205
FACTORS ASSOCIATED WITH ATTITUDE DISABILITIES IN ADOLESCENT SEXUAL PREMARITAL IN BANDA ACEH AND ACEH BESAR
Idwar*, Anita**
*
Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Aceh
**
Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Aceh Email: idwaredo@gmail.com
Email:
Abstrak: Sekitar 22% wanita dan 45% pria yang menerima hubungan seksual pranikah ternyata telah secara aktif pernah melakukan hubungan seksual. Tujuan Penelitian adalah Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap seksual pranikah remaja disabilitas. Penelitian dilaksanakan di Bukesra Banda Aceh dan YPAC Santan Aceh Besar pada tahun 2014. Penelitian bersifat analitik dengan pendekatan cross Sectional. Jumlah sampel 62 responden yaitu remaja yang mengalami tunanetra, tunadaksa, tunarunggu dan tunagrahita dalam keadaan cacat ringan. Tehnik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara teman sebaya dan usia remaja dengan sikap seksual pranikah dengan nilai p = 0,00 dan p= 0.03 (p <
0,05). Jenis kelamin tidak ada hubungan yang bermakna dengan sikap seksual pranikah dengan nilai p value > 0,05. Kesimpulannya adalah teman sebaya dan usia remaja memiliki hubungan dengan sikap seksual pranikah sedangkan jenis kelamin tidak terdapat hubungan yang bermakna. Sebagai saran Diharapkan bagi tempat penelitian dapat menerapkan kurikulum kesehatan reproduksi kedalam proses pembelajaran siswa di YPAC.
Kata kunci : Sikap Seksual Pranikah, Disabilitas, Teman Sebaya, Usia, Jenis Kelamin
ABSTRACT: Approximately 22% women and 45% of men who receive premarital sexual relations appeared to have actively had sexual intercourse. Objective of research To determine the factors associated with adolescent premarital sexual attitudes disabilities. The study was conducted in Bukesra Banda Aceh and Aceh Besar Santan YPAC in 2014. The analytical study with cross sectional approach.
Number of samples 62 people are adolescents who are blind, quadriplegic, tunarunggu and retarded in a state of mild disability. Sampling technique using purposive sampling. The Result showed Indicates that there is a relationship between peers and adolescence with premarital sexual attitudes with p = 0.00 and p = 0:03 (p
<0.05). Gender no meaningful relationship with premarital sexual attitudes with p value> 0.05. The Conclusion are Peers and adolescence had premarital sexual relations with an attitude while gender was not significant correlation. As Suggestion it is expected to be able to apply a study of reproductive health curriculum into the learning process of students in YPAC.
Keywords: Premarital Sexual Attitudes, Disability, Peers, Age, Gender.
PENDAHULUAN
Permasalahan seksual pada remaja yang terus meningkat pada masa pubertas akan menyebabkan banyak terjadinya konflik yang akan muncul.
Fase pubertas merupakan bagian yang sangat penting dalam perkembangan seksual seseorang karena pada fase ini organ seksual mulai berfungsi secara optimal. Perkembangan sikap seksual dalam hal menyukai lawan jenis mulai memuncak dan ada remaja yang pribadinya lebih banyak memikirkan masalah seksual serta ada juga yang kurang menyadari perasaan seksual tersebut dan lebih tertarik terhadap hal- hal yang lain. Perkembangan terhadap minat seksual ini disertai dengan rasa keingintahuan remaja yang besar tentang seksual. Jika rasa ingin tahu itu tidak diimbangi dengan pemahaman dan informasi yang jelas maka remaja akan membentuk sikap yang salah mengenai masalah seksual remaja.
1Hal ini menjadikan remaja sangat dekat dengan permasalahan seputar seksual.
Laporan Planned Parenthood Federation of America Inc (PPAF) 2004 tentang penilaian 1038 remaja penyandang cacat berumur 13-17 tahun terhadap hubungan di luar nikah adalah 16% dari remaja mengatakan sikap
setuju dalam melakukan hubungan seks di luar nikah, sedang 43% mengatakan tidak setuju melakukan hubungan seks di luar nikah.
2Faktor yang berpengaruh pada sikap seksual antara lain adalah faktor personal termasuk variabel seperti pengetahuan, gaya hidup, harga diri, kegiatan sosial, dan demografi yaitu usia, jenis kelamin, status religiusitas, suku dan perkawinan. Faktor lingkungan termasuk variabel seperti akses dan kontak dengan sumber, dukungan dan informasi, sosial budaya, nilai dan norma, sebagai dukungan sosial.
3Menurut Aunos et al,
4sikap seksual menyimpang akan menjadi berbagai permasalahan remaja penyandang cacat, yang disebabkan karena mereka tidak bisa mengekspresikan kebutuhan seksualnya.
