• Tidak ada hasil yang ditemukan

Performa Ayam Broiler pada Frekuensi dan Waktu Pemberian Pakan yang Berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Performa Ayam Broiler pada Frekuensi dan Waktu Pemberian Pakan yang Berbeda"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

Performance of Broiler in Different Feeding Frequency Manurung, E. J, N. Ulupi &R. Afnan

Good broiler performances require adequate feed and suitable feeding management. High temperature in the tropics belongs to a major enviromental constraint in raising broiler chickens that affecting feed intake. A feeding management may alleviate the harmful effects of high temperature on broiler performance. An experiment with three treatments and five replications involving 135 broiler chickens was done in a local farm in Babakan village, Ciseeng subdistrict, Bogor regency for five weeks to examine the effect of feeding on broiler chicken performance. The treatments apply were P1 (the feed was given in the morning at 06.00 am by 100%), P2 (the feed was given in the morning at 06.00 am by 50% and another 50% in the afternoon at 05.00 pm) and P3 (the feed was given in the morning at 06.00 am by 40%, in daytime at 11.00 am by 20% and in the afternoon at 05.00 pm by 40%). The traits measured were feed intake and conversion, body weight gain and final weight. All data were subjected to analysis of variance (ANOVA). Mortality and Income Over Feed and Chisk Cost (IOFCC) was descriptively analysed. The tretment had no effect on broiler performance and the treatment P3 resulted in highest IOFCC.

(2)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Usaha peternakan ayam broiler merupakan salah satu usaha yang potensial untuk menghasilkan daging dan meningkatkan konsumsi protein bagi masyarakat. Ayam broiler tumbuh dengan cepat dan dapat dipanen dalam waktu yang singkat. Keunggulan genetik yang dimiliki ayam broiler dan pemberian pakan yang baik mampu menampilkan performa produksi yang maksimal. Selain faktor genetik dan pakan, lingkungan kandang mempunyai peran yang besar dalam menentukan performa broiler dan keuntungan yang diperoleh peternak.

Ayam broiler adalah ayam muda yang biasanya dipanen pada umur sekitar 5-6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging. Sehubungan dengan waktu panen yang relatif singkat, maka jenis ayam broiler ini harus tumbuh cepat, dada lebar disertai timbunan daging. Hal tersebut dapat dicapai dengan manajemen pemeliharaan yang baik dan didukung kualitas ransum yang tinggi.

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha ayam broiler adalah pakan (feed), pembibitan (breeding), dan tatalaksana (manajemen). Pakan merupakan bagian terpenting dalam suatu usaha peternakan khususnya peternakan ayam broiler. Pakan merupakan unsur penting untuk menunjang kesehatan, pertumbuhan dan suplai energi sehingga proses metabolisme dapat berjalan dengan baik serta tumbuh dan berkembang dengan baik. Biaya pakan dapat mencapai 70% - 80% dari total biaya produksi sehingga pakan yang diberikanharus efisien.

Sebagian besar peternak ayam broiler memberi pakan secara adlibitum dan diberikan tiga kali dalam sehari yaitu pagi, siang dan soe hari. Suhu lingkungan pada pagi dan sore hari mendekati suhu nyaman atau themoneutral zone untuk pertumbuhan ayam sehingga pemberian pakan pada waktu tersebut dapat dimetabolisasidengan optimal dan akam menghasilkan performa yang optimal. Pemberian pakan pada siang hari dengan rata-rata suhu lingkungan di daerah tropis yang berada diatas suhu nyaman, akan berdampak pada penurunan konsumsi pakan dan proses metabolisme yang kurang optimum sehingga menghasilkan performa yang buruk.

(3)

siang dan sore hari. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa pakan ayam broiler yang diberikan satu kali pada pagi hari akan menghasilkan performa yang lebih baik dibandingkan dengan yang diberikan dengan frekuensi dua kali (pagi dan sore), atau tiga kali (pagi, siang dan sore hari). Bila hal tersebut terbukti maka frekuensi pemberian pakan satu kali (pada pagi hari) akan menghasilkan performa yang baik yang selanjutnya berdampak pada efisiensi penggunaan tenaga kerja.

Tujuan

(4)

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler

Ayam broiler adalah istilah yang biasa digunakan untuk menyebutkan ayam hasil budidaya teknologi peternakan dengan menyilangkan sesama jenisnya. Karekteristik ekonomi dari ayam broiler adalah pertumbuhan cepat serta penghasil daging dengan konversi pakan efisien. Bobot badan ayam broiler ini tergolong tinggi.

Ayam broiler merupakan tipe ayam pedaging dan umumnya digunakan untuk konsumsi sehari-hari sebagai pemenuhi kebutuhan protein hewani. Berdasarkan aspek pemuliaannya terdapat tiga jenis ayam penghasil daging, yaitu ayam Kampung, ayam petelur afkir dan ayam broiler. Ayam broiler umumnya dipanen pada umur sekitar 4-5 minggu dengan bobot badan antara 1,2-1,9 kg/ekor yang bertujuan sebagai sumber pedaging (Kartasudjana, 2005) dan ayam tersebut masih muda dan dagingnya lunak (North dan Bell, 1990). Ayam broiler mempunyai beberapa keunggulan seperti daging relatif lebih besar, harga terjangkau, dapat dikonsumsi segala lapisan masyarakat, dan cukup tersedia di pasaran (Sasongko, 2006).Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707 disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707 Minggu Bobot Badan

Sumber : PT Charoen Pokphand (2006)

Frekuensi Pemberian Pakan

Pakan adalah campuran berbagai macam bahan organik dan anorganik yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi (Suprijatna et al., 2005). Pemberian pakan pada periode starter pada minggu pertama dilakukan secara

(5)

dilakukan sesering mungkin dengan jumlah sedikit demi sedikit. Anak ayam pada periode ini masih dalam tahap belajar dan adaptasi dengan lingkungan sehingga pemberian pakan dalam jumlah sedikit demi sedikit dimaksudkan agar tidak banyak terbuang dan tidak tercampur dengan kotoran ayam(Fadilah et al., 2007).

Berbagai tingkat pembatasan pemberian pakan akan memberi pengaruh yang berbeda terhadap penampilan ayam dan penghematan pakan (Fuller et al., 1993). Frekuensi atau waktu pemberian pakan pada anak ayam biasanya lebih sering sampai 5 kali sehari. Semakin tua ayam,frekuensi pemberian pakan semakin berkurang sampai dua atau tiga kali sehari (Suci et al., 2005). Hal yang perlu mendapat perhatian dari segi waktu pemberian pakan adalah ketepatan waktu setiap harinya. Ketepatan waktu pemberian pakan perlu dipertahankan, karena pemberian pakan pada waktu yang tidak tepat setiap hari dapat menurunkan produksi. Pakan juga dapat diberikan dengan cara terbatas pada waktu tertentu dan disesuaikan dengan kebutuhan ayam, misalnya pagi dan sore. Waktu pemberian pakan dipilih pada saat yang tepat dan nyaman sehingga ayam dapat makan dengan baik dan tidak banyak pakan yang terbuang(Sudaro dan Siriwa, 2007).

Konsumsi Pakan

Suprijatna et al. (2005) menyatakan bahwa pakan starter diberikan pada ayam berumur 0-3 minggu, sedangkan ransum finisher diberikan pada waktu ayam berumur empat minggu sampai panen. Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dimakan dalam jangka waktu tertentu. Pakan yang dikonsumsi ternak digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat nutrisi lain. Konsumsi pakan tiap ekor ternak berbeda-beda. Konsumsi diperhitungkan sebagai jumah makanan yang dimakan oleh ternak (Tillman et al., 1991) dan bila diberikan ad libitum

(Parakkasi, 1999). Zat makanan yang dikandungnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan untuk produksi hewan. Wahju (2004) menyatakan bahwa besar dan bangsa ayam, temperatur lingkungan, tahap produksi dan energi dalam pakan dapat mempengaruhi konsumsi. National Research Council (1994) menyatakan bahwa bobot badan ayam, jenis kelamin, aktivitas, suhu lingkungan dan kualitas pakan dapat mempengaruhi konsumsi.

(6)

5 darah banyak menuju ke organ pernafasan, sedangkan peredaran darah pada organ pencernaan mengalami penurunan sehingga bisa mengganggu pencernaan dan metabolisme. Pakan yang dikonsumsi tidak bisa dicerna dengan baik dan nutrien dalam pakan banyak yang dibuang dalam bentuk feses (Bell dan Weaver, 2002).Penelitian Santoso (2002) menunjukan bahwa ayam broiler pada kandang

litter yang diberikan pakan komersial menghabiskan pakan mulai minggu ke-tiga sampai minggu ke-lima sebesar 2525 g/ekor, sedangkan pada kandang cage

menghabiskan pakan mulai minggu ke-tiga sampai minggu ke-lima sebesar 2459 g/ekor.Penelitian Kusnadi (2006) menunjukkan bahwa konsumsi pakan ayam broiler berumur 5 minggu pada suhu 24 0C sebesar 1918 g/ekor, sementara pada suhu 32 0C konsumsi pakan sebesar 1667 g/ekor. Konsumsi pakan ayam broiler strain CP 707 yang dipelihara pada suhu nyaman pada umur lima minggu adalah 2967 g/ekor.

