• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bobot Tubuh Ikan

Bobot rata-rata tubuh ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah yang diperoleh memiliki bobot tubuh yang bebeda-beda. Perbedaan tersebut bisa disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya dapat disebabkan oleh perbedaan spesies, umur, habitat, jenis makanan, dan sebagainya. Semakin dewasa umur suatu spesies ikan maka akan semakin besar bobot tubuhnya dan semakin muda umur suatu spesies ikan maka semakin kecil bobot tubuhnya. Umumnya bobot tubuh ikan bawal putih memiliki bobot tubuh lebih kecil dibandingkan dengan bobot tubuh ikan bandeng dan sebelah pada umur yang sama. Perbandingan bobot rata-rata tubuh ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah diperlihatkan pada Gambar 1.

11

Gambar 1 Perbandingan bobot rata-rata tubuh ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah per ekor

Gambar 1 menunjukkan bobot tubuh ikan sebelah yang diperoleh memiliki bobot rata-rata tubuh paling tinggi yaitu sebesar 1222,22 gram per ekor, disusul bobot tubuh ikan bandeng yaitu 977,78 gram per ekor, dan yang terendah bobot tubuh ikan bawal putih yaitu 402,69 gram per ekor.

Bobot Kulit Ikan

Bobot rata-rata kulit ikan per ekor dari ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah yang diperoleh memiliki bobot kulit yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut bisa disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya dapat disebabkan oleh perbedaan spesies, bobot tubuh ikan, umur, dan sebagainya. Bobot rata-rata kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah per ekor dapat disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Bobot rata-rata kulit ikan

Nama spesies Karakteristik kulit

Bobot rata-rata tubuh ikan per ekor

(gram)

Bobot kulit ikan per ekor (gram) Ikan sebelah Bersisik sedang 1222,22 41,57 Ikan bandeng Bersisik lebat 977,78 33,26 Ikan bawal putih Tanpa sisik 402,69 18,77

Tabel 2 menunjukkan bobot rata-rata kulit ikan sebelah yang diperoleh memiliki bobot rata-rata kulit paling tinggi yaitu sebesar 41,57 gram per ekor, disusul kulit ikan bandeng sebesar 33,26 gram per ekor, dan terendah kulit ikan bawal putih yaitu sebesar 18,77 gram per ekor. Bentuk fisik kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah dapat dilihat pada Gambar 2.

12

Gambar 2 Kulit basah (A) ikan bawal putih, (B) ikan bandeng, dan (C) ikan sebelah

Komposisi Kimia Kulit Ikan

Analisis komposisi kimia kulit ikan pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persentase komposisi kimia pada kulit ikan. Analisis komposisi kimia kulit ikan yang dilakukan meliputi analisis kadar air, kadar protein, kadar abu, dan kadar lemak. Perbandingan komposisi kimia kulit ikan hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Perbandingan komposisi kimia kulit ikan hasil penelitian dan kulit ikan jenis lain Analisis Kulit ikan bawal putih (%) Kulit ikan banden g (%) Kulit ikan sebelah (%) Kulit Lutja nus sp Kulit Thun nus sp Kulit Claria s gariep inus Kulit Clari as batra chus Kulit Pang asius suthci Protein 19,75 20,09 20,44 18,20 27,50 16,95 19,94 18,96 Air 65,52 62,64 71,14 80,30 55,20 68,54 35,11 39,24 Abu 0,84 0,41 1,51 1,10 4,10 0,40 0,65 0,73 Lemak 0,74 1,25 0,76 0,64 13,20 0,64 7,29 10,65

Keterangan : 1. Setiawati (2011); 2. Kumaila (2008); 3. Steven (2012); 4. See et al. (2010); 5. See et al. (2010)

