1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Persaingan bisnis yang semakin ketat di Indonesia, menuntut perusahaan untuk menyusun kembali strategi bisnisnya dalam sehari-hari. Persaingan terletak pada bagaimana sebuah perusahaan dapat mengimplementasikan proses penciptaan produk atau jasanya secara lebih murah, lebih baik, lebih cepat dibandingkan dengan pesaing bisnisnya (Indrajit & Djokopranoto, 2003).
Kualitas menjadi pertimbangan utama bagi seorang konsumen dalam memenuhi kebutuhannya, hal ini karena pada era globalisasi seperti sekarang ini jumlah produk sejenis yang beredar di pasaran sangat banyak dan rata-rata produk tersebut memiliki harga dan fungsi dasar yang sama. Jadi, satu-satunya dimensi yang dapat digunakan untuk membedakan produk sejenis tersebut adalah kualitas produk tersebut. Untuk dapat bertahan di pasar yang kompetitif, peningkatan kualitas dan produktivitas proses atau produk merupakan suatu keharusan bagi setiap perusahaan (Runtuwene et al., 2017).
Para pemilik bisnis tanpa terkecuali kini berlomba-lomba untuk dapat menarik perhatian konsumen dengan cara memproduksi atau menghasilkan suatu produk yang berkualitas (Marire, 2017). Produk yang berkualitas baik akan mencerminkan keberhasilan suatu perusahaan dalam memenuhi harapan konsumen, yang tentunya akan membawa citra baik bagi perusahaan (Santo Faskafri, 2020)
2
Menurut Mulyadi dalam Rizal (2019) Pengendalian merupakan usaha untuk mencapai tujuan tertentu melalui perilaku yg diharapkan. Pengendalian sangat penting dalam suatu organisasi dan merupakan salah satu fungsi manajerial seperti perencanaan, pengorganisasian, penempatan staf, dan pengarahan. Pengendalian bertujuan untuk membantu memotivasi dan mengarahkan karyawan dalam setiap peran mereka. Dalam menguasai pangsa pasar dunia usaha dapat dilakukan dengan cara menciptakan produk maupun jasa yang dapat memenuhi permintaan konsumen. Aspek kualitas merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan perusahaan dalam menciptakan produk maupun jasa. Konsumen menjadikan kualitas sebagai aspek yang penting dalam pemilihan produk maupun jasa. Penilaian kualitas tersebut dapat didasarkan pada kinerja serta nilai guna produk yang sesuai dengan harapan konsumen.
Menurut Assauri (2004) Pengendalian kualitas merupakan aktivitas yang dilakukan untuk menjamin proses produksi dan operasi yang dikerjakan sesuai dengan rencana dan jika kesalahan terjadi maka bisa direvisi sehingga rencana bisa dicapai. Menurut Prawirosentono (2007) pengendalian kualitas adalah kegiatan terpadu mulai dari pengendalian standar kualitas bahan, standar proses produksi, barang setengah jadi, barang jadi, sampai standar pengiriman produk akhir ke konsumen, agar barang (jasa) yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi kualitas yang direncanakan.
Menurut penelitian Hendrika (2019) peranan pengendalian produksi mempunyai ruang lingkup luas, karena pelaksanaan pengendalian produksi
3
berlangsung dari mulai perencanaan produksi sampai pada tahap akhir atau finishing. Pengendalian produksi sebagai salah satu item penunjang dari manajemen produksi atau operasi, diharapkan dapat mengidentifikasi kemungkinan adanya penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi selama pelaksaan proses produksi berlangsung, supaya dapat diambil tindakan pencengahan dan perbaikan sedini mungkin apabila terjadi penyimpangan, sehingga produk yang tidak memenuhi standar untuk produk ekspor dapat ditekan seminimal mungkin dan kualitas produk yang dihasilkan semaksimal mungkin.
Pengendalian kualitas mulai banyak diterapkan oleh berbagai perusahaan di dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Dengan mengimplementasikan pengendalian kualitas, perusahaan akan mendapatkan beberapa keuntungan, diantaranya adalah dimana perusahaan dapat melakukan peningkatan kualitas produk atau jasa, meningkatkan produktivitas dengan mengurangi produk yang cacat, mengantisipasi ketidaksesuaian dalam proses produksi sehingga produk yang dihasilkan tetap sesuai dengan standar dan spesifikasi yang telah ditentukan perusahaan, menghilangkan biaya yang tidak perlu pada saat proses produksi, serta memperoleh kenaikan profit. Setiap perusahaan tentu selalu berusaha untuk meminimalisir adanya produk yang mengalami kerusakan atau produk cacat (defect product). Menurut Sukardi et al (2011) perbaikan kualitas terhadap proses produksi harus dilakukan terus-menerus agar meminimalisir kecacatan produk.
