• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. epitel permukaan atau yang disebut juga epidermis yang berasal dari ektoderm

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. epitel permukaan atau yang disebut juga epidermis yang berasal dari ektoderm"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Histologi Kulit

Kulit yang menutupi salah satu organ terbesar yaitu sekitar 16% dari seluruh berat badan tuhun. Kulit mempunyai dua lapisan utama yaitu lapisan epitel permukaan atau yang disebut juga epidermis yang berasal dari ektoderm dan lapisan ikat dibawahnya yaitu disebut dermis. Kulit menurut lapisan nya terdiri atas dua golongan yaitu kulit tebal dan kulit tipis.5

2.1.1.1 Epidermis

Epidermis adalah epitel berlapis gepeng tersusun oleh banyak lapisan sel yang disebut keratinosit. Epidermis secara tetap diperbaharui oleh poliferasi sel–

sel pada lapisan basal yang secara berangsur digeser ke permukaan. Selama mereka berdiferensiasi, membesar dan banyak menggumpalkan filamen keratin dalam sitoplasmanya. Mendekati permukaan, sel mati dan badan sel akan perlahan dilepaskan. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai permukaan adalah 20 – 30 hari. Perubahan bentuk pada tingkat yang berbeda dalam epitel memungkinkan pembagian dalam lima zona pada potongan histologi tegak lurus terhadap permukaan kulit. Zona tersebut adalah stratum basal, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lusidum dan stratum korneum.5

(2)

Stratum basal atau stratum germinativum terdiri atas satu sel lapis sel diatas lamina basalis dan melekat pada dermis dibawahnya. Sel – sel berbentuk kuboid atau kolumnar rendah, berinti besar, jika dibandung terhadap ukuran sel nya, dan sitoplasmanya basofilik. Sel yang dibentuk akan bergerak naik ke stratum spinosum dan berubah menjadi pelihedral gepeng dengan sumbu panjang yang sejajar permukaan epitel dan intinya agak memanjang dalam arah yang sama.5

Stratum granulosum terdiri atas tiga sampai lima lapis sel yang agak lebih gepeng daripada yang di stratum spinosum.Stratum lusidum adalah lapis tipis sel yang refraktil terang diantara stratum granulosum dan stratum korneum. Lapisan ini biasanya tidak dapat ditetapkan pada kulit tipis. Stratum lusidum terdiri atas empat sampai enam baris sel yang gepeng. Inti mulai berdegenerasi di lapis luar granulosum dan jarang terlihat dalam sel – sel stratum lusidum.5

Stratum korneum atau stratum disjunctivium terdiri atas banyak lapis sel sangat gepeng penuh keratin tanpa inti atau organel sitoplasma. Pada lapisan luar, yang telah mengalami keratinisasi sempurna, sel – sel mati melonggar dan akhirnya dilepaskan.5

2.1.1.2 Dermis

Dermis terdiri atas jaringan ikat yang menunjang epidermis dan mengikat pada lapisan dibawahnya yaitu jaringan subkutan (hipodermis). Ketebalan dermis bervariasi bergantung pada daerah tubuh, dan mencapai maksimum 4mm di daerah punggung. Permukaan dermis sangat tidak teratur dan memiliki banyak

(3)

tonjolan (papila dermis) yang saling mengunci dengna juluran epidermis (penghubung epidermis. Papilla dermis terbanyak terdapat pada kulit yang sering mendapat tekanan; struktur tersebut diyakini meningkatkan dan menguatkan batas epidermis – dermis. Sebuah lamina basalis selalu dijumpai antara stratum germinativum dan stratum papilare dermis dan mengikuti garis bentuk inegritas antara lapisan - lapisan ini.5

