JURNAL
IKADBUDI
I
Volume
2. Desembcr
2013
ISSN 2089-7537
JURNAL
IKADBUDI
JURNAL
ILNIIAH
BAHASA,
SASTRA,DAN
BUDAYA DAERAH
KEARIFAN
LOKAL
(LOCAL
G',V,i1,,9)SEBAGAI SOKO
GIJRII
\'IENATA
PEfuADABAN
Bn\C)A YA\L
BFRK-ARAKILR
NUSANTARA
(REFLEKSII'{RY,A KI
DALANC
TANGSIIRJI Mrde
Suarra
I
FILSAFAT
JAWADALAM
SERIT'YEDH.ITAMA
Sutrisna
Wibawa
19DINAMIKA
KEIIIDUPAN
ZTLE
ATAU
I.,1YL'A,]N
DALAM
NIASYARAKAT DAN
KTBI"T-DAYAAN INDONESIA -JAWA
Dlrmoko
34PENGOBATAN TRADISION,{L
PENYAKIT
MATA
PADA
MANUSKRIP-MANUSKRIP
YANG
TERSMPAN
DI
YOCYAKARTA
Sri Harli
Widyasturi
5j
N]LAI
F|LOSOFIS PERAN
WALI
SANGA
DALAM
KHASANAH
K!SUSASTRAAN JAWA
Iman
Suiardjo
68TRANSLITERASI
NASKAH
MANUSKRIPJAWA:
UPAYA
NYATA
PENYEDIAAN BAHAN PEMBELAJARAN
DAN PENELITIAN
KTBUDAYAAN
JAWA
Mulyana
MARGINALISASI PERMAINAN TRADISIONAL
BALI
DALAM
DI,INLA.ELEKTRONIK:
ANTARA IDEALISME DAN
PASARI Wayan
Suardiana
94THE
COMMITMENT BHISMA'S IN
ORDER POLITENESSHdrdi] anlo
102
MAKNA
FILOSOFISBANGUNAN KNATON SURAKARTA
Puiwadi
12
SRATEGI
PENDIDII'{N
BAHASA,
SASTRA.
BUDAYA
DI
SEKOLAH
DAN
MASYAR,\KAT
MELALUI
TId\DISI
KTBL]DAYAAN
Eko
Santosa
128IOPIKALISASI
SEBAGAI SARAN,AN{EMAHAMI
ISIWACANA
SERAT SANA SLN{U
Avi
Meilawati
tl9
LAKON BIMA
BLINGKUSDITINJAU DAR]
PERSPEKTI!',AKSIOLOGl
DANRELEVANSI.\YA DENCAN
NILAI-NILAI
PANCASILA
(PERTANGGLD\TGJAW,{BAN EPISTENIoLoGINY^.I
LAKON
BIMA
BUNGKUS
DITINJAU DARI
PERSPEKTIF
AKSIOLOGI
DAN
RELEVANSINYA
DENGAN
NILAI-N]LAI
PANCASILA
(PERTANGGUNGJAWABAN
EPISTENIOLOGINYA)
Afendy Widayar Universitas Negeri yogyaka(a
Abstracts
Bima BLrngkus is a puppet story. It
tc
s abou! the born or Bin]a in Javanesse version. Therc are philosophy values in the natality proccss which arefull
oforder io live in the world perfectly. The data collectedliom
Bima Bungkus story. There are four poitrts of Bin1a Bunskus storv.It
detemines four sleps
to
gerlivc:
(l)
Bima havc !o do the right thlngs qt.,",r",aJ
p",,",,1i
1i1Bima have to get rhe kDowledge; (3) the fansfonnarioD from
tft
fbrm;ne
idea; (.1.) Bima get thehighest position as a human.
Keywordst Bima Bungkus, Aksiology, pancasila
diterima oleh masyarakat luas, baik dari sisi tontonannya nlaupun fu ntunalnrya.
Dunia nrerrgakui balrua $ayrng :ebagai
hasil
kebudayaan Jawa bcrsif'at adiluhung.Tidak
mudah
mendcfinisikan
konscp adiluhung. Adiluhungmemiliki
kandungannilai
gu11a
yang
kompleks.
Minimaladiluhung mengandung
nilai
estetika, niiaietika, filosofis, simbolis, edukarif,
rekeatif
(hibuian),
dan nilai-nilai laillnya.
lrulahyang
menjadikan UNESCO mcngakuinya(Survama, 2007: 98)
Dr
.i..i
iJIg
l.In.
p:rJr dekJde reraklrrini
banyak
pengamatnlulli
merisaukankeberadaan
wayang punva,
karenakLuangnya
peminat
dari
generasi mudasebagai penerus rvarisan budaya. Fenomena
JURNAL IKADBUDI.
Votume 2. Desember201i
PENDAIIULUAN
Pada tanggal
7
Nopember tahun 2003LJNESCO
atau
PBB
mengakui
bahwa wayang purwa temlasuk dalam aset budayadunia.
