• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODIFIKASI PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MTORIK KASAR ANAK USIA DINI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODIFIKASI PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MTORIK KASAR ANAK USIA DINI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MODIFIKASI PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MTORIK KASAR

ANAK USIA DINI

Endah Nurhaida Robandi Roni M Arifin

1

Ening Widaningsih

2

Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

endah.nurhaida@gmail.com ABSTRAK

Artikel ini membahas mengenai perkembangan kemampuan motorik kasar anak melalui modifikasi permainan tradisional. Masalah yang terjadi yaitu kurang berkembangnya aspek perkembangan fisik motorik anak khususnya dalam kemampuan motorik kasar anak. Penelitian ini dilaksanakan di TK Bakti Asih Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung khususnya pada kelas A1 dengan jumlah partisipan sebanyak 13 orang yang terdiri dari 8 orang anak laki-laki dan 5 orang anak perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mendeskripsikan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran melalui modifikasi permainan tradisional untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar anak TK, dan 2) mengetahui hasil pengembangan kemampuan motorik kasar anak melalui modifikasi permainan tradisional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan desain penelitian Model Elliot. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga tindakan. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu penilaian performa, observasi, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode bermain. Analisis data yang digunakan yaitu dengan teknik kualitatif, kuantitatif, dan triangulasi. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dideskripsikan. Hasil pengembangan kemampuan motorik kasar anak melalui modifikasi permainan tradisional pada indikator pertama pada siklus I : 33%, siklus II : 61%, dan siklus III : 92%. Pada indikator kedua pada siklus I : 25%, siklus II : 54%, dan siklus III : 85%.

Pada indikator ketiga pada siklus I : 17%, siklus II : 46%, dan siklus III : 77%. Dari hasil penelitian yang didapat, modifikasi permainan tradisional dapat mengembangkan kemampuan motorik kasar anak. Oleh karena itu, modifikasi permainan tradisional dapat dijadikan sebagai rekomendasi bagi guru dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar anak di kelompok A.

Kata kunci : Modifikasi Permainan Tradisonal, Perkembangan Kemampuan Motorik Kasar Anak

ABSTRACT

This article discusses the development of children‟s gross motor skills through traditional games modification. The problem is children‟s gross motor skill development is underdevelopment. This

(2)

research is conducted in Bakti Asih Kindergarten Cimenyan Sub district, Bandung regency. The research is aimed to A1 class which has 13 participants consisting of 8 boys and 5 girls. This research aims 1) to describe student activities in following learning process through traditional games modification and 2) to know the result of the development of children‟s gross motor skill through traditional games modification. This research uses class action research method along with Elliot‟s model research design. In the implementation of this research, it is done by three cycles.

Every cycle consists of three actions. This research also uses data collection techniques as follow:

performance assessment, observation, interviews, field notes, and documentation. The method in learning process is playing method. The data will be analyzed by using qualitative technique, quantitative technique, and triangulation. The data that has been collected will be processed and described. The results of developing children‟s gross motor skills through traditional games modification in first indicator are: I cycle is 33%, II cycle is 61%, and III cycle is 92%. In second indicator, the results are: I cycle is 25%, II cycle is 54%, and III cycle is 85%. In third indicator, the results are: I cycle is 17%, II cycle is 46%, and III cycle is 77%. Based on these results, traditional games modification can be used as a recommendation for teachers to develop children‟s gross motor skill in A group.

Keywords : Traditional Games Modification, The Development of Children’s Gross Motor Skills

1 Penulis Penanggung Jawab 1

2 Penulis Penanggung Jawab 2

PENDAHULUAN

Dalam setiap kehidupan manusia kehadiran seorang anak adalah sebuah anugerah yang telah diberikan oleh sang Illahi. Anak bukanlah orang dewasa dalam ukuran kecil. Oleh sebab itu, anak harus diperlakukan sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Anak usia dini adalah sosok individu yang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya.

Anak usia dini berada pada rentang usia 0- 6 tahun, dimana pada masa ini anak berada dalam masa keemasan (golden age) yaitu masa dimana seluruh aspek perkembangan yang anak miliki berkembang hampir 80%.

Oleh sebab itu, lingkungan harus mampu memfasilitasi dan menstimulus secara keseluruhan dari semua kebutuhan dalam masing-masing tahapan perkembangan anak baik itu dari perkembangan secara psikis maupun fisik. Proses pembelajaran

sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahap perkembangan anak.

Landasan PAUD ditunjang oleh Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1, Butir 14, yang menyatakan bahwa PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Berdasarkan Undang-Undang di atas tertera jelas bahwa usaha yang dilakukan untuk mencapai tugas perkembangan anak agar berkembang optimal yaitu dengan pemberian stimulus yang tepat.

