• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penata Rias dan Busana Kaya Tari Cemani Sawega

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penata Rias dan Busana Kaya Tari Cemani Sawega"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

TATA RIAS DAN BUSANA

KARYA TARI

CEMANI SAWEGA

Karya seni tari ini telah dipentaskan di auditorium UNY Dalam rangka prosesi upacara peringatan Dies Natalis ke 45

Tanggal 21 Mei 2009

Oleh

Enis Niken Herawati, M. Hum

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI TARI FAKULTAS BAHASA DAN SENI

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur atas berkat kehadirat Tuhan sehingga penata rias dan busana dapat menyelesaikan deskripsi dalam karya tari Cemani Sawega.

Garapan tari dengan judul tersebut ditata oleh Wenti Nuryani, M. Hum. Garapan ini mempunyai ciri baik kostum amapun gerak Yogyakarta. Karya ini menggambarkan peran tari putri cantik, putra gagah yang disajikan dalam rangka Dies Natalis UNY ke 45 pada tangggal 21 Mei 209 yang dipentaskan di auditorium UNY. Sebagai penata rias dan busana, desain rias mengambil rias panggung dengan putra gagah, putra alus, dan rias putri cantik. Busana yang dipilih pada dasarnya bermotif ciri Yogyakarta dengan pemakaian tidak mengganggu gerak penari. Riasnya disesuaikan dengan peran yang dibawakan, kemudian untuk menentukan desain tersebut disesuaikan ide garapan penata tari. Dengan mmempertimbangkan dari berbagai segi saat pementasan, ciri Yogyakarta, dan cerita yang dipentaskan, maka penata rias dan busana dapat mendukung dalam penampilan karya Cemani Sawega. Untuk itu dalam kesempatan kali ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Zamzani selaku Dekan FBS yang telah meberikan kesempatan untuk berkarya, serta bimbingannya sekaligus sebagai Reviewer.

2. Ni Nyoman Seriati, M. Hum. selaku Kaprodi Pendidikan Seni Tari yang telah memberikan dorongan semangat untuk mewujudkan karya.

3. Bambang Suharjono, M. Sn.sebagai penata iringan Kurdha Wanengyudha 4. Wien Pudji Priyanto, M. Pd. sebagai reviewer untuk karya seni tari.

(3)

bersama-sama mewujudkan karya tari.

6. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah memberikan dorongan dan motivasi untuk mewujudkan karya tersebut. Kiranya desain rias dan busana karya tari Cemani Sawega dapat bermanfaat untuk menambah perbendaharaan dan wawasan tata rias dan busana. Apabila dalam menata rias dan busana karya tari tersebut masih banyak kekerabgan, penulis mohon maaf. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangaun, penulis terima dengan senang hati.

Yogyakarta, Mei 2009 Penulis

(4)
(5)

BAB III EKSPLORASI …... 10

A. Eksplorasi …... 10

B. Improvisasi …... 10

C. Evaluasi …... 10

D. Forming …... 11

BAB IV PENUTUP …... 12

A. Kesimpulan …... 12

B. Saran …... 12

(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) adalah lembaga perguruan tinggi yang memiliki visi dan misi yang akan diwujudkan secara bertahap. Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut UNY telah mencanangkan strategi pencapaian yang disebut “Saptaguna” yang berarti: Kebersamaan, Pemberdayaan, Pembudayaan, Profesionalisme, Pengendalian, Keberlanjutan, dan Kewirausahaan. Tujuh langkah dan strategi ini sesuai dengan tuntunan yang muncul pada dunia pendidikan.

Dalam rangka memperingati Dies Natalies yang ke-45, tahun ini UNY mempersembahkan sebuah bentuk karya tari yang mengekspresikan kesiapan UNY sebagai lembaga pendidikan tinggi untuk mencapai World Class University. Karya tari yang ditampilkan dilatarbelakangi oleh semangat Eka Prasetya Saptaguna. Simbol dari tarian tersebut adalah 'Jatayu', sosok yang menggambarkan UNY siap tinggal landas menuju World Class University.

(7)

kepribadian civitas akademika UNY yang penuh dengan semangat.

Rasa kebersamaan dan penyatauan inilah tertuang pada ide-ide sedehana utnuk mengarahkan karya seni khusunya tari mempunyai makna lebih pada peringatan Dies Natalis ke 45. Kebersamaan terbukti dengan adanya kerjasama dari kreatifator hingga pelaku yang menginginkan kesuksesan dalam karya tari Cemani Sawega. Karya tari yang bersumber dari civitas di lingkungan UNY membuat nilai karya seni ini lebih bermakna karena secara tidak langsung sumbang sih dalam bentuk pemikiran dan tenaga tertuang dengan tulus untuk menyuguhkan tontonan yang luar biasa.

