• Tidak ada hasil yang ditemukan

SELF-EFFICACY SISWA DALAM MENGHADAPI TUGAS-TUGAS MATEMATIS NON RUTIN DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKA SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SELF-EFFICACY SISWA DALAM MENGHADAPI TUGAS-TUGAS MATEMATIS NON RUTIN DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKA SISWA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STKIP PGRI SUMATERA BARAT

RAMA NIDA SIREGAR, SUFYANI PRABAWANTO

1

SELF-EFFICACY SISWA DALAM MENGHADAPI

TUGAS-TUGAS MATEMATIS NON RUTIN DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKA SISWA

Rama Nida Siregar, Sufyani Prabawanto

Universitas Pendidikan Indonesia ramanidasiregar@upi.edu

Abstract. The low ability of students to help students who are less able to deal with tasks that are non-routine in nature and students are still not developing their ideas and abilities. This study aims to determine the ability of students in dealing with tasks that are not based on the students' Initial Mathematics (KAM) ability. The research method used is qualitative. The results of this study indicate that the average student self-efficacy in dealing with non-routine tasks is high. The sample in this study were students of class VII Al-Ulum Private Junior High School, Medan, which consisted of 35 people. In this study, students were grouped based on KAM. KAM is a student's initial mathematical ability which is divided into 3 categories, namely high KAM, medium KAM and low KAM. The low KAM students as many as 3 students have an average independent ability of 3.24 belonging to the low category. There are 21 students with moderate KAM who have independent ability an average of 6.69 belonging to the high enough category. Then, 11 students with high KAM have self-efficacy of 8.87 which is in the very high category. So it can be revealed that students who have high initial mathematical abilities have very high self-efficacy, students who have moderate initial mathematics abilities have quite high self-efficacy, and students who have low initial mathematical abilities have low self-efficacy as well.

Key words: Early Math Ability, Self-Efficacy(maksimum 5 kata)

Abstrak. Rendahnya self-efficacy siswa menyebabkan siswa kurang mampu menghadapi

tugas-tugas matematis yang bersifat non rutin dan siswa masih kurang mengembangkan ide dan kemampuan yang dimilikinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui self-efficacy siswa dalam menghadapi tugas-tugas non rutin berdasarkan Kemampuan Awal Matematika (KAM) siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata self-efficacy siswa dalam menghadapi tugas-tugas non rutin tinggi. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Swasta Al-Ulum Medan yang terdiri dari 35 orang. Dalam penelitian ini siswa dikelompok berdasarkan KAM. KAM merupakan kemampuan awal matematis siswa yang terbagi dari 3 kategori yaitu KAM tinggi, KAM sedang dan KAM rendah. Siswa KAM rendah sebanyak 3 siswa mempunyai rata-rata self-efficacy 3,24 tergolong dalam kategori rendah. Siswa KAM sedang sebanyak 21 siswa mempunyai rata-rata self-efficacy 6,69 tergolong dalam kategori cukup tinggi. Lalu, siswa KAM tinggi sebanyak 11 siswa mempunyai rata-rata self-efficacy 8,87 tergolong dalam kategori sangat tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan awal matematika tinggi memiliki efficacy sangat tinggi, siswa yang memiliki kemampuan awal matematika sedang memiliki self-efficacy cukup tinggi, dan siswa yang memiliki kemampuan awal matematika rendah memiliki self-efficacy rendah pula.

(2)

VOL.6 NO.1 DESEMBER 2020

ISSN: 2443-1257

2

PENDAHULUAN

(BSNP, 2006) mengemukakan matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern yang mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu serta memajukan daya pikir manusia. Tuntutan pengembangan kemampuan dalam kurikulum matematika, yang menyebutkan bahwa pelajaran matematika harus menanamkan sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, minat dalam pelajaran matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Handoko dalam (Siregar, Karnasih, & Hasratuddin, 2020) menyatakan bahwa matematika dapat difungsikan untuk mengembangkan kemampuan berpikir yang sistematis, logis, kreatif, disiplin, dan kerjasama yang efektif dalam kehidupan yang modern dan kompetitif.

