ATA RIFQI. D24103078. 2008 !"#$ %& "'! (!
') !*! +! "& (! "$!(!, !%,'-! +!% ".'- " Skripsi.
Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Dr.Ir. Rita Mutia, M.Agr. Pembimbing Anggota : Dr.Ir. Desmayati Zainuddin, MS
alami merupakan salah satu alternatif yang ditempuh untuk memenuhi permintaan konsumen akan keamanan dan kualitas pangan yang berasal dari ternak. alami yang telah beredar dan diproduksi PT. Biotech Inti Organik dengan merek dagang “RI.1”, yang produknya meningkatkan kualitas daging, efisiensi ransum serta daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh jenis pakan, taraf optimum pemberian “RI.1” dalam air minum dan interaksi antara taraf pemberian “RI.1” dengan jenis pakan terhadap penampilan ayam
Ternak yang digunakan dalam penelitiaan ini sebanyak 192 ekor DOC (unsex) strain CP7707 yang diperoleh dari PT. Charoen Pokphand yang ditempatkan dalam 24 kandang masing7masing berisi 8 ekor. Pemberian ”RI.1” melalui air minum, dan dilakukan setelah satu minggu pemeliharaan. Pemberian ransum dan air minum diberikan , selama 5 minggu pemeliharaan (35 hari). Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial 4 x 2 dengan tiga ulangan. Taraf “RI.1” sebagai faktor utama (A) dan pakan sebagai faktor kedua (B). Faktor A terdiri dari empat taraf; 0%, 0,1%, 0,2%, dan 0,3%. Faktor B terdiri dari dua jenis pakan yaitu IDN (Pokphand) dan BR1s (Wonokoyo). Peubah yang diamati yaitu konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan, mortalitas, bobot badan akhir.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian “RI.1” tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap pertambahan bobot badan, konsumsi pakan, konversi pakan, mortalitas serta bobot badan akhir. Jenis pakan berpengaruh nyata (P<0,05) meningkatkan konsumsi pakan, dan menurunkan konversi pakan, tidak berpengaruh pada pertambahan bobot badan, bobot badan akhir, serta mortalitas (P>0,05). Interaksi pemberian “RI.1” dengan jenis pakan berbeda nyata (P<0,05) pada konversi pakan. Ayam broiler pada jenis pakan BR1s dengan pemberian “RI.1” 0.2% memberikan nilai konversi pakan yang lebih efesien.
/
$ 00 12) .0 '00 " 2 #,- % 2!2'. ( (('2'3 ! ( 1.%%
"1'!-' 2 . 2$ "0."%! 1 .0 ".'- "
A. Rifqi, R. Mutia, and D. Zainuddin
The study was conducted to determine the effects of suplementation feed additive “RI.1” on broiler performance with different commercial diet. The research used 192 day old chicks (DOC) CP707 strain which were kept in litter system during five weeks. They were fed commercial diet from PT. Charoen Pokphand (IDN) and PT Wonokoyo group (BR1s) up to five weeks old. The treatment was given after one weeks old. They were fed different commercial diet and administrated with feed additive “RI.1”.
Feed additive “RI.1” was provides at levels 0.0%, 0.1%, 0.2% and 0.3% in water. The parameters measured were feed consumption, body weight, weight gain, feed conversion ratio, and mortality. The data were analysed using Analysis of Variance (ANOVA). The significant results were followed by Duncan's Multiple Range Test. This research was observation for four week feeding trial used Completely Randomized Design with two factors, factor A and factor B and were allocated for eight treatments and three replication.
The result showed that feed additive “RI.1” administration has no significant effect (P>0.05) on weight gain, feed consumption, feed conversion ratio, mortality and body weight. Commercial diet has significant effect (P<0.05) on increased feed consumption and decreased feed conversion ratio, not significantly on weight gain, body weight, mortality (P>0.05). There was interaction between commercial diet and feed additive “RI.1” on feed conversion ratio (P<0.05). The chickens reared at commercial diet BRIs and feed additive “RI.1” administration at level 0,2% given the feed conversion ratio more efficient. .
4 5 6
*"',)' ' ' "#,!*! !-!$ !2# +!"!2 # 2#* %, ".- $ -!" !"7! ! 2 " !*! ,!(!
- $
4 5 6
*"',)' ' ' 2 -!$ (') 2#7#' (! (')'(! *! (' $!(!,!
.%')' 7'! ')! ,!(! 2! !- 8 #)2#)
%&'%&' 2!%! %&'%&' .2!
" " '2! #2'!9 " " " )%!+!2' :!' #((' 9
5 66; 8 4 5 <
*! !*#-2!) 2 " !*!
)2'2#2 "2! '! . ."
v =
Penulis dilahirkan pada tanggal 30 Maret 1984 di DKI Jakarta. Penulis adalah
anak kelima dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Muhammad Isa (Alm) dan
Ibu Munawaroh Hamid.
Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1996 di SDN Cipulir 01 Pagi,
Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1999 di SMPN 48
Jakarta dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2003 di
SMAN 29 Jakarta.
Penulis diterima sebagai mahasiswa pada jurusan Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2003.
Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Koperasi Mahasiswa IPB
(KOPMA IPB) dan Forum Studi dan Telaah Agama Islam (FORSITA) Fakultas
vi Bismillaahirrohmaanirrohiim
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT
atas nikmat dan hidayah7Nya yang senantiasa diberikan kepada penulis selama ini.
Atas petunjuk7Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul
"Pengaruh Pemberian “RI.1” dan Jenis Pakan yang Berbeda Terhadap
Penampilan Ayam Broiler” ditulis berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
penulis dari tanggal 6 April sampai 12 Mei 2007 di Balai Penelitian Ternak (BPT),
Ciawi, Jawa Barat. Adapun analisa pakan dilakukan di Laboratorium Ilmu dan
Teknologi Pakan, Institut pertanian Bogor.
Rendahnya kualitas pakan di Indonesia menghambat budidaya ayam boiler.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan dilakukan adalah dengan pemberian
sehingga nilai guna pakan dapat ditingkatkan. dapat berupa
antibiotik, probiotik, prebiotik, enzim, dan suplemen pakan seperti mineral, asam
amino, dan vitamin (Leeson dan Summers, 2001).
Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan "RI.1" ini
diharapkan dapat meningkatkan penampilan ayam broiler. "RI.1" aman digunakan
karena merupakan alami, tidak mengandung residu dan dapat
meningkatkan produksi ternak.
Penulisan skripsi ini melalui berbagai tahapan seperti yang dijabarkan pada
bagian isi. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk banyak pihak, atas
perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih.
Bogor, Agustus 2008
vii Halaman
RINGKASAN ... ii
ABSTRACT ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Perumusan Masalah ... 2
Tujuan ... 2
TINJAUAN PUSTAKA ... 3
Ayam Broiler .. ... 3
Konsumsi ransum ... 4
Pertambahan Bobot Badan ... 5
Konversi Ransum ... 6
Feed Additive ... 7
Probiotik ... 8
Feed Additive “RI.1” ... 9
Mortalitas ... 10
Bobot Badan Akhir ... 11
METODE ... 12
Waktu dan Tempat ... 12
Materi ... 12
Ternak ... 12
Kandang dan Peralatan ... 12
dan Vaksin ... 12
Pakan ... 12
Metode .... ... 13
Perlakuan ... 13
Rancangan Percobaan dan Analisa Data ... 13
Peubah yang Diamati... 14
Prosedur ... 14
Pemeliharaan... 14
viii
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16
Kandungan Nutrisi Pakan Penelitian ... 16
Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Pakan ... 17
Pengaruh Perlakuan terhadap Pertambahan Bobot Badan... 20
Pengaruh Perlakuan terhadap Konversi Pakan ... 22
Pengaruh Perlakuan terhadap Mortalitas ... 24
Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Badan Akhir ... . 25
KESIMPULAN DAN SARAN ... 27
Kesimpulan ... 27
Saran ... 27
UCAPAN TERIMA KASIH ... 28
DAFTAR PUSTAKA ... 29
ix
Nomor Halaman
1. Perkembangan Peningkatan Laju Pertumbuhan Ayam Broiler ... 4
2. Konversi Ransum Ayam Broiler pada Umur yang Berbeda ... 7
3. Kandungan “RI.1” ... 10
4. Kandungan Nutrisi Pakan Penelitian Berdasarkan Hasil
Analisis Laboratorium ... 16
5. Pengaruh Pemberian “RI.1” dan Jenis Pakan
terhadap Konsumsi Pakan (g/ekor/minggu)... 18
6. Rataan Konsumsi Pakan Ayam per Ekor per Minggu selama Penelitian ... 19
7. Pengaruh pemberian “RI.1” dan Jenis Pakan terhadap Pertambahan Bobot Badan Selama Penelitian
(g/ekor) ... ... 21
8. Rataan Pertambahan Bobot Badan Ayam per Ekor
per Minggu selama Penelitian ... 22
9. Pengaruh Pemberian “RI.1” dan Jenis Pakan terhadap Konversi Pakan Ayam Broiler selama Penelitian ... 22
10. Pengaruh Pemberian “RI.1” dan Jenis Pakan terhadap Mortalitas Ayam selama Penelitian ... 24
11. Mortalitas Ayam Broiler Selama 35 Hari Pemeliharaan (ekor)... 25
ATA RIFQI. D24103078. 2008 !"#$ %& "'! (!
') !*! +! "& (! "$!(!, !%,'-! +!% ".'- " Skripsi.
Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Dr.Ir. Rita Mutia, M.Agr. Pembimbing Anggota : Dr.Ir. Desmayati Zainuddin, MS
alami merupakan salah satu alternatif yang ditempuh untuk memenuhi permintaan konsumen akan keamanan dan kualitas pangan yang berasal dari ternak. alami yang telah beredar dan diproduksi PT. Biotech Inti Organik dengan merek dagang “RI.1”, yang produknya meningkatkan kualitas daging, efisiensi ransum serta daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh jenis pakan, taraf optimum pemberian “RI.1” dalam air minum dan interaksi antara taraf pemberian “RI.1” dengan jenis pakan terhadap penampilan ayam
Ternak yang digunakan dalam penelitiaan ini sebanyak 192 ekor DOC (unsex) strain CP7707 yang diperoleh dari PT. Charoen Pokphand yang ditempatkan dalam 24 kandang masing7masing berisi 8 ekor. Pemberian ”RI.1” melalui air minum, dan dilakukan setelah satu minggu pemeliharaan. Pemberian ransum dan air minum diberikan , selama 5 minggu pemeliharaan (35 hari). Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial 4 x 2 dengan tiga ulangan. Taraf “RI.1” sebagai faktor utama (A) dan pakan sebagai faktor kedua (B). Faktor A terdiri dari empat taraf; 0%, 0,1%, 0,2%, dan 0,3%. Faktor B terdiri dari dua jenis pakan yaitu IDN (Pokphand) dan BR1s (Wonokoyo). Peubah yang diamati yaitu konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan, mortalitas, bobot badan akhir.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian “RI.1” tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap pertambahan bobot badan, konsumsi pakan, konversi pakan, mortalitas serta bobot badan akhir. Jenis pakan berpengaruh nyata (P<0,05) meningkatkan konsumsi pakan, dan menurunkan konversi pakan, tidak berpengaruh pada pertambahan bobot badan, bobot badan akhir, serta mortalitas (P>0,05). Interaksi pemberian “RI.1” dengan jenis pakan berbeda nyata (P<0,05) pada konversi pakan. Ayam broiler pada jenis pakan BR1s dengan pemberian “RI.1” 0.2% memberikan nilai konversi pakan yang lebih efesien.
/
$ 00 12) .0 '00 " 2 #,- % 2!2'. ( (('2'3 ! ( 1.%%
"1'!-' 2 . 2$ "0."%! 1 .0 ".'- "
A. Rifqi, R. Mutia, and D. Zainuddin
The study was conducted to determine the effects of suplementation feed additive “RI.1” on broiler performance with different commercial diet. The research used 192 day old chicks (DOC) CP707 strain which were kept in litter system during five weeks. They were fed commercial diet from PT. Charoen Pokphand (IDN) and PT Wonokoyo group (BR1s) up to five weeks old. The treatment was given after one weeks old. They were fed different commercial diet and administrated with feed additive “RI.1”.
Feed additive “RI.1” was provides at levels 0.0%, 0.1%, 0.2% and 0.3% in water. The parameters measured were feed consumption, body weight, weight gain, feed conversion ratio, and mortality. The data were analysed using Analysis of Variance (ANOVA). The significant results were followed by Duncan's Multiple Range Test. This research was observation for four week feeding trial used Completely Randomized Design with two factors, factor A and factor B and were allocated for eight treatments and three replication.
The result showed that feed additive “RI.1” administration has no significant effect (P>0.05) on weight gain, feed consumption, feed conversion ratio, mortality and body weight. Commercial diet has significant effect (P<0.05) on increased feed consumption and decreased feed conversion ratio, not significantly on weight gain, body weight, mortality (P>0.05). There was interaction between commercial diet and feed additive “RI.1” on feed conversion ratio (P<0.05). The chickens reared at commercial diet BRIs and feed additive “RI.1” administration at level 0,2% given the feed conversion ratio more efficient. .
4 5 6
*"',)' ' ' "#,!*! !-!$ !2# +!"!2 # 2#* %, ".- $ -!" !"7! ! 2 " !*! ,!(!
- $
4 5 6
*"',)' ' ' 2 -!$ (') 2#7#' (! (')'(! *! (' $!(!,!
.%')' 7'! ')! ,!(! 2! !- 8 #)2#)
%&'%&' 2!%! %&'%&' .2!
" " '2! #2'!9 " " " )%!+!2' :!' #((' 9
5 66; 8 4 5 <
*! !*#-2!) 2 " !*!
)2'2#2 "2! '! . ."
v =
Penulis dilahirkan pada tanggal 30 Maret 1984 di DKI Jakarta. Penulis adalah
anak kelima dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Muhammad Isa (Alm) dan
Ibu Munawaroh Hamid.
Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1996 di SDN Cipulir 01 Pagi,
Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1999 di SMPN 48
Jakarta dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2003 di
SMAN 29 Jakarta.
Penulis diterima sebagai mahasiswa pada jurusan Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2003.
Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Koperasi Mahasiswa IPB
(KOPMA IPB) dan Forum Studi dan Telaah Agama Islam (FORSITA) Fakultas
vi Bismillaahirrohmaanirrohiim
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT
atas nikmat dan hidayah7Nya yang senantiasa diberikan kepada penulis selama ini.
Atas petunjuk7Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul
"Pengaruh Pemberian “RI.1” dan Jenis Pakan yang Berbeda Terhadap
Penampilan Ayam Broiler” ditulis berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
penulis dari tanggal 6 April sampai 12 Mei 2007 di Balai Penelitian Ternak (BPT),
Ciawi, Jawa Barat. Adapun analisa pakan dilakukan di Laboratorium Ilmu dan
Teknologi Pakan, Institut pertanian Bogor.
Rendahnya kualitas pakan di Indonesia menghambat budidaya ayam boiler.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan dilakukan adalah dengan pemberian
sehingga nilai guna pakan dapat ditingkatkan. dapat berupa
antibiotik, probiotik, prebiotik, enzim, dan suplemen pakan seperti mineral, asam
amino, dan vitamin (Leeson dan Summers, 2001).
Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan "RI.1" ini
diharapkan dapat meningkatkan penampilan ayam broiler. "RI.1" aman digunakan
karena merupakan alami, tidak mengandung residu dan dapat
meningkatkan produksi ternak.
Penulisan skripsi ini melalui berbagai tahapan seperti yang dijabarkan pada
bagian isi. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk banyak pihak, atas
perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih.
Bogor, Agustus 2008
vii Halaman
RINGKASAN ... ii
ABSTRACT ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Perumusan Masalah ... 2
Tujuan ... 2
TINJAUAN PUSTAKA ... 3
Ayam Broiler .. ... 3
Konsumsi ransum ... 4
Pertambahan Bobot Badan ... 5
Konversi Ransum ... 6
Feed Additive ... 7
Probiotik ... 8
Feed Additive “RI.1” ... 9
Mortalitas ... 10
Bobot Badan Akhir ... 11
METODE ... 12
Waktu dan Tempat ... 12
Materi ... 12
Ternak ... 12
Kandang dan Peralatan ... 12
dan Vaksin ... 12
Pakan ... 12
Metode .... ... 13
Perlakuan ... 13
Rancangan Percobaan dan Analisa Data ... 13
Peubah yang Diamati... 14
Prosedur ... 14
Pemeliharaan... 14
viii
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16
Kandungan Nutrisi Pakan Penelitian ... 16
Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Pakan ... 17
Pengaruh Perlakuan terhadap Pertambahan Bobot Badan... 20
Pengaruh Perlakuan terhadap Konversi Pakan ... 22
Pengaruh Perlakuan terhadap Mortalitas ... 24
Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Badan Akhir ... . 25
KESIMPULAN DAN SARAN ... 27
Kesimpulan ... 27
Saran ... 27
UCAPAN TERIMA KASIH ... 28
DAFTAR PUSTAKA ... 29
ix
Nomor Halaman
1. Perkembangan Peningkatan Laju Pertumbuhan Ayam Broiler ... 4
2. Konversi Ransum Ayam Broiler pada Umur yang Berbeda ... 7
3. Kandungan “RI.1” ... 10
4. Kandungan Nutrisi Pakan Penelitian Berdasarkan Hasil
Analisis Laboratorium ... 16
5. Pengaruh Pemberian “RI.1” dan Jenis Pakan
terhadap Konsumsi Pakan (g/ekor/minggu)... 18
6. Rataan Konsumsi Pakan Ayam per Ekor per Minggu selama Penelitian ... 19
7. Pengaruh pemberian “RI.1” dan Jenis Pakan terhadap Pertambahan Bobot Badan Selama Penelitian
(g/ekor) ... ... 21
8. Rataan Pertambahan Bobot Badan Ayam per Ekor
per Minggu selama Penelitian ... 22
9. Pengaruh Pemberian “RI.1” dan Jenis Pakan terhadap Konversi Pakan Ayam Broiler selama Penelitian ... 22
10. Pengaruh Pemberian “RI.1” dan Jenis Pakan terhadap Mortalitas Ayam selama Penelitian ... 24
11. Mortalitas Ayam Broiler Selama 35 Hari Pemeliharaan (ekor)... 25
x
Nomor Halaman
1. Mekanisme Kerja Probiotik ... 9
2. Pengaruh Jenis Pakan terhadap Nilai Rataan Konsumsi Pakan ... 18
3. Pengaruh Pemberian “RI.1” terhadap Nilai Rataan
Konsumsi ... 19
4. Pengaruh Jenis Pakan terhadap Nilai Rataan Pertambahan Bobot ... 21
5. Pengaruh Pemberian “RI.1” terhadap Nilai Rataan
Pertambahan Bobot Badan... 21
6. Pengaruh Jenis Pakan terhadap Nilai Rataan Bobot Badan Akhir... 25
7. Pengaruh Pemberian “RI.1” terhadap Nilai Rataan
xi
Nomor Halaman
1. Rataan Konsumsi Pakan Penelitian ... 33
2. Analisa Sidik Ragam Konsumsi Pakan ... 33
3. Uji Jarak Duncan Konsumsi Pakan ... 33
4. Rataan Pertambahan Bobot Badan ... 34
5. Analisis Sidik Ragam Pertambahan Bobot Badan ... 34
6. Rataan Konversi Pakan ... 35
7. Analisa Sidik Ragam Konversi Pakan ... 35
8. Uji Jarak Duncan Konversi Pakan... 35
9. Rataan Bobot Badan Akhir ... 36
10. Analisis Sidik Ragam Bobot Badan Akhir ... 36
11. Rataan Mortalitas ... 37
!2!" -!*!