Tingkat energi menentukan jumlah ransum yang dikonsumsi. Ayam cenderung meningkatkan konsumsinya jika kandungan energi ransum rendah dan sebaliknya konsumsi akan menurun jika kandungan energi ransum meningkat (Scott

et al., 1982).

Pertambahan Bobot Badan

Pertumbuhan adalah suatu proses peningkatan ukuran tulang, otot, organ dalam dan bagian tubuh yang terjadi sebelum lahir (prenatal) dan setelah lahir (postnatal) sampai mencapai dewasa (Ensminger, 1992). Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah galur ayam, jenis kelamin, dan faktor lingkungan (Bell dan Weaver, 2002). Salah satu kriteria untuk mengukur pertumbuhan adalah dengan mengukur pertambahan bobt badan. Pertambahan bobot badan merupakan kenaikan bobot badan yang dicapai oleh seekor ternak selama periode tertentu.

Ayam broiler merupakan ayam yang memiliki ciri khas tingkat pertumbuhan yang cepat sehingga dapat dipasarkan dalam waktu singkat. Pertambahan bobot badan diperoleh dengan pengukuran kenaikan bobot badan melalui penimbangan berulang dalam waktu tertentu misalnya tiap hari, tiap minggu, tiap bulan, atau tiap tahun (Tillman et al., 1991).

(7)

meningkat perlahan-lahan kemudian cepat dan perlahan lagi atau berhenti. Penelitian Santoso (2002) menyatakan bahwa pertambahan bobot badan ayam broiler umur enam minggu yang dipelihara pada kandang litter sebesar 1935 g/ekor sedangkan pada kandang cage 1791 g/ekor. Secara garis besar, terdapat dua faktor yang mempengaruhi kecepatan pertumbuhan, yaitu interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Kemampuan genetik akan terwujud secara optimal apabila kondisi lingkungan memungkinkan bagi ternak yang bersangkutan sehingga penampilan yang diharapkan dapat tercapai (Card dan Nesheim, 1972).

Konversi Pakan

Nilai konversi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain genetik, tipe pakan yang digunakan, feed additive yang digunakan dalam pakan, manajemen pemeliharaan, dan suhu lingkungan (James, 2004). Jumlah pakan yang digunakan mempengaruhi perhitungan konversi ransum atau Feed Converstion Ratio (FCR). FCR merupakan perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertumbuhan berat badan. Angka konversi ransum yang kecil berarti jumlah ransum yang digunakan untuk menghasilkan satu kilogram daging semakin sedikit (Edjeng dan Kartasudjana, 2006). Semakin tinggi konversi ransum berarti semakin boros ransum yang digunakan (Fadilah et al., 2007).

Lacy dan Vest (2000) menyatakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi konversi pakan adalah genetik, ventilasi, sanitasi, kulitas pakan, jenis pakan, penggunaan zat aditif, kualitas air, penyakit dan pengobatan serta manajemen pemeliharaan, selain itu meliputi faktor penerangan, pemberian pakan, dan faktor sosial.

Konversi pakan ayam broiler strain CP 707 yang dipelihara pada suhu nyaman pada umur lima minggu adalah 1,62. Penelitian Santoso (2002) menunjukan bahwa konversi pakan pada ayam broiler selama lima minggu pada kandang litter

(8)

7 Ayam yang semakin besar akan makan lebih banyak untuk menjaga ukuran berat badan. Sebesar 80% protein digunakan untuk menjaga berat badan dan 20% untuk pertumbuhan sehingga efisiensi pakan menjadi berkurang. Bila nilai konversi pakan sudah jauh di atas angka dua, maka pemeliharaannya sudah kurang menguntungkan lagi. Oleh karena itu, ayam broiler biasanya dipasarkan maksimal pada umur enam minggu.

Mortalitas

Mortalitas atau kematian adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha pengembangan peternakan ayam. Tingkat kematian yang tinggi pada ayam broiler sering terjadi pada periode awal atau starter dan semakin rendah pada periode akhir atau finisher. Angka mortalitas diperoleh dari perbandingan jumlah ayam yang mati dengan jumlah ayam yang dipelihara (Lacy dan Vest, 2000). Tingkat mortalitas dipengaruhi oleh beberapa fakor, diantaranya bobot badan, bangsa, tipe ayam, iklim, kebersihan lingkungan, sanitasi peralatan dan kandang serta penyakit (North dan Bell, 1990). Kematian pada suhu yang tinggi dapat mencapai 30% dari total populasi (Tarmudji, 2004).

Fairchild dan Lacy (2006) menyatakan fungsi dari sistem ventilasi pada pemeliharaan ayam broiler adalah untuk mengurangi jumlah amoniak yang dapat mengganggu produksi. Faktor penyakit sangat dominan sebagai penyebab kematian utama ayam broiler. Retno (1998) melaporkan bahwa penyakit CRD ini dapat meningkatkan kepekaan terhadap infeksi Escheria coli, Infectius Bronchitis (IB), dan Newcastle Desease (ND). Menurut Lacy dan Vest (2000), mortalitas ayam pedaging adalah sekitar 4%. Pemberian vaksin dan obat-obatan serta sanitasi sekitar kandang perlu dilakukan untuk menekan tingkat kematian. Hal ini sesuai dengan pernyataan North dan Bell (1990) bahwa tingkat mortalitas dipengaruhi oleh beberapa fakor, diantaranya bobot badan, bangsa, tipe ayam, iklim, kebersihan lingkungan, sanitasi peralatan dan kandang serta penyakit.

Indeks Performa Ayam Broiler

(9)

semakin efisien penggunaan pakan (Fadilah et al., 2007). Nilai indeks performa dihitung berdasarkan bobot badan siap potong, konversi pakan, umur panen, dan jumlah persentase ayam yang hidup selama pemeliharaan (Kamara, 2009). Nilai yang diperoleh dibandingkan terhadap standar. Nilai indeks performa dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut.

Kriteria nilai indeks performa ayam broiler disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Kriteria Indeks Performa Ayam Pedaging.

Indeks Performa (IP) Nilai

<300 Kurang

301-325 Cukup

326-350 Baik

351-400 Sangat Baik

>400 Istimewa

Sumber: Santoso dan Sudaryani (2009)

Selisih Harga Penjualan Ayam Bobot Akhir dengan Biaya Day-Old Chick dan Pakan

Pakan memberikan kontribusi yang besar terhadap biaya produksi. Sekitar 70-80% dari biaya produksi adalah biaya pakan (Murtidjo, 2006). Selisih harga penjualan dengan biaya DOC dan pakan merupakan parameter yang digunakan dalam menentukan nilai ekonomis pemeliharaan.

(10)

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di CV. Mitra Mandiri Sejahtera Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jarak lokasi kandang penelitian dari tempat pemukiman sekitar 1 km. Penelitian dimulai dari Juli sampai Agustus 2011.

Materi Ternak

Penelitian ini menggunakan 135 ekor ayam broiler umur satu hari (day old chick /DOC) strain Cobb galur CP 707 dari PT. Charoen Pokphand Indonesia tanpa dilakukan pemisahan antara jantan dan betina.

Pakan

Pakan yang digunakan adalah pakan komersial untuk ayam broiler dari PT. Charoen Pokphand Indonesia. Bahan pakan yang digunakan adalah jagung, dedak, bungkil kedelai, bungkil kelapa, tepung daging dan tulang, pecahan gandum, bungkil kacang tanah, tepung daun, kanola, kalsium, fosfor, vitamin, dan trace mineral. Komposisi nutrisi ransum komersial disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

Sumber: PT. Charoen Pokphand Indonesia

Zat Makanan Kandungan

Kadar Air (Maks.) (%) 13

Protein (%) 21,5-23,5

Serat Kasar (Maks.) (%) 5

Lemak (Min.) (%) 5

Abu (Maks.) (%) 7

Ca (%) 0,9

P (%) 0,6

(11)

Kandang dan Peralatan

Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang panggung berukuran 35 m x 8 m. Total kandang yang digunakan selama penelitian berukuran 8 m x 2 m.Kandang dibagi berdasarkan jumlah perlakuan menjadi 15 petak kandangdengan ukuran per unit perlakuan 1 m x1 m. Masing-masing petak berisi 9 ekor anak ayam berumur 15 hari. Lantai kandang dan dinding kandang terbuat dari bambu. Pohon jati dan kopi ditanam disekitar kandang dan berdekatan dengan kolam lele, sehingga sirkulasi udara di sekitar kandang menjadi sejuk.

Peralatan yang digunakan adalah gasolec, tempat pakan, tempat air minum, lingkar pembatas(chickguard), lampu, tirai penutup, ember, timbangan, koran, termometer, sekam padi, dan kapur.

