16
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN WANITA USIA REPRODUKTIF UNTUK MELAKUKAN INSPEKSI VISUAL DENGAN ASAM ASETAT DI KELURAHAN KINILOW KECAMATAN TOMOHON UTARA
Anggreany T. C. Pamaruntuan*, Grace D. Kandou**, Billy J. Kepel*** *Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi
**Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi *** Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
ABSTRAK
Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) merupakan metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan asam asetat. Di Indonesia kanker leher rahim merupakan jenis kanker terbanyak yang diderita perempuan Indonesia. Rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat, sikap, dukungan suami dan dukungan petugas kesehatan termasuk dalam faktor yang mempengaruhi rendahnya capaian deteksi dini kanker leher rahim. Metode yang digunakan yaitu kuantitatif. Jenis penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Mei 2017. Responden dalam penelitian ini adalah wanita usia 25-65 tahun yang tinggal di Kelurahan Kinilow Kecamatan Tomohon Utara yang berjumlah 201 orang dengan teknik pengambilan sampel yaitu simple random sampling. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Hasil penelitian di analisis menggunakan uji statistik chi square (x2) dan uji Fisher Exact dengan CI = 95% pada tingkat kesalahan 5% ( = 0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara pengetahuan dengan tindakan wanita usia reproduktif untuk melakukan pemeriksaan IVA, terdapat hubungan antara sikap wanita usia reproduktif dengan tindakan untuk melakukan pemeriksaan IVA, tidak terdapat hubungan antara dukungan suami dengan tindakan wanita usia reproduktif untuk melakukan pemeriksaan IVA, dan terdapat hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan tindakan untuk melakukan pemeriksaan IVA. Sikap merupakan variabel yang paling kuat hubungannya dengan tindakan wanita usia reproduktif untuk melakukan pemeriksaan IVA.
Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Dukungan suami, Dukungan petugas kesehatan, Tindakan untuk melakukan pemeriksaan IVA.
ABSTRACT
Visual Inspection with Acetic Acid (IVA) is an examination method by applying cervix or cervix with acetic acid. In Indonesia cervical cancer is the most cancer type suffered by Indonesian women. Low awareness and community knowledge, attitudes, support of husbands and support of health workers are included in factors that affect the low achievement of early detection of cervical cancer. The method used is quantitative. Type of descriptive analytic research with cross sectional study approach. The study was conducted from March to May 2017. Respondents in this study were women aged 25-65 years who lived in Kelilow Subdistrict Tomohon North District, amounting to 201 people with sampling technique is simple random sampling. Instruments in this study using questionnaires. The results of the analysis used chi square statistical test (x2) and Fisher Exact test with CI = 95% at error rate 5% ( = 0,05). The conclusion of this research is there is correlation between knowledge with action of woman of reproductive age to perform IVA examination, there is correlation between woman attitude of reproductive age with action to perform IVA examination, there is no relation between husband support with woman action of reproductive age to perform IVA examination, and There is a link between health care support and action to perform IVA examinations. Attitudes are the most powerful variables associated with the actions of women of reproductive age to perform IVA examinations.
Keywords: Knowledge, Attitude, Husband Support, Healthcare Support, Action to perform IVA examination.
17 PENDAHULUAN
Berdasarkan agenda PBB pertemuan tingkat tinggi tentang penyakit menular di New York, para pembuat kebijakan
merekomendasikan skrining kanker
serviks menggunakan IVA dan
pengobatan lesi pra-kanker sebagai “best buy” untuk diterapkan dalam pengaturan perawatan primer di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (Anonim, 2011). Di seluruh dunia Sekitar 270.000 wanita meninggal karena kanker serviks setiap tahunnya dan lebih dari 85% dari kematian ini terjadi di negara berpendapatan rendah dan menengah (Anonim, 2016a). Di Asia Pasifik, setiap tahun ditemukan sekitar 266.000 kasus kanker serviks, 143.000 di antaranya meninggal dunia di usia produktif (Anonim, 2010).
Sampai dengan januari 2014, jumlah perempuan seluruh Indonesia umur reproduktif adalah 36.761.000 orang. Sejak tahun 2007-2013 deteksi dini yang telah dilakukan sebanyak 644.951 orang (1,75%) dengan jumlah Inspeksi Visual dengan Asam Asetat 3-5% positif berjumlah 28.850 orang (4,47%) (Anonim, 2014). Berdasarkan data rutin Subdit Kanker Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular
(PPTM), Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan RI, sampai dengan tahun 2013 program
deteksi dini kanker serviks dan kanker payudara baru diselenggarakan pada 717 Puskesmas dari total 9.422 Puskesmas di 32 provinsi. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa puskesmas yang memiliki program deteksi dini masih sangat sedikit atau sekitar 7,6% (Anonim, 2015a).