Peternakan ayam broiler merupakan salah satu usaha yang potensial untuk
menghasilkan daging. Permintaan terhadap protein hewani saat ini terus meningkat,
hal ini berkaitan dengan pertambahan populasi penduduk yang cukup pesat. Ayam
broiler memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai
penghasil daging, masa panen pendek dan menghasilkan daging berserat lunak,
timbunan daging baik dan dada lebih besar.
Meningkatnya kebutuhan akan ayam broiler ini mendorong peternak untuk
lebih memperhatikan kualitas produk yang dihasilkan dan menjaga status kesehatan
ternak yang dipelihara. Peningkatan produktivitas ternak khususnya ayam broiler
memerlukan kualitas pakan yang tinggi untuk pertumbuhannya. Upaya yang dapat
dilakukan adalah memaksimalkan nilai guna dari pakan yang dikonsumsi ternak. Hal
ini dapat dilakukan dengan menambahkan dan/atau
baik melalui pakan maupun air minum.
dapat berupa antibiotik, probiotik, prebiotik, enzim, dan
hormon atau suplement pakan seperti mineral, asam amino, dan vitamin. Pemberian
selain untuk meningkatkan nilai guna pakan (dapat memacu proses
metabolisme dalam tubuh ternak), merangsang kekebalan tubuh ternak dan dapat
meningkatkan keseimbangan zat makanan (karbohidrat, protein, mineral dan
vitamin). Nilai guna pakan dapat ditentukan atau diukur dengan lengkap tidaknya
zat7zat nutrisi yang terkandung, tinggi rendahnya daya cerna dan nilai energi.
alami merupakan salah satu alternatif yang ditempuh untuk
memenuhi permintaan konsumen akan keamanan dan kualitas pangan yang berasal
dari ternak. alami yang telah beredar dan diproduksi PT. Biotech Inti
Organik dengan merek dagang “RI.1”, yang produknya meningkatkan kualitas
daging, efisiensi ransum serta daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit.
Sehubungan dengan hal tersebut maka dilakukan penelitian untuk mengetahui taraf
2 "#%#)! !)!-!$
Ayam broiler memiliki karakteristik pertumbuhan yang cepat, dengan masa
pemeliharaan 40 hari dapat menghasilkan bobot akhir lebih dari 1,5 kg/ekor
(Didinkaem, 2006). Hal ini dapat tercapai apabila kebutuhan nutrisi di dalam tubuh
ayam terpenuhi. Salah satu kendala yang dapat menghambat budidaya ayam broiler
adalah rendahnya kualitas pakan yang tersedia di Indonesia saat ini. Upaya yang
dapat dilakukan adalah dengan pemberian , sehingga nilai guna pakan
dapat ditingkatkan. Saat ini antibiotik merupakan jenis yang banyak
digunakan oleh peternak di Indonesia, dengan penggunaan antibiotik yang berlebihan
dapat menimbulkan residu pada produk akhir peternakan. organik
merupakan cara yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut, terkait dengan
hal tersebut, penelititan ini akan mengevaluasi pengaruh pemberian level
“RI.1” dan dua jenis pakan komersial pada penampilan ayam broiler.
#7#!
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh jenis pakan, taraf
optimum pemberian “RI.1” dalam air minum dan interaksi antara taraf
3 +!% ".'- "
Salah satu ternak yang potensial sebagai penghasil daging adalah ayam
broiler. Ayam broiler adalah galur ayam hasil rekayasa teknologi yang memiliki
karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil
daging, masa panen pendek dan menghasilkan daging dengan kualitas berserat lunak,
timbunan daging baik, dada yang lebih besar dan kulit licin (North dan Bell, 1990).
Menurut North dan Bell (1990) ayam pedaging ( ) biasanya dipasarkan pada
umur empat sampai delapan minggu.
Pemeliharaan ayam ras tipe berat untuk pedaging banyak dilakukan karena
untuk mencapai waktu pemasaran lebih singkat. Menurut Pond (1995), broiler
merupakan ayam muda yang dapat dipasarkan untuk dikonsumsi masyarakat pada
umur 5 sampai 7 minggu baik dalam bentuk utuh, potongan dalam beberapa bagian
bahkan produk7produk yang telah diolah. Menurut Didinkaem (2006), ayam broiler
mampu membentuk 1 kg daging atau lebih banyak dalam waktu 30 hari dan lebih
dari 1,5 kg pada umur 40 hari. Biasanya ayam broiler dipanen setelah umurnya
mencapai 35745 hari dengan bobot badan berkisar 1,572,5 kg. Di Indonesia ayam
broiler ini dijual pada umur sekitar 576 minggu dengan bobot sekitar 1,7 kg. Ayam
broiler tumbuh dengan sangat cepat dan mampu mengubah makanan menjadi daging
dengan sangat efesien pada suhu lingkungan 1907210C.
Charoen Pokphand broiler merupakan hasil persilangan galur murni yang
unggul dan rekayasa genetika, dengan FCR rendah, pola pertumbuhan cepat dan
lebih selektif (daging dada lebih banyak). Broiler ini peka terhadap perubahan dan
mudah stress, pertumbuhan bulu lambat dan memerlukan formulasi pakan yang baik.
Charoen Pokphand broiler dipelihara untuk bisa dipanen lebih awal dengan bobot
panen 171,5 kg maupun diatas 2 kg. Laju pertumbuhan broiler dapat diatur dengan
program pencahayaan dan program pemberian pakan yang baik. Untuk dapat
menghasilkan bobot panen 171,5 kg, maka pertumbuhan pada 7 hari pertama perlu
diperhatikan. Bobot badan yang baik pada umur 7 hari (± 175 g) secara umum akan
menghasilkan bobot badan yang sangat baik pula pada akhir masa panen (Charoen
4 Perbaikan mutu genetik ayam broiler yang dilakukan oleh para dari
tahun ke tahun menyebabkan penampilan ayam yang ada pada saat ini jauh lebih
baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Data mengenai perkembangan ayam
broiler dalam delapan dekade terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Peningkatan Laju Pertumbuhan Ayam Broiler sampai dengan Bobot Potong
Periode Umur (hari) Bobot Hidup (kg) PBB (gram/ekor/hari FCR Mortlitas (%)
19207an 120 1 8 5 20
19307an 100 1,2 12 4,6 15
19407an 85 1,4 17 4 10
19507an 75 1,5 20 3,2 8
19607an 70 1,6 23 2,5 8
19707an 60 1,9 32 2,2 5
19807an 50 2,2 44 2 5
19907an 50 2,6 51 1,9 4
. )#%)' ! )#%
Jumlah makanan yang dikonsumsi oleh ternak akan digunakan untuk
mencukupi hidup pokok dan untuk produksi hewan tersebut (Tilman ., 1991).
Faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum antara lain besar tubuh ayam, aktifitas
sehari7hari, suhu lingkungan, kualitas dan kuantitas ransum (NRC, 1994). Lesson
dan Summers (2001) menambahkan faktor bentuk ransum, kandungan energi
ransum, kesehatan lingkungan, zat7zat nutrisi, kecepatan pertumbuhan dan stres
sebagai faktor yang juga mempengaruhi konsumsi ransum.
Konsumsi pakan menurun 1,72 % pada setiap kenaikan 10C dari suhu
ambang antara 180C sampai 320C. Penurunan menjadi lebih cepat (5 % untuk setiap
10C) apabila suhu meningkat ke 327380C (Rao .,2002).
Konsumsi pakan yang rendah merupakan penyebab utama penampilan yang
rendah selama suhu tinggi. Praktek7praktek berikut ini dapat membantu
5 pakan atau pellet, (3) Pakan rendah kalsium dengan pilihan bebas sumber7
sumber kalsium, (4) Pemberian pakan sering, (5) Penambahan lemak atau molases
untuk meningkatkan palatabilitas (Rao .,2002).
Wahyu (1997) menyatakan konsumsi ransum ayam broiler selama lima
minggu pemeliharaan sebesar 1860 gram untuk jantan dan 1460 gram untuk betina.
Konsumsi ayam broiler strain CP 707 komulatif sampai minggu kelima yaitu 3145,2
gram (Charoen Pokphand Indonesia, 2006).
"2!%&!$! .&.2 !(!
Pertambahan bobot badan merupakan salah satu parameter yang sering
diamati untuk menilai keberhasilan atau tingkat perkembangan produksi yang
diinginkan. Pertumbuhan merupakan suatu proses peningkatan ukuran tulang, otot,
organ dalam dan jaringan bagian tubuh lainnya yang terjadi sebelum lahir sampai
) dan sesudah lahir ( ) sampai mencapai dewasa tubuh (Ensminger
., 1990). Menurut Rose (1997), pertumbuhan meliputi peningkatan ukuran sel7
sel tubuh akan peningkatan sel7sel individu, dimana pertumbuhan itu mencakup
empat komponen utama yaitu adanya peningkatan bobot otot yang terdiri dari protein
dan air, peningkatan ukuran , peningkatan total lemak tubuh dalam jaringan
adiposa dan peningkatan bulu, kulit dan organ dalam.
Charles dan Spackman (1985) menyarankan bahwa penimbangan bobot
badan untuk mengetahui kecepatan pertumbuhan ayam pedaging hendaknya
dilakukan setiap minggu dengan mengambil contoh acak dari kelompok.
Selanjutnya, untuk pengukuran pertambahan bobot badan dilakukan dalam satu
minggu, hal ini perlu dilakukan untuk mempermudah pelaksanaan sehari7hari.
