• Tidak ada hasil yang ditemukan

RELATIONSHIP FACTORS TO PRESSURE BLOOD ON THE TRUCK DRIVER PT. SUMBER MAKMUR TASIKMALAYA DILLA TRIHAPSARI 1) ANDIK SETIYONO 2) YULDAN FATURAHMAN..

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RELATIONSHIP FACTORS TO PRESSURE BLOOD ON THE TRUCK DRIVER PT. SUMBER MAKMUR TASIKMALAYA DILLA TRIHAPSARI 1) ANDIK SETIYONO 2) YULDAN FATURAHMAN.."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

RELATIONSHIP FACTORS TO PRESSURE

BLOOD ON THE TRUCK DRIVER PT. SUMBER MAKMUR TASIKMALAYA

DILLA TRIHAPSARI1)

ANDIK SETIYONO2) YULDAN FATURAHMAN..3) Student OF the Faculty Of Health Sciences, Health and Safety

Siliwangi University 1)

The Environmental health Supervisor Professor Faculty of Health Sciences University of Siliwangi (andiksetiyono@ymail.com)2)

ABSTRACT

Population groups who are at risk of hypertension big one is a truck driver because of conditions associated with driving such as stress, and other factors such as shiftt work, long working hours and environmental factors. The purpose of this study to know relationship factors to pressure blood on the truck driver PT. Sumber Makmur Tasikmalaya. Samples were truckers in PT. Sumber Makmur as many as 38 people who had hypertension and 38 did not have hypertension taken from the 130 driver. The results showed that truck drivers have hypertension and stress as many as 23 people (60.5%), night shiftt work were 29 persons (76.3%), hours of work more than 8 hours a day for 34 people (89.5%), and fatique weigh as much as 12 people (31.6%). There is a correlation between stress and blood pressure ρ value = 0.039 with α = 0.05 and OR = 2.9 value, there is a shiftt factor relationship with blood pressure ρ value = 0.032 with α = 0.05 and OR = 3, 2. There is a correlation between working hours with blood pressure ρ value = 0.028 with α = 0.05 and OR = 4.4, the risks of fatigue had on the increase in blood pressure in hypertensive cases of severe fatigue as many as 12 people (31.6%) and that not as many as 2 hypertension (5.3%) in the PT. Sumber Makmur Tasikmalaya. Suggestions for the company shedule trip, especially truck drivers who work the night shiftt for the duration of work more than 8 hours so there is time to rest and advised workers truck drivers keep taking care of your body in order to have a normal body mass index to avoid high blood pressure.

Keywords: blood pressure, shiftt work, working hours, fatigue Literature : 9 (2003: 2012)

(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PADA SUPIR TRUK DI PT. SM (SUMBER MAKMUR)

TASIKMALAYA DILLA TRIHAPSARI1)

ANDIK SETIYONO2) YULDAN FATURAHMAN.2)

Mahasiswa Fakultas Ilmu Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Universitas siliwangi1)

Dosen Pembimbing Bagian Kesehatan dan keselamatan Kerja Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi 2)

ABSTRAK

Kelompok populasi yang memiliki resiko hipertensi yang besar salah satunya adalah sopir truk karena kondisi yang berhubungan dengan mengemudi seperti stres, dan faktor lain seperti, shiftt kerja, jam kerja yang panjang dan faktor lingkungan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tekanan darah pada supir truk di PT. Sumber Makmur Tasikmalaya. Sampel penelitian adalah sopir truk di PT. Sumber Makmur sebanyak 38 orang yang mengalami hipertensi dan 38 orang tidak mengalami hipertensi diambil dari 130 supir. Hasil penelitian menunjukkan supir truk yang mengalami hipertensi dan mengalami stres sebanyak 23 orang (60.5%), shiftt kerja malam sebanyak 29 orang (76,3%), jam kerja lebih dari 8 jam sehari sebanyak 34 orang (89,5%), dan kelelahan berat sebanyak 12 orang (31,6%). Ada hubungan faktor stres dengan tekanan darah ρ value = 0,039 dengan α = 0,05 dan nilai OR = 2,9, ada hubungan faktor shiftt kerja dengan tekanan darah ρ value = 0,032 dengan α = 0,05 dan OR = 3,2. Ada hubungan faktor jam kerja dengan tekanan darah ρ value = 0,028 dengan α = 0,05 dan nilai OR = 4,4, faktor kelelahan memiliki risiko terhadap terjadinya kenaikan tekanan darah pada kasus hipertensi kelelahan berat sebanyak 12 orang (31,6%) dan yang tidak hipertensi sebanyak 2 orang (5,3%) di PT. SM (Sumber Makmur) Tasikmalaya. Saran untuk pihak perusahan mengatur jadwal perjalanan supir truk khususnya untuk yang kerja shiftt malam dengan lama kerja lebih dari 8 jam sehingga ada waktu istirahat dan untuk pekerja disarankan para supir truk menjaga kondisi tubuh agar memiliki indek masa tubuh normal untuk menghindari tekanan darah tinggi.