Di Sulawesi Utara pada tahun 2013 prevalensi jumlah penderita kanker sebesar 1.7% dengan jumlah penderita kanker serviks sebesar 1.4%. Estimasi jumlah kasus, jumlah provider, jumlah trainer dan skrining kanker serviks, untuk provinsi Sulawesi Utara terdapat 1.615 estimasi jumlah kasus, 0 provider, 21.833 skrining dan 6 trainer. Provider deteksi dini terbanyak berada pada provinsi DKI
Jakarta, Jawa Tengah dan Bali,
sedangkan dibeberapa provinsi seperti Kalimantan dan Sulawesi Utara belum ada provider deteksi dini sementara jumlah penderita kanker di propinsi tersebut cukup tinggi (Anonim, 2015a). Di kota Tomohon jumlah perempuan usia
reproduktif yang melakukan
pemeriksaan leher rahim dan payudara pada tahun 2016 sebesar 187 orang (Anonim, 2016b), dimana jumlah tersebut lebih sedikit bila dibandingkan dengan
kabupaten Minahasa Selatan yang
jumlahnya sebesar 203 orang (Anonim, 2016c).
Penelitian yang dilakukan oleh Wahidin (2014) menunjukkan bahwa sampai tahun 2014, program deteksi dini
18
kanker payudara dan kanker leher rahim telah berjalan pada 1.986 puskesmas di 304 kabupaten/kota yang berada di 34 provinsi di Indonesia. Pelatih (trainer) deteksi dini berjumlah 430 orang terdiri dari dokter spesialis obstetri dan ginekologi subspesialis onkologi, dokter
bedah, dokter umum dan bidan.
Sedangkan pelaksana (provider) deteksi dini di puskesmas berjumlah 4.127 orang, yang terdiri dari 2.671 bidan dan 1.456 dokter umum. Untuk cakupan dan hasil, skrining telah dilakukan terhadap 904.099 orang (2,45%), hasil IVA positif sebanyak 44.654 orang (4,94%), suspect kanker leher rahim sebanyak 1.056 orang (1,2 per 1.000 orang), dan tumor payudara sebanyak 2.368 orang (2,6 per 1.000 orang).
Menurut WHO, wanita berusia antara 25 dan 65 tahun hendaknya menjalani skrining tes untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan awal. Akan tetapi terdapat banyak hal yang
mempengaruhi rendahnya capaian
deteksi dini kanker leher rahim, mulai
dari rendahnya kesadaran dan
pengetahuan masyarakat, ketakutan para wanita terhadap pemeriksaan, belum adanya program deteksi dini massal yang terorganisasi secara maksimal, sulitnya suami untuk mengizinkan istrinya menjalani pemeriksaan, serta faktor
kultural dimasyarakat seperti
kepercayaan terhadap pengobatan
tradisional yang belum terbukti secara ilmiah (Anonim, 2014).
Perempuan memerlukan
pengetahuan untuk menjalani
multiperannya. Pengetahuan tersebut diperlukan untuk memelihara diri dan keluarganya tetap dalam keadaaan sehat dan sejahtera. Perempuan memiliki
jadwal rutin untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan mandiri secara berkala, yaitu per minggu, per bulan, atau
per tahun. Para suami memiliki
kontribusi dalam memicu permasalahan kesehatan perempuan, terutama untuk mengambil keputusan bagi perempuan
dalam memenuhi kebutuhan
kesehatannya. Petugas kesehatan sebagai pemberi layanan kesehatan juga memiliki peran penting. Edukasi kesehatan yang diberikan kepada perempuan untuk memfasilitasi kesehatan reproduksi meliputi memberikan informasi kepada perempuan untuk dapat mengidentifikasi berbagai faktor risiko penyakit, mempromosikan pentingnya deteksi dini, dan memberikan konseling (Afiyanti dan Pratiwi, 2016).
Penelitian yang dilakukan oleh
Rahma dan Prabandari (2012)
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pendidikan, pengetahuan, dan dukungan keluarga dengan minat WUS dalam melakukan pemeriksaan IVA. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Gustiana dkk (2014) yang menunjukkan
19
terdapat hubungan antara pengetahuan dan dukungan sosial dengan perilaku pencegahan kanker serviks.
Tahun 2016, di puskesmas Tinoor hanya terdapat 12 wanita yang melakukan pemeriksaan leher rahim.
Jumlah tersebut lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah
pemeriksaan di puskesmas Kakaskasen yaitu sebesar 60 orang dan puskesmas Taratara sebesar 63 orang (Anonim, 2016b). Hasil survei yang dilakukan peneliti dengan mewawancarai 5 orang ibu yang sudah menikah usia 25-65 tahun
di Kelurahan Kinilow Kecamatan
Tomohon Utara didapatkan bahwa dari 5 orang ibu tersebut semuanya belum pernah melakukan deteksi dini kanker serviks. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan wanita usia reproduktif untuk
melakukan pemeriksaan IVA di
Kelurahan Kinilow Kecamatan Tomohon Utara.
