• Tidak ada hasil yang ditemukan

151210 Laporan Capaian CBFM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "151210 Laporan Capaian CBFM"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1. Pendahuluan

Berdasarkan logical framework yang dibuat oleh MFP3, sampai dengan akhir tahun proyek (2017), ada 4 indikator utama sebagai target capaian kinerja Output 3 sebagai berikut:

1.1. Jumlah KPH yang Beroperasi Tahun 1: Sebanyak 91 KPH memiliki RPHJP;

Tahun 2: 50% dari 120 KPH model telah dapat beroperasi; dan

Tahun 3: 4 KPH target menjadi Center of Exellence.

1.2. Perumusan kebijakan dan aturan terkait dengan KPH dan PHBM

Tahun 1: review berbagai aturan berkaitan dengan PHBM dan KPH;

Tahun 2: pengajuan usulan kebijakan berkaitan dengan resolusi konlik sektor kehutanan; dan

Tahun 3: Terbitnya aturan berkaitan dengan KPH dan resolusi konlik sektor kehutanan.

1.3. Wilayah PHBM melalui ijin maupun kemitraan

Tahun 1: 110.000 hektar lahan dialokasikan untuk PHBM dan terfasilitasi untuk pengajuan ijin atau pola kemitraan;

Tahun 2: 220.000 hektar lahan dialokasikan untuk PHBM dan terfasilitasi untuk pengajuan ijin atau pola kemitraan; dan

Tahun 3: 330.000 hektar lahan dialokasikan untuk PHBM dan terfasilitasi untuk pengajuan ijin atau pola kemitraan.

1.4. Wilayah yang dicadangkan untuk PHBM

Tahun 1: 230.000 hektar lahan dicadangkan untuk PHBM;

Tahun 2: 460.000 hektar lahan dicadangkan untuk PHBM; dan

(2)

Pada awal bulan Agustus 2015 diadakan pertemuan Steering Committee MFP 3 dan disepakati untuk melakukan revisi terhadap capaian kinerja Output 3 utamanya poin 3.3. dan 3.4. sebagaimana tabel di bawah ini.

2. Implementasi Program

2.1. Jumlah KPH yang beroperasi

Pada saat akhir tahun program 1 (Maret 2015), Output 3 hanya memfokuskan pada pemilihan 4 KPH target yaitu :

A. KPH Poigar, Provinsi Sulawesi Utara

B. KPH Benakat Bukit Cogong, Provinsi Sumatera Selatan

C. KPH Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan D. KPH Alor Pantar, Prhovinsi NTT

MFP3 juga mempunyai 4 RPHJP yaitu RPHJP yang dimiliki oleh 4 KPH target (Poigar, Benakat, Banjar dan Alor) sementara target kinerja adalah terkumpulnya 91 RPHJP. Strategi yang langsung dilakukan adalah melakukan audiensi dan regular meeting dengan Bapak Is Mugiono Direktur Wilayah Pengelolaan dan Penyiapan Areal Pemanfaatan Kawasan Hutan (WP2APKH) Ditjen Planologi Kehutanan dan Bapak Drasospolino Direktur Bina Rencana dan Pemanfaatan Usaha Kawasan (BRPUK) Ditjen Bina Usaha Kehutanan (BUK) guna menjelaskan

Table 1. Approved Revision to Log Frame

proyek MFP 3 dan apa yang bisa dikerjasamakan antara direktorat dengan MFP3 berkaitan dengan keberadaan KPH. Dari rangkaian diskusi dan

pertemuan regular dicapai kesepakatan untuk saling berbagi informasi dan berbagi sumberdaya dalam rangka mendorong percepatan operasionalisasi KPH, terutama 120 KPH model. Salah satu syarat operasionalisasi KPH adalah adanya RPHJP. Untuk kepentingan inilah MFP3 berkoordinasi intensif dengan Direktorat BRPUK, Direktorat WP2APKH serta Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan (Pusdal) Regional I sampai dengan IV untuk

melengkapi RPHJP, baik yang masih dalam bentuk

draf maupun yang sudah disahkan.