Pendidikan Anak Usia Dini memiliki tujuan yang sangat penting salah

(3)

satunya yaitu untuk memberikan stimulasi atau rangsangan bagi pendidikan jasmani dan rohani supaya anak siap memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Secara umum tujuan Pendidikan Anak Usia Dini menurut Suyadi dan Ulfah (2013, hlm. 19) ialah “memberikan stimulasi atau rangsangan bagi perkembangan potensi anak agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”.

Ada beberapa aspek perkembangan anak yang dapat dikembangkan untuk anak usia dini, diantaranya aspek moral, agama, sosial emosional, bahasa, kognitif serta fisik motorik. Seperti salah satu contoh aspek perkembangan yang perlu dikembangkan pada anak adalah aspek fisik motorik. Bagi seorang anak pengembangan fisik motorik itu sangat penting, karena untuk membentuk dan menyelaraskan pertumbuhan otot, tulang dan sistem syarafnya. Maka dari itu, anak Taman Kanak-kanak harus diberi latihan gerakan-gerakan dasar yang membantu perkembangan fisiknya, agar perkembangan dan pertumbuhan anak berjalan dengan optimal.

Perkembangan fisik adalah salah satu aspek perkembangan yang perlu distimulasi atau dikembangkan melalui berbagai kegiatan. Perkembangan fisik merupakan hal yang menjadi dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya.

Ketika fisik berkembang dengan baik akan memungkinkan anak dapat lebih mengembangkan keterampilan fisiknya.

Selain itu juga, perkembangan fisik anak diiringi dengan berkembangnya perkembangan motorik, baik motorik halus maupun motorik kasar.

Masa lima tahun pertumbuhan dan perkembangan anak sering kali disebut dengan masa keemasan dimana pada masa itu keadaan fisik maupun segala kemampuan anak sedang berkembang

cepat. Sejalan dengan itu dalam buku Anak Prasekolah (dalam Sujiono, 2007, dkk, hlm. 1.3) „tertulis bahwa masa lima tahun pertama adalah masa pesatnya perkembangan motorik anak.‟

Perkembangan motorik menurut Hurlock (1978, hlm. 150) “berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi.”

Menurut Sujiono, dkk (2007, hlm. 1.3)

“perkembangan motorik dapat disebut sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerakan tubuh.”

Sehubungan dengan pemaparan tersebut, bahwa perkembangan motorik anak adalah suatu pembentukan fisik anak dan merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk sikap, kepribadian, dan kualitas gerak yang perlu dimiliki oleh seorang anak. Perkembangan motorik memiliki peranan penting bagi kehidupan anak. Karena optimalnya pertumbuhan motorik anak secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi perilaku sehari-harinya.

Salah satu aspek dalam lingkup perkembangan fisik motorik adalah mengembangkan kemampuan motorik kasar anak. Motorik kasar adalah kemampuan yang dimiliki anak untuk menggerakkan otot-otot besar seperti kaki, tangan, dan seluruh tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan fisik anak.

Menurut Gronlund (dalam Depdiknas, 2008, hlm. 14)

tahap perkembangan motorik berdasarkan usia untuk anak usia 4-5 tahun seperti berjalan, berlari, berbelok dan melompat dengan baik, melompat, meniti, memanjat dan daya tahan fisik.

Untuk anak usia 5-6 tahun seperti melompat dengan lincah dan cepat, gerakan koordinasi untuk berenang, dan naik sepeda, meniti, melompat, meloncat dan memanjat dengan baik.

Pentingnya pengembangan motorik bagi anak usia dini dikemukakan oleh

(4)

Brunner (dalam Solehuddin, 2000, hlm. 52) menyatakan bahwa „anak perlu belajar untuk menggunakan tubuhnya, aktivitas mengontrol tubuh mempengaruhi kuat bidang-bidang belajar lainnya, anak yang mempraktekkan gerakan-gerakan akan cenderung untuk memperoleh kepercayaan diri dan kemandirian.‟ Oleh karena itu, guru perlu memberikan kesempatan belajar untuk mengembangkan kemampuan motorik anak melalui kegiatan bermain yang memungkinkan anak untuk dapat mengeksplorasi berbagai hal baru untuk menambah wawasan atau pengetahuannya.

Bermain merupakan salah satu cara belajar bagi anak, karena melalui bermain anak akan belajar tentang apa yang diinginkan, apa yang ingin mereka ketahui dan pada akhirnya anak mampu mengenal semua peristiwa yang terjadi di sekitar lingkungannya. Dunia anak itu dunia bermain. Bermain diibaratkan suatu teman yang dapat menghidupkan bagi anak.

