• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberian Larutan Jahe Merah (Zingiber officinale var rubra) dengan Metode Pengolahan Berbeda terhadap Performans Ayam Broiler Yang Terinfeksi Eimeria tenella

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemberian Larutan Jahe Merah (Zingiber officinale var rubra) dengan Metode Pengolahan Berbeda terhadap Performans Ayam Broiler Yang Terinfeksi Eimeria tenella"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERIAN LARUTAN JAHE MERAH (Zingiber officinale var rubra)

DENGAN METODE PENGOLAHAN BERBEDA TERHADAP

PERFORMANS AYAM BROILER YANG

TERINFEKSI Eimeria tenella

SKRIPSI

RACHMAD BOY BUDIMAN 110306011

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PEMBERIAN LARUTAN JAHE MERAH (Zingiber officinale var rubra)

DENGAN METODE PENGOLAHAN BERBEDA TERHADAP

PERFORMANS AYAM BROILER YANG

TERINFEKSI Eimeria tenella

SKRIPSI Oleh:

RAHCMAD BOY BUDIMAN 110306011

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ABSTRAK

RACHMAD BOY BUDIMAN: Pemberian Larutan Jahe Merah(Zingiber officinalle var rubra) dengan Metode Pengolahan yang Berbeda Terhadap Performans Ayam Broiler yang Terinfeksi Eimeria tenella. Dibimbing oleh NEVY DIANA HANAFI dan MA’RUF TAFSIN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemberian larutan jahe merah dengan metode pengolahan yang berbeda terhadap performans ayam broiler yang terinfeksi Eimeria tenella. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan, Eimeria tenella diinfeksikan dengan dosis 104 ookista/ekor dan larutan jahe merah diberikan dengan konsentrasi 1%. Perlakuan terdiri atas KP (Kontrol/tanpa pengolahan); KO (Koksidiostat); K1 (Serbuk); K2 (Ekstrak ethanol ); K3 (Ekstrak air).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata(P>0,05) terhadap performans ayam broiler yang terinfeksi Eimeria tenella. Dilihat dari semua perlakuan bahwa perlakuan larutan jahe merah lebih baik dari koksidiostat dan

kontrol.

(4)

ABSTRACT

RACHMAD BOY BUDIMAN: Utilitazion of Red Ginger (Zingiber officinalle var rubra) With Different Processing Methods on Performance of Broiler Chickens were Infected by Eimeria tenella.Under supervised by NEVY DIANA HANAFI AND MA'RUF TAFSIN.

This study aims to determine the administration of red ginger solution with different processing methods on the performance of broiler chickens were infected by Eimeria tenella. Research was conducted at Biology Laboratory, Animal Science Study Program, Faculty of Agriculture, Universty Sumatera Utara, Medan. This research used completely randomized design (CRD) with 5 treatments and 4 replications, Eimeria tenella were infected with a dose of 104 oocysts/ head and red ginger were aplicated at with a concentration of 1%. The

treatments consist of KP (Control), KO (Coccidiosta)t and red ginger application by powder( K1 ), ethanol extract(K2) and water extract(K3).

The results showed that the treatments were not significant (P>0,05) different effect on performans were infected by Eimeria tenella. of all treatment that the treatment of red ginger better solution than koksidiostat and control.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Rachmad Boy Budiman, dilahirkan di Medan, 14 Oktober 1993, merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, anak dari Bapak Daya dan Nur Hasnah.

Masuk SMA Dharma Pancasila pada tahun 2008 dan lulus pada tahun 2011 dan pada tahun yang sama memasuki perguruan tinggi pada program studi Peternakan Fakultas pertanian Universitas Sumatra Utara melalui jalur Undangan.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul penelitian ini adalah Pemberian Larutan Jahe Merah (Zingiber officinale var rubra) dengan Metode Pengolahan Berbeda terhadap Performans Ayam Broiler Yang Terinfeksi Eimeria tenella, yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti ujian akhir di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Nevy Diana Hanafi, S.Pt, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(7)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

PENDAHULUAN Latar Belakan ... 1

Tujuan penelitian` ... 2

Hipotesa Penelitia ... 2

Kegunaan Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Pedaging ... Konsumsi Ransum ... 4

Pertambahan Bobot Badan ... 5

Konversi Ransum ... 5

Indeks Penampilan ... 6

Koksidiosis ... 7

Gejala Koksidiosis ... 8

Protozoa Eimeria tenella... 9

Siklus Hidup ... 10

Jahe ... 11

(8)

Kandungan dan Khasiat (Zingiber officianale var rubra) ... 13

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 15

Bahan dan Alat Penelitian ... 15

Bahan... 15

Alat ... 15

Metode Penelitian ... 16

Pelaksanaan Penelitian Isolasi Eimeria tenella ... 16

Pembuatan Larutan Jahe Merah ... 16

Prosedur Kerja ... 18

Peubah Yang Diamati ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum ... 22

Pertambahan Bobot Badan ... 24

Konversi Ransum... 27

Ideks Penampilan... 29

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 30

Saran... 30

DAFTAR PUSTAKA... viii

(9)

DAFTAR TABEL

No Hal

1. Kriteria Nilai Indeks Performa Ayam Broiler…….……….…………7

2. Kadar Minyak Dan Oleoresin Jahe Dalam Jahe ... 13

3. Komponen Kimia Jahe (Zingiber officinale) ... 14

4. Rataan Konsumsi umur 1-35 hari (g/ekor/minggu) ... 22

5. Rataan Pertambahan Bobot Badan umur 1-35 hari (g/ekor/minggu) ... 24

6. Rataan Konversi Ransum Umur 1-35 hari ... 26

(10)

ABSTRAK

RACHMAD BOY BUDIMAN: Pemberian Larutan Jahe Merah(Zingiber officinalle var rubra) dengan Metode Pengolahan yang Berbeda Terhadap Performans Ayam Broiler yang Terinfeksi Eimeria tenella. Dibimbing oleh NEVY DIANA HANAFI dan MA’RUF TAFSIN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemberian larutan jahe merah dengan metode pengolahan yang berbeda terhadap performans ayam broiler yang terinfeksi Eimeria tenella. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan, Eimeria tenella diinfeksikan dengan dosis 104 ookista/ekor dan larutan jahe merah diberikan dengan konsentrasi 1%. Perlakuan terdiri atas KP (Kontrol/tanpa pengolahan); KO (Koksidiostat); K1 (Serbuk); K2 (Ekstrak ethanol ); K3 (Ekstrak air).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata(P>0,05) terhadap performans ayam broiler yang terinfeksi Eimeria tenella. Dilihat dari semua perlakuan bahwa perlakuan larutan jahe merah lebih baik dari koksidiostat dan

kontrol.

(11)

ABSTRACT

RACHMAD BOY BUDIMAN: Utilitazion of Red Ginger (Zingiber officinalle var rubra) With Different Processing Methods on Performance of Broiler Chickens were Infected by Eimeria tenella.Under supervised by NEVY DIANA HANAFI AND MA'RUF TAFSIN.