Hasil dari kordinasi tersebut adalah pada akhir Juli 2015, MFP3 telah memiliki dokumen/softcopy RPHJP KPH sebanyak 106 buah, terutama yang menjadi KPH Model. Dokumen RPHJP KPH ini akan menjadi salah satu referensi penting dalam merencanakan dan menentukan KPH-KPH lain yang akan difasilitasi oleh MFP3 selain 4 KPH target yang telah ditetapkan.

Untuk memastikan capaian target berkaitan dengan beroperasinya 60 KPH Model dari 120 KPH model yang ada, MFP3 berpatokan pada persyaratan dasar operasionalisasi KPH, yaitu:

(3)

1. Memiliki RPHJP yang sudah disahkan

2. Membuat Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek (RPHJPd) atau Rencana Kerja Tahunan (RKT); dan

3. Membuat Rencana Bisnis.

Dua hal yang pertama merupakan syarat mutlak operasionalisasi KPH dan saat ini baru 1 (satu) KPH model yang memiliki RPHJPd yaitu KPH Tasik Besar Serkap di Provnsi Riau. Mengacu pada RPHJPd yang dimiliki oleh KPH Tasik Besar Serkap setelah dilakukan review dan analisa oleh tim kecil, MFP3 membantu 4 KPH target Center of Exellence serta 56 KPH lainnya untuk bisa membuat RKT hingga akhir Maret 2016. Fasilitasi ini dilakukan secara parallel dengan melibatkan 5 (lima) orang konsultan (STC). Untuk penguatan SDM, akan dilakukan e-course (online course) bagi 4 KPH target maupun bagi KPH KPH lainnya sehingga MFP3 bisa berperan dalam memastikan beroperasinya minimal 60 KPH model melalui pengembangan sumber daya manusia. Dalam pelaksanaannya, MFP3 akan berkoordinasi intensif dengan Balai Pemantauan dan Pemanfaatan Hutan Produksi (BP2HP) sesuai wilayah kerjanya.

Untuk mencapai target 4 KPH sebagai center of exellence, sejak tahun pertama program MFP3 telah menentukan 4 KPH target yaitu: KPH Poigar (Sulawesi Utara), KPH Banjar (Kalimantan Selatan), KPH Alor Pantar(NTT), dan KPH Benakat (Sumatera Selatan) melalui serangkaian assessment, kunjungan lapangan dan konsultasi dengan stakeholder terkait. Adapun fasilitasi yang diberikan kepada 4 KPH diantaranya adalah peningkatan kapasitas staf KPH melalui inhouse training, pendampingan desa pilihan yang ada di dalam KPH target, identiikasi kondisi ekonomi dan sosial serta pendampingan pengembangan ekonomi masyarakat/kelompok di 4 KPH, serta pendampingan hukum (berkaitan dengan berbagai produk hukum yang diperlukan untuk fasilitasi PHBM maupun pola kemitraan). Program dan kegiatan ini diimplementasikan secara langsung oleh MFP3 maupun bekerjasama dengan mitra output 3 yaitu ICEL, HUMA, SNV, dan WGT. Disamping secara

substansi dan SDM, MFP3 juga memfasilitasi berbagai

terbitan, ilm dan pendokumentasian di 4 KPH target sehingga secara tampilan 4 KPH menjadi KPH yang layak untuk dikunjungi, didatangi dan dijadikan model bagi KPH yang lain (ilm tentang 4 KPH terlampir). Selain itu 4 KPH target juga akan dibuatkan website yang bisa memperlihatkan kinerja dan update kegiatan dari 4 KPH target tersebut.

Dalam rangka membantu proses percepatan PHBM, MFP 3 juga membantu Kementrian LHK membuat sistem monitoring data pengajuan PHBM (CBFM tracking system).

