• Tidak ada hasil yang ditemukan

SETRATEGI PENGELOLAAN TANAH WAKAF DI DESA KOLAM MAKMUR KECAMATAN WANARAYA DALAM PERSPEKTIF EKOMOMI SYARIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SETRATEGI PENGELOLAAN TANAH WAKAF DI DESA KOLAM MAKMUR KECAMATAN WANARAYA DALAM PERSPEKTIF EKOMOMI SYARIAH"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

SETRATEGI PENGELOLAAN TANAH WAKAF DI DESA KOLAM MAKMUR KECAMATAN WANARAYA DALAM PERSPEKTIF EKOMOMI SYARIAH

Nurkhotimah1, Arie Syantoso2, H. Iman Setya Budi3

1Universitas Islam Kalimantan Arsyad Al-Banjari Banjarmasin Fakultas Studi Islam - Ekonomi Syariah

E-mail: nurkhotimah1288@gmail.com No Hp: 082351727083

2Universitas Islam Kalimantan Arsyad Al-Banjari Banjarmasin Fakultas Studi Islam - Ekonomi Syariah

E-mail: arieSyantoso@gemail.com

3Universitas Islam Kalimantan Arsyad Al-Banjari Banjarmasin Fakultas Studi Islam - Ekonomi Syariah

E-mail: aymannoordin@gmail.com ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: Bagaimana pengelolaan tanah wakaf oleh nazhir di Desa Kolam Makmur Kecamatan Wanaraya, bagaimana strategi pengelolaan tanah wakaf di Desa Kolam Makmur Kecamatan Wanaraya dalam perspektif ekonomi syariah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang menghasilkan deskriptif yaitu dengan cara pengumpulan data melalui pengamatan, wawancara, dan telaah dokumen untuk menghasilkan gambar, kata-kata dan bukan angka.

Manfaat penelitian ini khususnya bagi peneliti untuk menambah wawasan tentang tanah wakaf, dan umumnya bagi nazhir atau masyarakat luas untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengelolaan tanah wakaf agar lebih produktif dalam perspektif ekonomi syariah. Hasil penelitian menunjuk pada perwakafan di Desa Kolam Makmur Kecamatan Wanaraya sebagian besar tanah wakaf belum bersertifikat, secara umum tanah wakaf di Desa Kolam Makmur di gunakan untuk sarana tempat ibadah dan sebagian kecil untuk perkebunan kelapa sawit dan karet. Dalam penelitian ini pengelolaan tanah wakaf di Desa Kolam Makmur belum mencapai tujuan untuk menuju perspektif ekonomi syariah dikarenakan minimnya lokasi tanah wakaf yang digunakan untuk perkebunan kelapa sawit dan karet.

Kata Kunci: Ekonomi Syariah, Desa Kolam Makmur, Produktif, Wakaf.

ABSTRACT

The purpose of this research is to find out: How is the management of waqf land by nazhir in the Makmur Pond Village, Wanaraya Subdistrict How is the management strategy of waqf land in Kolam Makmur Village, Wanaraya District in the perspective of Islamic economics This study uses qualitative research methods that produce descriptive, by collecting through observation, interviews, and reviewing documents to produce images, words and not numbers. The benefits of this research, especially for researchers to add insight about waqf land, and generally for nazhir or the wider community to add insight and knowledge about the management of waqf land to be more productive in the perspective of Islamic economics. The results of the study pointed to the representatives in the village of Kolam Makmur, most of the waqf land has not been certified, in general the waqf land in the village of Kolam Makmur is used for religious facilities and a small portion for oil palm and rubber plantations. In this research, the management of waqf land in Kolam Makmur Village was not up to the goal to reach a sharia economic perspective due to the lack of locations of waqf land used for oil palm and rubber plantations.

Keywords: Islamic Economics, Kolam Makmur Village , Productive, Waqf.

(2)

2 PENDAHULUAN

Allah SWT menciptakan manusia begitu sangat sempurna mempunyai akal pikiran dan perilaku dengan tingkatan kesempurnaan yang lebih dibandingkan mahluk lainnya, dengan kelebihan tersebut manusia diberikan pilihan dalam memilih perbuatan yang terbaik dalam kehidupan dan semata-mata mencari ridho Allah SWT, untuk mencapain kebahagiaan dunia dan akherat.

