• Tidak ada hasil yang ditemukan

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Wisata

Pariwisata merupakan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Suatu perjalanan dianggap sebagai perjalanan wisata bila memenuhi tiga persyaratan yang diperlukan yaitu harus bersifat sementara, harus bersifat sukarela dalam arti tidak terjadi karena dipaksa, dan tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah ataupun bayaran (Yoeti, 1997). Pada garis besarnya, definisi tersebut menunjukkan bahwa kepariwisataan memiliki arti keterpaduan yang keduanya dipengaruhi oleh faktor permintaan dan faktor ketersediaan. Faktor permintaan terkait oleh permintaan pasar wisatawan domestik dan mancanegara. Sedangkan faktor ketersediaan dipengaruhi oleh transportasi, atraksi wisata dan aktifitasnya, fasilitas-fasilitas, pelayanan dan prasarana terkait dengan informasi serta promosi. Dari sanalah kebijakan terkait pengembangan pariwisata sangat diperlukan guna menjembatani keduanya (Yoeti, 1997).

Salah satu jenis pariwisata yang berkembang saat ini adalah agrowisata.

Menurut Bapenas (2004) agrowisata dapat diartikan sebagai pengembangan industri wisata alam yang bertumpu pada pembudidayaan kekayaan alam. Secara umum, ruang lingkup dan potensi agrowisata yang dapat dikembangkan diantaranya adalah kebun raya, perkebunan, budidaya tanaman pangan dan hortikultura, perikanan dan peternakan (Tirtawinata, 1996).

Agrowisata pada prinsipnya merupakan kegiatan industri yang mengharapkan kedatangan konsumen secara langsung ke tempat wisata diselenggarakan. Aset penting untuk menarik kunjungan wisatawan adalah keaslian, keunikan, kenyamanan dan keindahan alam. Oleh sebab itu, faktor kualitas lingkungan menjadi modal penting yang harus disediakan terutama pada wilayah-wilayah yang dimanfaatkan untuk dijelajahi para wisatawan. Menyadari hal tersebut, masyarakat setempat perlu diajak untuk menjaga keaslian, kenyamanan dan kelestarian lingkungan (Subowo, 2002).

(2)

Agrowisata dapat memberikan dampak yang positif bagi lingkungan dan masyarakat. Diantara manfaat tersebut yaitu meningkatkan konservasi lingkungan, meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam, memberikan nilai rekreasi, meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan serta mendapatkan keuntungan secara ekonomi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sarana dan fasilitas yang dibutuhkan dari sebuah agrowisata diantaranya jalan menuju lokasi, pintu gerbang, tempat parkir, pusat informasi, papan informasi, jalan dalam kawasan agrowisata, shelter, menara pandang, pesanggrahan, sarana penelitian, toilet, tempat ibadah dan tempat sampah (Tirtawinata, 1996).

2.2 Desa

Desa menurut Undang–Undang Pemerintah Daerah No. 32 Tahun 2004 didefinisikan sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten. Desa dibentuk dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk dan syarat lain sesuai dengan peraturan Menteri Dalam Negeri (Depdagri, 2007).

Desa-desa yang berkumpul akan membentuk apa yang disebut kawasan perdesaan. Menurut UU No 24 Tahun 1994, Kawasan Perdesaan didefinisikan sebagai suatu kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi (Deppu, 2007). Setiap desa memiliki faktor pengikat berupa wilayah, politik desa, tokoh masyarakat, agama atau aliran agama dan leluhur atau makam serta ekonomi bersama. Kegiatan ekonomi masyarakat perdesaan pada umumnya menyatu dengan kegiatan sehari-harinya dimana rumah tangga di perdesaaan membagi suatu kegiatan nafkah dalam suatu kemampuan dukungan sosial yang beragam untuk dapat bertahan hidup dan meningkatkan taraf hidupnya. Terdapat ketergantungan antara manusia dengan sesamanya dan manusia dengan alam dalam kegiatan perekonomiannya (Hapsari, 2007).

