• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI KELURAHAN LAWANGIRUNG KECAMATAN WENANG KOTA MANADO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI KELURAHAN LAWANGIRUNG KECAMATAN WENANG KOTA MANADO"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI KELURAHAN LAWANGIRUNG KECAMATAN WENANG KOTA MANADO

Andini Iftinan Tanib *, Angela F. C. Kalesaran*, Budi T. Ratag*

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku hasil dorongan oleh hasrat seksual, baik dilakukan dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Terdapat beragam-bentuk tingkah laku seksual, mulai dari berciuman, necking, meraba bagian sensitif, saling menggesek-gesekkan bagian sensitif, hingga hubungan seksual. Hasil survei BKKBN menunjukkan kejadian seks pranikah di Surabaya mencapai 54%, di Bandung 47% dan Medan 52%. Perilaku seksual pranikah dapat menimbulkan berbagai dampak, seperti kehamilan tidak diinginkan (KTD), penyakit menular seksual, hingga depresi dan pengucilan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di Kelurahan Lawangirung Kecamatan Wenang Kota Manado.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif bersifat survei analitik dengan desain cross-sectional study yang dilaksanakan di Kelurahan Lawangirung pada bulan Juli-September 2016. Populasi adalah seluruh remaja berusia 15-21 tahun di Kelurahan Lawangirung dengan jumlah sampel sebanyak 97.Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling.Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Analisis statistik menggunakan uji chi-square (x

2

) dengan confidence interval 95% dan nilai α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengaruh teman sebaya (p = 0,000), hubungan orang tua-remaja (p = 0,001) dan paparan media pornografi (p = 0,000) dengan perilaku seksual pranikah. Pengaruh teman sebaya, hubungan orang tua-remaja dan paparan media pornografi merupakan faktor pemicu terjadinya perilaku seksual pranikah berisiko pada remaja di Kelurahan Lawangirung Kecamatan Wenang Kota Manado.

Kata kunci: perilaku seksual pranikah, remaja, teman sebaya, orang tua, media pornografi

ABSTRACT

Sexual behavior is all the behavior driven by sexual desire, either towards the opposite sex or the same sex. There are various forms of this behavior, starting from kissing, necking, touching, petting to intercourse. Survey by BKKBN showed that premarital sexual incidence in Surabaya are 54%, 47% in Bandung and 52% in Medan. Premarital sexual behavior would lead to various effects, from unwanted pregnancy, sexual transmitted diseases (STDs), to depression and excommunicated. The purpose of this research was to analyze factors related with premarital sexual behavior among adolescents in Kelurahan Lawangirung Kecamatan Wenang Kota Manado. This was an analytical survey, quantitative research with cross sectional study approach concluded in Kelurahan Lawangirung on July to September 2016. The population was adolescents aged 15 to 21 years old, with a sample of 97 adolescents. Purposive sampling technique was used for sample collection, with questionnaire as data collection instrument. Statistical analysis used in this research was chi-square (x

2

) with confidence interval 95% and α = 0,05. Result showed that there were relationship between influence of peer (p = 0,000), relationship between parent and adolescent (p = 0,001), and exposure of pornography (p = 0,000) with premarital sexual behavior. Influence of peer, relationship between parent and adolescent and exposure of pornography are related factors with premarital sexual behavior among adolescents in Kelurahan Lawangirung Kecamatan Wenang Kota Manado.

Keywords: premarital sexual behavior, adolescent, peer, parent, pornography

(2)

2 PENDAHULUAN

Remaja adalah fase peralihan antara masa kanak-kanak dan masa tumbuh dewasa, baik secara fisik, akal, kejiwaan, sosial dan emosional (Asmani, 2012).

Monks (2002) mengklasifikasi fase remaja ke dalam tiga tahap, yaitu remaja awal (12-15 tahun), remaja pertengahan (15-18 tahun), dan remaja akhir (18-21 tahun).

Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2014 menunjukkan bahwa jumlah remaja di dunia ini diperkirakan berjumlah 18% dari jumlah penduduk dunia atau sebanyak 1,2 milyar penduduk (Kemenkes RI, 2015). Indonesia sendiri jumlah remaja berdasarkan sensus penduduk 2010 adalah kurang lebih 63,4 juta jiwa atau sekitar 27,6% dari total penduduk Indonesia (BKKBN, 2011a).

