• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

Komang Anggrayeni

1

, Ni Ketut Suarni

2

, Didith Pramuditya Ambara

3

13

Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

2

Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: anggrayenii@yahoo.co.id,

1

tut_arni@yahoo.com

2   didithambara@gmail.com3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara pada anak kelompok B1 di TK Kartika VII-3 Singaraja melalui metode bercerita berbantuan media audio visual. Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan dua siklus. Subjek pada penelitian ini berjumlah 14 orang anak yang terdiri dari 5 anak perempuan dan 9 anak laki-laki. Variabel pada penelitian ini adalah keterampilan berbicara dan untuk mengumpulkan data tentang variabel tersebut digunakan metode observasi dengan menggunakan instrumen lembar observasi. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan keterampilan berbicara melalui kegiatan bercerita pada anak kelompok B1 TK Kartika VII-3 Singaraja Tahun ajaran 2014/2015. Hal ini terlihat dari rata-rata persen keterampilan berbicara anak pada siklus I sebesar 65,48% yang berada pada kategori sedang. Rata-rata keterampilan berbicara pada siklus II meningkat menjadi 81,25% yang berada pada kategori tinggi, ini menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 15,77%.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa melalui metode bercerita berbantuan dengan media audio visual dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada anak usia dini.

Kata kunci: metode bercerita, media audio visual, keterampilan berbicara.

Abstract

This research aims to determine the improvement of speaking skil of the student in B1 group in VII-3 Kartika Kindergarten Singaraja through stprytelling method helped by audio visual media. The design of this research is classroom action research with two cyclus. The subject’s amount of this research is fourteen children which consists of 5 girl and 9 boys. The variable of this research is speaking skill and in collecting the data about the varisable uses observation method by using the observation sheet as the instrument. The collected data analyted by using descriptive stastistical method and descriptive qualitative method. The result shows that, there is an improvement in speaking skill through grouped storytelling activity in B1 group VII-3 Kartika Kindergarten in 2014/2015 period. It showed by the mean percentage of speaking skill in the first cycle in 65,48% that is categorited as average. The mean percentage of the second cycle increase to the highest that is 81,25%, it shows there is 15,77. It can be concluded that storytelling method helped by audio visual can improve the speaking skill in the early childhood.

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu sarana yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, hal ini disebabkan karena pendidikan adalah sektor yang dapat menciptakan kecerdasan manusia dalam melangsungkan kehidupannya, pentingnya pendidikan agar dengan mudah segala kebutuhan hidup dapat diperoleh. Pendidikan anak usia dini merupakan wilayah pembahasan yang sangat luas dan semakin menarik. Karena usia dini merupakan awal bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Hal itu akan membawa dampak bagi sepanjang kehidupan anak selanjutnya.

Pada masa ini seorang anak memiliki potensi yang sangat besar untuk mengoptimalkan seluruh aspek perkembangan yang ada pada dirinya, seperti perkembangan moral, perkembangan fisik motorik kasar dan halus, perkembangan bahasa, perkembangan kognitif, dan perkembangan sosial emosional.

Perkembangan bahasa merupakan salah satu aspek perkembangan yang sangat penting diterapkan di PAUD untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, karena setiap aktifitas anak sehari-hari akan menggunakan bahasa. Bahasa dibagi menjadi empat macam bentuk yaitu: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara dipelajari.

Mengingat pentingnya suatu keterampilan berbicara bagi kehidupan anak, maka keterampilan berbicara anak perlu dikembangkan pada anak didik sejak dini. Keterampilan berbicara merupakan salah satu aspek terpenting dalam perkembangan anak, karena mempunyai tujuan agar anak yang terampil berbahasa

yang meliputi menerima bahasa, keterampilan mengungkapkan bahasa untuk interaksi dengan lingkungan, kemampuan berbahasa anak dapat dikembangkan melalui kegiatan yang menyenangkan bagi anak sehingga anak dapat mengungkapkan ide-ide dan perasaan yang ada pada dirinya.