(3)

2.3 Lanskap Perdesaan

Lanskap perdesaan merupakan gabungan antara lanskap yang dikelola dan lanskap yang alami yang berada di desa. Lanskap tersebut tidak hanya menggambarkan bagian dari muka bumi yang tidak hanya dihuni untuk permukiman tetapi juga mampu mempreservasi lingkungan yang alami. Sumber daya alami, makanan dan habitat satwa liar mampu disediakan oleh lanskap ini yang memungkinkan manusia untuk hidup dilingkungan ekologi yang sangat beragam (Deppu, 2005).

Pada umumnya, lanskap perdesaaan di Indonesia didominasi oleh ladang, sawah, kebun campuran, kebun buah dan kumpulan ternak yang digembalakan pada berbagai ketinggian (Brscic, 2005). Lanskap tersebut akan tampak berbeda antara dataran tinggi dengan rendah. Pada dataran rendah, dominasi lahan persawahan dengan hamparan tanaman dataran rendah akan terlihat jelas dimana pemukiman penduduk akan berada di tengah-tengah lahan tersebut. Sedangkan pada dataran tinggi, bentukan lanskap akan didominasi oleh tegalan atau kebun campuran dan juga hutan dimana pola permukiman penduduk akan tersebar mengikuti letak kemiringan. Baik pada dataran rendah ataupun dataran tinggi, keduanya memiliki pemandangan yang indah sebagai kesatuan lanskap dengan segala kesatuan unsur-unsur pembentuk lanskap tersebut.

2.4 Desa Berkelanjutan (ecovillage)

Ecovillage adalah permukiman berskala manusia dengan fitur-fitur yang

lengkap dimana kegiatan manusia yang berkaitan dengan alam tidaklah destruktif dalam rangka mendukung pembangunan manusia yang sehat serta berhasil tetap lestari dimasa depan dalam waktu tak terbatas (GEN, 2007). Ecovillage memiliki tujuan untuk menciptakan lingkungan ketetanggaan yang bersifat kekeluargaan dan gaya hidup lestari dengan memiliki landasan spiritual. Tujuan tersebut ditopang oleh prinsip ecovillage yang didasarkan pada modal infrastruktur yang ramah lingkungan, bangunan yang mandiri, energi yang terbarukan, pertanian berkelanjutan dan memiliki tujuan mencapai habitat yang berkelanjutan. Nila-nilai tersebut disatukan dengan melakukan pemusatan sistem dan sumber tenaga, air dan sanitasi sehingga skala pemukiman masyarakat ecovillage akan berupaya

(4)

mencari masyarakat dengan ukuran populasi kecil sehingga dampak ekologi yang ditimbulkan pun juga minimal (Nurlaelih, 2005).

Ecovillage diwujudkan dalam bentuk cara hidup yang didasarkan pada

pemahaman mendalam bahwa makhluk hidup dengan segala sesuatu akan saling berhubungan. Berdasarkan filosofi ini ecovillage dibagi kedalam 3 konsep yaitu ekologi, sosial dan spiritual. Global Ecovillage Network (2007) menerangkan bahwa konsep ecovillage pada aspek ekologi dipahami dengan :

1. Mengadakan perbaikan dan pelestarian lingkungan alam

2. Membangun tempat tinggal dengan bahan, metode dan rancangan bangunan yang ramah lingkungan dan berasal dari sumber daya lokal

3. Memaksimalkan produksi pangan lokal organik untuk pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat

4. Melakukan kegiatan daur ulang barang konsumsi

5. Memaksimalkan efisiensi utilitas sumberdaya energi yang dapat diperbaharui 6. Mengelola limbah dan meminimalkan polusi

Selanjutnya, konsep ecovillage pada aspek sosial dipahami dengan :

1. Bersikap terbuka serta menumbuhkan rasa percaya dan keamanan dalam lingkungan masyarakat

2. Mengutamakan kebebasan dalam menerima dan menyampaikan gagasan 3. Menciptakan jaringan komunikasi yang efektif

4. Saling membantu dan berbagi barang kebutuhan hidup dan sumberdaya 5. Menekankan pelayanan kesehatan pada kegiatan pencegahan, baik kesehatan

fisik, mental dan spiritual

6. Mengutamakan toleransi dalam keragaman

7. Mengandalkan musyawarah dan diskusi dalam membuat keputusan atau penyelesaian konflik

8. Pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan kelompok marjinal 9. Pemusatan kegiatan pendidikan secara menyeluruh