Youth Risk Behavior Survei (YRBS) melakukan survei secara nasional di Amerika Serikat pada tahun 2006 mendapati bahwa 47,8% pelajar yang duduk di kelas 9-12 telah melakukan hubungan seks pranikah dan 35% pelajar SMA telah aktif secara seksual (Damanik, 2012). Di Amerika Serikat juga dilaporkan adanya 500.000 remaja hamil setiap tahunnya yang 70% diantaranya belum menikah (Sarwono, 2012).

Hasil survei Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di kota-kota besar di Indonesia

menunjukkan kejadian seks pranikah di Surabaya mencapai 54%, di Bandung 47%

dan Medan 52%. Sekitar 51% remaja di wilayah Jabodetabek ditemukan sudah tidak perawan. Terdapat 4% responden mengaku telah melakukan hubungan seksual sejak usia 16-18 tahun dan 16%

melakukan pada usia 13-15 tahun (BKKBN, 2011b).

Data dari Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kota Manado dalam penelitian kepada remaja berusia 14-19 tahun di tahun 2014 menyebutkan bahwa dari 121 remaja perempuan, sebanyak 6,8%

melakukan masturbasi, 67,3% pernah berciuman, 14,3% pernah saling memberi rangsangan dan 6,8% pernah berhubungan seksual. Sebanyak 147 remaja laki-laki yang diteliti, 67,8% telah melakukan masturbasi, 62,8% pernah berciuman, 36,4% pernah saling member rangsangan dan 25,6% pernah berhubungan seksual (BTKLPP, 2014).

Perilaku seksual adalah segala tingkah

laku yang didorong oleh hasrat seksual,

baik dengan lawan jenis maupun sesama

jenis. Terdapat beragam bentuk tingkah

laku seksual, mulai dari berciuman,

necking, meraba bagian sensitif, saling

menggesek-gesekkan bagian sensitif,

hingga hubungan seksual (Sarwono,

2012). Perilaku seksual pada remaja

(3)

3 dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pengaruh teman sebaya, hubungan dengan orang tua dan paparan media pornografi. Penelitian yang dilakukan oleh Maryatun (2013) menemukan remaja yang mendapatkan peran teman sebaya dalam informasi seksualitasnya akan berpeluang 20 kali lebih berisiko melakukan perilaku seksual pranikah. Peranan keluarga juga mempunyai pengaruh, dimana semakin tinggi peran keluarga pada remaja, maka perilaku seks pranikah remaja semakin baik dan sebaliknya (Darmasih, 2009).

Psikolog Ike R. Sugianto yang dikutip dalam Asmani (2012) mengemukakan bahwa kelainan seksual pada anak merupakan efek psikologis dari mengakses materi pornografi dari internet.

Hasil survei awal yang dilakukan kepada beberapa remaja di Kelurahan Lawangirung menunjukkan perilaku seksual pranikah yang cenderung berisiko.

Sebagian besar remaja menjawab telah sampai pada tahap berpelukan dan berciuman dan ada pula remaja yang menjawab telah berhubungan seksual.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja pada remaja di Kelurahan Lawangirung Kecamatan Wenang Kota Manado.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif bersifat survei analitik dengan desain cross-sectional study. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Lawangirung pada bulan Juli-September 2016. Populasi adalah seluruh remaja berusia 15-21 tahun di Kelurahan Lawangirung. Jumlah sampel dihitung dengan menggunakan rumus Lameshow dan diperoleh 97 sampel. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling dengan kuesioner sebagai instrumen pengambilan data. Dilakukan analisis univariat dan bivariat dan uji statistik yang digunakan adalah chi-square (x

2

) dengan confidence interval 95% dan nilai α = 0,05.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, umur dan pendidikan dapat dilihat pada tabel 1:

Tabel 1. Distribusi karakteristik responden Karakteristik Responden n % Jenis Kelamin

Laki-laki 40 41,2

Perempuan 57 58,8

Umur (Tahun)

Remaja Pertengahan

(15-17) 45 46,4

Remaja Akhir (18-21) 52 53,6 Pendidikan

SMA 71 73,2

Perguruan Tinggi 26 26,8

(4)

4 Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa sebanyak 40 responden (41,2%) berjenis kelamin laki-laki dan 57 responden berjenis kelamin perempuan (58,8%). Berdasarkan karakteristik umur, sebanyak 45 responden (46,4%) merupakan kelompok remaja pertengahan atau 15-17 tahun dan 52 responden (53,6%) merupakan kelompok remaja akhir atau 18-21 tahun. Persentase terbesar responden jenjang pendidikan terakhirnya adalah SMA yakni sebanyak 71 responden (73,2%) dan yang duduk di perguruan tinggi berjumlah 26 responden (26,8%).

Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan variabel penelitian

Variabel n %

Perilaku seksual pranikah

Berisiko 71 73,2

Kurang berisiko 26 26,8 Pengaruh teman sebaya

Kurang baik 47 48,5

Baik 50 51,5

Hubungan orang tua-remaja

Kurang baik 52 53,6

Baik 45 46,4

Paparan media pornografi

Sering 51 52,6

Kurang 46 47,4

Tabel 2 menunjukkan perilaku seksual pranikah responden sebagian besar (73,2%) atau sebanyak 71 responden berisiko dan hanya 26 responden (26,8%) yang memiliki perilaku seksual kurang berisiko.

Distribusi responden berdasarkan

pengaruh teman sebaya dalam tabel 2

terlihat bahwa responden yang mendapat

pengaruh baik dari teman sebaya

berjumlah 50 responden (51,5%) dan

responden yang mendapat pengaruh

kurang baik dari teman sebaya sebanyak

47 responden (48,5%). Berdasarkan

distribusi hubungan orang tua-remaja bisa

dilihat bahwa sebagian besar (53,6%) atau

52 responden memiliki hubungan kurang

baik dengan orang tua dan 45 (46,4%)

responden memiliki hubungan baik

dengan orang tua. Distribusi responden

berdasarkan paparan media pornografi

menunjukkan sebanyak 51 responden

(52,6%) sering terpapar media pornografi

baik cetak maupun elektronik dan

sebanyak 46 responden (47,4%) kurang

terpapar dengan media pornografi.

(5)

5

Tabel 3. Hubungan antara pengaruh teman sebaya, hubungan orang tua-remaja, dan paparan media pornografi dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di Kelurahan Lawangirung Kecamatan Wenang Kota Manado

Perilaku Seksual Pranikah

Total p

value Berisiko Kurang Berisiko

n % n % n %

Pengaruh Teman Sebaya

Kurang baik 45 46,4 2 2,1 47 48,5

0,000

Baik 26 26,8 24 24,7 50 51,5

Hubungan Orang Tua-Remaja

Kurang baik 46 47,4 6 6,2 52 53,6

0,001

Baik 25 25,8 20 20,6 45 46,4

Paparan Media Pornografi

Sering 50 51,6 1 1,0 51 52,6

0,000

Kurang 21 21,6 25 25,8 46 47,4

Berdasarkan hasil uji chi-square yang dilakukan kepada 97 responden, diperoleh hasil p value = 0,000 (p < 0,05), yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku seksual pranikah.

Kedekatan remaja dengan teman sebayanya cenderung melebihi kedekatan dengan orang tua, sehingga remaja lebih mudah mendapat pengaruh dari teman sebaya. Remaja yang berada dalam lingkungan pergaulan dengan teman sebaya yang memiliki perilaku seksual berisiko menjadi ikut terpengaruh. Sejalan dengan ini, BKKBN (2010) mengemukakan bahwa faktor yang paling mempengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seksual adalah teman sebaya yang mempunyai pacar, teman setuju dengan hubungan seks pranikah dan

teman yang mempengaruhi atau mendorong untuk melakukan seks pranikah.

Hasil penelitian ini didukung penelitian Maryatun (2013) di Surakarta.

Hasil uji chi square menunjukkan p value

= 0,001, yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara peran teman sebaya dengan perilaku seksual pranikah. Odds Rasio menunjukkan bahwa remaja yang mendapat pengaruh teman sebaya berpeluang melakukan perilaku seksual pranikah 19.727 kali lebih besar. Penelitian lainnya oleh Suwarni (2009) di Kota Pontianak menunjukkan hasil yang sama.

Berdasarkan hasil uji Product Moment

didapatkan p value = 0,0001 yang

menunjukkan bahwa pengaruh perilaku

teman sebaya berhubungan dengan

(6)

6 perilaku seksual remaja dan merupakan faktor yang paling kuat mempengaruhi perilaku seksual remaja. Hasil yang serupa juga diperoleh dari penelitian Dannayanti dkk (2011) di Kota Bukittinggi. Uji chi- square yang dilakukan memperoleh nilai p

= 0,004. Peran teman sebaya yang pasif dalam memberikan informasi mengenai kesehatan seksual 2,6 berpeluang berperilaku seksual pranikah berat dibandingkan dengan peran teman sebaya yang aktif.