Proyeksi data bobot badan mingguan pada kurva pertumbuhan, memudahkan
mengevaluasi tatalaksana pemeliharaan secara berkala. Kecepatan pertumbuhan
dapat diukur melalui pertambahan bobot badan pada saat tertentu, terhadap bobot
badan pada minggu sebelumnya.
Pertumbuhan ayam pedaging sangat cepat dari sejak lahir sampai delapan
minggu setelah itu pertumbuhan akan menurun (Scott ., 1982). Pertumbuhan
yang cepat sering terjadi pada awal pertumbuhan. Keadaan ini menguntungkan untuk
kondisi di Indonesia yang memasarkan ayam pada awal pertumbuhan yaitu pada
6 pertumbuhan diperlukan pakan dengan zat makanan yang seimbang. Kandungan zat
makanan yang menentukan performa pada unggas adalah imbangan protein dan
energinya, selain itu kebutuhan vitamin dan mineral harus terpenuhi.
Penambahan seperti probiotik dapat meningkatkan pertumbuhan
ternak. Hasil penelitian Sufiriyanto dan Indradji (2001) menunjukkan pemberian air
minum yang dicampur enzim dan probiotik pada umur 375, 14, 21, 28 dan 35 hari
dapat meningkatkan bobot badan. Bobot badan yang dihasilkan adalah 1.483,33
gram pada umur 5 minggu.
. 3 ")' ! )#%
Konversi ransum mencerminkan keberhasilan dalam memilih atau menyusun
ransum berkualitas, selain itu angka konversi juga banyak dipengaruhi oleh teknik
pemberian pakan (Amrullah, 2003). Lacy dan Vest (2000) menyatakan bahwa
konversi ransum berguna untuk mengukur produktivitas ternak dan didefinisikan
sebagai rasio antara konsumsi ransum dengan pertambahan bobot badan yang
diperoleh selama kurun waktu tertentu. Semakin tinggi konversi ransum
menunjukkan semakin banyak ransum yang dibutuhkan untuk meningkatkan bobot
badan per satuan bobot. Dijelaskan pula bahwa semakin rendah angka konversi
ransum berarti kualitas ransum semakin baik.
Faktor utama yang mempengaruhi konversi ransum adalah genetik,
temperatur, ventilasi, sanitasi, kualitas pakan, jenis ransum, penggunaan zat aditif,
kualitas air, pengafkiran, penyakit dan pengobatannya, manajemen pemeliharaan,
selain itu faktor pemberian pakan, penerangan, dan faktor sosial turut mempengaruhi
konversi ransum (Lacy dan Vest, 2000). Menurut Sufiriyanto dan Indradji (2001),
pemberian air minum campuran enzim dan probiotik pada ayam umur 375, 14, 21, 28
dan 35 hari mempunyai nilai konversi ransum sebesar 1,826. Nilai konversi ransum
berhubungan dengan biaya ransum, semakin tinggi angka konversi maka biaya
ransum akan meningkat, karena jumlah ransum yang dibutuhkan untuk menghasilkan
pertambahan bobot badan dalam jangka waktu tertentu semakin tinggi.
Nilai suatu ransum selain dapat ditentukan oleh nilai konsumsi dan tingkat
pertambahan bobot badan juga ditentukan oleh nilai konversi ransum, dimana
konversi ransum menggambarkan banyaknya jumlah ransum yang digunakan untuk
7 ransum dipengaruhi oleh tipe litter, panjang dan intensitas cahaya, luas lantai per
ekor, gas amonia di kandang, penyakit dan bangsa ayam.
North dan Bell (1990) menyatakan bahwa konversi ransum merupakan
perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot
badan dalam jangka waktu tertentu. Nilai konversi ransum pada ayam broiler
menurut NRC (1994) disajikan pada Tabel 2. Perkiraan terbaik untuk mengetahui
mutu ransum adalah dengan melihat efisiensi penggunaan ransum atau angka
konversinya. Menurut NRC (1994), konversi ransum merupakan hubungan antara
jumlah ransum yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu satuan bobot badan atau
produksi telur.
Tabel 2. Konversi Ransum Ayam Broiler pada Umur yang Berbeda.
Umur (minggu) Konversi Ransum
1 0,91
2 1,15
3 1,25
4 1,52
5 1,65
6 1,81
7 1,97
Sumber : NRC (1994)
Menurut Lesson dan Summers (2001), dapat berupa
antibiotik, enzim, antioksidan, hormon, probiotik dan antikoksidial Antibiotik
diizinkan secara legal sebagai imbuhan pakan untuk unggas, namun akhir7akhir ini
ada perkembangan baru yang mulai menentang penggunaannya. Beberapa negara
maju (terutama negara di Eropa) mulai mempertanyakan resiko penggunaan
antibiotik dalam pakan terhadap kesehatan manusia yang mengkonsumsi produk
ternak tersebut (Barton dan Hart, 2001). pemacu pertumbuhan memainkan
peranan yang berguna untuk modifikasi mikroflora dalam saluran pencernaan
unggas, tetapi tidak seperti dengan enzim pakan yang secara berdiri sendiri lebih
berpengaruh terhadap mikroflora. Perbaikan kecernaan pakan oleh enzim dapat
mengurangi lama keberadaan nutrisi di dalam saluran pencernaan dan memberikan
8 ".&'.2'*
Fuller (1992) mendefenisikan ulang probiotik sebagai pakan tambahan
berupa mikroorganisme yang mempunyai pengaruh menguntungkan untuk inangnya
melalui peningkatan keseimbangan mikroorganisme usus. Keseimbangan
mikroorganisme usus dapat terganggu dalam keadaan stres sehingga sistem
pertahanan tubuh menurun dan bakteri7bakteri patogen berkembang sangat cepat.
Keseimbangan mikroorganisme usus dapat tercapai apabila perbandingan
mikroorganisme yang menguntungkan terhadap yang merugikan sebesar 80% : 20%
atau 85% : 15%. Menurut McDonald ., (2002) probiotik didefinisikan sebagai
makanan tambahan berupa mikroba hidup baik bakteri maupun kapang yang
mempunyai pengaruh menguntungkan pada hewan inang dengan memperbaiki
mikroba dalam saluran pencernaan.
Sampai sekarang konsep tentang probiotik didasarkan pada terbentuknya
kolonisasi mikroba yang menguntungkan yang masuk ke dalam saluran pencernaan,
mencegah perkembangan bakteri pathogen, netralisasi racun pada saluran
pencernaan, mengatur aktivitas enzim bakteri tertentu dan menguatkan pengaruh
substansi yang merangsang sintesis antibodi pada sistem kekebalan (Cruywagen
., 1996).
Pada ternak, penggunaan probiotik bertujuan untuk, memperbaiki kondisi
saluran pencernaan dengan menekan reaksi pembentukan racun dan metabolit yang
dapat menetralisir senyawa beracun yang tertelan atau dihasilkan oleh saluran
pencernaan, merangsang produksi enzim yang diperlukan untuk mencerna pakan dan
memproduksi vitamin serta zat7zat yang tidak terpenuhi dalam pakan (Seifert dan
9 Gambar 1. Mekanisme Kerja Probiotik
Sumber : (McDonald .,2002)
Fuller (1992) menyatakan bahwa probiotik adalah “feed supplement” berupa
mikroba hidup yang menguntungkan ternak induk semang dengan memperbaiki
keseimbangan mikroba saluran pencernaan, selanjutnya dikatakan bahwa probiotik
mengandung satu atau beberapa jenis strain mikroorganisme yang dapat diberikan
pada ternak dengan bentuk tepung, tablet atau pasta secara langsung (oral), dicampur
pakan atau air minum dan untuk anak ayam yang baru menetas bisa dilakukan
dengan cara disemprotkan ke lingkungan sekitarnya.
( (('2'3
“RI.1” merupakan bagi ternak yang bersifat organik. Selain itu
“RI.1” juga mengandung mineral makro dan mikro, hormon pertumbuhan, asam
amino dan mikroorganisme. Kandungan “RI.1” disajikan pada Tabel 3.
Manfaat penggunaan “RI.1” bagi ternak antara lain : 1)
Meningkatkan daya serap protein ternak, 2) Nafsu makan ternak meningkat, memacu
pertambahan bobot badan dalam waktu relatif singkat, 3) Meningkatkan volume
produksi ternak, 4) Meningkatkan kualitas daging, susu dan telur, 5) Menjadikan rasa
daging lebih enak, karena perbaikan struktur serat daging pada ternak, 6) Menjaga
stamina ternak tetap fit, tahan terhadap stres dan penyakit (PT Biotech Inti Organik,
2007) Probiotik
Menempel
Saluran Pencernaan Berkolonisasi
Mereduksi bakteri patogen
[image:31.612.118.466.92.270.2]10 Tabel 3. Kandungan “RI.1”
Kandungan Jenis Unsur
mineral N,P,K, Na, Ca, Mg, S, Fe, Mn, Cu, Zn
Mikroba Mychoriza, Rhyzobium, dll
Hormon Gibberalin dan Zeatin
Asam Amino
Asam Aspartat, Asam Glutamat, Serin, Histidin, Arginin, Threonin, Alanin, Prolin, Tirosin, Valin, Methionin, Sistin, Isoleusin, leosin, Phenilalanin, Lisin
Keterangan : PT.Biotech Inti Organik (2007)
."2!-'2!)
Mortalitas atau kematian adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
keberhasilan usaha pengembangan peternakan ayam. Menurut Togatrop dan Basya
(1977) tingkat kematian ayam sering terjadi pada periode pemula “starter” dan sudah
jarang pada periode akhir “finisher”. North dan Bell (1990) menyatakan bahwa
persentase kematian minggu pertama selama periode pertumbuhan tidak lebih dari 4
%. Kematian minggu selanjutnya harus relatif lebih rendah sampai hari terakhir
minggu tersebut dan terus dalam keadaan konstan sampai berakhirnya periode
pertumbuhan. Faktor7faktor yang mempengaruhi persentase kematian antara lain
bobot badan, bangsa, tipe ayam, iklim, kebersihan lingkungan dan penyakit. Menurut
Lacy dan Vest (2000) mortalitas yang normal pada ayam pedaging sekitar 4 %.
Virus ND disebarkan selama masa tunas, saat ada gejala klinis dan secara
terbatas pada saat kesembuhan. Virus berada di udara pernapasan, tinja, pada saat
ayam sehat mengalami sakit dan pada karkas ayam yang mati karena ND. Penyakit
ini dapat menyebebkan angka mortalitas sampai 25%, seringkali lebih tinggi pada
unggas muda, bahkan angka kematian, bisa mencapai 100% (Fenner ., 1995).
Selanjutnya Sugiarti (1981) melaporkan bahwa bila ayam mengalami gangguan
fisiologis, akibatnya langsung dapat dilihat pada pertumbuhan, konsumsi pakan yang
[image:32.612.118.512.102.252.2]11 .&.2 !(! *$'"
Bobot badan akhir merupakan bobot badan ayam broiler yang dicapai pada
masa akhir pemeliharaan. Menurut Gordon dan Charles (2002), target bobot badan
akhir tidaklah cukup hanya berdasarkan kriteria kecukupan kebutuhan pertumbuhan
fisiologis selama masa pembesaran dalam rangka menopang produksi. Setiap organ
12
=!*2# (! %,!2
Pengamatan ini dilaksanakan selama 35 hari dibagi menjadi dua periode.
Periode pemeliharaan dari 6 April sampai 13 April dan periode perlakuan dari
tanggal 14 April sampai 12 Mei 2007. Penelitian dilaksanakan di Kandang Ayam,
Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor.
!2 "'
" !*
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 192 ekor ayam broiler
( ) strain CP7707 yang diproduksi PT.Charoen Pokphand. Ayam dipelihara
dengan sistem litter dan diberi perlakuan setelah umur satu minggu pemeliharaan.
Rataan bobot badan awal ayam broiler berkisar antara 107,29 – 110,83 gram/ekor.
! (! (! "!-!2!
Kandang ayam yang dipakai adalah kandang litter dengan ukuran peunit
(perpetak) 1x1 m. Kandang dibagi berdasarkan jumlah perlakuan menjadi 24 unit
percobaan, masing7masing berisi delapan ekor anak ayam. Peralatan lainnya yang
digunakan selama penelitian adalah tempat pakan, tempat minum, lampu pemanas,
tirai penutup, timbangan, spoit dan jarum suntik, sekam padi, dan kapur.
(! >!*)'
yang digunakan adalah bentuk larutan, diberikan setelah anak
ayam berumur satu minggu. Vaksin yang digunakan selama pemeliharaan adalah
vaksin (ND) yang diberikan pada umur empat hari melalui tetes
mata, vaksin Gumboro melalui tetes mulut pada umur 10 hari dan AI (
! " ) pada umur 14 hari melalui suntikan .
!*!
Pakan yang diberikan adalah dua jenis pakan komersial starter dalam bentuk
yaitu dari IDN (Pokphand) dan BR1s (Wonokoyo). Kandungan nutrisi
pakan penelitian dianalisa di laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fapet, IPB
13 2.(
"-!*#!
Penelitian ini menggunakan 8 perlakuan. Setiap perlakuan terdiri dari 3
ulangan dan setiap ulangan (unit percobaan) terdiri atas 8 ekor ayam. Perlakuan yang
digunakan adalah sebagai berikut :
R1 = Jenis pakan IDN dan pemberian “RI.1” 0%
R2. = Jenis pakan BR1s dan pemberian “RI.1” 0%
R3 = Jenis pakan IDN dan pemberian “RI.1” 0,1%
R4 = Jenis pakan BR1s dan pemberian “RI.1” 0,1%
R5 = Jenis pakan IDN dan pemberian “RI.1” 0,2%
R6 = Jenis pakan BR1s dan pemberian “RI.1” 0,2%
R7 = Jenis pakan IDN dan pemberian “RI.1” 0,3%
R8 = Jenis pakan BR1s dan pemberian “RI.1” 0,3%
! 1! ! "1.&!! (! !-')! !2!
Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap pola
Faktorial 4 x 2 dengan tiga ulangan. Taraf sebagai faktor utama (A) dan
pakan sebagai faktor kedua (B). Faktor A terdiri dari empat taraf; 0%, 0,1%, 0,2%
dan 0,3%. Faktorial B terdiri dari dua jenis pakan komersial yaitu IDN (Pokphand)
dan BR1s (Wonokoyo). Setiap perlakuan diulang tiga kali. Setiap ulangan terdiri dari
delapan ekor ayam.
.( - "1.&!!
Model matematika yang digunakan adalah sebagai berikut :
Yijk= Q + αi+ βl+ (αβ)ij+ εijk
Keterangan :
Yijk = Nilai peubah yang diamati pada ulangan ke7k dari taraf penambahan
ke7i dan pakan ke7j
Q = Rataan umum
αi = Pengaruh penambahan taraf ke7i ; i = 1,2,3 dan 4
βj = Pengaruh jenis pakan ke7j ; j = 1 dan 2
14 εijk = Galat percobaan pada ulangan ke7k dan taraf penambahan ke7
i dan pakan ke7j
!-')') !2!
Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam, jika perlakuan berpengaruh nyata
terhadap peubah yang diukur, dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan untuk melihat
perbedaan antar perlakuan (Steel dan Torrie, 1991).
#&!$?, #&!$ +! '!%!2'
Peubah7peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah performan ayam
broiler yaitu :
1. Konsumsi ransum (gram/ekor)
Konsumsi ransum diukur dengan menghitung selisih antara ransum yang diberikan
dengan sisa ransum pada akhir minggu.
2. Pertambahan bobot badan (gram/ekor/satuan waktu)
Pertambahan bobot badan diperoleh dengan menghitung selisih antara bobot badan
akhir dengan bobot awal setiap minggu.
3. Konversi Ransum
Konversi ransum diperoleh dengan membagi antara konsumsi ransum dengan
pertambahan bobot badan
4. Bobot Badan Akhir (gram/ekor)
Bobot badan akhir diukur pada akhir penelitian
5. Mortalitas dihitung dengan melakukan pengamatan terhadap jumlah kematian
ayam selama penelitian.
".) (#"
% -'$!"!!
Persiapan kandang dilakukan dua minggu sebelum pelaksanaan penelitian.
Persiapan kandang dimulai dari pencucian kandang dan peralatannya dengan
menggunakan detergen. Selanjutnya dilakukan pengapuran kandang. Dilanjutkan
dengan pemberian litter dan dilakukan fumigasi. Langkah berikutnya penempatan
tempat pakan, tempat minum, menyediakan # memasang lampu pemanas,
15 (peretak) dengan dilengkapi masing7masing satu tempat pakan dan air minum
ditempatkan sejajar.
DOC ditimbang, kemudian ditempatkan sebanyak 25 ekor tiap petak.$#
yang dipakai dua, setiap # terdiri dari empat petak. $#
pertama diberi jenis pakan IDN (Pokphand) dan kedua BR1s (Wonokoyo).
Kemudian dilakukan pemberian air gula pada hari pertama sebelum diberi pakan
komersial. Berikutnya diberikan avistress selama seminggu melalui air minum.
Anak ayam (DOC) dipelihara selama satu minggu dengan diberi pakan komersial
dan air minum . Selanjutnya, setelah ayam berumur satu minggu, diberi air
minum yang ditambahkan dengan taraf yang berbeda.
%& "'! (! 7' /.&! !*!
192 ekor DOC telah dibagi menjadi 24 kelompok secara acak dan masing7
masing diberi perlakuan dari 4 taraf perlakuan "RI.1" dan dua jenis
pakan. Pakan dan air minum diberikan . Pemberian pakan diberikan 3 kali
sehari yaitu ditambahkan setiap pagi, siang dan sore, sedangkan penggantian air
minum dilakukan 2 kali sehari. Lama pemeliharaan 35 hari, dimana pemberian
“RI.1” dilakukan setelah umur 1 minggu selama 28 hari. Jumlah pemberian
16
! (# ! #2"')' !*! -'2'!
Pada penelitian ini dilakukan analisis dua sampel pakan penelitian yaitu IDN
(Pokphand) dan BR1s (Wonokoyo). Kandungan nutrisi pakan penelitian berdasarkan
hasil laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, 2007 disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan Nutrisi Pakan Penelitian Berdasarkan Hasil Analisis Laboratorium
Zat Makanan IDN (Pokphand) BRIs (Wonokoyo)
Bahan kering (%) 85,27 85,29
Protein Kasar (% BK) 23,30 22,46
Lemak Kasar (% BK) 9,33 5,88
Serat Kasar (% BK) 4,96 4,55
Abu (% BK) 8,43 6,81
Energi Bruto (kkal/kg) 3925 3920
Sumber : Hasil anlisis proksimat di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan. Fapet, IPB (2007)
Hasil laboratorium untuk energi adalah dalam bentuk energi bruto, sedangkan
dalam nutrisi unggas nilai energi yang diinginkan adalah energi metabolisme karena
pengukuran energi ini tersedia untuk semua tujuan termasuk hidup pokok,
pertumbuhan, penggemukan dan produksi telur (Wahju,1997). Energi yang
tersimpan dalam tubuh adalah energi metabolisme yang diperhitungkan 70790 % dari
energi bruto, tergantung dari berbagai faktor (Anggorodi,1995).