2.2 Perumusan kebijakan dan aturan terkait dengan KPH dan PHBM

Pada awal tahun pertama program Output 3 telah melakukan kajian dan review terhadap berbagai kebijakan terkait dengan PHBM (HTR, HD, dan Hkm) dan berkaitan dengan KPH. Pada awal Juni 2015 output 3 memfasilitasi direktorat BRPUK-Ditjen BUK merumuskan kebijakan berkaitan dengan Peta Arahan Pemanfaatan Hutan Produksi melalui serangaian diskusi hingga diterbitkannya Surat Keputusan Menlhk Nomor 2382/Menhut-VI/ BRPUK/2015 tentang Peta Arahan pemanfaatan Hutan Produksi untuk usaha Pemanfaatan Hutan dalam rangka pencapaian target 12,7 juta hektar lahan hutan untuk rakyat. Dalam Peta arahan 5,80 juta hektar lahan dialokasikan untuk PHBM (HTR, HD, HKm dan hutan adat) serta 6,9 juta hektar dialokasikan melalui pola kemitraan (20% dari ijin usaha hutan yang telah ada).

(4)

Pembiayaan Pembangunan HUtan, Direktur Usaha Jasa Lingkungan HUtan Produksi dan HHBK yang berada di bawah Direktorat Jenderal PHPL, serta melakukan serangkaian diskusi dan pertemuan dengan Dirjen Planologi Kehutanan, Staf Ahli Menteri (SAM), Staf Khusus Menteri (SKM), serta pertemuan langsung dengan Menteri LHK.

Ada beberapa draft regulasi yang telah dibahas dimana MFP 3 terlibat didalamnya dan secara aktif memberikan masukan dan beberapa sudah menjadi regulasi, diantaranya sbb :

1. Permen LHK Nomor 32/2015 tentang Hutan Hak; 2. Draft Kepres Satgas Masyarakat Adat;

3. Draft Inpres Peta Indikatif Arahan Perhutanan Sosial;

4. Draft Revisi PP Nomor 6/2007 jo PP 3/2008; 5. Draft Revisi PP Nomor 44/2007;

6. Draft Revisi Peraturan berkaitan dengan PHBM (HKm, HD, dan HTR);

7. Draft Revisi Permenhut Nomor 85/2014 tentang kemitraan di kawasan Konservasi;

8. Draft Policy Paper Implementasi UU NO. 23/2014 bagi Kementrian LHK;

9. Draft Peraturan Dirjen PHPL tentang Standard, Norma, Prosedur, dan Kriteria (SNPK)

implementasi kerjasama pemanfaatan hutan di KPHP;

10. Draft peraturan Dirjen PHPL tentang Jasa Lingkungan/HHBK dan restorasi Ekosistem; 11. Draft SK Menteri LHK tentang Mediator untuk

Penyelesaian Konlik LHK;

12. Draft peraturan Dirjen PHPL tentang Jasa Lingkungan/HHBK dan restorasi Ekosistem; 13. Draft SK Menteri LHK tentang Mediator untuk

Penyelesaian Konlik LHK

2.3. Terfasilitasinya Kelompok Masyarakat untuk mengembangkan PHBM dan

mendapatkan ijin maupun skema kemitraan Dalam program kerja sebelum revisi, MFP 3 mempunyai target untuk memfasilitasi 110.000 hektar lahan hutan untuk dikelola dengan skema PHBM maupun kemitraan. dan dalam revisi program kerja MFP3 mempunyai target untuk memfasilitasi

kelompok masyarakat di 15 KPH dan 58 desa untuk mendapatkan ijin PHBM atau kemitraan. Hingga saat ini MFP3 melalui mitra di tingkat nasional (Huma, Working Group tenur/WGT, ICEL, SNV dan Auriga) maupun mitra lokal (YCHI-Kalsel, Bantaya-Sulteng, Sandilorata-NTT, Akar-Bengkulu, Genesis-Bengkulu, Warsi-Jambi dan Sumbar, Jerat-Papua) ) telah memfasilitasi proses pengorganisasian kelompok masyarakat, sebagai berikut :

1. KPH ALor Pantar: fasilitasi masyarakat Desa Lawahing dan Desa Adam Buom;

2. KPH Benakat Bukit Cogong: fasilitasi desa Sukakarya;

3. KPH Poigar: fasilitasi desa Toyopon; 4. KPH Banjar: fasilitasi Desa Pakutik;

5. KPH Mukomuko: 2 desa sedang dilakukan assessment;

6. KPH Sorolangun: sedang assessment desa; 7. KPH Sorong, KPH Sorong Selatan dan KPH Yapen:

sedang assessment desa target;

8. Fasilitasi 6 desa di 3 Kabupaten (Mukomuko, Bengkulu Selatan dan Kaur);

9. Fasilitasi 58 desa di Sumatera Barat: sedang proses assessment desa

Dari fasilitasi diatas, saat ini 15 (lima belas) kelompok masyarakat dari wilayah KPH Alor Pantar-NTT sedang mengajukan permohonan pencadangan areal kerja (PAK) kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan total areal seluas 13,000 hektar. Sementara untuk KPH dan desa lainnya sedang dalam tahap persiapan administratif, penguatan kelompok masyarakat dan pembuatan peta partisipatif.

