• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi internal Partai Golongan Karya (GOLKAR) mengalami

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi internal Partai Golongan Karya (GOLKAR) mengalami"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi internal Partai Golongan Karya (GOLKAR) mengalami momentum yang sangat krusial terkait eksistensinya di tengah krisis yang datang bergelombang. Musyawarah Nasional Luar Biasa (MUNASLUB) mengukuhkan posisi Airlagga Hartarto sebagai nahkoda baru dari Golkar untuk menggantikan Setya Novanto. Krisis yang dialami oleh Golkar sebenarnya bukan hal yang sederhana, ketua umum partai Golkar yang sekaligus ketua DPR-RI ditetapkan sebagai tersangka yang kemudian ditetapkan menjadi terdakwah. Selain merusak citra dan reputasi partai yang telah ada sejak era orde baru, krisis juga bisa memantik bangkitnya faksi-faksi di internal untuk kembali berkontestais pasca konflik hebat dua kubu yaitu Agung Laksono dan Aburizal Bakrie. Partai Golkar mengalami konflik yang membuat perpecahan dalam tubuhnya, artinya dualisme kepengurusan dalam Partai Golkar terjadi pada saat Musyawarah Nasional Luar Biasa (MUNASLUB) yang diadakan di Ancol diprakarsai oleh Kubu Agung Laksono dan pelaksanaan Musyawarah Nasional Luar Biasa (MUNASLUB) Bali yang di prakarsai oleh Aburizal Bakrie.1 Konflik ini terjadi karena adanya ketidak sepahaman antara pengurus. 1. M Toto Suryaningtyas , Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Merunut Sejarah Konflik Partai Golkar", dikases melalui. 1.

(2) partai politik dalam mendukung pasangan calon priseden dan wakil presiden pada tahun 2014. Tahun 2014 sebagai awal mula Partai Golkar menjadi sorotan publik melalui kasus terjadinya dualisme kepengurusan dan dualisme dukungan pada Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 yang mana kubu Aburizal Bakrie mendukung capres-cawapres Prabowo-Hatta, dan kubu Agung Laksono yang mendukung capres-cawapres Jokowi-JK. Ada faktor yang menyebabkan terjadinya ketidak sepahaman dalam internal Partai Golkar. Hal ini bermula dari penyelewengan mandat atas hasil RAPIMNAS Partai Golkar yang diberikan kepada Aburizal Bakrie untuk menjadi Capres atau Cawapres di Pilpres 2014. Akan tetapi babak baru muncul ketika Aburizal Bakrie tidak mencalonkan diri sebagai calon presiden dan justru mendukung pasangan Prabowo-Hatta sebagai calon presiden dan calon wakil presiden. Selanjutnya masalah baru timbul karena perselisihan mengenai waktu penyelenggaraan Musyawaran Nasional Luar Biasa (MUNASLUB) Partai Golkar. Hingga pada akhirnya Partai Golkar terpecah menjadi dua kubu akibat ketidak sepahaman antara Aburizal Bakrie dan Agung Laksono. Sesungghnya dalam konteks komunikasi politik, yang dialami oleh partai Golkar ini sudah lama bisa diprediksi menjadi krisis. Merujuk pada https://nasional.kompas.com/read/2016/01/14/06000021/Merunut.Sejarah.Konflik.Partai.Golkar. pada tanggal 05 Maret 2019. 2.

