• Tidak ada hasil yang ditemukan

Index of /enm/images/dokumen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Index of /enm/images/dokumen"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BEBERAPA POKOK PEMI KI RAN KADI N I NDONESI A MENGENAI RENCANA KENAI KAN HARGA BBM TAHUN 2008

Pengantar

1. Kenaikan harga BBM di pasar dunia sangat berpengaruh bagi I ndonesia. Di masa lalu, kenaikan harga BBM di pasar internasional dianggap sangat menguntungkan karena I ndonesia masih berada pada posisi “net exporter” minyak bumi yang besar. Tapi sejak 10 tahun terakhir produksi minyak mentah I ndonesia menurun terus, dari sekitar 1,5 juta barrel/ hari pada tahun 1997 menjadi hanya 910 ribu barrel/ hari pada tahun 2007. Selanjutnya, karena tingkat konsumsi selalu naik, maka I ndonesia mengalami defisit yang bertambah besar. Keadaan makin memprihatinkan karena kapasitas pengilangan minyak tak juga bertambah, sehingga defisit perdagangan BBM makin melonjak. Pada tahun 2002 defisit perdagangan BBM baru 2 miliar dollar AS, lalu naik lebih dua kali lipat menjadi 4,2 miliar dollar AS, dan melonjak lebih tajam lagi menjadi 9,8 miliar dollar AS pada tahun 2007. Sebagai gambaran, ekspor dan impor BBM tahun 2007 masing-masing adalah adalah 2,9 miliar dollar AS dan 12,7 miliar dollar AS.

2. Data OPEC menunjukkan bahwa Permintaan minyak dunia pada tahun 2008 ini masih akan terus meningkat. Persoalannya, apakah negara-negara produsen minyak dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Seandainya negara-negara yang tergabung dalam OPEC dapat meningkatkan pasokannya sekitar 5% bila dibandingkan dengan pasokan tahun 2007, kenaikan harga minyak yang meroket tampaknya dapat diredam. Data yang tersedia juga memberi indikasi bahwa yang berperan besar bagi meroketnya harga minyak adalah para trader minyak dan faktor psikologis yang melanda masyarakat dunia. Tanpa mengkaji secara rasional perkembangan yang terjadi di pasar minyak internasional, masyarakat dunia telah mempercayai bahwa harga minyak dunia akan meningkat tajam. Sehingga gonjang ganjing harga minyak dalam beberapa bulan terakhir ini telah menyebabkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia merosot tajam.

3. Beberapa waktu yang lalu Pemerintah bersama DPR telah melakukan revisi terhadap APBN. Asumsi harga minyak sepanjang tahun 2008 (rata-rata) telah dinaikkan dari US$ 60 per barrel menjadi US$ 95,0 per barrel. Lifting minyak I ndonesia diperkirakan turun dari 1,034 juta barrel/ hari menjadi 927 ribu barrel/ hari. Namun, tidak lama setelah APBN-P disetujui oleh DPR harga minyak dunia meningkat dengan pesat sehingga Asumsi harga minyak US 95 per barrel tidak realistis lagi dan membutuhkan penyesuaian. Untuk menyesuaikan dengan kecenderungan yang terjadi pemerintah tidak akan mampu lagi memberi tambahan subsidi, sehingga pilihan yang tersedia antara lain adalah menaikkan harga BBM.

(2)

dan menjadikan APBN tidak dibebani oleh pengeluaran subsidi yang (terlalu) besar. Karena beban subsidi yang terlalu besar dapat berakibat Pemerintah tidak dapat menjalankan fungsi atau peran yang perlu dan harus dilakukannya, yang

pasti program pembangunan akan tersendat bahkan bisa stagnant. Namun

sayangnya, sejak kenaikan harga BBM pada tahun 2005 tersebut, usaha untuk menekan subsidi kurang dilakukan secara konsisten, walaupun telah diketahui bahwa harga minyak dunia cenderung akan terus meningkat karena berbagai hal. Akibatnya, ekonomi I ndonesia saat ini makin berat dengan berbagai beban subsidi dan sangat rentan terhadap kenaikan harga BBM.

