanoue Y, Kai N, Nagashima T. 2010. Characterization of Acid-Soluble Collagen from skins of Surf Smelt (Hypomesus

pretiosujaponicus Brevoort). Journal Food and Nutrition Sciences 1 : 59-66

Nalinanon S, Benjakul S, Kishimura H. 2010. Characterization of Collagen from the Skin of Unicorn Leatherjacket (Aluterus monoceros) Extracted with the Aid of Albacore Tuna Pepsin. Food Chemistry 120 (3) : 817-824

Nurilmala M. 2004. Kajian potensi limbah tulang ikan keras (Teleostei) sebagai sumber gelatin dan analisis karakteristiknya [tesis]. Bogor : Sekolah Pasca sarjana, IPB

Ogawa M, Moody MW, Portier RJ, Bell J, Schexnayder MA, Loso JN. 2003. Biochemical properties of black drum and sheepshead seabream skin collagen. Journal Agricultural Food Chemistry 51 : 8088-8092

Pisuchpen S. 2007. Shelf life analysis of hot curry cubes. Journal Asian Food and

Agro Industry 1 (01) : 43-50

Sadowska M, Kolodziejaska I, Niecikowska C. 2000. Isolation of collagen from the skin of Baltic cod (Gadus morhua). Food Chemistry 81: 257-262

See SF, Hong PKL, Wan AWM, Babji AS. 2010. Physicochemical of gelatins extracted from skin of different freshwater fish species. International Food

Gambar

Tabel 1 Rancangan penelitian
Gambar 1 Perbandingan bobot rata-rata tubuh ikan bawal putih, bandeng, dan                       sebelah per ekor
Tabel 3  Perbandingan komposisi kimia kulit ikan hasil penelitian dan kulit ikan       jenis lain  Analisis  Kulit  ikan  bawal  putih  (%)  Kulit ikan  bandeng (%)  Kulit ikan  sebelah (%)  Kulit Lutjanus sp  Kulit Thunnus sp  Kulit  Clarias gariep inus
Gambar 3  Perbandingan nilai rendemen kolagen larut asam konsentrasi 0,1 M,                       0,2 M dan 0,3 M dari kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah
+5

Referensi

Dokumen terkait

MINGGU STANDARD KANDUNGAN STANDARD PEMBELAJARAN STANDARD PRESTASI (SELEPAS SELESAI TOPIK) CATATAN JAN 1 03/01/17 – 06/01/17 1.0 PENGENALAN KEPADA REKA BENTUK DAN TEKNOLOGI..

Uji coba kelompok besar ini bertujuan untuk mengetahui apakah produk yang telah direvisi ini dapat mempermudah siswa dalam pemahaman materi sehingga dapat

Obat ini dapat memberikan perbaikan lebih lanjut pada penderita yang tidak dapat mentolerasi dosis levodopa atau bromokriptin yang tinggi.

Evaluasi ini berfungsi untuk: (1) memberikan informasi tentang kemajuan peserta didik dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajar melalui berbagai kegiatan belajar, (2)

Publikasi ini merupakan publikasi rutin yang diterbitkan tiap tahun oleh Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) Wanasalam.. Publikasi ini berisi gambaran umum

Judul Skripsi : PENGARUH ASIMETRI INFORMASI, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN, FREE CASH FLOW, DAN PROFITABILITAS TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris Pada Perusahaan

Padahal mahasiswa tersebut merupakan salah satu aktivis LDM yang mengaku setelah mengikuti organisasi ini memiliki keyakinan bahwa dirinya dapat berkembang dan berubah menjadi

Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, sebagai berikut. Tahap persiapan : 1) Tahap persiapan ini dimulai dengan melakukan studi