METODE
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study (studi
potong lintang). Penelitian ini
dilaksanakan di Kelurahan Kinilow Kecamatan Tomohon Utara pada wanita usia reproduktif (25-65 tahun) pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2017.
Populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang sudah menikah usia 25-65 tahun dan tinggal di Kelurahan Kinilow yang berjumlah 440 orang dengan teknik
pengambilan sampel yaitu simple
random sampling (n = 201 orang). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pengetahuan, sikap, dukungan suami dan dukungan petugas kesehatan sedangkan variabel terikat yaitu tindakan untuk melakukan pemeriksaan IVA. Metode pengumpulan data menggunakan data primer yaitu data yang didapatkan langsung dari responden dan data sekunder yaitu data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan dan Sosial Kota
Tomohon, Puskesmas Tinoor dan
Kelurahan Kinilow. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer yang meliputi analisis univariat, bivariat dan multivariat.
Analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karateristik variabel bebas dan variabel terikat. Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang di duga berhubungan. Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, dukungan suami, dan dukungan petugas kesehatan dengan tindakan untuk melakukan pemeriksaan IVA dengan menggunakan uji statistic
chi square (x2) dan uji Fisher Exact dengan CI = 95% pada tingkat kesalahan
20
5% ( = 0,05). Analisis multivariat dilakukan menggunakan uji regresi logistik yaitu untuk melihat variabel
bebas yang paling kuat hubungannya dengan variabel terikat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Analisis Univariat
Tabel 1. Distribusi frekuensi karakterisitik responden
Karakteristik n % Umur (tahun) 25-49 > 50 Pendidikan SD SMP SMA PT Pekerjaan Tidak bekerja Bekerja
Pernah melakukan deteksi dini kanker serviks
Ya Tidak Pengetahuan Baik Kurang baik Sikap Baik Kurang baik Dukungan suami Baik Kurang baik
Dukungan petugas kesehatan
Baik
Kurang baik
Tindakan pemeriksaan IVA
Baik Kurang baik 133 68 66 62 67 6 80 121 10 191 80 121 81 120 95 106 38 163 48 153 19,4 33,8 33 31 33 3 39,8 60,2 5 95 39,8 60,2 40,3 59,7 47,3 52,7 18,9 81,1 23,9 76,1 Jumlah 201 100,0
Responden pada kelompok umur 25-49 tahun sebanyak 133 orang (66,2%) dan kelompok umur > 50 tahun sebanyak 68 orang (33,8%). Umur merupakan variabel yang penting karena angka
kesakitan dan kematian dapat
menunjukkan suatu hubungan dengan
umur. Umur juga mempengaruhi status kesehatan karena ada kecenderungan penyakit menyerang umur tertentu (Maryani dan Muliani, 2010). Penentuan usia 25-65 tahun diambil berdasarkan rekomendasi dari WHO yaitu wanita berusia antara 25 dan 65 tahun
21
hendaknya menjalani tes skrining untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan awal. Secara teori, salah satu faktor risiko kanker leher rahim adalah menikah atau mulai melakukan aktifitas seksual di usia muda < 20 tahun (Anonim, 2013b). Wanita yang berusia dibawah 25 tahun dan tidak pernah berhubungan badan hampir tidak pernah terkena kanker serviks dan tidak perlu di skrining (Anonim, 2010). Adapun wanita usia lanjut berusia 70 tahun atau lebih tidak perlu melakukan skrining jika memiliki hasil normal pada skrining terakhir (Afiyanti dan Pratiwi, 2016). Penelitian yang dilakukan oleh Hakimah (2017) menyimpulkan bahwa wanita pasangan usia subur yang mempunyai usia menikah > 20 tahun mempunyai peluang untuk melakukan tindakan pemeriksaan Pap-Smear.
Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini terdiri dari SD, SMP, SMA, dan PT. Responden dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 66 orang (33%), SMP sebanyak 62 orang (31%), SMA sebanyak 67 orang (33%) dan PT
sebanyak 6 orang (3%). Secara
keseluruhan, responden dengan tingkat pendidikan SD, SMP, SMA, maupun PT
hampir semuanya belum pernah
mendapatkan informasi atau edukasi kesehatan tentang pemeriksaan IVA.
Padahal pendidikan kesehatan
merupakan proses menjembatani antar
informasi kesehatan dan tindakan kesehatan (Achmadi, 2014). Penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh
Sukamti dkk (2013) menunjukan bahwa terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu dalam deteksi dini kanker serviks dengan IVA. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Nasihah dan Lorna (2013) dimana penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pendidikan dengan pelaksanaan deteksi dini kanker servik melalui IVA.