Kendati, ketika itu I ndonesia mampu melakukan langkah-langkah efisiensi, misalnya melalui penghematan di departemen dan lembaga negara lainnya, penerapan pajak progresif atas komoditas yang sedang booming, jual BUMN, peningkatan produksi minyak dan lain sebagainya, namun kesemua langkah tersebut masih dipertanyakan efektifitasnya. Karena persoalan yang hakiki adalah sepanjang terjadi disparitas harga, yakni antara harga yang ditetapkan pemerintah dengan harga keekonomian, maka kondisi ini tetap akan rentan terhadap terjadinya penyalahgunaan, distorsi harga dan lain-lain. Selain itu, peningkatan konsumsi BBM akan tidak terkendali, karena harga relatif BBM di mata konsumen sangat rendah. Akibatnya konsumen I ndonesia tak perduli sekalipun harga minyak dunia melejit tinggi dan tetap mengkonsumsi BBM dengan boros, sehingga I ndonesia akan menjadi negara yang tergolong paling boros di dunia dalam hal penggunaan energi (hal ini sudah terbukti). Jika hal itu terus berlangsung, maka generasi saat ini menjadi tidak bertanggungjawab kepada generasi yang akan datang, karena generasi sekarang lebih menyukai menghamburkan minyak yang diproduksi dengan teknologi tinggi dan padat modal, tetapi hanya dihargai lebih murah dari air mineral yang sekedar “ditampung” dari mata air.

Perlunya Penyesuaian Harga BBM

1. Kenaikan harga minyak dunia saat ini yang meningkat dengan pesat, telah menggeser asumsi harga minyak dalam APBN-P 2008 yang ditetapkan sebesar US$ 95 per barrel. Dengan demikian penetapan harga tersebut menjadi tidak realistis lagi, karena sudah meleset lebih dari 30 dollar AS. Tanpa kenaikan harga BBM, subsidi energi melonjak dari Rp. 187 triliun menjadi hampir Rp. 250 triliun. Kalau harga merangkak naik hingga 150 dollar AS, subsidi dapat melonjak hingga sekitar Rp. 300 triliun. Kebutuhan subsidi ini akan semakin meningkat jika harga minyak dunia lebih tinggi lagi. Kondisi ini tentu akan sangat memberatkan APBN dan anggaran sebesar itu akan jauh lebih bermakna dan bermanfaat bila dialokasikan untuk mendukung kegiatan-kegiatan lainnya yang lebih produktif. Misalnya dialokasikan bagi program pengentasan penduduk miskin dan belanja modal, kesehatan, pendidikan dan lain-lain, sehingga kita juga bisa mewariskannya kepada generasi yang akan datang.

(3)

dinikmati oleh kelompok berpendapatan menengah ke atas. Data versi pemerintah menunjukkan bahwa 20 persen penduduk terkaya menikmati 43 persen subsidi, sedangkan kelompok 20 persen penduduk termiskin hanya memperoleh 7 persen saja. Data yang tertera di dalam publikasi Bank Dunia terakhir lebih parah lagi: 10 persen terkaya menikmati sekitar 45 persen, sedangkan 10 persen termiskin hanya dapat sekitar satu persen saja.

2. Besarnya subsidi BBM selama ini yang terus akan bertambah telah menjadi beban negara, yang dikhawatirkan akan menyedot lebih dari seperempat APBN. Akibatnya, jika hal ini tidak ditangani dengan cepat dan dalam waktu dekat ini, program kegiatan disektor lainnya akan terhambat, karena anggaran yang ada akan tersedot untuk menutupi biaya subsidi dimaksud. Solusi dalam jangka pendek yang mau tidak mau yang harus dilakukan adalah melakukan penyesuaian atau kenaikan harga BBM. Sejalan dengan itu harus dilakukan secara konsisten program penghematan penggunaan BBM dan energi. Bila pemerintah tidak mengambil atau melakukan sesuatu kebijakan, maka angka inflasi bisa mencapai 13,2% (APBNP 2008 6,5% ) dan angka kemiskinan mencapai 19,5% (target Bappenas 14% ).

3. Kebanyakan negara, baik negara maju maupun negara berkembang telah lama menerapkan kebijakan harga BBM berdasarkan mekanisme pasar, sehingga penyesuaian harga terjadi secara otomatis, mengikuti perkembangan harga minyak internasional. Dengen kebijakan demikian, negara-negara tersebut tak pernah lagi mengalami goncangan tiba-tiba. Hal ini memang tak perlu terjadi seandainya penyesuaian harga dilakukan berdasarkan perkembangan harga pasar yang terkadang naik dan bisa juga turun. Dengan mekanisme demikian kalangan dunia usaha dan masyarakat terbukti lebih siap menghadapi keadaan seperti dewasa ini dan lebih mampu beradaptasi dengan realitas baru. Perubahan harga direspons oleh kalangan dunia usaha dan masyarakat dengan cara berhemat, mengembangkan teknologi baru yang lebih hemat energi dan ramah lingkungan, dan mencari alternatif substitusi.

Sebagai suatu contoh, di Kamboja, yang rata-rata penduduknya jauh lebih miskin dari I ndonesia, harga premium 2,5 kali lebih mahal dari I ndonesia. Di Timor Leste, yang ketika masih bergabung dengan I ndonesia adalah propinsi termiskin, harga premium 1,8 kali dari I ndonesia. Di kedua negara ini, kenaikan harga minyak dunia tak memicu demonstrasi, apalagi chaos. Lalu kenapa I ndonesia harus berbeda sendiri dan terbelenggu oleh “mitos” BBM. Jika yang terjadi

seperti demikian, dapat dipastikan ada sesuatu yang salah pada management

dan telah terjadi salah urus.

