• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan negara dan rakyat yang makin beragam dan. atas tanah tersebut. Menurut A.P. Parlindungan 4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan negara dan rakyat yang makin beragam dan. atas tanah tersebut. Menurut A.P. Parlindungan 4"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang Masalah

Tanah dalam wilayah Negara Republik Indonesia merupakan salah satu sumber daya alam utama, yang selain mempunyai nilai batiniah yang mendalam bagi rakyat Indonesia, juga berfungsi sangat strategis dalam memenuhi kebutuhan negara dan rakyat yang makin beragam dan meningkat.3 Tanah akan menjadi obyek yang selalu dibutuhkan dan permintaannya pun akan semakin meningkat. Persediaan tanah yang terbatas dengan harga yang semakin meningkat membuat pentingnya peranan hak atas tanah tersebut. Menurut A.P. Parlindungan4 sering terjadi adanya perselisihan perdata tentang kepemilikan sebidang tanah yang telah memiliki sertipikat sebagai tanda bukti hak atas tanah.

Putusan Mahkamah Agung No 1056K/Pdt/1999 tentang pembatalan terhadap sertipikat hak atas tanah dalam sengketa perdata antara Mulyorejo selaku pemohon kasasi dan Hadi Suripno selaku termohon kasasi menjadi bahan kajian yang menarik untuk dicermati terkait peranan pentingnya sertipikat hak atas tanah sebagai alat bukti. Tanah sebagai obyek yang selalu dibutuhkan dan permintaannya semakin cenderung meningkat, tidak menutup kemungkinan dapat membuat seseorang untuk melakukan

3

Boedi Harsono,2007, Menuju Penyempurnaan Hukum Tanah Nasional, Cet.3, Universitas Trisakti, Jakarta, hlm.3.

(2)

perbuatan melawan hukum berusaha mendapatkan hak atas tanah sebagai obyek kepemilikannya.

Sertipikat hak milik yang dimiliki oleh Hadi Suripno dalam perkara ini menurut penilaian hakim diperoleh dengan adanya cacat sebab yang dilarang yang oleh karena itu maka pengadilan dapat membatalkan kepemilikan hak atas tanah yang tercantum di dalam sertipikat atas nama Hadi Suripno. Kepemilikan sertipikat hak atas tanah sebagai alat pembuktian yang kuat berdasarkan sistem pendaftaran tanah yang dianut di Indonesia pada akhirnya masih dapat digugat dan dibatalkan meskipun pendaftaran tanah yang dianut di Indonesia bersifat recht kadaster untuk menjamin kepastian hukum bagi pemiliknya.

Mencermati Putusan MA No 716/K/Sip/1973 tanggal 5 September 1973 yang berbunyi “pengeluaran/pencabutan dan pembatalan surat sertipikat adalah semata- mata wewenang dari Kantor Pendaftaran Tanah dan Pengawasan Pendaftaran Tanah, bukan termasuk wewenang pengadilan Negeri” membawa akibat hukum yang ditimbulkan dari keluarnya Putusan Mahkamah Agung No 1056K/Pdt/1999 dengan Mulyorejo selaku pemohon kasasi dan Hadi Suripno selaku termohon kasasi. Kepastian hukum yang didapat dari proses putusan litigasi yang telah ditempuh pada kenyataannya masih harus dihadapkan pada prosedur pembatalan sertipikat tanah yang merupakan wewenang dari Kantor Pendaftaran Tanah dan bukan wewenang dari pengadilan negeri.

(3)

Berdasarkan pada hal tersebut maka diatur dalam ketentuan Pasal 55 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah bahwa segala masalah yang menyangkut hasil putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap, maka Badan Pertanahan Nasional (BPN) atau kantor pertanahan harus tunduk pada putusan pengadilan. Seyogyanya setelah putusan pengadilan terkait sengketa pembatalan sertipikat hak atas tanah keluar para pihak dapat merasakan manfaat dari proses hukum tersebut dengan mendaftar di BPN, na mun pada kenyatanya mekanisme pembatalan sertipikat setelah adanya putusan pengadilan juga tidak dapat berlangsung seketika dengan terbitnya Peraturan Kepala BPN RI No. 3 tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan. Birokrasi yang lama dan berbelit-belit bagi pemenang gugatan pembatalan sertipikat hak atas tanah menjadi menarik dikaji mengingat proses litigasi yang ditempuh untuk mendapatkan keadilan dan kepastian hukum masih jauh panggang dari api prosedur selanjutnya.