Kata kunci : tekanan darah, sift kerja, jam kerja, kelelahan Kepustakaan : 9 (2003 - 2012)

(3)

PENDAHULUAN

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Peningkatan tekanan darah ini berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dan dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal, jantung dan otak. Pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan pada saat istirahat atau pagi hari pada saat bangun tidur (basal). Di seluruh dunia, diperkirakan satu miliar orang menderita hipertensi, sedangkan di Indonesia menurut survei WHO tahun 2008 angkanya mencapai 32 persen dan di Jawa Barat kejadian hipertensi sebesar 26 persen.

Faktor risiko terjadi hipertensi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu faktor yang tidak dapat dikendalikan dan faktor yang dapat dikendalikan. Faktor yang tidak dapat dikendalikan meliputi keturunan (herediter/genetik), usia dan ras. Faktor hipertensi yang dapat dikendalikan adalah asupan garam, obesitas, inaktivitas/jarang olah raga, merokok, stress, minuman beralkohol dan obatan. Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (cortison) dan beberapa obat hormon, termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus dapat meningkatkan tekanan darah seseorang (Krisnatuti D, Yenrina R. 2005).

Mekanisme potensial dari stres kronik penginduksi hipertensi kerena perubahan fungsional tekanan darah pada beberapa tempat dapat disebabkan oleh stres akut, bila berulang secara intermiten beberapa kali, dapat menyebabkan suatu adaptasi struktural hipertropi kardiovaskuler. Tekanan darah bila terjadi pada tingkat vaskuler akan ada peningkatan tahanan (resistensi), yang disebabkan peningkatan rasio dinding pembuluh dengan lumennya. Hal ini kemudian mempertinggi pengaruh homodinamik tekanan. Kemungkinan besar bahwa faktor–faktor tropik neurohormonal adalah penting dalam perkembangan hipertensi jangka panjang yang mengikuti perpanjangan stres penginduksi hipertensi (Gunawan, 2001)

Stres dalam bekerja pasti akan terjadi pada setiap karyawan/pekerja. Karyawan mengalami stres karena pengaruh dari pekerjaan itu sendiri maupun lingkungan tempat kerja. Seseorang yang mengalami stres dalam bekerja tidak akan mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan baik oleh karena itu peran dari perusahaan untuk memperhatikan setiap kondisi kejiwaan (stres) yang dialami oleh pekerjanya. Perusahaan dapat menentukan penanganan yang terbaik bagi pekerja tersebut serta tidak mengurangi

(4)

kinerja karyawan tersebut. Menurut Robbin (2008) manusia pada masa bekerja tidak semua berjalan dengan lancar, terkadang muncul stres dalam bekerja. Stres merupakan suatu kondisi dinamik (selalu berubah) pada individu yang diharapkan pada suatu peluang, kendala dengan tuntutan yang dikaitkan dengan apa yang diinginkan serta hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting.

Menurut Nasri dan Moazenzadeh (2006) kelompok populasi yang memiliki resiko hipertensi yang besar salah satunya adalah sopir truk. Sopir truk sebagai salah satu kelompok resiko tinggi menderita hipertensi, karena kondisi yang berhubungan dengan mengemudi seperti stres, dan faktor lain seperti, shiftt kerja, jam kerja yang panjang dan faktor lingkungan seperti obesitas, intake garam, merokok, konsumsi alkohol, konsumsi kafein yang dapat meningkatkan resiko penyakit hipertensi.

Sopir lebih mungkin untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan pekerja lainnya, jelas Peter L. Schnall, profesor kedokteran dari University of California, Irvine. Menurut Schnall, sopir truk berisiko mengalami tekanan dan stres saat melakukan pekerjaannya karena mereka membutuhkan kewaspadaan untuk menghindari kecelakaan dan menjaga barang tetap aman (Bramirus,2012).