Dalam kehidupan anak, bermain mempunyai arti yang sangat penting.

Al-Ghazali (dalam Abidin, 2009, hlm. 1) menyatakan bahwa „bermain dapat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan anak baik secara fisik- motorik maupun secara psikologi atau kejiwaannya serta perkembangan intelegensinya.‟ Bermain merupakan suatu aktivitas yang dilakukan dengan spontan yang dilakukan dengan senang hati, dimana anak berinteraksi dengan orang lain, bersosialisasi dengan lingkungannya.

Dengan bermain anak akan mengenal dunianya dan fisik motorik anak berkembang secara optimal.

Permainan adalah suatu kegiatan yang di dalamnya berisi bermain dan mainan. Dimana permainan dan mainan sangat dekat sekali dengan pola perkembangan hidup seorang anak. Mainan dan permainan diberikan sesuai kebutuhan anak untuk mencapai perkembangan pada usianya, material yang digunakannya pun sesuai dengan lingkungan disekitarnya.

Menurut Purnomo dan Novianty (2013,

hlm. 1) “permainan merupakan salah satu bentuk rekreasi yang bertujuan untuk bersenang-senang, mengisi waktu luang, atau berolahraga ringan.” Menurut Maryani (2011, hlm. 26)

permainan tradisional merupakan proses kegiatan yang menyenangkan hati anak dengan menggunakan alat sederhana yang sesuai dengan keadaan dan merupakan hasil panggilan budaya seperti gagasan dan ajaran turun temurun dari nenek moyang.

Permainan tradisional merupakan suatu aktivitas bermain yang di dalamnya telah memiliki aturan yang jelas dan disepakati bersama.

Pada dasarnya permainan tradisional lebih banyak memberikan kesempatan kepada seseorang untuk bermain secara berkelompok. Permainan tradisional mengandung nilai-nilai budaya dan karakter bangsa seperti: kejujuran, kecakapan, solidaritas, kesatuan dan persatuan, keterampilan dan keberanian serta sangat berpotensi untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak.

Modifikasi adalah pembaharuan yakni adanya upaya dalam memperbaharui segala hal yang bertujuan untuk menyusun hal tersebut lebih menarik. Dalam hal ini yang dimodifikasi adalah metode pembelajaran yakni bermain. Bermain banyak macamnya salah satunya adalah permainan tradisional. Menurut Fad (2014, hlm 6) “permainan tradisional perlu diperkenalkan kembali kepada anak-anak serta diperlukan pula regenerasi dan revisualisasi permainan tradisional.”

Modifikasi permainan tradisional pada dasarnya yaitu pembaruan pada suatu permainan dari yang kurang menarik menjadi menarik tanpa menghilangkan fungsi aslinya dan menjadikan permainan yang mudah diterima oleh anak.

Kemampuan motorik kasar anak usia Taman Kanak-kanak yang dapat dikembangkan melalui modifikasi

(5)

permainan tradisional lempar bola, bola piring, dan boy-boyan yakni sejalan dengan aspek perkembangan yang dapat dikembangkan pada anak yakni melempar dan menangkap bola. Namun secara lebih terperinci ada beberapa indikator kemampuan motorik kasar yang dapat dikembangkan melalui modifikasi permainan tradisional diantaranya sebagai berikut:

a. Melakukan gerakan melempar bola Melalui modifikasi permainan tradisional lempar bola, bola piring, dan boy-boyan diharapkan anak mampu melakukan gerakan melempar bola secara terkoordinasi, terarah, dan tepat sebagai bukti bahwa anak memiliki kemampuan motorik yang baik sehingga kemampuan motorik kasarnya dapat dikembangkan. Ketika anak mampu melakukan gerakan melempar bola maka ia mampu mampu melatih fungsi jari dan tangannya serta melatih kekuatan otot tangan anak.

b. Melakukan gerakan menangkap bola dengan dua tangan

Melalui modifikasi permainan tradisional lempar bola, bola piring, dan boy-boyan anak diharapkan mampu menangkap bola dengan dua tangan secara tepat, cepat, dan seimbang. Hal tersebut dikarenakan, apabila anak mampu melakukan gerakan menangkap bola dengan dua tangan pada dasarnya anak sudah mampu melatih konsentrasi dan daya fokus serta melatih sensitivitasnya.

c. Melakukan gerakan melempar dan menangkap bola dari jarak kira-kira 1-2 meter

Melalui modifikasi permainan tradisional lempar bola, bola piring, dan boy-boyan, anak diharapkan mampu melakukan gerakan melempar dan menangkap bola dari jarak kira-kira 1-2 meter dengan tepat, tearah, dan semangat. Hal tersebut dikarenakan pada anak usia Taman Kanak-kanak kemampuan motorik kasarnya sudah

mampu dikembangkan. Indikator tersebut sejalan dengan tahapan perkembangan kemampuan motorik kasar anak yang idealnya sudah dimiliki anak TK yakni melempar dan menangkap bola.