Berdasarkan pengamatan terhadap laporan perkembangan anak terhadap permasalahan yang terjadi, khususnya pada anak kelompok B1 di TK Kartika VII-3 Singaraja yang seluruhnya berjumlah 14 anak. Terdapat 8 anak yang keterampilan berbicaranya masih dalam kategori rendah yaitu mendapat bintang satu (*) sedangkan 6 orang anak dapat dikategorikan berkembang sesuai harapan dan mendapat bintang dua (**). Hal ini disebabkan kerana proses pembelajaran yang kurang menarik dan monoton yaitu pada saat proses pembelajaran guru menceritakan sebuah cerita dengan media buku cerita tanpa adanya mimik wajah yang menarik, tanpa ada gerakan yang mendukung jalannya cerita dan intonasi yang kurang bervariasi. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa keterampilan berbicara anak kelompok B1 di TK Kartika VII-3 Singaraja masih rendah.

Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya perubahan metode pembelajaran pola lama dan monoton kearah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dan menyenangkan. Cara tersebut dengan menerapkan pembelajaran dengan menggunakan metode bercerita dengan media yang lebih menarik.

Penggunaan metode bercerita lebih efektif apabila didukung dengan media sebagai alat bantu pembelajaran.

Penggunaan alat bantu media pembelajaran diharapkan mampu membantu proses belajar mengajar seperti yang dikemukakakn Hamalik (dalam Arsyad, 2007: 15), bahwa pemakaian media dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat, membangkitkan motivasi, memberikan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa

(3)

pengaruh psikologis siswa. Media yang peneliti gunakan yaitu media audio visual karena dengan media audio visual akan menarik minat belajar anak dan

mempermudah guru dalam

menyampaikan informasi pembelajaran.

Menurut Yaumi (2012:47) bercerita merupakan aktivitas pembelajaran yang dapat berkontribusi pada kemampuan menyajikan informasi, konsep, dan ide-ide, serta dapat mengintegrasikannya ke dalam tujuan pembelajaran yang dapat disampaikan secara langsung kepada peserta didik. Menurut Moeslichatoen (2004: 170) kegiatan bercerita merupakan salah satu cara yang ditempuh guru untuk memberi pengalaman belajar agar anak memperoleh penguasaan isi cerita yang disampaikan lebih baik dan melalui cerita anak dapat menyerap pesan-pesan yang dituturkan. Begitu pentingnya cerita bagi anak usia dini, tidak salah bila metode bercerita ini sebisa mungkin diaplikasikan dalam pembelajaran.

Dalam pendidikan anak usia dini, cerita sangat diperlukan dan banyak membantu peserta didik dalam memahami materi. Hal ini disebabkan sebagian besar anak-anak menyukai cerita, kisah atau dongeng. Cerita adalah salah satu cara untuk menarik perhatian anak. Biasanya cerita yang disukai anak, yaitu cerita yang berkaitan dengan dunia binatang, seperti si kancil ataupun cerita sejenisnya.

Seorang anak akan cenderung lebih senang menyimak cerita daripada mendengarkan ceramah dari bapak/ibu gurunya. Pelaksanaan metode bercerita dilakukan secara bertahap, ini dimaksudkan agar kegiatan yang dilakukan dapat memberikan informasi yang berguna bagi anak. Penggunaan metode bercerita agar memperoleh hasil yang diharapkan, terdapat beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pelaksanaannya yaitu seperti tema kegiatan bercerita, tempat duduk anak saat bercerita, pembukaan kegiatan bercerita, intonasi dan mimic wajah saat bercerita agar cerita dapat diterima dengan baik oleh anak

.

Oleh karena itu sebagai seorang pendidik anak usia dini

sangatlah perlu menggunakan metode bercerita dalam suatu kegiatan pembelajaran.

Metode bercerita akan lebih menarik dengan didukungnya oleh suatu media. Media yang sangat menarik untuk anak usia dini yaitu media audio visual.