Makna judul “Cemani Sawega” adalah Cemani yang bersumber dari visi misi UNY untuk menjadikan para civitas akademikanya mempunyai jiwa Cendekia, Mandiri dan Bernurani serta sawega yang berarti siap. Berikut dengan visi misi Cemani, mempunyai pengharapan besar agar seluruh warga di UNY memiliki sifat yang Cendekia. Cendekia tidak berarti memiliki intelegensi yang baik atau bahkan di atas rata-rata, melainkan cerdik dan pandai dalam mengambil sikap saat situasi apapun, pandai mencari peluang,cerdik menyikapi permasalahan dan mencari solusinya. Tantangan jaman dan hambatan yang terjadi saat ini sangat beragam, dibutuhkan generasi penerus bangsa yang mampu berusaha dan berkarya dengan kecerdasan secara intelektual dan moral.

(8)

tidak akan kesulitan mengarungi perkembangan jaman. Dengan kaki-kaki kuatnya, ditopang oleh kemampuan diri seorang ksatria akan mampu membawa dirinya menuju perubahan yang berarti.

Manusia hidup berdampingan dengan makhluk yang lain dan tidak dapat hidup sendiri, akan jauh bermakna ketika ia dapat menempatkan diri sebagai makhluk penolong sesama. Bernurani merupakan harga mati bagi seorang ksatria sejati. Rasa empati, kepedulian, moralitas tinggi terhadap lingkungan tertuang pada visi misi UNY yang menginginkan seluruh warganya memiliki sifat tersebut. Ksatria yang cerdas, pandai dalam segala keterampilan, mampu berjuang dengan semangat yang dibangun dalam diri, akan memiliki nilai lebih ketika ia dapat mengolah hati dan moralitasnya saat bersikap dengan siapapun dan kapanpun.

(9)

dan busana yang sesuai dengan ketentuan pertunjukan tari.

B. Dasar Pemikiran

Menurut Harrymawan, tatarias adalah seni menggunakan bahan-bahan kosmetika untuk mewujudkan wajah peranan, dan harus memperhatikan lighting dan jarak penonton, sedangkan tata busana segala sandangan dan perlengkapannya yang dikenakan dalam pentas. Kostum dapat di golongkan menjadi 5 bagian yakni Pakaian Dasar, Kaki, Tubuh, Kepala dan Perlengkapan (Harrymawan, 1986:131-134). Rias dan busana merupakan pendukung sebuah pertunjukan tari yang berfungsi membantu suasana dan tempat untuk mewujudkan karakter sesuai dengan musik tari yang disajikan.

(10)

berbeda yaitu kelompok penari prajurit putra penari putri kelompok bedhayan, dan penari putri kelompok ombyong. maka untuk kelompok prajurit putra menggunakan model yang dianggap paling tepat adalah model keprajuritan yang berpijak pada corak busana Yogyakarta. yang terdiri dari celana panjen (celana sebatas lutut) cindhe, baju model surjan, kain motif batik dengan model cancutan, dan pada bagian kepala menggunakan iket tepen dengan variasi udheng gilig

sebagai simbol prajurit kerajaan Medayin. Busana untuk kelompok bedhayan

menggunakan celana polos sebatas lutut, kebaya beludru , kain batik prada, dengan

sampur cindhe, dan bagian kepala memakai jamang dengan model rambut sinyong

variasi mlati. Sehingga mempunyai kesan praktis dan tidak mengganggu gerak penari apalagi ada satu penari pada adegan tertentu menaiki burung garuda. Busana penari garuda memakai kaos kaki, celana cindhe, baju kaos dengan pakaian khusus menyerupai sayap burung garuda, sampur cindhe, dan bagian kepala memakai tropong menyerupai kepala garuda sehingga nampak gagah perkasa seperti burung garuda. Perlu diketahui bahwa penari yang memakai busana garuda tidak sembarangan dalam arti penari tokoh Garuda benar-benar memahami teknik ragam gerak, secara phisik kuat dan bisa mempertahankan keseimbangan, karena selain pakaiannya berat, penari tokoh Garuda tersebut juga mampu menggendong salah satu tokoh penari putri, sehingga diperlukan kerjasama yang baik.

(11)

dalam rangka Dies Universitas Negeri Yogyakarta.