(4)

Pertimbangan politik karena “mitos” BBM menyebabkan pengambilan keputusan kerap terlambat, kehilangan momentum, sehingga tidak memberikan hasil yang optimal. Dampak buruk atau kerusakan yang terjadi sebelum kenaikan diputuskan, seringkali sudah memberi dampak yang sangat mahal dan kondisi ini terjadi berulang-ulang. Disisi lain, masyarakat pengguna BBM bersubsidi tak tergerak melakukan penghematan karena harga BBM tetap saja sangat murah, sekalipun harga minyak internasional terus bergerak naik sampai mendekati US$130 per barrel. Akibatnya pertumbuhan konsumsi BBM tak terkendali dan alokasi penggunaannya pun terdistorsi. Pendek kata, semakin lama pemerintah menunda kenaikan harga BBM, semakin banyak masalah akan muncul dan semakin besar biaya yang harus ditanggung oleh perekonomian. Adalah penghamburan yang sia-sia kalau alokasi dana APBN untuk subsidi energi hampir dua kali lipat dari belanja modal dan hampir tiga kali lipat lebih besar dari dana bantuan sosial.

5. Untuk menaikkan harga BBM, hal yang perlu sangat diperhatikan adalah jumlah penduduk yang tergolong miskin yang sangat besar, karena golongan ini akan sangat rentan terhadap terjadinya kenaikan BBM. Dalam kaitan ini kenaikan harga BBM harus diintegrasikan dengan meningkatkan bantuan kepada masyarakat miskin. Disamping itu, program dan langkah-langkah untuk meminimalisasi meningkatnya inflasi juga harus fokus dilakukan. Sebagaimana pengumuman BPS mengenai hasil simulasi (Mei 2008), bila pemerintah menaikkan harga Premium masing-masing 10% , 15% dan 20% maka akan berakibat tambahan inflasi masing-masing 0,34% , 0,51% dan 0,68% (Kompas 3 Mei 2007). Hasil simulasi yang lebih rinci masih sangat dibutuhkan agar dapat dilakukan tindakan yang tepat untuk menghadapinya.

6. Data yang dipublikasikan Kementerian ESDM menunjukkan bahwa Volume konsumsi Solar lebih banyak dari volume konsumsi Premium. I ni menunjukkan bahwa mungkin lebih tepat bobot kenaikan terbesar diberikan kepada solar dengan catatan bahwa diskriminasi harga solar terhadap golongan penggunan ditiadakan. Secara terbuka harus diakui bahwa diskriminasi harga jenis BBM menurut penggunanya adalah kebijakan yang salah dan tidak dapat dipertanggung jawabkan. Kalau I ndonesia berkehendak menciptakan pertumbuhan ekonominya, maka harus disadari menekan dunia usaha dengan membebaninya melalui penetapan harga berbeda adalah tindakan atau kebijakan yang kurang tepat. Secara simultan, kenaikan harga BBM yang akan dilakukan oleh pemerintah melalui tindakan homoginitas tarif listrik menurut penggunanya. Dengan menerapkan tarif homogen menurut kelompok pengguna Listrik diharapkan sikap boros energi dapat dikurangi dan dihilangkan.

(5)

Rekomendasi

Beberapa hal yang perlu menjadi cacatan dan Rekomendasi yakni: 1. Kenaikan harga BBM perlu dilakukan secepatnya, agar :

• menghindari dampak spekulasi, penimbunan BBM dan politisasi

• memberikan kepastian kepada dunia usaha, sehingga para pengusaha segera dapat menghitung dampak kenaikan harga BBM dan membuat perencanaan usahanya dengan baik.

2. Penyesuaian asumsi harga BBM dalam APBN perlu dilakukan dan peningkatan harga BBM tersebut sebaiknya secara rata-rata tidak melebihi angka 30% . Kenaikan ini hendaknya sekaligus dijadikan sebagai awal dari upaya penyesuaian otomatis sejalan dengan perkembangan dinamika pasar. Untuk itu pemerintah harus segera mengumumkan target kapan subsidi BBM akan dihapuskan. Jika kenaikan harga diakukan sebesar 30 persen, maka akan dapat dilakukan penghematan anggaran subsidi BBM sebesar Rp. 34,5 triliun. Dana ini dapat dimanfaatkan untuk keperluan lainnya, antara lain program penanggulangan kemiskinan dan lain-lain. Hal lain yang melarbelakangi perlunya dilakukan kenaikan harga BBM selain hal-hal di atas adalah:

• Subsidi selama ini tidak tetap sasaran, karena justru banyak dinikmati oleh orang kaya

• Subsidi juga menyebabkan disparitas harga yang lebih besar dengan harga keekonomiannya, sehingga rentan terhadap penyalahgunaan

• Selain itu subsidi menyebabkan sumber energi lainnya, khususnya yang

bersifat terbarukan menjadi kurang berkembang.