Kadar protein dari kulit ikan bawal putih bandeng, dan sebelah memiliki kadar protein yang berbeda-beda. Kulit ikan sebelah memiliki kadar protein paling tinggi yaitu sebesar 20,44%, disusul kulit ikan bandeng yaitu sebesar 20,09%, sedangkan paling rendah kadar proteinnya terdapat pada kulit ikan bawal putih yaitu sebesar 19,75%. Hal ini menunjukkan kulit ikan sebelah dan ikan bandeng termasuk kulit berprotein tinggi sedangkan kulit ikan bawal putih termasuk kulit berprotein sedang, sehingga kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah memiliki potensi sebagai sumber bahan baku kolagen yang berasal dari perikanan. Muyonga et al. (2004) menjelaskan bahwa protein kasar kulit dapat menggambarkan kemungkinan maksimum komponen kolagen yang dapat diekstrak. Ikan digolongkan ikan dengan protein sedang apabila memiliki kadar

13

protein antara 15-20 % (Winarno 2008). Laporan hasil uji kadar protein, air, dan abu dari kulit ikan bawalputih, ikan bandeng, dan ikan sebelah dapat dilihat pada Lampiran 1.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa kadar air pada kulit ikan sebelah memiliki kadar paling tinggi yaitu sebesar 71,14%, disusul kulit ikan bawal putih yaitu sebesar 65,52%, sedangkan paling rendah kadar airnya terdapat pada kulit ikan bandeng yaitu sebesar 62,04%. Kadar air pada suatu bahan termasuk kulit ikan bervariasi tidak hanya dipengaruhi waktu pengeringan namun juga tingkat kelembaban selama penyimpanan dan permeabilitas terhadap kelembapan bahan yang diuji (See et al 2010). Penentuan kadar air suatu bahan perlu dilakukan sebab kadar air pada suatu bahan pangan dapat mempengaruhi tingkat mutu dari bahan tersebut. Kadar air dalam makanan adalah salah satu faktor dominan yang mempengaruhi karakteristik fisika, kimia, mikrobiologi, dan sensoris yang merupakan kunci penting bagi konsumen dan daya tahan suatu produk (Pisuchpen 2007).

Hasil pengujian menunjukkan bahwa kadar abu pada kulit ikan sebelah memiliki kadar paling tinggi yaitu sebesar 1,51% disusul kulit ikan bawal putih yaitu sebesar 0,84%, sedangkan kadar abu paling rendah terdapat pada kulit ikan bandeng yaitu sebesar 0,41%. Kadar abu digunakan sebagai petunjuk adanya mineral pada suatu bahan. Bahan makanan terdiri dari 96% bahan organik dan air. Sisanya merupakan unsur-unsur mineral yaitu zat anorganik atau kadar abu. Proses pembakaran hanya bahan-bahan organik yang terbakar tetapi zat anorganiknya tidak ikut terbakar (Winarno 2008).

Hasil pengujian menunjukkan bahwa kadar lemak paling tinggi terdapat pada kulit ikan bandeng yaitu sebesar 1,25%, disusul kulit ikan sebelah yaitu sebesar 0,76%, sedangkan kadar lemak paling rendah terdapat pada kulit ikan bawal putih yaitu sebesar 0,74%. Kadar lemak pada kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah masih termasuk rendah bila dibandingkan jenis ikan lain pada tabel diatas. Ikan digolongkan ikan dengan lemak rendah apabila memiliki kadar lemak <5% (Winarno 2008). Laporan hasil uji kadar lemak dari kulit ikan bawal putih, ikan bandeng, dan ikan sebelah dapat dilihat pada Lampiran 2.

Hasil komposisi kimia yang ditujukkan pada Tabel 3 berbeda-beda antara jenis ikan satu dengan yang lainnya. Menurut Songchotikunpan et al. (2008) dalam Steven (2012) menjelaskan perbedaan tersebut bisa disebabkan oleh perbedaan spesies, umur, habitat, jenis pakan, dan preparasi bahan.