4Hal ini juga dikatakan oleh Barbara et al.
5Penyandang cacat telah mengalami berbagai hambatan dalam penyesuaian sosial mereka dan penerimaan sosial, khususnya yang berkaitan dengan seksualitas.
5Berdasarkan masalah diatas, maka
penulis merasa penting melakukan
penelitian tentang ”Faktor-faktor yang
berhubungan dengan sikap seksual
pranikah pada remaja disabilitas di Sekolah Luar Biasa wilayah Banda Aceh dan Aceh Besar”
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Faktor- faktor apa saja yang berhubungan dengan sikap seksual pranikah pada remaja disabilitas di Sekolah Luar Biasa wilayah Banda Aceh dan Aceh Besar?” Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap seksual pranikah remaja disabilitas di Sekolah Luar Biasa wilayah Banda Aceh dan Aceh Besar
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan Desain cross sectional yaitu suatu penelitian dimana pengumpulan data dilakukan secara bersamaan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan sikap seksual pranikah remaja penyandang cacat di Sekolah Luar Biasa wilayah Banda Aceh dan Aceh Besar Tahun 2014.
6Penelitian ini dilakukan di Sekolah Luar Biasa Wilayah Kota Banda Aceh dan Aceh Besar yaitu yayasan Bina
Upaya Kesejahteraan Para Cacat (BUKESRA) Ulee Kareng dan Yayasan Penyandang Anak Cacat (YPAC) Santan Aceh Besar. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2014. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: Bersedia menjadi responden dan menandatangani informed consent.
Remaja yang mengalami tunanetra, tunadaksa, tunarunggu dan tunagrahita dalam keadaan cacat ringan. Sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah remaja dengan autis dan remaja yang sulit menjawab pertanyaan pada kuesioner. Tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan metode purposive sampling.
Data yang dikumpulkan adalah data primer. Data Primer dalam penelitian ini adalah data yang langsung didapatkan dari responden dengan cara menyebarkan kuesioner yang berisi pertanyaan tentang informasi yang diketahui sesuai dengan tujuan penelitian.
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner yang
berdasarkan telaah kepustakaan, berupa
pertanyaan tertutup untuk memperoleh
data yang perlu diketahui mengaenai
sikap seksual remaja disabilitas.
Setelah data terkumpul, dilakukan editing untuk mengetahui kelengkapan data. Selanjutnya dilakukan coding untuk memudahkan dalam melakukan
tabulasi data. Tabulasi data dilakukan sesuai dengan variabel yang diteliti untuk mempermudah dalam melakukan analisis menggunakan komputer.
HASIL PENELITIAN
Analisa bivariabel dilakukan untuk melihat hubungan sikap seksual dengan teman sebaya.
Tabel 1. Analisis Hubungan Teman Sebaya dgn Sikap Seksual Pranikah Remaja Disabilitas di Yayasan BUKESRA Banda Aceh & YPAC Santan Aceh Besar Tahun 2014.
Teman sebaya
Sikap seks Setuju Tdk setuju f % f %
Total % P
Ada 41 95,3 2 4,7 43 100
0,00 Tidak ada 5 26,3 14 73,7 19 100
Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukkan bahwa dari 43 responden dengan sikap seksual positif (setuju) mayoritas berada pada responden yang memiliki teman sebaya sebanyak 41 orang (95,3%) dan yang memiliki sikap
negatif (tidak setuju) sebanyak 2 orang (4,7%). Setelah dilakukan uji statistik diperoleh hasil yaitu terdapat hubungan antara teman sebaya dengan sikap seksual dengan p = 0,00 (p < 0,05).
Tabel 2. Analisis Hubungan Usia dgn Sikap Seksual Pranikah Remaja Disabilitas di Yayasan BUKESRA Banda Aceh & YPAC Santan Aceh Besar Tahun 2014.
Usia Sikap seks
Setuju tidak setuju f % f %
Total % P
Remaja Awal 1 16,7 5 83,3 6 100
Remaja Menengah 32 78,0 9 22,0 41 100 0,03 Remaja Akhir 13 86,7 2 13,3 15 100
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan responden dengan sikap seksual positif (setuju) mayoritas berada pada usia remaja menengah sebanyak 32 orang (78,0%) sedangkan
remaja akhir sebanyak 13 orang (86,7
%) dan remaja awal hanya 1 orang
(16.7%). Setelah dilakukan uji statistik
diperoleh hasil yaitu terdapat hubungan
antara usia dengan sikap seksual yaitu nilai p = 0,03 (p < 0,05).