This study aims to determine the administration of red ginger solution with different processing methods on the performance of broiler chickens were infected by Eimeria tenella. Research was conducted at Biology Laboratory, Animal Science Study Program, Faculty of Agriculture, Universty Sumatera Utara, Medan. This research used completely randomized design (CRD) with 5 treatments and 4 replications, Eimeria tenella were infected with a dose of 104 oocysts/ head and red ginger were aplicated at with a concentration of 1%. The

treatments consist of KP (Control), KO (Coccidiosta)t and red ginger application by powder( K1 ), ethanol extract(K2) and water extract(K3).

The results showed that the treatments were not significant (P>0,05) different effect on performans were infected by Eimeria tenella. of all treatment that the treatment of red ginger better solution than koksidiostat and control.

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Usaha peternakan sebagai penghasil daging untuk memenuhi kebutuhan gizi protein hewani pada masyarakat saat ini banyak menggunakan ayam pedaging karena pertumbuhannya cepat. Faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan usaha ayam pedaging adalah pakan, karena pertumbuhan ayam pedaging dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan, selain faktor bibit dan menejemen. Biaya pakan pada usaha peternakan ayam pedaging dapat dikurangi dengan meningkatkan efisiensi penggunaan pakan, dan memperkecil mortalitas.

Didalam beternak terkadang peternak juga mempunyai masalah seperti Koksidiosis atau penyakit berak darah, dimana penyakit ini disebabkan oleh Eimeria tenella. Emieria tenella adalah protozoa yang menyebabkan koksidiosis atau penyakit berak darah merupakan penyakit penting pada ayam di Indonesia maupun di luar negeri karena sering menimbulkan masalah dan menyebabkan kerugian yang cukup besar pada usaha peternakan ayam.

(13)

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis mencoba melakukan penelitian yang berjudul pemberian larutan jahe merah (Zingiber officinalle var rubra) pada ayam broiler untuk meningkatkan performans ayam broiler yang diinfeksi Eimeria tenella.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui performans ayam broiler (konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, memperkecil konversi pakan,indeks penampilan) dengan pemberian larutan jahe merah (zingiber officinalle var rubra) terhadap ayam broiler yang diinfeksi Eimeria tenella.

Hipotesis Penelitian

Pemberian larutan jahe merah (Zingiber officinalle var rubra) pada ayam broiler dapat meningkatkan performans ayam broiler konsumsi pakan,pertambahan bobot badan, konversi pakan, indeks penampilan pada ayam broiler yang terinfeksi Eimeria tenella.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi peneliti serta peternak maupun masyarakat pada umumnya, sehubungan dengan pemberian larutan jahe merah (Zingiber officinalle var rubra) pada ayam broiler yang terinfeksi Eimeria tenella

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Ayam Pedaging

Salah satu ternak yang potensial sebagai penghasil daging adalah ayam broiler. Ayam broiler adalah galur ayam hasil rekayasa teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, masa panen pendek dan menghasilkan daging dengan kualitas berserat lunak, timbunan daging baik, dada yang lebih besar dan kulit licin(North dan Bell, 1990).

Taksonomi broiler adalah sebagai berikut, Kingdom : Animalia, Filum : Chordata, Kelas

: Aves, Subkelas : Neornithes, Ordo : Galliformis, Genus : Gallus, Spesies : Gallus domesticus

(Hanifah, 2010).Pemeliharaan ayam ras tipe berat untuk pedaging banyak dilakukan karena untuk mencapai waktu pemasaran lebih singkat. Menurut Pond et al., (1995), broiler merupakan ayam muda yang dapat dipasarkan untuk dikonsumsi masyarakat pada umur 5 sampai 7 minggu baik dalam bentuk utuh, potongan dalam beberapa bagian bahkan produk-produk yang telah diolah. Menurut Didinkaem (2006), ayam broiler mampu membentuk 1 kg daging atau lebih banyak dalam waktu 30 hari dan lebih dari 1,5 kg pada umur 40 hari. Biasanya ayam broiler dipanen setelah umurnya mencapai 35-45 hari dengan bobot badan berkisar 1,5-2,5 kg. Di Indonesia ayam broiler ini dijual pada umur sekitar 5-6 minggu dengan bobot sekitar 1,7 kg.

(15)

duodenum, jejunum, dan ileum ditransfer ke dalam sirkulasi darah dan limfe untuk diedarkan ke seluruh tubuh (Denbow, 2000).

Konsumsi Ransum

Jumlah makanan yang dikonsumsi oleh ternak akan digunakan untuk mencukupi hidup pokok dan untuk produksi hewan tersebut (Tilman et al., 1991). Faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum antara lain besar tubuh ayam, aktifitas sehari-hari, kualitas dan kuantitas ransum (NRC, 1994).

Faktor lain yaitu penyakit, defisiensi zat makanan, kondisi berdebu, terlalu padat, kotor, kondisi lingkungan yang tidak baik, vaksinasi dan pemotongan paruh, pengobatan, ribut, penangkapan, yang semuanya itu menciptakan cekaman (Wahyu,1991)

Kenaikan temperatur udara akan membuat konsumsi pakan menurun. Hal ini berkaitan dengan fungsi aktifitas hormon thyroid dalam menghasilkan triodothyornine dan thyroxine dalam darah yang akan menurun pada temperatur tinggi dan akan meningkat pada temperatur rendah, temperatur juga berefek pada aktivitas adrenalin (Widyani,1999).

Bagi ayam broiler jumlah konsumsi ransum yang banyak bukanlah merupakan jaminan untuk mencapai pertumbuhan puncak. Kualitas dari bahan pakan dan keserasian komposisi gizi sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan merupakan dua hal mutlak yang menentukan performans puncak (Wahyu,1991).

Pertambahan Bobot Badan

(16)

Tillman et al., (1984) menyatakan bahwa pertumbuhan umumnya dinyatakan dengan pengukuran kenaikan bobot badan yang dengan mudah dilakukan dengan penimbangan berulang-ulang dan diketengahkan dengan pertumbuhan badan tiap hari, tiap minggu, atau tiap waktu lainya

Pertumbuhan broiler dipengaruhi oleh ransum, bangsa dan lingkungan. Pertumbuhan berlangsung pada waktu tertentu dan berjalan cepat sampai ternak mencapai tingkat dewasa kelamin, setelah ini pertumbuhan berangsur-angsur turun sampai periode tertentu akan berenti. Pertumbuhan ini juga pertambahan dalam bentuk bobot dan jaringan-jaringan tubuh seperti urat, daging, tulang, jantung, otak, dan lainnya (Anggorodi,1995).

Konversi Ransum

Konversi ransummencerminkan keberhasilan dalam memilih atau menyusun ransum berkualitas, selain itu angka konversi juga banyak dipengaruhi oleh teknik pemberian pakan (Amrullah, 2003). Lacy dan Vest (2000), menyatakan bahwa konversi ransum berguna untuk mengukur produktivitas ternak dan didefinisikan sebagai rasio antara konsumsi ransum dengan pertambahan bobot badan yang diperoleh selama kurun waktu tertentu. Semakin tinggi konversi ransum menunjukkan semakin banyak ransum yang dibutuhkan untuk meningkatkan bobot badan per satuan bobot. Dijelaskan pula bahwa semakin rendah angka konversi ransum berarti kualitas ransum semakin baik.