Penelitian ini menemukan adanya hubungan antara orang tua-remaja dan perilaku seksual pranikah, dengan p value

= 0,001 (Tabel 3). Remaja yang berada dalam pengawasan orang tua akan cenderung menunda atau bahkan menghindari perilaku seksual berisiko, sedangkan pada remaja tanpa pengawasan orang tua akan melakukan perilaku seksual yang berisiko dan hubungan seksual pertama pada usia lebih dini (Nursal, 2008).

Hasil yang mendukung diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Darmasih (2009) di Surakarta. Hasil uji chi square menghasilkan p value = 0,000 yang menunjukkan terdapat hubungan antara peran keluarga dengan perilaku seks pranikah. Hasil yang sama diperoleh dari penelitian Finda dkk (2013) di Kabupaten Situbondo. Hasil uji chi square dengan p

value = 0,001 menunjukkan bahwa kontrol orang tua mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja. Banun dan Setyorogo (2013) di Jakarta Timur memperoleh hasil yang serupa, dimana uji chi square menghasilkan p value = 0,04 yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara keharmonisan keluarga dengan perilaku seksual pranikah.

Hasil uji statistik antara paparan media pornografi dengan perilaku seksual pranikah remaja diperoleh nilai p 0,000, yang berarti terdapat hubungan antara paparan media pornografi dengan perilaku seksual pranikah remaja (Tabel 3).

Perkembangan hormonal pada remaja bersamaan dengan paparan media pornografi mengundang rasa ingin tahu dan keinginan untuk bereksperimen remaja dalam aktifitas seksual.

Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian-penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya. Soetjiningsih (2008) dalam

penelitian kepada 398 remaja yang duduk

di bangku SMA di Kota Yogyakarta

menunjukkan bahwa semakin tinggi

eksposur media pornografi maka makin

tinggi pula perilaku seksual pranikah

remaja. Hasil yang sama juga diperoleh

Rahyani (2012) di Bali. Nilai OR

menunjukkan bahwa keterpaparan konten

pornografi cenderung meningkatkan

perilaku inisiasi seks pranikah sebesar 5,2

(7)

7 kali dibandingkan tidak terpapar pornografi. Penelitian lainnya yang juga mendukung dilakukan oleh Azinar (2013).

Uji chi square menghasilkan nilai p = 0,003, yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara akses dan kontak media informasi dengan perilaku seksual pranikah berisiko KTD.

KESIMPULAN

1. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di Kelurahan Lawangirung Kecamatan Wenang Kota Manado.

2. Terdapat hubungan yang bermakna antara hubungan orang tua-remaja dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di Kelurahan Lawangirung Kecamatan Wenang Kota Manado.

3. Terdapat hubungan yang bermakna antara paparan media pornografi dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di Kelurahan Lawangirung Kecamatan Wenang Kota Manado.

SARAN

1. Bagi pemerintah dan instansi terkait agar bisa memberi perhatian khusus kepada kelompok umur remaja.

Program pelayanan kesehatan reproduksi alangkah baiknya bisa

direncanakan untuk diberikan kepada remaja.

2. Bagi orang tua agar dapat memberi pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi sejak dini dan mengupayakan komunikasi yang baik dan mengawasi pergaulan remaja.

3. Bagi remaja agar bisa meningkatkan pengetahuan diri mengenai kesehatan reproduksi, menjaga komunikasi yang baik dengan orang tua dan mampu membatasi diri dalam pergaulan agar tidak terjerumus melakukan perilaku seksual pranikah berisiko.

4. Bagi peneliti selanjutnya agar bisa mengembangkan penelitian mengenai perilaku seksual pranikah pada remaja.

DAFTAR PUSTAKA

Asmani, J. M. 2012. Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah.

Jogjakarta: BukuBiru.

Azinar, M. 2013. Perilaku Seksual Pranikah Berisiko Terhadap Kehamilan Tidak Diinginkan.

Jurnal Kesehatan Masyarakat, (online), Vol. 8, No. 2, (http://journal.unnes.ac.id/nju/inde x.php/kemas)

Banun, F. O. S. dan Setyorogo, S. 2012.