Demikianlah beberapa indikator kemampuan motorik kasar anak yang dapat dikembangkan pada anak usia Taman Kanak-kanak melalui modifikasi permainan tradisional sebagai salah satu metode pembelajaran yang dapat memfasilitasi Pendidikan Anak Usia Dini.

METODE

Metode penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas berarti penulis berupaya untuk memecahkan suatu permasalahan yang terjadi di dalam kelas dan sebagai upaya untuk perbaikan dan peningkatan kualitas dalam proses pembelajaran yang kemudian berdampak pada hasil belajar siswa. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Abidin (2011, hlm.

217) “penelitian tindakan kelas pada dasarnya adalah penelitian yang dilakukan untuk memecahkan masalah, mengkaji langkah pemecahan masalah itu sendiri, dan atau memperbaiki proses pembelajaran secara berulang atau bersiklus.”

Berdasarkan pengertian di atas, penelitian tindakan kelas merupakan upaya meningkatkan dan memperbaiki kualitas proses pembelajaran yang dilakukan pendidik, sehingga mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, dengan melalui penggunaan berbagai tindakan sehingga memperbaiki dan menyelesaikan masalah dalam proses pembelajaran, berdampak positif dalam peningkatan kinerja guru dan kemampuan peserta didik.

Orang-orang yang terlibat dalam penelitian ini yaitu guru, kepala sekolah, siswa, dosen pembimbing skripsi, pihak UPI Kampus Cibiru yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Sasaran penelitian ini adalah anak Kelompok A TK Bakti

(6)

Asih, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Tahun ajaran 2014-2015.

Adapun subjek penelitian tindakan kelas ini adalah seluruh anak pada kelompok A (usia 4-5 tahun) yang berjumlah 13 orang, dengan anak laki-laki 8 orang dan anak perempuan 5 orang.

Definisi operasional ini yaitu untuk menjelaskan secara rinci mengenai variabel-variabel yang digunakan penulis dalam penelitian ini, antara lain :

Pengembangan motorik anak merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk sikap, kepribadian, dan kualitas gerak yang perlu dimiliki oleh seorang anak. Motorik kasar adalah kemampuan yang dimiliki anak untuk menggerakkan otot-otot besar seperti kaki, tangan, dan seluruh tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan fisik anak.

Kemampuan motorik kasar ini dapat diukur dengan indikator, sebagai berikut :

a) Melakukan gerakan melempar bola b) Melakukan gerakan menangkap bola

dengan dua tangan

c) Melakukan gerakan melempar dan menangkap bola dari jarak kira-kira 1-2 meter.

Permainan tradisional merupakan proses kegiatan yang menyenangkan hati anak dengan mempergunakan alat sederhana yang sesuai dengan keadaan dan pada hakikatnya merupakan warisan leluhur yang harus dilestarikan serta mengandung nilai-nilai budaya.

Modifikasi permainan tradisional pada dasarnya yaitu pembaruan pada suatu permainan dari yang kurang menarik menjadi menarik tanpa menghilangkan fungsi aslinya dan menjadikan permainan yang mudah diterima oleh anak. Dengan adanya modifikasi permainan tradisional ini agar anak lebih antusias dalam bermain sehingga dengan perasaan mereka yang senang diharapkan dapat membantu anak dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar anak.

Instrumen yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah penilaian

performa kemampuan motorik kasar anak, lembar observasi, lembar wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi.

Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui teknik observasi, teknik wawancara, dan teknik dokumentasi.

Analisis data dilakukan dengan tiga cara yaitu dengan teknik kualitatif, teknik kuantitatif, dan teknik triangulasi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil dari aktivitas anak saat proses pembelajaran melalui modifikasi permainan tradisional lempar bola dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar anak pada siklus I, dapat digambarkan melalui diagram berikut.

Keterangan:

Aktivitas 1 : Anak fokus terhadap yang diperintahkan oleh guru dalam permainan.

Aktivitas 2 : Anak terlihat antusias dan semangat dalam mengikuti kegiatan bermain.

Aktivitas 3 : Anak melakukan kegiatan bermain dari awal hingga akhir.