Rendemen Kolagen Hasil Ekstrak dengan Perlakuan Asam Asetat Hasil analisis rendemen kolagen menunjukkan nilai rendemen kolagen dari kulit ikan bawal putih tertinggi dihasilkan dari perlakuan asam asetat konsentrasi 0,1 M yaitu sebesar 6,93% disusul perlakuan asam asetat konsentrasi 0,2 M sebesar 2,81%, dan yang terendah dihasilkan dari perlakuan asam asetat konsentrasi 0,3 M sebesar 1,25%. Nilai rendemen kolagen kulit ikan bandeng tertinggi dihasilkan dari perlakuan asam asetat konsentrasi 0,1 M yaitu sebesar 5,43%, disusul perlakuan asam asetat konsentrasi 0,2 M sebesar 1,44%, dan terendah dihasilkan dari perlakuan asam asetat konsentrasi 0,3 M sebesar 0,86%. Nilai rendemen kolagen kulit ikan sebelah tertinggi dihasilkan dari perlakuan

14

asam asetat konsentrasi 0,1 M yaitu sebesar 7,57%, disusul perlakuan asam asetat konsentrasi 0,2 M sebesar 2,90%, dan yang terendah dihasilkan dari perlakuan asam asetat konsentrasi 0,3 M sebesar 1,38%. Bagan alur prosedur ekstraksi kolagen larut asam dari kulit ikan bawal putih, ikan bandeng, dan ikan sebelah dengan konsentrasi 0,1 M, 0,2 M, dan 0,3 M dapat dilihat pada Lampiran 3.

Analisis perhitungan rendemen kolagen hasil ekstraksi dengan perlakuan asam asetat dengan konsentrasi 0,1 M, 0,2 M, dan 0,3 M pada penelitian ini dilakukan untuk mencari rendemen kolagen yang terbesar. Hasil analisis menunjukkan ekstraksi kolagen dengan menggunakan larutan asam asetat konsentrasi 0,1 M memiliki hasil rendemen kolagen lebih tinggi dibandingkan hasil ekstraksi kolagen dengan menggunakan larutan asam astetat konsentrasi 0,2 M maupun 0,3 M untuk semua hasil dari ekstraksi kolagen baik dari kulit ikan bawal putih, bandeng, maupun sebelah dan untuk tahapan selanjutnya yaitu untuk analisis komposisi asam amino, analisis viskositas, dan analisis gugus fungsi pada kolagen hasil ekstraksi menggunakan kolagen yang dihasilkan dari ekstraksi kolagen menggunakan larutan asam asetat konsentrasi 0,1 M karena menghasikan nilai rendemen kolagen paling tinggi. Contoh perhitungan nilai rendemen kolagen larut asam dapat dilihat pada Lampiran 4.

Hasil analisis menunjukkan ekstraksi kolagen dari kulit ikan sebelah dengan perlakuan asam asetat 0,1 M menghasilkan nilai rendemen kolagen paling tinggi dibandingkan dengan rendemen kolagen dengan perlakuan asam asetat 0,1 M yang dihasilkan dari kulit ikan bawal putih dan bendeng. Perbandingan nilai rendemen kolagen larut asam konsentrasi 0,1 M, 0,2 M dan 0,3 M yang dihasilkan dari ekstraksi kolagen dari kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah diperlihatkan pada Gambar 3.

Keterangan : = Nilai rendemen kolagen larut asam konsentrasi 0,1 M; = Nilai rendemen kolagen larut asam konsentrasi 0,2 M; = Nilai rendemen kolagen larut asam konsentrasi 0,3 M

Gambar 3 Perbandingan nilai rendemen kolagen larut asam konsentrasi 0,1 M, 0,2 M dan 0,3 M dari kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah

15

Gambar 3 menunjukkan perbandingan nilai rendemen kolagen hasil ekstraksi dari kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah dimana nilai rendemen kolagen yang dihasilkan dari kulit ikan sebelah memiliki nilai rendemen tertinggi pada semua jenis konsentrasi asam asetat yang digunakan, disusul kolagen yang dihasilkan dari kulit ikan bawal putih, dan terendah kolagen yang dihasilkan dari kulit ikan bandeng.

Steven (2012) menjelaskan Penggunaan konsentrasi asam asetat yang terlalu tinggi dapat menurunkan rendemen kolagen yang dihasilkan dan memboroskan bahan baku. Steven (2012) menjelaskan kolagen akan semakin meningkat dengan naiknya temperatur dan akan benar-benar larut pada kisaran suhu 45 C. Sadowska et al. (2000) menjelaskan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi sifat fungsional kolagen yaitu umur, periode sampel ikan, tahapan preparasi sampel, konsentrasi pH dan NaOH yang digunakan pada proses ekstraksi.