Responden yang tidak bekerja
sebanyak 80 orang (39,8%) dan
responden yang bekerja sebanyak 121
orang (60,2%). Pekerjaan juga
merupakan salah satu variabel yang sering dilihat hubungannya dengan angka kesakitan atau kematian, dimana jenis pekerjaan dapat menyebabkan timbulnya penyakit melalui beberapa cara yaitu adanya faktor risiko di lingkungan kerja (Maryani dan Muliani, 2010). Dalam penelitian ini, responden yang tidak bekerja hampir semuanya tidak pernah mendengar tentang pemeriksaan IVA dibandingkan dengan responden yang
memiliki pekerjaan. Penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh
Sulistiowati dan Sirait (2014)
menunjukkan bahwa pegawai
(PNS/Swasta/TNI) mempunyai proporsi pengetahuan yang baik lebih tinggi dibandingkan dengan ibu rumah tangga
22
maupun pekerja lainnya. Kelompok ibu rumah tangga/pembantu rumah tangga dan wiraswasta juga mempunyai proporsi pengetahuan buruk yang paling tinggi. Jenis pekerjaan dalam hal ini juga mempunyai hubungan yang bermakna dengan tingkat pengetahuan.
Responden yang sudah pernah melakukan deteksi dini kanker serviks sebanyak 10 orang (5%) dan yang belum pernah melakukan deteksi dini kanker serviks sebanyak 191 orang (95%). Kasus kanker yang ditemukan pada stadium dini serta mendapat pengobatan yang cepat dan tepat akan memberikan kesembuhan dan harapan hidup lebih lama (Anonim, 2015a) dengan tingkat kesembuhan 30% lebih tinggi (Afiyanti dan Pratiwi, 2016). Hasil wawancara dengan responden saat ditanyakan kenapa belum pernah melakukan deteksi dini kanker serviks, kebanyakan dari mereka menjawab tidak tahu kalau di Puskesmas Tinoor melayani pemeriksaan IVA. Bagi responden yang sudah pernah melakukan pemeriksaan, kebanyakan
dari mereka adalah kader-kader
kesehatan yang berada di Kelurahan
Kinilow. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa kesadaran responden untuk melakukan deteksi dini masih sangat rendah dipengaruhi juga dengan pengetahuan mereka yang masih kurang. Penelitian ini didukung oleh penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh J. E.
Marie dkk (2009) yang menunjukkan bahwa 24 responden mengindikasikan
pernah memeriksakan pap-smear
sebelumnya. Responden yang belum memeriksakan sebanyak 7 responden dengan alasan mereka belum mengetahui tentang kanker serviks, jarak ke fasilitas
kesehatan, kekurangan uang, dan
tertunda untuk melakukan pemeriksaan. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan, tingkat pengetahuan
responden mengenai pemeriksaan IVA sebanyak 80 orang (39,8%) memiliki pengetahuan yang baik dan 121 orang (60,2%) memiliki pengetahuan yang
kurang baik. Tanpa pengetahuan
seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi (Achmadi, 2014). sebagian besar wanita usia 25-65 tahun yang tinggal di Kelurahan Kinilow kurang mengetahui
tentang pemeriksaan IVA. Saat
dilakukan wawancara hampir seluruh responden mengatakan mereka belum pernah mendengar informasi tentang pemeriksaan IVA. Berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Pangesti dkk (2012), distribusi frekuensi
responden berdasarkan tingkat
pengetahuan WUS yang telah melakukan pemeriksaan IVA menunjukkan bahwa prosentase tertinggi adalah responden yang berpengetahuan cukup sebesar 43,4% dan prosentase terendah adalah
23
WUS yang memiliki pengetahuan baik sejumlah 27.6%.
Sikap responden mengenai
pemeriksaan IVA 81 orang (40,3%) memiliki sikap yang baik dan 120 orang (59,7%) memiliki sikap yang kurang baik. Terdapat beberapa responden yang
mengatakan apabila mengalami
keputihan yang banyak dan terus menerus atau mengalami perdarahan setelah berhubungan seksual, responden tersebut tidak akan berpikir kemungkinan itu adalah gejala kanker leher rahim
dengan alasan mungkin saja itu
disebabkan karena stress, bahkan ada
yang mengatakan jika mengalami
keputihan yang banyak bisa saja itu karena sering memakan mentimun. Selain itu, beberapa responden juga mengatakan bahwa bagi mereka yang sudah menikah dibawah usia 20 tahun tidak perlu takut untuk terkena kanker serviks karena dapat mengambil contoh dari orang tua yang dahulunya menikah sebelum usia 20 tahun namun sampai saat ini tidak terkena kanker serviks. Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Adi (2011) yang menunjukkan terdapat korelasi antara sikap dan norma subjektif dengan intensi memeriksakan deteksi kanker serviks.