3. Beban kenaikan harga terbesar lebih baik diberikan kepada Minyak Solar dan Minyak tanah asal saja secara simultan disalurkan Bantuan Langsung Tunai dan peniadaan diskriminasi harga BBM dan Tarif listrik menurut golongan penggunanya.

4. Bantuan Langsung Tunai (BLT) sampai sebesar Rp. 1 juta untuk setiap KK, dimulai dari saat kenaikan harga BBM sampai akhir tahun 2008, dapat dilakukan dan sedapat mungkin penyalurannya bersamaan dengan peningkatan harga BBM tersebut. Kebijakan ini seharusnya bersifat jangka pendek dan selanjutnya perlu dipertimbangkan untuk memberikan “pancing” dan bukan hanya “ikan”; dukungan pembangunan infrastruktur dan perluasan kesempatan kerja dengan membangkitkan sektor riil secaranya nyata perlu segera dilakukan.

Selain itu, agar alokasi dana pendistribusian BLT dapat juga dipertimbangkan untuk sebagian dialihkan menjadi bantuan atau subsidi yang dapat secara langsung menggerakkan perekonomian, antara lain:

• subsidi kepada sektor angkutan umum, yang bila digabung dengan harga

BBM yang tidak dinaikkan serta diberantasnya pungutan liar, bahkan dapat menurunkan tarif angkutan umum.

• perbaikan infrastruktur, terutama jalan dan jembatan.

(6)

6. Perlu dilakukan pula segera adalah memberdayakan masyarakat yang masuk golongan: hampir miskin, nyaris miskin dan rentan terhadap perubahan harga minyak bumi dan pangan. Diperkirakan jumlah mereka yang masuk golongan ini mencapai sekitar 80 – 100 juta jiwa. Kebijakan jangka menengah dan jangka panjang perlu pula mencakup upaya menanggulangi permasalahan krisis pangan yang diperkirakan akan berlangsung hingga tahun 2010 – 2015. Dalam kaitan ini pemerintah diharapkan melakukan langkah-langkah yang lebih intens untuk merevitalisasi sektor pertanian dan usaha meningkatkan ketahanan pangan harus menjadi prioritas utama pembangunan.

7. Untuk meredam inflasi akibat kenaikan BBM, pemerintah harus sungguh-sungguh membenahi sarana dan prasarana transportasi, sehingga dampak kenaikan harga BBM bisa diminimalisasikan.

8. Dalam rangka menghadapi kondisi rawan energi dan sekaligus pangan serta infrastruktur yang terjadi bersamaan seperti sekarang ini, pemerintah perlu segera melakukan program dan langkah-langkah terobosan yang terfokus dan konsisten agar:

a. lifting minyak dapat cepat terdongkak dan meningkat serta energi alternatif lainya dapat berkembang,

b. produksi tanaman pangan dan ketahanan pangan nasional dapat dilakukan dalam waktu dekat (jangka pendek)

c. pembangunan infrastruktur dapat dilakukan secara terintegrasi terutama untuk dapat mendukung kelancaran produksi dan efisiensi serta pengadaan baik energi maupun pangan.

9. Sejalan dengan program dan kegiatan di atas, terutama untuk meningkatkan daya beli masyarakat, diharapkan pihak perbankan dapat lebih mempermudah lagi dalam penyaluran pemberian kredit, terutama untuk proyek-proyek yang bersifat padat karya dan juga kegiatan UMKM. Selain itu, untuk mengoreksi ketidak-seimbangan pertumbuhan sektoral, diperlukan pembenahan struktur insentif yang sekaligus dapat memerangi kemiskinan dan pengangguran. Adanya ketimpangan struktur insentif ini dapat juga terlihat secara konsisten dalam bentuk relatif rendahnya penyaluran kredit perbankan ke sektor industri manufaktur (relatif terhadap kredit perbankan ke sektor jasa-jasa modern), serta juga relatif rendahnya peningkatan harga saham perusahaan-perusahan di sektor industri manufaktur di Bursa Efek I ndonesia (BEI ). Jika struktur insentif lebih netral, niscaya kegiatan-kegitan yang berbasis sumber daya alam akan semakin berkembang sesuai dengan keunggulan masing-masing daerah.