(3) pandangan Michael Regester dan July Larkin, krisis tidak serta merta ada, melainkan berjalan dari isu potensial, muncul menjadi aktual, yang diketahui oleh khalayak luas terlebih mendapatkan liputan media yang massif, lalu krisis ini memuncak. Tahap selanjutnya yang harus dilakukan oleh partai Golkar adalah dormant, yakni membuat situasi menjadi normal dan tenang. Jika misalnya gagal mengatasi krisis, tentu akan memporak-porandakan Golkar.2 Saat ini yang menyelamatkan partai Golkar adalah posisinya dalam habitus kekuasaan. Setelah memutar haluan politik dari pendukung dan pengusung Prabowo di Koalisi Merah Putih, Golkar lantas menjadi bagian dari kekuasaan dengan memasukkan Airlangga Hartanto menjadi representasi dukungan Golkar di kabinet kerja. Dukungan pada Jokowi di pemilu 2019 menjadi pengaruh posisi golkar di habitus kekuasaan saat ini. Saat krisis meledak di penghujung masa kejayaan Novanto, Airlangga Hartarto menjadi sosok yang bisa merekatkan semua fraksi yang bertarung. Posisi strategis Airlngga menjembatani antara Golkar dengan pemerintahan Jokowi. Golkar di bawah Airlangga melakukan kerja cepat, strategis dan berorientasi pada penyelesaian krisis secara sistemik sesuai dengan ideologi partai Golkar, sebagaimana dituangkan pada Pasal 5 AD/ART Partai Golkar, bahwa “Partai Golkar Berasaskan Pancasila”. Dalam analisis sistem. 2. Regester, Michael, Judy Larkin. 2003. Risk Issues and Crisis Management in Public Relations. New Delhi: Crest Publishing House. Halaman 48. 3.

(4) kepartaian, Partai Golkar secara ideologi politik dapat dikelompokan sebagai “partai tengah” yang berciri moderat dan tidak ekstrim dan berorientasi pada program. Hal ini selaras dengan posisi dan titik berat Golkar sejak awal merupakan organisasi. sosial. politik yang di. dalam. perjuangannya. memperhatikan keseimbangan antara pembangunan material dan spiritual. Pada kepemimpinannya, Airlangga Hartanto dapat menjalankan strategi perubahan adaptis terkait dengan konsolidasi internal partai dan terbuka dengan perubahan serta mempunyai kesadaran bahwa struktur partai harus diisi oleh orang-orang yang selain kompeten juga tidak bermasalah. Banyak nya isu-isu dan tuntutan yang menyangkut kepentigan publik atau public interest yang perlu di agregasi dan diperjuangkan oleh Golkar, Golkar memulai langkah dengan menghentikan manuver para politisinya di DPR yang berpotensi melemahkan KPK. Sepak terjang partai Golkar secara nasional bermula dengan berdirinya Sekber Golkar pada masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno, tepatnya pada oktober 1964 oleh Jenderal A. H. Nasution bersama rekan rekannya untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik. Dalam perkembangannya, Sekber Golkar berubah wujud menjadi Golongan Karya yang menjadi salah satu organisasi peserta Pemilu. Dalam Pemilu 1971 (Pemilu pertama dalam pemerintahan Orde Baru Presiden Soeharto), salah satu pesertanya adalah Golongan Karya dan mereka tampil sebagai pemenang. Kemenangan ini diulangi pada Pemilu-Pemilu 4.

(5) pemerintahan Orde Baru lainnya, yaitu Pemilu 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Golkar pada pemilu legislatif tahun 1999 memperoleh 22% suara. Ini merupakan. kemerosotan. yang. jauh. sekali. daripada. pemilu-pemilu. sebelumnya. Dalam pemilu legislatif 1997 Golkar (belum menjadi partai) memperoleh suara sebanyak 70,2%, sedangkan dalam pemilu-pemilu sebelumnya juga sekitar 60 sampai 70%. Contohnya, dalam pemilu tahun 1987 Golkar dapat menguasai secara mutlak 299 kursi dalam DPR Selama Orde Baru. Setelah pemerintahan Soeharto selesai dan reformasi bergulir, Golkar berubah wujud menjadi Partai Golkar, Pada capaian pemilu legislatif tahun 2009 Partai Golkar mendapat 107 kursi (19,2%) di DPR hasil Pemilihan Umum Anggota DPR 2009, setelah mendapat sebanyak 15.037.757 suara (14,5%). Kemudian di tahun 2014 pada pemilu legislatif Partai Golkar mendapat 91 kursi (16,3%) di DPR , setelah mendapat sebanyak 18.432.312 suara (14,75%).3 Tabel 1.1 Pencapaian Pemilu Legislatif Partai Golkar Pemilu 1971 1977 1982 1987 1992 1997 1999 2004 3. Total Kursi 236/360 232/360 242/360 299/400 282/400 325/400 120/500 129/550. Total Pemilihan 34,348,673. 39.750,096 48,334,724 62,783,680. 66,599,331 84,187,907 23,741,749 24,480,757. Presentase 62.80% 62.11% 64.34% 73.11% 68.10% 74.51% 22.46% 21.58%. Dikases melalui website golkar.or.id pada tanggal 17 Juli 2019. 5.