2.4 Terfasilitasinya kelompok masyarakat untuk mendapatkan pencadangan areal seluas 400.000 hektar dengan skema PHBM

Tahap awal yang dilakukan oleh MFP3 melalui mitra nasional dan mitra local adalah dengan melakukan penguatan kelompok masyarakat melalui berbagai kegiatan, diantaranya :

(5)

2. Pelatihan resolusi konlik;

3. Asessment dan pelatihan pemanenann Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) madu di KPH Benakat Bukit Cogong;

4. Inhouse training untuk KKPH dan staf KPH di 4 KPH, dengan materi pelatihan berkaitan dengan kebijakan KPH dan PHBM, metodologi RaTA dan AGATA, serta teknik komunikasi;

5. Training of Trainers (ToT) kewirausahaan berbasis hasil hutan kayu dan non kayu;

6. Pelatihan teknik pendokumentasian foto dan ilm di KPH Benakat Bukit Cogong; serta

7. Coaching clinic mengenai pengelolaan administrasi dan program bagi staf KPH. 2.5 Program Penunjang Lainnya

Disamping 4 (empat) program prioritas di atas, MFP 3 juga memfasilitasi KPH untuk pengembangan database dan sistem informasi bukan hanya di 4 KPH target center of exellence namun juga di KPH lainnya. Di samping itu juga dilakukan fasilitasi pengembangan sistem monitoring proses PHBM baik di dalam maupun diluarh KPH. Selain fasilitasi diatas, dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sumberdaya manusia di KPH, MFP 3 juga sedang dalam proses mengembangkan pendidikan secara online baik bagi KKPH maupun staf KPH serta juga memfasilitasi branding KPH melalui pengadaan seragam (jaket, topi, dan baju lapangan), logo, ID card serta kartu. Guna mensosialisasikan keberadaan KPH, saat ini MFP3 juga sedang memfasilitasi pembuatan ilm dan seri dokumentasi untuk KPH serta

membantu pengembangan produk kayu maupun non kayu yang menjadi potensi KPH.

3. Rencana Ke Depan

Guna mencapai target Output 3 yaitu terfasilitasinya kelompok masyarakat di 15 KPH dan 58 desa untuk mendapatkan ijin PHBM maupun kemitraan dengan total areal seluas 200.000 hektar dan terfasilitasinya kelompok masyarakat di 15 KPH dan 58 desa untuk mendapatkan alokasi pencadangan areal kerja (PAK) seluas 400.000 hektar, MFP 3 akan memfasilitasi 5 (lima) KPH dan 58 desa lainnya disamping 10 KPH

dan 26 desa yang saat ini sedang difasilitasi. Adapun 5 KPH target adalah sebagai berikut : 1. KPH Dampelas Tinombo (Propinsi Sulawesi

Tengah)

2. KPH Dolago Tanggunung (Propinsi Sulawesi Tengah)

3. KPH Rajabasa (Propinsi Lampung)

4. KPH Batulanteh (Propinsi Nusa Tenggara Barat) dan

5. KPH Minas Tahura (Propinsi Riau)

Program dan kegiatan sebagaimana dijabarkan dalam angka 2 Implementasi kegiatan akan terus dilanjutkan sehingga secara kualitas proses fasilitasi yang

dilakukan akan terus berlangsung hingga berakhirnya proyek MFP 3.

(6)

APRIL 2014 – SEPTEMBER 2015

No Indikator

Kegiatan

Target April 2014 s.d.