Media audio visual merupakan media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi), meliputi media yang dapat dilihat, didengan dan yang dapat dilihat dan didengar Rohani (2007: 97). Teknologi media audio visual adalah cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Pembelajaran media audio visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar, misalnya mesin proyektor film dan proyeksi film layar lebar. Jadi pengajaran melalui media audio visual adalah produksi dan penggunaan materi yang menyerapnya melalui pandangan serta tidak seluruhnya tergantung pada pemahaman kata atau simbol-simbol. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa media audio visual yang dapat dilihat dan didengar bisa dalam bentuk rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan sebagainya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk menghasilkan kualitas bercerita yang baik dan menarik, harus diimbangi dengan media yang menarik dan media yang mudah dimengerti oleh anak selain itu tema cerita dan bentuk cerita dipilih dengan baik agar kegiatan bercerita terlaksana dengan baik sehingga mencapai tujuan yang dicapai.

Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang sangat mendasar untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan, dengan memiliki kosa kata yang banyak maka anak dapat berbicara lancer. Menurut Suhartono (2005: 43) berdasarkan usia anak 4-6 tahun memiliki karakteristik perkembangan bahasa khususnya keterampilan berbicara anak dimulai pada saat masuk taman kanak

(4)

kanak, anak telah memiliki sejumlah kosakata. Anak mulai membuat pertanyaan negatif, kalimat majemuk, dan berbagai bentuk kalimat. Anak memiliki kosakata lebih banyak. Dalam mengembangkan keterampilan berbicara anak secara optimal, maka dibutuhkan metode-metode yang sesuai dengan perkembangan bahasa peserta didik serta dalam penyampaian suatu proses pembelajaran hendaknya juga menggunakan media yang menarik dan kreatif.

Kegiatan bercerita berbantuan media audio visual didukung oleh salah satu penelitian yaitu Mukatiatun (2014) dalam penelitiannya berjudul meningkatkan kemampuan berbahasa anak usia dini melalui media audio visual menyimpulkan bahwa media audio visual dapat meningkatkan kemampuan berbahasa terlihat dengan indikator kinerja yang selalu meningkat dari kondisi awal (58%), siklus I (69%) dan siklus II (89%).

Maka dapat dinyatakan bahwa dengan penerapan metode bercerita berbantuan media audio visual diduga dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak kelompok B1 Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 di TK Kartika VII-3 Singaraja.

METODE

Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di TK Kartika VII-3 Singaraja pada kelas B1.

Penentuan waktunya disesuaikan dengan kalender pendidikan di TK Kartika VII-3 Singaraja. Subjek penelitian ini adalah siswa kelompok B1 TK Kartika VII-3 Singaraja yang berjumlah 14 orang dengan 5 orang siswa laki-laki dan 6 orang siswa perempuan. Siswa ini dipilih menjadi subjek penelitian mengingat di kelompok B1 TK Kartika VII-3 Singaraja, ditemukan permasalahan-permasalahan seperti yang telah dipaparkan dalam latar belakang. Objek yang ditangani dalam penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelompok B1 TK Kartika VII-3 Singaraja.

Penelitian ini tergolong penelitian tindakan

kelas (PTK) Menurut Agung (2012:24) menyatakan “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian yang bersifat aplikasi (terapan), terbatas, segera, dan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan program pembelajaran yang sedang berjalan. PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan- tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profisional. Tujuan dari PTK adalah untuk pengembangan keterampilan- keterampilan baru atau cara pendekatan baru dalam pemecahan masalah secara langsung pada program pembelajaran yang sedang berjalan.” Jadi dapat disimpulkan PTK merupakan penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan di dalam kelas untuk memecahkan permasalahan yang ada dengan tindakan- tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di dalam kelas secara lebih profesional.

Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus, tetapi tidak menutup kemungkinan dilanjutkan ke siklus berikutnya apabila belum memenuhi target penelitian. Akhir siklus I ditandai dengan evaluasi begitupun dengan siklus II dan siklus selanjutnya bila belum memenuhi target penelitian. Rencana kegiatan yang dilakukan pada penilitian ini guna meningkatkan keterampilan berbicara pada anak kelompok B1 TK Kartika VII-3 Singaraja diantaranya yaitu : menyamakan persepsi dengan guru mengenai keterampilan berbicara pada anak usia dini, membuat perencanaan pembelajaran yang kemudian dituangkan dalam peta konsep, rkm Rencana Kegiatan Harian (RKH), mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang akan digunakan yaitu media audio visual (lcd proyektor, sound system, dan film/cd), dan menyiapkan instrumen penelitian.

Adapun upaya yang dilakukan oleh guru/peneliti untuk melakukan perbaikan atau peningkatan yang diinginkan.

Kegiatan yang dilakukan pada rancangan pelaksanaan ini adalah melaksanakan

(5)

proses pembelajaran sesuai dengan rencana kegiatan harian (RKH) yang telah dipersiapkan.

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil dari pembelajaran. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran di kelas berlangsung dengan menggunakan lembar format observasi. Observasi dilakukan untuk melihat secara langsung bagaimana anak didik dalam melakukan kegiatan tersebut. Observasi dilakukan bekerjasama dengan pendidik lain yang berperan sebagai kolaborasi.

Data yang telah diperoleh dari lembar observasi didiskusikan bersama dengan pendidik maupun pengasuh. Refleksi barupa diskusi yang bertujuan untuk mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan. Evaluasi meliputi proses pembelajaran, masalaha yang muncul, respon anak terhadap pembelajaran melalui metode bercerita berbantuan media audio visual dan pengaruh pembelajaran pada keterampilan berbicara anak. Jika hasil evaluasi masih menunjukkan beberapa kekurangan, maka siklus akan dimulai lagi.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua variabel, yakni variabel bebas dan variabel terikat. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang pertama variabel bebas yang berisikan metode bercerita berbantuan media audio visual dan yang kedua variabel terikat yang berisikan keterampilan berbicara pada anak kelompok B1 TK Kartika VII-3 Singaraja.

Instrumen yang digunakan adalah berupa lembar observasi kegiatan bercerita berbantuan media audio visual.

Adapun aspek-aspek penilaian meliputi proses pembelajaran menggunakan metode bercerita, keterlibatan anak dan permasalahan yang muncul dalam pembelajaran sangatlah diamati oleh pendidik. Aspek penilaian tersebut adalah Mengulang kalimat sederhana, Mengulang kembali kalimat yang sudah didengarnya, Menjawab pertanyaan tentang keterangan/informasi, Menceritakan pengalaman/kejadian secara sederhana, Mau mengungkapkan pendapat secara

sederhana, dan Menceritakan kembali secara urut.

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua metode analisis data yaitu, metode analisis statistik deskriptif dan metode deskriptif kuantitatif. Dalam buku metodologi penelitian dinyatakan bahwa ada dua jenis metode analisis statistik yaitu metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis statistik inferensial. Dalam hubungan ini Agung (2010:70) menyatakan bahwa: Metode analisis statistik deskriptif adalah cara pengelolaan data yang dilakkan dengan jalan menerapan teknik dan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), dan Modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum.

Dalam penerapan metode analisis statistik dekskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dan disajikan ke dalam tabel distribusi frekuensi, menghitung angka rata-rata (mean), menghitung median, menghitung modus. Metode analisis deskriptif kuantitatif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenal keadaan suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2010:76). Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan perilaku moral pada anak yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima.