Dcngankata
lain
wayang punr'adiakui
sebagai
budaya
yang
memangadiluhung sehi1gga
perlu
dilestarikan eksjstensinya. Dengan demikiandari
satusisi, wayang purwa nlulai berpcranan dalam
budrlJ
globdl.
Dr)..rn.r(an kenyarran inidapat ncnggugah
kesadaran masyamkat pendukUngrvrl:ng
pLr\J
tru,
multr
daflpara dalang hingga
para
pemcrhati dankitikus
wayang, unlLrk lebihrktil
bempaya melestadkan dan nreogcfibaLrgkan wayangdi
masyalakat antaralain
mulai
munculwacana
baru
yang
mempenanyakankerel.r,hrrrn k..rr.rkrrr roloh-tokoh
d:rri wayang tclsebut- Kebaikan karaktertokoh-tokoh
kes.rtria dan kejelekan tokoh-lokoh raksasadari
Sabrangmulai
digugat. Pada Konperensi Bahasl JawaIII
tahun 2001 diYogyakarla, misalnya,
seorang
pcscrtamempeitanyakan
anggapan
tentangkejahatar Dasamrka. Dasamuka meskipun
dianggap sebagai penjahat
nalnun kenyalaannya juga sebagai tokoh yang baikkarena tidak pemah nemperkosa Sinta. Pada
kesempatan yang lain juga muncul pendapat
bahwa yang
jahat
itu
bukan
Dasamuka,tetapi Resi Wismwa, yakni ayah Dasamuka,
karcna
Dasamukameniadi jahat
hanyaakibat
dari ulah
Wisrawa
yang
berlakuserong dengan
Dewi
Sukesi.
Contoh keteladanantokoh
lainnya,
yakni
tokohKresna yang dikenal sebagai titisan dewa
Wisnu, yang notabene tokoh yang baik dan penyelamat dunia. Tokoh kresna
ini
mulaibanyak
yang
menilai
Penuh
dengankelicikan
semat^-mata
hanya
untukmencnangkan
kelon,PoknYa,
YakniPandarva.
Tidak
berlebihanbila
banyak pengana! meryatakan lokoh Kresna itulicik
seperti halnya Sengkuni.
Dari sisi
yaDg
lain,
perkembangan151
secara pesat. Dari sisi teknik pemenlasannya
lerjadr
prrkrmbanqdn.
inldrd
lar
munculnya pemertasan padat atau dengandurasi pendck. yakni hanya 2-4.jam saja dan
tidak
semalam
suntuk.
Pada
teknikpcmentasannya
juga
muncul
pcmentasankoliborctif
yangdi-errrr
dengrn'eni
lainseperli penyanyi campursari
alau
bahkanr-usik
JJrr
pel)rrlr
drngdur.
DJri
s.
cedtenya
juga
uncul gubahan cerita-cedtabaru
yarrg sering disebui
sebagai lakoi1carangan. Perkembangan budaya wayarlg
pur-wa
itu
pada gilirannya tentu
dapatmempengaruhi betbagai tuntruan yang ada
-\,ang akhimya juga saling beryengaruh pada
berbagai segi
kehidupai
masyarakat padaera modern
ini.
Keadaanini
juga
ditopangkenyataan
bahwa p€rtuojukan
wayangpuwa
memang merupakantradisi
yangtelah berlangsung sejak lama dan mengakar
dalam kehidupan masyarakat,
dan
masih sering digelardi
tengah-tengah masyarakat modem ini.Bagi
bang.a
lndotresia.
eksi'ren.iwayang
mcrupakansalah safu
lvaaisanleluhur yang mcnrang harus dilestarikan dan
dibudi-dayakan
agar
keberterimaanmasyarak:rl
dan
kenanfaatalnya
dapatditingkatkan. Berbagai nilai yarrg ada dalam
wayang purwa diharapkan dapat diangkat
pcmeDtirsan
\leyang pu$Ia
juga
terjadi
scbagai nilai-nilai yang mcmbanggakan dandapat
diamalkan sebagai
teladan
yangsemestinya.
Nilai-nilai
wayang pufwa yangadilulnng
dtharapken
rnampu
menjadipegangan
yang
kuat bagi
nasyarakatpendukung
wayang
lrirgga
keseluruhan masyarakat lDdonesia sccara luas,Terutama setelah Indonesia merdeka.
b€rbagai
ajaran
dan
pandangan yang disampaikan kepada masyarakat, baik secaralisan
ataupun secarateflulis, baik
secarala|g.Jng atru
r(c1rt
.iinronr\.
retrru \3jdlolok
ukur kebaikalln)3 n,e"rl hurLs sesualdengan idcaiisme nasional.
SetelahIndonesia merdeka, landasan ideai bangsa
Indonesia
adalah
Pancasila-Kelima
sila dalam Pancasila merupakan nilai-nilai dasardari segala kebijakan dan prakiek kehidupall
berbangsa, bermasyarakat,
dan
masing-masing
pribadi
warga negala
Indonesia.Tidak
berlebihanbila
Pancasila menjadiobjek kajian
dari
berbagai sudut pandang. Pancasila diparldang sebagai alat pemersatu,Pancasila dipandang sebagai pandangan
hidup bangsa, dan sebagainya.
