• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE “RI.1”

DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER

SKRIPSI ATA RIFQI

PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(2)

RINGKASAN

ATA RIFQI. D24103078. 2008. Pengaruh Pemberian Feed Additive “RI.1” dan Jenis Pakan yang Berbeda Terhadap Penampilan Ayam Broiler. Skripsi.

Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr.Ir. Rita Mutia, M.Agr.

Pembimbing Anggota : Dr.Ir. Desmayati Zainuddin, MS

Feed additve alami merupakan salah satu alternatif yang ditempuh untuk memenuhi permintaan konsumen akan keamanan dan kualitas pangan yang berasal dari ternak. Feed additive alami yang telah beredar dan diproduksi PT. Biotech Inti Organik dengan merek dagang “RI.1”, yang produknya meningkatkan kualitas daging, efisiensi ransum serta daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh jenis pakan, taraf optimum pemberian

“RI.1” dalam air minum dan interaksi antara taraf pemberian “RI.1” dengan jenis pakan terhadap penampilan ayam broiler.

Ternak yang digunakan dalam penelitiaan ini sebanyak 192 ekor DOC (unsex) strain CP-707 yang diperoleh dari PT. Charoen Pokphand yang ditempatkan dalam 24 kandang masing-masing berisi 8 ekor. Pemberian feed additive ”RI.1”

melalui air minum, dan dilakukan setelah satu minggu pemeliharaan. Pemberian ransum dan air minum diberikan ad libitum, selama 5 minggu pemeliharaan (35 hari). Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial 4 x 2 dengan tiga ulangan. Taraf feed additive “RI.1” sebagai faktor utama (A) dan pakan sebagai faktor kedua (B). Faktor A terdiri dari empat taraf; 0%, 0,1%, 0,2%, dan 0,3%. Faktor B terdiri dari dua jenis pakan yaitu IDN (Pokphand) dan BR1s (Wonokoyo). Peubah yang diamati yaitu konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan, mortalitas, bobot badan akhir.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian feed additive “RI.1” tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap pertambahan bobot badan, konsumsi pakan, konversi pakan, mortalitas serta bobot badan akhir. Jenis pakan berpengaruh nyata (P<0,05) meningkatkan konsumsi pakan, dan menurunkan konversi pakan, tidak berpengaruh pada pertambahan bobot badan, bobot badan akhir, serta mortalitas (P>0,05). Interaksi pemberian feed additive “RI.1” dengan jenis pakan berbeda nyata (P<0,05) pada konversi pakan. Ayam broiler pada jenis pakan BR1s dengan pemberian feed additive “RI.1” 0.2% memberikan nilai konversi pakan yang lebih efesien.

Kata-kata kunci : feed additive, broiler, performance

(3)

ABSTRACT

The Effects of Different Suplementation Feed Additive “RI.1” and commercial Diet on the Performance of Broiler

A. Rifqi, R. Mutia, and D. Zainuddin

The study was conducted to determine the effects of suplementation feed additive

“RI.1” on broiler performance with different commercial diet. The research used 192 day old chicks (DOC) CP707 strain which were kept in litter system during five weeks. They were fed commercial diet from PT. Charoen Pokphand (IDN) and PT Wonokoyo group (BR1s) up to five weeks old. The treatment was given after one weeks old. They were fed different commercial diet and administrated with feed additive “RI.1”.

Feed additive “RI.1” was provides at levels 0.0%, 0.1%, 0.2% and 0.3% in water.

The parameters measured were feed consumption, body weight, weight gain, feed conversion ratio, and mortality. The data were analysed using Analysis of Variance (ANOVA). The significant results were followed by Duncan's Multiple Range Test.

This research was observation for four week feeding trial used Completely Randomized Design with two factors, factor A and factor B and were allocated for eight treatments and three replication.

The result showed that feed additive “RI.1” administration has no significant effect (P>0.05) on weight gain, feed consumption, feed conversion ratio, mortality and body weight. Commercial diet has significant effect (P<0.05) on increased feed consumption and decreased feed conversion ratio, not significantly on weight gain, body weight, mortality (P>0.05). There was interaction between commercial diet and feed additive “RI.1” on feed conversion ratio (P<0.05). The chickens reared at commercial diet BRIs and feed additive “RI.1” administration at level 0,2% given the feed conversion ratio more efficient. .

Keywords : feed additive, broiler, performance

(4)

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE “RI.1”

DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER

ATA RIFQI D24103078

Skripsi ini Merupakan Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(5)

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE “RI.1”

DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER

Oleh ATA RIFQI

D24103078

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 25 Agustus 2008

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dr.Ir. Rita Mutia, M.Agr Dr.Ir. Desmayati Zainuddin, MS

NIP. 131 779 504 NIP. 080 032 860

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

Dr.Ir. Luki Abdullah, M.Sc.Agr NIP. 131 955 531

(6)

v RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 30 Maret 1984 di DKI Jakarta. Penulis adalah anak kelima dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Muhammad Isa (Alm) dan Ibu Munawaroh Hamid.

Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1996 di SDN Cipulir 01 Pagi, Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1999 di SMPN 48 Jakarta dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2003 di SMAN 29 Jakarta.

Penulis diterima sebagai mahasiswa pada jurusan Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2003.

Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Koperasi Mahasiswa IPB (KOPMA IPB) dan Forum Studi dan Telaah Agama Islam (FORSITA) Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

(7)

vi KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas nikmat dan hidayah-Nya yang senantiasa diberikan kepada penulis selama ini.

Atas petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul

"Pengaruh Pemberian Feed Additive “RI.1” dan Jenis Pakan yang Berbeda Terhadap Penampilan Ayam Broiler” ditulis berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis dari tanggal 6 April sampai 12 Mei 2007 di Balai Penelitian Ternak (BPT), Ciawi, Jawa Barat. Adapun analisa pakan dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Institut pertanian Bogor.

Rendahnya kualitas pakan di Indonesia menghambat budidaya ayam boiler.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan dilakukan adalah dengan pemberian feed additive sehingga nilai guna pakan dapat ditingkatkan. Feed additive dapat berupa antibiotik, probiotik, prebiotik, enzim, dan suplemen pakan seperti mineral, asam amino, dan vitamin (Leeson dan Summers, 2001).

Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan feed additive "RI.1" ini diharapkan dapat meningkatkan penampilan ayam broiler. "RI.1" aman digunakan karena merupakan feed additive alami, tidak mengandung residu dan dapat meningkatkan produksi ternak.

Penulisan skripsi ini melalui berbagai tahapan seperti yang dijabarkan pada bagian isi. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk banyak pihak, atas perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih.

Bogor, Agustus 2008

Penulis

(8)

vii DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... ii

ABSTRACT ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Tujuan ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Ayam Broiler .. ... 3

Konsumsi ransum ... 4

Pertambahan Bobot Badan ... 5

Konversi Ransum ... 6

Feed Additive ... 7

Probiotik ... 8

Feed Additive “RI.1” ... 9

Mortalitas ... 10

Bobot Badan Akhir ... 11

METODE ... 12

Waktu dan Tempat ... 12

Materi ... 12

Ternak ... 12

Kandang dan Peralatan ... 12

Feed Additive dan Vaksin ... 12

Pakan ... 12

Metode .... ... 13

Perlakuan ... 13

Rancangan Percobaan dan Analisa Data ... 13

Peubah yang Diamati... 14

Prosedur ... 14

Pemeliharaan... 14

Pemberian Feed Additive “RI.1” dan Uji Coba Pakan... 15

(9)

viii

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

Kandungan Nutrisi Pakan Penelitian ... 16

Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Pakan ... 17

Pengaruh Perlakuan terhadap Pertambahan Bobot Badan... 20

Pengaruh Perlakuan terhadap Konversi Pakan ... 22

Pengaruh Perlakuan terhadap Mortalitas ... 24

Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Badan Akhir ... . 25

KESIMPULAN DAN SARAN ... 27

Kesimpulan ... 27

Saran ... 27

UCAPAN TERIMA KASIH ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 29

LAMPIRAN ... 32

(10)

ix DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkembangan Peningkatan Laju Pertumbuhan Ayam Broiler ... 4 2. Konversi Ransum Ayam Broiler pada Umur yang Berbeda ... 7 3. Kandungan “RI.1” ... 10 4. Kandungan Nutrisi Pakan Penelitian Berdasarkan Hasil

Analisis Laboratorium ... 16 5. Pengaruh Pemberian Feed Additive “RI.1” dan Jenis Pakan

terhadap Konsumsi Pakan (g/ekor/minggu)... 18 6. Rataan Konsumsi Pakan Ayam Broiler per Ekor per Minggu selama Penelitian ... 19 7. Pengaruh pemberian Feed Additive “RI.1” dan Jenis Pakan terhadap