Tingkatan perilaku moral siswa dapat ditentukan dengan membandingkan M (%) atau rata-rata persen ke dalam PAP skala lima.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Penelitian dilaksanakan di kelompok B1 TK Kartika VII-3 Singaraja dengan jumlah siswa 14 orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dimana siklus I terdiri dari 9 kali pertemuan dan evalasi penilaian dilaksanakan setiap akhir

(6)

terdiri 6 kali pertemuan dan evalasi penilaian dilaksanakan setiap akhir pembelajaran. Siklus I dan II setiap hari menerapkan RKH sesuai pertemuan dan di akhir pertemuan dilaksanakan evaluasi keterampilan berbicara. Data yang dikumpulkan adalah mengenai hasil belajar anak terhadap keterampilan berbicara dengan menggunakan media audio visual. Selanjutnya data yang telah didapat tersebut dianalisis dengan menggunakan metode-metode yang diterapkan sebelumnya. Dalam penelitian ini terjadinya peningkatan persentase keterampilan berbicara anak didik pada saat penerapan metode bercerita dengan media audio visual disebabkan oleh rasa tertarik anak didik mendengarkan cerita yang disampaikan secara menarik dengan bahasa yang sederhana serta isi cerita yang diceritakan sesuai dengan kehidupan disekitar anak selain itu anak melihat langsung cerita tanpa harus berimajinasi.

Data hasil belajar anak pada keterampilan berbicara disajikan dalam bentuk grafik polygon. Dari hasil observasi yang dilaksanakan pada saat penerapan keterampilan berbicara anak menggunakan media audio visual dengan menggunakan enam indikator, dan masing-masing indikator yang muncul dalam pembelajaran akan diberi skor.

Data yang didapat disajikan kedalam grafik polygon pada hasil belajar keterampilan berbicara pada siklus I dapat digambarkan menjadi grafik sebagai berikut.

0 1 2 3 4 5

13 14 15 16 17 18

frekuensi

Skor (X)

M = 15,70

Me = 15,00 Mo = 14,00 Gambar 1. Grafik Polygon Tentang Keterampilan Berbicara Siklus I

Berdasarkan perhitungan dari grafik polygon di atas terlihat Mo < Me < M (14<15<15,71), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data hasil belajar keterampilan berbicara pada siklus I dapat di interpretasikan skor pada anak Kelompok B1 TK Kartika VII-3 sedang, yang dikonvesikan ke dalam PAP skala lima, berada pada tingkat penguasaan 65,48% yang berarti bahwa hasil belajar keterampilan berbicara siklus I berada pada kriteria sedang.

Berdasarkan hasil pengamatan dan temuan penulis selama pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat beberapa masalah yang menyebabkan hasil belajar anak masih berada pada kriteria sedang, maka masih perlu ditingkatkan pada siklus II.

Adapun kendala-kendala yang dihadapi peneliti saat penerapan siklus I adalah yang pertama Kurangnya perhatian

anak dalam mendengarkan

cerita/tayangan film. Terlihat hanya beberapa anak yang mau mendengarkan cerita/tayangan film. Hal tersebut dikarenakan pengisi suara dalam tokoh cerita/tayangan film kurang menarik, kedua Sebagian besar anak masih

bingung dalam mendengar

cerita/tayangan film, hal tersebut dikarenakan cerita/tayangan film yang disampaikan adalah cerita bersambung sehingga anak banyak yang lupa dengan cerita yang diberikan sebelumnya dan guru tidak memberikan pengulangan tentang cerita/tayangan film sebelumnya, dan yang terakhit sebagian besar anak masih bingung dalam menceritakan kembali cerita yang sudah didengarnya melalui tayangan film, hal tersebut dikarenakan anak masih malu-malu dalam menceritakan kembali cerita di depan kelas.

Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala di atas adalah sebelum kegiatan bercerita dimulai, anak diajak untuk melaksanakan kegiatan yang menyenangkan seperti menyanyi agar anak menjadi bersemangat dan tidak mengantuk ketika mendengarkan cerita. Selain itu, cerita

(7)

yang disampaikan akan lebih menarik dan tidak terlalu panjang dan cerita yang diberikan adalah cerita berseri yang menarik dan menyenangkan agar anak tidak bosan dalam mendengarkan cerita , guru memberikan motivasi kepada anak berupa dorongan dengan memberi tepuk tangan, penghargaan berupa gambar/benda yang lainnya yang menarik dan mendidik untuk anak agar setiap anak tidak malu dan ragu dalam bercerita ke depan kelas, sehingga anak akan lebih berani dan lebih percaya diri untuk menunjukan diri di depan kelas, dan Anak lebih di dorong untuk berani menjawab pertanyaan guru, guna mengingat apa yang didengar dan diceritakan oleh guru sehingga anak dapat mengulang cerita dengan benar dan lancar.

Siklus II dilaksanakan selama enam kali pertemuan dan evaluasi penilaian keterampilan berbicara dilaksanakan pada akhir pembelajaran. Pertemuan pertama sampai dengan pertemuan keenam pada siklus II yaitu menerapkan RKH dan evaluasi penilaian siklus II.

Data hasil belajar keterampilan berbicara yang diperoleh oleh anak disajikan dalam bentuk grafik polygon pada hasil belajar keterampilan berbicara pada siklus II dapat digambarkan menjadi grafik polygon sebagai berikut.

0 1 2 3 4 5 6

17 18 19 20 21

frekuensi

Skor (X) M = 19,50 Me = 20,00 Mo =21,00

Gambar 2 Grafik Polygon Tentang Keterampilan Berbicara Siklus II

Berdasarkan perhitungan dari grafik polygon di atas terlihat Mo > Me > M

(21,00 >20,00 >19,50), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data hasil belajar keterampilan berbicara pada siklus II cenderung tinggi. Melalui perbaikan peroses pembelajaran dan pelaksanaan tindakan siklus I maka pada pelaksaaan siklus II telah tampak adanya peningkatan proses pembelajaran yang diperlihatkan melalui peningkatan hasil belajar anak.

Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama tindakan pelaksanaan siklus II adalah yang pertama secara garis besar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan sehingga keterampilan berbicara anak didik yang diharapkan dapat tercapai, kedua beberapa anak yang awalnya masih kurang perhatiannya dalam mendengarkan cerita/tayangan film, namun setelah cerita berlanjut perhatian mulai terfokus karena cerita yang disampaikan sangat menarik untuk anak, ketiga beberapa anak menjadi berani unjuk diri karena adanya motivasi dari guru dan dalam mengulang kembali cerita yang sudah didengarnya sudah dapat diungkapkan dengan baik sehingga dapat di dengar dengan baik oleh anak yang lain, dan terahir anak mulai aktif menanyakan cerita selanjutnya karena cerita yang diberikan merupakan cerita berseri, sehingga membuat anak penasaran untuk cerita selanjutnya. Hal ini sangat baik karena indicator yang igin dicapai terlaksana dengan baik.

Secara umum proses pembelajaran dengan penerapan media audio visual menggunakan untuk meningkatkan perilaku moral sudah berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata prsentase (M%) hasil belajar dari siklus I ke siklus II, sehingga peneliti memandang penelitian ini cukup sampai di siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif diperoleh rata-rata persentase keterampilan berbicara anak siklus I sebesar 65,48% yang berarti pada

(8)

kategori rendah, mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 81,25% yang menunjukkan kemterampilan berbicara anak didik pada kategori tinggi. Jadi terjadi peningkatan belajar sebesar 15,77%.

Terjadinya peningkatan persentase keterampilan berbicara anak didik pada saat penerapan metode bercerita dengan media audio visual disebabkan oleh rasa tertarik anak didik mendengarkan cerita yang disampaikan secara menarik dengan bahasa yang sederhana serta isi cerita yang diceritakan sesuai dengan kehidupan disekitar anak hal ini dapat dilihat pada proses bercerita berbantuan media audio visual berlangsung yaitu anak menunjukan ekspresi senang lalu aktif menanyakan bagaimana cerita selanjutnya dan anak dapat menceritakan kembali cerita-cerita yang sudah diberikan. Seperti pendapat Moeslichatoen (2004:157) bahwa “cerita yang dibawakan guru harus menarik dan mengundang perhatian anak didik. Bila isi cerita dikaitkan dengan dunia kehidupan anak TK, maka mereka dapat memahami cerita itu, mereka akan mendengarkannya dengan penuh perhatian dan dengan mudah dapat menangkap isi cerita”.