Dukungan suami mengenai
pemeriksaan IVA 95 orang (47,3%) memiliki dukungan suami yang baik dan
106 orang (52,7%) memiliki dukungan suami yang kurang baik. Dinamika keluarga merupakan proses dimana keluarga melakukan fungsi keluarga, seperti mengambil keputusan, memberi dukungan kepada anggota keluarganya,
dan melakukan koping terhadap
perubahan dan tantangan hidup sehari-hari (Maryani dan Muliani, 2010). Dalam penelitian ini rata-rata semua responden menjawab suami mereka mengijinkan untuk melakukan pemeriksaan IVA, bersedia memberikan biaya, bersedia mengantarkan istrinya untuk melakukan pemeriksaan IVA, dan bersedia menjaga anak apabila istri pergi untuk melakukan pemeriksaan IVA. Namun terdapat juga beberapa responden yang suaminya tidak bisa mengantarkan dan menjaga anak dikarenakan suami harus bekerja. Penelitian yang dilakukan oleh Wigati dan Nisak (2017) menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara peran dukungan keluarga dengan pengambilan keputusan untuk melakukan deteksi dini kanker serviks.
Responden yang memiliki
dukungan petugas kesehatan yang baik sebesar 38 orang (18,9%) dan responden
yang memiliki dukungan petugas
kesehatan kurang baik sebesar 163 orang (81,1%). Hampir semua responden mengatakan tidak pernah menerima penyuluhan dari petugas kesehatan mengenai pemeriksaan IVA, apalagi
24
untuk mengajak, menjemput, dan
memberikan informasi tentang jadwal
pelayanan pemeriksaan IVA di
Puskesmas. Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pratiwi (2016), dimana
penelitian tersebut menunjukkan
sebagian besar WUS pernah
mendapatkan konseling dari
bidan/petugas kesehatan mengenai IVA. Responden yang bersedia untuk melakukan pemeriksaan IVA sebesar 48 orang (23,9%) dan yang tidak bersedia
untuk melakukan pemeriksaan IVA sebesar 153 orang (76,1%). Dalam penelitian ini Beberapa responden mengatakan tidak siap untuk menerima hasil pemeriksaan apabila hasilnya adalah positif. Hal inilah yang merupakan salah satu faktor penghambat deteksi dini kanker serviks yang
mempengaruhi rendahnya capaian
deteksi dini kanker leher rahim yaitu
ketakutan para wanita terhadap
pemeriksaan (Anonim, 2014).
2. Hasil Analisis Bivariat
Tabel 2. Hubungan antara pengetahuan wanita usia reproduktif dengan tindakan untuk melakukan pemeriksaan IVA di Kelurahan Kinilow Kecamatan Tomohon Utara Pengetahuan Tindakan Total p OR CI 95% Ya Tidak n % n % n % 0,000 4,37 2,19-8,72 Baik 32 40 48 60 80 100 Kurang baik 16 13 105 87 121 100 Total 48 24 153 76 201 100
Tabel 2 menunjukan responden yang memiliki pengetahuan baik dengan tindakan bersedia untuk melakukan pemeriksaan IVA sebanyak 32 orang (40%) dan yang tidak bersedia untuk melakukan pemeriksaan IVA sebanyak 48 orang (60%). Adapun responden yang memiliki pengetahuan yang kurang baik
dengan tindakan bersedia untuk
melakukan pemeriksaan IVA sebanyak 16 orang (13%) dan yang tidak bersedia untuk melakukan pemeriksaan IVA sebanyak 105 orang (87%). Terdapat
hubungan antara pengetahuan dengan tindakan wanita usia reproduktif untuk
melakukan pemeriksaan IVA di
Kelurahan Kinilow Kecamatan Tomohon Utara (p = 0,000, OR = 4,37, CI 95% = 2,19 – 8,72). Menurut peneliti hal tersebut mungkin dikarenakan mereka merasa malu untuk memeriksakan diri, dimana hal tersebut sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa sebagian besar
orang merasa risih membicarakan
masalah seksual yang dirasakan dan
25
dianggap tabu untuk dibicarakan
(Afiyanti dan Pratiwi, 2016). Penelitian lain juga dilakukan oleh Wahyuningsih (2015) dimana penelitian tersebut menunjukan terdapat hubungan yang
signifikan antara pengetahuan ibu
tentang kanker serviks dengan
keikutsertaan melakukan IVA.