Hasil survei awal kepada 20 supir truk di perusahaan angkutan Sumber Makmur (SM) menunjukkan bahwa sebanyak 9 orang (45%) memiliki hipetensi dengan tekanan darah rata-rata sebesar 151/100. Berdasarkan wawancara dengan supir truk menunjukan kebiasaan-kebiasaan ketika bekerja yaitu merokok, minum kopi dan terkandang alkohol. Berdasarkan uraian di atas peneliti bermaksud melakukan penelitian mengenai “Faktor-faktor yang berhubungan dengan tekanan darah pada supir truk di PT. SM (Sumber Makmur) Tasikmalaya”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang yang berhubungan dengan tekanan darah pada supir truk di PT. SM (Sumber Makmur) Tasikmalaya

.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei melalui pendekatan

case control retrospektif

(5)

Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling, kasus adalah responden yang mengalami hipertensi sebanyak 38 kasus, sedangkan kontrol adalah responden yang tidak mengalami hipertensi, yang memiliki karakteristik yang sama dengan kelompok kasus. Jumlah sampel secara keseluruhan sebanyak 76 responden. Hasil pengumpulan data melalui wawancara dan observasi dengan responden menggunakan lembar kuesioner. Analisis data menggunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan 0,05.

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Univariat

a. Gambaran Umum Hasil Penelitian

Umur minimal supir truk 19 tahun dan umur maksimal supir truk yaitu 60 tahun dengan rata-rata umur supir 34 tahun. Tingkat pendidikan responden pendidikan SD sebanyak 28 orang (36,8%), tingkat pendidikan SMP 30 (39,5%) dan tingkat pendidikan SMA sebanyak 18 orang (23,7%). Indek masa tubuh supir truk yaitu gizi normal sebanyak 44 orang (57,9%), gizi kurang 9 (11,8%) dan gizi lebih sebanyak 23 orang (30,3%) dan masa kerja supir truk yaitu minimal 8 bulan dan maksimal 28 tahun dengan rata-rata masa kerja 4 tahun 9 bulan.

b. Gambaran Khusus Hasil Penelitian a) Jam Kerja

Supir truk sebanyak 4 orang (10,5%) yang mengalami hipertensi bekerja kurang atau sama dengan 8 jam sehari dan supir truk yang mengalami hipertensi bekerja lebih dari 8 jam sehari sebanyak 34 orang (89,5%).

b) Shiftt Kerja

Supir truk sebanyak 9 orang (23,7%) yang mengalami hipertensi shift kerja siang dan supir truk yang mengalami hipertensi shift kerja malam sebanyak 29 orang (76,3%)

c) Stres Kerja

Supir truk sebanyak 15 orang (39,5%) yang mengalami hipertensi tidak stres dan supir truk yang mengalami hipertensi stres sebanyak 23 orang (60.5%)

(6)

d) Kelelahan

Supir truk sebanyak 15 orang (39,5%) yang mengalami kelelahan normal, sebanyak 8 orang (21,1%) supir truk mengalami kelelahan ringan, sebanyak 3 orang (7,9%) supir truk mengalami kelelahan sedang dan sebanyak 12 orang (31,6%) supir truk mengalami kelelahan berat.

Analisis Bivariat

a. Hubungan Jam Kerja dengan Tekanan Darah Tabel 1

Hubungan Jam Kerja dengan Tekanan Darah Supir Truk pada Perusahaan Sumber Makmur Tasikmalaya

No Jam Kerja Kategori Responden Total % Kasus % Kontrol % 1 ≤ 8 jam 4 10,5 13 34,2 17 22,4 2 > 8 jam 34 89,5 25 65,8 59 77,6 Total 38 100 38 100 76 100 p-value=0,028 OR=4,4

Hasil uji statistik yang digunakan adalah uji square. Hasil uji statistik

chi-square didapatkan ρ value = 0,028 dengan α = 0,05, nilai probabilitas kurang dari

α maka dapat disimpulkan ada hubungan jam kerja dengan tekanan darah pada supir truk di PT. SM (Sumber Makmur) Tasikmalaya. Nilai OR = 4,4 (95% CI = 1,287-15,181), berarti jam kerja yang melebihi 8 jam berisiko 4,4 kali lebih besar mengalami tekanan darah tinggi dibandingkan dengan jam kerja kurang atau sama 8 jam.

Jam kerja yang tinggi pada sopir truk juga dapat menyebabkan kualitas tidur sopir truk menjadi terganggu. Banyak penelitian sudah menyatakan bahwa kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan kejadian hipertensi baik pada orang dewasa maupun pada anak-anak dan remaja. Kualitas dan kuantitas tidur dapat mempengaruhi proses hemostatis, dan bila proses ini terganggu dapat menjadi salah satu faktor meningkatnya risiko penyakit hipertensi. (Javeheri, 2008)

(7)

b. Hubungan Shift Kerja dengan Tekanan Darah Tabel 2

Hubungan Shift Kerja dengan Tekanan Darah Supir Truk pada Perusahaan Sumber Makmur Tasikmalaya

No Shift kerja Kategori Responden Total % Kasus % Kontrol % 1 Siang 9 23,7 19 50 28 36,8 2 Malam 29 76,3 19 50 48 63,2 Total 38 100 38 100 76 100 p-value=0,032 OR=3,2

Hasil uji statistik yang digunakan adalah uji square. Hasil uji statistik

chi-square didapatkan ρ value = 0,032 dengan α = 0,05, nilai probabilitas kurang dari

α maka dapat disimpulkan ada hubungan shift kerja dengan tekanan darah pada supir truk di PT. SM (Sumber Makmur) Tasikmalaya. Nilai OR = 3,2 (95% CI = 1,207-8,600), berarti shift kerja malam berisiko 3,2 kali lebih besar mengalami tekanan darah tinggi dibandingkan dengan shift kerja siang.

Pada pekerja shift terjadi gangguan irama sirkadian yang merupakan dasar metabolisme, fisiologis dan psikologis pada siklus tidur dan bangun harian. Gangguan irama sirkadian seseorang terjadi jika terdapat perubahan jadwal kegiatan (jadwal tidur, makan, dan aktivitas lain) seperti pada pekerja shift. Penggantian rotasi dimana pekerja bekerja berotasi pagi, sore dan malam dengan jam kerja 8 jam lebih memiliki risiko terhadap gangguan kesehatan pekerja dibanding shifttt permanen dimana pekerja bekerja pada jadwal shift yang tetap (Costa, 2003).

(8)

c. Hubungan Stres Kerja dengan Tekanan Darah Tabel 3

Hubungan Stress Kerja dengan Tekanan Darah Supir Truk pada Perusahaan Sumber Makmur Tasikmalaya

No Stres Kerja Kategori Responden Tota l % Kasus % Kontrol % 1 Tidak stres 15 39.5 25 65.8 40 52,6 2 stres 23 60.5 13 34.2 36 47,4 Total 38 100 38 100 76 100 p-value=0,039 OR=2,9

Hasil uji statistik yang digunakan adalah uji square. Hasil uji statistik

chi-square didapatkan ρ value = 0,039 dengan α = 0,05, nilai probabilitas kurang dari

α maka dapat disimpulkan ada hubungan stres kerja dengan tekanan darah pada supir truk di PT. SM (Sumber Makmur) Tasikmalaya. Nilai OR = 2,9 (95% CI = 1,159-7,503), berarti stres kerja berisiko 2,9 kali lebih besar mengalami tekanan darah tinggi dibandingkan dengan tidak stres kerja.

Stres dapat meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang mengatur fungsi saraf dan hormon, sehingga dapat meningkatkan denyut jantung, penyempitan pembuluh darah, dan meningkatkan retensi air dan garam (Syaifuddin 2006).

d. Hubungan Kelelahan dengan Tekanan Darah Tabel 4

Hubungan Kelelahan dengan Tekanan Darah Supir Truk pada Perusahaan Sumber Makmur Tasikmalaya

No Kelelahan Kategori Responden Tota l % Kasus % Kontrol % 1 Normal 15 39,5 15 39,5 30 39.5 2 Ringan 8 21,1 18 47,4 26 34.2 3 Sedang 3 7,9 3 7,9 6 7.9 4 Berat 12 31,6 2 5,3 14 18.4 Total 38 100 38 100 76 100

(9)

Hasil penelitian menunjukkan tingkat kelelelahannya yang mengalami kelelahan berat mengalami hipertensi sebanyak 12 orang (31,6%), sedangkan yang tidak mengalami hipertensi dengan kelelahan berat sebanyak 2 orang (5,3%). Hal ini menunjukkan bahwa kelelahan yang semakin berat memiliki rikiko terjadinya tekanan darah tinggi.

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal (Gray, 2005)

PENUTUP Simpulan

1. Supir truk yang mengalami hipertensi dan mengalami stres sebanyak 23 orang (60.5%), shiftt kerja malam sebanyak 29 orang (76,3%), jam kerja lebih dari 8 jam sehari sebanyak 34 orang (89,5%), dan kelelahan berat sebanyak 12 orang (31,6%).

2. Ada hubungan faktor stres dengan tekanan darah pada supir truk di PT. SM (Sumber Makmur) Tasikmalaya

3. Ada hubungan faktor shiftt kerja dengan tekanan darah pada supir truk di PT. SM (Sumber Makmur) Tasikmalaya

4. Ada hubungan faktor jam kerja dengan tekanan darah pada supir truk di PT. SM (Sumber Makmur) Tasikmalaya

5. Faktor kelelahan memiliki risko terhadap terjadinya kenaikan tekanan darah pada kasus hipertensi kelelahan berat sebanyak 12 orang (31,6%) dan yang tidak hipertensi sebanyak 2 orang (5,3%) di PT. SM (Sumber Makmur) Tasikmalaya.

(10)

Saran

1. Bagi Pihak Manajemen

a. Memberikan waktu istirahat yang lebih lama bagi supir yang bekerja shift malam dan waktu kerja lebih dari 8 jam jam.

b. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin kepada supir

c. Pemberian vitamin kepada para supir untuk menjaga kondisi badannya. 2. Bagi Pekerja

a. Para supir truk memperhatikan waktu istirahat terutama perjalanan malam dan lama kerja lebih dari 8 jam untuk menghindari kelelahan.

b. Para supir truk mengkonsumsi suplemen untuk meningkatkan daya tahan tubuh sehingga tubuh tetap fit ketika bekerja.

DAFTAR PUSTAKA

Bramirus, 2012, 10 Pekerjaan Berbahaya bagi Jantung, Healat. Kompas.com

Costa (2003). Personality in Adulthood : A Big Five Theory Perspectives. New York : Guildford Press, Inc

Gray, et al. (2005). Lecture Notes Kardiologi edisi 4. Jakarta: Erlangga Medical Series Gunawan, B., Sumadiono., 2001, “Stres dan Sistem Imun Tubuh: Suatu Pendekatan

Psikoneuroimunologi”, Cermin Dunia Kedokteran.

H Nasri MD & M Moazenzadeh. Coronary artery disease risk factors in driving Versus

other occupations. ARYA Journal 2006 (Summer); Volume 2: Issue 2. Diunduh

dari http://crc.mui.ac.ir/arya/arya/sounds/1579/4.pdf

Javaheri, S., Isser, A.S., Rosen C.L.,dan Redline.S, 2008. Sleep Quality and Elevated

Blood Pressure in Adolescents. American Heart Association,Inc. Journal

Circulation

Krisnatuti D, Yenrina R. 2005. Perencanaan Menu Bagi Penderita Jantung Koroner. Jakarta: Trubus Agriwidya

Robbins, Stephen P, 2008, Prilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi, Alih Bahasa Hadyana Pujaatmaka dan Benyamin Molan, Jilid Pertama, Penerbit Prenhallindo, Jakarta

(11)

Saefuddin, 2006, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Model matematika yang dibangun meliputi laju peningkatan suhu dengan pendekatan persamaan kalor jenis, laju penguapan dengan pendekatan Irving langmuir, volume

Dalam tesis ini, orientasi keagamaan teologis dimaknai sebagai suatu bentuk atau corak keagamaan dalam wilayah keyakinan keagamaan, yakni kecenderungan kembali pada

Sedangkan Indeks Kemerataan (E) dari tingkat vegetasi pohon, tiang, pancang menunjukkan tinggi dengan nilai rata-rata 0,78- 0,96 (Tabel 7) sehingga dapat dikatakan

Sebagai perguruan tinggi teknik, meskipun memiliki fakultas seni, sains dan teknologi menjadi dasar ilmu pengetahuan yang dominan di atas ilmu-ilmu seni khususnya dan

Tebing Tinggi (ANTARA) - Pemerintah Kota Tebing Tinggi melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PMK) menggelar lomba inovasi Teknologi Tepat Guna

Keywords: work dissatisfaction, work stress, consultative managerial style, individualism, collectivism, employees’ attitude toward union

dengon teliti Kelebihon membuot koryo cetokon ini odoloh pelukis boleh menghosilkon jumloh koryo yong bonyok doripodo sotu blok yong somo. Jumloh cetokon itu bergontung

Secara parsial menunjukkan bahwa faktor karakteristik sosial ekonomi tingkat pendidikan dan umur berpengaruh nyata terhadap tingkat motivasi kerja PPL di daerah