Selain itu, anak juga sangat antusias dalam mengikuti kegiatan bercerita, karena dalam kegiatan bercerita menggunakan bantuan media yang memiliki bentuk dan karakter yang bervariasi sehingga anak sangat senang bila diajak untuk bercerita.

Dengan menggunakan media audio visual dalam mendengarkan cerita anak langsung bisa melihat tokoh dalam bercerita tidak lagi berimajinasi sehingga anak lebih bisa menangkap maksud dan isi cerita. Dengan demikian, melalui bercerita pendengaran anak dapat difungsikan dengan baik untuk membantu keterampilan berbicara, menambah perbendaharaan kosa kata, kemampuan mengucapkan kata-kata, melatih merangkai kalimat sesuai tahap perkembangannya. Dengan demikian metode bercerita merupakan metode yang sangat tepat untuk melatih perkembangan

berbahasa khususnya keterampilan berbicara pada anak. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Arsyad (2011:15) bahwa “Dalam proses pembelajaran dua unsur yang paling penting yaitu metode mengajar dengan media pembelajaran”.

Penyajian hasil penelitian di atas memberikan gambaran bahwa dengan penerapan metode bercerita berbantuan media audio visual, ternyata dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak didik pada Kelompok B1 TK Kartika VII-3 Singaraja. Kenyataan ini menunjukkan bahwa penerapan metode bercerita berbantuan media audio visual sangat efektif untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak, dan oleh karenanya para guru sangat perlu menerapkan strategi pembelajaran melalui metode bercerita secara intensif dan berkelanjutan guna meningkatkan hasil belajar anak didik.

Metode bercerita berbantuan media audio visual merupakan salah satu cara yang paling mendasar untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan membina hubungan interaksi dengan anak-anak.

Metode bercerita berbantuan media audio visual dapat menarik minat anak serta anak tidak cepat bosan dalam mendengarkan cerita karena menggunakan media yang menarik. Ini berarti bahwa apabila didalam memberikan kegiatan bercerita digunakan teknik-teknik yang menarik maka pembelajaran yang kita lakukan akan menjadi menyenangkan dan dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak.

Penerapan metode bercerita sebagai salah satu metode pendekatan dalam pembelajaran akan dapat melatih daya tangkap atau daya konsentrasi anak didik, melatih daya pikir dan potensi anak, mengembangkan keterampilan berbicara dan menambah pembendaharaan kata pada anak didik, serta menciptakan suasana senang di dalam kelas (Dhieni, dkk., 2011). Dengan demikian metode tersebut akan dapat menguatkan ingatan anak terhadap pembelajaran yang diberikan serta anak dapat

(9)

mengembangkan kemampuan berbahasanya yaitu khususnya keterampilan berbicara anak. Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa dengan penerapan metode bercerita berbantuan media audio visual akan cenderung dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode bercerita berbantuan audio visual dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada anak Kelompok B1 TK Kartika VII-3 Singaraja semester II tahun ajaran 2014/2015. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan rerata keterampilan berbicara anak didik pada siklus I adalah 65,48% yang berada pada kategori rendah dan rerata keterampilan berbicara anak didik pada siklus II sebesar 81,25%

berada pada kategori tinggi. Jadi, peningkatan keterampilan berbicara anak yaitu sebesar 15,77%. Adanya peningkatan keterampilan berbicara pada anak dapat dilihat dari a) Rasa tertarik anak didik dalam mendengarkan cerita karena cerita yang disampaikan secara menarik dengan bahasa yang sederhana serta isi cerita yang diceritakan sesuai

dengan kehidupan disekitar anak, b) Dengan menggunakan audio visual

yang menarik minat anak dalam mendengarkan cerita karena anak nyaksikan langsung cerita sehingga anak lebih bisa menangkap maksud dan isi cerita. Dengan demikian, penerapan metode bercerita dengan media audio visual merupakan kegiatan yang paling tepat dalam meningkatkan keterampilan berbicara anak.