(17)

Indeks Penampilan (IP)

Nilai IP >200 termasuk kedalam criteria yang efisien (Fadilah, 2004) dan termasuk kedalam kriteria yang kurang istimewa karena nilai IP ≤400 (Santoso dan Sudaryani, 2009). Tingginya nilai IP tersebut menandakan suatu pemeliharaan ayam pedaging yang dilakukan suatu peternakan sudah cukup efisien dan efektif. Tingginya nilai IP ini dapat disebabkan karena konversi pakan dan bobot badan yang baik.

Menurut Fadilah (2004) IP dapat digunakan sebagai acuan berproduksi karena tidak hanya mempertimbangkan bobot badan akhir dan konversi pakan tetapi juga mempertimbangkan persentase jumlah ternak yang hidup dan lama pemeliharaan. Karena nilai IP lebih rendah dari standar maka sangat dianjurkan untuk dilakukan evaluasi terhadap penerapan manajemen pemeliharaan.

Salah satu kriteria yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan pemeliharaan adalah dengan menghitung indeks performa. Indeks Performa (IP) adalah suatu formula yang umum digunakan untuk mengetahui performa ayam broiler. Semakin besar nilai IP yang diperoleh, semakin baik prestasi ayam dan semakin efisien penggunaan pakan (Fadilah et al.,

2007). Nilai indeks performa dihitung berdasarkan bobot badan siap potong, konversi pakan, umur panen, dan jumlah persentase ayam yang hidup selama pemeliharaan (Kamara, 2009). Nilai yang diperoleh dibandingkan terhadap standar. Kriteria nilai indeks performa ayam broiler disajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Kriteria nilai indeks performa ayam broiler

Indeks Performa (IP) Nilai

<300 Kurang

301-325 Cukup

326-350 Baik

351-400 Sangat Baik

(18)

Koksidiosis

Koksidiosis merupakan salah satu penyakit parasiter pada ayam pedaging yang banyak mendatangkan kerugian yang tidak sedikit, dengan akibat berupa penurunan efisiensi

penggunaan pakan dan hambatan pertumbuhan, sampai pada kematian (Ashadi, 1979 dalam Iskandar et al., 2000). Kerugian ekonomi akibat koksidiosis di Amerika

Serikat antara 450 juta dolar sampai 1,5 miliar dolar AS. Koksidiosis di Indonesia banyak

ditemukan pada peternakan ayam. Penyakit tersebut mudah berkembang di Indonesia karena

sesuai dengan suhu optimum untuk perkembangan Eimeria yaitu 210C-320C, serta

kelembaban yang cukup agar ookista dapat bersporulasi. Ookista yang sudah bersporulasi

dapat menginfeksi induk semang (Allen dan Fetterer, 2002).

Koksidiosis pada ayam berlokasi pada dua tempat yaitu di sekum (caecal coccidiosis) yang disebabkan oleh Eimeria tenella dan di usus (intestinal coccidiosis) yang disebabkan oleh delapan jenis lainnya (Jordan et al., 2001 ).

Koksidiosis pada sekum oleh Eimeria tenella paling sering terjadi pada ayam muda berumur 4 minggu, karena umur tersebut adalah umur yang paling peka. Ayam yang berumur 1-2 minggu lebih resisten, walaupun demikian Eimeria tenella dapat juga menginfeksi ayam yang sudah tua. Ayam yang sudah tua umumnya memiliki kekebalan imunitas akibat sudah terinfeksi sebelumnya. Pada umumnya koksidiosis sekum terjadi akibat infeksi berat dalam waktu yang relatif pendek tidak lebih dari 72 jam. Pada ayam umur 1-2 minggu diperlukan 200.000 ookista untuk menyebabkan kematian, dan diperlukan 50.000-100.000 ookista untuk menyebabkan kematian pada ayam yang berumur lebih tua. Ookista yang bersporulasi merupakan ookista yang infektif (Levine, 1985).

Gejala Koksidiosis

(19)

sekum. Pendarahan pada tinja pertama-tama ditemukan pada hari ke-4 atau hari ke-5 sesudah infeksi. Gejala klinis umum yang tampak pada ayam yang terinfeksi koksidiosis adalah diare berdarah dan kehilangan darah merupakan gejala akut dari infeksi Eimeria tenella yang ditandai oleh kelemahan dan pucat, tinja berdarah berwarna coklat kekuningan, berlendir, sayap menggantung, bulu kasar/ kusam dan kotor, nafsu makan dan minum menurun, lesu dan mata kadang-kadang tertutup, penurunan berat badan, dan terjadi kematian (Alamsari, 2000).

Protozoa Eimeria tenella

Klasifikasi eimeria tenella adalah Filum : Apicomplexa, Kelas : Sporozoa, Sub Kelas : Coceidia, Ordo : Eucoceidia, Sub ordo : Eimeriina, Famili : Eimeriidae, Genus : Eimeria, Spesies : E. tenella, E. necatrix, E. maxima, E. brunette, E. acervulina, E. mitis, E.mivati, E.

praecox, dan E. Hagani. Pada ayam terdapat sembilan spesies Eimeria yaitu : Eimeria tenella, E. necatrix, E. maxima, E. brunette, E. acervulina, E. mitis, E.mivati, E.

praecox, dan E. hagani. Spesies yang paling pathogen pada unggas yaitu E. tenella, dan E. Necatrix (Levine, 1978 dalam Ashadi, 1992).

Eimeria tenella adalah protozoa yang menyebabkan koksidiosis atau penyakit berak darah merupakan penyakit penting pada ayam di Indonesia maupun di luar negeri karena sering menimbulkan masalah dan menyebabkan kerugian yang cukup besar pada usaha peternakan ayam. Kerugian yang ditimbulkan meliputi kematian, morbiditas yang cukup tinggi, penurunan efisiensi pakan, pertumbuhan terhambat, penurunan bobot hidup, terlambatnya masa produksi telur, produksi menurun dan biaya pengobatan yang tinggi (Tampubolon, 1996).

Eimeria tenella termasuk spesies yang sangat patogen, habitatnya pada sekum ayam

(Allen dan Fetterer, 2002; Zulpo et al., 2007). Parasit tersebut menyebabkan koksidiosis

(20)

berdarah (Jordan, 1986; Soomro et al., 2001; Lee et al., 2009). Eimeria tenella menyerang

ayam muda yang berumur antara 3-4 minggu, sedangkan ayam dewasa atau tua dapat

bertindak sebagai pembawa penyakit. Pada ayam muda, kematian yang tinggi terjadi pada

hari ke 4-6 setelah infeksi (Levine, 1985)

Siklus Hidup

Eimeria mengalami perkembangan siklus hidup secara lengkap di dalam dan di luar tubuh inangnya, dan dibagi menjadi siklus aseksual dan siklus seksual. Siklus hidup ini lebih dikenal dengan tiga stadium, yaitu stadium skizogoni, gametogoni, dan sporogoni. Siklus aseksual merupakan stadium sporogoni dan skizogoni, siklus seksual meliputi stadium gametogoni. Sporogoni merupakan stadium pembentukan spora (Tampubolon, 1996). Ookista-ookista dikeluarkan melalui tinja, dengan ookista berisi satu sel yaitu sporon. Ookista dalam suatu lingkungan yang lembab, temperatur tinggi, dan jumlah oksigen yang cocok akan mengalami sporulasi (Marbun, 2006).