Tugas dalam matematika dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tugas rutin dan non rutin. Tugas rutin adalah tugas yang dapat diselesaikan dan dikerjakan siswa dengan mudah, sedangkan tugas non rutin adalah tugas yang sulit dikerjakan oleh siswa dan perlu keterampilan dalam memecahkannya. Tugas non rutin biasanya dikeluarkan dalam bentuk soal- soal berfikir tingkat tinggi. Tingkatan soal- soal berfikir tingkat tinggi ini memang sedikit lebih sulit dibandingkan soal- soal yang biasanya diberikan di dalam kelas, sehingga soal berfikir tingkat tinggi ini digolongkan sebagai tugas non rutin.

Kemampuan dalam menghadapi tugas-tugas matematis non rutin erat kaitannya dengan keyakinan siswa dalam menghadapinya, karena keyakinan yang dimiliki siswa dalam menyelesaikan tugas akan mempengaruhi hasil belajar siswa, keyakinan ini disebut self-efficacy. Keyakinan ini dapat memprediksi penyelesaian tugas-tugas matematis non rutin ke tingkat yang lebih besar daripada kecemasan diri atau konsep diri.

Siswa yang mempunyai self-efficacy yang kuat akan membuat siswa tersebut juga mempunyai motivasi, keberanian, ketekunan dalam melaksanakan tugas yang diberikan, begitu juga sebaliknya. Mempunyai self-efficacy yang rendah akan menjauhkan diri dari tugas-tugas yang sulit dan cepat menyerah saat menghadapi rintangan. Namun tak sedikit juga siswa yang memiliki kemampuan self-efficacy matematis rendah (Alifia & Rakhmawati, 2018). Hal tersebut ditunjukkan dengan perilaku menyerah saat siswa menghadapi tugas-tugas matematis non rutin. Perilaku

(3)

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STKIP PGRI SUMATERA BARAT

RAMA NIDA SIREGAR, SUFYANI PRABAWANTO

3

tersebut juga muncul saat siswa mendapatkan informasi tentang suatu materi bahwasannya materi tersebut sulit maka siswa cenderung tidak memiliki keyakinan menghadapinya. Sehingga siswa tidak dapat mencapai keberhasilan belajar dalam pembelajaran matematika, mengingat bahwa kemampuan matematika siswa dapat dibentuk melalui self-efficacy siswa.

Menurut Bandura (Subaidi, 2016) menyatakan bahwa ada empat sumber utama yang mempengaruhi self-efficacy seseorang yaitu:

a) Pengalaman keberhasilan seseorang dalam menghadapi tugas tertentu pada waktu sebelumnya. Apabila seseorang pernah mengalami keberhasilan dimasa lalu maka semakin tinggi pula self-efficacy, sebaliknya apabila seseorang mengalami kegagalan dimasa lalu maka semakin rendah pula

self-efficacy orang tersebut.

b) Pengalaman orang lain. Individu yang melihat orang lain berhasil dalam melakukan aktifitas yang sama dan memiliki kemampuan yang sebanding dapat meningkatkan self-efficacy nya, sebaliknya jika orang yang dilihat gagal maka self-efficacy individu tersebut menurun.

c) Persuasi verbal, yaitu informasi tentang kemampuan seseorang yang disampaikan secara verbal oleh orang yang berpengaruh sehingga dapat meningkatkan keyakinan bahwa kemampuan-kemampuan yang dimiliki dapat membantu untuk mencapai apa yang diinginkan.

d) Kondisi fisiologis yaitu keadaan fisik (sakit, rasa lelah dan lain-lain) dan kondisi emosional (suasana hati, stress dan lain-lain). Keadaan yang menekan tersebut dapat mempengaruhi keyakinan akan kemampuan dirinya dalam menghadapi tugas. Jika ada hal negatif, seperti lelah, kurang sehat, cemas, atau tertekan, akan mengurangi tingkat self-efficacy seseorang. Sebaliknya, jika seseorang dalam kondisi prima, hal ini akan berkontribusi positif bagi perkembangan self-efficacy.

Pada penelitian (Utami & Wutsqa, 2017) mengemukakan bahwa guru jarang memberikan soal masalah non rutin, karena dalam proses pembelajaran kebanyakan siswa hanya mengingat bukan memahami konsep, sehingga siswa bingung ketika menghubungkan informasi yang tersaji dalam soal dengan konsep yang mungkin dalam penyelesaian soal pemecahan masalah. Dominan siswa mementingkan jawaban akhir dibandingkan proses penyelesaian pada soal pemecahan masalah, terlebih lagi jika soal yang diberikan berbeda dengan contoh, menyebabkan ketidakyakinan siswa dalam menyelesaikan soal yang sedang dihadapi. Sampai saat ini, masih banyak persepsi siswa terhadap matematika adalah pelajaran yang sulit. Ketika menemukan hal yang dianggap kurang paham, siswa lebih menunjukkan sikap diam dan tidak berani bertanya. Keadaan ini berdampak pada self-efficacy siswa yang masih rendah.