Dermis terdiri dari 2 lapisan dengan batas yang tidak nyata yaitu stratum papilae dan stratum retikuler. Stratum papilae merupakan bagian utama di papila dermis yang terdiri atas jaringan ikat longgar, serabut kolagen, fibroblast, dan sel jaringan ikat lain yang terbanyak adalah sel mast dan makrofag serta leukosit yang keluar dari pembuluh darah (ekstravasasi). Stratum retikuler lebih tebal terdiri atas jaringan ikat padat tidak teratur (kolagen tipe I), glikosaminoglikan utama yaitu dermatan sulfat dan jalinan serat elastin yang berfungsi untuk kelenturan kulit. Dermis kaya akan jaringan limfe dan pembuluh darah.Jaringan pembuluh darah. Jaringan pembuluh darah mempunyai fungsi mengatur suhu inti tubuh, tekanan darah dan memberi nutrisi bagi epidermis yang tidak memiliki pembuluh darah sendiri. Dermis juga mempunyai banyak serabut saraf di dalam dermis dan saraf efektor ke kulit adalah sera pascaganglionik dari aliran simpatis rantai paravertebral. Dermis tidak mengandung persarafan parasimpatis. Ujung saraf aferen membentuk jalinan superfisial dermis dengan ujung saraf bebas, jalinan folikel rambut dan persarafan organ sensoris bersimpai seperti badan Meissener dan badan Pacinni.5

(4)

2.1.1.3 Subkutan

Lapisan bawah kulit (fasua superfisialis)) bukan merupakan bagian kulit tetapi kelihatan sebagai perluasan bagian dalam dermis. Kepadatan dan susunan lapisan subkutan menentukan mobilitas kulit diatasnya. Sel lemak juga terdapat di jaringan hipodermis yang jumlahnya tergantung kepada keadaan gizi dan daerah kulit. Bila terdapat jaringan lobulus lemak disebut panikulus adiposus. Pada daerah ini dapatt mencapai ketebalan 3cm atau lebih. Pada kelopak mata, penis dan skrotum lapisan subkutan tidak mengandung lemak. Bagian superfisial hipodermis mengandung kelenjar keringat dan folikel rambut.6

Gambar 2.1 Histologi Kulit Anatomi Moore ed.6

(5)

2.1.2 Fisiologi Kulit

Kulit adalah organ hidup dan menjalin kelangsungan hidup dengan mudah dapat dilihat dan ditaba. Kulit pun menyokong penampilan dan kepribadian seseorang. Kulit pada manusia mempunyai arti lain yaitu estetik, ras, indikator sistemik dan sarana komunikasi non verbal antara individu satu dengan individu yang lain.7

Fungsi utama kulit adalah proteksi, absorbsi, ekresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pembentukan pigmen, pembentukan vitamin D dan keratinisasi.7

2.1.2.1 Fungsi Proteksi

Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, misalnya tekanan, gesekan, tarikan; gangguan kimiawi, misalnya zat - zat kimia terutama yang bersifat iritan, contohnya karbol, asam dan alkali kuat lainnya ; gangguan yang bersifat panas, misalnya radiasi, sengatan sinar ultraviolet;

gangguan infeksi luar terutama kuman/ bakteri maupun jamur.7

Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang impermeabel terhadap berbagai zat kimia dan air dan terdapat laposan keasaaman kulit yang melindungi kontak zat – zat kimida dan air, serta terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak zat – zat kimia dengan kulit.7

Lapisan keasaman kulit ini mungkin terbentuk dari hasil ekresi keringan, sebum dan keasaman kulit yang menyebabkan pH kulit berkisar pada pH 5 – 6,5 sehingga merupakan perlindungan kimiawi terhadap infeksi bakteri maupun

(6)

jamur. Proses keratinisasi juga berperan karena sel – sel mati melepaskan diri secara teratur.7

2.1.2.2 Fungsi Absorbsi

Kulit sehat tidak mudah menyerap air, larutan benda padat, tetapi cairan yang mudah menguap dan yang larut lemak lebih mudah diserap. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis vertikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antar sel, menembus sel – sel epidermis atau melakukan muara saluran kelenjar, tetapi lebih banyak yang melalui sel – sel epidermis dibanding dari muara kelenjar.7

2.1.2.3 Fungsi Ekresi

Kelenjar- kelenjar kulit mengeluarkan zat – zat yang tidak berguna lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia.