Sampai saat ini masih belum ada patokan atau tolak ukur mengenai seberapa besar besaran rendemen kolagen dapat dikatakan memiliki potensi baik. Pada penelitian ini patokan atau tolak ukur yang digunakan hanya mengacu pada kolagen yang dihasilkan dari kulit ikan cobia. Ariesta (2014) menjelaskan nilai rendemen kolagen yang dihasilkan dari kulit ikan cobia menggunakan asam asetat konsentrasi 0,05 sampai 0,2 M dapat menghasilkan nilai rendemen kolagen sebesar 10,508%.

Hasil rendemen kolagen yang dihasilkan kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah pada penelitian ini masih lebih rendah dibandingkan dengan nilai rendemen kolagen yang dihasilkan dari kulit ikan cobia sebagai pembanding dimana nilai rendemen kolagen yang dihasilkan dari kulit ikan bawal putih untuk konsentrasi asam asetat 0,1 M yaitu sebesar 6,93%, bandeng sebesar 5,43%, dan sebelah sebesar 7,57% sedangkan rendemen kolagen yang dihasilkan dari kulit ikan cobia yaitu sebesar 10,508%.

Analisis Komposisi Asam Amino Kolagen Larut Asam

Asam amino merupakan struktur pembentuk protein. Protein tersusun atas asam amino-asam amino yang saling berikatan yang dinamakan ikatan peptida. Kolagen merupakan jenis protein yang tersusun atas asam amino-asam amino yang saling berikatan.

Lehninger (1982) menjelaskan jenis asam amino terbesar penyusun kolagen terdiri atas residu asam amino glisin, prolin, dan hidroksiprolin. Haris (2008) menjelaskan jenis asam amino esensial yang terdapat dalam kolagen terdiri atas asam amino isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, valin, dan arginin. Bagan alur prosedur analisis asam amino dengan menggunakan metode HPLC (High Performance Liquid Chromatogram) untuk larutan sampel dan larutan standar dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 6. Hasil analisis asam amino kolagen yang diekstrak dari kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah disajikan pada Tabel 4.

16

Tabel 4 Hasil analisis asam amino kolagen larut asam dari kulit ikan bawal putih bandeng, dan sebelah

No Asam amino Unit

Hasil Kolagen kulit ikan bawal putih Kolagen kulit ikan bandeng Kolagen kulit ikan sebelah Kolagen kulit ikan Clarias gariepinus (Steven 2012) 1 Asam Aspartat % 4,96 3,39 4,21 3,54 2 Serin % 1,77 2,66 2,53 3,78 3 Asam Glutamat % 8,80 5,05 2,85 5,37 4 Glisin % 17,52 18,75 17,04 15,52 5 Histidin % 0,00 1,05 1,02 1,39 6 Arginin % 6,04 7,12 6,71 8,06 7 Threonin % 2,26 1,50 2,28 3,07 8 Alanin % 7,87 6,50 7,48 4,31 9 Prolin % 8,13 9,72 9,18 9,19 10 Sistein % 0,11 0,35 0,09 0,00 11 Tirosin % 0,44 0,30 0,40 1,19 12 Valin % 2,22 1,36 1,71 2,23 13 Metionin % 1,20 1,82 1,50 2,03 14 Lisin % 3,17 3,05 2,91 2,52 15 Isoleusin % 1,07 0,97 0,78 1,65 16 Leusin % 2,07 1,38 1,91 2,62 17 Fenilalanin % 1,36 1,65 1,52 2,36

Tabel 4 menunjukkan sampel kolagen hasil ekstrak yang dihasilkan dari kulit ikan bawal putih mengandung 16 dari 17 macam asam amino. Komposisi residu asam amino terbesar penyusun kolagen kulit ikan bawal putih adalah glisin sebesar 17,52%, asam glutamat sebesar 8,80%, prolin sebesar 8,13%, dan alanin sebesar 7,87%. Hasil analisis menunjukkan bahwa ekstrak protein yang dihasilkan dari kulit ikan bawal putih sudah termasuk kolagen karena komposisi asam amino terbesar adalah glisin dan prolin. Laporan hasil uji asam amino dari kolagen larut asam kulit ikan bawal putih dapat dilihat pada Lampiran 7.