Menurut NRC (1994) energi metabolis adalah 0.72 kali energi bruto maka
nilai energi metabolis ransum penelitian sekitar 2822 7 2826 kkal/kg. Kandungan
energi ransum penelitiaan berdasarkan analisis laboratorium masih sesuai untuk
pertumbuhan anak ayam broiler. Anggorodi (1985) menyatakan bahwa kebutuhan
energi metabolis ayam pada periode (076 minggu) berkisar antara 280073300
kkal/kg ransum
Kandungan protein IDN (Pokphand) adalah 23,30 dan BR1s (Wonokoyo)
adalah 22,46. Perbedaan kandungan protein IDN (Pokphand) dan BR1s (Wonokoyo)
[image:38.612.116.506.242.383.2]17 (1997) kandungan zat nutrisi dalam bahan pakan dipengaruhi oleh varietas tanaman,
tipe tanah, pemupukan, iklim, lama penyimpanan serta cara pengolahan. Berdasarkan
hasil tersebut maka kadar protein pakan penelitian sudah memenuhi kebutuhan
protein untuk ayam pedaging priode Nilai ini sesuai dengan Direktorat Bina
Produksi (1997) pada priode yaitu 18,00 – 23,00 %. Menurut Scott
(1982) bahwa kebutuhan protein ayam pada periode sebesar 24,8 % dan 20 %
untuk periode Wahju (1997) menyatakan bahwa kebutuhan protein untuk
ayam pedaging (076 minggu) berkisar antara 21,0 % 724,8 %.
Berdasarkan hasil analisis, kandungan serat kasar IDN (Pokphand) adalah
4,96 % dan BR1s (Wonokoyo) adalah 4,55 %. Menurut Direktorat Bina Produksi
(1997) pada periode yaitu 7,0 % (maksimun). Menurut Kismono (1986) ayam
pedaging sampai umur 8 minggu masih dapat menerima serat kasar ransum sampai
tingkat 8,02 %. Batas maksimal serat kasar dalam ransum unggas yang dikemukakan
oleh Erwing (1963) adalah 8 %.
!"#$ "-!*#! 2 "$!(!, . )#%)' !*!
Konsumsi pakan berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan dan
konversi pakan sehingga konsumsi pakan perlu diperhatikan karena sangat
berpengaruh terhadap penampilan ayam broiler. Tingkat palatabilitas ternak terhadap
suatu pakan juga dapat dilihat dari jumlah pakan yang dikonsumsi. Konsumsi pakan
setiap ekor ternak berbeda7beda, hal ini dipengaruhi oleh bobot badan, galur, tingkat
produksi, tingkat cekaman, aktifitas ternak, mortalitas, kandungan energi di dalam
pakan dan suhu lingkungan (North dan Bell, 1990). Pemberian
diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pakan, karena dapat meningkatkan
perkembangan mikroorganisme yang menguntungkan di dalam saluran pencernaan.
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian air minum yang
diberi “RI.1” sampai level 0.3% dan interaksi “RI.1”
dengan jenis pakan tidak berpengaruh nyata (P>0,05), tetapi jenis pakan berpengaruh
nyata (P<0,05) terhadap konsumsi pakan. Pada Tabel 5, kelompok ayam yang diberi
pakan IDN memiliki rataan konsumsi berkisar antara 2967,76 – 3189,88 gram/ekor,
dan pakan BR1s 2673,63 – 3033,83 gram/ekor. Nilai ini lebih besar dari nilai pada
NRC (1994) yaitu 2.576 gram dan juga dari konsumsi standar strain CP707 yaitu
18 Tabel 5. Pengaruh Pemberian ”RI.1” dan Jenis Pakan terhadap Konsumsi
Pakan Ayam Broiler (g/ekor) selama Penelitian
Jenis Pakan
Taraf RI.1”
0,00% 0,10% 0,20% 0,30%
Rataan±SD Konsumsi Pakan (gram/ekor)
IDN BRIs Rataan±SD
2967.17±303.05 2883.76 ± 96.25
2925.47±206.23a 3013.13±218.94 3033.83±136.81 3023.48±163.68a 3189.88±124.35 2673.63±198.64 2931.75±319.25a 3060.88±172.98 2906.79±160.58 2983.83±171.48a 3057.76±203.00a 2874.50±187.58b
Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata (P>0,05) Huruf yang berbeda menunjukkan nilai yang berbeda nyata (P<0,05)
Gambar 2. Pengaruh Jenis Pakan terhadap Nilai Rataan Konsumsi Pakan.
Pemberian jenis pakan IDN memiliki rata7rata konsumsi pakan yang tinggi,
bila dibandingkan dengan jenis pakan BR1s (Tabel 5). Pada Gambar 2 terlihat bahwa
jenis pakan nyata (P<0,05) mempengaruhi konsumsi pakan. Hal ini diduga karena
kandungan serat kasar, protein kasar, dan energi yang berbeda pada dua jenis pakan.
Faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum antara lain besar tubuh ayam, aktifitas
sehari7hari, suhu lingkungan, kualitas dan kuantitas ransum (NRC, 1994).
Pemberian “RI.1” sampai taraf 0,3 % tidak memberikan
perbedaan yang nyata (P>0,05) dapat dilihat pada Gambar 3, perlakuan yang tanpa
menggunakan “RI.1” menghasilkan konsumsi pakan yang paling
rendah bila dibandingkan dengan yang diberikan “RI.1”. Level penggunaan
''RI.1" belum dapat diketahui pengaruhnya secara pasti dalam
mempengaruhi konsumsi pakan. Hal ini berhubungan dengan tingkat palatabilitas,
dimana setiap level pemberian masih menunjukan pengaruh yang tidak konsisten.
[image:40.612.174.485.263.387.2]19 dapat menjawab pertanyaan, mengapa penggunaan preparat probiotik yang
mengandung satu atau beberapa spesies mikroflora saluran cerna memberikan respon
yang tidak konsisten (Unandar, 2003).
Penelitian ini sejalan dengan pendapat Nirmalasanti (2002) yang menyatakan
probiotik tidak akan berkerja dengan baik jika dosis probiotik yang diberikan belum
sesuai, pemeliharan kandang yang kurang benar dan komposisi mikroflora saat
probiotik diberikan tidak tepat selain karena cara penyimpanan, jenis bakteri dan cara
pemberian probiotik yang kurang tepat.
! ! ! ! ! ! !
! ! ! !
Gambar 3. Pengaruh Pemberian ”RI.1” terhadap Nilai Rataan Konsumsi Pakan
Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa konsumsi pakan yang disusun
berdasarkan periode pertumbuhan memiliki jumlah yang berbeda pada setiap
perlakuan. Konsumsi ayam broiler terus mengalami peningkatan dari minggu
pertama sampai minggu keempat. Hal ini dipengaruhi oleh umur dan besar tubuh
ayam seperti yang dikemukakan oleh Anggorodi (1985).
Tabel 6. Rataan Konsumsi Pakan Ayam per Ekor per Minggu selama Penelitian
Minggu ke7
Perlakuan
0,00% 0,10% 0,20% 0,30%
IDN BR1s IDN BR1s IDN BR1s IDN BR1s
2 348,25 340,08 356,25 360,25 346,58 298,67 342,71 319,88
3 571,50 553,50 602,00 580,42 605,13 566,29 591,92 580,58
4 751,25 746,25 743,08 785,25 828,17 671,46 804,42 772,13
5 1296,17 1243,93 1311,80 1307,92 1410,00 1137,21 1321,83 1234,21
[image:41.612.150.481.246.396.2] [image:41.612.115.507.592.708.2]20 !"#$ "-!*#! 2 "$!(!, "2!%&!$! .&.2 !(!
Pertambahan bobot badan menggambarkan kemampuan ayam dalam
mengubah pakan yang dikonsumsi menjadi daging. Pertambahan bobot badan
menunjukan bahwa pakan yang dikonsumsi oleh ayam cukup efisien dan banyak
digunakan untuk pertumbuhan. Jika ayam mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang
banyak namun pertambahan bobot badan tidak tinggi maka diduga penyerapan
makanan dalam saluran pencernaan ayam tersebut berlangsung tidak sempurna.
Selain itu bisa juga sebabkan karena ayam sedang berada dalam kondisi sakit, faktor
lainnya adalah jenis kelamin, suhu dan kualitas makanan.
Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa jenis pakan dan penggunaan
“RI.1” tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05) terhadap
pertambahan bobot badan ayam (Tabel 7). Begitu juga pada, interaksi antara
jenis pakan dengan penggunaan “RI.1” tidak nyata (P>0,05)
mempengaruhi pertambahan bobot badan (Tabel 9). Jenis pakan IDN memiliki
pertambahan bobot badan tertinggi bila dibandingkan BR1s (Gambar 4).
Berdasarkan Tabel 9 rataan pertambahan bobot badan berkisar antara 1867.13 –
1952.77 gram/ekor. Pertambahan bobot badan pada penelitian ini masih lebih kecil
dibandingkan dengan standar CP707 yang dipelihara dalam waktu yang sama
yaitu sebesar 2013.9 gram/ekor (Charoen Pokphand Indonesia, 2006).
Penggunaan “RI.1” tidak menunjukkan perbedaan yang nyata
(P>0.05) terhadap pertambahan bobot badan ayam (Gambar 5). Hal ini
menunjukan bahwa “RI.1” tidak memperbaiki serapan nutrisi pada
ayam. Hal ini diduga, pakan yang digunakan dalam penelitian memiliki kualitas yang
sangat baik, sehingga “RI.1” tidak tampak pengaruhnya pada
perlakuan. Selain itu kondisi dan dinamika populasi mikroflora dalam saluran cerna
hewan ternak sangatlah kompleks dan bervariasi dari waktu ke waktu tergantung
pada spesies, umur, kondisi umum dan tipe ternak tersebut (Unandar, 2003).