Tabel 3. Hubungan antara sikap wanita usia reproduktif dengan tindakan untuk melakukan pemeriksaan IVA di Kelurahan Kinilow Kecamatan Tomohon Utara
Sikap Tindakan Total p OR CI 95% Ya Tidak n % n % n % 0,000 9,72 4,45-21,22 Baik 38 47 43 53 81 100 Kurang baik 10 8 110 92 120 100 Total 48 24 153 76 121 100
Tabel 3 menunjukan responden yang memiliki sikap baik dengan tindakan bersedia untuk melakukan pemeriksaan IVA sebanyak 38 orang (47%) dan yang tidak bersedia untuk melakukan pemeriksaan IVA sebanyak 43 orang (53%). Adapun responden yang memiliki sikap yang kurang baik dengan tindakan bersedia untuk melakukan pemeriksaan IVA sebanyak 10 orang (8%) dan yang tidak bersedia untuk melakukan pemeriksaan IVA sebanyak 110 orang (92%). Terdapat hubungan antara sikap wanita usia reproduktif dengan tindakan untuk melakukan
pemeriksaan IVA di Kelurahan Kinilow Kecamatan Tomohon Utara (p = 0,000, OR = 9,72, CI 95% = 4,45 – 21,22). Menurut peneliti hal ini mungkin dipengaruhi oleh tingkat sosial ekonomi sehingga responden yang memiliki sikap yang baik tidak melakukan tindakan untuk melakukan pemeriksaan IVA. Untuk mencari pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan, responden memerlukan
biaya berupa biaya transportasi untuk
memenuhi kebutuhannya tersebut
dikarenakan Puskesmas yang melayani pemeriksaan IVA memiliki jarak yang cukup jauh dari Kelurahan Kinilow. Tabel 4. Hubungan antara dukungan suami dengan tindakan wanita usia reproduktif untuk
melakukan pemeriksaan IVA di Kelurahan Kinilow Kecamatan Tomohon Utara Dukungan suami Tindakan Total p OR CI 95% Ya Tidak n % n % n % 0,508 1,28 0,67-2,46 Baik 25 26 70 74 95 100 Kurang baik 23 21 83 79 106 100 Total 48 24 153 76 201 100
Tabel 4 menunjukan responden yang memiliki dukungan suami baik
dengan tindakan bersedia untuk
26
25 orang (26%) dan yang tidak bersedia untuk melakukan pemeriksaan IVA sebanyak 70 orang (74%). Adapun responden yang memiliki dukungan suami kurang baik dengan tindakan bersedia untuk melakukan pemeriksaan IVA sebanyak 23 orang (21%) dan yang
tidak bersedia untuk melakukan
pemeriksaan IVA sebanyak 83 orang (79%). Tidak terdapat hubungan antara dukungan suami dengan tindakan wanita usia reproduktif untuk melakukan pemeriksaan IVA di Kelurahan Kinilow Kecamatan Tomohon Utara (p = 0,508, OR = 1,28, CI 95% = 0,67 – 2,46). Menurut peneliti terdapat faktor lain yang
mempengaruhi responden dalam
melakukan pemeriksaan IVA. Hal
tersebut mungkin dikarenakan akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari Kelurahan Kinilow ke Puskesmas Tinoor dapat dikatakan cukup sulit. Penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suyami (2017) yang menunjukkan terdapat hubungan positif antara dukungan suami dengan partisipasi pemeriksaan IVA pada ibu wanita usia subur, sehingga semakin baik dukungan suami maka semakin tinggi partisipasi ibu WUS melakukan pemeriksaan IVA.
Tabel 5. Hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan tindakan untuk melakukan pemeriksaan IVA pada wanita usia reproduktif di Kelurahan Kinilow
Dukungan petugas kesehatan Tindakan Total p OR CI 95% Ya Tidak n % n % n % 0,022 2,56 1,20-5,46 Baik 15 40 23 60 38 100 Kurang baik 33 20 130 80 163 100 Total 48 24 153 76 201 100
Tabel 5 menunjukan responden
yang memiliki dukungan petugas
kesehatan baik dengan tindakan bersedia untuk melakukan pemeriksaan IVA sebanyak 15 orang (40%) dan yang tidak bersedia untuk melakukan pemeriksaan IVA sebanyak 23 orang (60%). Adapun responden yang memiliki dukungan petugas kesehatan kurang baik dengan tindakan bersedia untuk melakukan pemeriksaan IVA sebanyak 33 orang (20%) dan yang tidak bersedia untuk
melakukan pemeriksaan IVA sebanyak 130 orang (80%). Terdapat hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan tindakan wanita usia reproduktif untuk melakukan pemeriksaan IVA di Kelurahan Kinilow Kecamatan Tomohon Utara (p = 0,022, OR = 2,56, CI 95% = 1,20 – 5,46). Menurut peneliti, aktivitas promosi kesehatan yang dilakukan petugas kesehatan belum berjalan dengan baik, dimana hal ini didukung oleh pengetahuan masyarakat yang masih
27
kurang mengenai pemeriksaan IVA. Penelitian ini didukung oleh penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh
Tejawati dkk (2014) dimana promosi
kesehatan tentang kanker serviks yang
dilakukan kepada 31 responden
mempunyai pengaruh yang positif
terhadap minat pemeriksaan IVA.