Lakon Bima Bw1gla6, merupakan salah
satu bagian dari cedta wayang purwa, yang
digubah
oleh
banbgsa Indonesia. Pada dasanya Lakon Bima Butlgkus berisi ceritakelahiran
Bima,
Darnul cerita
ini
sangat bcrbeda dengan cerita kelahiran Bima dalanMahabarata
yang
berasal
dari
lndia.Bcrbagai
nilai
yang ada pada Lakon BimaBungl:us
dihalapkantidak
bcrseberangandengan
uilia-nilai
Pancasila,agar
dalalnrangka pengkajiar
dan
peDyebar-luasannllai-nilai
yang
ada dapatdiperlanggung-.jawabkan secara nasional.
Kehidupanbcmegara, bemasyarakat
dan
kehidupan pribadi setiap warganegara yrng memegangreguh
nilai-nilai
dari
wayang
purwa,temasuk
yang
berasaldari lakon
BimaBang&rs, diharapkan sekaligus
juga
telahmengamalkan nilai-nilai Pancasila.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar
belakang tersebut.pada kesempatan
ini
batasan pe.masalahan yang hendak diteliti adalah sebagai berikut.L
Bagaimanakah nilai-nilai yang ada dalam Lakon Bima Bungkus'l2.
Apa
sajakah jenis-jenisnilai
yang
adadalam Lakon Bima Bungkus?
3. Bagaimanakah relevansi
nilai-nilai
yang ada dalam Lakon Bima Builgkus dengat\nilai-nilai Pancasila?
Wayang
Pur\y:l dalam
Perspektif AksiologisCeita
wayangpurwa,
secara umum bersunberdari
epos panjang vang berasaldari
India,
yakni
epos
R.uitavdna d.utVolnbarnn.
Ld'rlt.t
det'
\iar
belb;rgdibagian cerita di
dalan
y.r tela)r diadopsi dan,lio ah s..ler- tu,rr. r.rp.r cclri,
g-r
rJrk
lJgitampak scbagar
cclila
yang
bcmsal darlbud"),
..r
g.
bahl-r
l.hrlr
Jdtnt
J l-aydri sebagai bLldaya nusantara.Lakon lli1r1a tsungkus pada pokoknya
mcfi.er.
dkrr
lelahir'.'-
.n'k
b-ngku',Jnri
rahim KLlnti. Dat'i
bungkusitu,
akhimyalahir
seomng anaklakilaki
yang kemudian disebut Bime. Dalamarli
yang wajar, anakbungkLrs
yaitu
anak yangketika
lahirnya masih terbungkus olch sclaput pembunghtsbayi
atau placenta (Mu1yono, 1979: 3,1).Dalam
beberapa
sumber
cerita
-RirrdBung,h6,
diceritakan
bahwa
placentapembungkus
bayi Bima tidak
mudah dipecahkanoleh
senjatatajam apa
pun.Ketika Bayi
Bina
berada di dalam bungkusitu,
Batad Uma atas perintah Batara Guru memberikan berbagai ajaran(nilai)
untukbckal
kehrdupanBrmr. Kelika Bima
hhir
dari
bungkusnya,ia
telah
menggunakanberbagai pakaian
atribut
kekhusausannya.Serelah
lahir
Brnrod.rpcl
menoloDg raja KrentegnyaDa dengan mengalahkan raksasaKala
Dahara. Cerita
ini
berbeda denganceita
kelahimn
Bina
dari lndia.
CeritakclJl'
r1r
Birna.Ja.rn'
Val'.tt:r.ra
dilldit,
terdapat
dalam bagian
yang
disebutAdipann.
Dalam .4d iprrr|d, cenla keLahiranBima
tidrk
dioeritakan sebagai
araktrrrgkL..
t.'..1
l-l
r
'e,:rr
rornal
rcpJrr,bayi
padr
Lunumnya (Wiclj,atn1mta, 1968:153
l2-l13l. Perbedaan-pcrbcdaan
di
atas tcntusaja
tidak
terlepas
dari
pandanganaksiologillya
yarg
meniadi
ciri
kekhasaD yang ada pada karya yang bersangkutall.Dengan adan),a perbedaan
itu
Sri Mulyono (1983: 107) bclpendapat bahwa cerita BimaBungkus dalam pewayengan digubah olch
bangsa Indoncsia sendiri.
Aksiologi
adalah cabangfilsalat
yangmeibrcaraLal
er'Lrg orienr"'r
ol,r
ril-i
suatu kehi.lupan.