Jakarta, 19 Mei 2008

Dewan Pengurus

(7)

Lampiran

Oil price climbed above $125

Oil price climbed above $125

Cr u de Oil Lt Sw e e t Pit ( N ym e x ) Ju n e , 2 0 0 8

Sour ce: ht t p: / / on line. wsj .com / m dc/ public/ page/ m dc_com m odit ies.ht m l ƒA

ƒA

ƒA

ƒS

dj ust ed by producer- price index = US$118

dj ust ed by annual incom e wit hin G- 7 count r ies = US$134 dj ust ed by disposable incom e of US = US$145

pending on oil as a share of global out put = US$150

Source: Econom ist, Apr il 17 , 2008. 5 :1 5 p.m . EDT

US$ 1 2 6 .4 5 =

Average real oil price (1970 Q1

Average real oil price (1970 Q1

2008 Q1,

2008 Q1,

constant 2007 $)

constant 2007 $)

Source: World Bank ,East Asia & Pacific Updat e,April 2008, p. 22.

(8)

Produksi, Konsumsi, Ekspor dan Impor Minyak Bumi

Per Tahun (Barrel)

79,206,903.00 225, 840, 000.00

383, 955, 955. 00 517,415, 696. 00

2000

118, 361, 896.69 239, 947, 960.00

375, 668, 315. 00 489,849, 297. 00

2001

121, 269, 175.75 216, 901, 729.00

358, 806, 832. 00 455,738, 915. 00

2002

129, 761, 738.00 211, 195, 794.52

373, 190, 759. 00 415,814, 157. 00

2003

148, 489, 589.13 180, 234, 938.00

375, 494, 636. 00 400,486, 234. 00

2004

120, 159, 324.81 156, 766, 006.00

357, 493, 997. 00 385,497, 959. 00

2005

113, 545, 934.13 111, 172, 003.15

349, 845, 435. 00 359,289, 337. 00

2006

110, 448, 506.36 127, 134, 792.00

321, 302, 814. 00 344,094, 946. 00

2007

I m por Ekspor

Konsu m si Pr oduksi

Ta hun

79,206,903.00 225, 840, 000.00

383, 955, 955. 00 517,415, 696. 00

2000

118, 361, 896.69 239, 947, 960.00

375, 668, 315. 00 489,849, 297. 00

2001

121, 269, 175.75 216, 901, 729.00

358, 806, 832. 00 455,738, 915. 00

2002

129, 761, 738.00 211, 195, 794.52

373, 190, 759. 00 415,814, 157. 00

2003

148, 489, 589.13 180, 234, 938.00

375, 494, 636. 00 400,486, 234. 00

2004

120, 159, 324.81 156, 766, 006.00

357, 493, 997. 00 385,497, 959. 00

2005

113, 545, 934.13 111, 172, 003.15

349, 845, 435. 00 359,289, 337. 00

2006

110, 448, 506.36 127, 134, 792.00

321, 302, 814. 00 344,094, 946. 00

2007

I m por Ekspor

Konsu m si Pr oduksi

Ta hun

Permintaan dan Penawaran Minyak Dunia (mb/d)

? 30.97

31.43 OPEC Oil Production

31.75 31.92 31.64 Difference( A-B) 55.22 53.84 52.95 Total Supply Excluding OPEC Crude

(B)

4.93 4.40

4.06 OPEC NGLs and non- conventionals

50.28 49.44

48.89 Total Non OPEC Supply

3.88 3.77 3.69 China 11.46 11.92 11.93 Total Dcs 19.96 20.17 20.19 Total OECD Supply Non-OPEC 86.97 85.76 84.59 Total World (A)

7.99 7.59 7.16 China 24.78 24.17 23.29 Total DCs 49.21 49.10 49.34 Total OECD Demand 2008 2007 2006 ? 30.97 31.43 OPEC Oil Production

31.75 31.92 31.64 Difference( A-B) 55.22 53.84 52.95 Total Supply Excluding OPEC Crude

(B)

4.93 4.40

4.06 OPEC NGLs and non- conventionals

50.28 49.44

48.89 Total Non OPEC Supply

3.88 3.77 3.69 China 11.46 11.92 11.93 Total Dcs 19.96 20.17 20.19 Total OECD Supply Non-OPEC 86.97 85.76 84.59 Total World (A)

(9)

Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara

7,3 8,2 8,3 7,7 Vietnam 5,3 4,5 4,0 5,8 Thailand 5,8 5,8 6,3 3,0 Philippines 5,0 5,6 5,8 7,4 Malaysia 6,1 6,1 6,2 7,6 Indonesia (89-97) 7,9 8,4 8,9 5,7 India 9,3 10,0 11,5 9,6 China 8,2 8,8 9,8 7,3 Developing Asia 4,7 4,8 6,1 NIC Asia 4,2 4,3 5,2 5,9 Korea 1,4 1,9 1,3 2,0 Japan 1,4 1,7 1,7 2,5 Germany 0,5 2,0 2,0 3,0 USA 1,3 2,3 2,3 2.7

Negara Maju (GDP)