Maret 2015 (tahun ke-1)

Capaian s.d. Maret 2105

Target April 2015 s.d. Maret 2016

(tahun ke-2)

Capaian s.d. September 2015 Rencana

(tahun ke-3)

1 2 3 4 5 6 7

1 3.1. Number of FMU is operational

The remaining 91 FMU model have RPHJP

8 RPHJP dikumpulkan (Benakat, Meranti, Alor, Ampang, Poigar, Banjar, Hulu Sungai Selatan, Sintowu Maroso) sebagai salah satu acuan dalam menentukan KPH target

The remaining 91 FMU model have RPHP and 50% of 120 FMU model is operational

106 RPHJP telah dikumpulkan

2 3.2. Proposals of new and revised regulations that guarantee access to community over forest

Review and new proposal of regulation concerning CBFM and formulation of regulation regarding FMU (norms, standards, procedures, criteria)

Peta jalan /Roadmap

pengembangan CBFM di KPH : studi kasus Sesaot di KPH Rinjani Barat

Kajian atas Pemetaan Partisipatif

dan Mekanisme Resolusi Konlik

yang sudah dilakukan di wilayah KPH : Benakat, Banjar, Alor dan Poigar

Kajian kerangka regulasi nasional mengenai CBFM

Pemetaan Instansi dan Lembaga di Indonesia yang mengembangkan KPH

Proposal for the revision and formulation of regulation concerning forest tenure conlict resolution

Policy Paper Strategi Percepatan Peluasan Akses Kelola Masyarakat atas Kawasan Hutan Negara Permen LHK No. 32/2014 tentang Hutan Hak; Draft Kepres Satgas Masyarakat Adat;

Draft Inpres Peta Indikatif Arahan Perhutanan Sosial;

Revisi PP No. 6/2007 jo PP 3/2008; Revisi PP No. 44/2007;

Revisi peraturan berkaitan dengan PHBM (HKm, HD, dan HTR) serta revisi pola kemitraan; Revisi Permenhut No. 85/2014 tentang

kemitraan di kawasan Konservasi; Draft Policy Paper Implementasi UU No. 23/2015 bagi Kementrian LHK;

Draft Peraturan Dirjen PHPL tentang Standard, Norma, Prosedur, dan Kriteria (SNPK)

implementasi kerjasama pemanfaatan hutan di KPHP;

Draft peraturan Dirjen PHPL tentang Jasa Lingkungan/HHBK dan restorasi Ekosistem; Draft SK Menteri LHK tentang Mediator untuk

Penyelesaian Konlik LHK;

Draft Permen tentang Penyelesaian Konlik

(7)

1 2 3 4 5 6 7

Surat Keputusan MenLHK No. 2382/Menhut-VI/ BRPUK/2015 tentang Peta Arahan pemanfaatan Hutan Produksi untuk usaha Pemanfaatan Hutan;

Draft PermenLHK tentang Kerjasama Pemanfaatan Hutan di Wilayah KPHP; Draft PermenLHK tentang Peran Masyarakat dan Dunia Usaha dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kehutanan 3 3.3. Community

groups are facilitated to develop CBFM to obtain license or partnership

110.000 ha have been allocated for CBFM (clean & clear) to be applied for obtaining CBFM license or partnership

4 KPH (Benakat, Alor, Banjar, Poigar) dalam RPHJP telah mengalokasikan wilayah untuk di kelola masyarakat melalui skema CBFM

Community groups in 15 FMUs and 58 Desa/ Nagari are facilitated to develop CBFM to obtain license or partnership

KPH Alor Pantar: Desa Lawahing dan Desa Adang Buom

KPH Benakat: Desa Sukakarya KPH Banjar: Desa Pakutik KPH Poigar: Desa Toyopon

6 Desa di 3 Kabupaten (Muko-Muko, Bengkulu Selatan dan Kaur)

The issuance of CBFM license or partnership scheme is facilitated in 15 FMUs and 58 Desa/Nagari

Sedang berproses untuk pengajuan Pencadan-gan Areal Kerja (PAK), di 10 FMU: Benakat, Alor, Poigar, Banjar, Kerinci, Sarolangun, Muko-Muko, Sorong, Sorong Selatan dan Yapen