Pada siklus I penulis memperkenalkan gerakan melempar dan menangkap bola pada anak melalui modifikasi permainan tradisional lempar bola. Melalui kegiatan bermain ini penulis mengharapkan anak kelompok A dapat mengembangkan kemampuan motorik kasarnya dengan optimal. Sejalan dengan itu dalam buku Anak Prasekolah (dalam

(7)

Sujiono, dkk, 2007, hlm. 1.3) „tertulis bahwa masa lima tahun pertama adalah masa pesatnya perkembangan motorik anak.‟ Pengembangan kemampuan motorik kasar anak melalui modifikasi permainan tradisional. Pada siklus I saat aktivitas pembelajaran berlangsung terdapat beberapa temuan esensial. Pada siklus I kemampuan motorik kasar anak masih rendah, hal ini disebabkan karena anak- anak masih sulit untuk dikondisikan.

Padahal pengkondisian merupakan hal penting untuk dilaksanakan sebelum pembelajaran dimulai. Hal tersebut terjadi karena penulis belum mampu menerapkan aturan-aturan pada anak. Susanto (2012, hlm. 17) mengungkapkan “pentingnya melibatkan suatu peraturan bersama anak- anak menjadikan kondisi kelas kondusif.”

Selanjutnya anak belum sepenuhnya mengerti tentang aturan modifikasi permainan tradisional lempar bola dan anak belum fokus terhadap apa yang diperintahkan oleh guru. Cara mengatasi kendala tersebut yaitu guru harus dapat membuat anak fokus terhadap apa yang dijelaskan oleh guru dan memberikan contoh yang cukup jelas agar anak mengerti.

Sebelum anak-anak mulai permainan guru mencoba menerangkan kilas cara bermain bola yang selanjutnya guru contohkan terlebih dahulu kemudian anak coba satu persatu sebelum main, karena masih ditemukannya anak-anak yang belum paham mengenai aturan dan cara bermain lempar bola. Sebagaimana pendapat pendapat Barlow (dalam Syah, 2010, hlm. 78-79) bahwa „sebagian besar upaya belajar manusia terjadi melalui peniruan (immitation) dan penyajian contoh perilaku (modelling).‟ Dengan demikian jelas bahwa anak akan belajar melalui contoh-contoh yang dilihatnya, dalam hal ini belajar menirukan bermain lempar bola dengan aturan yang telah disepakati.

Selanjutnya anak masih belum semangat dan antusias dalam mengikuti

permainan dari awal sampai akhir disebabkan media dan modifikasi permainan yang digunakan kurang menarik bagi anak sehingga menyebabkan terjadinya kebosanan terhadap anak. Oleh sebab itu, dalam penulisan ini penulis memfokuskan pada aspek kemampuan motorik kasar anak yang akan dikembangkan sehingga pada siklus selanjutnya akan menjadi refleksi penulisan untuk mengubah modifikasi permainan tradisional dan aturan permainannya menjadi lebih menarik lagi dan menjadi lebih mudah dilakukan dan disenangi oleh anak-anak. Hal ini dilakukan agar perkembangan motorik kasar anak dapat berkembang secara optimal.

Kemudian, hasil dari aktivitas pembelajaran pada siklus II mengalami peningkatan karena hasil dari upaya perbaikan yang telah dilakukan. Adapun hasil dari aktivitas anak saat proses pembelajaran melalui modifikasi permainan tradisional lempar piring dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar anak, dapat digambarkan melalui diagram berikut.

Pada siklus II aktivitas pembeljaran dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar anak sudah mulai berkembang, hal ini disebabkan karena anak-anak sudah mulai bisa dikondisikan.

Karena pada siklus II guru menetapkan peraturan yang baru. Dimana guru harus konsisten menetapkan aturan permainan sesuai dengan kesepakatan awal bersama anak. Tindakan yang dilakukan dalam

(8)

penulisan pada situasi tersebut didukung oleh pendapat Hidayat (2007, hlm. 1.10) bahwa “pendidik harus mampu menunjukkan sikap taat atas (konsisten) terhadap anak untuk memudahkan anak mempelajari dan memahami apa yang diharapkan darinya.”

Pada siklus II modifikasi permainan tradisional yang dilakukan oleh guru dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar anak yaitu dengan modifikasi permainan tradisional lempar piring. Pada siklus II ini, anak mulai fokus terhadap yang diperintahkan oleh guru. Hal ini disebabkan karena guru memberikan penguatan kepada siswa secara verbal.

Dengan mengucapkan “hebat hebat hebat”

ataupun penguatan secara verbal lainnya.