Pemakaian yana simpel dalam arti tidak rumit dengan model sederhana yaitu secara teknis mudah cara memakainya sehingga untuk mengenakannya tidak memerlukan waktu yang lama. Bagi penari yang mampu secara teknis diharapkan bisa memakai kostum dan rias sendiri, hal ini agar mahasiswa mendapat kesempatan yang baik untuk mempraktekkan hasil kuliah tata rias dan busana, tentu saja sebelumnya dari penata busana sudah memberi pengarahan misalnya makeup mata dengan warna sama, pemakaian kain, yang sekiranya penari mampu melakukan. Hal ini lebih menghemat waktu, kru kostum tetap ada khusus pada bagian rambut dan pemakaian dodot, karena pada bagian sanggul dan dodot ini termasuk rumit. Penata busana harus bisa menyiasati waktu yang tersedia sehingga harus ada kerjasama yang baik dengan penari.

Untuk mewujudkan karya tari tersebut diperlukan suatu kerjasama yang baik antara koreografer, penata iringan, penata rias dan busana, serta seluruh kru produksi pendukung karya tari. Dengan kerja profesional, maka di harapkan selesai tepat pada waktunya untuk acara ceremony dalam rangka Dies Natalis UNY, yang diselengarakan 21 Mei 2007. Model busana yang dianggap paling tepat adalah model keprajuritan sehingga untuk penari yang ada di bagian kelompok penari inti, yang posisinya di bagian depan para anggota Senat UNY mengenakan:

(12)

yang terdiri dari: Kaos Kaki, Kaos Tangan, Sampur Cinde, Kostum Burung Garuda, Ketopong Kepala Burung Garuda. Sedangkan untuk kelompok penari Ombyong yang terdiri dari 15 orang penari mengenakan busana: Celana Panji, Kain Batik, Sengkelat, Sampur Cindhe, dan Baju model Shanghai, hiasan kepala memakai Sanggul, Mentul, Jungkat, Subang, Ceplok Jebean, Kalung.

Proses persiapan busana cukup rumit sehingga memerlukan persiapan dengan baik dan ditekankan adanya kerjasama antara penari dengan penata rias agar dalam pelaksanaannya terjadi sinkronisasi yang tepat antara persiapan rias dengan waktu pementasan.

C. Sasaran

Pagelaran karya tari “Kabar Suka Cita Anak Bangsa” dan karawitan yangdipimpin oleh Saridal, S.Pd. Beserta mahasiswa UNY dan ISI Yogyakarta pada peringatan Natal kali ini diperuntukkan bagi:

1. Para dosen Jurusan Pendidikan Sendratasik agar dapat berkarya seni dan menunjukkan kemampuan sesuai bidang keahliannya.

2. Para mahasiswa Jurusan Pendidikan Sendratasik, agara dapat memeperoleh kesempatan dan penagalaman pentas bersama anara mahasiswa dan dosen. 3. Keluarga Jemaat Kristiani di kabupaten Gunung Kidul yang hadir dalam

Peringatan Natal di Pendopo Kabupaten Gunung Kidul.

(13)

D. Manfaat 1. Bagi Mahasiwa

a). Sebagai pelaku, dengan adanya pagelaran tersebut akan memperoleh pengalaman belajar, bagaimana menjadi penata tari dari awal hingga akhir pagelaran.

b). Sebagai penonton/penikmat,mahasiswa akan memperoleh pengalaman belajar dan mengetahui kemampuan dan menilai masing-masing penata tari mengenai garapannya.

c). Sebagai panitia/pelaksana, mahasiswa memperoleh pengalaman bejar bagaimana merancang dan memanajemen dari awal hingga akhir pertunjukkan.

2. Bagi Dosen

a). Mendapat kesempatan untuk membuktikan serta menunjukkan kemampuan dalam berkarya.

b). Memotivasi dan memberikan contoh kepada mahasiswa tentang berbagai macam bentuk koreografi.

c). meningkatkan potensi analisis melalu karya seni tari sebagai bekal dalam melaksanakan PBM seni tari.

3. Bagi Lembaga

a. Masyarakat umum akan lebih mengetahui dan mengakui keberadaan Prgram Studi Pendidikan seni Tari FBS UNY.

(14)
(15)

BAB II

TATA RIAS DAN BUSANA

A. Tata Rias

Tata rias adalah seni menggunakan bahan-bahan kosmetik untuk mewujudkan peranan. Dalam pertunjukkan tari mempunyai kaidah-kaidah khusus dalam tata rias wajah, kaidah-kaidah tersebut tidak tertulis namun merupakan kebiasaan turun temurun. Setiap perias dan penari akan mengenal cara merias wajah menurut kebutuhan cerita tanpa membaca lebih dahulu tentang kriteria tertulis tata rias tari. Apabila mengtahui nama peran atau penggambaran tari yang akan ditampilkan melalui pengalaman dan penghayatan, maka akan dapat merias wajah secara tepat berdasarkan karakter peran yang akan dibawakan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tata rias panggung adalah tata lampu, jarak penonton dengan tempat pertunjukkan, luas area pentas dan estetika.