Produk kelenjar lemak dan keringan di kulit menyebabkan keasaman kulit pada pH 5 - 6,5.7

2.1.2.4 Termoregulasi

Kulit berkontribusi dalam regulasi panas tubuh dalam dua cara: dengan membebaskan keringat pada permukaannya dan dengan mengatur aliran darah pada dermis. Sebagai respon terhadap suhu lingkungan yang tinggi atau panas

(7)

yang dihasilkan melalui olahraga, produksi keringat dari kelenjar keringat ditingkatkan, evaporasi keringat dari permukaan kulit akan menurunkan suhu tubuh. Sebagai tambahan, pembuluh darah di dermis kulit akan berdilatasi, menyebabkan aliran darah melewati dermis lebih banyak sehingga menyebabkan peningkatan pengeluaran panas dari tubuh. Sebagai respon terhadap suhu lingkungan yang rendah, produksi keringat dari kelenjar keringat diturunkan, sehingga panas tubuh dapat disimpan dan pembuluh darah pada dermis menjadi konstriksi yang mana akan menurunkan aliran darah yang melalui kulit dan panas yang hilang dari tubuh akan berkurang.7

2.1.2.5 Fungsi Persepsi

Kulit mengandung ujung – ujung saraf sensorik di dermis dalam subkutan.

Rangsangan panas diperankan melalui badan – badan ruffini di dermis dan subkutan. Rangsang dingin dipersepsi oleh badan – badan Krause yang terletak di dermis. Badan taktil Meissner terletak di papila dermis dan badan Merkel Ranvier yang terletak di epidermis berperan dalam respon peraba. Badan Paccini di epidermis berperan dalam tekanan. Saraf- saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah kemaluan.7

(8)

2.1.3 Luka 2.1.3.1 Definisi

Luka adalah hilangnya atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan.2

2.1.3.2 Klasifikasi Luka

1. Luka dapat diklasifikasikan menurut mekanisme terjadinya luka, antara lain:2,8,9,10

1. Luka Terbuka

Luka terbuka adalah adanya darah yang keluar dari tubuh dan terlihat jelas.

Klasifikasi dari luka terbuka diantaranya : a. Luka Insisi

Luka terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam, seperti yang terjadi akibat pembedahan.

b. Luka Abrasi atau Superfisial

Terjadi akibat gesekan pada permukaan kulit, sehingga lapisan paling atas hilang tanpa kehilangan darah dan ujung saraf terkikis.

c. Luka Laserasi atau Sobekan

Terjadi akibat benda yang tajam seperti kaca atau kawat.

d. Luka Tusuk atau Puncture

Luka terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.

e. Luka Tembus atau Penetrating wound

(9)

Luka yang menembus organ tubuh biasanya bagian awal luka masuk dimeternya kecil tetapi bagian ujung lukanya melebar.

2. Luka Tertutup

Luka tertutup adalah luka dengan darah keluar dari sistem sirkulasi tetapi tetap berada di dalam tubuh.

Klasifikasi luka tertutup diantaranya:

a. Luka Memar atau contusion

Luka yang disebabkan trauma benda yang tumpul dan terjadi pendarahan di bawah jaringan kulit.

b. Luka Hematoma atau Tumor darah

Luka yang disebabkan adanya kerusakan pembuluh darah sehingga darah terkumpul di bawah jaringan kulit.

c. Luka Tabrakan atau crush injury

Luka terjadi adanya gaya yang besar dan ekstrim mengenai kulit dalam jangka waktu yang lama

Luka dapat diklasifikasikan menurut fisiologis penyembuhan luka, antara lain:8, 9, 10

1. Luka akut

Luka akut adalah luka pada jaringan dengan proses penyembuhan lukanya secara normal, seperti luka insisi bedah.

2. Luka kronis

Luka yang gagal memasuki proses penyembuhan luka secara normal sehingga memasuki proses inflamasi patologis. Luka kronis membutuhkan waktu

(10)

penyembuhan luka yang lebih panjang biasanya disebabkan adanya infeksi lokal, hipoksia, dan faktor sistemik.