Tujuannya agar lebih memotivasi anak agar lebih fokus, antusias, dan semangat dalam mengikuti kegiatan bermain dan anak akan mengikuti instruksi guru dalam kegiatan permainan. Pujian kepada anak berdampak pada pengulangan tingkah laku yang diharapkan guru. Hal ini dikemukakan pula oleh Joni dan Pah (dalam Halimah, 2013, hlm. 54) „penguatan adalah respons terhadap tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulang kembali tingkah laku tersebut.‟

Anak mulai antusias dan semangat dalam mengikuti kegiatan bermain dari awal sampai akhir. Hal ini disebabkan guru menyediakan media yang dapat menarik perhatian anak. Media memiliki peranan penting dalam meningkatkan motivasi anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, hal ini sejalan dengan pendapat Harmalik (dalam Arsyad, 2011, hlm. 15) mengemukanan bahwa „pemakaian media belajar dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi siswa.‟ Dengan menggunakan bola yang lebih berwarna-warni menjadikan anak terlihat antusias dan semangat dalam mengikuti kegiatan bermain.

Hasil dari aktivitas pembelajaran pada siklus III mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya hal ini terjadi karena hasil dari upaya perbaikan yang telah dilakukan. Adapun hasil dari aktivitas anak saat proses pembelajaran melalui modifikasi permainan tradisional boy- boyan dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar anak, dapat digambarkan melalui diagram berikut :

Anak sudah mampu fokus terhadap apa yang diperintahkan oleh guru. Hal ini disebabkan karena penguatan yang dilakukan oleh guru tidak hanya berupa verbal saja, namun adapula pernguatan berupa tanda atau benda. Penguatan dalam bentuk benda berupa simbol memberi bintang kemudian ditempelkan di papan reward. Sehingga anak mengetahui, yang mendapat bintang yang paling banyak artinya anak yang patuh kepada instruksi dari guru. Hal tersebut dilakukan supaya anak lebih semangat dalam kegiatan belajar mengajar. Penggunaan reward harus digunakan secara selektif karena menghindari esensi dari papan reward tersebut. Sesuai dengan yang dikatakan oleh Halimah (2013, hlm. 58)

penguatan berupa tanda atau benda, penguatan jenis ini dapat berupa simbol, seperti memberikan komentar tertulis pada hasil pekerjaan pesert didik, atau tanda (V), atau tanda bintang pada hasil pekerjaan peserta didik yang betul.

Sedangkan penguatan yang berupa benda, seperti pemberian prangko untuk koleksi, kartu gambar,

(9)

lencana, buku cerita, dan benda- benda yang lainnya yang sesuai dengan kegemaran peserta didik.

Pemberian penguatan berupa benda ini, tentu saja akan kurang mendidik apabila diberikan terlalu sering.

Oleh karen itu, penggunaannya hendaknya dilakukan secara selektif.

Anak sudah antusias dan semangat dalam mengikuti kegiatan bermain dari awal sampai akhir. Hal ini sesuai dengan pendapat Abidin (2009, hlm. 3) yang menyatakan bahwa “bermain pada dasarnya adalah aktivitas yang sangat menyennagkan dan mengasyikkan bagi anak-anak.”

Kemampuan guru dalam membimbing anak pada siklus III ini sudah bagus. Guru juga sudah mampu memodifikasi permainan tradisional boy- boyan yang cukup menarik bagi anak, sehingga anak lebih tertarik untuk mengikuti permainan. Hal ini sejalan dengan Menurut Maryani (2011, hlm. 26)

permainan tradisional merupakan proses kegiatan yang menyenangkan hati anak dengan menggunakan alat sederhana yang sesuai dengan keadaan dan merupakan hasil panggilan budaya seperti gagasan dan ajaran turun temurun dari nenek moyang.

Permainan tradisional merupakan suatu aktivitas bermain yang di dalamnya telah memiliki aturan yang jelas dan disepakati bersama.

Adapun menurut Abidin (2009, hlm. 71) “permainan tradisional merupakan jenis permainan yang mengandung nilai- nilai budaya, pada hakikatnya merupakan warisan leluhur yang harus dilestarikan keberadaannya.” Dengan modifikasi permainan tradisional anak menjadi lebih tertarik dan lebih mudah memainkan permainannya. Modifikasi permainan tradisional diciptakan untuk lebih memaksimalkan kemampuan anak agar

tidak mengalami kejenuhan dalam pembelajaran.

Adapun rekapitulasi aktivitas

pembelajaran siswa dalam

mengembangkan kemampuan motorik kasar anak melalui modifikasi permainan tradisioal pada siklus I, II, dan III. Dapat dilihat pada diagram di bawah ini.