Ookista ini mengandung 4 sporokista yang masing-masing mengandung 2 sporozoit. Sesampainya didalam lumen usus, ookista dan sporokista akan rusak oleh enzim pankreas, sehingga menyebabkan keluarnya sporozoit. Sporozoit masuk kedalam epitel di sekitar tumbuh menjadi skizon generasi pertama didalam mukosa. Skizon generasi pertama menghasilkan 48 lebar 1,5 mikron (Levine 1985). Untuk dapat sporulasi, ookista membutuhkan kondisi yang optimal, yaitu lembab, ketersedian oksigen cukup, dan suhu 26.60C-32.20C (Ashadi dan Partosoedjono 1992).

(21)

generasi ketiga. Gametosit yang terbentuk berdiferensiasi menjadi mikrogametosit (jantan) dan makrogametosit (betina) (Muafo et al., 2002).

Inti mikrogametosit membelah dan menghasilkan banyak mikrogamet yang bercambuk dua. Makrogametosit tumbuh membesar tetapi intinya tidak membelah lalu membentuk makrogamet. Satu makrogamet dan satu mikrogamet akan membentuk zigot yang berdinding tebal atau ookista yang belum bersporulasi. Zigot dapat ditemukan didalam epitel pada hari ke tujuh setelah penularan. Zigot yang terbentuk di epitel akan keluar memasuki lumen usus dan bersama tinja terbawa keluar tubuh. Di alam bebas ookista mengalami sporogoni, dan ookista tersebut dihasilkan dalam waktu beberapa hari (Levine, 1985)

Jahe

Klasifikasi taksonomi tanaman, Jahe (Zingiber officinalle) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Pteridophyta, Sub Divisi: Angiosperma, Kelas: Monocotyledoneae Ordo: Scitamineae Famili: Zingiberaceae, Genus: Zingiber, Spesies:

Zingiber officinalle (Murhananto, 2000).

(22)

Senyawa bioaktif yang terkandung dalam rimpang jahe (Zingiber officinalle var rubra) seperti senyawa phenolic (shogaol dan gingerol) dan minyak atsiri, seperti zingiberen, zingiberol, curcurmen, 6-dehydrogingerdion, galanolakton, asam gingesulfonat, zingeron, geraniol, neral, zingerglycolipid. Jahe mengandung minyak atsiri yang bersifat anti inflamasi (anti peradangan), menambah nafsu makan, memperkuat lambung, jahe dapat memobilisasi atau mengubah lemak menjadi energi, dan memperbaiki pencernaan (Kemper, 1999).

Jahe memiliki komponen zat aktif berupa minyak atsiri, oleoresin dan gingerol.

Minyak atsiri membantu kerja amilase, protease dan lipase, sehingga laju pakan meningkat, akhirnya produksi daging akan naik. Jahe berkhasiat menambah nafsu makan, memperkuat lambung, dan memperbaiki pencernaan. Terangsangnya selaput lendir perut besar dan usus oleh minyak atsiri jahe, mengakibatkan lambung menjadi kosong dan ayam akan terdorong mengkonsumsi pakan (Setyanto et al., 2012).

Jahe mengandung senyawa flavonoid, fenol, terpenoid. Khasiat jahe dapat merangsang kelenjar pencernaan. Minyak astiri yang terkandung dalam jahe bermanfaat untuk menghilangkannyeri, antiinflamasi dan antibakteri (Nursal et. al., 2006). Rimpang jahe memiliki efek farmakologi seperti melancarkan peredaran darah, anti inflamasi, anti bakteri, melancarkan pengeluaran empedu dan antipiretik (Mahendra, 2005).

Fungsi jahe

(23)

Minyak atsiri jahe termasuk jenis minyak yang mudah menguap dan merupakan suatu komponen yang memberi bau harum khas jahe. Minyak atsiri jahe terdiri dari zingiberol,

zingiberen, n-nonyl aldehida, d-camphen, dbphellandren, methyl heptanon, sineol, stral,

borneol, linalool, asetat, kaprilat, phenol, dan chavicol (Koswara, 1995). Jahe juga mengandung oleoresin yang lebih banyak mengandung komponen-komponen non-volatil yang merupakan zat pembentuk rasa pedas pada jahe. Umumnya oleoresin jahe tersusun oleh gingerol, zingeron, shogaol, dan resin. Semakin tua umur rimpang jahe, semakin besar pula kandungan oleoresinnya (Koswara, 1995).

Kandungan dan Khasiat (Zingiber officinalle var rubra)

Adapun kadar minyak dan oleoresin jahe dalam rimpang jahe dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :

Table 2. Komponen kimia jahe (Zingiber officinalle var rubra) TingkatKematangan Jahe

Minyak atsiri (%) Oleoresin (%) Segar Jemur Oven Segar Jemur Oven

(24)

Tabel 3. Komponen kimia jahe merah (Zingiber officinalle var rubra) Komponen

(25)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada Januari sampai Februari di Laboratorium Mikrobiologi Nutrisi dan Bahan Pakan Ternak Fakultas Pertanian. Selanjutnya tahap pelaksanaan penelitian di kandang percobaan Laboratorium Biologi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain ayam broiler umur 1 hari (DOC)

Strain Cobb 500 sebanyak 80 ekor yang berasal dari PT. Charoen Pokphand Jaya Farm, ransum susunan sendiri, rodalon, formalin, ethanol,vitacik, vaksin ND dan vaksin Gumboro, Isolat Eimeria tenella, jahe merah (Zingiber officinalle var rubra), air kran bersih/aquades, Koksidiostat Coxy (diproduksi oleh PT. Medion).

Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain lumpang porselin (mortar), penapis/saringan, timbangan analitik (digital), kantong plastik, gelas ukur, pipet pasteur, mesin penggiling, oven, alat suntik (spuit), obyek glass, cover glass, alat hitung, kertas label, spidol, tissu, termometer untuk mengetahui suhu kandang, terpal plastik, kandang percobaan dengan ukuran 50cm x 1m x 1m sebanyak 20 buah, tempat pakan dan minum ayam sebanyak 20 buah, dan bola lampu pijar (60 Watt) sebanyak 20 buah sebagai penerang dan pemanas.

Metode Penelitian

(26)

dengan dosis 104 ookista/ekor, serta konsentrasi larutan jahe merah dan koksidiostat

masing-masing 1%, yaitu sebagai berikut :

KP : Kontrol

KO : Koksidiostat (1,5g/kg bobot badan)

K1 : Pengolahan serbuk jahe merah (1%)

K2 : Pengolahan ekstrak etanol (1%)

K3 : Pengolahan ekstrak air (1%)

Berikut tata letak perlakuan :

KPU4 KPU3 KOU2 KPU1

KOU4 KOU3 KOU2 KOU1

KIU4 K1U3 K1U2 K1U1

K2U4 K2U3 K2U2 K2U1

K3U4 K3U3 K3U2 K3U1

Pelaksanaan Penelitian Isolasi Eimeria tenella

Isolat Eimeria tenella diperoleh dari Bbalitvet (Balai Besar Penelitian Veteriner), Bogor.