2.1.3.3 Penyembuhan Luka

Proses terjadi pada jaringan yang rusak terbagi menjadi tiga fase, yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan remodelling jaringan :2,11

a. Fase Inflamasi

Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira-kira hari kelima. Pembuluh darah yang terputus pada luka akan menyebabkan perdarahan dan tubuh akan berusaha menghentikannya dengan vasokontriksi, pengerutan ujung pembuluh darah yang putus (retaksi), dan reaksi hemostatis. Hemostatis terjadi karen trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling melengket, dengan faktor-faktor pembekukan darah yang teraktivasi darah saling melengket, dengan faktor-faktor pembekuan darah yang keluar dari pembuluh darah.

Reaksi Inflamasi, Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamin yang meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi, sel radang, disertai vasodilatasi setempat yang menyebabkan udem sehingga timbul tanda dan gejala klinis reaksi radang yang je;as berupa warna kemerahan karena kapiler melebar (rubor), rasa hangat (kalor), nyeri (dolor), dan pembengkakan (tumor).

Aktivitas seluler yang terjadi adalah pergerakan leukosit menembus dinding pembuluh darah (diapedesis) menuju luka karena daya kemotaksis.

Leukosit mengeluarkan enzim hidrolitik yang membantu mencerna bakteri dan

(11)

kotoran luka. Limfosit dan Monosit yang kemudian muncul ikut menghancurkan dan memakan kotoran luka dan bakteri (fagositosis). Fase ini juga disebut fase lamban karena reaksi pembentukan kolagen baru sedikit dan luka hanya dipertautkan oleh fibrin yang lemah.

b. Fase proliferasi

Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia yang menonjol adalah proses proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira- kira akhir minggu ketiga. Fibroblast berasal dari sel mesenkim yang belum berdiferensiasi. Menghasilkan mikropolisakarida, asam aminoglisin, dan prolin yang merupakan bahan dasar kolagen serat yang akan mempertautkan tepi luka.

Pada fase fibroplasia ini, luka dipenuhi sel radang , fibroblast, dan kolagen, membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan yang berbenjol halus yang disebut jaringan granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri atas sel basal terlepas dari dasarnya dan berpindah mengisi permukaan luka.

Tempatnya kemudian diisi oleh sel baru yang terbentuk dari proses mitosis.

Proses migras hanya terjadi ke arah yang lebih rendah atau datar. Proses ini baru berhenti setelah epitel saling menyentuh dan menutup ke seluruh permukaan luka.

Dengan tertutupnya permukaan luka, proses fibroplasia dengan pembentukan jaringan granulasi juga akan berhenti dan mulailah proses pematangan dalam fase remodelling.

(12)

c. Fase remodelling

Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri atas penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai gaya gravitasi, dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini dapat berlangsung berbulan-bulan dan dinyatakan berakhir kalau semau tanda radang dan sudah lenyap. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi tidak normal karena proses penyembuhan. Udem dan sel radang diserap, sel muda menjadi matang, kapiler baru menutup dan diserap kembali, kolagen yang berlebih diserap dan sisanya mengerut sesuai dengan regangan yang ada. Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat , tipis, dan lemas, serta mudah digerakkan dari dasar. Terlihat pengerutan maksimal pada luka. Pada akhir fase ini, perupaan kulit mampu menahan regangan kira-kira 80% kemampuan kulit normal.

Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan jaringan parut mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan aktifitas normal.

Meskipun proses penyembuhan luka sama bagi setiap penderita, namun hasil yang

dicapai tergantung pada konsisi biologis masing-masing individu, lokasi serta luasnya luka. Kondisi seperti kekurangan nutrisi, infeksi dan trauma hebat dapat menyebabkan terlambatnya proses penyembuhan luka.

Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka antara lain :12,13

1. Faktor Lokal

a. Faktor mekanik/tekanan

(13)

Tekanan merupakan salah satu faktor yang menunda penyembuhan luka.