(4)

VOL.6 NO.1 DESEMBER 2020

ISSN: 2443-1257

4

Kemampuan awal disini adalah pengetahuan awal siswa mengenai materi yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi selanjutnya yang bersifat kontinu. Caillies & Denhiere (2002) menyatakan tidak sedikit siswa dalam memahami pelajaran bergantung pada kemampuan awal yang menyediakan ingatan untuk siswa dalam menemukan informasi yang mereka butuhkan dan kapan mereka butuhkan. Kemampuan awal matematis dianggap sebagai akumulasi kepandaian yang dimiliki pada awal materi pembelajaran matematika yang dapat digunakan dimana dan kapan secara tepat. Kemampuan awal matematis siswa dapat berfungsi untuk mempermudah dalam menghadapi tugas matematis non rutin dikarenakan dapat mengoptimalkan perolehan, pengorganisasian dan mengungkap kembali pengetahuan baru seseorang. (Hanafi, Wulandari, & Ni’mah, 2019, June)

Dari beberapa kajian tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji self-efficacy Siswa dalam menghadapi tugas-tugas matematis non rutin ditinjau dari kemampuan awal matematika (KAM) siswa. Tujuan dari penelitian ini untuk memperoleh deskripsi tentang self-efficacy dalam menghadapi tugas-tugas matematis non rutin ditinjau dari kemampuan awal matematika (KAM) siswa.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis desain penelitian kualitatif tipe studi kasus. Metode deskriptif adalah metode yang meneliti suatu kelompok, objek, kondisi, dan sistem pemikiran. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, faktual dan akurat mengenai fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti. Whitney (Nazir, 2014) mengemukakan metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Dalam metode deskriptif, peneliti dapat membandingkan fenomena tertentu sehingga merupakan studi komparasi. Metode deskriptif juga menyelidiki suatu fenomena atau faktor dan menilai hubungan suatu faktor dengan faktor lain. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-3 SMP Swasta Al Ulum Medan sebanyak 35 siswa. Tujuan dari penelitian ini untuk memperoleh deskripsi tentang self-efficacy dalam menghadapi tugas-tugas matematis non rutin ditinjau dari kemampuan awal matematika (KAM) siswa. Adapun indikator self-efficacy

(5)

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STKIP PGRI SUMATERA BARAT

RAMA NIDA SIREGAR, SUFYANI PRABAWANTO

5

Tabel 1. Kisi-kisi Angket Berdasarkan Indikator Self-Efficacy

Skala self-efficacy menggunakan respon sikap dengan interval 0-10 atau 0-100 daripada menggunakan lima pernyataan sikap (Bandura, 2006). Hal ini dimaksudkan agar skala yang dibuat lebih sensitif dan lebih reliabel. Pajares, Hartley dan Valiante telah membuktikan bahwa format respon 0-10/0-100 merupakan prediktor yang lebih baik ketimbang skala self-efficacy dengan format 1-5. Angka 0 berarti tidak mampu, 5/50 berarti cukup yakin mampu, 10/100 berarti sangat yakin mampu. Berikut adalah format skala self-efficacy yang digunakan:

Tabel 2. Format Skala Self-Efficacy

Variabel Sub Variable Indikator No. Item Jumlah

Positif Negatif S E L F E F F I C A C Y Dimensi (Level)

Siswa mampu mengatasi masalah yang berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas

1, 2, 3 4,5,6 6

Siswa mengerjakan tugas yang dirasa mampu dilaksanakannya dan menghindari tugas di luar batas kemampuannya

7,8 9,10 4

Strenght

Keyakinan siswa atas kemampuannya untuk meraih keberhasilan dalam setiap tugas

Pengharapan yang kuat akan kemampuan diri yang mendorong siswa untuk mencapai tujuan dan keberhasilan

11,12,13 17,18,19 14,15,16 20,21,22 6 6 Generality

Keyakinan terhadap kemampuan siswa tergantung pada pemahaman akan kemampuannya

23,24,25 26,27,28 6

Siswa mampu memahami kemampuan dirinya terbatas pada aktivitas dan situasi tertentu yang bervariasi.