***Rencana 5 KPH : 1. KPH Dampelas Tinombo (Sulteng),2. KPH Dolago Tanggunung (Sulteng), 3. KPH Rajabasa (Lampung Selatan), 4. KPH Batulanteh (Sumbawa),5. KPH Minas Tahura (Riau)

(8)

No Indikator Kegiatan

April 2014 s.d. Maret 2015 (tahun ke-1)

Capaian s.d. Maret 2105

Target April 2015 s.d. Maret 2016

(tahun ke-2)

Capaian s.d. September 2015 Rencana

(tahun ke-3)

1 2 3 4 5 6 7

4 3.4. Community groups are facilitated to obtain allocated areas for all forms of CBFM

230.000 ha have been allocated for CBFM (HTR, HD, HKM)

Terjadi Perubahan indicator dalam Log Frame

Improving capacity skills of community groups in relation to area allocation for CBFM in 15 FMUs and 58 Desa/Nagari through mentoring and technical assistance in the ield

Pelatihan Pemetaan Partisipatif di 4 KPH (Benakat, Banjar, Alor dan Poigar)

Pelatihan Resolusi Konlik di 4 KPH (Benakat,

Alor, Banjar dan Poigar)

Pelatihan Pemanenan HHBK ( Madu) dan Produksi Lestari di KPH Benakat

In-house Training dengan materi : Kebijakan KPH dan CBFM, metodologi RaTA & AGATA, Teknik berkomunikasi, bagi staf KPH di 4 KPH (Benakat, Alor, Banjar dan Poigar)

TOT enterprenership di KPH Alor Pantar (Poigar, Banjar dan Benakat dalam proses) Coaching clinic mengenai pengelolaan

administrasi dan program bagi staf KPH di KPH Poigar (Alor, Banjar dan Benakat dalam proses)

Process of area allocation for CBFM in 15 FMUs and 58 Desa/ Nagari is facilitated

Pemetaan Partisipatif bagi areal kelola

masyarakat di 3 KPH (Benakat, Alor dan Banjar). KPH Poigar dalam proses.

Pengajuan 15 proposal kelompok HKm di 15 Desa di KPH Alor Pantar kepada KLHK, seluas 13.000 Ha. 58 Desa/Pantai di Sumatera Barat (sedang berproses)

5 Supporting Pengembangan

Database dan Sistem Informasi

Pengembangan Database dan Sistem Informasi dalam rangka Center of Excellent KPH, sedang dilakukan untuk 4 KPH (Benakat, Banjar, Alor Pantar dan Poigar)

Pengembangan sistem monitoring proses CBFM (di dalam dan luar KPH)

Online Course Assesment kebutuhan KPH dan staf terkait peningkatan kapasitas staf KPH dan pengembangan KPH (administrasi dan manajemen program)

Kebutuhan penunjang operasional KPH

Referensi

Dokumen terkait

yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan di masa yang akan datang 4.. seluruh kegiatan ekstrakurikuler pramuka di SDN Rengel 1, perencanaan merupakan salah satu langkah

Dalam merusak telur NSK, isolat aktinomisetes IKSM, LPS 27, dan LPS 47 memiliki prospek terbaik karena mampu merusak telur, berturut- turut 93,54%, 91,12% dan 92,56% dengan

Untuk mengatasi masalah yang ada pada jaringan yang sedang berjalan, maka perlu dibuat suatu rancangan jaringan dengan sistem segmentasi yang lebih baik, karena

Pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Lumajang Tahun 2015-2019, menempatkan urusan yang menjadi tugas pokok dan fungsi Dinas Lingkungan Hidup untuk

This study aimed to determine whether the core quality, relational quality, perceived value, customer satisfaction service, switching and voice significant effect

Trakeomalasia merupakan suatu kelainan kongenital atau didapat, berupa suatu kelainan tunggal atau bagian dari kelainan lain yang menyebabkan penekanan pada jalan napas.. 3,4

P enelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan tanaman kangkung darat den- gan pemberian pupuk organik berbahan dasar kotoran kelinci dan untuk mengetahui dosis kompos yang

Pada tahap praktik mengajar terbimbing ini mahasiswa harus mempersiapkan Satuan Pelajaran (SP), Rancangan Pelaksanaan Pelajaran (RPP) setiap kali akan mengajar,