Pembuatan Larutan Jahe Merah

Dalam pembuatan larutan jahe merah, penelitian ini menggunakan 3 macam pengolahan jahe yang nantinya akan digunakan sebagai larutan. Adapun bentuk pengolahan jahe yang dimaksud adalah serbuk jahe, ekstrak jahe menggunakan ethanol, dan ekstrak jahe menggunakan air.

a. Serbuk Jahe

(27)

lalu dibuat serbuk dengan cara digiling (Iskandar dkk, 2000). Larutan dibuat dengan cara yang tertera dalam Farmakope Indonesia, sehingga diperoleh larutan dengan kepekatan 1 g serbuk kering dalam 1 ml (Depkes.RI. 1979 dikutip dari Iskandar et al, 2000). Kemudian dibuat larutan jahe merah dengan konsentrasi 1%.

b. Ekstraksi Jahe Menggunakan Ethanol

Rimpang jahe merah segar yang sudah dibersihkan dikeringkan dengan oven blower (40-60o C) selama 30-36 jam hingga diperoleh jahe kering dengan kadar air 8-11%. Jahe kering digiling kemudian disaring sehingga dihasilkan bubuk jahe berukuran 30 mesh. Sebanyak 250 gram bubuk jahe di ekstrak 4 kali dengan menggunakan pelarut etanol (500 ml). Ekstrak yang diperoleh disaring dengan kertas saring pada kondisi vakum. Cairan yang diperoleh dimasukkan ke dalam tabung rotavapor yang telah ditimbang, kemudian disuling dengan

rotaryvacum-evaporator. Penyulingan dihentikan setelah pelarut berhenti menetes, maka didapatkan oleoresin yang konsistensinya semi padat berwarna coklat muda sampai dengan coklat tua. Selanjutnya dilakukan penimbangan terhadap oleoresin yang dihasilkan dalam labu rotavapor. Larutan ekstrak jahe merah menggunakan ethanol dibuat dengan konsentrasi 1%.

c. Ekstraksi Jahe Menggunakan Air

(28)

Alur Penelitian

Prosedur Kerja

- Dari serbuk jahe merah - Dari ekstrak jahe merah

menggunakan ethanol - Dari ekstrak jahe merah

menggunakan air Pembuatan Larutan Jahe

80 ekor ayam

Dibuat Larutan Jahe dengan masing-masing konsentrasi sebanyak 1%

Uji In Vivo

(29)

K3

Pada hari ke-23, 5 perlakuan ayam diinfeksi

E.tenella yaitu : (KP, KO, K1, K2, K3)

E.tenella diinfeksi masing-masing sebanyak 10.000 ookista/ekor per oral

Hari ke-5 pasca diinfeksi E.tenella, diberikan perlakuan berupa Larutan Jahe Merah sebanyak 1 ml/ekor per oral (sistem 3-2-3)

(30)

Peubah Yang Diamati

1. Konsumsi pakan

Konsumsi pakan dihitung setiap hari berdasar selisih antara jumlah ransum yang diberikan dengan jumlah sisah ransum.

Konsumsi Pakan = Pakan yang diberikan - Pakan yang sisa 2. Pertambahan bobot badan

Pertumbuhan merupakan suatu proses peningkatan ukuran tulang, otot, organ dalam dan jaringan bagian tubuh lainnya

PBB=

Lama pemeliharaan

Bobot akhir – Bobot sebelum ( g/ekor) 3. Konversi ransum (FCR)

Konversi ransum dihitung dengan cara membandingan jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan yang dicapai setiap minggunya.

Konversi Pakan =

PBB

Pakan yang dikonsumsi

4. Indeks penampilan (IP) merupakan ukuran keberasilan produksi ayam broiler. Indeks penampilan dapat dihitung dengan rumus :

Ip =

(U) x FCR (Acros, 2009) LxBBx100

Dinana :

L adalah daya hidup (jumlah ayam yang terpanen) BB adalah berat badan, FCR adalah feed conversion rasio,U adalah rata-rata umur panen

L =

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Ransum

Konsumsi ransum merupakan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi hidup pokok dan untuk produksi hewan tersebut. Konsumsi ransum dapat dihitung dengan pengurangan jumlah ransum yang diberikan dengan pakan sisa.Rataan konsumsi ransum selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut : Tabel 4 Rata konsumsi ransum ayam broiler (g/ekor/minggu)

Minggu

(32)

Grafik 1. Persentase penurunan konsumsi konsumsi minggu ke 5

(33)

Pertambahan Bobot Badan

Pertumbuhan merupakan suatu proses peningkatan ukuran tulang, otot, organ dalam dan jaringan bagian tubuh lainnya. Pertambahan bobot badan dapat dihitung dengan menimbang bobot badan setiap minggu dikurangi dengan bobot badan minggu sebelumnya.

Rataan pertambahan bobot badan broiler selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.

Table 5 menunjukan bahwa pertambahan bobot badan sebelum infeksi menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada perlakuan (KP, KO, K1, K2, K3) terhadap pertambahan bobot badan ayam broiler, adapun rataan pertambahan bobot badan yang tertinggi terdapat pada perlakuan K2 sebesar 294,08 dan terendah terdapat pada perlakuan KP sebesar 285,29 g. Hal ini dikarenakan konsumsi dari pakan yang diberikan sama baiknya sehingga laju pertambahan bobot badan ayam sama dan salah satu faktor yang mempengaruhi laju pertambahan bobot badan yaitu konsumsi ransum. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartadisastra (1994), yang menyatakan berat badan ayam akan ditentukan oleh jumlah konsumsi pakannya, semakin besar bobot badan ayam sebakin banyak jumlah konsumsi pakannya.

(34)

pertambahan bobot badan. Rataan tertinggi terdapat pada KP sebesar 404,31 dan terendah pada K3 sebesar 398,69. Seminggu setelah ayam terinfeksi Eimeria tenella (Minggu ke 5) dapat dilihat bahwa ayam yang diberi perlakuan jahe merah dan koksidiostat menunjukan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ayam yang tidak diberi perlakuan jahe merah dan koksidiostat. Dikarenakan jahe dapat membantu sistem pencernaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Supriadi (2001), yang menyatakan bahwa larutan jahe dapat merangsang dinding kantung empedu, mengeluarkan cairan empedu dan merangsang keluarnya getah pankreas yang mengandung amilase, lipase dan protease. Enzim-enzim tersebut dapat meningkatkan pencernaan. Disamping itu adanya peranan dari antibiotik yang terdapat dalam larutan jahe (gingerol), sehingga pengontrolan bakteri ataupun kuman penyakit semakin efisien.

Setelah diinfeksi ayam mengalami penurunan berat badan artinya ayam yang terinfeksi dalam keadaan sakit sehingga mempengaruhi laju pertambahan bobot badan ayam. Hal ini jelas terlihat pada table 5 dimana terjadi penurunan drastis pada pertambahan bobot badan.Tabel 5 juga menunjukkan bahwasanya tidak ada perbedaan yang signifikan antara perlakuan. Dimana rataan perlakuan tertinggi terdapat pada perlakuan K2 sebesar 442,88 g dan terendah terdapat pada perlakuan KP sebesar 415,03 g.