1. Fungsi Tata Rias

a. Merias untuk mengubah yang alamiah (natural) menjadi yang budaya (kultur)

b. Mengatasi efek lampu yang kuat

c. Mengubah wajah dan kepala menjadi sesuai dengan yang dikehendaki 2. Alat- alat Make-Up

Sebelum membuat ata rias terlebih dahulu perlu diketahui dan dipersiapkan alat-lat yang akan dipergunakan, antara lain:

(16)

- penyegar dimaksudkan untuk membuat lebih segar pada kulit muka

- kapas - eye liner - bedak padat

- bedak dasar - maskara - eye shadow dan kuas - saput spon - pelembab - lipstik dan kuas - pencil alis - rouge dan kuas

3. Pola rias untuk penari putera gagah

(17)

4. Pola rias untuk penari putri cantik

Gbr. 2 Rias Penari Bedhayan (samping) Gbr. 3 Rias Penari Bedhayan (depan)

Tata rias menggunakan konsep rias panggung yang mengedepankan kecantikan wajah para penari putri, baik penari bedhaya maupun penari ombyong. Di samping itu tata rias penari putri tidak ada perbedaan baik itu penari bedhaya ataupun penari ombyong dengan maksud agar dapat mendukung cerita, suasana, dan keperluan pertunjukkan. Bahan kosmetik tetap sama sesuai dengan rincian di atas dan dipergunakan dengan teknik yang halus agar hasil riasan juga baik. Rias penari putra menggunakan teknik rias putra gagah agar terlihat kejantanan dan keperkasaanya.

(18)

tersebut dibutuhkan penari bedhayan yang mencakup tokoh tersebut. Karakter penari tokoh tersebut adalah prajurit wanita yang gagah siap berperang dalam mengarungi perubahan jaman. Meskipun ditampilkan dengan tokoh prajurit wanita, tidak meninggalkan kesan cantik yaitu dengan cara tata rias putri cantik bagi penari wanita.

B. Tata Busana

Seni menata busana pada dasarnya bertujuan untuk lebih memperjelas peran yang dibawakan dan untuk mengetahui stratifikasi dari masing-masing peranan, misalnya peran raja, ksatria, atau rakyat biasa. Pada karya tari ini, tata busana yang digunakan dipengaruhi oleh ciri khas gaya Yogyakarta. Ciri utama dari gaya Yogyakarta, penata menggunakan motif cindhe yang dipadu dengan beberapa motif lain yang dimaksudkan merupakan satu kesatuan yang utuh. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan busana yaitu:

a. tidak mengganggu gerak penari, sehingga penari dapat leluasa dan tidak merasa terikat dengan busana yang dikenakan.

b. sesuai dengan ide atau konsep cerita, agar penonton dapat memahami maksud dan tujuannya.

c. membantu menghidupkan perwatakan pelaku (penari) sesuai dengan peran yang dibawakan.

(19)

1991)

Tata busana menggunakan busana tradisional model Yogyakarta untuk penari baik putra dan putri yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan cerita. Pemilihan warna disesuaikan dengan tema maupun konsep cerita, yaitu kepahlawanan sehingga kostum dipilih dengan dominasi warna merah dan hijau.Pengguanaan kain batik khas Yogyakarta merupakan keharusan bagi penari baik putra dna putri.

Dalam karya ini, peran Jatayu mengenakan baju semacam burung agruda beserta aksesorisnya yang menandakan seekor burung. Adapun tari yang disuguhkan berupa bedhayan yang dilakonkan oleh penari putra dan putri yang mengenakan baju berwarna-warni. Warna-warni busana dari penari menggambarkan keragaman yang terdapat di UNY sebagai lembaga pendidikan. Terdiri dari bermacam-macam jurussan, berbagai macam kependidikan, bermacam-macam suku bangsa dan agama, yang dengan keberagaman itulah UNY memiliki tujuan yang satu berdasarkan visi misi CEMANI. Adapun rincian busana yang digunakan terdapat di bawah ini:

(20)

 buntal

 angkin batik Yogyakarta motif semen

(21)

 centhung

 kalung susun

 subang

 pendhung

 ron sumping

 ceplok jebehan

4. Busana Jatayu  kuluk

 sayap

 baju badhong

 celana panjang

 srampekan

 gelang kaki

 kaos kaki motif bulu

(22)

BAB III EKSPLORASI A. Eksplorasi

Proses kerja seorang penata tari diawali dengan eksplorasi. Eksplorasi dapat dilakukan dengan berbgai cara yaitu membaca buku, melihat cerita, melihat video, melihat pertunjukkan. Karya tari ini yang diawali dengan membaca beberapa buku khususnya untuk cerita Jatayu, dengan memahami isi dari bacaan tersebut dimaksudkan untuk memperoleh ide atau imajinasi yang dapat mempermudah mencari kemungkinan-kemungkinan gerak dan ekspresi.Melalui proses kerja seperti tersebut di atas, penata tari dapat mengetahui atau mempunyai gambaran tentang gerak-gerak yang akan diolah dalam penggarapan karya tari ini.