Tekanan mengenai tepi luka dapat memperlambat penyatuan dua ujung luka.

b. Benda asing

Benda asing adalah segala sesuatu yang dianggap oleh sistem imun tubuh bukan sebagai bagian dari tubuh seperti bakteri, kotoran, benang jahitan yang tidak perlu, serpihan logam, kaca ataupun serpihan tulang yang menghalangi jaringan untuk penyembuhan luka.

c. Ukuran, lokasi dan tipe dari luka

Luka pada area yang banyak pembuluh darah seperti muka, dapat sembuh lebih cepat dibandingkan dengan area lain yang sedikit perdarahan yaitu kaki. Semakin kecil bentuk luka semakin cepat penyembuhan dengan lebih sedikit jaringan skar dibandingkan dengan luka yang lebih besar.

d. Stress

Stress memiliki dampak besar pada kesehatan manusia dan perilaku sosial.

Penyakit-penyakit berkaitan dengan stress diantaranya penyakit jantung, kanker, diabetes, terganggunya penyembuhan luka.

2. Faktor Sistemik a. Nutrisi

Orang dengan defisiensi vitamin C akan menghambat sintesis kolagen dan memperlambat penyembuhan.

b. Status Metabolik

Pasien diabetes mellitus menyebabkan lambatnya penyembuhan luka.

(14)

c. Status Sirkulasi

Gangguan sirkulasi mempengaruhi penyembuhan luka. Contohnya pada tidak adekuatnya suplai darah yang disebabkan oleh arteriosclerosis atau abnormalitas vena menyebabkan drainase vena yang buruk, yang memperlambat penyembuhan luka.

d. Hormon

Hormon glukokortikoid memiliki efek anti-inflamasi, agen ini juga menghambat sintesis kolagen.

e. Usia

Pada masa pubertas kecepatan luka lebih tinggi dibandingkan masa setelah pubertas.

Adapun komplikasi penyembuhan luka yaitu: 14 a. Infeksi

Kontaminasi bakteri pada luka sehingga bakteri bereplikasi dan terjadinya infeksi yang menghambat penyembuhan luka.

b. Dehiscence

Kerusakan seluruh lapisan dari luka yang telah diperbaiki secara surgical (dijahit) disebabkan oleh banyak faktor termasuk terganggunya faktor penyembuhan luka, terlepasnya jahitan dan tekanan yang berlebihan pada jahitan.

c. Hernia insisi

(15)

Dehiscence dari lapisan luka yang lebih dalam dimana lapisan kulit tetap

ada akan menyebabkan terjadinya hernia insisi pada struktur yang lebih dalam.

d. Skar hipertropik

Skar hipertropik disebabkan formasi jaringan kolagen yang berlebihan disebut overhealing dari luka. Hipertropik akan menjadi tidak progresif setelah enam bulan dan tidak meluas ke luar tepi luka.

e. Skar keloid

Keloid disebabkan metabolisme kolagen yang abnormal. Perluasan jaringan akan meluas keluar dari tepi luka dan berlanjut setelah 6 bulan.

f. Kontraktur

Kontraktur luka dapat terjadi pada luka manapun dan biasanya dihubungkan dengan penyembuhan luka yang terhambat (infeksi).

2.1.4 Ozon 2.1.4.1 Definisi

Ozon (O3) adalah gas yang secara alami terdapat di atmosfir bumi, memiliki bau yang spesifik dan kuat, dan merupakan bentuk alotropik dari oksigen. Ozon merupakan oksidan yang jauh lebih kuat dibanding oksigen, sehingga dapat mengoksidasi banyak bahan yang inert terhadap oksigen pada kondisi normal.4

(16)

2.1.4.2 Karakteristik Ozon

Atom oksigen di alam terdapat dalam beberapa bentuk: (1) sebagai partikel atom bebas (O), sangat reaktif dan tidak stabil (2) oksigen (O2), paling banyak, lebih stabil, dalam bentuk gas tidak berwarna dan dalam bentuk cair berwarna biru (3) ozon (O3), memiliki berat molekul 48, kepadatan gas ini satu setengah kali oksigen, memiliki energi yang sangat besar (3/2 O2 + 143 KJ/mol), dalam bentuk gas berwarna biru dan dalam bentuk padat berwarna biru tua (4) O4, gas biru pucat nonmagnetik, sangat tidak stabil, jarang terdapat, biasanya sudah dipecah menjadi 2 molekul oksigen.4