Aksiologi
disebut jugateori
nilai,
karcnaia
dapat menjadi saranaoricnlasi maniusia dalam usaha
suatupcrlanylra
r
yJngxmlr
fundamenral. yakni bagaimanakah manlrsiahanrs
hidup
danbeflindxk
Teo'r nil.rr -t:ru rksiologi
inikemudian
elahirkanetika dan
estetika. Dengan kaia lain aksiologi adalah ilmu yang menyoroti masalah nilai dan kegunaanilmu
pengetahuanitu.
Secara moral dapat dilihatapakah nilai dan keguaan ilmu itu berguna
untuk
peDingkatankualitas
kesejahteraandan kemaslahatan umat manusia atau tidak.
Nilai-nilai
(rdlrer)
befialian
dengan apa yang memuaskan keinginan atau kebutuhanseseorang . kualitlls dan harga sesuatu, atau
.rl\frcci.,ll\e
r<..porr.<s. L;r.da.an :ksrologradalah berhubungaD dengan penggLrnaan
ilmu
tersebut
dalam
rangka
memenuhi kebutuhau lnanLLsia. Dengan perkrtaall lanr,apa yang dapal disunbangkrn rLmLr terhadep
pengembangan
ilmu i
dalanrnenrngkrrkan krralrrac
hidLrf
manrrsta(Adib,20il:78-79).
Persoalan
nilai-nilai
kebelaran.
niiaikeindahan,
nilai
kebaikan.
dan
nilaikeilahian
yang temuat
dalam
filsalatwayang relah banyak
dikaji,
dibahas, dandijelaskan dalam banyak
litcrarule.
yanglcryenting
adalahharus
dipahani
bahwadalam
merefleksikan
nilai-nilai
yangterkandrug dalam wayang hams konsisten
dcngan asumsi onldlogis
Jdn
-un.t
epislemologrs.
Drlam
asunrsi
onro,ogr.wayang dimaknai
sebagai
symbolkehidufan.
jadi
hid0p adalih
pnnsif
peftama dalam ontologi wayang. Dari aspek
epistemologi iatah bahwa
untuk
mengertihakikat
hidup
itu,
orang
halxs
neniliki
kawruh
alau
gelmu
tentang
sangkapaftini
g dumadi atau asal dan tujuan hidupmanusia.
Dalam bidang
aksiologi,
oleh karenanya, harus ditemukat niiai-nilai yargterdapat dalam wayang yang memungkinkan
untuk
memperoleh gambaran
tentalg bagaimanaagar hidup
iiu
indah
(nilai keindahan),agar
hidup
itu
baik
(nilaikebaikan),
agar
hidup
itu
bcnar
fnjlaikebenaran), dar agar hidup jtu relieius (Ditai
kenrhanan).
Nilai-nilai wayang
ituteraDgkum
dalam
kata
atli-luhung lSoctrisno, 2004: 58-60).Kesempumaan
wayang
berkembangdalam
segala espeknyaterutama
dalambidang seni dan falsaf'ahnya. Dalam bidang falsafah pewayangan, tampaklah
penggambaran
sifat-sifat
aiau
perilaku-perilakuyang
sangat mendasar pada paratokoh yang diteladankan. Sifat-sifat tersebut
sangal reievan. bahkan sesuai
denganfalsafah hidup bangsa Indonesia pada jaman dproun
j
gr.
ren
amajamrn
rnuoern ini,jaman
persatuandan
kesa[ran
bangsa,Katrruh
sa gka
-paraning
dumadi(pengetahuan
asal
dantujuan
hidupmannsia), kawrult
junbuhitlg
katru[a-Gusti (pengetahuantentang
bersatunya hamba,/.akyat
dengarTuhannyt
pemerintahnya), kawruh satataning paremra& (pengetahuantata cara mengabdi pada negara dan pada
Tuhan), ngelmu
kasunyatan
(ilmukebenaran),
dan
sebagainyayang
seringditampilkan dalam
cerita-cerita
wayang pur1,ra merupakan pencerrnillan nyrtanilar-nilai
dalam sila-sila
Pancasila (Haryanto,19921 I5'7). Berbagai
nilai
yatlg ada d4lamwayang
lecam
L,mumilu
juga
rercermtndalam lakon Bima Bungkus.
HASIL
PENELITIAN
DAN PENIBAHASANEpistemologi
Kajian
Lakon
Bima BungkusKata /a,(on dahm bahrsa Jawa bcrasal
dari kata
/diz
yakni langkrh atau jalan. DiJawa terdapat idiom nanggung
tlatli
krkon(.nanggng
ataudi
pan-q$rig dan sedangmeDjadt
tokuh
Jt"nr-r.
DUnra .ebagalIemp.r hrJrp maru, a lrd.
k
rb:h r1a seperri panggung sandiwara. Kala manggulry, kaladasrnrla
rd-l.rr
,,"
g..9
1r<n,
b'rn;rburung-burung (/.r//ri1r4
tcltcntu
terutamabumng pertutut. Orang Jawa yang memiiiki
buung
perkutut,dia
seakan telah mampu menggenapi idealisme hidupnya, terutamabtla anggung atau bunyi perkutut miliknya
mcmetluhi
kit€ria buryi
perkutut
yangbagus.