Grafik 2. Persentase pertambahan bobot badan minggu ke 5

(35)

Dari grafik diatas menunjukan bahwa persentase pertambahan bobot badan setelah diinfeksi dan diberi jahe merah serta koksidiostat lebih baik dibandingkan tanpa diberikan jahe merah dan koksidiostat. Dimana persentase tertinggi terdapat pada perlakuan yang diberikan jahe merah dan koksidiostat, perlakuan tertinggi terdapat pada K2 (19,6%), K3 (12,4%), K1 (11%), KO (9,8%) dan terendah terdapat pada KP sebesar (5,3%). Hal dikarenakan pemberian jahe merah diduga juga menyebabkan proses pencernaan pakan terstimulasi, sehingga konversi pakan menjadi daging berjalan lebih optimal. Jahe merah memiliki sifat sebagai digestant dan stimulant. Apabila proses konversi pakan menjadi daging berjalan dengan baik, maka laju pertumbuhan (pertambahan bobot badan) akan menjadi lebih baik (Conley, 1997).

Konversi Ransum

Konversi ransum adalah sebagai rasio antara konsumsi ransum dengan pertambahan bobot badan yang diperoleh selama kurun waktu tertentu.

Rataan konversi ransum ayam broiler selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 6 berikut:

Tabel 6. Rataan konversi ransum selama penelitian

Minggu

(36)

menstimulasi ransum menjadi daging. Hal ini dikarenakan pada minggu sebelum diinfeksi

Eimeria tenella semua ayam dalam keadaan sehat sehingga dapat menyebabkan proses pencernaan pakan terstimulasi, serta konversi pakan menjadi daging berjalan dengan lebih opimal, hal ini sesuai dengan pernyataan (Conley, 1997) yang menyatakan Apabila proses konversi pakan menjadi daging berjalan dengan baik, maka laju pertumbuhan (pertambahan bobot badan) akan menjadi lebih baik.

(37)

Grafik 3. Persentase penurunan konversi ransum minggu ke 5

Setelah ayam terinfeksi Eimeria tenella konversi ransum pada ayam jauh lebih tinggi diatas konversi ransum sebelum infeksi. Artinya diantara perlakuan terjadi perbedaan yang tidak nyata pada konversi ransumnya. Dari grafik 3 menunjukan bahwasanya pemberian jahe merah dan koksidiostat menunjukan penurunan konversi ransum yang lebih besar dimana K2 sebesar (28,4%), K3(22,3%), K1 (23%), KO (23%) dan terendah terdapat pada KP sebesar (22,3%). Hal ini menunjukkan bahwa apabila semakin kecil angka konversi ransum semakin baiklah konsumsi ransum dan laju pertambahan bobot badan ayam. Ayam yang terinfeksi

Eimeria tenella secara tidak langsung akan menurunkan konsumsi maupun pertambahan bobot badan dengan begitu akan terdampak dengan konversi ransumnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Rasyaf, 2003) menyatakan bahwa konversi pakan dipengaruhi oleh besar badan dan bangsa ayam, tahap produksi bangsa ayam, tahap produksi, temperatur lingkungan dan yang terpenting adalah kesehatan ternak. Jika keadaan ternak sehat berarti proses pencernaan yang terjadi juga semakin baik, penyerapan zat-zat yang penting untuk pertumbuhan lebih sempurna sehingga dalam memenuhi kebutuhan energi untuk pertumbuhan, mengkonsumsi pakan tidak terlalu banyak.

0 5 10 15 20 25 30

KP KO K1 K2 K3

Rataan

(38)

Indeks Penampilan (IP)

Tabel 7. Indeks penampilan ayam broiler selama penelitian

Perlakuan

Ulangan Rataan±SD

tn

U1 U2 U3 U4

KP 290.0 309.0 326.0 333.0 314.50±19,2

KO 330.0 324.0 325.0 309.0 322.00±9,1

K1 310.0 332.0 342.0 327.0 327.75±13,4

K2 336.0 325.0 347.0 339.0 336.75±9,1

K3 339.0 331.0 338.0 322.0 332.50±7,9

Keterangan : tn = tidak nyata

(39)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian larutan jahe merah menggunakan tiga metode pengolahan yang berbeda dengan konsentrasi 1% menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap performans ayam broiler yang terinfeksi Eimeria tenella.

Saran

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Acros, Arbor. 2009. Broiler Manajemen Guide. Aviagen Incorporated Cummings Research Park. Huntsville. USA.

Anggorodi, H.R., 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Anggorodi, R., 1979. Ilmu makanan Ternak Umum. PT Gramedia Pustaka Utama,jakarta. Alamsari, O.S. 2000. Pengaruh Larutan Lempuyang Wangi (Zingiber aromaticum val)

Terhadap Produksi Ookista Eimeria spp Pada Ayam. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Allen, P.C., F ettere, R. H. 2002. Clinical Microbiology. Reviews: Recent Advanceins

Biology and Immunobiology of Eimeria Species and in Diagnosis and Conffol of Infection with These Coccidian Parasites of Poultry. l. Soc. Microbiol Vol. l5.No. 1:58-65.

Amrullah, I.K. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Seri Beternak Mandiri. Lembaga Satu Gunungbudi, Bogor.

Ashadi, G dan S. U. Handajani. 1992. Protozoologi Veteriner 1. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. pp53.

Ashadi, G., 1979. Pengebalan Aktif Terhadap Koksidiosis Sekum Pada Ayam di Indonesia.

Disertasi. Fak. Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Conley, M., 1997. Ginger - Part II. Available at : http://www. accessnewage.com/ articles/health/ginger2.htm.

Denbow DM. 2000. Gastrointestinal anatomy and physiology. Di dalam: Whittow JC, editor.

Sturkie’s Avian Physiology. Ed ke-5. London: Academic Pr. hlm 299-325.

Dep. Kes. RI . 1979 . Farmakope Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Ed. III. Jakarta. hal. 12-13 .

Ensminger, M.E., J.G. Oldfield, dan W.W. Eeinmann, 1990. Feed AndNutrition.Ensminger Publishing Co, California.

Fadilah, R. 2004. Ayam Broiler Komersial. Agromedia Pustaka Utama, Jakarta.

Fadillah, R., A. Polana., S. Alam., & E. Parwanto. 2007. Sukses Beternak Ayam Broiler. Agromedia Pustaka, Jakarta.

(41)

Jordan, F., Pattinson, M.A., Faragher, T. 2001. Poultry Disease 5” Edision. W.B Saunders. London. 408-409.

Kamara, T. 2009. Menghitung indeks performa ayam broiler. Universitas Padjajaran. Bandung

Kartadisastra, H. R., 1994. Pengolahan Pakan Ayam. Kanisius, Yogyakarta.

Kemper, J, Kathi. 1999. Long wood task force herbal and the centre for holistic pediatric education and research

Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. UI Press. Jakarta. Koswara S. 1995. Jahe dan Hasil Olahannya. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Kusriningrum, R. 2008. Rancangan Percobaan. Cetakan ke-1. Dani Abadi. Surabaya.

Lacy, M. and L. R. Vest. 2000. Improving Feed Conversion in Broiler : A Guide for Growers. 1 Maret 2003.