3. Hasil Analisis Multivariat
Tabel 6. Hasil analisis hubungan antara variabel bebas (secara bersama-sama) dengan tindakan wanita usia reproduktif untuk melakukan pemeriksaan IVA di Kelurahan Kinilow Kecamatan Tomohon Utara
Variabel B p value OR 95% CI Sikap Pengetahuan 2,274 -0,259 0,000 0,632 11,80 0,77 4,45-21,22 0,26-2,23 Hasil akhir analisis didapatkan variabel
sikap adalah variabel yang paling kuat hubungannya dengan tindakan wanita usia reproduktif untuk melakukan pemeriksaan IVA setelah dikontrol oleh variabel pengetahuan dengan nilai OR sebesar 11,80 yang berarti bahwa wanita yang memiliki sikap baik mempunyai peluang sebesar 11 kali lebih besar untuk
melakukan pemeriksaan IVA
dibandingkan dengan wanita yang
memiliki sikap yang kurang baik. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kurniawati (2015) menunjukkan terdapat pengaruh pengetahuan terhadap perilaku pemeriksaan IVA, terdapat pengaruh motivasi ibu terhadap perilaku pemeriksaan IVA, dan terdapat pengaruh dukungan suami terhadap perilaku pemeriksaan IVA. Ketiga variabel ini
mampu menjelaskan perilaku
pemeriksaan IVA sebesar 39,2% dan sisanya yaitu sebesar 61,8% dijelaskan oleh faktor lain misalnya sikap, tingkat
pendidikan, lingkungan dan peran tenaga kesehatan. Hal ini sejalan dengan teori
yang menyatakan bahwa tanpa
pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi (Achmadi, 2014). Begitu pun informasi dapat membantu seseorang mengambil keputusan dan memiliki
kemauan untuk melakukan skrining
(Afiyanti dan Pratiwi, 2016).
KESIMPULAN
1. Terdapat hubungan antara
pengetahuan dengan tindakan
wanita usia reproduktif untuk melakukan pemeriksaan IVA di Kelurahan Kinilow Kecamatan Tomohon Utara.
2. Terdapat hubungan antara sikap wanita usia reproduktif dengan
tindakan untuk melakukan
28
Kinilow Kecamatan Tomohon
Utara.
3. Tidak terdapat hubungan antara dukungan suami dengan tindakan wanita usia reproduktif untuk melakukan pemeriksaan IVA di Kelurahan Kinilow Kecamatan Tomohon Utara.
4. Terdapat hubungan antara
dukungan petugas kesehatan
dengan tindakan wanita usia
reproduktif untuk melakukan
pemeriksaan IVA di Kelurahan
Kinilow Kecamatan Tomohon
Utara.
5. Sikap merupakan variabel yang paling kuat hubungannya dengan tindakan wanita usia reproduktif untuk melakukan pemeriksaan
IVA di Kelurahan Kinilow
Kecamatan Tomohon Utara.
SARAN
1. Bagi Instansi Kesehatan
Saling berkoordinasi dalam
meningkatkan frekuensi promosi
kesehatan kepada masyarakat
dalam bentuk pemberian edukasi
dan konseling termasuk
mengajarkan masyarakat untuk
memiliki kemauan melakukan
skrining dan merawat diri dalam mengatasi masalah kesehatan.
2. Bagi Tempat Penelitian
Memfasilitasi pelaksanaan edukasi dengan menggerakan organisasi-organisasi kemasyarakatan seperti kader PKK, Organisasi wanita,
organisasi keagamaan dan
organisasi masyarakat lainnya yang mempunyai peranan seperti melakukan sosialisasi tentang
deteksi dini dan mendorong
masyarakat untuk melakukan
deteksi dini.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan agar masyarakat
memiliki inisiatif untuk mencari
informasi tentang kesehatan
reproduksi khususnya untuk
deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA dari sumber yang benar dan berkompeten di bidang tersebut.
4. Bagi penelitian selanjutnya
Mengeksplorasi lebih dalam
faktor-faktor lain yang
berhubungan yang belum sempat diteliti melalui penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, U. F. 2014. Kesehatan
Masyarakat Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Adi, T. N. 2011. Wanita dan Deteksi Dini
Kanker Serviks (Studi Korelasi antara Sikap dan Norma Subjektif dengan Intensi Wanita Dewasa
29
dalam Pemeriksaan Deteksi Dini Kanker Serviks). Acta Diurna, (online), Vol. 7, No. 2, Hal. 15-27. Diakses pada 22 Mei 2017 dari http://komunikasi.unsoed.ac.id/sit es/default/files/Wanita%20Dan% 20Deteksi%20Dini%20Kanker%2
0Serviks%20-%20Tri%20Nugroho%20Adi.pdf Afiyanti, Y. dan A. Pratiwi. 2016.