Pertambahan bobot badan semakin meningkat setiap minggunya, hal ini dapat dilihat
21 Tabel 7. Pengaruh Pemberian “RI.1” dan Jenis Pakan terhadap Pertambahan Bobot Badan Ayam Broiler selama Penelitian (g/ekor)
Jenis Pakan
Taraf “RI.1”
0,00% 0,10% 0,20% 0,30%
Rataan±SD Pertambahan Bobot Badan (gram/ekor)
IDN BRIs Rataan±SD
1929,08±131,71 1891,17 ± 52,37 1910,13 ± 92,02
1952,77±84,77 1941,58±48,30 1947,18±62,01 1945,33±77,37 1877,58±77,84 1911,46±78,71 1867,96±30,94 1867,13±47,86 1867,54±36,05 1923,79±83,29 1894,36±57,71 ! ! ! ! !
Gambar 4. Pengaruh Jenis Pakan terhadap Nilai Rataan Pertambahan Bobot Badan. ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! " "
[image:43.612.108.509.111.418.2] [image:43.612.135.494.433.596.2]22 Tabel 8. Rataan Pertambahan Bobot Badan Ayam per Ekor per
Minggu selama Penelitian
Minggu ke7
Level "RI.1"
0.00% 0.10% 0,20% 0,30%
IDN BR1s IDN BR1s IDN BR1s IDN BR1s
172 223,50 276,57 250,14 233,63 233,21 229,92 235,29 238,38
273 424,04 432,71 459,73 397,42 451,50 417,92 440,54 432,00
374 541,79 469,85 561,13 559,38 520,88 500,38 500,54 484,13
475 739,75 712,04 681,78 751,17 739,75 729,38 691,58 712,63
Jumlah 1929,08 1891,17 1952,77 1941,58 1945,33 1877,58 1867,96 1867,13
!"#$ "-!*#! 2 "$!(!, . 3 ")' ,!*!
Konversi pakan merupakan perbandingan antara konsumsi pakan dengan
pertambahan bobot badan setiap minggu dalam satu periode produksi (Anggorodi,
1985). Konversi pakan melibatkan pertumbuhan ayam dan konsumsi pakan.
Pertumbuhan yang cepat dengan jumlah konsumsi pakan yang sedikit menunjukkan
efisiensi penggunaan pakan yang tinggi.
Berdasarkan analisis sidik ragam, pemberian “RI.1” tidak
berpengaruh nyata (P>0,05), sedangkan jenis pakan dan interaksi antara jenis pakan
dengan “RI.1” berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konversi pakan
(Tabel 9). Rataan konversi pakan ayam broiler yang didapat selama penelitian
berkisar pada 1,4271,64. Pemberian level “RI.1” 0,2 % pada jenis pakan
BR1s dapat menurunkan angka konversi pakan yaitu dari 1,64 menjadi 1,42. Angka
konversi pakan pada penelitian ini masih lebih kecil dibandingkan dengan standar
CP707 yang dipelihara dalam waktu yang sama yaitu sebesar 1,56 (Charoen
Pokphand Indonesia, 2006).
Tabel 9. Pengaruh Pemberian “RI.1” dan Jenis Pakan terhadap Konversi Pakan Ayam Broiler selama Penelitian
Jenis Pakan
Taraf “RI.1”
0,00% 0,10% 0,20% 0,30%
Rataan±SD Konversi Pakan IDN BRIs Rataan±SD 1,54±0,05ab 1,52±0,03ab 1,53 ± 0,04
1,54 ±0,09ab 1,56 ± 0,03a 1,55 ± 0,06
1,64 ± 0,05a 1,42 ± 0,05b 1,53 ± 0,13
1,64 ± 0,07a 1,56 ± 0,12a 1,60 ± 0,10
1,59 ± 0,08 1,52 ± 0,08
[image:44.612.112.521.126.248.2]23 Interaksi antara jenis pakan dengan pemberian “RI.1” hal ini
diduga karena kandungan “RI.1” yang mampu meningkatkan penguraian dan
penyerapan zat7zat makanan dalam organ pencernaan sehingga pemanfaatan nutrisi
pakan lebih baik, selain itu kandungan nutrisi dari pakan yang digunakan memiliki
kualitas yang baik. Jenis pakan BR1s memiliki nilai konversi pakan lebih kecil bila
dibandingkan jenis pakan IDN (Tabel 9). Angka konversi berhubungan dengan
konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan. Rataan konversi pakan penelitian
masih lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian Sufiriyanto dan
Indradji (2001) bahwa pemberian air minum campuran enzim dan probiotik pada
ayam broiler umur enam minggu memiliki nilai konversi pakan sebesar 1,826.
Pernyataan ini juga dikuatkan oleh hasil penelitian Gunal . (2006) dimana
pemberian probiotik, antibiotik dan asam organik pada ayam broiler sampai umur
enam minggu menghasilkan nilai konversi ransum sebesar 1,83, 1,80 dan 1,81.
!"#$ "-!*#! 2 "$!(!, ."2!-'2!)
Mortalitas atau angka kematian adalah angka yang menunjukan jumlah ayam
yang mati selama pemeliharaan. Mortalitas dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya bobot badan, bangsa, tipe ayam, iklim, kebersihan lingkungan, sanitasi
peralatan dan kandang serta penyakit (North, 1990). Menurut Sugiarti . (1981),
suhu lingkungan yang tinggi menyebabkan cekaman panas dan bila berlangsung
terus7menerus, ayam akan mengalami kematian. Mortalitas yang tinggi dalam suatu
usaha peternakan akan merugikan peternak. Tingkat keberhasilan suatu usaha
peternakan ditentukan juga dengan tingkat mortalitas yang rendah.
Mortalitas ayam broiler (Tabel 10) pada penelitian ini tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata baik pada jenis pakan IDN dan BR1s, pemberian
“RI.1” dan interaksinya Jumlah ayam broiler yang mati selama penelitian adalah
sebanyak 3 ekor dari total 192 ekor ayam yang berarti sebanyak 1,66%, nilai
mortalitas ini bukan disebabkan oleh perlakuan. Menurut Lacy dan Vest (2000)
mortalitas yang normal pada ayam pedaging sekitar 4 %. Mortalitas ayam broiler
24 Tabel 10. Pengaruh Pemberian “RI.1" dan Jenis Pakan
terhadap Mortalitas Ayam selama Penelitia
Jenis Pakan
Taraf “RI.1”
0,00% 0,10% 0,20% 0,30%
Rataan±SD % IDN BRIs Rataan±SD 0,00±0,00 0,67±1,15 0,33±0,82
0,33 ± 0,58 0,00 ± 0,00 0,17±0,41
0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00
0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00
0,08 ± 0,29 0,17 ± 0,58
Kematian terjadi pada minggu keempat dan kelima, dikarenakan kaki
penyangga bobot badan tidak kuat sehingga ayam menjadi stres. Penelitian ini
dikuatkan dengan hasil penelitian Hakim (2005) dimana kematian pada ayam broiler
yang diberi campuran herbal, probiotik dan prebiotik bukan disebabkan
oleh perlakuan.
Tabel 11. Mortalitas Ayam Broiler Selama 35 Hari Pemeliharaan (ekor)
"# $$ % &
' ( ) * #+#' , ! ,
- ( .
/ / / /
0 # 1 %
0 ( .
+ + ( 2 /
!"#$ "-!*#! 2 "$!(!, .&.2 !(! *$'"
Bobot badan akhir merupakan suatu kriteria yang digunakan untuk menilai
keberhasilan dalam beternak, karena akan menentukan harga jual di pasar, Pada
penelitian ini, tidak terdapat interaksi antara jenis pakan dengan level “RI.1”
(P>0,05). Jenis pakan dan pemberian “RI.1” mempunyai pengaruh
tidak nyata pada taraf 5% (P>0.05) terhadap bobot badan akhir. Pada jenis pakan
IDN, bobot badan akhir tertinggi pada taraf “RI.1” 0,1%, sedangkan
jenis pakan BR1s bobot badan akhir tertinggi pada taraf “RI.1” 0,1%
[image:46.612.120.504.120.213.2] [image:46.612.118.513.355.495.2]25 terlihat lebih tinggi dari kontrol, terutama pada taraf pemberian “RI.1”
0,1 dan 0,2 %, sedangkan pemberian 0,3 % cenderung menurun.
Berdasarkan Tabel 12, rataan bobot badan akhir berkisar antara 1977,46 7
2063,40 gram/ekor. Rataan bobot badan ini lebih tinggi dibandingkan dengan standar
rataan bobot badan akhir ayam r strain CP 707 yaitu sebesar 1873,8 gram/ekor
(Charoen Pokphand Indonesia, 2006) dan juga, menurut NRC (1994) bobot badan
ayam broiler umur 5 minggu sekitar 140071500 gram/ekor. Berdasarkan catatan yang
dihimpun oleh World Poultry (2004) selama kurun waktu 20 tahun terakhir, genetik
ayam broiler telah mengalami perkembangan yang nyata, pada tahun 1984 rataan
bobot badan ayam pada umur 5 minggu adalah 1345 gram dan pada umur 7 minggu
adalah 2160 gram, sedangkan tahun 2004 pada umur yang sama akan mendapatkan
rataan bobot badan 1882 dan 3052 gram.
Tabel 12. Pengaruh Pemberian “RI.1” dan Jenis Pakan
terhadap Bobot badan Akhir Ayam
Jenis Pakan
Taraf “RI.1”
0,00% 0,10% 0,20% 0,30%
Rataan±SD Bobot Badan Akhir (gram/ekor)
IDN BRIs Rataan±SD
2038,21±132,03 2000,71 ± 53,70 2019,46 ± 92,46
2063,40±84,42 2051,79±49,56 2057,60±62,24 2056,17±77,60 1984,88±79,53 2020,52±80,40 1978,63±30,96 1977,46±47,95 1978,04±36,10 2034,10±83,34 2003,71±58,79 ! ! ! " " !