2.1.4.3 Efek Biokimia dan Fisiologis Ozon

Beberapa literatur menyebutkan saat ini diketahui bahwa ozon dapat larut dalam plasma atau air atau serum atau salin fisiologis dan menghasilkan ROS (radical oxygen species). Lipid yang ada di plasma menyerupai yang ada di lipoprotein, mengalami peroksidasi yang prosesnya tergantung pada dosis ozon.

Produksi H2O2 (yang berkaitan dengan ozon) dikatakan penting dalam mengaktivasi tubuh baik secara biokimia maupun imunologis. Ozon menginduksi sitokin (TNF-alfa, IFN-gamma dan IL- 2) ketika darah secara langsung terpapar ozon. Hal ini terjadi secara konsisten walaupun sedikit.4

2.1.4.4 Efek Biokimia

Ozon, bukanlah radikal oksigen, tetapi merupakan oksidator kuat dan menghasilkan oksidan dari proses oksidasi tersebut (ROS). Stres oksidasi oleh

(17)

ozon melibatkan banyak komponen darah, seperti lipoprotein, protein plasma, limfosit, monosit, granulosit, trombosit dan eritrosit. Ozon bereaksi pada setiap organ dan permukaan tempat ia berkontak (misalnya sel endotel). Dalam pertahanan terhadap oksidasi dan terjadinya ROS, berbagai sistem anti-oksidan diaktifkan dan terjadilah produksi enzim anti-oksidan. Karena efek oksidasi ozon hampir berbanding lurus dengan konsentrasinya di dalam darah maka di atas kadar tertentu, ozon bisa bersifat sangat sitotoksik dan menyebabkan terjadinya hemolisis. Rentang terapeutik ozon sempit namun jendela kadar aman telah diketahui dengan jelas saat ini. Secara cepat, ozon akan berubah menjadi oksigen melalui reaksi endotermik dan reaksi ini hanya berlangsung selama 10 menit.

Proses stres oksidasi oleh ozon terjadi dalam waktu singkat, namun reaksi antioksidan yang berlangsung diyakini dapat bertahan lebih lama dari bentuk awalnya.4

2.1.4.5 Penggunaan ozon

Sejak awal tahun 1990, ozon digunakan secara luas untuk membersihkan air, termasuk disinfeksi penampungan air minum, kolam renang, SPA, dan penampungan limbah. Saat ini ozon digunakan dalam pegolahan makanan untuk mensterilkan bahan baku air pencuci, mensterilkan bahan pembungkus, dan fasilitas penyimpanan, untuk mensterilkan air isi ulang.15

Pada 1997, Ozon hanya dapat digunakan untuk sanitasi dan sterilisasi air minum dalam kemasan di Amerika serikat, saat ini sudah digunakan di seluruh

(18)

dunia. Pada bulan mei tahun 1997 Electric Power Research Institute (EPRI) mendeklarasikan ozon aman untuk pengolahan makanan.15

Ozon saat ini digunakan secara luas dalam rumah tangga antara lain sebagai pembersih udara, digunakan dalam bak mandi untuk mengutangi kandungan klor dan membunuh bakteri, untuk menjaga kondisi aquarium, dan lain sebagainya.16

Seiring dengan mulai ditemukannya penelitian tentang potensi ozon dalam hal biokimia, reologik dan metabolik, mulai bermunculan penelitian-penelitian terkait untuk membuktikannya. Sejauh ini, hasil yang didapatkan dari penelitian yang ada umumnya memberikan hasil positif baik pada studi in vitro, preklinis dan klinis. Terapi ozon dalam bidang medis antara lain digunakan untuk mengatasi :

Kelainan Vaskular, karena dianggap ozon dapat memperbaiki distribusi

oksigen dan pelepasan growth factors yang bermanfaat dalam mengurangi iskemi dan memperbaiki penyembuhan luka.4