(6) 2009 2014. 106/560 91/560. 15,037,757 18,432,312. 14.45% 14.75%. Sumber : golkar.or.id. Sementara itu kecendrungan sepak terjang politik partai Golkar juga dialami di tingkat lokal, salah satunya di Dewan Pimpinan Cabang Partai Golkar Kabupaten Lumajang. Tabel 1.2 Daftar Anggota DPRD Lumajang No. 1 2 3 4. 5. 2009-2014. 2014-2019. Daerah Pilihan. M. Supriyono Muchammad Dapil 1 Lumajang, Sukodono, Tekung Supriyono dan Sumbersuko Misnardji Suigsan Dapil 2 Rowokangkung, Yosowilangun, Kunir dan Tempeh Suigsan Bambang Dapil 3 Pasirian, Candipuro, Pronojiwo Riyanto dan Tempursari Hartono Darso Dapil 4 Padang, Pasrujambe, Senduro dan Gucilait Suprapman Sudjatmiko Dapil 5 Kedungjajang, Klakah, Ranuyoso dan Randuagung Visinora Hesti. Sumber : Women And Youth Development Institute of Indonesia dan jariungu.com. Di tengah konflik, Golkar tetaplah Golkar, mereka memiliki banyak politisi yang terbiasa dengan situasi konflik. Dualisme kepengurusan di partai Golkar masih belum berakhir, kedua kubu yang berseteru yakni kepengurusan versi Munas Bali pimpinan Abu Rizal Bakrie. dan versi Munas Jakarta. pimpinan Agung Laksono masih bertarung habis-habisan di pengadilan, proses hukumnya sudah di tahap putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara.. 6.

(7) Dalam konteks diatas, konflik internal akan mengubah persepsi mitra koalisi tentang kuat dan solidnya struktur pemenangan partai Golkar dibanyak daerah. Hal tersebut tidak berpengaruh pada DPC Partai Golkar Kabupaten Lumajang. Dijelaskan pada tabel diatas bahwasanya Partai Golkar di Kabupaten Lumajang pada tahun 2009 mendapatkan sebanyak enam kursi pada DPRD, dan pada tahun 2014 mengalami penuruan perolehan kursi sebanyak satu kursi sehingga kursi yang didapat pada tahun 2014 terhitung sebanyak 5 kursi. Contoh kongkrit pola komunikasi politik sebagai pendukung sebuah keberhasilan yang diterapkan oleh DPC Partai Golkar Kabupaten Lumajang yaitu, Reza Hadi Kurniawan, S.Ip yang merupakan caleg millennial pendatang baru dari Partai Golkar yang terpilih sebagai salah satu anggota DPRD Kabupaten Lumajang Periode 2019-2024. Pada usia 25 tahun, Reza hadi Kurniawan memutuskan terjun ke politik elektoral dan menggandeng Partai Golkar dengan alasan masih sedikit anak muda yang minat pada dunia politik. Politik sebagai lembaga organisasi untuk kepentingan banyak orang, masyarakat dan negara. Sebagai generasi mudah sudah seharusnya untuk terlibat secara aktif pada politik, sebagai bentuk mewujudkan perubahan yang lebih baik pada masyarakat. Dengan arahan dan strategi yang tepat, Reza Hadi Kurniawan dan tim sukses Partai memberikan arahan dan pengetahuan pada masyarakat Lumajang, melalui turun langsung dengan membawa strategi pola 7.