Burung
perkutur
yrng
bunyinyabagus, akan menjadi pusat perhatiaf orailg,
orang
di
sekitamya.Buni
yang
bagussebagai keharmonisan,
155
(manusia)
berarti
mcngclahui
ataumenyadari (memiliki
,grrr")
untuk meniadi mulia. Kuntowijoyo Juga meruliskan bah*,atujuan
ilIrru
adalah mernuliakan (Sutrisrro,dkl.,2009:52).
Lakon yang bcrafti
pentas
dalamwayang
punva,
prosesnyaselalu
dimulaidari
dibunyikannya gamclan yang disebut1e1dlr, kemudian
g^melar
p
tlrct
nen,pathet
sago,
pathel
monturu.
h];nggaperattg brubuh dan tariau Bima arau tokoh
Iain yang merupakan saudara tunggal balu.
Urutan proses pentas wayang purwa
itujuga
merupakan
slmbol dari
prosesi kehidupanmanusia,
sejak
ditururkannya
benih mdnu\id. ntasa kandk-kaak. nasa
remala.n1asa tua, hingga menjelang ajal (Mutyono, 1979: 106-11,{). PedtLnjukan wayang punva selalu
diakhiri
dengantarian
golek,ya
g makl\any^ golekana atau carilah,yakri
agarmencari tahu (pengetahuan,
ilmu)
tentangnakna pertunjukan
itu sendiri.
Dalam halmencari
tahu yakni menjadi
ilmu,
orangJawa
memiliki
bagian tenbang
yang menjadiidiom
tersendiriyakri
ngclmu iku kelakone kanthi laku (ilmu itu terlaksananla disenai laku atau langkehatalrjalan)-Bagi
orang
Jarva.istilah
ngelntuitu
berani
ilmu
yang menyangkut,baik
ilmuyang menyangkul segrla
jlltu
logika yangbcrsif'at
cnrliric.
maupun
ilmu
ya[gketenteGman, kesejahteraan, dan kenuliaan. Demikian
pula
halnya dengan orang yarg sedang beiada di panggung. setiap ge1"k danucaparurya akan selalu disoroti oleh orang-orang
di
sekitarnya.l,.rkor,
sebagai tokohutama
dr
panggungakan mcnjadi
pusatperhalian.
Ia
akan
nenjadi
Patrer
alau pusatdxd
segala arah yaDgdiscbut,tirl4i
papat
(cnl-t
fcr'
L.r.)
.lJ.r
!rn-n
kir',muka
da-r
bclakang.
Nlcnjadi
lakonmcn)angkut berbagai
kcilnruaI
yar)gberrlLl
5upr<rnarural.\!,
/rr,rr J,pir
b. r.rrribertagai
keilmLranyarg
dapat dipikirkarlJ,.'
Jil,.rktik.rrr"<,.r:
rl"L.
1:k
. ,.r
:grr
keilmuan yang diajarkan di sekolah-sekolah
Iomral.
Ilmu
semacamini
lcbih
bersilatlahiriah. Lebih dari
itu,
ngelmu.juga dapatberrnr
berbagJikcilrnurn b.rtini:rh
l
rkrr berbagaiilmu
yang hanya dapat dilasakandan diimaDi,
tidak
dapatdirum
skan dan dibuklikan secrraakal
sehat. dan belsifatsupranatural.
Orang
yang
tamat dalam
bergurusehingga
mendapalkanajt
xtxr
d|t-aJi(ilmu) tertenhr akan sangat dihargai. Adapun
omng
Jawa
yang
berguru dalam
halkebatinan,
harus
mengembangkankedewasaanjivr'a deng^n cara alah rasa alat) olah hudi (Saryono.20l1: 105) yang hingga pada lingkal renentu akan mcnjedi mcnusia
yang v,icaklana (bijaksana) dan dapat juga
meiadl
ngerti sadarutrye wharah^Iav tahn
sebelum
diberi tahu atau tahu
sebelun sesuatu terjadi.Secara
umum,
bagi
orang
Jawa sebenamya berpikir itu sckaligus memsakerr,a(inya
beryikir bagi orang Jawa ihr tc{adi,baik secara lahiriah maupurr b.rtiniah. Dalam
istilah Jawa halns (kramd) kata
,,iki-yxng
berarti berpikir
itu
disebut
t]1anahalal
ntenxxalih.
Baik
kata
niunah
atatrarcrrggalli, keduanya be|hubungan deng.1lr
rasa atau belhubungan dengan
hati.
Kata a:arralr berasaldari
katapalai,
sehilggakaia nuDah dapat bcrarti uremanah, danjuga
J..f.-rt
bcrrni.r:rr.,rdu
rnerr\JLJir oJl:rn lrati.Agaknya
kedua makna tersebut mernangbcrh\rbungan,
yakni
memikirkan
dan merasakan dengan tajam pada sesuatu objek yang dituju. dapun katat
etrygali h, berasaldari kata gdli&,
yaig
disamping berart hati,juga
berarti
bagianterdala[r yang
sa gatkcras (untuk
kalu
dan
sebagainya) atauberarti
inti
sari sesuatLr. Iadi kata nenggalih bermaknaberpikir
dan
mensakan secaradalam.