B. Improvisasi

Dalam tahap ini, penata tari sudah bekerja dengan mempraktekkan semua hal yang telah didapat dari tahap eksplorasi, yaitu mencoba untuk mewujudkan dalam bentuk gerak tari. Dalam kegiatan ini, penata tari mencoba menyesuaikan gerakan tari dengan improvisasi agar tampak selaras.

C. Evaluasi

(23)

gerak-gerak yang didapat adalah gerak-gerak yang sudah merupakan pilihan yang tepat yang telah disesuaiakan dengan tema.

D. Forming

Setelah gerak dalm improvisasi dievaluasi, selanjutnya gerak-gerak tersebut ditata sedemikian rupa sehingga menjadi bentuk karya yang utuh. Pada tahapan ini penata tari membentuk gerak-gerak yang telah dievaluasi untuk dijadikan sebagai suatu karya tari. Tahap ini merupakan puncak atau akhir dari serangkaian proses garapan sehingga penata tari juga mulai memperhitungkan tentang aspek yang lain untuk mendukung kesempurnaan pementasan karya tari ini, misalnya kostum,

(24)

BAB IV PENUTUP

Setiap penata rias dan busana tari yang akan menampilkan ide kreasinya, terlebih dahulu harus mengetahui beberapa unsur yang ada pementasan karya tari. Misalnya penata harus memahami ide cerita dari penata tari, mengetahui jarak pementasan dengan penonton, tata lampu, dan mengenal karakter dalam tari. Jenis ragam gerak yang dilakukan penari sangat menentukan perwatakan dan peran, maka perias harus mengenal beberapa karakter tari beserta simbol-simbol warna yang memiliki arti. Misalnya warna merah sebagi simbol pemberani, hitam untuk karakter yang tegas, bijaksana, dan pendiam. Seorang penata rias juga perlu memahami klasifikasi wajah beserta karakternya untuk menunjang kesesuaian busana tari.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Harymawan. R. M. A. 1988. Dramaturgi. Bandung: CV. Rosda

Kawindrasusanto, Kuswaji. 1981. Tata Rias dan Busana Tari Gaya Yogyakarta. Dalam Fred Wibowo, ed. Mengenal Tari Klasik gaya Yogyakarta. Dewan Kesenian Propinsi daerah Istimewa Yogyakarta Proyek Pengembangan Kesenian Daerah Istimewa Yogyakarta DepartemenPendidikan dan Kebudayaan. Yogyakarta.

Murgiyanto Sal, 1983. Koreografi. Proyek Pengadaan Buku Pendidikan Menengah Kejuruan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah DEPDIKBUD.

(26)

LAMPIRAN

Penari Ombyongan (Foto : Didin)

(27)
(28)

Penata Rias dan Busana beserta Penari (Foto : Didin)

Referensi

Dokumen terkait

Kecepatan aliran udara di bagian atas bola lebih cepat dari pada bagian bawahnya sehingga tekanan di bagian atas bola lebih rendah daripada bagian bawahnya dan

Luka bakar adalah suatu trauma yang dapat disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia, petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan-jaringan yang lebih dalam.. Dalamnya

Berwisata dengan kapal rekreasi menjadi penting untuk dikelola dengan baik karena wisata jenis ini sering kali menyasar untuk bepergian ke daerah-daerah yang masih

Super resolusi citra multiframe dengan metode registrasi average ini digunakan pada 2 frame citra sebagai citra masukan. Hasil penggunaan metode registrasi average dari 2

Standards set by the government in producing toys, so that manufacturers can improve the quality of its products, safe for consumers and can compete abroad.. Standardization

Pada Pasal 8 Ayat (2) PMA Nomor 19 Tahun 2018 juga menjelaskan bahwa akad nikah dapat dilaksanakan setelah terpenuhinya beberapa persyaratan perkawinan dan telah

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model Kurt Lewin. Pada siklus 1 dan siklus 2 terdiri dari 4 tahap yaitu