3,7 4,8 5,2 3,2 World Output 2008* 2008 2007 1989-98 7,3 8,2 8,3 7,7 Vietnam 5,3 4,5 4,0 5,8 Thailand 5,8 5,8 6,3 3,0 Philippines 5,0 5,6 5,8 7,4 Malaysia 6,1 6,1 6,2 7,6 Indonesia (89-97) 7,9 8,4 8,9 5,7 India 9,3 10,0 11,5 9,6 China 8,2 8,8 9,8 7,3 Developing Asia 4,7 4,8 6,1 NIC Asia 4,2 4,3 5,2 5,9 Korea 1,4 1,9 1,3 2,0 Japan 1,4 1,7 1,7 2,5 Germany 0,5 2,0 2,0 3,0 USA 1,3 2,3 2,3 2.7

Negara Maju (GDP)

3,7 4,8 5,2 3,2 World Output 2008* 2008 2007 1989-98

SIFAT RAPBN 2006-2008

2,10% 1,55%

1,28% Defisit(+)/Surplusi (-) %PDB

894.990,5 694.087,9 659.115,3 Total Penerimaan 7,54% 5,93% 7,52% Ekspansi(+)/Kontraksi (-)/PDB 4.484.371,8 3.761.412,2 3.119.073,5 GDP (Triliun Rp. Harga 2000)

60,0 223.070,0 54.750,7 24.751,9 42.210,3 752.373,2 492.010,9 APBN-P 2007 64,0 234.432,4 52.824,2 24.339,9 37.550,4 699.099,2 425.053,1 APBN-P 2006 95,0 338.172,9 61.254.9 28.979,8 48.141,3 989.493,8 609.227,5 APBN-P 2008

Harga Minyak Int. (US$/bbl) Ekspansi(+)/Kontraksi (-) Pembayaran Cicilan Pokok (-) Pembayaran Bunga Utang LN (-) Penarikan Pinjaman LN (+) Belanja Negara (+)

Penerimaan Pajak (-) Indikator APBN

2,10% 1,55%

1,28% Defisit(+)/Surplusi (-) %PDB

894.990,5 694.087,9 659.115,3 Total Penerimaan 7,54% 5,93% 7,52% Ekspansi(+)/Kontraksi (-)/PDB 4.484.371,8 3.761.412,2 3.119.073,5 GDP (Triliun Rp. Harga 2000)

60,0 223.070,0 54.750,7 24.751,9 42.210,3 752.373,2 492.010,9 APBN-P 2007 64,0 234.432,4 52.824,2 24.339,9 37.550,4 699.099,2 425.053,1 APBN-P 2006 95,0 338.172,9 61.254.9 28.979,8 48.141,3 989.493,8 609.227,5 APBN-P 2008

Harga Minyak Int. (US$/bbl) Ekspansi(+)/Kontraksi (-) Pembayaran Cicilan Pokok (-) Pembayaran Bunga Utang LN (-) Penarikan Pinjaman LN (+) Belanja Negara (+)

(10)

Kemungkinan Kenaikan Harga BBM

927.000 927.000 927.000 Lifting Minyak 47.297,2 Subsidi Non-Energi 60.291,6 Subsidi Listrik 126.816,2 Subsidi BBM 19,5% Kemiskinan Menjadi 1,9% 2,5% 2,1% Defisit APBN 31.5 T Subsidi 25,87 T Penghematan 2.500 2.000 2.000 Minyak Tanah 5.500 4.300 4.300 Solar 6.000 4.500 4.500 Premium Naik Tidak Naik APBN-P 927.000 927.000 927.000 Lifting Minyak 47.297,2 Subsidi Non-Energi 60.291,6 Subsidi Listrik 126.816,2 Subsidi BBM 19,5% Kemiskinan Menjadi 1,9% 2,5% 2,1% Defisit APBN 31.5 T Subsidi 25,87 T Penghematan 2.500 2.000 2.000 Minyak Tanah 5.500 4.300 4.300 Solar 6.000 4.500 4.500 Premium Naik Tidak Naik APBN-P

Konsumsi BBM Menurut Jenisnya

42,160,280.11 57,455.38

59,717.36 60,406.82

Total Penj ualan ( KL)

429,547.85 38.45 85.97 Ron 95 309,423.20 1.93 197.71 390.37 Ron 92 14.64 Prem ix- 94

17,073.56 16,171.78 14,432.71 Prem ium 9,931.70 11,749.18 12,521.91 Minyak Tanah 24,878.89 24,804.67 23,878.28 Minyak Solar 638,497.72 581.19 588.06 1,164.86 Minyak Diesel 3,086,086.11 4,988.10 4,435.04 6,132.22 Minyak Bakar 1,277,830.96 1,723.79 1,782.33 Avtur 1,279.27 0.01 8.68 3.53 Avgas 2007 2006

2 0 0 4 2 0 0 3

13,340,844.82 7,444,201.63 15,632,568.55 42,160,280.11 57,455.38 59,717.36 60,406.82