4
Saat ini batik sudah mulai banyak diminati dari berbagai kalangan dari yang muda hingga yang tua. Adanya motifnya yang beragam membuat banyak orang menjadi tertarik untuk memilikinya. Batik adalah salah satu warisan yang di miliki oleh Indonesia. Bahkan sejak tanggal 2 Oktober 2009 bertempat di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, UNESCO secara resmi telah menetapkan batik Indonesia sebagai salah satu warisan budaya tak benda (The Representative
List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity). Menurut Ketua Umum
Asosiasi Pertekstilan Indonesia menyatakan bahwa produksi kain batik di Indonesia per tahun adalah sebesar 20 juta meter. Karena konsumsi pakaian masyarakat Indonesia sudah mencapai 7,5 kg/kapita/tahun dengan 2 kg kebutuhan konsumsi celana dan 5,5 kg merupakan baju dan produk batik. Selain itu di Indonesia memiliki 600 perusahaan manufaktur produsen menengah serta pulahan ribu usaha batik rumahan.
Industri Batik Sidomukti merupakan desa usaha penghasil produk batik khas Magetan yang terletak di desa Sidomukti Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Industri Batik Sidomukti ini sekaligus juga menjadi batik khas Magetan yang memiliki ciri motif tersendiri yakni “Pring Sedapur”. Pring dalam bahasa Jawa adalah bambu. Pring Sedapur berarti serumpun pohon bambu. Motif batik pring sedapur memiliki makna filosofi yang sangat tinggi. Tanaman bambu biasa hidup bergerombol, membentuk satu kekuatan. Bambu jika bergerombol akan menjadi sebuah kekuatan, jika diurai menjadi sebuah tali yang sangat erat.
5
Batik Mukti Lestari merupakan salah satu dari penghasil batik tulis yang ada di Desa Sidomukti, Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan. Batik Mukti Lestari ini sudah turun temurun dari nenek moyang yang terdahulu, namun mengalami vakum kurang lebih 20 tahun karena ada suatu masalah. Pada tahun 2000 di Papringan mulai lagi membuka usaha batik hal akhirnya mendorong Kepala Desa Sidomukti, Bapak Tikno, Bu Indra, Bu Sri, dan Bapak Sunar. Untuk merintis Batik Mukti Lestari di Desa Sidomukti, hal ini terwujud berkat usaha dan kerja keras dengan mendapat bantuan dari PERMAS (Pemberdayaan Masyarakat). Hasil bantuan digunakan untuk pembelian bahan baku, alat dan pelatihan ibu-ibu di Desa Sidomukti.
Batik Mukti Lestari menjadi salah satu produk yang menjadi ciri khas Kabupaten Magetan. Dalam wawancara yang telah dilakukan dengan pemilik Batik Mukti Lestari ini berfokus pada proses produksinya. Dimana dalam proses produksi ini sering mengalami beberapa permasalahan yang menyebabkan kecacatan atau kerusakan suatu produk. Kecenderungan produk rusak pada perusahaan ini terletak pada tenaga kerja yaitu bagian proses produksi yang menentukan hasil akhir produk tersebut.
Tabel 1.1 Data Defect Produk Pada Batik Mukti Lestari Tahun 2018-2020
Tahun Produk Total
Produksi
Defect Produk
Presentase Defect
2018 Batik Mukti Lestari 592 40 6,75 %
2019 688 60 8,72 %
2020 478 34 7,11 %
6
Berdasarkan data diatas, dapat diketahui data produk cacat pada Batik Mukti Lestari Sidomukti Magetan selama kurun waktu tahun 2018-2020. Industri ini memerlukan pengendalian kualitas agar kualitas yang dihasilkan bisa memenuhi kebutuhan konsumen. Karena dalam proses produksinya masih terdapat produk yang belum memenuhi batas toleransi standar kualitas yang ditentukan oleh perusahaan yaitu 5% dari total produksi dalam tahun tersebut. Batas toleransi 5% tersebut diperoleh dari hasil wawancara dengan pemilik Batik Mukti Lestari yang berpacu kepada kesepakatan antara pihak desa, semua anggota Industri batik Sidomukti Magetan supaya penetapan batas tersebut untuk memprioritaskan kualitas pada Batik yang akan dihasilkan. Penelitian ini berfokus pada produksi tahun 2019 karena memiliki presentase kecacatan paling besar diantara yang lainnya. Penetapan berfokus pada tahun 2019 dikarenakan produksi yang paling besar dan tingkat kecacatan yang terbesar. Adapun tahun 2020 mengalami penurunan kecacatan menjadi 7,11 dikarenakan penurunan produksi pula sekitar 200 unit produk. Sehingga apabila diakumulasikan kecacatan pada tahun 2019 yang paling tinggi dengan tingkat produksi yang tinggi. Pada tahun 2020 presentase kecacatan turun namun produksinya juga turun pula. Pada produksi di Batik Mukti Lestari masih terjadi sedikit kesalahan, maka produk tersebut dapat dikatakan mengalami penurunan kualitas. Lalu produk trsebut dikategorikan dalam produk cacat atau defect product.