(8) komunikasi politik dan memberikan pendidikan politik kepada warga di wilayah Dapil 1 Lumajang yaitu, Sukodono, Jatiroto, Tekung, dan Sumbersuko, sehingga Salah satu kekuatan Golkar sesungguhnya ada pada pengalaman dan penguasaan territorial secara kelembagaan maupun perseorangan golkar sangat berpengalaman memenangi sejumlah pilkada di banyak daerah. Komunikasi politik sangat berperan penting harus ada kesepahaman, persetujuan, dan menghormati pihak lawan. DPC Partai Golkar Kabupaten Lumajang tetap memegang teguh ideologi organisasi dan menerapkan pola komunikasi politik yang sehat sebagaimana politik secara umum bisa dipahami sebagai upaya menjalankan aktivitas berpolitik berdasarkan pada prinsip kesederhanaan, hubungan, relasi dan etika serta memproyeksikan tindakannya demi kemaslahatan rakyat banyak. DPC Partai Golkar Kabupaten Lumajang tetap mengedepankan strategi dan menjalankan dua fungsi komunikasi politik yakni funsgi komunikasi politik yang berada pada struktur pemerintah (suprastrutur politik) dan struktur masyarakat (infrastruktur politik). Sehingga pembentukan citra politik dan pembentukan opini publik menetaskan politik asketis yang berarti menjadi. politik. yang. lebih. santun. beretika. dan. mengedepankan. kebermanfaatannya untuk khalayak luas. Dengan demikian, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pola Komunikasi Politik Elit Dewan Pimpinan Cabang Partai Golongan Karya Kabupaten Lumajang” 8.

(9) B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dibuat suatu rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pola komunikasi politik elit Dewan Pimpinan Cabang Partai GOLKAR Kabupaten Lumajang? 2. Apa kendala yang dihadapi internal Dewan Pimpinan Cabang Partai GOLKAR Kabupaten Lumajang dalam menjalankan strategi pola komunikasi politik? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka dapat ditemukan tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis pola komunikasi politik elit Dewan Pimpinan Cabang Partai GOLKAR Kabupaten Lumajang. 2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi internal Dewan Pimpinan Cabang Partai GOLKAR Kabupaten Lumajang dalam menjalankan strategi pola komunikasi politik. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang akan diterima dari hasil penelitian ini, penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat baik itu dari segi teoritis maupun praktis, yaitu : 9.

(10) 1. Manfaat Teoritis Dapat memberikan gambaran tentang bagaimana pola komunikasi politik antara elit politik dan internal partai dan juga memberikan informasi, rujukan, serta komparasi teoritik untuk mengefektifkan penelitian-penelitian yang akan dilakukan di masa yang akan datang. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dalam penelitian ini dapat memberikan manfaat yang bersentuhan secara langsung pada subyek dan obyek dalam penelitian ini serta sebagai sarana diagnosis dalam mencari sebab masalah atau pola komunikasi politik dari elite politik, yang kemudian dapat memudahkan pemecahan masalah-masalah tersebut. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai sarana untuk menyusun pola komunikaasi politik elite sebgai pemenangan dalam pemilihan umum. E. Definisi Konseptual Untuk membantu pemahaman dari masing-masing konsep yang akan diteliti, maka adapun definisi dari beberapa konsep yang digunakan, yaitu : 1. Komunikasi Politik Menurut Michael Rush dan Phillip Althoff (2008: 24) komunikasi politik itu memainkan peranan yang penting sekali di dalam sistem politik. Komunikasi politik ini menentukan elemen dinamis, dan menjadi 10.