Pertambahan Bobot Badan Selama Penelitian

(g/ekor) ... ... 21 8. Rataan Pertambahan Bobot Badan Ayam Broiler per Ekor

per Minggu selama Penelitian ... .... 22 9. Pengaruh Pemberian Feed Additive “RI.1” dan Jenis Pakan terhadap Konversi Pakan Ayam Broiler selama Penelitian ... 22 10. Pengaruh Pemberian Feed Additive “RI.1” dan Jenis Pakan terhadap

Mortalitas Ayam broiler selama Penelitian ... 24 11. Mortalitas Ayam Broiler Selama 35 Hari Pemeliharaan (ekor)... 25 12. Pengaruh Pemberian Feed Additive “RI.1” dan Jenis Pakan terhadap Bobot badan Akhir Ayam Broiler ... 25

(11)

x DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Mekanisme Kerja Probiotik ... 9 2. Pengaruh Jenis Pakan terhadap Nilai Rataan Konsumsi Pakan ... 18 3. Pengaruh Pemberian Feed Additive “RI.1” terhadap Nilai Rataan

Konsumsi ... 19 4. Pengaruh Jenis Pakan terhadap Nilai Rataan Pertambahan Bobot ... 21 5. Pengaruh Pemberian Feed Additive “RI.1” terhadap Nilai Rataan

Pertambahan Bobot Badan... 21 6. Pengaruh Jenis Pakan terhadap Nilai Rataan Bobot Badan Akhir... 25 7. Pengaruh Pemberian Feed Additive “RI.1” terhadap Nilai Rataan

Bobot Badan Akhir ... 26

(12)

xi DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1.Rataan Konsumsi Pakan Penelitian ... 33

2. Analisa Sidik Ragam Konsumsi Pakan ... 33

3. Uji Jarak Duncan Konsumsi Pakan ... 33

4.Rataan Pertambahan Bobot Badan ... 34

5. Analisis Sidik Ragam Pertambahan Bobot Badan ... 34

6. Rataan Konversi Pakan ... 35

7. Analisa Sidik Ragam Konversi Pakan ... 35

8. Uji Jarak Duncan Konversi Pakan... 35

9. Rataan Bobot Badan Akhir ... 36

10. Analisis Sidik Ragam Bobot Badan Akhir ... 36

11. Rataan Mortalitas ... 37

12. Analisis Sidik Ragam Mortalitas ... 37

(13)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Peternakan ayam broiler merupakan salah satu usaha yang potensial untuk menghasilkan daging. Permintaan terhadap protein hewani saat ini terus meningkat, hal ini berkaitan dengan pertambahan populasi penduduk yang cukup pesat. Ayam broiler memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, masa panen pendek dan menghasilkan daging berserat lunak, timbunan daging baik dan dada lebih besar.

Meningkatnya kebutuhan akan ayam broiler ini mendorong peternak untuk lebih memperhatikan kualitas produk yang dihasilkan dan menjaga status kesehatan ternak yang dipelihara. Peningkatan produktivitas ternak khususnya ayam broiler memerlukan kualitas pakan yang tinggi untuk pertumbuhannya. Upaya yang dapat dilakukan adalah memaksimalkan nilai guna dari pakan yang dikonsumsi ternak. Hal ini dapat dilakukan dengan menambahkan feed additive dan/atau feed supplement baik melalui pakan maupun air minum.

Feed additive dapat berupa antibiotik, probiotik, prebiotik, enzim, dan hormon atau suplement pakan seperti mineral, asam amino, dan vitamin. Pemberian feed additive selain untuk meningkatkan nilai guna pakan (dapat memacu proses metabolisme dalam tubuh ternak), merangsang kekebalan tubuh ternak dan dapat meningkatkan keseimbangan zat makanan (karbohidrat, protein, mineral dan vitamin). Nilai guna pakan dapat ditentukan atau diukur dengan lengkap tidaknya zat-zat nutrisi yang terkandung, tinggi rendahnya daya cerna dan nilai energi.

Feed additive alami merupakan salah satu alternatif yang ditempuh untuk memenuhi permintaan konsumen akan keamanan dan kualitas pangan yang berasal dari ternak. Feed additive alami yang telah beredar dan diproduksi PT. Biotech Inti Organik dengan merek dagang “RI.1”, yang produknya meningkatkan kualitas daging, efisiensi ransum serta daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit.

Sehubungan dengan hal tersebut maka dilakukan penelitian untuk mengetahui taraf pemakaian “RI.1” yang optimum.

(14)

2 Perumusan Masalah

Ayam broiler memiliki karakteristik pertumbuhan yang cepat, dengan masa pemeliharaan 40 hari dapat menghasilkan bobot akhir lebih dari 1,5 kg/ekor (Didinkaem, 2006). Hal ini dapat tercapai apabila kebutuhan nutrisi di dalam tubuh ayam terpenuhi. Salah satu kendala yang dapat menghambat budidaya ayam broiler adalah rendahnya kualitas pakan yang tersedia di Indonesia saat ini. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian feed additive, sehingga nilai guna pakan dapat ditingkatkan. Saat ini antibiotik merupakan jenis feed additive yang banyak digunakan oleh peternak di Indonesia, dengan penggunaan antibiotik yang berlebihan dapat menimbulkan residu pada produk akhir peternakan. Feed additive organik merupakan cara yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut, terkait dengan hal tersebut, penelititan ini akan mengevaluasi pengaruh pemberian level feed additive “RI.1” dan dua jenis pakan komersial pada penampilan ayam broiler.

Tujuan

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh jenis pakan, taraf optimum pemberian feed additive “RI.1” dalam air minum dan interaksi antara taraf pemberian feed additive “RI.1” dengan jenis pakan terhadap penampilan ayam broiler.

(15)

3 TINJUAN PUSTAKA

Ayam Broiler

Salah satu ternak yang potensial sebagai penghasil daging adalah ayam broiler. Ayam broiler adalah galur ayam hasil rekayasa teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, masa panen pendek dan menghasilkan daging dengan kualitas berserat lunak, timbunan daging baik, dada yang lebih besar dan kulit licin (North dan Bell, 1990).

Menurut North dan Bell (1990) ayam pedaging (broiler) biasanya dipasarkan pada umur empat sampai delapan minggu.

Pemeliharaan ayam ras tipe berat untuk pedaging banyak dilakukan karena untuk mencapai waktu pemasaran lebih singkat. Menurut Pond et al (1995), broiler merupakan ayam muda yang dapat dipasarkan untuk dikonsumsi masyarakat pada umur 5 sampai 7 minggu baik dalam bentuk utuh, potongan dalam beberapa bagian bahkan produk-produk yang telah diolah. Menurut Didinkaem (2006), ayam broiler mampu membentuk 1 kg daging atau lebih banyak dalam waktu 30 hari dan lebih dari 1,5 kg pada umur 40 hari. Biasanya ayam broiler dipanen setelah umurnya mencapai 35-45 hari dengan bobot badan berkisar 1,5-2,5 kg. Di Indonesia ayam broiler ini dijual pada umur sekitar 5-6 minggu dengan bobot sekitar 1,7 kg. Ayam broiler tumbuh dengan sangat cepat dan mampu mengubah makanan menjadi daging dengan sangat efesien pada suhu lingkungan 190-210C.

Charoen Pokphand broiler merupakan hasil persilangan galur murni yang unggul dan rekayasa genetika, dengan FCR rendah, pola pertumbuhan cepat dan lebih selektif (daging dada lebih banyak). Broiler ini peka terhadap perubahan dan mudah stress, pertumbuhan bulu lambat dan memerlukan formulasi pakan yang baik.

Charoen Pokphand broiler dipelihara untuk bisa dipanen lebih awal dengan bobot panen 1-1,5 kg maupun diatas 2 kg. Laju pertumbuhan broiler dapat diatur dengan program pencahayaan dan program pemberian pakan yang baik. Untuk dapat menghasilkan bobot panen 1-1,5 kg, maka pertumbuhan pada 7 hari pertama perlu diperhatikan. Bobot badan yang baik pada umur 7 hari (± 175 g) secara umum akan menghasilkan bobot badan yang sangat baik pula pada akhir masa panen (Charoen Pokphand Indonesia, 2006).

(16)

4 Perbaikan mutu genetik ayam broiler yang dilakukan oleh para breeder dari tahun ke tahun menyebabkan penampilan ayam yang ada pada saat ini jauh lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Data mengenai perkembangan ayam broiler dalam delapan dekade terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Peningkatan Laju Pertumbuhan Ayam Broiler sampai dengan Bobot Potong

Periode Umur (hari)

Bobot Hidup (kg)

PBB

(gram/ekor/hari FCR Mortlitas (%)

1920-an 120 1 8 5 20

1930-an 100 1,2 12 4,6 15

1940-an 85 1,4 17 4 10

1950-an 75 1,5 20 3,2 8

1960-an 70 1,6 23 2,5 8

1970-an 60 1,9 32 2,2 5

1980-an 50 2,2 44 2 5

1990-an 50 2,6 51 1,9 4

Sumber : Leeson dan Summers (2000)

Konsumsi Ransum

Jumlah makanan yang dikonsumsi oleh ternak akan digunakan untuk mencukupi hidup pokok dan untuk produksi hewan tersebut (Tilman et al., 1991).

Faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum antara lain besar tubuh ayam, aktifitas sehari-hari, suhu lingkungan, kualitas dan kuantitas ransum (NRC, 1994). Lesson dan Summers (2001) menambahkan faktor bentuk ransum, kandungan energi ransum, kesehatan lingkungan, zat-zat nutrisi, kecepatan pertumbuhan dan stres sebagai faktor yang juga mempengaruhi konsumsi ransum.

Konsumsi pakan menurun 1,72 % pada setiap kenaikan 10C dari suhu ambang antara 180C sampai 320C. Penurunan menjadi lebih cepat (5 % untuk setiap 10C) apabila suhu meningkat ke 32-380C (Rao et al.,2002).

Konsumsi pakan yang rendah merupakan penyebab utama penampilan yang rendah selama suhu tinggi. Praktek-praktek berikut ini dapat membantu meningkatkan konsumsi pakan : (1) Makan pakan dalam bentuk basah, (2) Bentuk

(17)

5 pakan crumble atau pellet, (3) Pakan rendah kalsium dengan pilihan bebas sumber- sumber kalsium, (4) Pemberian pakan sering, (5) Penambahan lemak atau molases untuk meningkatkan palatabilitas (Rao et al.,2002).

Wahyu (1997) menyatakan konsumsi ransum ayam broiler selama lima minggu pemeliharaan sebesar 1860 gram untuk jantan dan 1460 gram untuk betina.

Konsumsi ayam broiler strain CP 707 komulatif sampai minggu kelima yaitu 3145,2 gram (Charoen Pokphand Indonesia, 2006).

Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan merupakan salah satu parameter yang sering diamati untuk menilai keberhasilan atau tingkat perkembangan produksi yang diinginkan. Pertumbuhan merupakan suatu proses peningkatan ukuran tulang, otot, organ dalam dan jaringan bagian tubuh lainnya yang terjadi sebelum lahir sampai (prenatal) dan sesudah lahir (posnatal) sampai mencapai dewasa tubuh (Ensminger et al., 1990). Menurut Rose (1997), pertumbuhan meliputi peningkatan ukuran sel- sel tubuh akan peningkatan sel-sel individu, dimana pertumbuhan itu mencakup empat komponen utama yaitu adanya peningkatan bobot otot yang terdiri dari protein dan air, peningkatan ukuran skeleton, peningkatan total lemak tubuh dalam jaringan adiposa dan peningkatan bulu, kulit dan organ dalam.

Charles dan Spackman (1985) menyarankan bahwa penimbangan bobot badan untuk mengetahui kecepatan pertumbuhan ayam pedaging hendaknya dilakukan setiap minggu dengan mengambil contoh acak dari kelompok.

Selanjutnya, untuk pengukuran pertambahan bobot badan dilakukan dalam satu minggu, hal ini perlu dilakukan untuk mempermudah pelaksanaan sehari-hari.

Proyeksi data bobot badan mingguan pada kurva pertumbuhan, memudahkan mengevaluasi tatalaksana pemeliharaan secara berkala. Kecepatan pertumbuhan dapat diukur melalui pertambahan bobot badan pada saat tertentu, terhadap bobot badan pada minggu sebelumnya.

Pertumbuhan ayam pedaging sangat cepat dari sejak lahir sampai delapan minggu setelah itu pertumbuhan akan menurun (Scott et al., 1982). Pertumbuhan yang cepat sering terjadi pada awal pertumbuhan. Keadaan ini menguntungkan untuk kondisi di Indonesia yang memasarkan ayam pada awal pertumbuhan yaitu pada umur lima sampai enam minggu. Menurut Anggorodi (1985) pada periode

(18)

6 pertumbuhan diperlukan pakan dengan zat makanan yang seimbang. Kandungan zat makanan yang menentukan performa pada unggas adalah imbangan protein dan energinya, selain itu kebutuhan vitamin dan mineral harus terpenuhi.

Penambahan feed additive seperti probiotik dapat meningkatkan pertumbuhan ternak. Hasil penelitian Sufiriyanto dan Indradji (2001) menunjukkan pemberian air minum yang dicampur enzim dan probiotik pada umur 3-5, 14, 21, 28 dan 35 hari dapat meningkatkan bobot badan. Bobot badan yang dihasilkan adalah 1.483,33 gram pada umur 5 minggu.

Konversi Ransum

Konversi ransum mencerminkan keberhasilan dalam memilih atau menyusun ransum berkualitas, selain itu angka konversi juga banyak dipengaruhi oleh teknik pemberian pakan (Amrullah, 2003). Lacy dan Vest (2000) menyatakan bahwa konversi ransum berguna untuk mengukur produktivitas ternak dan didefinisikan sebagai rasio antara konsumsi ransum dengan pertambahan bobot badan yang diperoleh selama kurun waktu tertentu. Semakin tinggi konversi ransum menunjukkan semakin banyak ransum yang dibutuhkan untuk meningkatkan bobot badan per satuan bobot. Dijelaskan pula bahwa semakin rendah angka konversi ransum berarti kualitas ransum semakin baik.

Faktor utama yang mempengaruhi konversi ransum adalah genetik, temperatur, ventilasi, sanitasi, kualitas pakan, jenis ransum, penggunaan zat aditif, kualitas air, pengafkiran, penyakit dan pengobatannya, manajemen pemeliharaan, selain itu faktor pemberian pakan, penerangan, dan faktor sosial turut mempengaruhi konversi ransum (Lacy dan Vest, 2000). Menurut Sufiriyanto dan Indradji (2001), pemberian air minum campuran enzim dan probiotik pada ayam umur 3-5, 14, 21, 28 dan 35 hari mempunyai nilai konversi ransum sebesar 1,826. Nilai konversi ransum berhubungan dengan biaya ransum, semakin tinggi angka konversi maka biaya ransum akan meningkat, karena jumlah ransum yang dibutuhkan untuk menghasilkan pertambahan bobot badan dalam jangka waktu tertentu semakin tinggi.

Nilai suatu ransum selain dapat ditentukan oleh nilai konsumsi dan tingkat pertambahan bobot badan juga ditentukan oleh nilai konversi ransum, dimana konversi ransum menggambarkan banyaknya jumlah ransum yang digunakan untuk pertumbuhannya (Wiradisastra, 1986). North (1990) menyatakan bahwa konversi

(19)

7 ransum dipengaruhi oleh tipe litter, panjang dan intensitas cahaya, luas lantai per ekor, gas amonia di kandang, penyakit dan bangsa ayam.

North dan Bell (1990) menyatakan bahwa konversi ransum merupakan perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan dalam jangka waktu tertentu. Nilai konversi ransum pada ayam broiler menurut NRC (1994) disajikan pada Tabel 2. Perkiraan terbaik untuk mengetahui mutu ransum adalah dengan melihat efisiensi penggunaan ransum atau angka konversinya. Menurut NRC (1994), konversi ransum merupakan hubungan antara jumlah ransum yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu satuan bobot badan atau produksi telur.

Tabel 2. Konversi Ransum Ayam Broiler pada Umur yang Berbeda.

Umur (minggu) Konversi Ransum

1 0,91

2 1,15

3 1,25

4 1,52

5 1,65

6 1,81

7 1,97

Sumber : NRC (1994)

Feed Additive

Menurut Lesson dan Summers (2001), feed additive dapat berupa flavoring agent, antibiotik, enzim, antioksidan, hormon, probiotik dan antikoksidial. Antibiotik diizinkan secara legal sebagai imbuhan pakan untuk unggas, namun akhir-akhir ini ada perkembangan baru yang mulai menentang penggunaannya. Beberapa negara maju (terutama negara di Eropa) mulai mempertanyakan resiko penggunaan antibiotik dalam pakan terhadap kesehatan manusia yang mengkonsumsi produk ternak tersebut (Barton dan Hart, 2001). Antibiotik pemacu pertumbuhan memainkan peranan yang berguna untuk modifikasi mikroflora dalam saluran pencernaan unggas, tetapi tidak seperti dengan enzim pakan yang secara berdiri sendiri lebih berpengaruh terhadap mikroflora. Perbaikan kecernaan pakan oleh enzim dapat mengurangi lama keberadaan nutrisi di dalam saluran pencernaan dan memberikan kesempatan yang lebih singkat bagi pertumbuhan bakteri pathogen (Adam, 2000).