Didalam pengelolaan tanah wakaf yang ada di Desa Kolam Makmur, keadilan adalah nilai yang abstrak, tetapi hakikatnya ia menurut suatu tindakan dan perbuatan yang konkrit dan fositif. Pelaksanaan wakaf adalah sebuah contoh yang konkrit atas rasa keadilan sosial, sebab wakaf merupakan pemberian sejumlah harta benda yang sangat di cintai di berikan secara cuma-cuma untuk kebaikan dan dan juga kesejahtraan masyarakat khususnya warga Desa Kolam Makmur. Wakif juga dituntut untuk ikhlas hati dalam memberikan harta yang dicintai sebagai harta wakaf agar harta tersebut dapat memberikan manfaat kepada masyarakat banyak, karena keluasan ekonomi yang dimiliki merupakan karunia dari Allah SAW.

Ditengah permasalahan sosial masyarakat khususnya Desa kolam makmur dan tuntunan akan kesejahtraan ekonomi pada saat ini keberadaan lembaga wakaf menjadi sangat penting dan juga strategis sebagai salah satu aspek ajaran islam yang berdimensi spiritual, wakaf juga merupakan ajaran yang menekankan pentingnya kesejahtraan ekonomi (dimensi sosia). Oleh karena itu, pendefinisian ulang terhadap wakaf agar memiliki makna yang lebih relevan dengan kondisi yang riil persoalan kesejahtraan sanga penting dilakukan untuk masyarakat banyak .

Menurut Drs. Adijani Al-Alabij, S.H (2002), wakaf menurut bahasa berarti al-habsu, yang berasal dari kata kerja habasa-yahbisu-habsan, menjauhkan orang dari sesuatu atau memenjarakan. Wakaf sendiri berasal dari kata wakafa (fiil madi), yakifu (fiil mudari), wakfan (isim masdar), yang berarti berhenti atau berdiri sedangkan wakaf menurut istilah syarak adalah menahan harta yang mungkin diambil manfaatnya tanpa menghabiskan atau merusak bendanya dan digunakan untuk kebaikan.

Menurut Drs. Mukhtar Lutfi, M.Pd (2012), Dilihat dari beberapa pengertian baik secara etimologis ataupun terminologis wakaf merupakan sedekah jariyah, sebagai sumbangan kebajikan yang mengalirkan pahala setelah yang di sangkutkan meninggal dunia, dan dapat disimpulkan bahwa harta wakafa bukanlah harta pribadi, melainkan harta kelompuk/lembaga tertentu dalam masyarakat.

Menurut Drs. Masduki, ddk (1986), dalam kerangka meningkatkan strategi pengelolaan islami, Imam Muslim dari Abu Hurairah menceritakan hadits yang menjelaskan tentang wakaf, yaitu dari Abu Hurairah radhiyallahu „anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda:

َص دَلَوَو ِهِب ُعَفَتإىُي ٍمإلِعَو ٍةَيِراَج ٍةَقَدَص إهِم ٍةَث َلََث إهِم الَِّإ ُهُلَمَع َعَطَقإوا ُناَسإوِ إلْا َتاَم اَذِإ ٍ هَل وُعإدَي ٍحِلا

Artinya:

“Apabila seorang manusia itu meninggal dunia, maka terputuslah amal perbuatannya kecuali dari tiga sumber, yaitu sedekah jariyah (Wakaf), ilmu pengetahuan yang bermanfaat, dam anak soleh yang mendoakan orang tuanya”.(H.R Muslim).

Dalam islam tidak hanya mengantur tentang ibadah dalam cara mendekatkan diri kepada pencipta-Nya, namun juga mengatur dalam pengelolaan dalam syariat islam untuk menuju dalam pengelolaan yang syariah. Pengelolaan tanah wakaf di Desa kolam Makmur tentunya menganut dalam peraturan islam walaupun pengelolaan tanah wakaf di Desa Kolam Makmur yaitu dengan menggunakan pengelolaan wakaf secara tradisional yang dikembangkan oleh masyarakat sekitar. Adapun kegiatan dalam pengelolaan tanah wakaf di Desa Kolam Makmur yang terutama adalah menjaga dan merawat tanah wakaf tersebut yang telah di wakafkan oleh wakif terdahulu agar dapat dimanfaatkan khususnya bagi masyarakat banyak.

(3)

3

Berdasarkan pernyataan diatas penulis berinisiatif melakukan penelitian tentang pengelolaan tanah wakaf di Desa Kolam Makmur yaitu tanah kelahiran penulis. Penulis ingin melakukan penelitian dalam pengelolaan tanah wakaf tersebut apakah telah dikelola dengan baik dan benar khususnya dalam pengelolaan islami yang telah disyariatkan.

Berdasarkan pokok masalah dalam pengelolaan tanah wakaf yang ada di Desa Kolam Makmur peneliti bertujuan untuk membangun desa dalam pengelolaan perwakafan yang syariah yang telah diketahui oleh tokoh ataupun nazhir terlebih dahulu khususnya dalam pengelolaan perspektif ekonomi syariah.

Hal ini tentunya menjadi sebuah ironi dengan adanya harta wakaf yang ada di Desa Kolam Makmur, pengguran bukanlah menjadi masalah bagi masyarakat Desa Kolam Makmur jika pengelolaan tanah wakaf yang ada dikelola dengan baik dan benar agar terbantunya masyarakat kecil dalam perekonomian keluarga karena ikut serta dalam pengelolaan/bekerja dalam pengelolaaan tanah wakaf yang ada. Semakin baik pengelolaan tanah wakaf semakin banyak pula masyarakat kecil yang terbantu dengan adanya tanah wakaf tersebut.

Menurut Achmad Djunaidi & Thobieb Al-Asyhar (2006), demi terwujudnya tujuan umat wakaf yaitu untuk mengoptimalkan fungsi harta wakaf sebagai prasarana untuk meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan sumber daya insansi, maka perlu dilakukan perubahan terhadap pemahaman umat islam yang menganggap harta wakaf hanya sebatas harta tidak bergerak yang tidak dapat diproduktifkan seperti mesjid, mushola, pesantren, kuburan, yayasan dan sebagainya. Sebagaimana regulasi peraturan perundang-undangan perwakafan berupa UU No. 41 tahun 2004 tentang wakaf dan peraturan pemerintah No.42 Tahun 2006 tentang pelaksanaanya. Kedua peraturan perundang-undangan diatas memiliki urgensi, yaitu selain untuk kepentingan tempat ibadah mahdhah, juga menekankan perlunya pemberdayaan wakaf secara produktif untuk kepentingan sosial (kesejahteraan umat), sehingga keberadaan wakaf tidak hanya memberikan kontribusi sosial yang luas karena hanya untuk kepentingan yang bersifat konsumtif. Menurut Depag RI (2006), adapun ciri- ciri dari pengelolaan tradisional adalah sebagai berikut:

1. Kepemimpinan, corak kepemimpinan dalam lembaga kenazhiran masih sentralistik- otoriter dan tidak ada sistem kontrol yang memadai.

2. Rekruitmen SDM kenazhiran, banyak nazhir wakaf yang hanya didasarkan pada aspek ketokohan seperti ulama, kyai, ustadz dan lain-lain, bukan aspek profesionalisme atau kemampuan mengelola.

3. Operasionalisasi pemberdayaan, pola yang digunakan lebih kepada sistem yang tidak jelas (tidak memiliki standar operasional) karena lemahnya SDM, visi dan misi pemberdayaan, dukungan political will pemerintah yang belum maksimal dan masih menggunakan sistem ribawi.

4. Pola pemenfaatan hasil., Dalam menjalankan upaya pemanfaatan hasil wakaf masih banyak yang bersifat konsumtif-statis sehingga kurang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat banyak.

5. Sistem kontrol dan pertanggung jawaban, Sebagai resiko dari pola kepemimpinan yang sentralistik dan lemahnya operasionalisasi pemeberdayaan mengakibatkan kepada lemahnya sistem kontrol, baik yang bersifat kelembagaan, pengembangan usaha maupun keuangan.

Adapun pengelolaan wakaf secara profesional ditandai dengan pemberdayaan potensi masyarakat secara produktif. Keprofesionalan yang dilakukan meliputi aspek manajemen, SDM kenazhiran, pola kemitraan usaha, bentuk benda wakaf bergerak seperti uang, saham dan surat berharga lainnya, dengan dukungan political will pemerintah secara penuh salah satu lainnya Undang-undang wakaf.

Adapun telah diterangkan bahwa manusia tidak akan mencapai kebaikan dan ketaatan yang hakiki, sebelum rela menginfakkan sebagian dari harta benda yang dicintainya.

(4)

4 firman Allah dalam surat Ali Imran Ayat 92:















 

















Artinya:

“Kamu sekalian sekali-kali tidak akan sampai kepada kebaikan (yang sempurna), sebelum kalian menafkahkan sebagian harta benda yang kalian cintai. Dan apa saja yang kalian nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”. (QS. Ali Imran:92).

Firman Allah dalam Quran surah Al Haji ayat 77 yaitu:























 

Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, ruku‟lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan berbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan”. ( Qs. Al- Haji:77).

Firman Allah dalam Al-Quran diatas telah menerangkan bahwa kita semua tidak akan sampai pada kebaikan sebelum kita semua menafkahkan sebagian harta benda yang kita cintai, makna dari itu kita harus merelakan harta yang kita cintai untuk dipergunakan dalam jalan kebaikan disertai dengan ruku dan sujud dalam berbuat kebajikan agar kita semua mendapat ridho ilahi.

METODE

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Prof. Dr. Lexy j.

Maleong, M.A (2014), adalah penelitian kualitatif yaitu menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen, sedangkan penelitian deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (fied research) yang bersifat kualitatif prosedur penelitian lapangan yang menghasilkan data deskriptif, yang berupa data-data tertulis atau lisan dari orang-orang. Penelitian yang digunakan untuk mengamati dalam setiap gejala yang terkait deangan Pengelolaan tanah wakaf di Desa Kolam Makmur dalam pengelolaan islami dikaji secara menyeluruh dan mendalam serta diupayakan memberikan makna yang mendalam tentang fenomena yang ditemukan.

Penelitian diatas dapat membantu peneliti untuk mengetahui bagaimana pengelolaan tanah wakaf di Desa Kolam Makmur, adar lebih mudah dalam pengumpulan data-data yang diperlukan oleh peneliti setelah peneliti mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk diolah dengan cara memilah data-data yang ada untuk mencarai keabsahan data tau fenomena yang nyata dalam pengelolaan tanah wakaf yang ada di Desa Kolam Makmur.

Agar penelolaan tanah wakaf tersebut dapat dikelola dalam syariat islam yang dapat bermakna bagi masyarakat banyak.

Dengan demikian teknik pengamatan yang terus menerus dilakukan (persistent observation) sanagat penting terutama menambah dimensi-dimensi yang menonjol berkenaan dengan fenomena yang dikaji pada prinsipnya untuk mengidentifikasi karakter dan unsur-unsur didalam situasi yang paling relevan dengan persoalan atau isu yang dikaji, teknik triaguasi merupakan model untuk memberikan kemungkinan-kemungkinan teuan dan interpretasi akan dapat dipercaya. Menurut Ghony, M. Djunaidi (2016) ada lima macam model yang berbeda dari triangulasi adalah sebagai berikut:

1. Triangulasi data, penggunaan sumber data yang beragam dalam studi;

2. Triangulasi infestigator/peneliti, penggunaan beberapa peneliti atau evaluator yang berbeda;

3. Triangulasi teori, penggunaan perspektif-perspektif ganda untuk menginterpretasi seperangkat data tunggal;

4. Triangulasi metodologis, penggunaan metede-metode ganda untuk menstudi masalah atau program tunggal;

(5)

5

5. Triangulasi interdisiplin, dengan menggunakan disiplin-disiplin seperti seni, sejarah, sosiologi, arsitektur. Untuk memperluas pemahaman sebagai peneliti terhadap metode dan substansi.

Dalam penelitian ini, teknik triangulasi yang digunakan adalah dengan sumber data yang berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi ynag diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kuantitatif.

Dengan penelitian diatas, peneliti langsung terjun kelapangan untuk mengetahui dan meneliti apa yang telah terjadi dilapangan khususnya pengelolaan tanah wakaf yang ada di Desa Kolam Makmur. Peneliti harus memastikan bagaimana keadaan sebenarnya yang ada dilapangan agar peneliti dapat mengumpulkan data-data yang diperlukan dan mengetahui kejadian yang benar-benar nyata terjadi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti selama ini, telah diuraikan dalam permasalahan pengelolaan tanah wakaf oleh nazhir di Desa kolam Makmur, dengan pengumpulan data objek yang dilakukan peneliti dengan terlebih dahulu mengurus keperluan riset seperti meminta surat perintah iriset yang dikeluarkan oleh Fakultas Studi Islam (UNISKA), lalu menyerahkan kepada lembaga yang ingi diteliti yaitu kepada pemerintahan Desa Kolam Makmur dan meminta surat izin riset sebelum peneliti melakukan penelitian di tempat tersebut, kemudian peneliti melakukan penelitian lapangan dengan cara wawancara kepada responden yang telah dibatasi peneliti seperti wakif, nazhir, ahli waris, tokot masyarakat dan sebagian masyarakat biasa yang dianggap mengetahui tentang wakaf yang ada di Desa Kolam Makmur.

Pada tahapan penelitian, peneliti terlebih dahulu mempersiapkan pertanyaan- pertanyaan yang diperlukan dan lembar pernyataan yang berisikan nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan dan alamat, beserta tempat dan waktu dilaksanakannya wawancara.

Hasil penelitian yang diperoleh peneliti yaitu terlebih dahulu tempat lokasi dan luas tanah wakaf yang ada di Desa Kolam Makmur setelah diketahuinya lokasi tanh wakaf peneliti barulah melakukan penelitian kembali bagaimanna pengelolaan yang terjadi di lapangan yaitu :

DAFTAR WAKIF BESERTA LUAS TANAH YANG DI WAKAFKAN DI DESA KOLAM MAKMUR

No Wakif Luas M2 PXL

Lokasi/Tahun Diperuntukkan 1 Kai Ilmi (Alm) 10X10

= 100

Rt.003 Rw.01 Thn.1996

Bangunan Mushola (Nurul Hikmah) 2 Ramlan (Alm) 100X75

=7500

Rt.004 Rw.01 Thn. 1990

Bangunan Masjid (BaitulMakmur), Tpq& kebun Sawit

3 Karsem 100X25

=2500

Rt.004 Rw.01 Thn. 1996

Perkebunan Sawit (Aset Masjid Baitul Makmur)

4 Wasilah 100X50

=5000

Rt.006 Rw,01 Thn.2017

Perkebunan Karet (Aset Masjid Baitul Makmur)

5 Sadinem 100X25

= 2500

Rt.005 Rw.01 Thn. 1986

Perkebunan Sawit (Aset Masjid Baitul Makmur)

6 Ropsiah 10X10

= 100

Rt.005 Rw.01 Thn. 1987

Bangunan Mushola (Roudhatul Jannah)

7 H. Gampang 20X10

= 200

Rt.009 Rw.02 Thn. 1996

Bangunan Mushola (Miftahul ulum)

8 Mad Muslim 13X12

= 156

Rt.010 Rw.02 Thn.2000

Bangunan Mushola (Miftahul Jannah)

9 Muntari 10X15

150

Rt.011 Rw.02 Thn. 2008

Bangunan Mushola (Sabilal Muhtadin)

(6)

6

10 Sumarjo 20X20

= 400

Rt.013 Rw.02 Thn.1997

Bangunan Mushola (Miftahul Huda)

11 Salimin 20X20

= 400

Rt.014 Rw.02 Thn. 2005

Bangunan Mushola (Nurul Iman)

12 Jarkasi 17X17

= 289

Rt.015 Rw.03 Thn. 1983

Bangunan Mushola (Miftahul Jannah)

13 Suparno 30X30

=900

Rt.016 Rw.03 Thn. 2002

Bangunan Masjid (Baiturrahman)

14 M. Sudarno 30X10

300

Rt.016 Rw.03 Thn.2017

Lahan kosong/Aset Masjid (Baiturrahman)

15 Sapi’i 10X10

=100

Rt.020 Rw.03 Thn.1989

Mushola (Baitul Mu’Min)

Setelah peneliti selesai melakukan penelitian tanah wakaf di Desa kolam Makmur dengan mengetahui wakif, lokasi dan luas tanah wakaf berserta bagaiman awalmula pengelolaan tanah wakaf oleh nazhir di Desa Kolam Makmur, selanjutnya peneliti melakukan penelitian kembali untuk mengetahui pengelolaan tanah wakaf yang terjadi di lokasi wakaf tersebut dengan bantuan masyarakat, tokoh, wakif dan sebagian warga lainnya yang mengetahui asalmula wakaf dan pengelolaan yang telah berjalan selama ini.

Awal mula pengelolaan tanah wakaf di Desa Kolam Makmur yaitu tanah wakaf hanya dikelola untuk sarana tempat ibadah dan pendidikan seperti masjid, mushola, Tpq dan sarana umum lainnya, tanpa adanya pengelola atau organisasi yang mengatur dalam pengelolaan tanah wakaf yang ada di Desa Kolam Makmur agar lebih produktif. Dengan adanya tanah wakaf di Desa tanah wakaf tersebut hanya dikelola dengan pengelolaan tradisional saja asalkan pengelolaan tersebut tidak bertolak belakang dengan kacatama islam dan syariat-syariat yang telah ditentukan.

Dengan berjalannya waktu, tanah wakaf di Desa Kolam Makmur telah dikelola oleh bapak lukmannul Hakim selaku takmir masjid Baitul Makmur yang telah diberikan kepercayaan oleh masyarakat untuk mengelola tanah wakaf di Desa Kolam Makmur. Bapak lukmannul Hakim dipilih oleh masyarakat setelah diadakan musyawarah keci-kecilan yang dilaksanakan di masjid Baitul Makmur dalam rangka membentuk organisasi dalam pengelolaan tanah wakaf, sampai sekarang bapak lukmannul Hakim masih menjadi ketua dalam pengelolaan tanah wakaf yang ada di Desa Kolam Makmur. Awal dari pengelolaan tanah wakaf yang dipimpin oleh bapak Lukmannul Hakim yaitu dengan cara mengajak masyarakat untuk gotongroyong dalam pembersihan lokasi tanah wakaf yang masih kosong, pengumpula bibit kelapa sawit dan karet yang diperoleh dari kesadaran masyarakat, penanaman dilakukan dengan tenaga masyarakat sekitar tanpa adanya uang lelah (upah), pemeliharaan dilakukan oleh pengelola tanah wakaf (nazhir) yang telah diamanati masyaakat, penghasilan dari tanah wakaf yang telah dikelola bapak Lukmannul Hakim belem terlalu nampak bagi masyarakat melainkan penghasilan yang didapat untuk merawat tanaman yang ada. Dengan pengelolaan tanah wakaf yang telah berjalan selama ini nazhir mengelola tanah wakaf agar lebih produktif sehingga dapat meningkatkan nilai kesejahtraan dalam kacamata ekonomi syariah.

Menurut Depag RI (2006), pengelolaan wakaf secara profesional ditandai dengan pemberdayaan potensi masyarakat secara produktif. Profisional yang dilakukan meliputi aspek manajemen, SDM kenazhiran, pola kemitraan usaha, bentuk benda wakaf bergerak seperti uang, saham dan surat berharga lainnya dengan adanya dukungan political will pemerintah secara penuh salah satunya lahirnya undang-undang wakaf.

Melihat penjabaran diatas dan dikaji dengan pendekatan teori wakaf maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan tanah wakaf yang ada di Desa Kolam Makmur Kecamatan Wanaraya yaitu dalam kategori pengelolaan tradisional belum tertuju pada pengelolaan profesional dikarenakan pengelolaan tanah wakaf di Desa kolamm Makmur belum memadai dalam kenazhiran, nazhir di Desa Kolam Makmur yaitu bapak Lukmannul Hakim sebagai takmir mesjid bukan profesionalisme dalam pengelolaan, tidak memiliki standar

(7)

7

operasional, hasil masih bersifat konsumtif sehingga kurang dirasakan oleh masyarakat, kurangnya sistem kontrol dan tanggung jawab dari pola kepemimpinan dikarenakan lemahnya operasionalisasi.

Setelah dijabarkan dari penelitian tanah wakaf di Desa Kolam Makmur bahwa pengelolaan tanah wakaf tersebut masihlah dalam pengelolaan yang tradisional, walaupun pengelolaan tanah wakaf di Desa kolam makmur secara tradisional namun sudah mulai terlihat dalam pengelolaan walaupun hanya sekedar pengelolaan yang dilakukan dalam masyarakat sekitar saja tanpa adanya satu orang atau lembaga yang padam dalam suatu perwakafan.biarpun pengelolaan tanah wakaf di Desa Kolam Makmur hanya secara trdisional namun pengelolaan dan manfaatnya telah diatur dalam syariat islam.

PENUTUP

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti tentang pengelolaan tanah wakaf di Desa Kolam Makmur Kecamatan wanaraya dapat disimpulkan sebagai berikut:

Sistem pengelolaan tanah wakaf yang dilakukan oleh nazhir di Desa Kolam Makmur pada umumnya adalah pengelolaan secata tradisional. Tanah wakaf yang ada di desa kolam Makmur mayoritas digunakan untuk pembangunan tempat ibadah dan sarana lainnya, seperti digunakan untuk pembangunan masjid, mushola, tpq, skrtariat, dapur umum dan bangunan lainnya. namun kini telah berkembang cara baru untuk mengelola tanah wakaf yang masih kosong para nazhir berinisiatif untuk mengubah tanah wakaf yang kosong menjadi produktif, yakni dengan cara menanam pohon sawit dan karet oleh karena itu pengelola tanah wakaf mulai bergeser kearah yang bersifat ekonomi dan tidak hanya sebatas tempat ibadah.Strategi pengelolaan tanah wakaf di Desa Kolam Makmur, yang dulunya ladang kosong yakni kini dikembangkan untuk perkebunan kelapa sawit dan karet salah satunya adalah semua warga dapat memeliharanya dengan cara gotongroyong, sehingga cara ini cukup tepat untuk pengelolaan tanah wakaf di Desa Kolam Makmur untuk di jadikan tanah wakaf agar lebih produktif walaupun hasilnya tidak maksimal. Namun para nazhir mempunyai rencana untuk membantu masyarakat kurang mampu untuk keluar dari ancama pengangguran yang mencekik masyarakat sekitar dengan adanya pengelolaan tanah wakaf dapat membantu masyarakat kecil.

Pengelolaan tanah wakaf dalam perspktif ekonomi syariah di Desa Kolam Makmur, hal tersebut dapat dilihat dari jumlah wakaf menurut penggunaanya yaitu mayoritas digunakan untuk sarana tempat ibadah sedangkan untuk mengarah pada pengelolaan yang menuju dalam perspektif ekonomi syariah hendaknya terlebih dahulu untuk menuju pengelolaan yang produktif. Setelah pengelolaan tanah wakaf itu berkembang produktif barulah bisa menuju harapkan yaitu pengelolaan tanah wakaf dalam perspektif ekonomi syariah yang di ridhoi Allah SWT.

REFERENSI

Buku 1 Penulis

Al-Alabij Adijani, Drs. S. H. (2002). Perwakafan Tanah di Indonesia, Jakarta: PT. Raya Grafindo Persada

Al-Quran surat Ali imran ayat 92 Al-Quran surat Al-Haji ayat 77

Depag RI, (2006).Pradigma Baru Wakaf di Indonesia. Jakarta: DirektoratPemberdayaan Wakaf Dirjen BIMAS Ialam Depag RI.

Lutfi Mukhtar, Drs. (2012). Pemberdayaan Wakaf Produktif. Makasar: Alaudin University Masduki, Drs. ddk. (1986). Pelajaran Fiqih. Jakarta: Sahabat Ilmu Surabaya.

Moleong, Prof. Dr. Lexy J. MA. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

Tigapuluhtiga.

Djunaidi, Ghony, M. (2016) .Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jokjakarta: Ar-Ruzz Media.

(8)

8 Buku 2 Penulis

Djunaidi Achmad dan Thobieb Al-Asyhar. (2006). Menuju Era Wakaf Produktif sebuah upaya Prograsif untuk Kesejahtraan Umat. Jakarta: Mitra Abadi.

Referensi

Dokumen terkait

Pemuda desa Cihideung Udik yang sebagian besar tidak memiliki lahan pertanian ini hanya melihat pertanian dari buruh tani yang bekerja kasar dengan upah yang kecil sehingga

Sistem Informasi Laboratorium yang dibangun ditujukan pada pengolahan data dan laporan dilaboratorium seperti ujian laboratorium, data nilai ujian laboratorium, laporan

Hasil analisis data menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap kualitas layanan dengan kepuasan konsumen pada pengguna jasa kantor

Tuturan (11.3) termasuk dalam tuturan direktif bermakna memohon karena tuturan tersebut digunakan untuk menyatakan suatu keadaan dimana penutur memohon kepada lawan tutur

Kurva Agregat Peran Aktor dalam Pengelolaan Sampah di Kawasan Kupang Kidul Dari keseluruhan analisis bagaimana peran aktor dalam pengelolaan sampah di kawasan Kupang

Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh alat-alat tsb adalah

berjalan di PLN Area Pekanbaru, dimana mayoritas masih merasakan fasilias kerja yang kurang memuaskan, bonus kurang tranparan dan juga tunjangan yang kurang

Sedangkan Rahayu, Mardiyana, dan Saputro (2014, hlm. 243), “AQ yaitu suatu kecerdasan atau kemampuan dalam mengubah atau mengolah sebuah permasalahan atau kesulitan dan