Penelitian yang dilakukan oleh Habsari (2019) dengan judul “Analisis
7
Banyuwangi” menunjukkan bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya
kecacatan pada Aywinda Batik adalah3 karena faktor manusia, faktor mesin, faktor material, faktor metode, dan faktor lingkungan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sutaryono (2020) dengan judul
“Usulan Peningkatan Kualitas Kain Batik Semi Tulis menggunakan Metode Six Sigma” faktor utama penyebab kecacatan batik semi tulis adalah faktor
manusia. Penelitian yang dilakukan oleh Akurat (2014) menghasilkan bahwa faktor-faktor penyebab kerusakan selama proses produksi pada perusahaan Batik Rolla Jember adalah pekerja, bahan baku, peralatan, metode, dan lingkungan kerja.
Penelitian yang dilakukan oleh Kaban (2016) dengan alat bantu peta kendali p mayoritas produk cacat berada diluar batas kendali. Faktor yang penyebab dilihat dari diagram sebab akibat faktor manusia menjadi faktor yang paling berpengaruh. Menurut Penelitian Suryaningrat et al (2015) menunjukkan bahwa faktor utama penyebab kacacatan suatu produk adalah dari metode pengolahan, manusia, bahan baku, peralatan, dan lingkungan.
Pada penelitian ini, Batik Mukti Lestari dijadikan sebagai tempat penelitian dikarenakan pada usaha tersebut mengalami permasalahan terjadinya produk cacat serta penurunan kualitas. Batik Mukti Lestari merupakan salah satu industri yang diandalkan untuk memajukan potensi desa maupun daerah Kabupaten Magetan, maka dari itu pengendalian kualitas sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan ini. Dalam mengatasi
8
permasalahan tersebut maka diperlukan suatu pengendalian kualitas produk untuk mengetahui seberapa besar masalah kecacatan atau kerusakan produk yang dimiliki oleh suatu perusahaan.
Adanya pengendalian kualitas proses produksi pada industri batik ini agar perusahaan dapat meminimasi produk cacat selama proses produksi sehingga perusahaan akan mampu bersaing dengan industri lainnya. Berdasarkan latar belakang tersebut sehingga diperlukan penelitian mengenai pengendalian kualitas. Maka, penelitian ini berjudul “Analisis Pengendalian Kualitas Produk Pada Batik Mukti Lestari Sidomukti Magetan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan sebuah permasalahan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana pengendalian kualitas produk pada Batik Mukti Lestari Sidomukti Magetan?
2. Jenis kerusakan apa yang paling tinggi pada Batik Mukti Lestari Sidomukti Magetan?
3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kerusakan pada Batik Mukti Lestari Sidomukti Magetan?
4. Bagaimana solusi untuk meminimalisir kerusakan produk pada Batik Mukti Lestari Sidomukti Magetan?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengendalian kualitas produk pada Batik Mukti Lestari Sidomukti Magetan.
9
2. Untuk mengetahui jenis kerusakan yang paling tinggi pada produk Batik Mukti Lestari Sidomukti Magetan.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan pada Batik Mukti Lestari Sidomukti Magetan.
4. Untuk mengetahui solusi dalam meminimalisir kerusakan produk pada Batik Mukti Lestari Sidomukti Magetan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini untuk membantu dalam pengambilan keputusan sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi Industri Batik Sidomukti Magetan, khususya pada Batik Mukti Lestari untuk lebih baik dalam evaluasi serta perbaikan mengenai pengendalian kualitas atau quality control pada perusahaannya. 2. Manfaat Empiris
Diharapkan pada peneliti selanjutnya agar dapat menambah wawasan, pengetahuan serta kemampuan dalam mengaplikasikan ilmu manajemen terutama di bidang manajemen operasional selama menempuh studi perkuliahan dan diharapkan dapat memecahkan permasalahan nyata di lapangan, khususnya dalam mengatasi permasalahan di bidang pengendalian kualitas.
10 E. Batasan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah diatas supaya lebih fokus dan tidak keluar pada pokok bahasan penelitian, sehingga penelitian ini dapat mencapai tujuannya serta mendapatkan data yang dibutuhkan sesuai dalam penelitian. Maka dari itu, batasan masalah dalam penelitian ini adalah total produksi dan defect produk atau produk cacat pada tahun 2019.