Infark Miokard, karena ozon dianggap memiliki efek yang baik terhadap profil lipid dan sistem pertahanan antioksidan pada infark miokard.4

Diabetes Melitus (DM), karena ozon dianggap berpotensi menghambat

dan mengatasi gejala-gejala diabetes dengan menurunkan kadar glukosa dalam darah dan meningkatkan suplai oksigen ke dalam jaringan.4

Luka. Ozon diklaim sebagai alternatif yang potensial untuk dijadikan agen yang membantu penyembuhan luka selain terapi konvensional yang sudah

(19)

ada. Terapi ozon untuk luka umumnya diberikan secara topikal sebagai antimikroba.4

Kedokteran gigi. Dalam bidang kedokteran gigi, terapi ozon telah

digunakan sebagai terapi alternatif untuk pengobatan karies, untuk mengoptimalkan periode post-operasi pada pasien bedah tulang fasial , menyempurnakan metode konvensional terapi konservatif dan mencegah berkembangnya komplikasi pada fraktur mandibula, mengoptimalkan higiene oral, dan pengobatan, penyakit paradontium serta alveolitis.4

2.1.5 Povidone Iodine

Povidone iodine merupakan komplek iodine dan povidone. Kandungan iodine

tidak kurang 9% dan tidak lebih 12%. Povidone iodine diperkenalkan sebagai agen antiseptik efektif terhadap mikroorganisme. Povidone iodine memiliki unsur senyawa organik amphipathic, polyvinyl pyrrolidone (PVP) yang berfungsi reservoir pelepasan iodine.17

2.1.5.1 Mekanisme Aksi

Aksi kuat dari povidone iodine antara lain:17 a. PVP efektif sebagai antiviral,

b. Antibakteri spectrum luas,

c. Antivirus, antifungal, protozoa, actinomycetes dan rickettsia

Iodine memiliki antimikroba spectrum luas, dengan cara interaksi oksidasi dan iodinasi langsung terhadap bakteri.

(20)

2.1.5.2 Manfaat Povidone Iodine

Povidone iodine digunakan secara topikal sebagai antimikroba dalam

berbagai pengobatan antara lain, pembengkakkan, kondisi inflamasi kronik, luka bakar, lesi dekubitus, ulser kaki, vaginitis, dan inflamasi pada mulut dan faring.

Povidone iodine biasanya digunakan dalam bidang medis untuk membersihkan

kulit dan membran mukosa pra operasi.17

Hasil uji toksisitas povidone iodine aman digunakan untuk berbagai keadaan medis sekitar 35 tahun yang lalu pada ribuan pasien, menunjukkan keamanan dan keberhasilan dari pvp-iodine.17

Keuntungan yang dimiliki Povidone iodine antara lain:17 1. Stable complex

2. Tidak berbau

3. Water soluble sehingga mudah untuk diformulasikan 4. Tidak mengiritasi kulit dan mukosa

5. Antiseptik spectrum luas

6. Digunakan sebagai sterilisasi pada permuka an kulit atau mukosa

(21)

2.2 Kerangka pemikiran

Luka merupakan penurunan fungsi protektif dari kulit, perubahan kontinuitas jaringan dengan atau tanpa kehilangan jaringan ikat yang dikarenakan operasi, kimia, panas/dingin, atau hasil dari penyakit.18

Proses penyembuhan luka merupakan sebuah proses transisi yang merupakan salah satu proses paling kompleks dalam fisiologi manusia yang melibatkan serangkaian reaksi dan interaksi kompleks antara sel dan mediator.