Total Penj ualan ( KL)

429,547.85 38.45 85.97 Ron 95 309,423.20 1.93 197.71 390.37 Ron 92 14.64 Prem ix- 94

17,073.56 16,171.78 14,432.71 Prem ium 9,931.70 11,749.18 12,521.91 Minyak Tanah 24,878.89 24,804.67 23,878.28 Minyak Solar 638,497.72 581.19 588.06 1,164.86 Minyak Diesel 3,086,086.11 4,988.10 4,435.04 6,132.22 Minyak Bakar 1,277,830.96 1,723.79 1,782.33 Avtur 1,279.27 0.01 8.68 3.53 Avgas 2007 2006

2 0 0 4 2 0 0 3

(11)

Semua negara tetangga telah melakukan

penyesuaian harga BBM

Negara

Retail Fuel Price Mechanism

Harga BBM per Maret

2008 (USD/liter) Pajakatas BBM

Rencana Selanjutnya

Premium Solar Kerosin

Malaysia Administered 0.59 0.47 - Ya,

hingga 2006

Merencanakan mencabut subsidi solar (Juni 08) dan selanjutnya premium.

Singapore Automatic/Market 1.49 1.09 - Ya

Thailand Automatic/Market 0.87 0.77 0.87 Tidak

Philippines Automatic/Market 1.16 1.09 1.12 Ya (25%)

Vietnam Administered 0.87 0.86 0.86 tidak Merencanakan kenaikan 30%

Juni 2008

China Administered 0.75 0.74 0.38 Tidak Nov 2007 menaikkan harga BBM

Timor Timur Automatic/Market 0.87 0.86 0.87 Tidak

India Administered 1.13 0.79 0.23 Ya (50%) Merencanakan kenaikan harga

Cambodia Automatic 1.23 0.94 - Ya (25%)

Indonesia Administered 0.49 0.47 0.22 Ya

Sum ber: Financial Tim es dan berbagai sum ber lainny a

Mengakibatkan perbedaan harga domestik

dan internasional melebar

Premium Kerosin Solar

Aug-05

Harga Eceran 2.400 700 2.100 Harga Industri 4.640 5.490 4.932 Harga Eceran Internasional 6.550 4.757 6.587

Perbedaan Harga

Domestic:industrial 2.240 4.790 2.832 Domestic:int'l 4.150 4.057 4.487 Nov-05

Harga Eceran 4.500 2.000 4.300 Harga Industri 5.150 6.480 6.170 Harga Eceran Internasional 5.986 4.085 6.824

Perbedaan Harga

Domestic:industrial 650 4.480 1.870 Domestic:int'l 1.486 2.085 2.524 Dec-07

Harga Eceran 4.500 2.000 4.300 Harga Industri 7.629 8.220 8.235 Harga Eceran Internasional 8.186 6.363 8.238

Perbedaan Harga

Domestic:industrial 3.129 6.220 3.935 Domestic:int'l 3.686 4.363 3.938 Mar-08

Harga Eceran 4.500 2.000 4.300 Harga Industri 8.046 8.164 8.551 Harga Eceran Internasional 8.187 8.549 8.425

Perbedaan Harga

(12)

Akibatnya

Akibatnya

pertumbuhan

pertumbuhan

konsumsi

konsumsi

makin

makin

tak

tak

terkendali

terkendali

Konsumsi energi: kita sangat boros

¾

I nt e n sit a s

I nt e n sit a sEne r giEn e r gi

( t on pe r

( t on pe r j ut aj ut aU S$ PD B)U S$ PD B)

¾ Je pa ngJe pa ng : 9 2 ,3: 9 2 ,3 ¾

¾ I n done siaI ndone sia : 4 7 0: 4 7 0

Konsu m si

Konsu m siEne r g iEne r gipe r pe r Ka pit aKa pit a ( t on pe r

( t on pe r k a pit ak a pit a))

¾

¾ Je pa ngJe pa n g : 4 ,1 4: 4 ,1 4 ¾

¾ I ndone siaI ndone sia : 0 ,4 6 7: 0 ,4 6 7

0

0

1 0 0

1 0 0

2 0 0

2 0 0

3 0 0

3 0 0

4 0 0

4 0 0

5 0 0

5 0 0

6 0 0

6 0 0

Jepang

Jepang OECDOECD ThailandThailand IndonesiaIndonesia MalaysiaMalaysia North Am.North Am. GermanyGermany

in

d

e

k

s

in

d

e

k

s( (J

e

p

a

n

g

J

e

p

a

n

g

=

1

0

0

)

=

1

0

0

)

I nt e nsit a s

I nt e nsit a sEne r g iEne r g i Ene r giEne r giPe r Pe r Ka p it aKa p it a

Sum ber

(13)

Crude oil production

Crude oil production

* Est im at e Source: BPS.

0 . 8 0 . 9 1 1 . 1 1 . 2 1 . 3 1 . 4 1 . 5 1 . 6

Product ion 1 . 5 1 1 . 4 5 1 . 3 9 1 . 3 1 1 . 2 4 1 . 0 2 1 . 1 3 0 . 9 9 2 0 . 9 5 0 . 9 2 5 0 . 9 1 1 9 9 7 1 9 9 8 1 9 9 9 2 0 0 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 *

Million bar r el/ day

Assumption and realization of oil lifting

Assumption and realization of oil lifting

Source:Minist ry of Finance, Perkem bangan Proyeksi Realisasi Asum si Makro APBN- P 2007,

Novem ber 2007.

0 . 8 0 0 0 . 9 0 0 1 . 0 0 0 1 . 1 0 0

Assum pt ion 1 . 0 7 5 1 . 0 0 0 0 . 9 5 0 0 . 9 2 7 R e a liz a t ion 0 . 9 9 9 0 . 9 5 9 0 . 9 1 0

(14)

Trade balance of oil and oil products

Trade balance of oil and oil products

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008*

Crude Oil

Exports 5,228 5,621 6,241 8,146 8,169 9,226 3,242

Imports 3,217 3,928 5,831 6,797 7,853 9,057 2,442

(X - M)

Oil Products

2,011 1,694 410 1,349 316 169 800

Exports 1,308 1,548 1,654 1,932 2,844 2,871 1,631

Imports 3,309 3,583 5,892 10,646 11,080 12,734 4,385

(X - M)

Total

-2,001 -2,035 -4,238 -8,714 -8,236 -9,863 -2,754

Exports 6,535 7,169 7,896 10,078 11,013 12,097 4,873

Imports 6,526 7,510 11,724 17,443 18,933 21,791 6,827

(X - M) 10 -342 -3,828 -7,365 -7,920 -9,694 -1,954

January- March Sour ce: BPS

Balance of oil and gas

Balance of oil and gas

Perkembangan Neraca Minyak dan Gas

-3.000 -2.000 -1.000 0 1.000 2.000 3.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

2006 2007

ju

ta

U

S

$

Neraca Minyak Neraca Gas

Sour ce: Min ist ry of Finance, Novem ber 2007; an d BPS, May 2008.

Tr a de ba la n ce of oil a nd ga s for ( BPS, Fe br ua r y 2 0 0 8 ) .

2 0 0 6 = US$ 2 ,2 4 7 m illion 2 0 0 7 = US$ 1 7 6 m illion

(15)

Penduduk

Penduduk

di

di

Bawah

Bawah

Garis

Garis

Kemiskinan

Kemiskinan

Tahun

Jumlah (juta orang)

Persentase (%)

Kota

Desa

K+D

Kota

Desa

K+D

1996

9.6

24.9

34.5

13.6

19.9

17.7

1998

17.6

31.9

49.5

21.9

25.7

24.2

1999

15.7

32.7

48.4

19.5

26.1

23.5

2000

12.3

26.4

38.7

14.6

22.4

19.1

2001

8.6

29.3

37.9

9.8

24.8

18.4

2002

13.3

25.1

38.4

14.5

21.1

18.2

2003

12.2

25.1

37.3

13.6

20.2

17.4

2004

11.4

24.8

36.1

12.1

20.1

16.7

2005

12.4

22.7

35.1

11.4

19.5

16.0

2006

14.3

24.8

39.1

13.4

21.9

17.8

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tujuan komunikasi yang terdapat di dalam perancangan identitas dari Situs Taman Purbakala Cipari ini adalah menciptakan suatu identitas berupa logo yang memiliki ciri khas dan

berdasarkan hasil uji ANOVA dengan signifikansi 0.000 (p<0.01); (2) pembelajaran menggunakan model Problem-Based Learning berpengaruh terhadap penguasaan konsep

Sasaran yang dituju dalam proses komunikasi massa adalah khalayak atau masyarakat luas yang terpencar satu sama lain tidak saling mengenal, karena masing – masing berbeda

Walaupun patogenesis dan penyebab yang dicurigai telah ditemukan, ternyata pengobatan yang diberikan kadang-kadang tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan.Urtikaria atau

tersebut, karena merupakan pesan atau solusi yang diperpendek menjadi sebuah kata-kata yang mudah dimengerti, serta dapat memotivasi pendengar, penyiar berusaha

Terapi obat dan tindakan pembedahan dapat digunakan untuk mengecilkan atau menghilangkan miom jika menyebabkan rasa tidak nyaman atau gejala-gejala yang bermasalah..

sanggahan selama 3 (1iga) hari kerja dari langgal 16 Sid 18 Juni 2015, yang dilujukan kepada Uni1. Layanan Pengadaan Kementerian