Data di atas menyatakan bahwa aktivitas pembelajaran siswa dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar anak melalui modifikasi permainan tradisional dapat berkembang sesuai dengan harapan. Dapat dilihat dari aktivitas pertama yaitu anak fokus terhadap yang diperintahkan oleh guru dalam permainan pada siklus satu dengan persentase sebesar 75%, spada siklus dua dengan persentase sebesar 92%, kemudian aktivitas anak lebih berkembang pada siklus tiga sebesar 100%.

Pada aktivitas kedua anak terlihat antusias dan semangat dalam mengikuti kegiatan bermain pada siklus satu dengan persentase sebesar 67%, pada siklus dua sebesar 85%, dan aktivitas anak lebih berkembang pada siklus tiga sebesar 92%. Selanjutnya pada aktivitas tiga anak mampu melakukan kegiatan bermain dari awal hingga akhir pada siklus satu sebesar 83%, selanjutnya pada siklus dua sebesar 92%, dan lebih berkembang pada siklus tiga sebesar 92%.

Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa anak sudah mampu fokus terhadap yang diperintahkah guru dalam permainan, anak sudah terlihat antusias dan semangat dalam mengikuti kegiatan bermain, serta anak mampu

(10)

melakukan kegiatan bermain dari awal hingga akhir.

Adapun rekapitulasi nilai dari siklus I, II, dan III, menunjukkan peningkatan kemampuan anak secara signifikan. Dapat dilihat dari rekapitulasi di bawah ini.

Data di atas menyatakan bahwa kemampuan motorik kasar anak melalui modifikasi permainan tradisional dapat berkembang secara optimal. Dapat dilihat dari indikator pertama yaitu anak mampu melakukan gerakan melempar bola, pada siklus satu persentase kemampuan anak sebesar 33%, pada siklus dua kemampuan anak sebesar 61%, dan kemampuan anak semakin berkembang pada siklus tiga sebesar 92%. Sehingga dapat disimpulkan kemampuan motorik kasar anak, dalam melakukan gerakan melempar bola berkembang secara optimal. Pada indikator kedua anak mampu melakukan gerakan menangkap bola dengan dua tangan, pada siklus satu persentase kemampuan anak sebesar 25%, pada siklus dua sebesar 54%, dan kemampuan anak lebih berkembang pada siklus tiga sebesar 85%. Selanjutnya pada indikator tiga kemampuan anak melakukan gerakan melempar dan menangkap bola dari jarak kira-kira 1-2 meter, pada siklus satu persentase kemampuan anak sebesar 17%, pada siklus dua sebesar 46%, dan lebih berkembang pada siklus tiga sebesar 77%. Berdasarkan hal tersebut maka, dapat disimpulkan bahwa modifikasi permainan tradisional dapat mengembangkan kemampuan motorik kasar anak.

Peningkatan perkembangan kemampuan motorik kasar anak tersebut didukung oleh beberapa faktor. Pertama karena penulis selalu memberikan motivasi baik dalam bentuk reward verbal maupun non verbal karena pada hakikatnya peningkatan semangat belajar anak-anak itu harus didukung oleh motivasi yang tinggi.

Hal tersebut seperti yang telah dikemukakan oleh Yusriana (2012, hlm.

161) yang mengatakan “masa anak-anak adalah masa yang harus dijejali dengan banyak motivasi, tanpa motivasi mustahil mereka akan sungguh-sungguh dalam belajar”. Faktor kedua karena adanya peraturan yang penulis buat bersama anak- anak sehingga kondisi kelas lebih kodusif dan pembelajaran pun dapat dilaksanakan secara optimal. Hal tersebut bertemali dengan yang dikemukakan oleh Susanto (2012, hlm. 17) bahwa “pentingnya melibatkan suatu pembuatan peraturan bersama anak-anak menjadikan kondisi kelas kondusif.” Faktor ketiga yakni media yang digunakan pada setiap siklus yang disajikan pada anak dari setiap tindakan menggunakan media yang berbeda dan makin menarik minat anak sehingga anak pun bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Media memiliki peranan penting dalam meningkatkan motivasi anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, hal ini sejalan dengan pendapat Harmalik (dalam Arsyad, 2011, hlm. 15) mengemukanan bahwa „pemakaian media belajar dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi siswa.‟ Faktor keempat yaitu modifikasi permainan tradisional pada setiap siklus yang berbeda yang menjadikan anak tertarik untuk terus mengikuti kegiatan pembelajaran melalui kegiatan bermain.

Melalui modifikasi permainan tradisional dapat mengembangkan kemampuan motorik anak. Hal tersebut sejalan dengan Sanusi dan Amrullah (2014, hlm. 3)

(11)

menyatakan bahwa “di dalam permainan/olahraga tradisional terdapat unsur-usur fisik diantaranya kekuatan (streght), kecepatan (speed), kelincahan (agility), daya ledak (power), fleksibilitas (fleksibility), dan daya tahan (endurance).”