Metode Rancangan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan frekuensi pemberian pakan yang berbeda dan lima ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 9 ekor ayam. Perlakuan frekuensi pemberian pakan yang diberikan adalah:

P1 : pakan diberikan pada pagi hari (pukul 06.00 WIB) sebanyak 100%

P2 : pakan diberikan pada pagi hari (pukul 06.00 WIB) sebanyak 50% dan sore hari (pukul 17.00 WIB)sebanyak 50%

P3 : pakan diberikan pada pagi hari (pukul 06.00 WIB) sebanyak 40 %, siang hari (pukul 11.00 WIB) sebanyak 20%, dan sore hari (pukul 17.00 WIB)sebanyak 40%

Model matematika yang digunakan adalah (Steel dan Torrie, 1991) : Yij = µ + αi + εij Keterangan:

Yij : Nilai peubah yang diamati µ : Nilai tengah umum

αi : Pengaruh perlakuan ke-i

(12)

11 Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati meliputi konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, bobot badan akhir, konversi pakan, mortalitas, dan indeks performa (IP). Peubah-peubah tersebut dihitung dengan cara sebagai berikut:

1. Konsumsi pakan (gram/ekor) diperoleh dengan cara menghitung selisih antara jumlah sisa pakan dari jumlah total pakan yang diberikan dibagi jumlah ayam. 2. Pertambahan bobot badan (gram/ekor) diperoleh dengan cara menghitung selisih

antara bobot badan ayam mingguan dengan bobot badan minggu sebelumnya. 3. Bobot badan akhir total (gram/ekor) diperoleh dari penjumlahan bobot badan

ayam pada akhir penelitian.

4. Konversi pakan dihitung dengan cara membagi jumlah konsumsi pakan dengan pertambahan bobot badan.

5. Mortalitas (%) diperoleh dengan cara menghitung jumlah ayam broiler yang mati selama pemeliharaan dikalikan 100%.

Datadianalisis ragam menggunakanprosedur ANOVA pada peubah konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan bobot badan akhir menggunakan program MINITAB 14. Hasil analisis ragam yang berbeda nyata dilanjutkan dengan dilakukan uji banding Tukey (Steel dan Torrie, 1991). Data mengenai konversi pakan, mortalitas, indeks performa, dan IOFCC dianalisis secara deskriptif.

Prosedur Persiapan Kandang

(13)

selanjutnyadisterilisasi menggunakan desinfektan dengan cara disemprotkan. Setelah itu, pengapuran dilakukan secara merata pada dinding dan lantai kandang. Tujuan dilakukan pengapuran adalah untuk memutus rantai kehidupan mikroorganisme yang merugikan di dalam kandang. Lantai kandang yang telah mengering dan dibersihkan,kemudian dialasi sekam secara merata ke setiap sekat dalam kandang dengan ketinggian sekitar 5-7 cm. Kandang yang telah merata oleh sekam disemprot larutan desinfektan terdiri dari air dan formalin dan dibiarkan kering.

Tempat pakan dan minum sebelumnya telah dicuci dan dibilas dengan air deterjen hingga bersih. Tempat pakan dan minum dikeringkan di bawah sinar matahari. Setelah kering, tempat pakan dan minum dibersihkan dan dicuci dengan campuran air dan wypol, dan dibiarkan kering. Semua peralatan termasuk tempat pakan dan tempat minum diletakkan ke dalam kandang hingga DOC masuk.

Pemeliharaan

Pemanas sudah dihidupkan selama 6-8 jam sebelum DOC datang supaya suhu dalam induk buatan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh ayam tersebut. Pemanas digunakan selama dua minggu. Sebanyak1 unit lampu digunakan sebagai penerangan pada saat penelitian berdaya 24 watt. Pengunaan lampu penerangan dilakukan selama 24 jam setiap hari pada seluruh kandang. Pada minggu ke tiga hingga kelima penelitian, lampu hanya digunakan pada malam hari.

Kandang dan peralatan disiapkan dan diatur tata letaknya. Koran diletakkan di atas sekam dengan tujuan agar kaki DOC tidak luka akibat tertusuk sekam yang tajam. DOC yang baru datang ditimbang untuk mengetahui bobot badan awal. DOC dimasukkan ke dalam chickguard dan diberikan air gula 5 % bertujuan untuk pengganti energi yang hilang selama pengangkutan dan perjalanan. Setelah 6jam larutan air gula diganti dengan air biasa. Pakan diberikan dengan cara disebarkan di atas baki secara ad libitum untuk memudahkan DOC makan.

(14)

13 pembatas tidak digunakan lagi pada minggu kedua.Penambahan sekam ataulitter

dilakukan selama satu kali dalam tiga hari atau saat sekam basah. Sekam yang basah langsung dikeluarkan dari kandang.

Pencengahan penyakit bagi ayam broiler dilakukan dengan melaksanakan vaksinasi. Vaksinasi yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu Vaksin ND dan vaksin Gumboro. Vaksin ND dilakukan saat ayam berumur 5 hari melalui tetes mata. Vaksin Gumboro diberikan saat ayam berumur dua belas hari pada sore hari atau saat cuaca tidak panas dengan menggunakan air minum. Sebelum vaksinasi, ayam dipuasakan terlebih dahulu dari makan dan minum selama 3 jam.

Pemberian air minum secara ad libitum.Kebersihan air minum dijaga dengan mengganti air minum tiga kali setiap hari. Tempat minum dicuci pukul 08.00 WIB, sore hari pukul 16.00 WIB, dan malam hari pukul 20.00 WIB. Hal ini dilakukan agar air minum tetap bersih dan layak untuk diminum oleh ayam. Pemberian pakan pada saat penelitian dilakukan ad libitum berdasarkan kebutuhan standar ayam. Pakan yang diberikan ditimbang sesuai dengan kebutuhan dan dikalikan dengan jumlah ayam setiap perlakuan. Jumlah tersebut diberikan pada perlakuan P1 pada pagi hari pukul 06.00 WIB sebanyak 100%, perlakuan P2 diberikan pada pagi hari pukul 06.00 WIB sebanyak 50%, dan sore hari pukul 17.00 WIB sebanyak 50%, serta perlakuan P3 diberikan pada pagi hari pukul 06.00 WIB sebanyak 40%, siang hari pukul 11.00 WIB sebanyak 20%, dan sore hari pukul 17.00 WIB sebanyak 40%. Kotoran ayam dari bawah kandang diambil oleh peternak lele setiap satu kali dalam dua hari, agar bau amoniak tidak mengganggu pernapasan ayam.

(15)

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian

DOC yang dipelihara pada penelitian ini sebanyak 1000 ekor. DOC memiliki bobot badan yang seragam dengan rataan 37 g/ekor. Kondisi DOC sehat dengan ciri-ciri mata bersinar cerah, konformasi tubuh tidak cacat, bulu kering, dari bagian kepala sampai bulu kaki bersih dan mengkilat, tingkah laku ayam lincah. Pakan yang diberikan adalah pakan komersial produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia dengan kode 611. Pakan diberikan ad libitum dengan frekuensi 5-8 kali sehari dan berkurang seiring bertambahnya umur ayam. Tempat pakan yang digunakan adalah feeder tray

dengan diameter 35 cm dengan kapasitas untuk 50 ekor ayam. Jumlah feeder tray

ditambah saat ayam berumur 3 hari. Tempat pakan diganti dengan feeder tube saat ayam berumur 5 hari. Feeder tube mulai digantung saat ayam berumur 12 hari untuk memudahkan ayam makan dan untuk menghindari pakan terbuang ketika ayam makan. Tempat pakan sudah digantung semua saat ayam berumur 14 hari.

Sebanyak 10% ayam broiler dari ayam yang dipelihara (100 ekor) dipilih secara acak dan ditimbang bobot badannya pada umur 14 hari. Rataan bobot badan yang diperoleh adalah 540 g/ekor dengan kisaran 486-594 g/ekor selanjutnya ayam dipilih secara acak dan ditimbang bobot badannya sebanyak 135 ekor. Ayam broiler yang bobot badannya memenuhi kisaran 486-594 g/ekor digunakan sebagai unit percobaan perlakuan. Rataan bobot badan ayam broiler yang digunakan dalam penelitian adalah 533,5±28,52 g/ekor dengan koefisien keragaman 5,35%.

Perlakuan dimulai saat ayam berumur 15 hari. Pengacakan petak kandang perlakuan dilakukan sebelum penempatan ayam. Pengacakan kandang dilakukan dengan cara menyusun acak nomor perlakuan dan ulangan dengan undian. Ayam yang sudah dipilih secara acak ditempatkan ke setiap petak yang sudah disiapkan. Tempat pakan dan tempat minum diletakkan di setiap petak kandang perlakuan. Tempat pakan dan minum digantung untuk menghindari agar tidak terbuang.

Performa Ayam Broiler

(16)

15 Tabel 4. Performa Ayam Broiler pada Frekuensi Pemberian Pakan yang Berbeda.

Performa Ayam P1 P2 P3

Konsumsi Pakan (g/ekor) 2583,40 ± 31,56 2563,29 ±26,72 2582,32 ±48,13 Bobot Badan Akhir Keterangan : P1 = Pakan diberikan pagi 100%

P2 = Pakan diberikan pagi 50% dan sore 50% P3 = Pakan diberikan pagi 40%, siang 20%, sore 40%

Konsumsi Pakan

Tabel 4 memperlihatkan bahwa rataan konsumsi pakan ayam broiler selama penelitian mulai minggu ke-tiga sampai minggu ke-lima minggu pada P1, P2 dan P3 masing-masing sebesar 2583,40 g/ekor, 2563,29 g/ekor, dan 2582,32 g/ekor. Menurut Pedoman Tecnical Service PT. Charoen Pokphand (2006), standar konsumsi pakan untuk strain CP 707 adalah 2437 g/ekor selama mingu ke-tiga sampai minggu ke-lima pemeliharaan. PenelitianWiryawan et al.(2005) menunjukkan bahwa ayam broiler yang diberikan pakan komersial mulai minggu ke- tiga sampai mingggu ke-lima pemeliharaan menghabiskan pakan sebesar 2457,59 g/ekor, dan hampir sama dengan standard. Konsumsi pakan dalam penelitian ini rata-rata sedikit lebih tinggi dari standar strain tersebut. Tinggi rendahnya konsumsi ransum berhubungan dengan kandungan energi metabolisme yang terdapat dalam pakan. Energi metabolisme pakan penelitian berkisar antara 3000-3100 (kkal/kg), sedangkan menurut North dan Bell (1990), energi metabolisme yang diperlukan sebesar 3190 (kkal/kg). Energi metabolisme pada pakan lebih rendah dari pernyataan dari North dan Bell (1990). Hal tersebut menyebabkan konsumsi pakan menjadi sedikit meningkat dan hal ini sesuai dengan Wahju (2004) yang menyatakan bahwa tinggi rendahnya konsumsi ransum ayam broiler dapat dipengaruhi oleh kandungan energi dalam ransum yang dikonsumsi.