10. Menciptakan perekonomian lokal yang mampu bersaing dan berdampak minimal terhadap lingkungan

(5)

Konsep ecovillage pada aspek spiritual dipahami dengan :

1. Warisan seni dan budaya masyarakat terus dipertahankan sebagai jati diri masyarakat

2. Ungkapan kreativitas, nilai seni, budaya, keagaman dan nilai-nilai kepercayaan dihargai sebagai bagian dari masyarakat

3. Perasaan bersatu dan saling mendukung dalam kesenangan dan kesulitan 4. Rasa hormat dan dukungan kespiritualan yang dinyatakan dalam banyak cara 5. Kesepakatan dan visi bersama menyatakan komitmen terhadap warisan

budaya, perdamaian dunia serta pembangunan manusia yang sehat

6. Kemampuan untuk bertahan dan bereaksi positif dalam menghadapi ancaman dari dalam maupun luar masyarakat

7. Pemahaman akan adanya ikatan dan saling ketergantungan antara manusia dengan sesamanya serta semua untur kehidupan di bumi

2.5 Konsep Keberlanjutan dalam Lanskap

Pembangunan yang berkelanjutan dapat diartikan sebagai upaya memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa membahayakan generasi yang akan datang. Keberlanjutan selalu mengacu kepada pembangunan sistem ekologi, ekonomi dan sosial yang akan meningkatkan kehidupan tapi disisi yang lain tidak menghabiskan sumberdaya alam yang sangat terbatas. Untuk mencapainya maka pembangunan yang anti-lingkungan harus diganti dengan pembangunan yang ramah lingkungan baik fisik maupun sosial budaya (Sumarwoto, 2000).

Lanskap berkelanjutan pada umumnya menggambarkan suatu lanskap yang mendukung kualitas lingkungan dan pemeliharaan kehidupan alami.

Lanskap yang dirancang dengan prinsip keberlanjutan dapat memberi keuntungan diantaranya keindahan, kerusakan lingkungan yang menurun, penggunaan yang efektif terhadap air, ketersediaan habitat satwa liar, penghematan dalam penggunaan energi dan tenaga kerja (Nurlaelih, 2005).

Pada lanskap perdesaan dan pertanian, pendekatan baru untuk membangun pertanian didasarkan pada sistem pengelolaan lahan dan tanaman yang ekonomis dalam jangka pendek dan dapat mempertahankan produktivitas lahan yang cukup tinggi dalam jangka panjang. Secara operasional, hal ini dapat diwujudkan dengan

(6)

penerapan Sistem Pertanian Konservasi (SPK). Sistem Pertanian Konservasi adalah sistem pertanian yang mengintegrasikan tindakan konservasi tanah dan air ke dalam sistem pertanian yang ada dengan tujuan meningkatkan pendapatan petani, meningkatkan kesejahteraan petani dan sekaligus menekan erosi sehingga sistem pertanian tersebut dapat berlanjut terus menerus. Oleh sebab itu dalam SPK akan diwujudkan ciri-ciri sebagai berikut (Sinukaban, 2007):

1. Produksi pertanian cukup tinggi sehingga petani tetap bergairah untuk melajutkan usahanya

2. Pendapatan petani yang cukup tinggi sehingga petani dapat merncanakan masa depan keluarganya

3. Teknologi yang diterapkan baik produksi maupun konservasi dapat diterapkan sesuai kemampuan petani dan diterima oleh petani dengan senang hati sehingga sistem pertanian tersebut dapat dan akan diteruskan oleh petani.

4. Komoditi pertanian yang diusahakan sangat beragam dan sesuai dengan kondisi biofisik daerah, dapat diterima petani dan laku di pasar 5. Laju erosi dalam batas minimal atau dibawah laju erosi yang

ditoleransi

6. Sistem penguasaan/pemilikan lahan dapat menjamin keamanan dalan jangka panjang dan menggairahkan petani untuk berusaha tani

Usaha untuk mencapai lanskap berkelanjutan dapat dilakukan dengan merancang sedemikian rupa dengan memperhatikan prinsip estetika, prinsip fungsional dan prinsip lingkungan. Prinsip estetika ditekankan kepada aksen, kontras, harmoni, repetisi dan kesatuan. Prinsip fungsional diarahkan kepada rancangan yang dapat digunakan dan menambah kesehatan dan kenyamanan lingkungan. Sedangkan prinsip lingkungan diarahkan pada perbaikan iklim mikro, peningkatan keragaman hayati, penurunan input sumberdaya dan input sumber daya yang terbuang dan pengefektifan daur ulang (Rodie dan Streich dalam Nurlaelih, 2005).