(20)

8 Probiotik

Fuller (1992) mendefenisikan ulang probiotik sebagai pakan tambahan berupa mikroorganisme yang mempunyai pengaruh menguntungkan untuk inangnya melalui peningkatan keseimbangan mikroorganisme usus. Keseimbangan mikroorganisme usus dapat terganggu dalam keadaan stres sehingga sistem pertahanan tubuh menurun dan bakteri-bakteri patogen berkembang sangat cepat.

Keseimbangan mikroorganisme usus dapat tercapai apabila perbandingan mikroorganisme yang menguntungkan terhadap yang merugikan sebesar 80% : 20%

atau 85% : 15%. Menurut McDonald et al., (2002) probiotik didefinisikan sebagai makanan tambahan berupa mikroba hidup baik bakteri maupun kapang yang mempunyai pengaruh menguntungkan pada hewan inang dengan memperbaiki mikroba dalam saluran pencernaan.

Sampai sekarang konsep tentang probiotik didasarkan pada terbentuknya kolonisasi mikroba yang menguntungkan yang masuk ke dalam saluran pencernaan, mencegah perkembangan bakteri pathogen, netralisasi racun pada saluran pencernaan, mengatur aktivitas enzim bakteri tertentu dan menguatkan pengaruh substansi yang merangsang sintesis antibodi pada sistem kekebalan (Cruywagen et al., 1996).

Pada ternak, penggunaan probiotik bertujuan untuk, memperbaiki kondisi saluran pencernaan dengan menekan reaksi pembentukan racun dan metabolit yang dapat menetralisir senyawa beracun yang tertelan atau dihasilkan oleh saluran pencernaan, merangsang produksi enzim yang diperlukan untuk mencerna pakan dan memproduksi vitamin serta zat-zat yang tidak terpenuhi dalam pakan (Seifert dan Gessler, 1997). Mekanisme kerja probiotik, adalah sebagai berikut:

(21)

9 Gambar 1. Mekanisme Kerja Probiotik

Sumber : (McDonald et al.,2002)

Fuller (1992) menyatakan bahwa probiotik adalah “feed supplement” berupa mikroba hidup yang menguntungkan ternak induk semang dengan memperbaiki keseimbangan mikroba saluran pencernaan, selanjutnya dikatakan bahwa probiotik mengandung satu atau beberapa jenis strain mikroorganisme yang dapat diberikan pada ternak dengan bentuk tepung, tablet atau pasta secara langsung (oral), dicampur pakan atau air minum dan untuk anak ayam yang baru menetas bisa dilakukan dengan cara disemprotkan ke lingkungan sekitarnya.

Feed Additive “RI.1”

“RI.1” merupakan feed additive bagi ternak yang bersifat organik. Selain itu

“RI.1” juga mengandung mineral makro dan mikro, hormon pertumbuhan, asam amino dan mikroorganisme. Kandungan “RI.1” disajikan pada Tabel 3.

Manfaat penggunaan feed additive “RI.1” bagi ternak antara lain : 1) Meningkatkan daya serap protein ternak, 2) Nafsu makan ternak meningkat, memacu pertambahan bobot badan dalam waktu relatif singkat, 3) Meningkatkan volume produksi ternak, 4) Meningkatkan kualitas daging, susu dan telur, 5) Menjadikan rasa daging lebih enak, karena perbaikan struktur serat daging pada ternak, 6) Menjaga stamina ternak tetap fit, tahan terhadap stres dan penyakit (PT Biotech Inti Organik, 2007)

Probiotik

Menempel Saluran Pencernaan Berkolonisasi

Mereduksi bakteri patogen

Memperbaiki performa

(22)

10 Tabel 3. Kandungan “RI.1”

Kandungan Jenis Unsur

mineral N,P,K, Na, Ca, Mg, S, Fe, Mn, Cu, Zn Mikroba Mychoriza, Rhyzobium, dll

Hormon Gibberalin dan Zeatin

Asam Amino

Asam Aspartat, Asam Glutamat, Serin, Histidin, Arginin, Threonin, Alanin, Prolin, Tirosin, Valin, Methionin, Sistin, Isoleusin, leosin, Phenilalanin, Lisin

Keterangan : PT.Biotech Inti Organik (2007) Mortalitas

Mortalitas atau kematian adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha pengembangan peternakan ayam. Menurut Togatrop dan Basya (1977) tingkat kematian ayam sering terjadi pada periode pemula “starter” dan sudah jarang pada periode akhir “finisher”. North dan Bell (1990) menyatakan bahwa persentase kematian minggu pertama selama periode pertumbuhan tidak lebih dari 4

%. Kematian minggu selanjutnya harus relatif lebih rendah sampai hari terakhir minggu tersebut dan terus dalam keadaan konstan sampai berakhirnya periode pertumbuhan. Faktor-faktor yang mempengaruhi persentase kematian antara lain bobot badan, bangsa, tipe ayam, iklim, kebersihan lingkungan dan penyakit. Menurut Lacy dan Vest (2000) mortalitas yang normal pada ayam pedaging sekitar 4 %.

Virus ND disebarkan selama masa tunas, saat ada gejala klinis dan secara terbatas pada saat kesembuhan. Virus berada di udara pernapasan, tinja, pada saat ayam sehat mengalami sakit dan pada karkas ayam yang mati karena ND. Penyakit ini dapat menyebebkan angka mortalitas sampai 25%, seringkali lebih tinggi pada unggas muda, bahkan angka kematian, bisa mencapai 100% (Fenner et al., 1995).

Selanjutnya Sugiarti et al. (1981) melaporkan bahwa bila ayam mengalami gangguan fisiologis, akibatnya langsung dapat dilihat pada pertumbuhan, konsumsi pakan yang akhirnya dapat mengakibatkan kematian.

(23)

11 Bobot Badan Akhir

Bobot badan akhir merupakan bobot badan ayam broiler yang dicapai pada masa akhir pemeliharaan. Menurut Gordon dan Charles (2002), target bobot badan akhir tidaklah cukup hanya berdasarkan kriteria kecukupan kebutuhan pertumbuhan fisiologis selama masa pembesaran dalam rangka menopang produksi. Setiap organ tubuh dan otot mengikuti kurva pertumbuhannya masing-masing.

(24)

12 METODE

Waktu dan Tempat

Pengamatan ini dilaksanakan selama 35 hari dibagi menjadi dua periode.

Periode pemeliharaan dari 6 April sampai 13 April dan periode perlakuan dari tanggal 14 April sampai 12 Mei 2007. Penelitian dilaksanakan di Kandang Ayam, Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor.

Materi Ternak

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 192 ekor ayam broiler (unsex) strain CP-707 yang diproduksi PT.Charoen Pokphand. Ayam dipelihara dengan sistem litter dan diberi perlakuan setelah umur satu minggu pemeliharaan.

Rataan bobot badan awal ayam broiler berkisar antara 107,29 – 110,83 gram/ekor.

Kandang dan Peralatan

Kandang ayam yang dipakai adalah kandang litter dengan ukuran peunit (perpetak) 1x1 m. Kandang dibagi berdasarkan jumlah perlakuan menjadi 24 unit percobaan, masing-masing berisi delapan ekor anak ayam. Peralatan lainnya yang digunakan selama penelitian adalah tempat pakan, tempat minum, lampu pemanas, tirai penutup, timbangan, spoit dan jarum suntik, sekam padi, dan kapur.

Feed Additive dan Vaksin

Feed additive yang digunakan adalah bentuk larutan, diberikan setelah anak ayam berumur satu minggu. Vaksin yang digunakan selama pemeliharaan adalah vaksin Newcastle Desease (ND) yang diberikan pada umur empat hari melalui tetes mata, vaksin Gumboro melalui tetes mulut pada umur 10 hari dan AI (Avian Influenza) pada umur 14 hari melalui suntikan subcutan.

Pakan

Pakan yang diberikan adalah dua jenis pakan komersial starter dalam bentuk crumble yaitu dari IDN (Pokphand) dan BR1s (Wonokoyo). Kandungan nutrisi pakan penelitian dianalisa di laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fapet, IPB (2007).

(25)

13 Metode

Perlakuan

Penelitian ini menggunakan 8 perlakuan. Setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan dan setiap ulangan (unit percobaan) terdiri atas 8 ekor ayam. Perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut :

R1 = Jenis pakan IDN dan pemberian feed additive “RI.1” 0%

R2. = Jenis pakan BR1s dan pemberian feed additive “RI.1” 0%

R3 = Jenis pakan IDN dan pemberian feed additive “RI.1” 0,1%

R4 = Jenis pakan BR1s dan pemberian feed additive “RI.1” 0,1%

R5 = Jenis pakan IDN dan pemberian feed additive “RI.1” 0,2%

R6 = Jenis pakan BR1s dan pemberian feed additive “RI.1” 0,2%

R7 = Jenis pakan IDN dan pemberian feed additive “RI.1” 0,3%

R8 = Jenis pakan BR1s dan pemberian feed additive “RI.1” 0,3%

Rancangan Percobaan dan Analisa Data

Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial 4 x 2 dengan tiga ulangan. Taraf feed additive sebagai faktor utama (A) dan pakan sebagai faktor kedua (B). Faktor A terdiri dari empat taraf; 0%, 0,1%, 0,2%

dan 0,3%. Faktorial B terdiri dari dua jenis pakan komersial yaitu IDN (Pokphand) dan BR1s (Wonokoyo). Setiap perlakuan diulang tiga kali. Setiap ulangan terdiri dari delapan ekor ayam.