(17)

Konsumsi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan standard dengan kandungan gizi yang sama dan lingkungan pemeliharaan yang sama.

Konsumsi pakan dipengaruhi oleh kandungan energi pakan dan suhu lingkungan pemeliharaan. Energi pakan yang diberikan pada saat penelitian sebesar 3000-3100 kkal/kg. Suhu kandang pada saat ayam dipelihara di brooder umur 1-2 minggu berkisar antara 31-35 0C. Suhu lingkungan selama penelitian minggu ke-tiga sampai minggu ke-lima disajikan pada Tabel 5. Suhu lingkungan pada pagi berkisar antara 21-25 0C, siang 30-35 0C dan sore sekitar 28-32 0C. Suhu di dalam kandang yang dianjurkan PT. Charoen Pokphand yaitu 24-31 0C.

Tabel 5. Suhu Kandang Ayam Selama Penelitian.

Suhu Kandang (0C)

Minggu Pagi Siang Sore

3 22-25 31-35 28-31

4 22-25 32-35 28-32

5 21-25 30-35 28-30

Jumlah konsumsi pakan pada P1, P2 dan P3 sama. Ayam makan pada setiap saat baik pagi, siang dan sore. Hal ini disebabkan oleh jenis pakan dan suhu lingkungan yang tidak berbeda.

Hasil pengamatan dilapang menunjukkan ayam melakukan panting pada siang hari (pukul 12.00-13.00 WIB) menunjukkan bahwa ayam mengalami sedikit cekaman akibatsuhu lingkungan. Suhu lingkungan yang tinggi pada siang hari diminimalkan dengan kondisi lingkungan kandang yang masih segar karena banyak ditanami pohon disekitar kandang.Lokasi pemeliharaan ayam broiler berjarak 1 km dari pemukiman penduduk.

(18)

17 Gambar 1. Rataan Konsumsi Pakan Ayam Broiler Selama Penelitian.

Gambar 1 menunjukkan bahwa konsumsi pakan penelitian selalu meningkat setiap minggunya. Hal ini sesuai dengan Lesson dan Summers (2001) bahwa semakin tua umur ayam, maka semakin banyak pakan yang dikonsumsi dan digunakan untuk hidup pokok dan pertumbuhan.

Bobot Badan

Bobot badan akhir ayam broiler menentukan keberhasilan usaha peternakan karena nilai penjualan diukur berdasarkan bobot badan akhir yang dihasilkan. Bobot badan akhir penelitian (Tabel 4) pada P1, P2 dan P3 secara berturut sebesar 2046,60, 2102,29, dan 2143,08 g/ ekor. Menurut Pedoman Tecnical Service PT. Charoen Pokphand (2006),standar bobot badan akhir untuk strain CP 707 selama lima minggu pemeliharaan adalah 2049 g/ekor.

(19)

Pertambahan Bobot Badan

Salah satu kriteria yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan dan merupakan parameter penting dalam menentukan keberhasilan produksi yang diinginkan adalah pertambahan bobot badan. Tabel 4 menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan mulai minggu ke-tiga sampai minggu ke-lima penelitian pada P1, P2, dan P3 masing-masing sebesar 1457,71, 1548,56, dan 1553,08 g/ekor. Penelitian Bonnet et al. (1997) menyatakan bahwa pertambahan bobot badan ayam broiler umur 4-6 minggu yang dipelihara pada suhu lingkungan 32 0C sebesar 1615 g/ekor sedangkan pada suhu 22 0C pertambahan bobot badan ayam broiler sebesar 1984 g/ekor.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa frekuensi dan waktupemberian pakan yang berbeda pada ayam pada P1, P2, dan P3 tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot badan yang dihasilkan. Pertambahan bobot badan ayam broiler selama minggu ke 1-2 dianggap masih sama karena pada minggu tersebut belum dimulai perlakuan pakan dalam penelitian.

Gambar 2. Rataan Pertambahan Bobot Badan Ayam Broiler Selama Penelitian.

(20)

19 Konversi Pakan

Konversi ransum merupakan perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi oleh ayam broiler dengan pertambahan bobot badan yang dihasilkan. Konversi ransum merupakan salah satu indikator keberhasilan usaha bagi peternak. Tabel 4 memperlihatkan bahwa konversi pakan pada P1, P2 dan P3 secara berturut-turut sebesar 1,70, 1,68 dan 1,66. Nilai ini sesuai dengan standard yang dikeluarkan oleh perusahaan PT Charoen Pokphand Indonesia untuk strain yang sama yaitu nilai konversi pakan selama lima minggu pemeliharaan sebesar 1,62. Penelitian Ahmad dan Elfawati (2008) menunjukkan bahwa konversi pakan ayam broiler berkisar antara 1,59-1,84 dengan rata-rata konversi pakan 1,75 dan tidak jauh berbeda dari hasil penelitian.

Konversi pakan tinggi disebabkan oleh jumlah pakan yang dikonsumsi tinggi, tetapi pertambahan bobot badan yang rendah. Penelitian ini menggunakan strain yang sama, bentuk fisik, komposisi, zat nuturisi dan suhu lingkungan yang tidak berbeda menghasilkan tingkat konversi pakan yang sama. Rataan suhu lingkungan terukur pada saat penelitian adalah sebesar 27-28 0C. Ayam tetap nyaman karena banyak pohon disekitar kandang sehingga pertukaran udara kandang baik. Hal tersebut meyebabkan proses metabolisme dalam tubuh berlangsung dengan baik dan pakan dapat di konversi dengan baik. Konversi pakan juga dipengaruhi oleh kondisi ayam yang dipelihara sehat, jumlah konsumsi yang sama, sehingga mengakibatkan konversi pakan pada penelitian sama. Hasil analisis statistik menunjukkan pengaruh perlakuan manajemen pemberian pakan yang berbeda tidak pengaruh nyata terhadap rataan konversi pakan.

Gambar 3. Konversi Pakan Ayam Broiler Selama Penelitian.

(21)

Gambar 3 menunjukan konversi pakan ayam broiler selama lima minggu penelitian. Konversi pakan tinggi disebabkan oleh jumlah pakan yang dikonsumsi tinggi, tetapi pertambahan bobot badan yang rendah. Selain itu faktor yang mempengaruhi nilai konversi pakan adalah stres, penyakit, cara dan waktu pemberian pakan, air cahaya, dan suhu.

Mortalitas

Mortalitas atau kematian merupakan salah satu parameter yang sering digunakan untuk bahan evaluasi pemeliharaan tiap minggu dan sekaligus sebagai salah satu penentu keberhasilan usaha ayam broiler. Kematian hanya terjadi pada 1 ekor ayam diperlakuan P3 pada umur 16 hari (2,22%). Mortalitas ayam broiler secara keseluruhan tidak dipengaruhi oleh perlakuan. Penelitian ini masih tergolong berhasil karena angka persentase kematian di bawah 4%, sesuai dengan pernyataan Bell dan Weaver (2002) bahwa persentase kematian selama periode pemeliharaan tidak boleh lebih dari 4%.

Indeks Performa

Indeks Performa (IP) adalah angka yang menunjukkan suatu prestasi yang dicapai pada akhir pemeliharaan. Nilai indeks performa semakin besar menunjukkan bahwa pemeliharaan lebih efisien dan baik. Nilai IP ayam broiler selama penelitian berdasarkan Tabel 4 pada perlakuan P1, P2 dan P3 adalah 328, 366 dan 361. Pemeliharaan ayam broiler pada perlakuan P1 digolongkan ke dalam kriteria performa yang baik, sedangkan P2 dan P3 memilki kriteria performa sangat baik. Faktor yang mempengaruhi tingginya nilai kriteria IP pada P2 dan P3 adalah bobot badan yang dihasilkan lebih tinggi yaitu 2102 dan 2143 g/ ekor dengan konversi pakan1,68 dan 1,66 pada umur pemeliharaan 35 hari.

(22)

21 C. Pendapatan (B-A) (Rp/ekor) 6443,9 7312,9 7774,6

(23)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Frekuensi dan waktupemberian pakan yang berbeda pada ayam broiler sampai umur lima minggu tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan, bobot akhir. Indeks performa terbaik dan pendapatan yang menguntungkan adalah pada frekuensi pemberian pakan tiga kali sehari pada pagi, siang, dan sore hari.