29,30,31 32,33,34 6

JUMLAH 17 17 34

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak Cukup Sangat

(6)

VOL.6 NO.1 DESEMBER 2020

ISSN: 2443-1257

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil angket akhir self-efficacy secara keseluruhan tergolong cukup tinggi. Dari 35 siswa yang mengisi angket diperoleh persentase siswa yang berkemampuan tinggi yaitu 31,4% dengan jumlah siswa 11 orang dan rata-rata siswa yang berkemampuan tinggi yaitu 90,55. Sedangkan persentase siswa yang berkemampuan sedang yaitu 60% dengan jumlah siswa 21 orang dan rata-rata siswa yang berkemampuan sedang yaitu 74. Selanjutnya, persentase siswa yang berkemampaun rendah yaitu 8,6% dengan jumlah siswa 3 orang dan rata-rata siswa yang berkemampuan rendah yaitu 63,64 (lihat tabel 1).

Tabel 3. Kemampuan Awal Matematika Siswa Berdasarkan

Hasil Ujian Semester Ganjil

Klasifikasi Kriteria Nilai Banyak Siswa Persentase Rata-rata

Tinggi 80-100 11 31,4 % 90,55

Sedang 65-79 21 60% 74

Rendah <65 3 8,6% 63,67

Berdasarkan hasil analisis data terlihat jumlah siswa berdasarkan yang berkemampuan rendah yaitu 8,6% lebih sedikit dibandingkan dengan siswa yang berkemampuan tinggi sebanyak 31,4% dan berkemampuan sedang sebanyak 60%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Kemampuan awal matematika siswa tergolong cukup baik karena yang berkemampuan rendah hanya sebanyak 3 orang.

a. Siswa Berkemampuan Tinggi

Berdasarkan nilai Ujian Semester 1, siswa yang berkemampuan tinggi berjumlah 11 orang. Self-efficacy pada siswa yang berkemampuan tinggi dalam menghadapi tugas-tugas matematis non rutin tergolong sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan dari lembar jawaban angket siswa berkemampuan tinggi, mereka dapat menyelesaikan soal sesuai dengan indikator self-efficacy.

Berdasarkan hasil analisis self-efficacy siswa yang berkemampuan tinggi menunjukkan bahwa rata-rata hasil indikator kemampuan dan keyakinan siswa dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas pada angket

self-efficacy siswa adalah sebesar 9,03. Indikator kemampuan siswa mengerjakan tugas yang

dirasa mampu dilaksanakannya dan menghindari tugas di luar batas kemampuannya pada angket self-efficacy siswa sebesar 9, indikator kemampuan dan keyakinan siswa

(7)

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STKIP PGRI SUMATERA BARAT

RAMA NIDA SIREGAR, SUFYANI PRABAWANTO

7

untuk meraih keberhasilan dalam setiap tugas pada angket self-efficacy siswa sebesar 9,06, indikator keyakinan siswa dalam pengharapan yang kuat akan kemampuan diri yang mendorong siswa untuk mencapai tujuan dan keberhasilan pada angket

self-efficacy siswa sebesar 8,76, indikator kemampuan dan keyakinan siswa terhadap

kemampuan siswa tergantung pada pemahaman akan kemampuannya pada angket

self-efficacy siswa sebesar 8,66, dan indikator kemampuan dan keyakinan siswa mampu

memahami kemampuan dirinya terbatas pada aktivitas dan situasi tertentu yang bervariasi pada angket self-efficacy siswa sebesar 8,69 .

Berdasarkan data diatas dipeoleh bahwa siswa yang memiliki kemampuan awal matematika tinggi memiliki self-efficacy sangat tinggi. Hal ini disesuaikan dengan skala

self-efficacy yang digunakan yaitu pada rentang 8-10 termasuk dalam kategori yakin

sangat mampu, artinya siswa yang berada pada golongan ini termasuk memiliki

self-efficacy sangat tinggi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa rata-rata siswa yang

berkemampuan tinggi memiliki self-efficacy sangat tinggi.

b. Siswa Berkemampuan Sedang

Berdasarkan nilai Ujian Semester 1, siswa yang berkemampuan sedang berjumlah 21 orang. Self-efficacy pada siswa yang berkemampuan sedang dalam menghadapi tugas-tugas matematis non rutin tergolong tinggi. Hal ini ditunjukkan dari lembar jawaban angket siswa berkemampuan sedang, mereka dapat menyelesaikan sebagian besar soal sesuai dengan indikator self-efficacy.

Berdasarkan hasil analisis self-efficacy siswa yang berkemampuan sedang menunjukkan bahwa rata-rata hasil indikator kemampuan dan keyakinan siswa dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas pada angket

self-efficacy siswa adalah sebesar 6,29. Indikator kemampuan siswa mengerjakan tugas yang

dirasa mampu dilaksanakannya dan menghindari tugas di luar batas kemampuannya pada angket self-efficacy siswa sebesar 7,58, indikator kemampuan dan keyakinan siswa untuk meraih keberhasilan dalam setiap tugas pada angket self-efficacy siswa sebesar 8,02, indikator keyakinan siswa dalam pengharapan yang kuat akan kemampuan diri yang mendorong siswa untuk mencapai tujuan dan keberhasilan pada angket

self-efficacy siswa sebesar 7,33, indikator kemampuan dan keyakinan siswa terhadap

kemampuan siswa tergantung pada pemahaman akan kemampuannya pada angket

(8)

VOL.6 NO.1 DESEMBER 2020

ISSN: 2443-1257

8

memahami kemampuan dirinya terbatas pada aktivitas dan situasi tertentu yang bervariasi pada angket self-efficacy siswa sebesar 6,27 .

Berdasarkan data diatas dipeoleh bahwa siswa yang memiliki kemampuan awal matematika sedang memiliki efficacy tinggi. Hal ini disesuaikan dengan skala

self-efficacy yang digunakan yaitu pada rentang 5-7 termasuk dalam kategori cukup yakin

mampu, artinya siswa yang berada pada golongan ini termasuk memiliki self-efficacy cukup tinggi. Namun pada indikator kemampuan dan keyakinan siswa untuk meraih keberhasilan dalam setiap tugas tergolong sangat tinggi karena rata-ratanya sebesar 8,02. Jadi, dapat disimpulkan bahwa rata-rata siswa yang berkemampuan sedang memiliki self-efficacy tinggi.

c. Siswa Berkemampuan Rendah

Berdasarkan nilai Ujian Semester 1, siswa yang berkemampuan rendah berjumlah 3 orang. Self-efficacy pada siswa yang berkemampuan sedang dalam menghadapi tugas-tugas matematis non rutin tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan dari lembar jawaban angket siswa berkemampuan rendah, mereka tidak dapat menyelesaikan soal sesuai dengan indikator self-efficacy.

Berdasarkan hasil analisis self-efficacy siswa yang berkemampuan rendah menunjukkan bahwa rata-rata hasil indikator kemampuan dan keyakinan siswa dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas pada angket

self-efficacy siswa adalah sebesar 2,67. Indikator kemampuan siswa mengerjakan tugas yang

dirasa mampu dilaksanakannya dan menghindari tugas di luar batas kemampuannya pada angket self-efficacy siswa sebesar 3,21, indikator kemampuan dan keyakinan siswa untuk meraih keberhasilan dalam setiap tugas pada angket self-efficacy siswa sebesar 4,02, indikator keyakinan siswa dalam pengharapan yang kuat akan kemampuan diri yang mendorong siswa untuk mencapai tujuan dan keberhasilan pada angket

self-efficacy siswa sebesar 3,16, indikator kemampuan dan keyakinan siswa terhadap

kemampuan siswa tergantung pada pemahaman akan kemampuannya pada angket

self-efficacy siswa sebesar 2,96, dan indikator kemampuan dan keyakinan siswa mampu

memahami kemampuan dirinya terbatas pada aktivitas dan situasi tertentu yang bervariasi pada angket self-efficacy siswa sebesar 3,41 .

(9)

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STKIP PGRI SUMATERA BARAT

RAMA NIDA SIREGAR, SUFYANI PRABAWANTO

9

Berdasarkan data diatas dipeoleh bahwa siswa yang memiliki kemampuan awal matematika rendah memiliki self-efficacy yang rendah. Hal ini disesuaikan dengan skala

self-efficacy yang digunakan yaitu pada rentang 0-4 termasuk dalam kategori tidak

mampu, artinya siswa yang berada pada golongan ini termasuk memiliki self-efficacy rendah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa rata-rata siswa yang berkemampuan rendah memiliki self-efficacy rendah.

KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil analisis dan pembahasan maka dapat diketahui bahwa rata-rata self-efficacy siswa tergolong tinggi. Dalam penelitian ini siswa dikelompok berdasarkan KAM. KAM merupakan kemampuan awal matematis siswa yang terbagi dari 3 kategori yaitu KAM tinggi, KAM sedang dan KAM rendah. Siswa KAM rendah sebanyak 3 siswa mempunyai rata-rata self-efficacy 3,24 tergolong dalam kategori rendah. Siswa KAM sedang sebanyak 21 siswa mempunyai rata-rata self-efficacy 6,69 tergolong dalam kategori cukup tinggi. Lalu, siswa KAM tinggi sebanyak 11 siswa mempunyai rata-rata self-efficacy 8,87 tergolong dalam kategori sangat tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan awal matematika tinggi memiliki self-efficacy sangat tinggi, siswa yang memiliki kemampuan awal matematika sedang memiliki self-efficacy cukup tinggi, dan siswa yang memiliki kemampuan awal matematika rendah memiliki self-efficacy rendah pula.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah berperan dan berkontribusi dalam penelitian ini yang berjudul “Self-Efficacy Siswa Dalam Menghadapi Tugas-Tugas Matematis Non Rutin Ditinjau Dari Kemampuan Awal Matematika Siswa”, sehingga penelitian dapat terlaksana dengan baik, dan peneliti juga mengucapkan terima kasih seluruh sponsor dan narasumber yang telah membantu publikasi dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Alifia, N. N., & Rakhmawati, I. A. (2018). Kajian kemampuan self-efficacy matematis siswa dalam pemecahan masalah matematika. Jurnal Pembelajaran Matematika, 5(1).

BSNP. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika SMA/MK. Jakarta: Depdiknas.

Hanafi, M., Wulandari, K. N., & Ni’mah. (2019, June). Analisis kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal high order thinking ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa. In Seminar & Conference Proceedings of UMT.

(10)

VOL.6 NO.1 DESEMBER 2020

ISSN: 2443-1257

10

Siregar, R. N., Karnasih, I., & Hasratuddin, H. (2020). PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP. JURNAL PENDIDIKAN GLASSER, 4(1), 45- Subaidi, A. (2016). Self-efficacy siswa dalam pemecahan masalah matematika. Sigma,

1(2), 64-68.

Utami, R. W., & Wutsqa, D. U. (2017). Analisis kemampuan pemecahan masalah matematika dan self-efficacy siswa SMP negeri di Kabupaten Ciamis. Jurnal

Gambar

Tabel 1. Kisi-kisi Angket Berdasarkan Indikator Self-Efficacy
Tabel 3. Kemampuan Awal Matematika Siswa Berdasarkan   Hasil Ujian Semester Ganjil

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan antara self-efficacy dan berpikir kritis mengindikasikan bahwa siswa secara individu yang mempunyai keyakinan tinggi terhadap kemampuannya untuk mencapai

(Handayani dan Nurwidawati, 2013) menyatakan bahwa Self efficacy yaitu keyakinan dalam kemampuan seseorang untuk mengatur dan menyelesaikan program tindakan yang

Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan setiap individu mengenai kemampuannya. Inividu dengan keyakinan yang kuat terhadap kemampuannya, akan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman konsep matematika siswa dengan self efficacy tinggi sudah baik dengan menguasai indikator pemahaman konsep yaitu menyatakan

Deskripsi kemampuan berpikir komputasi ditinjau dari self eficacy adalah sebagai berikut: 1 siswa dengan kemampuan berpikir komputasi tingkat self-efficacy tinggi memiliki keyakinan

Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Berdasarkn Kategori Tingkat Self Efficacy Tinggi, Sedang, dan Rendah Berdasarkan diagram 1 menunjukkan bahwa dari 3 siswa pada kategori

Rekapitulasi hasil angket self-efficacy siswa sebelum dan sesudah menggunakan perangkat pembelajaran Skor X Kategori Hasil Angket Self- efficacy Sebelum Hasil Angket Self-

Oleh karena itu, untuk dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir secara kritis matematis, maka tenaga pendidik ataupun guru terlebih dahulu harus meningkatkan self efficacy