Model Percobaan

Model matematika yang digunakan adalah sebagai berikut :

Yijk = µ + αi + βl + (αβ)ij + εijk

Keterangan :

Yijk = Nilai peubah yang diamati pada ulangan ke-k dari taraf penambahan feed additive ke-i dan pakan ke-j

µ = Rataan umum

αi = Pengaruh penambahan taraf feed additive ke-i ; i = 1,2,3 dan 4 βj = Pengaruh jenis pakan ke-j ; j = 1 dan 2

(αβ)ij = Interaksi antara faktor I pada taraf ke-i dan faktor II pada taraf ke-j

(26)

14 εijk = Galat percobaan pada ulangan ke-k dan taraf penambahan feed additive ke-

i dan pakan ke-j

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam, jika perlakuan berpengaruh nyata terhadap peubah yang diukur, dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan untuk melihat perbedaan antar perlakuan (Steel dan Torrie, 1991).

Peubah-peubah yang Diamati

Peubah-peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah performan ayam broiler yaitu :

1. Konsumsi ransum (gram/ekor)

Konsumsi ransum diukur dengan menghitung selisih antara ransum yang diberikan dengan sisa ransum pada akhir minggu.

2. Pertambahan bobot badan (gram/ekor/satuan waktu)

Pertambahan bobot badan diperoleh dengan menghitung selisih antara bobot badan akhir dengan bobot awal setiap minggu.

3. Konversi Ransum

Konversi ransum diperoleh dengan membagi antara konsumsi ransum dengan pertambahan bobot badan

4. Bobot Badan Akhir (gram/ekor)

Bobot badan akhir diukur pada akhir penelitian

5. Mortalitas dihitung dengan melakukan pengamatan terhadap jumlah kematian ayam selama penelitian.

Prosedur Pemeliharaan

Persiapan kandang dilakukan dua minggu sebelum pelaksanaan penelitian.

Persiapan kandang dimulai dari pencucian kandang dan peralatannya dengan menggunakan detergen. Selanjutnya dilakukan pengapuran kandang. Dilanjutkan dengan pemberian litter dan dilakukan fumigasi. Langkah berikutnya penempatan tempat pakan, tempat minum, menyediakan chick guard, memasang lampu pemanas, dan pemberian nomor kandang. Kandang yang dipakai berukuran 1x1 m per unit

(27)

15 (peretak) dengan dilengkapi masing-masing satu tempat pakan dan air minum ditempatkan sejajar.

DOC ditimbang, kemudian ditempatkan sebanyak 25 ekor tiap petak. Chick guard yang dipakai dua, setiap chick guard terdiri dari empat petak. Chick guard pertama diberi jenis pakan IDN (Pokphand) dan kedua BR1s (Wonokoyo).

Kemudian dilakukan pemberian air gula pada hari pertama sebelum diberi pakan komersial. Berikutnya diberikan avistress selama seminggu melalui air minum.

Anak ayam (DOC) dipelihara selama satu minggu dengan diberi pakan komersial dan air minum ad libitum. Selanjutnya, setelah ayam berumur satu minggu, diberi air minum yang ditambahkan feed additive dengan taraf yang berbeda.

Pemberian Feed Additive “RI.1”dan Uji Coba Pakan

192 ekor DOC telah dibagi menjadi 24 kelompok secara acak dan masing- masing diberi perlakuan dari 4 taraf perlakuan feed additive "RI.1" dan dua jenis pakan. Pakan dan air minum diberikan ad libitum. Pemberian pakan diberikan 3 kali sehari yaitu ditambahkan setiap pagi, siang dan sore, sedangkan penggantian air minum dilakukan 2 kali sehari. Lama pemeliharaan 35 hari, dimana pemberian feed additive “RI.1” dilakukan setelah umur 1 minggu selama 28 hari. Jumlah pemberian air minum disesuaikan dengan peningkatan konsumsi air minum.

(28)

16 HASIL DAN PEMBAHASAN

Kandungan Nutrisi Pakan Penelitian

Pada penelitian ini dilakukan analisis dua sampel pakan penelitian yaitu IDN (Pokphand) dan BR1s (Wonokoyo). Kandungan nutrisi pakan penelitian berdasarkan hasil laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, 2007 disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan Nutrisi Pakan Penelitian Berdasarkan Hasil Analisis Laboratorium

Zat Makanan IDN (Pokphand) BRIs (Wonokoyo) Bahan kering (%) 85,27 85,29 Protein Kasar (% BK) 23,30 22,46 Lemak Kasar (% BK) 9,33 5,88 Serat Kasar (% BK) 4,96 4,55 Abu (% BK) 8,43 6,81 Energi Bruto (kkal/kg) 3925 3920

Sumber : Hasil anlisis proksimat di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan. Fapet, IPB (2007)

Hasil laboratorium untuk energi adalah dalam bentuk energi bruto, sedangkan dalam nutrisi unggas nilai energi yang diinginkan adalah energi metabolisme karena pengukuran energi ini tersedia untuk semua tujuan termasuk hidup pokok, pertumbuhan, penggemukan dan produksi telur (Wahju,1997). Energi yang tersimpan dalam tubuh adalah energi metabolisme yang diperhitungkan 70-90 % dari energi bruto, tergantung dari berbagai faktor (Anggorodi,1995).

Menurut NRC (1994) energi metabolis adalah 0.72 kali energi bruto maka nilai energi metabolis ransum penelitian sekitar 2822 - 2826 kkal/kg. Kandungan energi ransum penelitiaan berdasarkan analisis laboratorium masih sesuai untuk pertumbuhan anak ayam broiler. Anggorodi (1985) menyatakan bahwa kebutuhan energi metabolis ayam pada periode stater (0-6 minggu) berkisar antara 2800-3300 kkal/kg ransum

Kandungan protein IDN (Pokphand) adalah 23,30 dan BR1s (Wonokoyo) adalah 22,46. Perbedaan kandungan protein IDN (Pokphand) dan BR1s (Wonokoyo) dikarenakan bahan penyusun dan komposisinya yang berbeda. Menurut Wahyu

(29)

17 (1997) kandungan zat nutrisi dalam bahan pakan dipengaruhi oleh varietas tanaman, tipe tanah, pemupukan, iklim, lama penyimpanan serta cara pengolahan. Berdasarkan hasil tersebut maka kadar protein pakan penelitian sudah memenuhi kebutuhan protein untuk ayam pedaging priode starter. Nilai ini sesuai dengan Direktorat Bina Produksi (1997) pada priode starter yaitu 18,00 – 23,00 %. Menurut Scott et al, (1982) bahwa kebutuhan protein ayam pada periode starter sebesar 24,8 % dan 20 % untuk periode grower. Wahju (1997) menyatakan bahwa kebutuhan protein untuk ayam pedaging (0-6 minggu) berkisar antara 21,0 % -24,8 %.

Berdasarkan hasil analisis, kandungan serat kasar IDN (Pokphand) adalah 4,96 % dan BR1s (Wonokoyo) adalah 4,55 %. Menurut Direktorat Bina Produksi (1997) pada periode starter yaitu 7,0 % (maksimun). Menurut Kismono (1986) ayam pedaging sampai umur 8 minggu masih dapat menerima serat kasar ransum sampai tingkat 8,02 %. Batas maksimal serat kasar dalam ransum unggas yang dikemukakan oleh Erwing (1963) adalah 8 %.

Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan dan konversi pakan sehingga konsumsi pakan perlu diperhatikan karena sangat berpengaruh terhadap penampilan ayam broiler. Tingkat palatabilitas ternak terhadap suatu pakan juga dapat dilihat dari jumlah pakan yang dikonsumsi. Konsumsi pakan setiap ekor ternak berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh bobot badan, galur, tingkat produksi, tingkat cekaman, aktifitas ternak, mortalitas, kandungan energi di dalam pakan dan suhu lingkungan (North dan Bell, 1990). Pemberian feed additive diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pakan, karena dapat meningkatkan perkembangan mikroorganisme yang menguntungkan di dalam saluran pencernaan.

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian air minum yang diberi feed additive “RI.1” sampai level 0.3% dan interaksi feed additive “RI.1”

dengan jenis pakan tidak berpengaruh nyata (P>0,05), tetapi jenis pakan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsumsi pakan. Pada Tabel 5, kelompok ayam yang diberi pakan IDN memiliki rataan konsumsi berkisar antara 2967,76 – 3189,88 gram/ekor, dan pakan BR1s 2673,63 – 3033,83 gram/ekor. Nilai ini lebih besar dari nilai pada NRC (1994) yaitu 2.576 gram dan juga dari konsumsi standar strain CP707 yaitu 3145,2 gram (Charoen Pokphand Indonesia, 2006).

(30)

18 Tabel 5. Pengaruh Pemberian ”RI.1” dan Jenis Pakan terhadap Konsumsi

Pakan Ayam Broiler (g/ekor) selama Penelitian

Jenis Pakan

Taraf feed additive “RI.1”

0,00% 0,10% 0,20% 0,30%

Rataan±SD

Konsumsi Pakan (gram/ekor)

IDN BRIs Rataan±SD

2967.17±303.05 2883.76 ± 96.25 2925.47±206.23a

3013.13±218.94 3033.83±136.81 3023.48±163.68a

3189.88±124.35 2673.63±198.64 2931.75±319.25a

3060.88±172.98 2906.79±160.58 2983.83±171.48a

3057.76±203.00a 2874.50±187.58b Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata (P>0,05)

Huruf yang berbeda menunjukkan nilai yang berbeda nyata (P<0,05)

Gambar 2. Pengaruh Jenis Pakan terhadap Nilai Rataan Konsumsi Pakan.

Pemberian jenis pakan IDN memiliki rata-rata konsumsi pakan yang tinggi, bila dibandingkan dengan jenis pakan BR1s (Tabel 5). Pada Gambar 2 terlihat bahwa jenis pakan nyata (P<0,05) mempengaruhi konsumsi pakan. Hal ini diduga karena kandungan serat kasar, protein kasar, dan energi yang berbeda pada dua jenis pakan.

Faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum antara lain besar tubuh ayam, aktifitas sehari-hari, suhu lingkungan, kualitas dan kuantitas ransum (NRC, 1994).

Pemberian feed additive “RI.1” sampai taraf 0,3 % tidak memberikan perbedaan yang nyata (P>0,05) dapat dilihat pada Gambar 3, perlakuan yang tanpa menggunakan feed additive “RI.1” menghasilkan konsumsi pakan yang paling rendah bila dibandingkan dengan yang diberikan “RI.1”. Level penggunaan feed additive ''RI.1" belum dapat diketahui pengaruhnya secara pasti dalam mempengaruhi konsumsi pakan. Hal ini berhubungan dengan tingkat palatabilitas, dimana setiap level pemberian masih menunjukan pengaruh yang tidak konsisten.

Adanya kondisi yang kompleks dan dinamis dari mikroflora saluran cerna mungkin

2874,51 3057,76

2750,00 2800,00 2850,00 2900,00 2950,00 3000,00 3050,00 3100,00

IDN BR1s

Jenis Pakan

Konsumsi Pakan (g/ekor)

(31)

19 dapat menjawab pertanyaan, mengapa penggunaan preparat probiotik yang mengandung satu atau beberapa spesies mikroflora saluran cerna memberikan respon yang tidak konsisten (Unandar, 2003).

Penelitian ini sejalan dengan pendapat Nirmalasanti (2002) yang menyatakan probiotik tidak akan berkerja dengan baik jika dosis probiotik yang diberikan belum sesuai, pemeliharan kandang yang kurang benar dan komposisi mikroflora saat probiotik diberikan tidak tepat selain karena cara penyimpanan, jenis bakteri dan cara pemberian probiotik yang kurang tepat.

2983,83

2931,75 3023,48

2925,46

2800.00 2850.00 2900.00 2950.00 3000.00 3050.00 3100.00

0.00 0.1 0.2 0.3

Pe m be r ian Fe e d Additive "RI.1" (%)

Konsumsi Pakan (g/ekor)

Gambar 3. Pengaruh Pemberian Feed Additive ”RI.1” terhadap Nilai Rataan Konsumsi Pakan

Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa konsumsi pakan yang disusun berdasarkan periode pertumbuhan memiliki jumlah yang berbeda pada setiap perlakuan. Konsumsi ayam broiler terus mengalami peningkatan dari minggu pertama sampai minggu keempat. Hal ini dipengaruhi oleh umur dan besar tubuh ayam seperti yang dikemukakan oleh Anggorodi (1985).

Tabel 6. Rataan Konsumsi Pakan Ayam Broiler per Ekor per Minggu selama Penelitian

Minggu ke-

Perlakuan

0,00% 0,10% 0,20% 0,30%

IDN BR1s IDN BR1s IDN BR1s IDN BR1s

2 348,25 340,08 356,25 360,25 346,58 298,67 342,71 319,88 3 571,50 553,50 602,00 580,42 605,13 566,29 591,92 580,58 4 751,25 746,25 743,08 785,25 828,17 671,46 804,42 772,13 5 1296,17 1243,93 1311,80 1307,92 1410,00 1137,21 1321,83 1234,21 Jumlah 2967,17 2883,76 3013,13 3033,83 3189,88 2673,63 3060,88 2906,79

(32)

20 Pengaruh Perlakuan terhadap Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan menggambarkan kemampuan ayam broiler dalam mengubah pakan yang dikonsumsi menjadi daging. Pertambahan bobot badan menunjukan bahwa pakan yang dikonsumsi oleh ayam cukup efisien dan banyak digunakan untuk pertumbuhan. Jika ayam mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang banyak namun pertambahan bobot badan tidak tinggi maka diduga penyerapan makanan dalam saluran pencernaan ayam tersebut berlangsung tidak sempurna.

Selain itu bisa juga sebabkan karena ayam sedang berada dalam kondisi sakit, faktor lainnya adalah jenis kelamin, suhu dan kualitas makanan.

Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa jenis pakan dan penggunaan feed additive “RI.1” tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05) terhadap pertambahan bobot badan ayam broiler (Tabel 7). Begitu juga pada, interaksi antara jenis pakan dengan penggunaan feed additive “RI.1” tidak nyata (P>0,05) mempengaruhi pertambahan bobot badan (Tabel 9). Jenis pakan IDN memiliki pertambahan bobot badan tertinggi bila dibandingkan BR1s (Gambar 4).

Berdasarkan Tabel 9 rataan pertambahan bobot badan berkisar antara 1867.13 – 1952.77 gram/ekor. Pertambahan bobot badan pada penelitian ini masih lebih kecil dibandingkan dengan standar strain CP707 yang dipelihara dalam waktu yang sama yaitu sebesar 2013.9 gram/ekor (Charoen Pokphand Indonesia, 2006).

Penggunaan feed additive “RI.1” tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0.05) terhadap pertambahan bobot badan ayam broiler (Gambar 5). Hal ini menunjukan bahwa feed additive “RI.1” tidak memperbaiki serapan nutrisi pada ayam. Hal ini diduga, pakan yang digunakan dalam penelitian memiliki kualitas yang sangat baik, sehingga feed additive “RI.1” tidak tampak pengaruhnya pada perlakuan. Selain itu kondisi dan dinamika populasi mikroflora dalam saluran cerna hewan ternak sangatlah kompleks dan bervariasi dari waktu ke waktu tergantung pada spesies, umur, kondisi umum dan tipe ternak tersebut (Unandar, 2003).

Pertambahan bobot badan semakin meningkat setiap minggunya, hal ini dapat dilihat pada Tabel 8.

(33)

21 Tabel 7. Pengaruh Pemberian Feed Additive “RI.1” dan Jenis Pakan terhadap

Pertambahan Bobot Badan Ayam Broiler selama Penelitian (g/ekor)

Jenis Pakan

Taraf feed additive “RI.1”

0,00% 0,10% 0,20% 0,30%

Rataan±SD

Pertambahan Bobot Badan (gram/ekor)

IDN BRIs Rataan±SD

1929,08±131,71 1891,17 ± 52,37 1910,13 ± 92,02

1952,77±84,77 1941,58±48,30 1947,18±62,01

1945,33±77,37 1877,58±77,84 1911,46±78,71

1867,96±30,94 1867,13±47,86 1867,54±36,05

1923,79±83,29 1894,36±57,71

1894,36 1923,79

1800.00 1850.00 1900.00 1950.00

IDN BR1s

je nis pak an

pertambahan bobot badan (g/ekor)

Gambar 4. Pengaruh Jenis Pakan terhadap Nilai Rataan Pertambahan Bobot Badan.

1910,13

1947,18

1911,46

1867,54

1800.00 1850.00 1900.00 1950.00 2000.00

0.00 0.1 0.2 0.3

Pe m be rian Fe e d Additive "RI.1" (%)

Pertambahan Bobot Badan (g/ekor)

Gambar 5. Pengaruh Pemberian Feed Additive “RI.1” terhadap Nilai Rataan Pertambahan Bobot Badan.

(34)

22 Tabel 8. Rataan Pertambahan Bobot Badan Ayam Broiler per Ekor per

Minggu selama Penelitian

Minggu ke-

Level feed additive "RI.1"

0.00% 0.10% 0,20% 0,30%

IDN BR1s IDN BR1s IDN BR1s IDN BR1s

1-2 223,50 276,57 250,14 233,63 233,21 229,92 235,29 238,38 2-3 424,04 432,71 459,73 397,42 451,50 417,92 440,54 432,00 3-4 541,79 469,85 561,13 559,38 520,88 500,38 500,54 484,13 4-5 739,75 712,04 681,78 751,17 739,75 729,38 691,58 712,63 Jumlah 1929,08 1891,17 1952,77 1941,58 1945,33 1877,58 1867,96 1867,13

Pengaruh Perlakuan terhadap Konversi pakan

Konversi pakan merupakan perbandingan antara konsumsi pakan dengan pertambahan bobot badan setiap minggu dalam satu periode produksi (Anggorodi, 1985). Konversi pakan melibatkan pertumbuhan ayam dan konsumsi pakan.

Pertumbuhan yang cepat dengan jumlah konsumsi pakan yang sedikit menunjukkan efisiensi penggunaan pakan yang tinggi.

Berdasarkan analisis sidik ragam, pemberian feed additive “RI.1” tidak berpengaruh nyata (P>0,05), sedangkan jenis pakan dan interaksi antara jenis pakan dengan feed additive “RI.1” berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konversi pakan (Tabel 9). Rataan konversi pakan ayam broiler yang didapat selama penelitian berkisar pada 1,42-1,64. Pemberian level feed additive “RI.1” 0,2 % pada jenis pakan BR1s dapat menurunkan angka konversi pakan yaitu dari 1,64 menjadi 1,42. Angka konversi pakan pada penelitian ini masih lebih kecil dibandingkan dengan standar strain CP707 yang dipelihara dalam waktu yang sama yaitu sebesar 1,56 (Charoen Pokphand Indonesia, 2006).

Tabel 9. Pengaruh Pemberian Feed Additive “RI.1” dan Jenis Pakan terhadap Konversi Pakan Ayam Broiler selama Penelitian

Jenis Pakan

Taraf feed additive “RI.1”

0,00% 0,10% 0,20% 0,30%

Rataan±SD

Konversi Pakan

IDN BRIs Rataan±SD

1,54±0,05ab 1,52±0,03ab 1,53 ± 0,04

1,54 ±0,09ab 1,56 ± 0,03a 1,55 ± 0,06

1,64 ± 0,05a 1,42 ± 0,05 b 1,53 ± 0,13

1,64 ± 0,07a 1,56 ± 0,12a 1,60 ± 0,10

1,59 ± 0,08 1,52 ± 0,08 Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris dan kolom yang sama berbeda nyata (P<0,05)

(35)

23 Interaksi antara jenis pakan dengan pemberian feed additive “RI.1” hal ini diduga karena kandungan “RI.1” yang mampu meningkatkan penguraian dan penyerapan zat-zat makanan dalam organ pencernaan sehingga pemanfaatan nutrisi pakan lebih baik, selain itu kandungan nutrisi dari pakan yang digunakan memiliki kualitas yang baik. Jenis pakan BR1s memiliki nilai konversi pakan lebih kecil bila dibandingkan jenis pakan IDN (Tabel 9). Angka konversi berhubungan dengan konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan. Rataan konversi pakan penelitian masih lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian Sufiriyanto dan Indradji (2001) bahwa pemberian air minum campuran enzim dan probiotik pada ayam broiler umur enam minggu memiliki nilai konversi pakan sebesar 1,826.

Pernyataan ini juga dikuatkan oleh hasil penelitian Gunal et al. (2006) dimana pemberian probiotik, antibiotik dan asam organik pada ayam broiler sampai umur enam minggu menghasilkan nilai konversi ransum sebesar 1,83, 1,80 dan 1,81.

Pengaruh Perlakuan terhadap Mortalitas

Mortalitas atau angka kematian adalah angka yang menunjukan jumlah ayam yang mati selama pemeliharaan. Mortalitas dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya bobot badan, bangsa, tipe ayam, iklim, kebersihan lingkungan, sanitasi peralatan dan kandang serta penyakit (North, 1990). Menurut Sugiarti et al. (1981), suhu lingkungan yang tinggi menyebabkan cekaman panas dan bila berlangsung terus-menerus, ayam akan mengalami kematian. Mortalitas yang tinggi dalam suatu usaha peternakan akan merugikan peternak. Tingkat keberhasilan suatu usaha peternakan ditentukan juga dengan tingkat mortalitas yang rendah.

Mortalitas ayam broiler (Tabel 10) pada penelitian ini tidak menunjukkan perbedaan yang nyata baik pada jenis pakan IDN dan BR1s, pemberian feed additive

“RI.1” dan interaksinya. Jumlah ayam broiler yang mati selama penelitian adalah sebanyak 3 ekor dari total 192 ekor ayam yang berarti sebanyak 1,66%, nilai mortalitas ini bukan disebabkan oleh perlakuan. Menurut Lacy dan Vest (2000) mortalitas yang normal pada ayam pedaging sekitar 4 %. Mortalitas ayam broiler selama 5 minggu pengamatan disajikan pada Tabel 11.

(36)

24 Tabel 10. Pengaruh Pemberian Feed Additive “RI.1" dan Jenis Pakan

terhadap Mortalitas Ayam broiler selama Penelitia

Jenis Pakan

Taraf “RI.1”

0,00% 0,10% 0,20% 0,30%

Rataan±SD

%

IDN BRIs Rataan±SD

0,00±0,00 0,67±1,15 0,33±0,82

0,33 ± 0,58 0,00 ± 0,00 0,17±0,41

0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00

0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00

0,08 ± 0,29 0,17 ± 0,58

Kematian terjadi pada minggu keempat dan kelima, dikarenakan kaki penyangga bobot badan tidak kuat sehingga ayam menjadi stres. Penelitian ini dikuatkan dengan hasil penelitian Hakim (2005) dimana kematian pada ayam broiler yang diberi feed additive campuran herbal, probiotik dan prebiotik bukan disebabkan oleh perlakuan.

Tabel 11. Mortalitas Ayam Broiler Selama 35 Hari Pemeliharaan (ekor)

Minggu ke-

Level Feed Additive "RI.1"

Jumlah

0,00% 0,10% 0,20% 0,30%

jenis pakan IDN BR1s IDN BR1s IDN BR1s IDN BR1s

1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4 0 1 1 0 0 0 0 0 2

5 0 1 0 0 0 0 0 0 1

jumlah 0 2 1 0 0 0 0 0 3

total ayam 24 22 23 24 24 24 24 24 189

(%) 0 9,00 4,30 0 0 0 0 0 1,66

Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Badan Akhir

Bobot badan akhir merupakan suatu kriteria yang digunakan untuk menilai keberhasilan dalam beternak, karena akan menentukan harga jual di pasar, Pada penelitian ini, tidak terdapat interaksi antara jenis pakan dengan level “RI.1”

(P>0,05). Jenis pakan dan pemberian feed additive “RI.1” mempunyai pengaruh tidak nyata pada taraf 5% (P>0.05) terhadap bobot badan akhir. Pada jenis pakan IDN, bobot badan akhir tertinggi pada taraf feed additive “RI.1” 0,1%, sedangkan jenis pakan BR1s bobot badan akhir tertinggi pada taraf feed additive “RI.1” 0,1%

(Gambar 6). Pada Gambar 7, bobot badan akhir yang diberikan feed additive “RI.1”

(37)

25 terlihat lebih tinggi dari kontrol, terutama pada taraf pemberian feed additive “RI.1”

0,1 dan 0,2 %, sedangkan pemberian 0,3 % cenderung menurun.

Berdasarkan Tabel 12, rataan bobot badan akhir berkisar antara 1977,46 - 2063,40 gram/ekor. Rataan bobot badan ini lebih tinggi dibandingkan dengan standar rataan bobot badan akhir ayam broiler strain CP 707 yaitu sebesar 1873,8 gram/ekor (Charoen Pokphand Indonesia, 2006) dan juga, menurut NRC (1994) bobot badan ayam broiler umur 5 minggu sekitar 1400-1500 gram/ekor. Berdasarkan catatan yang dihimpun oleh World Poultry (2004) selama kurun waktu 20 tahun terakhir, genetik ayam broiler telah mengalami perkembangan yang nyata, pada tahun 1984 rataan bobot badan ayam pada umur 5 minggu adalah 1345 gram dan pada umur 7 minggu adalah 2160 gram, sedangkan tahun 2004 pada umur yang sama akan mendapatkan rataan bobot badan 1882 dan 3052 gram.