Saran

Berdasarkan simpulan di atas, dapat diajukan saran-saran yang pertama Kepada para guru disarankan lebih kreatif dalam memilih metode pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang akan diterapkan pada anak, khususnya dalam

penerapan metode bercerita dengan media audio visual yang sesuai sehingga pembelajaran dapat menarik minat anak didik, yang kedua Kepada kepala sekolah agar melakukan pembinaan serta informasi secara intensif kepada para guru mengenai metode dan media pembelajaran, sehingga kemampuan profesional para guru, perbaikan proses dan hasil belajar anak dapat meningkat., yang ketiga Kepada peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan perbandingan atau sumber acuan serta disarankan untuk melanjutkan penelitian ini karena pencapaian keterampilan berbicara anak baru mencapai kriteria tinggi.

DARTAR PUSTAKA

Agung, A. A. Gede. 2010. Bahan kuliah statistika deskriptif. Singaraja:

Fakultas Ilmu Pendidikan Ganesha Singraja.

---. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Angkasa.

Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Departemen Pendidikan Nasional.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009. Tentang standar pendidikan anak usia dini.

Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembina TK.

Dhieni, Nurbiana, dkk. 2011. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Fadlilah, Muhammad. 2012. Desain Pembelajaran Paud.

(10)

Hurlock, B. Elizabeth. 1997.

Perkembangan Anak Jilid I.

Jakarta: Erlangga.

Moeslichaton, R. 2004. Metode pengajaran di Taman Kanak Kanak. Jakarta: Rineka Cipta Mukatiatun, Sri. 2014. “Meningkatkan

Kemampuan Berbahasa Anak Usia Dini Melalui Media Audio Visual”. Jurnal Ilmiah, Volume 2, Nomer 1 (hlm85).

Rohani, Ahmad. 1997. Media Intruksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Santrock, john. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga

Suhartono. (2005). Pengembangan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini. Jakarta: DirjenDikti.

Depdiknas.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2003. Sistem pendidikan nasional. Jakarta: CV.

Eko Jaya.

Yaumi, Muhammad. 2012. Pembelajaran Berbasis Multiple Intelegences.

Jakarta: Dian Rakyat.

Gambar

Gambar  2  Grafik  Polygon  Tentang  Keterampilan Berbicara Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Respon siswa terhadap pembelajaran sebanyak 97 persen siswa mengatakan cara guru menerangkan materi pembelajaran pada multimedia adalah menarik, 100 persen siswa

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis terhadap novel Kubah karya Ahmad Tohari menggunakan teori sastra Marx, dapat disimpulkan bahwa bentuk ideologi Karman pada awalnya

Saeful Bakhri/Sri Murwani Panut Rahayu/M.Nurul Hidayatullah. Saeful Bakhri/Sri Murwani Panut

After a certain time of being steeped in a solution of alkali (sodium or calcium hydroxide) and a reducing agent, normally sodium sulphide, the hair roots are dissolved, and

Praise to Jesus the Lord of the world for blessing given to her during her study and completing her f inal project entitled “ Improving the English noun vocabulary mastery by

Permasalahan yang akan dibahas dalam tugas akhir penelitian ini adalah bagaimana hubungan persepsi kesesakan ruang dengan kenyamanan gerak pada ruang pembelajaran dan

Pada putusan 118/Pid.Sus/2014/PN.KNG sebagaimana dikemukakan diatas menunjukkan bahwa ketentuan mengenai pengecualian larangan aborsi yang tertuang dalam Pasal 75

Pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang dinilainya diukur dengan uang, menurut Kashmir (2009:31) dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank