• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERNALISASI NILAI PENDIDIKAN KARAKTER MELAUI SATUA I KARUNA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INTERNALISASI NILAI PENDIDIKAN KARAKTER MELAUI SATUA I KARUNA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

INTERNALISASI NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

MELAUI SATUA I KARUNA

I Nengah Arimbawa

Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar E-mail: [email protected]

I Nengah Adi Widana

Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja E-mail: [email protected]

ABSTRACT

Education is now a basic need, which is expected to increase a person's life. However, starting in 2020 the world of education experienced a very significant turmoil, this was due to the Covid-19 pandemic. Where initially education was carried out face-to-face/directly, education was carried out in an "Online" network. This has become a separate problem in the world of education, especially when providing character education. The transfer of knowledge is indeed easy to carry out during online learning, but for character education itself, it has its own obstacles. Many efforts have been carried out by educators, one of which is by providing character education through stories or in Bali known as satua, one of which is satua entitled I Karuna which requires the value of character education. The method used in this paper is the hermeneutic method. Where hermeneutics is the study of understanding, especially about understanding in the form of text. The character education values contained in Satua I Karuna are 1) Religious Values, 2) Nationalist Values, 3) Integrity Values, 4) Independent Values, and 5) Mutual Cooperation Values.

Keywords: internalization, character education, Satua I Karuna ABSTRAK

Pendidikan saat ini menjadi suatu kebutuhan pokok, yang diharapkan akan meningkatkan drajat hidup seseorang. Namun mulai tahun 2020 dunia pendidikan mengalami gejolak yang sangat signifikan, hal ini karena adanya pandemic covid-19. Dimana yang awalnya pendidikan dilaksanakan secara tatap muka/langsung, mejadi pendidikan yang dilaksanakan dalam jaringan “Online”. Hal ini menjadi suatu permasalahan tersendiri dalam dunia pendidikan khususnya ketika dalam memberikan pendidikan karekter. Transfer ilmu pengetahuan memang mudah dilaksanakan pada saat pembelajaran dalam jaringan namun untuk pendidikan karakter sendiri mengalami suatu terkendala tersendiri. Banyak usaha yang dilaksanakan pendidik salah satunya dengan memberikan pendidikan karakter melalui cerita atau di Bali dikenal dengan nama satua, salah satunya adalah satua yang berjudul I Karuna yang syarat akan nilai pendidikan karakter. Adapun metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode hermeneutika. Dimana hermeneutika merupakan studi pemahaman, khususnya tentang pemahaman berupa teks. Nilai

(2)

2

pendidikan karakter yang terdapat dalam Satua I Karuna yaitu 1) Nilai Religius, 2) Nilai Nasionalis, 3) Nilai Integritas, 4) Nilai Mandiri, dan 5) Nilai Gotong Royong. Kata kunci: internalisasi, pendidikan karakter, Satua I Karuna

I. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu usaha yang dilaksanakan untuk meningkatkan kualias Sumber Daya Manusia. Dengan pendidikan manusia dapat berubah serta dapat meningkatkan drajat hidupnya. Namun pada tahun 2020 pendidikan mengalami gejolak yang sangat signifikan, hal ini tidak terlepas dari adanya wabah covid-19 yang melanda dunia. Pesatnya wabah ini pun sampai ke Indonesia dan menyebabkan keadaan darurat nasional. Sehingga pemerintah menerapkan kebijakan dimana dalam pendidikan (pembelajaran) yang biasanya harus dating ke kelas menjadi wajib belajar dari rumah.

Ajuran pemerintah untuk menerapkan stay at home dan physical and social distancing, mengakibatkan guru dan dosen untuk menerapkan pembelajaran 100% online (dalam jaraingan). Dalam pembelajaran yang melibatkan emosional dan psikologis antara siswa dengan guru atau mahasiswa dengan dosen semakin berkurang karena diakibatkan tidak adanya tatap muka secara langsung hal ini juga mengakibatkan kekhawatiran karakter siswa. Hal ini menyebabkan guru dan dosen memutar otak agar pendidikan dapat berjalan dengan lancer serta pendidikan karakter dapat tersampaikan, baik secara inplisif mauapun eksplisif.