Dengan
demikian,
baik
malalrmnLtpun
menggalih
merupakan
prosesberpikir atau merasakan yang menyang_kut aktivitas
lahir
dan bdLln. MenrL,'ul Magnis-Suseno(1984:
130),/drd
merupakan katakunci Jawa, rd"rd bemrti memsakan dalam
segala dimensi.
Dalam rasa,
orung Jawamellcapai l/,awruh (kata
lain
dari
gelmu), bahkan sampai kawruh sangkan paraning dumadi, pet:Lertran tentang asal dan tujuansegala makhluk.
Nilai
filosofis Jawa
bertumpu
pada ,?.rd, yang dipelcayaidi
dalamnya sudahterkandung dtrdl 6udl. Dikatakan demikian
karena
filsafat Jawa
lebih
neiekankanp"rdrrrr
pr"l,"i'
l,iJr1.
J"n1'Jr
.el.,g:i
olah nalar
intclcktual
scnatanata
(bdk.Sudaminta,
1991:
170-l72).
MenurutCiptoprawiro
(1986:
25), filsalal
Jawabelcirikan
berpikt-nenggalih.
yangtotalistis
holistis, bukan berpikir
radikal)anJ analitis sepcni 1:l{'rll,L Bardl.
Be'?ikir-,lerggdlli
ini dimungkilrkan olch r"drarejali
ata]urasa budi,
sedangberpikir
radikalseperti
filsafat Barat
dimungkinkan olehakal pikiran.
Tidak
seperti filsaf'at Barat,yang memilah-milah antara
yang
rasionaldan yang buka[ msional, filsafat Jawa tidak
m€milah secara tegas mana yang rasional dan mana yang bukan
rasional.
MenurutSaryono
(2011:
73)
filsafat
Jawa
bukansekedar
mencari
bener kenart,
tetaprsekaligus mencari
p€rler
(benar
sebenar-benamya atau
tepat)
,
yakni
tepat benar dalam tataran praksis.Di
Jawa ya\E bener belum tcnru drterima bila trdak p, rr, r. hal initerungkap pada istilah
bener
ing ara pener.Hal
ini
tidak
hanya berlaku
dalam hubungannya sesame maDusia, tetapi juga dalam hubungannya dengan Tuhannya, danhubungamya dengan alam semesta.
Di
Jawa,lako[
Bima Bungkus, yang didahm
bcrrsr berbagairjrran
renrang nllar.sebagiannya disampaikan secala simbolik,
serhingga harus dicari tidak sekedar melalui
rasio
tetapi
juga
melalui
olah
lasa.Kebenaran yang ditawaltan bukan sekedar
hasil
pernikiran
akal
tctapi
luga
hasil151
pengejawantahan kebajikan.
Hal
ini
tidakjauh
berbeda dengan epistemology yangpemah dinrLikaD oleh
Prar" Di
brwdh inidisarikan
epistemology
Plato
(Surrisno, 2009: s3-58).Piato
menLmuskanbahwa
kebaikan sebagaridc
)dng
Lcrllnggr.yang
berrnihakikat
dan
kulminasi
pcngetahuan akanrnenjangkau
lebih dari
sekedar kebenaran saja, melail1kar kebajikan. Gagasan tentang')ang
hrik'pz,Ja
i.,rtar
Plaro berrungsl sekaligus >ebagar maha asa. irouar{la
dan segala sesuatuyang
pencapaiannya tidakcukup dengan
jalan
penapakan rasio ataunalar. ?enalamn yang mengagungkan logika
dan matematika dan meijauhkan kearifan
bera.ti menjauhkan arkhe Platonlk. Arkhe,
sebagai jenjang keberadaan tefiinggi realitas mempcrcydralkan cara mcngetahur lebjh dari
sekedar penalamn, tetapi
juga
,orrr's ataupengakalbudian yang sebenamya. Pemikiran
reflektif
Plato pada "alegorigoa"
bersifat epistemologis. Disampingitu,
alegori goasebagai pemikiran filsafat
berciri
simbolikydng
jelas-jelas
sesu;r
dengan
escsnsrwayang.
(Sutrisno,dkk.,2009:52-53).Alegori
goa
padaintinya
merupakan simbolisasi proses penangkapanpengetahuan,
yakni
tahap perlama budakyang hanya
manpu melihat
bayangannyadan
menganggap scbagai rcalitas. Tahapkedua budak yang
diberi hak melibat
kebelakangnya
dan
silau
padaapi
unggurr.Tahap ketiga budak
itu
lalu
dibebaskan keluar
goad
an
melihat atau
nengetahuirc-l
.,
):rng leL,ihrilggi.