Seksualitas dan Kesehatan
Reproduksi Perempuan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Anonim. 2010. Panduan Lengkap
Menghadapi Bahaya Kanker
Serviks. Online. Diakses pada 01
November 2016 dari http://www.kanker- serviks.net/wp-content/downloads/547375398HG IHGJHGLH848740tiaojaJTAEF9 FAJjoefjj99/eb_pand_ks.php Anonim. 2011. Screening still the “best
buy” for tackling cervical cancer.
Online. Diakses pada 28 Oktober
2016 dari
http://www.who.int/bulletin/volu mes/89/9/11-030911/en/
Anonim. 2014. JKN Menjamin
Pemeriksaan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Payudara.
Online. Diakses pada 8 Desember
2016 dari
http://www.depkes.go.id/article/pr
int/2014270003/jkn-menjamin- pemeriksaan-deteksi-dini-kanker-leher-rahim-dan-payudara.html Anonim. 2015a. Situasi Penyakit Kanker.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI Anonim. 2016a. Human Papilloma Virus (HPV) and cervical cancer. Online. Diakses pada 28 Oktober 2016 dari http://www.who.int/mediacentre/f actsheets/fs380/en/
Anonim. 2016b. Cakupan Deteksi Dini
kanker Leher Rahim Dengan
Metode IVA Dan Kanker
Payudara Dengan Pemeriksaan Klinis (CBE) Menurut Kecamatan Dan Puskesmas. Tomohon: Dinas
Kesehatan dan Sosial Kota
Tomohon.
Anonim. 2016c. Cakupan Deteksi Dini
Kanker Leher Rahim Dengan
Metode IVA Dan Kanker
Payudara Dengan Pemeriksaan Klinis (CBE) Menurut Kecamatan
Dan Puskesmas. Minahasa
Selatan: Dinas Kesehatan
Kabupaten Minahasa Selatan. Gustiana, D., Y. I. Dewi. dan S.
Nurchayati. 2014. Faktor-faktor
Yang Berhubungan Dengan
Perilaku Pencegahan Kanker
Serviks Pada Wanita Usia Subur.
JOM PSIK, (online), Vol. 1, No. 2, Hal 1-8. Diakses pada 8 Desember
2016 dari
jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSI K/article/download/3432/3328
30
Rahma, R. A. dan F. Prabandari. 2012.
Beberapa Faktor Yang
Mempengaruhi Minat WUS
(Wanita Usia Subur) Dalam
Melakukan Pemeriksaan IVA
(Inspeksi Visual Dengan Pulasan Asam Asetat) Di Desa Pangebatan
Kecamatan Karanglewas
Kabupaten Banyumas Tahun
2011. Jurnal Ilmiah Kebidanan,
(online), Vol. 3, No.1. Hal 1-14. Diakses pada 29 Oktober 2016 dari http://ojs.akbidylpp.ac.id/index.ph p/Prada/article/viewFile/10/9 Sukamti, S. Aticeh. dan Maryanah. 2013.
Pendidikan Kesehatan Dan
Deteksi Dini Kanker Serviks Melalui Inspeksi Visual Asam Asetat. Jurnal Ilmu & Teknologi Ilmu Kesehatan, (online), No.1. Hal 18-23. Diakses pada 21 Mei
2017 dari
ejurnal.poltekkesjakarta3.ac.id/in dex.php/JITEK/article/view/20/1 5
Sulistiowati, E. dan A. M. Sirait. 2014.
Pengetahuan Tentang Faktor
Risiko, Perilaku Dan Deteksi Dini Kanker Serviks Dengan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) Pada Wanita Di Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor. Bul. Penelit. Kesehatan (online), Vol. 42, No. 3, Hal: 193-202. Diakses pada 20
Mei 2017 dari https://media.neliti.com/media/pu blications/20081-ID- pengetahuan-tentang-faktor- risiko-perilaku-dan-deteksi-dini-kanker-serviks-denga.pdf
Suyami. 2017. Dampak Dukungan Suami Terhadap Partisipasi Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) Pada Ibu Usia Subur Di Puskesmas Trucuk II Klaten.
Motorik, (online), Vol. 12, No. 24, Hal. 51-64. Diakses pada 21 Mei
2017 dari
http://ejournal.stikesmukla.ac.id/i ndex.php/motor/article/viewFile/2 74/270
Wahidin, M. 2015. Deteksi Dini Kanker
Leher Rahim dan Kanker
Payudara di Indonesia 2007-2014
dalam Situasi Penyakit Kanker. Jakarta: Kementrian Kesehatan Wahyuningsih, I. R. 2015. Keikutsertaan
IVA Test Dilihat Dari
Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Di Kelurahan Keden. Prosiding Nasional APIKES-AKBID Citra Media Surakarta, (online), Hal
14-22, ISBN: 9786027386549.
Diakses pada 21 Mei 2017 dari http://cfp.apikescm.ac.id/files/Isti qomah.pdf