(11) bagian penentu dari sosialisasi politik dan pengrekrutan politik.4 Pentingnya peran strategis komunikasi politik juga dapat dilihat dari pandangan McNair (2003) tentang komunikasi politik, namun indikator dari pandangan ini berbeda dengan yang dikemukakan oleh Rush dan Althoff, dimana McNair menyebutkan bahwa komunikasi politik berbicara tentang alokasi sumber daya publik yang memiliki nilai, otoritas pemerintah yang diberi kekuasaan untuk membuat keputusan baik dalam bidang legislatif maupun eksekutif, dan sanksi yang diberikan oleh pemerintah.5 2. Elite Politik Menurut Vilferdo Pareto6, setiap pemimpin politik akan mempunyai pengaruh yang kuat untuk menentukan keputusan dan rekruitmen elit politik dalam organisasi. Dan itu berarti para pemimpin politik cenderung menolak perubahan nilai dari agenda politik. Sikap para elit politik memberi dampak cukup berarti terhadap lalu lintas transformasi pesanpesan komunikasi baik yang berada dalam struktur formal, maupun yang berkembang dalam masyarakat. Sebagai elit, mampu mengendalikan dan menjalankan kontrol politik di internal maupun di eksternal, sekaligus mengendalikan. sumber-sumber. komunikasi.. 4. http://jurnal.unpad.ac.id/wacanapolitik/article/view/11322. 5. http://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/komunikasi/article/view/2127/1865. Pareto. dan. Mosca. 6. Marshall, Alasdair, 2007, Vilferdo Pareto’s Sociology: A Framework for Political Psychology, Glasglow: Ashgate. Halaman 192. 11.

(12) mendefinisikan elit sebagai kelas penguasa yang secara efektif memonopoli pos-pos kunci dalam masyarakat. Definisi ini kemduain didukung oleh Robert Michel yang berkeyakinan bahwa ”hukum besi oligarki” tak terelakkan. Dalam organisasi apapun, selalu ada kelompok kecil yang kuat, dominan dan mampu mendiktekan kepentingannya sendiri. Sebaliknya, Lasswell berpendapat bahwa elit sebenarnya bersifat pluralistik. Sosoknya tersebar (tidak berupa sosok tunggal), orangnya sendiri beganti-ganti pada setiap tahapan fungsional dalam proses pembuatan keputusan, dan perannya pun bisa naik turun tergantung situasinya. Elit politik yang dimaksud adalah individu atau kelompok elit yang memiliki pengaruh dalam proses pengambilan keputusan politik. Suzanne Keller.7 3. Sirkulasi Elite Politik Sirkulasi elite dalam konteks pergantian kepemimpinan politik adalah salah satu syarat bagi terwujudnya iklim demokrasi yang sehat. Pendekatan politik Vilfredo Pareto dan Gaetano Mosca terkait rolling class dan sirkulasi elite menyebutkan, sirkulasi elite akan melahirkan para elite baru yang menduduki struktur dan organisasi baru. Teori ini menjadi penegasan pentingnya sirkulasi elite. Jatuhnya rezim elite kerap diikuti. 7. Lihat Jayadi Nas, Konflik Elit Di Sulawesi Selatan Analisis Pemerintahan dan Politik Lokal, Hal. 33.. 12.

(13) jatuhnya seluruh gerbong yang menyertainya. Sirkulasi politik menjadi kontrol bagaimana sebuah kekuasaan dijalankan.8 F. Definisi Operasional Definisi operasional adalah cara untuk mengukur variabel yang akan di teliti, maka variable yang di maksud dalam penelitian ini adalah : 1. Pola komunikasi politik elit DPC Golkar Kabupaten Lumajang a. Pesan komunikasi politik elit DPC Golkar Kabupaten Lumajang b. Media komunikasi politik elite DPC Golkar Kabupaten Lumajang 2. Kontrol internal dan eksternal elite partai politik terhadap SDM. a. komunikasi politik elit DPC terhadap DPP dan DPD b. komunikasi politik elit DPC tehadap Anggota Dewan c. komunikasi politik interpersonal elit DPC 3. Komunikator politik menentukan efektivitas komunikasi politik a. Efek komunikasi politik elite DPC Golkar Kabupaten Lumajang b. Pengaruh elite partai terhadap pengambilan keputusan. G. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah dalam melakaukan riset penelitian, metode penelitian merupakan langkah-langkah penelitian dalam. 8. Kompas.com dengan judul "Dinasti Politik Menghambat Sirkulasi Elite", https://nasional.kompas.com/read/2013/03/18/11241114/Dinasti.Politik.Menghambat.Sirkulasi.Elite ?page=all. 13.