Tahap erc\J.,- r, disuruh masuklagi
ke
dalarngoa
unuk
memberi tahu tcman-tcman
di
dalam goa,tetapi
ia
justm
diperolok
oleh
tcman-lernarnlu karena iJ sudah Lid.rk rcrbr"s, l-gi be-rda
di
daldmgoa.
Keempcrrahjp
i-un.e|Lrfd\
rI
jellialtg
neneerah..rIl se\dllgu.empat cara mengetahuinya. Dua tahap a\r,al mengga barkan alam keinderaan
fisik
arauvisible
workl
yang
dis€but eikanes
danpistis.
Sedangkan
dua
rahap
akhirmenggambarkan
alam
pemikiran
atau Intelligibleworld
yar.g disebvt dianota danAntara
visible
world
dut
intelligibtey.,ord,
dianoia
sekaligus berfungsi selaku nerantara)ang
menjxmin lran\Iormast dcrialam
ujud
ke alan
ide.
Diaonia
adalah pengetahuan disl-ursif rasional abstrak yangme\r_Lljud dalam matematika yang menurut
Plato
mcrupakan pengetahuan
yangtcrendalkan
bagi
kebutuhankoridor
yartgmcngakses pada
fioffis,
yakni pengetahlranirt
Lrlr'
I g bcfi:lljdrg
br:" dicap ri rrerlui
djalektiki- Dialekrika
inilah
yang
akaD mampu rnengaitkan dunia asas etalr yangdipakai olch nutcmatika dalam kincrjanya,
ke arah mahn asas atau d/-/r,4e, yang disebut
"Yang
Baik"
sehingga kebaikan bagi plato ..d.rl.,rride )ang leninggi.
Dal.n
l
egorigoa.
ide
kebaikanini
disimbolkan deugalmatahari yang
memanca.kan cahaya takhabis-habisnya
yang
memungkinkanpcnyerapan
realitas.
Sepcfii
dikctahuikinerja subjek untuk dapat menyerap objek
hanya mungkin bila ada cahaya.
Relevansi
filsafat
plato
terhadapkebutuhan menernukan
koridor
ke
arahepistemology wayang ialah simbolismcnya
sebagaimana termaktub dalam alegori goa,
dalam
hubnungannya
dengan
prosesmemperoleh
pengetahuan.
Adapun pengertian simbolik dalam alegori goa platodJpat dijeldskan dalarn symbol
Marrhari
,sepefti
dibuat oleh
Cross
dan
Woozleysebagai
be
kur.Matahari adalah s),rnbol bagi Kebaikan sebagai
Ide
yang tertinggi. Terang
akanmuncul berkat
cahaya
Matahari,
sanahalnya
Kebenaran
akan
muncul
dariKebaikan
sebagaiIde
teftinggi.
Berkatlerrnglah
maka
penglrhalan
tSight)dnnungkinkan
sama balnya
berkatkebenaranlah
akal
dimungkinkan memilikikapasitas
unluk
mengetahui;
akal
punnlcnjadi
inteligen
emasukjdu
id it1te|iibe|(bisa dirnelgeni) sama ketika mata nlemiliki
krpasitas melihat Da./N& Raz,.j
;
I
I
t
,*'--.%
I
{
t
!
Maka
itu
daian kitab lepublikyI,50Ec
yang
dikutip oleh
Boeang.ide
kebalkanmerupakan
sebab
pengetahuan
dankeber,aral. ccjauh kebe.rrr-rr
rnr
n..'
diketahui
(nl€liibeD.
Plato
menjeLaskanban$a "ebdrlrn lerunggi
ini
rrclxmpduiwujud adanya
"what-is"
scbab ia bukanlahintelek
atau
objek-objeknya
mclainkanelenen yang memberikal
kebenarannyakepada objek-objek pengetahua
dar
dayancugetahui pada subjek yang mengetahLri.
Idc
kebaikan bersil'at abadi, sernpuma dan tidak bcrubah (Bagus,2000) sepe(i juga ditegaskan oleh Ree (1991);
ToPlato
thewonl "idea"
is
sotnething objective...tl4t
olte thing itseLf\thich (sonething)
in
itself'l
comp;lete,
pule
d11.1etelnaL.' Lebih
jauhLorens Bagus
mencatat
bahwa
inderamanusia menyingkap
hanya
dunia
yangbembah
dan menjadi
(/o
be)
sednngkenrasio menenskannya ke dunia ide yang tak
dapat diindera pada akhimya
berlabuh dalam Allah, dalam artian Ide Kebaikan.Di
stui terlibat intelek dan
rul
dal1 naikiya ruhmanusia
ke
kontemplasiide-de
tersebuttcrjadi
melalui
anamnesis
(ingatan,kenangan) akan ide-ide tersebut yang dilihat secara
intrlitil
oiehjiwa
(BaSus,2000). CuruP1ato,
Sokrates,
dalan
",A.pology"menyebutkau
bah$a
penirgkatai
j i\\'a.kepedulian tcrhadap
kcbijaksanaan dan159
*ebenurJn.
rrerup-1.'n
kcor..rk-n I(1rnc.-'i(Lavine. 2003).