Saran

(24)

PERFORMA AYAM BROILER

PADA FREKUENSI DAN WAKTU

PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA

SKRIPSI

EDDY JULIUS MANURUNG

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(25)

PERFORMA AYAM BROILER

PADA FREKUENSI DAN WAKTU

PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA

SKRIPSI

EDDY JULIUS MANURUNG

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(26)

RINGKASAN

EDDY JULIUS MANURUNG. D14096005. Performa Ayam Broiler pada Frekuensidan Waktu Pemberian Pakan yang Berbeda. Skripsi, Program Studi Teknologi Produksi Peternakan, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama: Ir. Niken Ulupi, MS

Pembimbing Anggota: Dr. Rudi Afnan, S.Pt., M.Sc.Agr

Usaha peternakan ayam broiler merupakan salah satu usaha yang potensial untuk menghasilkan daging dan meningkatkan konsumsi protein bagi masyarakat. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha ayam broiler adalah pakan (feed), pembibitan (breeding), dan tatalaksana (manajemen). Penghematan biaya pakan merupakan tujuan yang harus dicapai dalam mendapat keuntungan yang maksimal dari hasil produksinya. Frekuensi pemberian pakan yang berbeda akan memberikan hasil performa yang berbeda.

Penelitian dilaksanakan di Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan 135 ekor ayam broiler CP 707umur satu hari Day Old Chick (DOC) tanpa dilakukan pemisahan antara jantan dan betina. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan frekuensi pemberian pakan yang berbeda dan lima ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 9 ekor ayam.Perlakuan frekuensi pemberian pakan yang diberikan adalah P1 (pakan diberikan pada pagi hari pukul 06.00 WIB sebanyak 100%), P2 (pakan diberikan pada pagi hari pukul 06.00 WIB sebanyak 50% dan sore hari pukul 17.00 WIBsebanyak 50%) dan P3 (pakan diberikan pada pagi hari pukul 06.00 WIB sebanyak 40 %, siang hari pukul 11.00 WIB sebanyak 20%, dan sore hari pukul 17.00 WIBsebanyak 40%).

Peubah yang diamati meliputi konsumsi pakan, bobot badan akhir, pertambahan bobot badan, konversi pakan, mortalitas, dan indeks performa (IP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa performa ayam broiler tidak berbeda nyata pada semua peubah. Perlakuan P3 memberikan keuntungan ekonomi lebih baik.

(27)

ABSTRACT

Performance of Broiler in Different Feeding Frequency Manurung, E. J, N. Ulupi &R. Afnan

Good broiler performances require adequate feed and suitable feeding management. High temperature in the tropics belongs to a major enviromental constraint in raising broiler chickens that affecting feed intake. A feeding management may alleviate the harmful effects of high temperature on broiler performance. An experiment with three treatments and five replications involving 135 broiler chickens was done in a local farm in Babakan village, Ciseeng subdistrict, Bogor regency for five weeks to examine the effect of feeding on broiler chicken performance. The treatments apply were P1 (the feed was given in the morning at 06.00 am by 100%), P2 (the feed was given in the morning at 06.00 am by 50% and another 50% in the afternoon at 05.00 pm) and P3 (the feed was given in the morning at 06.00 am by 40%, in daytime at 11.00 am by 20% and in the afternoon at 05.00 pm by 40%). The traits measured were feed intake and conversion, body weight gain and final weight. All data were subjected to analysis of variance (ANOVA). Mortality and Income Over Feed and Chisk Cost (IOFCC) was descriptively analysed. The tretment had no effect on broiler performance and the treatment P3 resulted in highest IOFCC.

(28)

PERFORMA AYAM BROILER

PADA FREKUENSIDAN WAKTU

PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA

EDDY JULIUS MANURUNG D14096005

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(29)

Judul : Performa Ayam Broiler pada Frekuensi dan Waktu Pemberian Pakan yang Berbeda

Nama : Eddy Julius Manurung NIM : D14096005

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

(Ir. Niken Ulupi, MS.) (Dr. Rudi Afnan, S.Pt., M.Sc.Agr.) NIP: 19570129 198303 2 001 NIP: 19680625 200801 1 010

Mengetahui: Ketua Departemen

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M. Agr.Sc) NIP: 19591212 198603 1 001

(30)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Tarutung, Propinsi Sumatera Utara pada tanggal 03 Juli 1987. Penulis merupakan anak ke-enam dari tujuh bersaudaradari pasangan Bapak Marihot Manurung dan Ibu Rosma Lumban Gaol.

Penulis lulus dari Sekolah Menengah Umum 1 Tarutungpada tahun 2005. Setelah lulus dari SMU, penulis diterima di Program Diploma Teknologi dan Manajemen Ternak Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Selama menjadi mahasiswa Program Diploma, penulis melakukan Praktik Kerja Lapang (PKL) di PT Greenfields, Jawa Timur selama satu setengah bulan dan PT Peternakan Ayam Manggis IV Cianjur, Jawa Barat selama tiga bulan.

Selama masa studi, penulis aktif di berbagai organisasi, antara lain anggota PMK (Persekutuan Mahasiswa Kristen) sebagai komisi pelayanan khusus periode 2005-2008, Gerakaan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) periode 2005-sekarang dan Keluarga Mahasiswa Batak Diploma (KMBD) 2008-sekarang. Penulis aktif di Komunitas Mahasiswa Kristen Alih Jenis(KMKAJ) pada tahun 2009-sekarang. Penulis bekerja di Perusahaan peternakan ayam broiler di Semarang pada tahun 2009 (Januari-Oktober).

(31)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, karunia, dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis bertempat di CV. Mitra Sejahtera Mandiri, Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor. Penelitian dilaksanakan selama lima minggu yang dimulai dari Juli 2011 sampai Agustus 2011.

Penelitian yang berjudul Performa Ayam Broiler pada Frekuensi dan Waktu Pemberian Pakan yang Berbeda ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari performa ayam broiler pada manajemen pemberian pakan yang berbeda.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian ini serta kepada semua pihak yang membantu dalam proses penulisan skripsi ini. Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan belum sempurna. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dunia peternakan.

(32)
(33)
(34)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707 ... 3 2. Kriteria Indeks Performa Ayam Pedaging. ... 8 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial. ... 9 4. Performa Ayam Broiler pada Frekuensi Pemberian Pakan yang

(35)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

(36)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

(37)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Usaha peternakan ayam broiler merupakan salah satu usaha yang potensial untuk menghasilkan daging dan meningkatkan konsumsi protein bagi masyarakat. Ayam broiler tumbuh dengan cepat dan dapat dipanen dalam waktu yang singkat. Keunggulan genetik yang dimiliki ayam broiler dan pemberian pakan yang baik mampu menampilkan performa produksi yang maksimal. Selain faktor genetik dan pakan, lingkungan kandang mempunyai peran yang besar dalam menentukan performa broiler dan keuntungan yang diperoleh peternak.

Ayam broiler adalah ayam muda yang biasanya dipanen pada umur sekitar 5-6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging. Sehubungan dengan waktu panen yang relatif singkat, maka jenis ayam broiler ini harus tumbuh cepat, dada lebar disertai timbunan daging. Hal tersebut dapat dicapai dengan manajemen pemeliharaan yang baik dan didukung kualitas ransum yang tinggi.

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha ayam broiler adalah pakan (feed), pembibitan (breeding), dan tatalaksana (manajemen). Pakan merupakan bagian terpenting dalam suatu usaha peternakan khususnya peternakan ayam broiler. Pakan merupakan unsur penting untuk menunjang kesehatan, pertumbuhan dan suplai energi sehingga proses metabolisme dapat berjalan dengan baik serta tumbuh dan berkembang dengan baik. Biaya pakan dapat mencapai 70% - 80% dari total biaya produksi sehingga pakan yang diberikanharus efisien.

Sebagian besar peternak ayam broiler memberi pakan secara adlibitum dan diberikan tiga kali dalam sehari yaitu pagi, siang dan soe hari. Suhu lingkungan pada pagi dan sore hari mendekati suhu nyaman atau themoneutral zone untuk pertumbuhan ayam sehingga pemberian pakan pada waktu tersebut dapat dimetabolisasidengan optimal dan akam menghasilkan performa yang optimal. Pemberian pakan pada siang hari dengan rata-rata suhu lingkungan di daerah tropis yang berada diatas suhu nyaman, akan berdampak pada penurunan konsumsi pakan dan proses metabolisme yang kurang optimum sehingga menghasilkan performa yang buruk.

(38)

2 siang dan sore hari. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa pakan ayam broiler yang diberikan satu kali pada pagi hari akan menghasilkan performa yang lebih baik dibandingkan dengan yang diberikan dengan frekuensi dua kali (pagi dan sore), atau tiga kali (pagi, siang dan sore hari). Bila hal tersebut terbukti maka frekuensi pemberian pakan satu kali (pada pagi hari) akan menghasilkan performa yang baik yang selanjutnya berdampak pada efisiensi penggunaan tenaga kerja.

Tujuan

(39)

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler

Ayam broiler adalah istilah yang biasa digunakan untuk menyebutkan ayam hasil budidaya teknologi peternakan dengan menyilangkan sesama jenisnya. Karekteristik ekonomi dari ayam broiler adalah pertumbuhan cepat serta penghasil daging dengan konversi pakan efisien. Bobot badan ayam broiler ini tergolong tinggi.