Faktor-Faktor yang Berhubungan

dengan Perilaku Seksual Pranikah

(8)

8 pada Mahasiswa Semester V Stikes X Jakarta Timur. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 4(2): 12-9 BKKBN. 2010. Penyiapan Kehidupan

Berkeluarga Bagi Remaja.

Jakarta: Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-hak Reproduksi, BKKBN.

BKKBN. 2011a. Kajian Profil Penduduk Remaja. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan.

(http://www.bkkbn.go.id /litbang/pusdu/)

BKKBN. 2011b. Seks Bebas di Kalangan

Remaja. (online)

(ttp://kepri.bkkbn.go.id/_layouts/

mobile/dispform.aspx?List=8c526 a76-8b88-44fe-8f81-

2085df5b7dc7&View=69dc083c- a8aa-496a-9eb7-

b54836a53e40&ID=130)

BTKLPP. 2014. Kajian Perilaku Seksual Remaja Kota Manado Tahun 2014. Manado: Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit.

Damanik, Hotmelia. 2012. Pengaruh Paparan Media Internet dan Teman Sebaya Terhadap Perilaku Seks Bebas Pada Remaja SMA XYZ tahun 2012. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program

Studi Magister FKM Universitas Sumatera Utara.

Dannayanti, Y., Lestari Y., Ramadanti M.

2011. Peran Teman Sebaya Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Siswa SLTA Kota Bukittinggi. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 6(l): 24-7

Darmasih, R. 2009. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seks Pranikah pada Remaja SMA di Surakarta. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah.

Finda A. C. P., Notobroto, H. B. 2013.

Faktor yang Memengaruhi Perilaku Seksual Pranikah Remaja yang Bertunangan. Jurnal Biometrika dan Kependudukan.

2(2): 140-7

Kemenkes RI. 2015. Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. (online) (http://www.depkes.go.id/downlo ad.php?file=download/pusdatin/in fodatin%20reproduksi%20remaja- ed.pdf)

Maryatun. 2013. Peran Teman Sebaya

Terhadap Perilaku Seksual Pra

Nikah Pada Remaja Di SMA

Muhammadiyah 3 Surakarta.

(9)

9 Jurnal GASTER STIKES Aisyiyah Surakarta, Vol. 10, No. 1, 39-47 (online) (http://www.jurnal.stikes- aisyiah.ac.id/index.php/ )

Monks, F. J. 2002. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta:

Gajah Mada University Press Nursal, D. G. A. 2008. Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Perilaku Seksual Murid SMU Negeri di Kota Padang Tahun 2007 Jurnal Kesehatan Masyarakat, (online), Vol. 2, No. 2 (http://jurnal.fkm.

unand.ac.id/index.php/ )

Rahyani, K. Y., Utarini, A., Wilopo, S. A., Hakimi, M. 2012. Perilaku Seks Pranikah Remaja. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 7(4): 180-185

Sarwono, S. W. 2012. Psikologi Remaja edisi revisi. Jakarta : Rajawali Pers.

Soetjiningsih, C. H. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja.

Disertasi tidak diterbitkan.

Jogjakarta: Program Pendidikan Doktor Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Suwarni, L. 2009. Monitoring Parental Dan Perilaku Teman Sebaya Terhadap Perilaku Seksual Remaja SMA Di Kota Pontianak.

Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, (online), Vol. 4, No. 2 (http://ejournal.

undip.ac.id/index.php/)

Referensi

Dokumen terkait

3.2 Mengenal teks cerita narasi sederhana kegiatan dan bermain di lingkungan dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan

Foto fragmentasi hasil peledakan Dengan melihat ukuran Fragmentasi atau boulder dari hasil peledakan di lapangan yaitu terdapat beberapaboulder yang berukuran maksimal

5 Ada pengaruh pada model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap hasil belajar aspek psikomotor siswa, disebabkan karena siswa mengalami sendiri secara langsung

Antena omni yang telah dibuat sudah memenuhi kriteria polarisasi dari sebuah antena Omni untuk frekuensi seluler GSM berdasarkan percobaan

PD disebut stabil bila respon waktunya tetap terbatas untuk forcing function yang terbatas r harus negatif, agar nilai e rt mengecil/terbatasi.. Jadi agar stabil, maka

Dengan demikian, efektivitas kegiatan ta’aruf di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon terhadap prestasi belajar mahasiswa smester II Jurusan

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi menopause di Dusun Karangploso Sitimulyo Piyungan Bantul,

[r]