Lentera., 2002. Khasiat dan Manfaat Jahe Merah Si Rimpang Ajaib. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Levine, N.D., 1978. Textbook of Veterinary Parasitology. Penterjemah G. Ashadi. 1990. Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Levine, N.D. 1985. Veterinary Protozoology dalam Soekardono. 1995 (Terjemahan). Protozoology Veteriner. Diterjemahkan oleh Soeprapto Soekardono. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Pp: 182-265.

Levine, N.D. 1985. Veterinary Protozoology. IOWA State University Press. Ames. Pp:130-185.

Mahendra, B. 2005. 13 Jenis Tanaman Obat Ampuh.Cetakan 1. Penebar Swadaya, Jakarta.

Marbun, H.S. 2006. Gambaran Sel Radang Sekum Ayam Yang Diinfeksi Eimeria tenella Setelah Pembaerian Ekstrak Sambiloto (Andrographis puniculata) Dalam Pelarut Air Dengan Dosis Bertingkat. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Muafo AN, Heinmann AW, Dubremetz JF, Entzeroth R. 2002. Monoclonal antibodies specific for the two types of wall-forming bodies of Eimeria tenella

macrogametes (Coccidia, Apicomplexa). Parasitol Res Vol 88: 217–224.

Murhananto dan Farry B, Paimin. 2000. Budi Daya, Pengolahan dan Perdagangan Jahe. Edisi Revisi. Penerbit : Penebar Swadaya. Jakarta.

(42)

NRC. 1994. Nutrient Requirement of Poultry. National Academy of Science. Washington D.C.

Pond.W.G.,D.C.Church and K.R.Pond. 1995. Basic Animal Nutrition and Fedding.4th Edition. John Willey and Sons, New York.

Rasyaf,M., 1994. Makanan Broiler. Kanisius, Yogyakarta.

Rismunandar., 1988. Rempah – Rempah Komoditi Ekspor Indonesia. Sinar Baru. Bandung. Rukmana, H. R. 2001. Aneka Olahan Jahe. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Santoso, H., dan Sudaryani, T. 2009. Pembesaran Ayam Pedaging di Kandang Panggung Terbuka. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal: 5; 10; 18; 24-32; 40;86-88.

Setyanto, D., Jamasri, Bambang Suhendro, dan Alva Edy Tontowi (a) (2012), Finite Element Model of a New Profile of FRP Roofing Sheets, International Journal of Mechanical Engineering Research, ISSN 2249-0019, Volume 2, Number 2 (2012), pp. 133-141, Research India Publications, http ://www.ripublication.com/ ijmer.htm.

Tampubolon, M.P. 1996. Protozoologi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat Institut Pertanian Bogor. hlm 116 – 118.

Tillman, A.D., H. Hartadi., S. Reksohadiprodjo., S. Prawirokusumo., dan S Lebdosoekojo., 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Tillman AD, Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Prawirokusumo S, Lebdosoekojo S.

1984. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan Kedua. Gadjah Mada University-Press, Yogyakarta.

Wahyu, J., 1991. Ilmu Nutrisi Unggas. UGM-Press, Yogyakarta.

Wardana. 2002. Budidaya secara Organik Tanaman Obat Rimpang. Jakarta: Penebar Swadaya.

Widyani R. Rr Persyaratan Asam Amino Pembatas Utama Pada Pakan Broiler,. 1999. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

(43)

Lampiran 1. Konsumsi Ransum Sebelum Infeksi The GLM Procedure

Dependent Variable: KONSUMSI RANSUM SEBELUM INFEKSI Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 561.037170 140.259292 2.08 0.1349 Error 15 1013.525525 67.568368

Corrected Total 19 1574.562695

R-Square Coeff Var Root MSE KONSUMSI Mean 0.356313 1.902489 8.219998 432.0655

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F PERLAKUAN 4 561.0371700 140.2592925 2.08 0.1349 Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F PERLAKUAN 4 561.0371700 140.2592925 2.08 0.1349

(44)

Lampiran 2. Konsumsi Ransum Setelah Infeksi

The GLM Procedure

Dependent Variable: KONSUMSI RANSUM SETELAH INFEKSI Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 53.854670 13.463668 0.19 0.9422 Error 15 1087.123425 72.474895

Corrected Total 19 1140.978095

R-Square Coeff Var Root MSE KONSUMSI Mean 0.047200 1.274254 8.513219 668.0945

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F PERLAKUAN 4 53.85467000 13.46366750 0.19 0.942 Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F PERLAKUAN 4 53.85467000 13.46366750 0.19 0.9422

(45)

Lampiran 3. Konsumsi Ransum Minggu Ke 4 The GLM Procedure

Dependent Variable: KONSUMSI RANSUM MINGGU KE 4 Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 8498690.15 2124672.54 1.03 0.4234 Error 15 30913523.06 2060901.54

Corrected Total 19 39412213.21

R-Square Coeff Var Root MSE KONSUMSI Mean 0.215636 137.1848 1435.584 1046.460

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F PERLAKUAN 4 8498690.153 2124672.538 1.03 0.4234 Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F PERLAKUAN 4 8498690.153 2124672.538 1.03 0.4234

(46)

Lampiran 4. Konsumsi Ransum Minggu Ke 5 The GLM Procedure

Dependent Variable: KONSUMSI RANSUM MINGGU KE 5 Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 1060.996620 265.249155 1.58 0.2310

Error 15 2519.941075 167.996072 Corrected Total 19 3580.93769

R-Square Coeff Var Root MSE KONSUMSI Mean 0.296290 2.117447 12.96133 612.1205

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F PERLAKUAN 4 1060.996620 265.249155 1.58 0.2310 Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F PERLAKUAN 4 1060.996620 265.249155 1.58 0.2310

(47)

Lampiran 5. Pertambahan Bobot Badan Minggu Ke 5 The GLM Procedure

Dependent Variable: PERTAMBAHAN BOBOT BADAN MINGGU KE 5 Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 6708.00425 1677.00106 1.92 0.1587 Error 15 13076.54875 871.76992

Corrected Total 19 19784.5530

R-Square Coeff Var Root MSE TOKOL Mean 0.339053 6.580874 29.52575 448.6600

(48)

Lampiran 6. Pertambahan Bobot Badan Minggu Ke 4 Dependent Variable

PERTAMBAHAN BOBOT BADAN MINGGU KE 4 Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 81.731250 20.432812 0.14 0.9669 Error 15 2268.328125 151.221875

orrected Total 19 2350.059375

R-Square Coeff Var Root MSE TOKOL Mean 0.034778 3.057016 12.29723 402.262

(49)

Lampiran 7. Pertambahan Bobot Badan Sebelum he GLM Procedure

Dependent Variable: PERTAMBAHAN BOBOT BADAN SEBELUM Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 235.200120 58.800030 0.83 0.5263 Error 15 1061.947900 70.796527

Corrected Total 19 1297.148020

R-Square Coeff Var Root MSE TOKOL Mean 0.181321 2.900072 8.414067 290.1330

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F PERLAKUAN 4 235.2001200 58.8000300 0.83 0.5263 Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F PERLAKUAN 4 235.2001200 58.8000300 0.83 0.5263