Ayam broiler merupakan tipe ayam pedaging dan umumnya digunakan untuk konsumsi sehari-hari sebagai pemenuhi kebutuhan protein hewani. Berdasarkan aspek pemuliaannya terdapat tiga jenis ayam penghasil daging, yaitu ayam Kampung, ayam petelur afkir dan ayam broiler. Ayam broiler umumnya dipanen pada umur sekitar 4-5 minggu dengan bobot badan antara 1,2-1,9 kg/ekor yang bertujuan sebagai sumber pedaging (Kartasudjana, 2005) dan ayam tersebut masih muda dan dagingnya lunak (North dan Bell, 1990). Ayam broiler mempunyai beberapa keunggulan seperti daging relatif lebih besar, harga terjangkau, dapat dikonsumsi segala lapisan masyarakat, dan cukup tersedia di pasaran (Sasongko, 2006).Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707 disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707 Minggu Bobot Badan

Sumber : PT Charoen Pokphand (2006)

Frekuensi Pemberian Pakan

Pakan adalah campuran berbagai macam bahan organik dan anorganik yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan bagi pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi (Suprijatna et al., 2005). Pemberian pakan pada periode starter pada minggu pertama dilakukan secara

(40)

4 dilakukan sesering mungkin dengan jumlah sedikit demi sedikit. Anak ayam pada periode ini masih dalam tahap belajar dan adaptasi dengan lingkungan sehingga pemberian pakan dalam jumlah sedikit demi sedikit dimaksudkan agar tidak banyak terbuang dan tidak tercampur dengan kotoran ayam(Fadilah et al., 2007).

Berbagai tingkat pembatasan pemberian pakan akan memberi pengaruh yang berbeda terhadap penampilan ayam dan penghematan pakan (Fuller et al., 1993). Frekuensi atau waktu pemberian pakan pada anak ayam biasanya lebih sering sampai 5 kali sehari. Semakin tua ayam,frekuensi pemberian pakan semakin berkurang sampai dua atau tiga kali sehari (Suci et al., 2005). Hal yang perlu mendapat perhatian dari segi waktu pemberian pakan adalah ketepatan waktu setiap harinya. Ketepatan waktu pemberian pakan perlu dipertahankan, karena pemberian pakan pada waktu yang tidak tepat setiap hari dapat menurunkan produksi. Pakan juga dapat diberikan dengan cara terbatas pada waktu tertentu dan disesuaikan dengan kebutuhan ayam, misalnya pagi dan sore. Waktu pemberian pakan dipilih pada saat yang tepat dan nyaman sehingga ayam dapat makan dengan baik dan tidak banyak pakan yang terbuang(Sudaro dan Siriwa, 2007).

Konsumsi Pakan

Suprijatna et al. (2005) menyatakan bahwa pakan starter diberikan pada ayam berumur 0-3 minggu, sedangkan ransum finisher diberikan pada waktu ayam berumur empat minggu sampai panen. Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dimakan dalam jangka waktu tertentu. Pakan yang dikonsumsi ternak digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat nutrisi lain. Konsumsi pakan tiap ekor ternak berbeda-beda. Konsumsi diperhitungkan sebagai jumah makanan yang dimakan oleh ternak (Tillman et al., 1991) dan bila diberikan ad libitum

(Parakkasi, 1999). Zat makanan yang dikandungnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan untuk produksi hewan. Wahju (2004) menyatakan bahwa besar dan bangsa ayam, temperatur lingkungan, tahap produksi dan energi dalam pakan dapat mempengaruhi konsumsi. National Research Council (1994) menyatakan bahwa bobot badan ayam, jenis kelamin, aktivitas, suhu lingkungan dan kualitas pakan dapat mempengaruhi konsumsi.

(41)

darah banyak menuju ke organ pernafasan, sedangkan peredaran darah pada organ pencernaan mengalami penurunan sehingga bisa mengganggu pencernaan dan metabolisme. Pakan yang dikonsumsi tidak bisa dicerna dengan baik dan nutrien dalam pakan banyak yang dibuang dalam bentuk feses (Bell dan Weaver, 2002).Penelitian Santoso (2002) menunjukan bahwa ayam broiler pada kandang

litter yang diberikan pakan komersial menghabiskan pakan mulai minggu ke-tiga sampai minggu ke-lima sebesar 2525 g/ekor, sedangkan pada kandang cage

menghabiskan pakan mulai minggu ke-tiga sampai minggu ke-lima sebesar 2459 g/ekor.Penelitian Kusnadi (2006) menunjukkan bahwa konsumsi pakan ayam broiler berumur 5 minggu pada suhu 24 0C sebesar 1918 g/ekor, sementara pada suhu 32 0C konsumsi pakan sebesar 1667 g/ekor. Konsumsi pakan ayam broiler strain CP 707 yang dipelihara pada suhu nyaman pada umur lima minggu adalah 2967 g/ekor.

Tingkat energi menentukan jumlah ransum yang dikonsumsi. Ayam cenderung meningkatkan konsumsinya jika kandungan energi ransum rendah dan sebaliknya konsumsi akan menurun jika kandungan energi ransum meningkat (Scott

et al., 1982).

Pertambahan Bobot Badan

Pertumbuhan adalah suatu proses peningkatan ukuran tulang, otot, organ dalam dan bagian tubuh yang terjadi sebelum lahir (prenatal) dan setelah lahir (postnatal) sampai mencapai dewasa (Ensminger, 1992). Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah galur ayam, jenis kelamin, dan faktor lingkungan (Bell dan Weaver, 2002). Salah satu kriteria untuk mengukur pertumbuhan adalah dengan mengukur pertambahan bobt badan. Pertambahan bobot badan merupakan kenaikan bobot badan yang dicapai oleh seekor ternak selama periode tertentu.

Ayam broiler merupakan ayam yang memiliki ciri khas tingkat pertumbuhan yang cepat sehingga dapat dipasarkan dalam waktu singkat. Pertambahan bobot badan diperoleh dengan pengukuran kenaikan bobot badan melalui penimbangan berulang dalam waktu tertentu misalnya tiap hari, tiap minggu, tiap bulan, atau tiap tahun (Tillman et al., 1991).

(42)

6 meningkat perlahan-lahan kemudian cepat dan perlahan lagi atau berhenti. Penelitian Santoso (2002) menyatakan bahwa pertambahan bobot badan ayam broiler umur enam minggu yang dipelihara pada kandang litter sebesar 1935 g/ekor sedangkan pada kandang cage 1791 g/ekor. Secara garis besar, terdapat dua faktor yang mempengaruhi kecepatan pertumbuhan, yaitu interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Kemampuan genetik akan terwujud secara optimal apabila kondisi lingkungan memungkinkan bagi ternak yang bersangkutan sehingga penampilan yang diharapkan dapat tercapai (Card dan Nesheim, 1972).

Konversi Pakan

Nilai konversi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain genetik, tipe pakan yang digunakan, feed additive yang digunakan dalam pakan, manajemen pemeliharaan, dan suhu lingkungan (James, 2004). Jumlah pakan yang digunakan mempengaruhi perhitungan konversi ransum atau Feed Converstion Ratio (FCR). FCR merupakan perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertumbuhan berat badan. Angka konversi ransum yang kecil berarti jumlah ransum yang digunakan untuk menghasilkan satu kilogram daging semakin sedikit (Edjeng dan Kartasudjana, 2006). Semakin tinggi konversi ransum berarti semakin boros ransum yang digunakan (Fadilah et al., 2007).

Lacy dan Vest (2000) menyatakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi konversi pakan adalah genetik, ventilasi, sanitasi, kulitas pakan, jenis pakan, penggunaan zat aditif, kualitas air, penyakit dan pengobatan serta manajemen pemeliharaan, selain itu meliputi faktor penerangan, pemberian pakan, dan faktor sosial.

Konversi pakan ayam broiler strain CP 707 yang dipelihara pada suhu nyaman pada umur lima minggu adalah 1,62. Penelitian Santoso (2002) menunjukan bahwa konversi pakan pada ayam broiler selama lima minggu pada kandang litter

(43)

Ayam yang semakin besar akan makan lebih banyak untuk menjaga ukuran berat badan. Sebesar 80% protein digunakan untuk menjaga berat badan dan 20% untuk pertumbuhan sehingga efisiensi pakan menjadi berkurang. Bila nilai konversi pakan sudah jauh di atas angka dua, maka pemeliharaannya sudah kurang menguntungkan lagi. Oleh karena itu, ayam broiler biasanya dipasarkan maksimal pada umur enam minggu.

Mortalitas

Mortalitas atau kematian adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha pengembangan peternakan ayam. Tingkat kematian yang tinggi pada ayam broiler sering terjadi pada periode awal atau starter dan semakin rendah pada periode akhir atau finisher. Angka mortalitas diperoleh dari perbandingan jumlah ayam yang mati dengan jumlah ayam yang dipelihara (Lacy dan Vest, 2000). Tingkat mortalitas dipengaruhi oleh beberapa fakor, diantaranya bobot badan, bangsa, tipe ayam, iklim, kebersihan lingkungan, sanitasi peralatan dan kandang serta penyakit (North dan Bell, 1990). Kematian pada suhu yang tinggi dapat mencapai 30% dari total populasi (Tarmudji, 2004).