Sampel kolagen hasil ekstrak yang dihasilkan dari kulit ikan bandeng mengandung 17 macam asam amino yang dianalisis. Komposisi residu asam amino terbesar penyusun kolagen kulit ikan bandeng adalah glisin sebesar 18,75%, prolin sebesar 9,72%, arginin sebesar 7,12%, dan alanin sebesar 6,50%. Hasil analisis menunjukkan ekstrak protein yang dihasilkan dari kulit ikan bandeng sudah termasuk kolagen karena komposisi asam amino terbesar adalah glisin dan prolin. Laporan hasil uji asam amino dari kolagen larut asam kulit ikan bandeng dapat dilihat pada Lampiran 8.

Sampel kolagen hasil ekstrak yang dihasilkan dari kulit ikan sebelah mengandung 17 macam asam amino yang dianalisis. Komposisi residu asam amino terbesar dari kolagen kulit ikan sebelah adalah glisin sebesar 17,03%, prolin sebesar 9,18%, dan alanin sebesar 7,48%. Hasil analisis menunjukkan ekstrak protein yang dihasilkan dari kulit ikan sebelah sudah termasuk kolagen karena komposisi asam amino terbesar adalah glisin dan prolin. Laporan hasil uji

17

asam amino dari kolagen larut asam kulit ikan sebelah dapat dilihat pada Lampiran 9.

Kandungan asam amino glisin pada kolagen hasil ekstraksi dari kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah lebih tinggi kandungannya dibandingkan dengan kandungan asam amino glisin pada kolagen kulit ikan lele dumbo sebagai pembanding. Sedangkan kandungan asam amino prolin pada kolagen hasil ekstraksi dari kulit ikan bawal putih dan sebelah lebih rendah kandungannya dibandingkan dengan kandungan asam amino prolin pada kolagen kulit ikan lele dumbo sebagai pembanding dan kandungan asam amino prolin pada kolagen hasil ekstraksi dari kulit bandeng lebih tinggi kandungannya dibandingkan dengan kandungan asam amino prolin pada kolagen kulit ikan lele dumbo sebagai pembanding.

Viskositas Kolagen Larut Asam

Viskositas merupakan daya aliran molekul dalam suatu larutan, baik dalam air, cairan organik sederhana, dan suspensi encer (Kumaila 2008). Pengukuran nilai viskositas didasarkan pada parameter tingkat kekentalan kolagen sebagai larutan pada konsentrasi dan suhu tertentu. Hasil pengukuran nilai viskositas kolagen kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Perbandingan nilai viskositas kolagen kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah

No Jenis kolagen Unit Hasil

1 Kolagen kulit ikan bawal putih Centipoise (cP) 2,52 2 Kolagen kulit ikan bandeng Centipoise (cP) 2,37 3 Kolagen kulit ikan sebelah Centipoise (cP) 2,41 4 Kolagen kulit ikan Clarias gariepinus (Steven 2012) Centipoise (cP) 2,43

Tabel 5 menunjukkan nilai viskositas tertinggi dihasilkan dari kolagen kulit ikan bawal putih yaitu sebesar 2,52 cP, disusul kolagen kulit ikan sebelah yaitu sebesar 2,41 cP, dan terendah kolagen kulit ikan bandeng yaitu sebesar 2,37 cP.

Nilai viskositas kolagen kulit bawal putih memiliki nilai viskositas lebih tinggi dibandingkan dengan nilai viskositas kolagen kulit ikan lele dumbo sebagai pembanding sedangkan nilai viskositas kolagen kulit bandeng dan sebelah memiliki nilai viskositas lebih rendah dibandingkan dengan nilai viskositas kolagen kulit ikan lele dumbo sebagai pembanding.

Steven (2012) menjelaskan nilai viskositas kolagen yang tinggi berguna untuk aplikasi pengembangan mutu gelatin dalam industri pangan. Kolagen yang tidak memiliki nilai viskositas tinggi malah berguna untuk bidang lain seperti untuk aplikasi kemasan mikro dan pelapis fotosensitif. Setiawati (2009) menjelaskan semakin besar bobot molekul maka laju aliran larutan semakin lambat sehingga meningkatkan nilai viskositas.