Tujuan penyembuhan luka adalah untuk mengembalikan struktur jaringan beserta fungsinya. Proses penyembuhan luka melalui tiga fase, yaitu fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase remodeling untuk mencapai keadaan penyembuhan yang optimal. Proses ini dapat di pengaruhi banyak faktor nutirisi, vaskularisasi dan tidak adanya infeksi. Adanya infeksi disebabkan adanya bakteri yang dapat menghambat dalam waktu penyembuhan luka. 12,19

Ozon merupakan molekul yang memiliki energi yang sangat besar, ozon dapat menginaktivasi bakteri, virus, jamur, dan beberapa protozoa, sehingga pilihan terapi ozon sangat berperan dalam berbagai pengobatan pada beberapa penyakit sebagai terapi tambahan. 4

Efek ozon terhadap bakteri adalah dengan mengganggu integritas kapsul sel bakteri melalui oksidasi fosfolipid dan lipoprotein, kemudian berpenetrasi ke dalam membran sel, bereaksi dengan substansi sitoplasma dan merubah circular DNA tetutup menjadi circular DNA terbuka, yang dapat mengurangi efisiensi proliferasi bakteri.4

(22)

Ozon juga dapat berpenetrasi ke kapsul sel bakteri, mempengaruhi secara langsung integritas cytoplasmic, dan mengganggu beberapa tingkat kompleksitas metabolik. Disamping itu, ozon juga dapat memperbaiki distribusi oksigen dan pelepasan faktor tumbuh yang bermanfaat dalam mengurangi iskemia dan mempercepat penyembuhan luka.4

Ozon setelah masuk ke tubuh melalui darah akan terpecah menjadi O2 dan O atau atom tunggal. Oksigen bermanfaat bagi kelangsungan hidup sel, sedangkan satu atom tunggal oksigen adalah oxydizer berenergi tinggi yang dapat membakar sampah, toksin, polusi, dan mikro organisme dalam tubuh.4

Ozon yang berada dalam tekanan rendah pada sungkup hampa udara (suction cup) diletakan di tempat terjadinya luka. Ozon dalam tekanan subatmosfir menyebabkan hiperemisasi dan pelonggaran jaringan, sehingga meningkatkan difusi campuran ozon dan oksigen yang dapat menpercepat dalam proses penyembuhan luka.4

(23)

Diagram 2.2 Kerangka Pemikiran

.

Luka diberi ozon O3

O O2

Menganggu integritas membran sel bakteri melalui oksidasi fosfolipid dan lipoprotein

Penetrasi ke membran sel  bereaksi dengan substansi sitoplasma

Merubah circular DNA tertutup  circular DNA terbuka

Mengangu tingkat komplesitas metabolik

Mengurangi proliferasi bakteri

Memperbaiki distribusi oksigen kedalam sel

Pelepasan growth factors

Mensuplai oksigen dalam proses pembentukan energi proliferasi sel baru

Mengurangi iskemia

Mempercepat penyembuhan luka

Gambar

Gambar 2.1 Histologi Kulit  Anatomi Moore ed.6
Diagram 2.2 Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkatNya, penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul “Studi Antroposentrik Pola Pewarisan Teknologi Produksi dan

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahannya, yaitu: “Apakah infusa campuran buah cabe jawa dan rimpang lempuyang gajah mempunyai khasiat sebagai tonikum

Prinsip dalam rangkaian hidraulik adalah menggunakan fluida kerja berupa zat cair yang dipindahkan dengan pompa hidraulik untuk menjalankan suatu sistem tertentu.. Pompa

Dari hasil analisis ini diperoleh nilai kalor tertinggi pada briket batubara muda yang mempunyai komposisi perekat 15 % untuk perekat pati jarak dengan nilai

Indonesia secara geografis adalah negara kepulauan terletak pada pertemuan 3 lempeng tektonik besar yang sangat aktif yaitu lempeng australia, lempeng pasifik dan

3. Mustika Ratu Buana Internasional yang bergerak dibidang distribusi barang- barang yang diproduksi ke sejumlah distribtor indpendent. Pada tahun 1990 terjadi pengalihan saham

Jadi hal tersebut dapat terjadi bisa juga dari lingkungan keluarga atau orang tua yang kurang perhatian dengan anaknya, sebagai orang tua wajib memberikan

Hasil analisis tambahan menunjukkan bahwa keseluruhan aktivitas Corporate Social Responsibility tidak berpengaruh terhadap Tax Avoidance yang diukur dengan