Fairchild dan Lacy (2006) menyatakan fungsi dari sistem ventilasi pada pemeliharaan ayam broiler adalah untuk mengurangi jumlah amoniak yang dapat mengganggu produksi. Faktor penyakit sangat dominan sebagai penyebab kematian utama ayam broiler. Retno (1998) melaporkan bahwa penyakit CRD ini dapat meningkatkan kepekaan terhadap infeksi Escheria coli, Infectius Bronchitis (IB), dan Newcastle Desease (ND). Menurut Lacy dan Vest (2000), mortalitas ayam pedaging adalah sekitar 4%. Pemberian vaksin dan obat-obatan serta sanitasi sekitar kandang perlu dilakukan untuk menekan tingkat kematian. Hal ini sesuai dengan pernyataan North dan Bell (1990) bahwa tingkat mortalitas dipengaruhi oleh beberapa fakor, diantaranya bobot badan, bangsa, tipe ayam, iklim, kebersihan lingkungan, sanitasi peralatan dan kandang serta penyakit.

Indeks Performa Ayam Broiler

(44)

8 semakin efisien penggunaan pakan (Fadilah et al., 2007). Nilai indeks performa dihitung berdasarkan bobot badan siap potong, konversi pakan, umur panen, dan jumlah persentase ayam yang hidup selama pemeliharaan (Kamara, 2009). Nilai yang diperoleh dibandingkan terhadap standar. Nilai indeks performa dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut.

Kriteria nilai indeks performa ayam broiler disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Kriteria Indeks Performa Ayam Pedaging.

Indeks Performa (IP) Nilai

<300 Kurang

301-325 Cukup

326-350 Baik

351-400 Sangat Baik

>400 Istimewa

Sumber: Santoso dan Sudaryani (2009)

Selisih Harga Penjualan Ayam Bobot Akhir dengan Biaya Day-Old Chick dan Pakan

Pakan memberikan kontribusi yang besar terhadap biaya produksi. Sekitar 70-80% dari biaya produksi adalah biaya pakan (Murtidjo, 2006). Selisih harga penjualan dengan biaya DOC dan pakan merupakan parameter yang digunakan dalam menentukan nilai ekonomis pemeliharaan.

(45)

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di CV. Mitra Mandiri Sejahtera Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jarak lokasi kandang penelitian dari tempat pemukiman sekitar 1 km. Penelitian dimulai dari Juli sampai Agustus 2011.

Materi Ternak

Penelitian ini menggunakan 135 ekor ayam broiler umur satu hari (day old chick /DOC) strain Cobb galur CP 707 dari PT. Charoen Pokphand Indonesia tanpa dilakukan pemisahan antara jantan dan betina.

Pakan

Pakan yang digunakan adalah pakan komersial untuk ayam broiler dari PT. Charoen Pokphand Indonesia. Bahan pakan yang digunakan adalah jagung, dedak, bungkil kedelai, bungkil kelapa, tepung daging dan tulang, pecahan gandum, bungkil kacang tanah, tepung daun, kanola, kalsium, fosfor, vitamin, dan trace mineral. Komposisi nutrisi ransum komersial disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

Sumber: PT. Charoen Pokphand Indonesia

Zat Makanan Kandungan

Kadar Air (Maks.) (%) 13

Protein (%) 21,5-23,5

Serat Kasar (Maks.) (%) 5

Lemak (Min.) (%) 5

Abu (Maks.) (%) 7

Ca (%) 0,9

P (%) 0,6

(46)

10 Kandang dan Peralatan

Kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang panggung berukuran 35 m x 8 m. Total kandang yang digunakan selama penelitian berukuran 8 m x 2 m.Kandang dibagi berdasarkan jumlah perlakuan menjadi 15 petak kandangdengan ukuran per unit perlakuan 1 m x1 m. Masing-masing petak berisi 9 ekor anak ayam berumur 15 hari. Lantai kandang dan dinding kandang terbuat dari bambu. Pohon jati dan kopi ditanam disekitar kandang dan berdekatan dengan kolam lele, sehingga sirkulasi udara di sekitar kandang menjadi sejuk.

Peralatan yang digunakan adalah gasolec, tempat pakan, tempat air minum, lingkar pembatas(chickguard), lampu, tirai penutup, ember, timbangan, koran, termometer, sekam padi, dan kapur.

Metode Rancangan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan frekuensi pemberian pakan yang berbeda dan lima ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 9 ekor ayam. Perlakuan frekuensi pemberian pakan yang diberikan adalah:

P1 : pakan diberikan pada pagi hari (pukul 06.00 WIB) sebanyak 100%

P2 : pakan diberikan pada pagi hari (pukul 06.00 WIB) sebanyak 50% dan sore hari (pukul 17.00 WIB)sebanyak 50%

P3 : pakan diberikan pada pagi hari (pukul 06.00 WIB) sebanyak 40 %, siang hari (pukul 11.00 WIB) sebanyak 20%, dan sore hari (pukul 17.00 WIB)sebanyak 40%

Model matematika yang digunakan adalah (Steel dan Torrie, 1991) : Yij = µ + αi + εij Keterangan:

Yij : Nilai peubah yang diamati µ : Nilai tengah umum

αi : Pengaruh perlakuan ke-i

(47)

Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati meliputi konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, bobot badan akhir, konversi pakan, mortalitas, dan indeks performa (IP). Peubah-peubah tersebut dihitung dengan cara sebagai berikut:

1. Konsumsi pakan (gram/ekor) diperoleh dengan cara menghitung selisih antara jumlah sisa pakan dari jumlah total pakan yang diberikan dibagi jumlah ayam. 2. Pertambahan bobot badan (gram/ekor) diperoleh dengan cara menghitung selisih

antara bobot badan ayam mingguan dengan bobot badan minggu sebelumnya. 3. Bobot badan akhir total (gram/ekor) diperoleh dari penjumlahan bobot badan

ayam pada akhir penelitian.

4. Konversi pakan dihitung dengan cara membagi jumlah konsumsi pakan dengan pertambahan bobot badan.

5. Mortalitas (%) diperoleh dengan cara menghitung jumlah ayam broiler yang mati selama pemeliharaan dikalikan 100%.

6. Indeks Performa =

-7. Income Over Feed and Chick Cost (IOFCC) merupakan selisih harga jual ayam hidup dengan biaya pakan dan DOC. Nilai (IOFCC) diperoleh dari (harga jual ayam hidup per kg) – [(harga pakan per kg x konsumsi pakan per ekor) + (harga DOC per ekor)].

Analisis Data

Datadianalisis ragam menggunakanprosedur ANOVA pada peubah konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan bobot badan akhir menggunakan program MINITAB 14. Hasil analisis ragam yang berbeda nyata dilanjutkan dengan dilakukan uji banding Tukey (Steel dan Torrie, 1991). Data mengenai konversi pakan, mortalitas, indeks performa, dan IOFCC dianalisis secara deskriptif.

Prosedur Persiapan Kandang

(48)

12 selanjutnyadisterilisasi menggunakan desinfektan dengan cara disemprotkan. Setelah itu, pengapuran dilakukan secara merata pada dinding dan lantai kandang. Tujuan dilakukan pengapuran adalah untuk memutus rantai kehidupan mikroorganisme yang merugikan di dalam kandang. Lantai kandang yang telah mengering dan dibersihkan,kemudian dialasi sekam secara merata ke setiap sekat dalam kandang dengan ketinggian sekitar 5-7 cm. Kandang yang telah merata oleh sekam disemprot larutan desinfektan terdiri dari air dan formalin dan dibiarkan kering.

Tempat pakan dan minum sebelumnya telah dicuci dan dibilas dengan air deterjen hingga bersih. Tempat pakan dan minum dikeringkan di bawah sinar matahari. Setelah kering, tempat pakan dan minum dibersihkan dan dicuci dengan campuran air dan wypol, dan dibiarkan kering. Semua peralatan termasuk tempat pakan dan tempat minum diletakkan ke dalam kandang hingga DOC masuk.

Pemeliharaan

Pemanas sudah dihidupkan selama 6-8 jam sebelum DOC datang supaya suhu dalam induk buatan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh ayam tersebut. Pemanas digunakan selama dua minggu. Sebanyak1 unit lampu digunakan sebagai penerangan pada saat penelitian berdaya 24 watt. Pengunaan lampu penerangan dilakukan selama 24 jam setiap hari pada seluruh kandang. Pada minggu ke tiga hingga kelima penelitian, lampu hanya digunakan pada malam hari.

Kandang dan peralatan disiapkan dan diatur tata letaknya. Koran diletakkan di atas sekam dengan tujuan agar kaki DOC tidak luka akibat tertusuk sekam yang tajam. DOC yang baru datang ditimbang untuk mengetahui bobot badan awal. DOC dimasukkan ke dalam chickguard dan diberikan air gula 5 % bertujuan untuk pengganti energi yang hilang selama pengangkutan dan perjalanan. Setelah 6jam larutan air gula diganti dengan air biasa. Pakan diberikan dengan cara disebarkan di atas baki secara ad libitum untuk memudahkan DOC makan.

(49)

pembatas tidak digunakan lagi pada minggu kedua.Penambahan sekam ataulitter

dilakukan selama satu kali dalam tiga hari atau saat sekam basah. Sekam yang basah langsung dikeluarkan dari kandang.

Pencengahan penyakit bagi ayam broiler dilakukan dengan melaksanakan vaksinasi. Vaksinasi yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu Vaksin ND dan vaksin Gumboro. Vaksin ND dilakukan saat ayam berumur 5 hari melalui tetes mata. Vaksin Gumboro diberikan saat ayam berumur dua belas hari pada sore hari atau saat cuaca tidak panas dengan menggunakan air minum. Sebelum vaksinasi, ayam dipuasakan terlebih dahulu dari makan dan minum selama 3 jam.