Nilai viskositas kolagen yang dihasilkan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Steven (2012) menjelaskan nilai viskositas dapat dipengaruhi oleh temperatur, pH, dan konsentrasi dari larutan kolagen. Sadowska et al. (2000) menjelaskan bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi sifat fungsional

18

kolagen seperti umur, periode hidup sampel ikan, tahapan preparasi sampel, konsentrasi, pH yang digunakan pada saat proses ekstraksi dan sebagainya. Nilai viskositas yang tinggi terjadi akibat adanya interaksi intermolekuler yang tinggi seperti adanya ikatan Van Der Waals dan adanya ikatan hidrogen yang betanggung jawab terhadap ketahanan aliran molekul tersebut.

Pengukuran FTIR (Fourer Transform Infra Red) Kolagen Larut Asam Ariesta (2014) menjelaskan struktur sekunder yang dapat ditemukan pada kolagen yaitu berada pada bilangan gelombang amida A (3400-3440 cm-1), amida I (1600-1690 cm-1), amida II (1480-1575 cm-1), dan amida III (1229-1301 cm-1). Selain itu struktur sekunder yang dapat ditemukan pada kolagen yaitu berada pada bilangan gelombang amida B (2915-2935 cm-1) (Steven 2012).

Hasil analisis menunjukkan struktur sekunder kolagen yang ditemukan pada kolagen kulit ikan bawal putih yang berada pada amida A ditemukan pada bilangan gelombang 3415,84 cm-1, amida B ditemukan pada bilangan gelombang 2920,33 cm-1, amida I ditemukan pada bilangan gelombang 1650,88 cm-1, amida II ditemukan pada bilangan gelombang 1480,00 cm-1, dan amida III ditemukan pada bilangan gelombang 1243,32 cm-1. Grafik FTIR dari kolagen kulit ikan bawal putih disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4 Hasil FTIR kolagen larut asam kulit ikan bawal putih

Struktur sekunder kolagen yang ditemukan pada kolagen kulit ikan bandeng berada pada amida A ditemukan pada bilangan gelombang 3434,75 cm-1, amida B ditemukan pada bilangan gelombang 2915,00 cm-1, amida I ditemukan

19

pada bilangan gelombang 1641,31 cm-1, amida II ditemukan pada bilangan gelombang 1544,92 cm-1, dan amida III ditemukan pada bilangan gelombang 1241,01 cm-1. Grafik FTIR dari kolagen kulit ikan bandeng disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5 Hasil FTIR kolagen larut asam kulit ikan bandeng

Struktur sekunder kolagen yang ditemukan pada kolagen kulit ikan sebelah berada pada amida A yang ditemukan pada bilangan gelombang 3434,08 cm-1, amida B ditemukan pada bilangan gelombang 2915,00 cm-1, amida I ditemukan pada bilangan gelombang 1642,23 cm-1, amida II ditemukan pada bilangan gelombang 1575,00 cm-1, dan amida III ditemukan pada bilangan gelombang 1244,58 cm-1. Grafik FTIR dari kolagen kulit ikan sebelah disajikan pada Gambar 6.

20

Pengukuran FTIR (Fourer Transform Infra Red) dilakukan untuk mempelajari perubahan struktur sekunder dari kolagen. FTIR (Fourer Transform

Infra Red) digunakan para peneliti untuk mengetahui gugus fungsi, ikatan silang,

denaturasi, dan daya tahan kolagen terhadap panas (Muyonga et al. 2004). Nagai

et al. (2010) menjelaskan bilangan gelombang yang mengindikasikan serapan

Amida A terbentuk dari ikatan asam amino pada kolagen berasosiasi dengan pelebaran vibrasi pada gugus N-H. Hal ini mengindikasikan adanya eksistensi ikatan hidrogen yang ada pada kolagen.