(14) pengambilan data-data yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian ini, guna dioalh dan dianalisis dalam sebuah penulisan ini.. 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni jenis penelitian deskriptif, yang dimana penelitian deskriptif ini damksudkan untuk bisa melakukan penelitian dalam memecahkan masalah-masalah yang ada dalam suatu fenomena atau dalam penelitian ini guna bisa menjawab permasalahan-permasalahn yang ada melalui data-data yang peneliti peroleh.9 2. Sumber Data Sumber data disini memiliki dua jenis yang saling berkaitan yakni sumber data jenis primer dan sumber data jenis skunder : a. Primer Data primer merupakan data pertama yang dimiliki oleh peneliti, artinya data primer data yang pertama kali yang akan digunakan peneliti sebagai menganalisis permasalahan penelitian, karena data primer peneliti peroleh langsung di obyek penelitian dilakukan. Data primer ini peneliti peroleh langsung di DPC partai GOLKAR. Kabupaten. Lumajang dengan menggunakan teknik. pengumpulan data.. 9. Narbuko Cholid, Achmadi Abu, 2000, Metodologi Penelitian, Jakarta, Bumi Aksara, halaman 44. 14.

(15) b. Skunder Data skunder merupakan data kedua yang digunakan dalam penelitian ini, data skunder berupa data pendukung dari data yang pertama peneliti peroleh. Artinya data skunder yang dimaksud disini bisa berupa dokumentasi, jurnal, peraturan perundang-undangan ataupun AD-ART partai GOLKAR.. 3. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan dalam pengumpulan dan pengambilan data adalah sebagai berikut: a. Dokumentasi Peneliti mengambil data dengan dokumen-dokumen yang ada seperti dokumen catatan, buku atau jurnal serta arsip dan lain-lain yang dimiliki oleh Partai Golongan Karya Kabupaten Lumajang sebagai subyek dalam penelitian ini, ataupun hal lain yang berkaitan dengan masalah yang peneliti lakukan penelitian. Dalam teknik pengumpulan data ini peneliti akan mencari data pendukung seperti foto, ataupun table serta grafik, dsb. Yang berhubungan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Dimana dokumentasi ini adalah sebagai data penguat dalam mendeskripsikan serta menganalisis hasil penelitian. b. Observasi Observasi dilakukan sedari awal penelitian dilaksanakan hal tersebut bertujuan untuk mengenal objek penelitian, mengenal 15.

(16) tempat, mengenal perilaku, dan mengenal aktifitas yang sedang berlangsung. Peneliti mengamatai secara langsung yaitu dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa. 10 c. Wawancara Wawancara dalam penelitian merupakan proses interaksi antara peneliti dengan subyek peneliti atau responden dengan cara tanya jawab secara langsung untuk memperoleh data atau informasi secara akurat. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh kedua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Peneliti melakukan wawancara untuk membantu proses pengumpulan data dan juga sebagai bukti bahwa peneliti telah melakukan penelitian. 11 4. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah informan bagi penelitian ini, guna bisa memberikan jawaban ataupun data-data yang di inginkan dalam penelitian ini, subyek penelitian yang dimaksud disini adalah : a. Pimpinan DPC Partai Golongan Karya Kabupaten Lumajang b. Ketua Fraksi Partai Golongan Karya Kabuapten Lumajang. 10. Herdiansyah Haris, 2015, Wawancara, Observasi, dan Focus Group Discussion : sebagai Instrumen Panggilan Data Kualitatif, Jakarta, PT. Raja Grafindo Jakarta, hal. 131 11. Herdiansyah Haris, 2015, Wawancara, Observasi, dan Focus Group Discussion : sebagai Instrumen Panggilan Data Kualitatif, Jakarta, PT. Raja Grafindo Jakarta, hal. 31. 16.