Tabel 12. Pengaruh Pemberian Feed Additive “RI.1” dan Jenis Pakan terhadap Bobot badan Akhir Ayam Broiler

Jenis Pakan

Taraf “RI.1”

0,00% 0,10% 0,20% 0,30%

Rataan±SD Bobot Badan Akhir (gram/ekor)

IDN BRIs Rataan±SD

2038,21±132,03 2000,71 ± 53,70 2019,46 ± 92,46

2063,40±84,42 2051,79±49,56 2057,60±62,24

2056,17±77,60 1984,88±79,53 2020,52±80,40

1978,63±30,96 1977,46±47,95 1978,04±36,10

2034,10±83,34 2003,71±58,79

2034,10

2003,71

1950.00 2000.00 2050.00

IDN BR1s

je nis pak an

Bobot Badan Akhir (g/ekor)

Gambar 6, Pengaruh Jenis Pakan terhadap Nilai Rataan Bobot Badan Akhir

(38)

26

1978,04 2020,52

2057,60

2019,46

1900.00 1950.00 2000.00 2050.00 2100.00

0.00 0.1 0.2 0.3

Pe m be r ian Fe e d Additive "RI.1" (%)

Bobot Badan Ahir (g/ekor)

Gambar 7. Pengaruh Pemberian Feed Additive “RI.1” terhadap Nilai Rataan Bobot Badan Akhir.

(39)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa jenis pakan berpengaruh nyata meningkatkan konsumsi pakan yaitu pada IDN (Charoen Pokphand) lebih banyak daripada BR1s (Wonokoyo). Pemberian feed additive

“RI.1” pada semua level tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah. Interaksi pemberian feed additive “RI.1” dengan jenis pakan nyata ditemukan pada konversi pakan. Ayam broiler yang diberikan pakan BR1s dengan pemberian feed additive

“RI.1” sebanyak 0,2% dalam air minum memberikan nilai konversi pakan yang lebih efisien.

Saran

Perlu adanya penelitian lanjutan dengan perlakuan yang sama tetapi ransum yang diberikan berkualitas lebih rendah. Ransum yang perlu diuji dengan kandungan protein lebih rendah dan serta kasar yang lebih tinggi dari ransum komersial yang digunakan dalam penelitian ini.

(40)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT dengan karunia dan rahmat-Nya yang telah melimpahkan nikmat tak terhingga dan hanya dengan pertolongannya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, yang banyak membantu baik materi, motivasi, serta kasih sayang yang tiada henti diberikannya.

Juga, kepada Dr. Ir. Rita Mutia, M.Agr. dan Dr. Ir. Desmayati Zainuddin. MS, selaku dosen pembimbing skripsi atas segala bimbingan dan pengarahan yang diberikan selama penelitian hingga akhir penulisan skripsi ini. Terima kasih kepada Ir. Lilis Khotijah MS sebagai dosen pembimbing akademik atas segala dukungannya, serta Ir.

Dwi Margi Suci, MSc sebagai dosen penguji seminar dan penguji sidang atas segala saran dan masukan dalam perbaikan skripsi. Penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya bagi Ir. Lucia Cyrilla ENSD, MSi yang telah bersedia menjadi dosen penguji sidang dan atas segala masukan yang diberikan.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga kepada Balai Penelitian Ternak Ciawi dan keluarga besar komplek ternak unggas, Ciawi. Bapak Ujianto, Endang, Mulyadi, Irus dan Ibu Yanti atas kerjasama dan sambutan yang baik sehingga terwujudnya skripsi ini. Juga, kepada keluarga Ujianto, Bapak Ujianto, Ibu Ema, Anto, Aldi dan kiki.

Terakhir penulis ucapkan terima kasih banyak kepada civitas akademika Fakultas Peternakan IPB. Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya

Bogor, Agustus 2008

Penulis

(41)

29 DAFTAR PUSTAKA

Adams, C. A. 2000. enzim komponen penting dalam pakan bebas antibiotik.

http://siauwlielie.tripod.com/art_012-07.htm [13 Juli 2006]

Amrullah, I.K. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Seri Beternak Mandiri. Lembaga Satu Gunungbudi, Bogor.

Anggorodi. R. 1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas.

Cetakan Pertama. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Borton, M.D. and W.S. Hart. 2001. Public health risks : Antibiotic resistance-A re review. Asian-Aust.J.Anim.Sci.14: 414-422.

Charoen Pokphand Indonesia. 2006. Manual Manajemen Broiler CP 707. CP GROUP, Jakarta.

Charles, D. and D. Spackman. 1985. Back to Basic. Agricultural Development and Advisory. World Poultry Sci. 49 : 11-25.

Cruywagen, C. W., I. Jordan and L. Venter. 1996. Effect of Lactobacillus acidophillus supplementation of milk replacer on preweaning of calves. J.

Dairy Science. 79 : 483-486.

Didinkaem. 2006. AyamBroiler. http://www/halalguide.info/content/.html [31 Maret 2007]

Direktorat Bina Produksi. 1997. Kumpulan SNI Ransum: Ransum Ayam Ras Pedaging (Broiler Starter). SNI 01-3930-1995. Direktorat Jendral Peternakan.

Departemen Pertanian, Jakarta.

Ensminger, M.E., J.G. Oldfield, dan W.W. Eeinmann, 1990. Feed and Nutrition.

Ensminger Publishing Co, California.

Fenner F J, Gibbs E P J, Murphy F A, Rott R, Studdert M J, dan White D O.1995.

Virologi Veteriner. Ed ke-2. Terjemahan D K Harya Putra. IKIP Semarang Press, Semarang.

Fuller, R. 1992. The importance of Lactobacillus in maintaining normal microbial balance in the crop. British Poultry Sci. 18:85.

Gordon, S.H. and D.R.Charls. 2002. Nichel and Organic Chicken Products: Their Technology and Scientific Principles. Nottingham University Press, United kingdom.

(42)

30 Gunal, M., G.Yayli, O.Kaya, N.Karahan and O. Sulak. 2006. The effects of antibiotic

growth promotor, probiotic or organic acid supplementation on performance, intestinal microflora and tissue of broilers. Internasional J of Poultry Science 5 (2): 149-155.

Hakim, L. 2005. Evaluasi pemberian feed additive alami berupa campuran herbal, probioitk dan prebiotik terhadap performans, karkas dan lemak abdominal serta HDL dan LDL daging broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan. IPB, Bogor.

Lacy, M. and L. R. Vest. 2000. Improving Feed Conversion in Broiler : A Guide for Growers. http :// www. Ces.uga.edu/pibcd : 793-W.html [1 Maret 2003].

Lesson, S and J. D. Summers. 2000. Broiler Breeder Production. University Books.

Guelph, Ontario, Canada.

McDonald, P.,A.R.Edwards, J.F.D. Greenhalgh and C. A. Morgan. 2002. Animal Nutrition. 6th Ed. Ashford Colour Press Ltd., Gosport, British.

National Reserch Council. 1994. Nutrient Requirments of Poultry. 9th Revised Edition. National Academy Press. Washington.

Nirmalasanti, N. 2002. Pengaruh Pemberian Probiotik Terhadap Gambaran Mikroskopis Usus Ayam. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

North, M. O., and D. D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Ed.

The Avi Publishing Company Inc. Wesport, Connecticut.

Pond.W.G.,D.C.Church and K.R.Pond. 1995. Basic Animal Nutrition and Fedding.4th Edition. John Willey and Sons, New York.

PT. Biotech Inti Organik. 2007. Indikasi additive-supplement “RI.1”, Jakarta.

Rao, S.V.R.,D. Nagalakshmi and V.R. Reddy. 2002. Feeding to minimize heat stress.

Poultry International Volume 41

No.7.http://siauwlielie.triopde.com/art_009_07.htm [13 Juli 2006[

Rose, S.P. 1997. Principle of Poultry Science. CAB Internationl, New York.

Scott, M.L., M.C. Nesheim, and R.J.N. Young. 1982. Nutrition of The Chicken. 3rd Ed. M.L. Scott and Associates, Ithaca, New York.

Seifert, H.S.H. and F. Gessler. 1997. Continous oral application of probiotic B.cereus an alternative to prevention of enteroxamia. Anim. Research and Develop.

46: 30-38.

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Peningkatan Laju Pertumbuhan Ayam Broiler sampai  dengan Bobot Potong
Tabel 2. Konversi Ransum Ayam Broiler pada Umur yang Berbeda.
Tabel  4.  Kandungan  Nutrisi  Pakan  Penelitian  Berdasarkan  Hasil  Analisis  Laboratorium
Gambar 2. Pengaruh Jenis Pakan terhadap Nilai Rataan Konsumsi Pakan.
+7

Referensi

Dokumen terkait