Pemberian air minum secara ad libitum.Kebersihan air minum dijaga dengan mengganti air minum tiga kali setiap hari. Tempat minum dicuci pukul 08.00 WIB, sore hari pukul 16.00 WIB, dan malam hari pukul 20.00 WIB. Hal ini dilakukan agar air minum tetap bersih dan layak untuk diminum oleh ayam. Pemberian pakan pada saat penelitian dilakukan ad libitum berdasarkan kebutuhan standar ayam. Pakan yang diberikan ditimbang sesuai dengan kebutuhan dan dikalikan dengan jumlah ayam setiap perlakuan. Jumlah tersebut diberikan pada perlakuan P1 pada pagi hari pukul 06.00 WIB sebanyak 100%, perlakuan P2 diberikan pada pagi hari pukul 06.00 WIB sebanyak 50%, dan sore hari pukul 17.00 WIB sebanyak 50%, serta perlakuan P3 diberikan pada pagi hari pukul 06.00 WIB sebanyak 40%, siang hari pukul 11.00 WIB sebanyak 20%, dan sore hari pukul 17.00 WIB sebanyak 40%. Kotoran ayam dari bawah kandang diambil oleh peternak lele setiap satu kali dalam dua hari, agar bau amoniak tidak mengganggu pernapasan ayam.

(50)

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian

DOC yang dipelihara pada penelitian ini sebanyak 1000 ekor. DOC memiliki bobot badan yang seragam dengan rataan 37 g/ekor. Kondisi DOC sehat dengan ciri-ciri mata bersinar cerah, konformasi tubuh tidak cacat, bulu kering, dari bagian kepala sampai bulu kaki bersih dan mengkilat, tingkah laku ayam lincah. Pakan yang diberikan adalah pakan komersial produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia dengan kode 611. Pakan diberikan ad libitum dengan frekuensi 5-8 kali sehari dan berkurang seiring bertambahnya umur ayam. Tempat pakan yang digunakan adalah feeder tray

dengan diameter 35 cm dengan kapasitas untuk 50 ekor ayam. Jumlah feeder tray

ditambah saat ayam berumur 3 hari. Tempat pakan diganti dengan feeder tube saat ayam berumur 5 hari. Feeder tube mulai digantung saat ayam berumur 12 hari untuk memudahkan ayam makan dan untuk menghindari pakan terbuang ketika ayam makan. Tempat pakan sudah digantung semua saat ayam berumur 14 hari.

Sebanyak 10% ayam broiler dari ayam yang dipelihara (100 ekor) dipilih secara acak dan ditimbang bobot badannya pada umur 14 hari. Rataan bobot badan yang diperoleh adalah 540 g/ekor dengan kisaran 486-594 g/ekor selanjutnya ayam dipilih secara acak dan ditimbang bobot badannya sebanyak 135 ekor. Ayam broiler yang bobot badannya memenuhi kisaran 486-594 g/ekor digunakan sebagai unit percobaan perlakuan. Rataan bobot badan ayam broiler yang digunakan dalam penelitian adalah 533,5±28,52 g/ekor dengan koefisien keragaman 5,35%.

Perlakuan dimulai saat ayam berumur 15 hari. Pengacakan petak kandang perlakuan dilakukan sebelum penempatan ayam. Pengacakan kandang dilakukan dengan cara menyusun acak nomor perlakuan dan ulangan dengan undian. Ayam yang sudah dipilih secara acak ditempatkan ke setiap petak yang sudah disiapkan. Tempat pakan dan tempat minum diletakkan di setiap petak kandang perlakuan. Tempat pakan dan minum digantung untuk menghindari agar tidak terbuang.

Performa Ayam Broiler

(51)

Tabel 4. Performa Ayam Broiler pada Frekuensi Pemberian Pakan yang Berbeda.

Performa Ayam P1 P2 P3

Konsumsi Pakan (g/ekor) 2583,40 ± 31,56 2563,29 ±26,72 2582,32 ±48,13 Bobot Badan Akhir Keterangan : P1 = Pakan diberikan pagi 100%

P2 = Pakan diberikan pagi 50% dan sore 50% P3 = Pakan diberikan pagi 40%, siang 20%, sore 40%

Konsumsi Pakan

Tabel 4 memperlihatkan bahwa rataan konsumsi pakan ayam broiler selama penelitian mulai minggu ke-tiga sampai minggu ke-lima minggu pada P1, P2 dan P3 masing-masing sebesar 2583,40 g/ekor, 2563,29 g/ekor, dan 2582,32 g/ekor. Menurut Pedoman Tecnical Service PT. Charoen Pokphand (2006), standar konsumsi pakan untuk strain CP 707 adalah 2437 g/ekor selama mingu ke-tiga sampai minggu ke-lima pemeliharaan. PenelitianWiryawan et al.(2005) menunjukkan bahwa ayam broiler yang diberikan pakan komersial mulai minggu ke- tiga sampai mingggu ke-lima pemeliharaan menghabiskan pakan sebesar 2457,59 g/ekor, dan hampir sama dengan standard. Konsumsi pakan dalam penelitian ini rata-rata sedikit lebih tinggi dari standar strain tersebut. Tinggi rendahnya konsumsi ransum berhubungan dengan kandungan energi metabolisme yang terdapat dalam pakan. Energi metabolisme pakan penelitian berkisar antara 3000-3100 (kkal/kg), sedangkan menurut North dan Bell (1990), energi metabolisme yang diperlukan sebesar 3190 (kkal/kg). Energi metabolisme pada pakan lebih rendah dari pernyataan dari North dan Bell (1990). Hal tersebut menyebabkan konsumsi pakan menjadi sedikit meningkat dan hal ini sesuai dengan Wahju (2004) yang menyatakan bahwa tinggi rendahnya konsumsi ransum ayam broiler dapat dipengaruhi oleh kandungan energi dalam ransum yang dikonsumsi.

(52)

16 Konsumsi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan standard dengan kandungan gizi yang sama dan lingkungan pemeliharaan yang sama.

Konsumsi pakan dipengaruhi oleh kandungan energi pakan dan suhu lingkungan pemeliharaan. Energi pakan yang diberikan pada saat penelitian sebesar 3000-3100 kkal/kg. Suhu kandang pada saat ayam dipelihara di brooder umur 1-2 minggu berkisar antara 31-35 0C. Suhu lingkungan selama penelitian minggu ke-tiga sampai minggu ke-lima disajikan pada Tabel 5. Suhu lingkungan pada pagi berkisar antara 21-25 0C, siang 30-35 0C dan sore sekitar 28-32 0C. Suhu di dalam kandang yang dianjurkan PT. Charoen Pokphand yaitu 24-31 0C.

Tabel 5. Suhu Kandang Ayam Selama Penelitian.

Suhu Kandang (0C)

Minggu Pagi Siang Sore

3 22-25 31-35 28-31

4 22-25 32-35 28-32

5 21-25 30-35 28-30

Jumlah konsumsi pakan pada P1, P2 dan P3 sama. Ayam makan pada setiap saat baik pagi, siang dan sore. Hal ini disebabkan oleh jenis pakan dan suhu lingkungan yang tidak berbeda.

Hasil pengamatan dilapang menunjukkan ayam melakukan panting pada siang hari (pukul 12.00-13.00 WIB) menunjukkan bahwa ayam mengalami sedikit cekaman akibatsuhu lingkungan. Suhu lingkungan yang tinggi pada siang hari diminimalkan dengan kondisi lingkungan kandang yang masih segar karena banyak ditanami pohon disekitar kandang.Lokasi pemeliharaan ayam broiler berjarak 1 km dari pemukiman penduduk.

Gambar

Tabel 3.  Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.
Tabel 4 memperlihatkan bahwa rataan konsumsi pakan ayam broiler selama
Gambar 1. Rataan Konsumsi Pakan Ayam Broiler Selama Penelitian.
Gambar 2. Rataan Pertambahan Bobot Badan Ayam Broiler Selama Penelitian.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kajian terhadap kebijakan fiskal pada masa awal Islam, terlihat bahwa zakat me- mainkan peranan yang sangat pen- ting untuk mencapai tujuan kebijak- an

Kemampuan siswa dalam meyelesaikan soal PISA Level 5 (Nilai Ulangan) tidak ada siswa atau 0% yang mampu untuk mengerjakan soal pada level ini, karena siswa masih

anisopliae yang diaplikasikan secara disemprot menunjukkan efektifitas yang rendah terhadap nimfa wereng coklat, sedangkan yang diaplikasikan di sekitar perakaran

Bukti-bukti di atas menunjukkan bahwa ekstrak heksan daging biji srikaya mempunyai prospek yang cerah untuk digunakan sebagai insektisida botanis dalam menanggulangi myasis

[r]

[r]

Apabila pengaturan pola jahit utilitas (pantulan/mirror, pembesaran/elongasi, lebar &amp; langkah jahitan dan keketatan benang) telah diubah-ubah, maka Anda dapat

Hasil analisis menunjukkan bahwa peringkat pertama dalam kasus sangat dipertimbangan investor dalam mengambil keputusan investasi adalah Analisis terhadap laporan keuangan