Tabel 3. Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Sikap Seksual Pranikah Remaja Disabilitas di Yayasan BUKESRA Banda Aceh Dan YPAC Santan Aceh Besar Tahun 2014
Jenis Kelamin
Sikap seksual
Setuju Tidak setuju f % f %
Total % P
Laki-laki 29 82,9 6 17,1 35 100 0,08 perempuan 17 63,0 10 37,0 27 100
Berdasarkan tabel 3 di atas menunjukkan bahwa mayoritas jenis kelamin laki-laki memiliki sikap seksual positif (setuju) sebanyak 29 responden (82,9%). dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan
sebanyak 17 responden (63,0%).
Setelah dilakukan uji statistik diperoleh hasil yaitu tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan sikap seksual pranikah remaja dengan nilai p
= 0,08 (p > 0,05).
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan uji statistik diperoleh hasil yaitu terdapat hubungan antara teman sebaya dengan sikap seksual dengan p = 0,00 (p < 0,05).
Peran teman sebaya dalam pergaulan remaja memang sangatlah menonjol.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kusmiran
7mengenai hubungan peran teman dengan sikap remaja terhadap hubungan seksual pranikah.
7Sejalan dengan meningkatnya minat individu dalam persahabatan serta keikutsertaan dalam kelompok. Sebagai akibatnya, mereka akan merasa senang apabila diterima atau sebaliknya akan merasa tertekan dan cemas apabila di keluarkan
dan diremehkan oleh teman-teman sebayanya. Bagi remaja disabilitas teman-teman terhadap dirinya merupakan hal yang paling penting.
Maka, dapatlah dimengerti bahwa
pengaruh teman sebaya pada sikap,
pembicaraan, minat, penampilan, dan
perilaku lebih besar daripada pengaruh
keluarga .
8Menurut Widyastuti,
9ada
beberapa faktor yang paling
mempengaruhi remaja melakukan
hubungan seksual antara lain karena
pengaruh teman sebaya atau pacar,
punya teman yang setuju dengan
hubungan seks pranikah. Ketiga, punya
teman yang mendorong untuk
melakukan seks pranikah.
9Menurut asumsi peneliti, hubungan teman sebaya dengan sikap seksual pranikah yang positif dapat terjadi karena remaja sangat mudah mengikuti dan terpengaruh dengan teman sebayanya. Bagi remaja teman sangat berperan penting dalam kehidupan sehari-harinya. Begitu juga pada responden peneliti yang tinggal di asrama. Hal ini memiliki hubungan yang kuat, dan dapat kita lihat dari jawaban responden terbanyak yang mengatakan bahwa ada diantara teman mereka yang telah melakukan hubungan seksual bahkan ada yang menjawab bahwa responden ingin mengikuti teman mereka yang memiliki pacar. Banyaknya responden yang memiliki pacar juga menjadi penyebab adanya hubungan dengan sikap seksual.
Usia juga terdapat hubungan yang bermakna dengan sikap seksual pranikah remaja dengan nilai p value <
0,05. Setelah dilakukan uji statistik diperoleh hasil yaitu terdapat hubungan antara usia dengan sikap seksual yaitu nilai p = 0,03 (p < 0,05). Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryoputro yang mengatakan bahwa usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seksual. Penelitian ini mempunyai
hubungan yang bermakna karena usia remaja normal tidak berbeda dengan usia remaja penyandang cacat.
3Hasil penelitian ini juga didukung oleh teori Sarwono, kematangan seksual dipengaruhi oleh Usia, perubahan fisik pada remaja mempengaruhi kematangan seksual. Diberbagai masyarakat ada kecenderungan penurunan usia kematangan seksual.
Pada gilirannya, penurunan usia kematangan ini akan diikuti oleh meningkatnya aktivitas seksual pada usia dini. Berdasarkan hasil penelitian tentang usia hubungan seks pertama pada tahun 1998 di Jakarta oleh Iskandar, usia 13-18 tahun dengan proporsi 18% sedangkan di Manado oleh Utomo, usia dibawah 16 tahun dengan proporsi 90,1%.
10Menurut asumsi peneliti, hubungan
usia dengan sikap seksual pranikah
remaja penyandang cacat karena usia
tidak akan berpengaruh dengan
kecacatan seseorang. Usia akan terus
bertambah walaupun seseorang
memiliki kecacatan. Untuk itu
pertumbuhan dan perkembangan organ
seksual juga tidak dapat dihindari oleh
remaja cacat. Begitu juga dengan
remaja normal lainnya, remaja cacat
juga memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi dan mencoba pada hal-hal yang baru. Remaja akan mencoba melakukan apapun yang menurut mereka menyenangkan.
Jenis kelamin tidak ada hubungan yang bermakna dengan sikap seksual pranikah remaja karena nilai p value >
0,05. Setelah dilakukan uji statistik diperoleh hasil yaitu tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan sikap seksual pranikah remaja dengan nilai p = 0,08 (p > 0,05). Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zuo,
11yang mengatakan bahwa pria lebih menunjukkan sikap setuju dalam melakukan hubungan seksual daripada wanita.
11Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian Kusmiran,
7Remaja laki-laki berpeluang 1,9 kali lebih besar untuk bersikap setuju mengenai hubungan seksual pranikah dibandingkan remaja perempuan.
Rentang umur remaja 15-19 tahun berpeluang 0,5 kali lebih kecil bersikap setuju mengenai hubungan seksual pranikah dibandingkan umur 20-24 tahun. Sikap setuju mengenai hubungan seksual pranikah lebih rendah bagi responden perempuan dibandingkan dengan responden laki- laki. Hal ini dimungkinkan karena
remaja perempuan lebih banyak mengalami akibat yang merugikan dari hubungan seksual pranikah. Remaja laki-laki lebih memiliki kecenderungan bersikap setuju mengenai hubungan seksual pranikah.
7Menurut asumsi peneliti, penelitian ini tidak mempunyai hubungan yang bermakna karena jenis kelamin tidak menentukan sikap seksual seseorang.
Karena sikap seksual seseorang lebih dipengaruhi oleh hormonal yang terdapat didalam tubuh, baik laki-laki maupun perempuan. Begitu juga pada remaja penyandang cacat, pertumbuhan dan perkembangan mental berjalan sesuai dengan usia dan jenis kelamin masing-masing remaja. Hal ini dapat kita lihat pada jawaban responden baik laki-laki maupun perempuan yang mengatakan bahwa senang ketika melihat gambar porno dan setuju jika hanya bergandengan serta berpelukan ketika bersama dengan pacar.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan tujuan penelitian,
hipotesis serta hasil dari penelitian,
maka dapat disimpulkan bahwa: ada
hubungan yang sangat bermakna antara
teman sebaya dengan sikap seksual
dengan p = 0,00 (p < 0,05), Usia
dengan sikap seksual dengan nilai p = 0,03 (p < 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak ada hubungan yang bermakna dengan sikap seksual pranikah remaja penyandang cacat dengan nilai p value
> 0,05.
Saran dalam penelitian ini yaitu bagi tempat penelitian hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pendidikan tentang kesehatan reproduksi bagi remaja khususnya remaja disabilitas, misalnya dengan membuat program pelajaran khusus atau kurikulum yang membahas masalah kesehatan reproduksi remaja untuk mencegah sikap seksual beresiko pada remaja khususnya remaja disabilitas. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan dengan topik kekerasan seksual pada remaja disabilitas.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan Terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penelitian ini. Direktur Poltekkes Kemenkes Aceh, Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Aceh, pihak editorial Jurnal Kesehatan Reproduksi Kemenkes RI,, Tempat penelitian YPAC Santan Aceh Besar
dan BUKESRA Banda Aceh, Seluruh responden yang terlibat dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
1
Mussen, P.H, Conger, J.J, Kagan, J, Huston, A. C. Psikologi Perkembangan dan Kepribadian Anak.1992. Alih Bahasa: F.X Budiyanto. Jakarta: Arcan
2
Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya.
2007. Jakarta.
3
Suryoputro, A.” Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja di jawa tengah:
implikasinya terhadap kebijakan dan layanan kesehatan seksual dan reproduksi”. 2007 Makara Kesehatan. 2006; 10(4)29-40.
4
Aunos, M a & M. A. Feldman.
Attitudes towards Sexuality, Sterilization and Parenting Rights of Persons with Intellectual Disabilities. J Adolesc Health, 2002; 15: 285–296.
5
Barbara A. Cromer, Enrile,B. McCoy, K. Gerhardstein, MJ. Knowledge, Attitudes And Behavior Related To Sexuality In Adolescents With Chronic Disability. J Adolesc Health, 1990;15: 185–194
6
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika.
2011. Jakarta.
7
Kusmiran, E. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. 2012.
Jakarta: Salamba Medika.
8
Santrock, J.W. Remaja, Edisi Kesebelas.Jilid 1, 2007. Jakarta:
Erlangga.
9
Widyastuti, E.S. Personal dan Sosial yang Memengaruhi Sikap Remaja terhadap Hubungan Seks Pranikah. Jurnal Promosi /Kesehatan Indonesia 2010 Vol. 4 No. 2.
10
Sarwono W.S. Psikologi Remaja.
(Edisi Revisi). 2011. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
11