(7)

2.6 Perencanaan Kawasan Agrowisata

Perencanaan merupakan suatu bentuk alat yang sistematis yang diarahkan untuk mendapatkan tujuan dan maksud tertentu melalui pengaturan, pengarahan atau pengendalian terhadap proses pengembangan dan penataan suatu kawasan (Simond, 1983). Penataan dilakukan untuk memperbaiki suatu kawasan yang sudah mulai rusak yang didalamnya memuat rumusan dan berbagai tindakan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

Penataan berorientasi pada kepentingan masa depan terutama untuk mendapatkan suatu bentuk social good dan umumnya dikategorikan juga sebagai pengelolaan.

Perencanaan wisata dalam hal ini agrowisata yang baik dapat membuat kehidupan masyarakat lebih baik, meningkatkan ekonomi, melindungi dan sensitif terhadap lingkungan dan dapat diintegrasikan dengan komunitas yang meminimalkan dampak negatifnya (Gunn , 1994). Perencanaan yang baik menurut Simond (1983) harus melindungi badan air dan menjaga air tanah, mengkonservasi hutan dan sumber mineral, meminimalkan erosi, menjaga kestabilan iklim, menyediakan tempat yang cukup bagi rekreasi dan suaka margasatwa serta melindungi tempat yang memiliki nilai keindahan dan ekologi.

Oleh karena itu perencanaan dan penataan kawasan wisata sebaiknya dilakukan secara menyeluruh termasuk diantaranya inventarisasi dan penilaian sumberdaya yang cocok untuk wisata, perkiraan terhadap dampak lingkungan, perubahan tata guna lahan serta dampaknya (Dahuri dalam Yuzni, 2001)

Menurut Gold (1980), perencanaan adalah suatu alat yang sistematis yang digunakan untuk menentukan saat awal suatu keadaan dan cara terbaik untuk pencapaian keadaan tersebut. Perencanaan tersebut dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan yaitu:

1. Pendekatan sumberdaya yaitu penentuan tipe-tipe serta alternatif aktivitas rekreasi dan wisata berdasarkan pertimbangan kondisi dan situasi sumberdaya.

2. Pendekatan aktivitas yaitu penentuan tipe dan alternatif aktivitas berdasarkan seleksi terhadap aktivitas pada masa lalu untuk memberikan kemungkinan yang dapat disediakan pada masa yang akan datang.

(8)

3. Pendekatan ekonomi yaitu penentuan tipe, jumlah dan lokasi kemungkinan aktivitas berdasarkan pertimbangan ekonomi.

4. Pendekatan perilaku yaitu penentuan kemungkinan aktivitas berdasarkan pertimbangan perilaku manusia.

Referensi

Dokumen terkait

Klaim asuransi merupakan suatu tuntutan atas hak dari pemegang polis atau yang ditunjuk kepada AJB Bumiputera 1912 atas sejumlah pembayaran uang pertanggungan atau nilai

Pamerdi Giri Wiloso, M.Si, Phd, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi Satya Wacana Salatiga, sekaligus dosen pembimbing utama, yang dengan penuh apresiasi dan

23 Hasil yang lebih tinggi ini dapat disebabkan karena perbedaan pola makan serta responden yang datang ke Poli Alergi Imunologi merupakan responden yang sudah dicurigai

Karena masih inkonklusifnya hasil penelitian di Indonesia tersebut terutama terkait dengan ukuran market depth dan depth-to relative spread, maka penulis tertarik untuk

As a part of our systematic search for new bioactive lead structures and speciic proiles from endophytic fungi, an endophytic fungus was isolated from roots of brotowali (

Sebagai contoh reaksi oksidasi sederhana dan berlangsung spontan adalah bila lembar tipis zink dibenamkan dalam suatu larutan tembaga sulfat maka terjadi