Ditesaskanoleh
Lavinebahwa
kebajikan
iru
sendiri
adalahpengeldlrrrdr,
Jdrl
-
.,.rk
.ner "ct:tlrrri kebajikan itu maka lakukanlah kebajikan.STlIPULAN
Dalam lakon
Bima
Bungkus,di
ataslelah
disebutksnbahwa
enjadi
lakon(Bima)
adalah
hanrs nenyadari
Lrntukmelakukar
kebajikan(bener
drl,
pener).Ketika Bin1a
di
dalam bungkus ncnc.ima ajamndari
BatariUma,
itu
seperti kctika budak menerima pengetahuan terutama padatahap
pertama
dan
kedua.
Pada
Bima Bungkus tahap ketiga pun sebenamya.jugasudah dapat diterima ketika ia masih dalam bungkus.
Hal
ini
seperti dinyatakandi
atasbahwa
dianaia
(tahap
ketiga)
sekaligusberfungsi qelak-u peranlard yang menjamrn ransformasi
dari
alamujud
ke
alam ide.Tahap keempat yakni noisis, adalah tahap
dimana
Bima
meniadilakon
mendapatkansekaligus
mengamalkan
(ngelmu
ikukelakone
kanthi
1d,tU)ilmu
kebenarantAottuh
kdsutDatotit LJer'g.n mcrroLorg:i:
Krenlegnyana(ke
teg
=
kehendak dan,,ldrri:
tahu) dengan rneugaLahkan Kala Dahana (lambing nafsu). Dengande
ikrana|l,e
llatonjs kirrnya
dapaidicapri
olehmanusia
Bima
dengaD
ncnclapatkansekaligus mcngamalkan
Ilmu
Kenyaraanyakni
berupx(kawruh
kasalyctttul)keb aj ikan {k a b e c i k an).
DAFTAR PUSTAKA
lerhu.fup l|tnu
Pengetahua ,Yogyakartat Penerbit Pa.adigma
KBBi
(Kdrlrs
Besar Bahasa htdanesk!\,2008
\4lrdhofir,
AIi.
1988.
Kann6
Filsofat. Yogyakarta : Liberly.Mulyono,
Sri.
1978.
Waya11g, Asal-asul,Fihiat
datl
Masa Depantrys.Ccl.
Il.
Jakarta: Gunung Agung
Adib,
Mohammad. 2011.Ed.
Il.
Filsafat1l'rtr. Out"logi.
Epi"t,nol.g'.
Aksiologi,
tlan Logika
lltnuPetrgetahuaiL
Yogyakana:
PustakaPelajar
ADrir,
llazim.
1991.Nilai-nilai
Etis.lalthl
Wuyang.
Jakalta:
Pustaka
Sinar HarapanAr,
Can Cu. T.I. Serat Bima Bungkus. SoIo Liem Goan BieBaker, Anron dan Achmad Chanis Zubcrr.
lqa4.
Uetode
Penpltria
Fil:aJot. Yogyakarla : Gama Press.Drvinanto, Djoko. 1986.
"Pilih
Dalang Yangmana
Enaknya?".
Dalam
Gdha;Mdjalah Wdrta Waydng, Na. 9. lakafta:
Sekretadat
Nasional
PewayanganIndoncsia
Halyanto.,
S.
1992.
Bayailg-ba),angAdhilultung:
Filsafat, Sinbolis
datlMistik dalam
Wayang.
Semaftng:Kaela11, 2008, Pendidikan Pahcasila, ed. TX, Yogyakafta: Paradigma
,
2002,
Filsdfat
PancasilalaudL'tg,ttt
Htdup Baug,a
lnclone:tL. Yogyakart.r: Paradigma_,
2006.
Perkenbangan Filsaldtlnulitika
Bahasa
dan
PengaruhnyaMistikisnte
dalan
rF6'ang.
J^katIa: Gunung Agllng.
1979.
Sinbolisnte
dan1983. Wayang dan Karakter
Manusia.
Ce|
IV.
Jakarta:
Gunung AgungSoetrisno. 2004. Wq)ang sebagai UngL,apall
Fika,fat Ja.,')a. Yogyakarta:
AditaPressiDdoesti
Slrwama.
2007. "Pemikiran
Etnopuitika dalam Pagelaran WayangJawt'.
DalamKejah,en:
Jurnal
Kebudayaan Ja,,M.Edisi
3
Tahun
II
Septcmber 2007.Yogyakadat Narasi.
Wibisono, Singgih.
1987."Konvensi
danInvensi dalam
Sasha
Pedalangan" dalam Gatra: Majalah Warta Wayang.No-
16.
Jakarta: Seloetariat NasionalPewayangan Indonesia
Widyatmanta, Siman. 1986.
Atliparua
IL Cel. II. Jogjakarta: UP Spring