The SAS System 05:19 Friday, June 8, 2015 3

(50)

Lampiran 8. Pertambahan Bobot Badan Sesudah Infeksi The GLM Procedure

Dependent Variable: PERTAMBAHAN BOBOT BADAN SESUDAH INFEKSI Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 1715.289870 428.822468 2.17 0.1220 Error 15 2963.491625 197.566108

Corrected Total 19 4678.781495

R-Square Coeff Var Root MSE TOKOL Mean 0.366610 3.303634 14.05582 425.4655

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F PERLAKUAN 4 1715.289870 428.822468 2.17 0.1220 Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F PERLAKUAN 4 1715.289870 428.822467 2.17 0.1220

(51)

Lampiran 9. Konversi Ransum Sebelum Infeksi The GLM Procedure

Dependent Variable: KONVERSI RANSUM SEBELUM INFEKSI Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 0.01172000 0.00293000 1.01 0.4331 Error 15 0.04350000 0.00290000

Corrected Total 19 0.05522000

R-Square Coeff Var Root MSE TOKOL Mean 0.212242 3.773767 0.053852 1.427000

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F PERLAKUAN 4 0.01172000 0.00293000 1.01 0.4331 Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F PERLAKUAN 4 0.01172000 0.00293000 1.01 0.4331

(52)

Lampiran 10. Konversi Ransum Sesudah Infeksi The GLM Procedure

Dependent Variable: KONVERSI RANSUM SESUDAH INFEKSI Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 0.02917000 0.00729250 0.55 0.7049 Error 15 0.20045000 0.01336333

Corrected Total 19 0.22962000

R-Square Coeff Var Root MSE TOKOL Mean 0.127036 7.149034 0.115600 1.617000

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F PERLAKUAN 4 0.02917000 0.00729250 0.55 0.7049 Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F PERLAKUAN 4 0.02917000 0.00729250 0.55 0.7049

(53)

Lampiran 11. Konversi Ransum Minggu Ke 4 The GLM Procedure

Dependent Variable: KONVERSI RANSUM MINGGU KE 4 Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 0.00297000 0.00074250 0.13 0.9705 Error 15 0.08795000 0.00586333

Corrected Total 19 0.09092000

R-Square Coeff Var Root MSE TOKOL Mean 0.032666 4.249301 0.076572 1.802000

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F PERLAKUAN 4 0.00297000 0.00074250 0.13 0.9705 Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F PERLAKUAN 4 0.00297000 0.00074250 0.13 0.9705

(54)

Lampiran 12. Konversi Ransum Minggu Ke 5 The GLM Procedure

Dependent Variable: KONVERSI RANSUM MINGGU KE 5 Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 4 0.00297000 0.00074250 0.13 0.9705 Error 15 0.08795000 0.00586333

Corrected Total 19 0.09092000

R-Square Coeff Var Root MSE TOKOL Mean 0.032666 4.249301 0.076572 1.802000

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F PERLAKUAN 4 0.00297000 0.00074250 0.13 0.9705 Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F PERLAKUAN 4 0.00297000 0.00074250 0.13 0.9705

(55)

Lampiran 13. Persentase Analisis Ragam Konsumsi Ransum

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan Standar Deviasi

U1 U2 U3 U4

KP 20.47 21.67 18.07 13.57 73.79 18.45 3.58 KO 13.04 17.02 18.59 14.76 63.41 15.85 2.45 K1 18.70 14.26 11.68 15.67 60.30 15.08 2.92 K2 20.86 11.54 14.10 13.84 60.34 15.09 4.02 K3 13.58 10.69 14.23 11.57 50.07 12.52 1.66 TOTAL 86.65 75.19 76.67 69.40 307.91 76.98

RATAAN 17.33 15.04 15.33 13.88 61.58

SK dB JK KT F Hit

F Tabel 0.05 0.01 Perlakuan 4 71.967 17.992 1.945tn 2.77 4.28

(56)

Lampiran 14. Persentase Analisis Ragam Pertambahan Bobot Badan

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

Standar Deviasi

U1 U2 U3 U4

KP 3.03 0.06 0.44 17.78 21.31 5.33 8.41 KO 8.54 8.93 19.97 2.04 39.49 9.87 7.44 K1 -4.37 14.18 23.86 10.37 44.05 11.01 11.72 K2 32.74 13.47 23.21 9.31 78.71 19.68 10.47 K3 19.33 15.52 4.11 10.93 49.88 12.47 6.55 TOTAL 59.27 52.16 71.59 50.43 233.45 58.36

RATAAN 11.85 10.43 14.32 10.09 46.69

SK dB JK KT F Hit

F Tabel 0.05 0.01 Perlakuan 4 434.689 108.672 1.306tn 2.77 4.28

(57)

Lampiran 15. Persentase Analisis Ragam Konversi Ransum

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan Standar Deviasi

U1 U2 U3 U4

KP 22.81 21.72 18.43 26.62 89.58 22.39 3.38 KO 19.89 23.82 32.15 16.46 92.31 23.08 6.75 K1 14.98 24.91 28.69 23.59 92.18 23.04 5.79 K2 40.38 22.04 30.28 21.17 113.87 28.47 8.94 K3 27.58 22.69 17.61 20.28 88.17 22.04 4.24 TOTAL 125.64 115.18 127.16 108.13 476.11 119.03

RATAAN 25.13 23.04 25.43 21.63 95.22

SK dB JK KT F Hit

F Tabel 0.05 0.01 Perlakuan 4 111.808 27.952 0.742tn 2.77 4.28

Galat 15 565.147 37.676 Total 19 676.955

Gambar

Tabel 1. Kriteria nilai indeks performa ayam broiler
Table 2. Komponen kimia jahe (Zingiber officinalle var rubra)
Tabel 3. Komponen kimia jahe merah (Zingiber officinalle var rubra)
Tabel 4  Rata konsumsi ransum ayam broiler (g/ekor/minggu)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Frekuensi dan waktupemberian pakan yang berbeda pada ayam broiler sampai umur lima minggu tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot

Penggunaan pakan fungsional dalam ransum terhadap konsumsi pakan dan pertambahan berat badan ayam broiler.. Tanaman Sakti Tumpas

Data analisis sidik ragam pertambahan bobot badan ayam broiler Data rataan pertambahan bobot badan ayam broiler umur 0-35 hari.... Data analisis sidik ragam konversi ransum

ransum tanpa mengganggu pertumbuhan ayam broiler, bahkan penampilan produksi ayam broiler terutama pada konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum,

mengandung oleoresin yang lebih banyak mengandung komponen-komponen non volatil yang merupakan zat pembentuk rasa pedas pada jahe. Kandungan oleoresin dalam jahe adalah

K2 : Ayam yang diinfeksi E.tenella dengan dosis 10 4 ookista/ekor dan larutan Jahe merah (diekstraksi menggunakan ethanol) dengan konsentrasi 1% K3 : Ayam yang diinfeksi

air minum ayam broiler tidak memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobot badan ayam broiler, konsumsi ransum dan konversi ransum, dan air minum ayam broiler namun

Parameter yang diamati yaitu performa ayam broiler yang terdiri dari konsumsi pakan, konsumsi air minum, pertambahan bobot badan, bobot badan akhir, konversi