(17) 5. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan lokasi dimana peneliti melakukan riset penelitian ini. Lokasi penelitian tempat peneliti pengambilan data-data penelitian guna terlaksananya penelitian yang akurat. Penilitian akan dilakukan di Dewan Pimpinan Cabang Partai GOLKAR Kabupaten Lumajang. 6. Teknik Analisa Data Stetelah data yang diinginkan oleh peneliti sudah terkumpul dengan rapi, maka tahap selanjutnya mengolah data-data yang telah terkumpul untuk dijadikan dalam sebuah penulisan kemudian dianalisis. Analisa data termasuk dalam komponen sangat penting dalam melakukan penelitian, hal ini guna bisa menjawab permasalahan-permasalahan yang ada dilapangan. untuk. dianalisis.. Analisa. data. merupakan. proses. penyederhanaan antara data yang telah diperoleh ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan. 12 a. Pengumpulan Data Dalam teknik analisa data maka langkah pertama yakni pengumpulan data, maksud dalam pengumpulan data disini adalah data-data yang telah peneliti dapatkan dilapangan saat penelitian dikumpulkan jadi satu. Data-data ini baik dari hasil literature yang. 12. Darsono Wisadirana, 2005, Metode Penelitian & Pedoman Penulisan Skripsi : Untuk Ilmu Sosial, Malang, UMM Press, hal. 101. 17.

(18) merupakan data pendukung dikomparasikan dengan data hasil wawancara. b. Reduksi Data Setelah melalui proses pengumpulan data maka langkah selanjutnya yakni reduksi data, yang mana reduksi data ini merupakan data-data yang telah dikumpul disederhanakan yang sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian. Artinya data-data yang ada di pilih lagi yang paling relevan dengan tujuan penelitian ini baik itu berupa literature maupun wawancara serta foto-foto dan dokumentasi yang lain, sehingga lebih akurat dalam melakukan penulisan. c. Displya Data Setelah melewati beberapa langkah sebelumnya dalam melakukan analisa data, maka langkah terakhir yakni display data, yang mana display data merupakan data-data yang telah dipilih dan di gabung atau dikomplikasikan menjadi satu untuk dinarasi dan di deskripsikan serta dianalisis guna bisa menyempurnakan tulisan ini.. 18.

(19)

Gambar

Tabel 1.1 Pencapaian Pemilu Legislatif Partai Golkar
Tabel 1.2 Daftar Anggota DPRD Lumajang

Referensi

Dokumen terkait

bentuknya dengan cara melakukan pembagian warisan dengan jumlah yang sama tanpa memperhatikan status p€nerima warisan apakah seorang lakiJaki maupun perempmn, hal ini

Adapun tahapan dalam membuat media pembelajaran ini adalah: (1) Melihat potensi dan masalah berupa kemampuan guru ketika menyajikan materi kepada siswa, (2)

(4A); (b) permasalahan pembangunan mendasar yang mendesak untuk diselesaikan seperti kemiskinan—dimensi SARA dan ketidak- adilan sosial (dan teknologis) dari kemiskinan,

Cuci alat penyaring yang akan dipakai dengan pelarut, keringkan dalam oven pada suhu 103°C selama 30 menit, dinginkan dalam desikator selama 15 menit, timbang.. Tambahkan 50 ml

11 Rino Adi Nugroho (2010) Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) dengan metode Stochastic Frontier Analysis periode

Tahun 2010, kontrak dengan pihak swasta selama 15 tahun dengan masa untuk pembangunan ITF di Kawasan. Ekonomi Khusus (KEK) Marunda seluas

Produk akhir yang dihasilkan yaitu instrumen asesmen berbasis keteram- pilan proses sains pada materi kla- sifikasi materi dengan karakteristik sebagai berikut: (1)