Kong dan Yu (2007) dalam Ariesta (2014) menjelaskan bilangan gelombang yang mengindikasikan serapan Amida B terbentuk dari axymmetrical strech of . Shah dan Manckar (2012) dalam Ariesta (2014) menjelaskan amida I terkait dengan vibrasi peregangan gugus karbonil. Ariesta (2014) menjelaskan amida II terkait dengan adanya gugus CN stretching dan NH Bending. Perbandingan nilai bilangan gelombang yang diserap dari hasil pengukuran FTIR kolagen kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Perbandingan nilai bilangan gelombang yang diserap hasil pengukuran FTIR (Fourer Transfor Infra Red)

No Daerah serapan

Bilangan gelombang pada puncak serapan (cm-1)

Keterangan Kolagen kulit ikan bawal Putih Kolagen kulit ikan bandeng Kolagen kulit ikan sebelah Kolagen kulit Unicorn leatherjacket (Nalinanon et al. 2004) 1 Amida A 3415,84 3434,75 3434,08 3305 NH streching 2 Amida B 2920,33 2915,00 2915,00 - Metylen CH, strech of 3 Amida I 1650,88 1641,31 1642,23 1651 C=O streching 4 Amida II 1480,00 1544,92 1575,00 1549 CN streching, NH bending 5 Amida III 1243,32 1241,01 1244,58 1240 CN streching, NH bending Kolagen termasuk jaringan pengikat yang tersusun atas serat atau fibril (Katili 2009). Fibrilogenesis kolagen biasa berasosiasi dengan pelebaran dan sedikit pergeseran bilangan gelombang yang lebih rendah dari puncak amida A, peningkatan intensitas, dan pergeseran bilangan gelombang yang lebih rendah dari puncak amida III. Pergeseran puncak amida I, II, dan III ke bilangan gelombang yang lebih rendah berhubungan dengan interaksi intermolekul (ikatan hidrogen dan ikatan Van der Walls) dalam kolagen.

21

Perbandingan Nilai Kuantitas dan Kualitas Kolagen Hasil Ekstraksi Perbandingan nilai kuantitas dan kualitas kolagen hasil ekstraksi pada penelitian ini didasarkan pada beberapa parameter. Untuk menentukan nilai kuantitas kolagen didasarkan pada parameter nilai rendemen kolagen yang dihasilkan dan untuk menentukan nilai kualitas kolagen pada penelitian ini didasarkan pada parameter untuk aplikasi pengembangan mutu gelatin dalam industri pangan yang dilihat berdasarkan pengukuran nilai viskositas.

Hasil analisis menunjukkan nilai kuantitas kolagen terbaik dihasilkan dari kolagen kulit ikan sebelah karena memiliki nilai rendemen kolagen paling tinggi sebesar 7,57%, disusul kolagen kulit ikan bawal putih memiliki hasil rendemen kolagen sebesar 6,93%, dan kolagen kulit ikan bandeng memiliki hasil rendemen kolagen sebesar 5,43%. Hasil analisis menunjukkan nilai kualitas kolagen yang didasarkan pada parameter untuk aplikasi pengembangan mutu gelatin dalam industri pangan yang dilihat dari nilai viskositas bahwa nilai kualitas kolagen terbaik dihasilkan dari kolagen kulit ikan bawal putih karena memiliki nilai viskositas paling tinggi yaitu sebesar 2,52 cP, disusul kolagen kulit ikan sebelah sebesar 2,41 cP, dan kolagen kulit ikan bandeng sebesar 2,37 cP. Steven (2012) menjelaskan kolagen yang memiliki nilai viskositas tinggi berguna untuk aplikasi pengembangan mutu gelatin dalam industri makanan. Perbandingan nilai kuantitas dan kualitas kolagen kulit ikan bawal putih, bandeng, dan sebelah yang didasarkan pada beberapa parameter disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Perbandingan nilai kuantitas dan kualitas kolagen kulit ikan bawal putih Bandeng, dan sebelah yang didasarkan pada beberapa parameter

No Nama spesies kulit ikan

Nilai rendemen kolagen larut asam kulit ikan (%)

Kandungan asam amino pada kolagen

hasil ekstraksi konsentrasi asam asetat 0,1 M (%) Viskositas (cP) konsentrasi asam asetat 0,1 M 0,1 M 0,2 M 0,3 M Glisin Prolin 1 Ikan bawal putih 6,93 2,81 1,25 17,52 8,13 2,52 2 Ikan bandeng 5,43 1,44 0,86 18,75 9,72 2,37

Dokumen terkait