Hukum selain sebagai pilar bagi terwujudnya kepastian hukum memiliki tujuan lain dalam tegaknya keadilan dan kemanfaatan. Bagi para pihak yang berperkara maka aspek keadilan kepastian hukum, dari proses litigasi dan prosedur pembatalan sertipikat hak atas tanah merupakan tujuan yang hendak dicari. Aspek kepastian, keadilan dan kemanfaatan hukum atas keluarnya Putusan Mahkamah Agung No 1056K/Pdt/1999 juga perlu diperhatikan dalam memberi perlindungan hukum bagi pihak ketiga yang tidak terlibat sengketa secara langsung namun memiliki hubungan yang erat

(4)

terhadap tanah obyek sengketa tersebut. Tanah obyek sengketa tersebut sebagian telah dijaminkan kepada pihak bank dan pada bagian tanah lain telah dijual kepada orang lain sehingga muncul sertipikat hak atas tanah dengan nama pihak ketiga berdasarkan sertipikat yang dibatalkan oleh pengadilan. Dampak yang luas dari terbitnya putusan sengketa pembatalan hak atas tanah merupakan fokus dari kajian ini yuridis ini khususnya bagi pemberian perlindungan pihak ketiga yang secara serta merta hak- haknya ikut terganggu dan bagi para pihak yang berpekara dalam mencari keadilan. Di dalam rangka meletakkan dasar untuk memberikan kepastian hukum terhadap kepemilikan hak atas tanah dan menghindarkan sengketa kepemilikan hak atas tanah Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria pada dasarnya telah mengatur kepemilikan hak atas tanah bagi warganegaranya serta kewajiban-kewajibannya. Demi terwujudnya kepastian hukum maka diatur mengenai pendaftaran tanah dalam Pasal 19 ayat 1 UUPA yang bersifat recht kadaster.

“Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus- menerus, berkesinambungan dan teratur meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian sertipikat sebagai surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun serta hak- hak tertentu yang membebaninya” 5

5 Pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, Lembaran Negara

(5)

Pemberian sertipikat hak atas tanah sebagaimana tujuan dari pendaftaran tanah, selain sebagai surat tanda bukti diharapkan dapat menghindari terjadinya persengketaan tanah. Pasal 19 ayat 2 huruf c menegaskan bahwa surat tanda bukti hak (sertipikat) berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat namun demikian dengan sistem pendaftaran tanah yang dianut di Indonesia yang menggunakan sistem publikasi negatif yang bertendensi positif meskip un sertipikat hak atas tanah merupakan alat bukti yang kuat masih dapat dimungkinkan adanya gugatan, dicabut dan dibatalkan terhadap sertipikat hak atas tanah tersebut perlu diperhatikan. Mencermati pada sistem pendaftaran yang masih dianut di Indonesia tersebut maka kepastian hukum bagi adanya pendaftaran tanah dengan penerbitan sertipikat pada akhirnya terletak di dalam putusan hakim jika terdapat pihak yang merasa dirugikan atas terbitnya sertipikat hak atas tanah dan proses prosedural yang ditempuh di Kantor Pertanahan (BPN).

Berdasarkan pada hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut kedalam tulisan ilmiah dengan judul

“PEMBATALAN SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH BERDASARKAN PUTUSAN PENGADILAN (STUDI KASUS: PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO 1056K/PDT/1999)”.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut diatas maka rumusan masalah yang akan penulis bahas adalah sebagai berikut :

(6)

1. Bagaimanakah pertimbangan hakim memutus perkara pembatalan sertipikat hak atas tanah dalam putusan Mahkamah Agung No 1056K/Pdt/1999 ?

2. Bagaimanakah prosedur pembatalan sertipikat hak atas tanah yang telah dibatalkan oleh pengadilan berdasarkan putusan Mahkamah Agung No 1056K/Pdt/1999 ?

3. Bagaimanakah perlindungan hukum bagi pihak ketiga yang terkait sengketa berdasarkan Putusan Mahkamah Agung No 1056K/Pdt/1999 ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dengan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis dan mengetahui dasar pertimbangan hakim memutus pembatalan sertipikat hak atas tanah dalam putusan Mahkamah Agung No 1056K/Pdt/1999.

2. Untuk menganalisis dan mengetahui prosedur pembatalan sertipikat hak atas tanah yang telah dibatalkan oleh pengadilan berdasarkan putusan Mahkamah Agung No 1056K/Pdt/1999.

3. Untuk menganalisis dan mengetahui perlindungan hukum terhadap pihak ketiga yang terkait sengketa berdasarkan Putusan Mahkamah Agung No 1056K/Pdt/1999.