[image:47.612.134.507.494.637.2]26 !
! ! ! !
! ! ! !
"
"
!
[image:48.612.137.494.91.251.2])'%,#-!
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa jenis pakan
berpengaruh nyata meningkatkan konsumsi pakan yaitu pada IDN (Charoen
Pokphand) lebih banyak daripada BR1s (Wonokoyo). Pemberian
“RI.1” pada semua level tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah. Interaksi
pemberian “RI.1” dengan jenis pakan nyata ditemukan pada konversi
pakan. Ayam broiler yang diberikan pakan BR1s dengan pemberian
“RI.1” sebanyak 0,2% dalam air minum memberikan nilai konversi pakan yang lebih
efisien.
!"!
Perlu adanya penelitian lanjutan dengan perlakuan yang sama tetapi ransum
yang diberikan berkualitas lebih rendah. Ransum yang perlu diuji dengan kandungan
protein lebih rendah dan serta kasar yang lebih tinggi dari ransum komersial yang
/
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT dengan karunia dan
rahmat7Nya yang telah melimpahkan nikmat tak terhingga dan hanya dengan
pertolongannya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, yang banyak
membantu baik materi, motivasi, serta kasih sayang yang tiada henti diberikannya.
Juga, kepada Dr. Ir. Rita Mutia, M.Agr. dan Dr. Ir. Desmayati Zainuddin. MS, selaku
dosen pembimbing skripsi atas segala bimbingan dan pengarahan yang diberikan
selama penelitian hingga akhir penulisan skripsi ini. Terima kasih kepada Ir. Lilis
Khotijah MS sebagai dosen pembimbing akademik atas segala dukungannya, serta Ir.
Dwi Margi Suci, MSc sebagai dosen penguji seminar dan penguji sidang atas segala
saran dan masukan dalam perbaikan skripsi. Penulis ucapkan terima kasih yang
sebesar7besarnya bagi Ir. Lucia Cyrilla ENSD, MSi yang telah bersedia menjadi
dosen penguji sidang dan atas segala masukan yang diberikan.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga kepada Balai Penelitian Ternak
Ciawi dan keluarga besar komplek ternak unggas, Ciawi. Bapak Ujianto, Endang,
Mulyadi, Irus dan Ibu Yanti atas kerjasama dan sambutan yang baik sehingga
terwujudnya skripsi ini. Juga, kepada keluarga Ujianto, Bapak Ujianto, Ibu Ema,
Anto, Aldi dan kiki.
Terakhir penulis ucapkan terima kasih banyak kepada civitas akademika
Fakultas Peternakan IPB. Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya
Bogor, Agustus 2008
29 Adams, C. A. 2000. enzim komponen penting dalam pakan bebas antibiotik.
http://siauwlielie.tripod.com/art_012707.htm [13Juli 2006]
Amrullah, I.K. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Seri Beternak Mandiri. Lembaga Satu Gunungbudi, Bogor.
Anggorodi. R. 1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. Cetakan Pertama. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Borton, M.D. and W.S. Hart. 2001. Public health risks : Antibiotic resistance7A re review. Asian7Aust.J.Anim.Sci.14: 4147422.
Charoen Pokphand Indonesia. 2006. Manual Manajemen Broiler CP 707. CP GROUP, Jakarta.
Charles, D. and D. Spackman. 1985. Back to Basic. Agricultural Development and Advisory. World Poultry Sci. 49 : 11725.
Cruywagen, C. W., I. Jordan and L. Venter. 1996. Effect of %
# supplementation of milk replacer on preweaning of calves. J. Dairy Science. 79 : 4837486.
Didinkaem. 2006. AyamBroiler.http://www/halalguide.info/content/.html [31Maret 2007]
Direktorat Bina Produksi. 1997. Kumpulan SNI Ransum: Ransum Ayam Ras Pedaging (Broiler Starter). SNI 017393071995. Direktorat Jendral Peternakan. Departemen Pertanian, Jakarta.
Ensminger, M.E., J.G. Oldfield, dan W.W. Eeinmann, 1990. Feed and Nutrition. Ensminger Publishing Co, California.
Fenner F J, Gibbs E P J, Murphy F A, Rott R, Studdert M J, dan White D O.1995. Virologi Veteriner. Ed ke72. Terjemahan D K Harya Putra. IKIP Semarang Press, Semarang.
Fuller, R. 1992. The importance of Lactobacillus in maintaining normal microbial balance in the crop. British Poultry Sci. 18:85.
30 Gunal, M., G.Yayli, O.Kaya, N.Karahan and O. Sulak. 2006. The effects of antibiotic growth promotor, probiotic or organic acid supplementation on performance, intestinal microflora and tissue of broilers. Internasional J of Poultry Science 5 (2): 1497155.
Hakim, L. 2005. Evaluasi pemberian feed additive alami berupa campuran herbal, probioitk dan prebiotik terhadap performans, karkas dan lemak abdominal serta HDL dan LDL daging broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan. IPB, Bogor.
Lacy, M. and L. R. Vest. 2000. Improving Feed Conversion in Broiler : A Guide for Growers. http :// www. Ces.uga.edu/pibcd : 7937W.html [1 Maret 2003].
Lesson, S and J. D. Summers. 2000. Broiler Breeder Production. University Books. Guelph, Ontario, Canada.
McDonald, P.,A.R.Edwards, J.F.D. Greenhalgh and C. A. Morgan. 2002. Animal Nutrition. 6thEd. Ashford Colour Press Ltd., Gosport, British.
National Reserch Council. 1994. Nutrient Requirments of Poultry. 9th Revised Edition. National Academy Press. Washington.
Nirmalasanti, N. 2002. Pengaruh Pemberian Probiotik Terhadap Gambaran Mikroskopis Usus Ayam. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
North, M. O., and D. D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4thEd. The Avi Publishing Company Inc. Wesport, Connecticut.
Pond.W.G.,D.C.Church and K.R.Pond. 1995. Basic Animal Nutrition and Fedding.4thEdition. John Willey and Sons, New York.
PT. Biotech Inti Organik. 2007. Indikasi & “RI.1”, Jakarta.
Rao, S.V.R.,D. Nagalakshmi and V.R. Reddy. 2002. Feeding to minimize heat stress.
Poultry International Volume 41
No.7.http://siauwlielie.triopde.com/art_009_07.htm [13 Juli 2006[
Rose, S.P. 1997. Principle of Poultry Science. CAB Internationl, New York.
Scott, M.L., M.C. Nesheim, and R.J.N. Young. 1982. Nutrition of The Chicken. 3rd Ed. M.L. Scott and Associates, Ithaca, New York.
Seifert, H.S.H. and F. Gessler. 1997. Continous oral application of probiotic
31 Steel, R. G.D. dan J.H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika : Suatu Pendekatan Biometrik. Terjemahan : M.Syah. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sufiriyanto dan M. Indradji. 2001. Pengaruh pemberian air minum campuran enzim dan probiotik pada aras protein yang berbeda terhadap bobot badan konversi pakan dan indeks produksi ayam pedaging. J Animal Production 3(1) : 26730.
Sugiarti, T. Suharsono dan V.D. Rusdi. 1981. Pengaruh Cekaman Panas terhadap Pertumbuhan dan Efesiensi Penggunaan Makanan pada Ayam Pedaging. Lemb LPP. 1 : 9711.
Tilman, A. D., H.. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Togatorop, M.,H. Basya dan Soemarni. 1977. Performance Ayam Pedaging Periode Finisher dengan Pemeliharaan Lantai Litter dan Lantai Kawat. Bul. LPP. 19 : 18719.
Unandar, T. 2003. Pedang Bermata Dua. Disampaikan dalam #
IV. Himasiter.IPB.
Wahyu, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke74. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
World Poultry. 2004. 20 years of production enchancement. Reed Business Information 20: 42743.
33 #
- # 3 %
' ( , ! , /
+ Konsumsi Pakan
+
+
# $ % &
!& - .3!
! "!# ! "!# ! "!# "$%& !$! &
' ( ()*( ()*( )% !$(% !$%%*
+ ( ##&* ##&* ) *"# $(" !$
, * ""*%%" ""*%%" (#%&)
( !# )%
4 + 5 3 6 ! + +# % 2 +
# ' ( ) *
7' ! 7#2
Uji lanjut Duncan dapat dilakukan pada jenis pakan.
! " # $
% # &
' (&()
* +,
-. /0123&00
4 5
6 +,+&0
# ! &
7
' /()1&1, +5 '
34
# + ! " "
- # 3 %
' ( , ! , /
+ Pertambahan Bobot Badan
+
+
# , % & ! " "
!& - .3!
--" &--" " &" " &" !$&( !$("!
' ( & & *(%! $ ( !$(*"
+ ' ( #!(* #!(* (#" !$ # !$)*%
, * )&) )&) "* #
( ) *(
35
#
-- # 3 %
' ( , ! , /
+ Konversi Pakan
+
+
# . % &
!& - .3!
!$!( "() !$!( "() !$!( "() *$"! !$! +
' ( !$! %(#* !$! %(#* !$!!"%) $ & !$(#"
+ ' ( !$!#&(#* !$!#&(#* !$! *##& ($(& !$!##+
, * !$!%%**% !$!%%**% !$!!#)"#
( !$ %")&*
4 + 5 3 6 ! + +# % 2 +
# / ) *
7' ! 7#2.
' (&()
* +,
-. (&((03)0
4 5 / 0 ) , 1
3
6 &+5(, &+5,) &+/(+ &+/5, &+/0) &+/)3
&+/,3
# ! &
' +&,0((( / )
' +&,/,,1 / 1
' +&),/// / 3
' +&)),,1 / 0
8 ' +&)0/// / +
8 ' +&)/,,1 / /
8 ' +&)5/// / 5