Permasalahan pendidikan karakter siswa sangat mendapatkan perhatian utamanya pendiidkan karakter bagi siswa yang berada

ditingkat dasar. Hal ini menjadi kekhawatiran sendiri karena siswa di tingkat dasar masih dapat dikatakan gagap tekhnologi khususnya dalam pembelajaran. Serta guru mengalami kendala menanamkan pendidikan karakter melalui pembelajaran dalam jaringan (online). Sehingga guru membutuhkan bantuan dari orang tua siswa mengingat pembelajaran saat ini dilakukan di rumah dengan bimbingan orang tua. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan nasehat-nasehat baik itu berupa nasehat secara langsung maupun dengan tuturan-turan yang mengandung nilai pendidikan karakter diantaranya adalah satua.

Aktivitas orang tua memberikan satua sebagai bentuk penanaman nilai karakter entunya sangat penting dilaksanakan, mengingat dalam satua banyak nilai-nilai karakter yang dapat diteladani oleh siswa atau anak. Satua bali yang sederhana namun syarat akan nilai pendidikan karakter dimana akan bermanfaat bagi kepribadian dan watak anak atau siswa. Dalam pendidikan tradisional bali mengenal istilah malajah sambil magending, magending sambil malajah, malajah sambil mapalianan, mapalianan sambil malajah, dan sebagainya. Dimana salah satu bentuk malajah (belajar) adalah melalui satua. Satua yang notabena merupakan inti sari dari pengajaran ajaran agama hindu namun dikemas dengan cara yang sederhana. Danandjaja (1984: 83-84), menjelaskan bahwa dongeng “satua” diceritakan terutama untuk hiburan, melukiskan

(3)

3 kebenaran, moral (pendidikan karakter), atau bahkan sindiran.

Berdasarkan pemaparan di atas, begitu pentingnya penanaman pendidikan karakter melalui satua khususnya pada masa pendidikan di rumah bagi siswa. Diantara banyak satua yang berkembang di bali, pada tulisan ini akan membahas tentang Internalisasi Nilai Pendidikan Karakter Melaui Satua I Karuna. Dimana satua I Karuna merupan salah satu satua yang kurang pamiliar atau jarang diketahui oleh masyarakat umum, dan terdapat dalam lontar yang tersimpan di Gedong Kirtya.

Metode yang digunakan dalam penulisan menggunakan metode hermeneutika. Palmer (2003: 8), menjelaskan hermeneutika merupakan studi pemahaman, khususnya tentang pemahaman berupa teks. Sedangkan menurut Ratna (2004: 3), hermeneutika memanfaatkan cara penafsiran dengan menyajikan bentuk analisis berupa analisis deskriftif. Jika ditelisik kembali Hermeneutika merupan sebuah metode yang dipergunakan untuk memahami teks dan diperuntukkan bagi penelaah karya sastra khususnya yang berbentuk teks.

II. PEMBAHASAN

1. Sinopsis Satua I Karuna

I Karuna adalah seorang pemuda yang suka tolong menolong kepada orang yang mengalami kesulitan dan musibah, pertolongan ini tidak hanya untuk sesama manusia namun juga di berikan kepada hewan, ataupun yang lainnya. Seringnya memberikan pertolongan I Karuna sampai-sampai tidak memperhatikan harta benda yang ia miliki bahkan sehingga mengakibatkan ia menjadi miskin.

Selain itu I Karuna juga sangat taat dalam mejalankan ajaran agama serta sembahyang.

Suatu hari I Karuna mendengar berita bahwa Negara Sukarata diganggu oleh I Macan, yang menyebabkan hampir semua penduduk dimakan dari anak-anak sampai orang tua pun menjadi korbannya. Mendengar keganasan I Macan, kemudian I Karuna berniat untuk membantu masyarakat yang terkena bencana.

Dalam perjalanan I Karuna bertemu dengan I Tamblingan, dimana I Tamblingan ingin ikut membantu untuk mengalahkan I Macan. Setelah beberapa saat perjalanan I Karuna dan I Tamblingan kemudian bertemu dengan I Taluh, I Yuyu, I Blakas, I Cikar, dan I Tikeh, yang ingin ikut membantu I Karuna, karena mereka ingin membalas budi atas bantuan yang telah diberikan oleh I Karuna pada masa-masa sebelumnya.

Tidak terasa I Karuna sudah sampai di Negara Sukarata, dan betapa terkejutnya ia menemukan seorang gadis yang menangis terisak-isak sambil meminta pertolongan, karena kedua orang tuanya dan keluarganya menjadi korban keganasan I Macan. I Karuna pun menenangkannya, dan selanjutnya mereka mengatur strategi agar dapat mengalahkan I Macan.

I Taluh diminta untuk menunggu di jalikan “perapian”, jika I Macan datang agar disembur dengan abu, I Blakas diminta untuk naik ke atas pintu, I Yuyu menunggu di depan pintu masuk, jika I Macan jatuh agar I Yuyu menjepit matanya agar buta. Semua sudah berada dalam posisinya, selajutnya I Karuna menemui gadis

(4)

4 tersebut karena ditakutkan, gadis tersebut mendatangi I Macan.

Selang beberapa waktu dalatanglah I Macan meraung-raung dan akan menerkam gadis tersebut, namun segera I Tamblingan mematikan pelita, sehingga tidak diketahui keberadaanya. Kemudian I Macan menuju ke dapur, di dapur disembur dengan abu oleh I Taluh kena mata I Macan, terasa perih sekali matanya sampai meraung-rauang merasakan sakit. Selanjutnya giliran I Yuyu yang menjepit matanya, sehingga I Macan semakin marasakan sakit yang tiadatara, terasa habis tenaganya I Macan menahan sakit, selanjutnya giliran I Blakas jatuh dari atas pintu kena leher I Macan samapai putus dan I Macan mati. I Cikar dan I Tikeh diminta untuk membungkus mayat I Macan dan selanjutnya dibuang di jurang.

Terasa lega perasaan gadis tersebut karena sudah dapat membalas dendam dan I Macan sudah mati. Gadis tersebut tidak mau tinggal lagi di rumahnya sendiri sehingga ingin mengikuti I Karuna. Karena kebaikan, I Karuna pun mengajak gadis tersebut menikah, dan mereka hidup bahagia. I Tamblingan dan temannya yang lain pun pulang kerumahnya masing-masing.

2. Internalisasi Pendidikan Karakter

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia telah menetapkan lima (5) nilai pendidikan karakter sebagai prioritas pengembangan Penguatan Pendidikan Karakter, untuk meningkatkan kualitas karakter generasi Indonesia di masa yang akan datang. Adapun ke-lima

karakter utama yang turut menetukan pentingnya pendidikan karakter yaitu (1) religius, (2) nasionalis, (3) integritas, (4) mandiri, dan (5) gotong royong. Ke-lima nilai karakter tersebut sejatinya termuat dalam Satua I Karuna.

2.1 Religius

Karakter religius diwujudkan dalam bentuk perilaku melaksanakan ajaran agama serta kepercayaan yang dianut, selain itu menghargai perbedaan agama dan kepercayaan orang lain. Karakter religius penting dimiliki oleh setiap orang, karena dengan memiliki karakter ini seseorang akan senantiasa menjaga keharmonisan antar sesama manusia (pawongan) serta menjaga hubungannya dengan sang pencipta (Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa).

Nilai karakter religius dalam Satua I Karuna dapat dilihat pada pemaparan awal, dimana diceritakan bahwa I Karuna rajin sembahyang kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, serta perilakunya seperti namanya. Hal tersebut ditunjukan oleh kutipan satua berikut:

//I Karuna jemet pesan ngastiti ring Ida Sanghyang Widhi. Solahne anut sekadi adanne I Karuna.//

Terjemahannya:

I Karuna rajin dalam sembahyang kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa. Serta perilakunya seperti namanya.

Nilai religius juga terdapat pada akhir cerita dimana diceritakan setelah I Macan dapat dibunuh, kemudian I Karuna menikahi gadis yang telah

(5)

5 ditolongnya. Hal tersebut ditunjukan oleh kutipan satua berikut:

//Suba keto lega pesan atin anake luh ento, anake luh ento tusing enyak ngoyong jumahne padidiana, lantas I Karuna kawelas arsa terus ia makurenan.//

Terjemahan:

Setelah itu lega sekali perasaan gadis tersebut, serta gadis tersebut tidak ingin hidup sendirian dirumahnya, kemudian I Karuna menikahinya “berkeluarga”.

Nilai religius memang tidak langsung tersirat dalam kutipan cerita tersebut, namun dalam ajaran agama Hindu menjalankan ajaran Catur Asrama tepat pada masanya juga merupakan salah satu bentuk dari religius. Dimana di awal I Karuna menjalankan kewajibannya untuk berbuat baik serta menimba ilmu pengetahuan atau juga dikenal dengan masa Brahmacari Asrama “masa menuntut ilmu pengetahuan”. Selanjutnya setelah cukup umur serta telah melakukan bela Negara ia baru melaksanakan ajaran yang kedua yaitu masa Grehasta Asrama “masa berkeluarga”. Dengan hal ini dalam Satua I Karuna juga mengandung praktek dari ajaran agama hindu khususnya ajaran Catur Asrama. 2.2 Nasionalis

Nilai karakter nasionalisme ditunjukkan melalui apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku, dan agama. Sarman (dalam Kusumawardani, 2004: 63), nasionalisme sering diartikan sebagai kecintaan terhadap tanah air

yang tanpa reserve, yang merupakan simbol patriotisme heroik semata sebagai bentuk perjuangan yang seolah-olah menghalalkan segala cara demi negara yang dicinta.

Sikap nasionalisme juga ditunjukkan dengan rasa bela Negara, dimana jika Negara sedanga mengalami suatu masalah/musibah kita sebgai warga Negara membantu dari yang paling sederhana sampai mengorbankan harta benda, serta hidup. Dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam masa damai karate nasionalisme dapat diwujudkan dengan senantiasa menjaga 4 pilar kebangsaan yaitu Pancasila, UUD tahun 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika.

Nilai nasionalis dalam satua I Karuna sangat jelas, karena jika dilihat dari temanya adalah bela Negara “nasionalis”. Dimana I Karuna yang merupakan rakyat biasa akan siap membatu negaranya, apabila Negara sedang mengalami kesulitan atau ancaman dari musuh. Hal tersebut ditunjukan oleh kutipan satua berikut:

//Kacrita jani I Karuna ningeh orta ring panegara Sukarata kausak-asik baan I Macan, kanti telah manusane amaha. Ada nyangkol panak cerik amaha kating panakne. keto ganasne I Macan. Lantas I Karuna luas ka panagara Sukarata, lakar nulungin rakyate sane kabancana.//

Terjemahan:

Suatu hari I Karuna mendengar berita bahwa Negara Sukarata diganggu oleh I Macan, yang menyebabkan hampir semua penduduk dimakan dari anak-anak sampai orang tua pun menjadi korbannya. Mendengar

(6)

6 keganasan I Macan, kemudian I Karuna berniat untuk membantu masyarakat yang terkena bencana.

Sikap nasionalis suka membantu masyarakat juga dapat dilihat pada kutipan cerita di atas, dimana I Karuna ingin segera membantu masyarakat yang dilanda oleh suatu bencana yaitu ketakutan akan I Macan, tidak hanya manusia yang dibantu bahkan termasuk hewan, tumbuhan/ tanaman, ataupun benda mati laiinya, dimana I Karuna dalam membatu tidak membeda-bedakan latar belakangnya baik itu suku, agama, ras, ataupun perbedaan lain di negaranya. Hal tersebut ditunjukan oleh kutipan satua berikut.

//I Karuna tusing pesan ngitungang makeneh ngawe kasugihan, kanti ia lacur telah tetamaane pedanaange teken anake, buron miwah ane len-lenan.//

Terjemahan:

I Karuna tidak pernah memperhitungkan membuat kekayaan, sampai-sampai ia menjadi miskin karena semua harta bendanya disumbangkan kepada sesama, hewan, ataupun yang lainnya.

Sikap yang dimiliki oleh I Karuna sangatlah penting dimiliki oleh generasi muda saat ini. Dikarenakan adanya oknum atau kelompok-kelompok yang sengaja memulai untuk memisahkan diri atau mulai membedakan dirinya khususnya golongannya dengan golongan orang lain. Sikap nasionalisne sangat penting dimiliki agar kehidupan dalam bermasyarakat serta berbangsa dan bernegara dapat aman dan damai serta

memiliki jiwa kesatuan yaitu sebangsa dan setanah air.

2.3 Integritas

Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab, konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran, menghargai martabat individu, serta mampu menunjukkan keteladanan. Becker (dalam Redjeki, 2013: 7), menyatakan integritas bukan tentang perkataan semata, tetapi juga mencerminkan tindakan yang sejalan dengan prinsip dan nilai moral universal dan rasional. Meski demikian, hal ini tidak berarti bahwa tidak ada kemungkinan bagi seseorang untuk berubah, bahkan seseorang memiliki kewajiban untuk mengubah pandangannya bila apa yang selama ini dipegang olehnya salah.

Nilai Integritas dalam satua I Karuna ditunjukan oleh kutipan satua berikut.

//Kacrita jani I Karuna ningeh orta ring panegara Sukarata kausak-asik baan I Macan, kanti telah manusane amaha. Ada nyangkol panak cerik amaha kating panakne. keto ganasne I Macan. Lantas I Karuna luas ka panagara Sukarata, lakar nulungin rakyate sane kabancana.//

Terjemahan:

Diceritakan sekarang I Karuna mendengar informasi bahawa Negara Sukarata diteror oleh I Macan, sampai hampir semua manusia dimakan. Ada yang sedang menggendong bayi dimakan hingga bayinya, seperti itu ganasnya I Macan. Kemudian I Karuna pergi menuju Negara

(7)

7 Sukarata, akan membantu masyarakat yang tertimpa bencana.

Nilai karakter intergritas disini ditunjukkan dengan I Karuna yang senantiasa sejalan dengan prinsip dan nilai moral universal dan rasional serta memiliki tanggungjawab atas keadaan Negara yang sedang mengalami suatu musibah atau bencana.

2.4 Mandiri

Madiri merupakan salah satu perilaku dari seseorang yang melaksanakan suatu kegiatan atau aktifitas yang dilakukan secara sendiri tanpa harus bergantung kepada orang lain. Menurut Mustari (dalam Nova, 2019: 115) mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Karakter mandiri dapat ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari. Sikap mandiri sejatinya dapat diajarkan dalam dalam kegiatan keseharian sehingga anak dalam keseharian mampu dan terbiasa menyelesaihkan tugas dan kewajibannya tanpa harus menunggu bantuan dari orang lain maupun orang tuanya.

Nilai karakter mandiri dalam satua I Karuna ditunjukkan dari keselururuhan ceritanya. Dimana I Karuna mampu 1) mengambil keputusan serta berinisiatif untuk menyelesaikah masalah yang sedang dialaminya. Walaupun disini masalah yang dialami lebih kepada masalah yang dihadapi oleh Panegara Sukarata yang diancam oleh I Macan. 2) memiliki rasa percayaan diri dalam menjalankan tugasnya, tugas yang sangat berat dapat diatasi karena I Karuna memiliki rasa percaya diri serta

mampu membuat suatu cara atau langkahyang tepat guna membunuh I Macan yang mengancam negaranya 3) memiliki rasa tanggungjawab atas setiap tindakan yang dilaksanakan. Tanggungjawab yang dimiliki Karuna sangatlah besar, I Karuna sudah berjanji untuk membantu negaranya serta seorang gadis untuk membalas dendam kepada I Macan, dilakukan sampai tugasnya selesai serta tanpa ada

rasa mengeluh dalam

melaksanakannya. 2.5 Gotong royong

Manusia adalah makhluk sosial, yang senantiasa hidup dalam kelompok sehingga membutuhkan bantuan dari orang lain. Menurut Supardan (2011: 25) tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang dapat memenuhi kebutuhan hidup sendiri. Sehingga manusia senantiasa memerlukan bantuan dari orang lain guna meningkatkan rasa aman, kerukunan, rasa percaya diri serta untuk menyelesaihkan suatu masalah tertentu seseorang akan senantiasa memerlukan kerjasama dengan orang lain.

Nilai karakter gotong royong diharapkan peserta didik menunjukkan sikap menghargai sesama, dapat bekerja sama, inklusif, tolong menolong, memiliki empati dan rasa solidaritas. Hal tersebut ditunjukan oleh tokoh I Karuna, I Tamblingan, I Taluh, I Yuyu, I Blakas, I Cikar, I Tikeh yang beredia membantu dan berkersama dengan I Karuna untuk mengalahkan I Macan serta membantu masyarakat kutipan satua berikut.

//Gelising satwa neked ye di tengah jalan, macepuk ngajak I Tamblingan, lantas I Tamblingan ngomong kene “Ih … beli

(8)

8 Karuna, lakar luas kija nika beli? Icang milu ja luas”. I Karuna lantas masaut “Ih cai Tamblingan, yan saja cai lakar milu matatulung, dong mai dini magandong!”. Majalan I Karuna ajaka I Tamblingan, lantas saget ada taluh ngelilik tur ya ngomong kene “Beli beli Karuna icang milu ja luas, yan beli nepukin bencana, icang lakar nulungin, apang maan icang ngewales tresnan beline”. Ajaka kone I Taluh Luas. Buwin kone ya majalan, buwin grepe-grepe ada yuyu nagih milu, tur ajaka buin baan I Karuna. I Karuna, I Tamblingan, I Taluh, I Yuyu majalan ngungsi panegara Sukarata. Buin matepuk ngajak I Blakas, I Cikar, I Tikeh nagih milu, nutug pejalane I Karuna.// Terjemahan:

Dalam perjalanan I Karuna bertemu dengan I Tamblingan, dimana I Tamblingan ingin ikut membantu untuk mengalahkan I Macan. Setelah beberapa saat perjalanan I Karuna dan I Tamblingan kemudian bertemu dengan I Taluh, I Yuyu, I Blakas, I Cikar, dan I Tikeh, yang ingin ikut membantu I Karuna, karena mereka ingin membalas budi atas bantuan yang telah diberikan oleh I Karuna pada masa-masa sebelumnya.

Nilai karakkter gotong royong selanjutnya ditunjukan dengan I Karuna, I Tamblingan, I Taluh, I Yuyu, I Blakas, I Cikar, I Tikeh dan seorang gadis, mengatur strategi serta mejalankannya agar mampu mengalahkan I Macan. Mereka bergotongroyong sesuai dengan peran

dan tugasnya sehingga tugas atau masalah dapat diatasi bersama-sama. Seperti dalam kutipan berikut:

//Kacrita jani teka I Macan ngraung tur ngenggangang bungut nagih nyarap anake luh ento enggalan I Tamblingan nampek sembe, kanti sing enota anake luh ento. Suud keto malaib ia ka paon, neked di paon simbuha aji aon, kena matane, rasa pedih matane, lantas muntag-mantig gelar gelur kesakitan. Jani ngerepe I Yuyu tur ngapit matan Macane makadadua. Sumingkin nyakitang ane taanange, kanti telah bayune muntag mantig naanang sakit, laut macepug I Blakas nepen baongne I Macan kanti matugelan tur mati. Sawireh suba mati, I Cikar ajaka I Tikeh tundena ngulung tur ngaba I Macan ka Tukade. Suba keto lega pesan atin anake luh ento, anake luh ento tusing enyak ngoyong jumahne padidiana, lantas I Karuna kawelas arsa terus ia makurenan. I Tamblingan miwah timpalne lantas mejalan ngalih umahne soang-soang. Ditu I Karuna mapanin kalegan jak anake luh ento.//

Terjemahan:

Selang beberapa waktu dalatanglah I Macan meraung-raung dan akan menerkam gadis tersebut, namun segera I Tamblingan mematikan pelita, sehingga tidak diketahui keberadaanya. Kemudian I Macan menuju ke dapur, di dapur disembur dengan abu oleh I Taluh kena mata I Macan, terasa perih sekali matanya sampai

(9)

9 meraung-rauang merasakan sakit. Selanjutnya giliran I Yuyu yang menjepit matanya, sehingga I Macan semakin marasakan sakit yang tiadatara, terasa habis tenaganya I Macan menahan sakit, selanjutnya giliran I Blakas jatuh dari atas pintu kena leher I Macan samapai putus dan I Macan mati. I Cikar dan I Tikeh diminta untuk membungkus mayat I Macan dan selanjutnya dibuang di jurang.

Dengan adanya gotong royong mereka dapat menyelesaihkan masalah yang dihadapi, baik masalah itu besar ataupun kecil dapat diatasi. Nilai karakter gotong royong sangat penting dimiliki oleh setiap individu sehingga dapat meringankankan beban yang orang lain miliki.

III. SIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan yang dipaparkan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam Satua I Karuna yaitu: 1) Nilai Karakter Religius, dimana tokoh utama yaitu I Karuna senantiasa menjalankan ajaran agama serta senantiasa mengahaturkan sradha dan bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, 2) Nilai Karakter Nasionalis, nilai ini ditunjukkan dengan I Karuna yang memiliki sikap bela Negara, dimana saat Negara Sukarata yang mengalami ancaman dari I Macan dan I Karuna menyelesaihkan ancaman tersebut, 3) Nilai Karakter Integritas, ditunjukan oleh sikap I Karuna yang selaras antara pikiran perkataan dan perbuatan, (4) Nilai Karakter Mandiri, dimana I Karuna mampu menyelesaihkan masalahnya sendiri, mampu

bertanggung jawab dan berinisiatif, serta 5) Nilai Karakter Gotong Royong ditunjukkan dengan I Karuna, I Tamblingan, I Taluh, I Yuyu, I Blakas, I Cikar, I Tikeh, dan seorang gadis berkerjasama menyelesaihkan masalah dengan I Macan.

DAFTAR PUSTAKA

Danandjaja, James. 1984. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-Lain. Jakarta: PT Temprint.

Diari, K. P. Y. (2020). Satua Katuturan I Kedis Sangsiah Teken I Bojog Sumber Penguatan Karakter

Anak. Widyacarya: Jurnal

Pendidikan, Agama dan

Budaya, 3(2)

Juliawan, I Nengah dan I Wayan Juliana. 2019. Eksistensi Pendidikan Informal Bali Aga Dalam Era Revolusi Industri 4.0 Di Desa Adat Tenganan Pegringsingan. Prosiding Seminar Nasional Dharma Acarya.

Kusumawardani, Anggraeni &

Faturochman. 2004.

Nasionalisme. Buletin Psikologi, Tahun XII, No. 2, Desember 2004. ISSN : 0854 – 7108

Palmer, Richard E. 2003. Hemeneutika: Teori Baru Mengenai Interpretasi. Diterjemahkan Masnur Hery dan Damanhuri Muhammad. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori,

Metode, Dan Teknik Penelitian Sastra (Dari Strukturalisme Hingga Postrukturalisme, Perspektif Wacana Naratif). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(10)

10 Redjeki, Dwi Prawani Sri dan Jefri

Heridiansyah. 2013. Memahami Sebuah Konsep integritas. Jurnal Stie Semarang, Vol 5, No 3 , Edisi Oktober 2013 (ISSN : 2252 - 7826)

Suari, A. A. Pt. dan I Gusti Agung Rai Jayawangsa. 2020. Nilai Edukatif

Satua I Ubuh Sebagai Sumber Pendidikan Karakter Anak. Widya Kumara: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Vol 1, No 2 (2020) ISSN 2721-5075 .

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang diadakan dlam dunia pendidikan IPA dapat mempunyai dampak dalam praktek pendidikan sendiri dan juga mempunyai pengaruh dalam pengembangan

Dengan kata lain, bahwa sebagai manusia yang hidup di dalam sistem demokrasi, maka difabel sebagai salah satu dari kelompok rentan pun memiliki kemampuan untuk

Jual beli sangat penting untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Kebutuhan yang beragam membuat manusia tidak mampu memenuhinya sendiri dan membutuhkan orang lain. Objek

Dalam hidup di dunia, manusia tidak terlepas dari berbagai problematika sosial, karena ia akan selalu terikat dengan berbagai kebutuhan, baik secara biologis

Sebagai makhluk sosial, tentuanya manusia akan saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya untuk memenuhi segala kebutuhannya agar bisa bertahan hidup.

Panti Asuhan Al-Hikmah Wonosari Ngaliyan. Kemandirian adalah bagian dari wujud kecakapan yang akan selalu berkembang sepanjang rentang hidup manusia, dan ditunjang oleh

mengatasi masalah tersebut. Dalam rangka memperbaiki kualitas sumber daya manusia adalah munculnya gagasan pendidikan karakter dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Yaitu nilai pendidikan karakter yang mencerminkan hubungan manusia dengan Tuhan religius, nilai pendidikan karakter yang mencerminkan hubungan manusia dengan diri sendiri disiplin,