(7)

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan wacana dan sumbangan pemikiran bagi akademisi, praktisi hukum serta masyarakat luas di bidang ilmu hukum, khususnya di bidang agaria, serta menambah wawasan dan pengetahuan penulis.

2. Secara praktis, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian ilmiah dan pertimbangan yang sangat berarti bagi para pihak dalam menyikapi putusan pengadilan yang berkaitan dengan pembatalan sertipikat hak atas tanah

E. Keaslian Penelitian

Sepengetahuan penulis, dengan melakukan penelusuran di perpustakaan Fakultas Hukum UGM, penelitian dengan judul : Pembatalan Sertipikat Hak Atas Tanah Berdasarkan Putusan Pengadilan. (Studi Kasus: Putusan Mahkamah Agung No 1056K/PDT/1999), belum pernah dilakukan namun demikian berdasarkan penelusuran kepustakaan tersebut terdapat beberapa hasil penelitian yang terkait dengan judul penelitian ini antara lain: 1. Kekuatan Hukum Sertipikat Hak Atas Tanah Sebagai Alat Bukti Dalam Perkara Perdata yang ditulis oleh : Eva Anggrayni Agustina. 6 Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimanakah kekuatan hukum sertipikat hak atas tanah sebagai alat bukti dalam perkara perdata

6

Eva Anggrayni Agustina, Kekuatan Hukum Sertipikat Hak Atas Tanah Sebagai Alat Bukti Dalam Perkara Perdata, Tesis, Program studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta, 2012.

(8)

b. Apakah yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara perdata yang menjadikan sertipikat sebagai alat bukti

2. Judul : Pembatalan sertipikat hak atas tanah oleh pengadilan berdasarkan bukti nonotentik yang ditulis oleh : Hj. Nahira Hanipang.7 Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Faktor-faktor apa yang melatarbelakangi timbulnya sengketa pertanahan terhadap keabsahan sertipikat hak atas tanah.

b. Bagaimana analisis penyelesaian perkara pembatalan sertipikat hak atas tanah oleh hakim berdasarkan akta nonoteentik.

Adapun perbedaan dari penelitian diatas dengan penelitian yang disusun oleh penulis adalah bahwa penulisan yang penulis susun mengkaji dasar pertimbangan hakim memutus pembatalan sertipikat hak atas tanah dalam putusan Mahkamah Agung No 1056K/Pdt/1999, prosedur pembatalan sertipikat hak atas tanah yang telah dibatalkan oleh pengadilan berdasarkan putusan Mahkamah Agung No 1056K/Pdt/1999 dan perlindungan hukum bagi pihak ketiga yang terkait sengketa berdasarkan Putusan Mahkamah Agung No 1056K/Pdt/1999.

7

Hj. Nahira Hanipang, Pembatalan Sertipikat Hak Atas Tanah Oleh Pengadilan Berdasarkan Bukti Nonotentik, Tesis, Program studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2008.

Referensi

Dokumen terkait

Dari peristiwa yang terjadi diatas dapat kita ketahui bahwa aplikasi caring dalam kehidupan mahasiswa Fkep sudah cukup baik, tetapi kita juga perlu meningkatkannya kembali, karena

Karyawan yang percaya bahwa kebutuhan mereka sesuai dengan tuntutan pekerjaan mereka cenderung untuk menyarankan cara- cara baru dalam melakukan sesuatu dan membantu

Menurut mowen dan minor menjelaskan bahwa kepercayaan konsumen adalah “semua pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen tentang objek, atribut

Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah aplikasi yang telah dibuat pada android smartphone dapat menerima data yang dikirim oleh mikrokontroler arduino,

6 Tanda resep diawal penulisan resep (R/) Prescriptio/Ordonatio 7 Nama Obat 8 Kekuatan obat 9 Jumlah obat Signatura 10 Nama pasien 11 Jenis kelamin 12 Umur pasien 13 Barat badan

- Pulasan IHK Mucin-6 (MUC6) aberrant pada kasus serrated adenoma (SA) dan adenoma konvensional displasia keras akan terwarnai coklat pada sitoplasma sel epitel

Berdasarkan hasil pembahasan dan uraian mengenai Operasi Atalanta di Teluk Aden, dapat disimpulkan bahwa tujuan Uni Eropa melaksanakan misi di Teluk Aden antara lain

Data Dinas Kesehatan Kota Bandung menunjukkan bahwa masalah kesehatan tertinggi remaja kota Bandung adalah rokok (63%), diikuti oleh masalah gizi/anemia (26%),