Jadi keempat faktor tersebutlah yang paling berperan penting dalam perkembangan kemampuan motorik kasar anak dalam penulisan ini.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dianalisis, direfleksi, dan di bahas. Maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran melalui modifikasi permainan tradisional untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar anak pada kelompok A1 TK Bakti Asih dilaksanakan dalam tiga siklus yang setiap siklusnya dibagi ke dalam tiga tindakan. Pada siklus satu, aktivitas pembelajaran melalui modifikasi permainan tradisional lempar bola. Pada siklus dua, aktivitas pembelajaran melalui modifikasi permainan tradisional lempar piring. Pada siklus tiga, aktivitas pembelajaran melalui modifikasi permainan tradisional boy-boyan.

Modifikasi permainan tradisional mampu mengembangkan kemampuan motorik kasar anak usia dini. Hal tersebut dilihat dari hasil kemampuan motorik kasar anak melalui modifikasi permainan tradisional dapat berkembang secara optimal. Dapat dilihat dari hasil nilai yang diperoleh setiap siklusnya. Pada indikator pertama yaitu anak mampu melakukan gerakan melempar bola pada siklus I persentase kemampuan anak sebesar 33%, pada siklus II kemampuan anak sebesar 61%, dan pada siklus III sebesar 92%.

Selanjutnya, pada indikator kedua anak mampu melakukan gerakan menangkap bola dengan dua tangan pada siklus I kemampuan anak sebesar 25%, pada siklus II sebesar 54%, dan pada siklus III sebesar

85%. Kemudian pada indikator tiga kemampuan anak melakukan gerakan melempar dan menangkap bola dari jarak kira-kira 1-2 meter pada siklus I sebesar 17%, pada siklus II sebesar 46%, dan siklus III sebesar 77%.

Penigkatan perkembangan kemampuan motorik kasar anak tersebut didukung oleh beberapa faktor. Pertama karena peneliti selalu memberikan motivasi baik dalam bentuk reward verbal maupun non verbal karena pada hakikatnya peningkatan semangat belajar anak-anak itu harus didukung oleh motivasi yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2009). Bermain. Bandung : Rizqi Press.

Abidin, Y. (2011). Penelitian pendidikan dalam gamitan pendidikan dasar dan PAUD. Bandung: Rizqi Press.

Arsyad, A. (2011). Media pembelajaran.

Jakarta : RAJAGRAFINDO PERSADA

Depdiknas. (2008). Pengembangan kemampuan motorik kasar di taman kanak-kanak. Jakarta : Depdiknas.

Fad, A. (2014). Kumpulan permainan anak tradisional indonesia. Jakarta : CIF (Penebar Swadaya Grup).

Halimah, L. (2013). Sikap profesional guru dan keterampilan dasar mengajar.

Bandung : Rizqi.

Hidayat, O. S. (2007). Metode pengembangan moral dan nilai- nilai agama. Jakarta : Universitas Terbuka.

Hurlock, E. B. (1978). Perkembangan anak jilid 1. Jakarta : Erlangga.

(12)

Maryani, Y. (2011). Peningkatan kemampuan gerak dasar manipulatif pada anak usia dini melalui permainan tradisional boy-boyan. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Purnomo & Novianty. (2013). Games for fun learning and teaching.

Bandung: Yrama Widya.

Sanusi & Amrullah. (2014). Olahraga tradisional. Cianjur: PJKR Universitas Suryakancana.

Solehuddin, M. (2000). Konsep dasar pendidikan anak prasekolah.

Bandung : FIP Universitas Pendidikan Indonesia.

Sujiono, B. dkk. (2007). Metode pengembangan fisik. Jakarta : Universitas Terbuka.

Susanto, A. (2012). Perkembangan anak usia dini pengantar dalam berbagai aspeknya. Jakarta:

Kencana.

Suyadi & Ulfah. (2013). Konsep dasar PAUD. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Syah. (2010). Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA Yusriana, A. (2012). Kiat-kiat menjadi

guru PAUD yang disukai anak- anak. Jogjakarta: Diva Press.

Referensi

Dokumen terkait

Demikianlah untuk dapat diketahui dan disebar luaskan kepada yang ber

Perbedaan utama jenis media komunikasi perorangan dan perkantoran dalam tersambung ke Internet yaitu : Perorangan meggunakan modem Dial-up, handphone, dan meggunakan

Demikianlah untuk dapat diketahui dan disebar luaskan kepada yang ber

Keuntungan menggunakan metode AANC antara lain hasil analisis dapat diperoleh cepat, tidak merusak, dan cuplikan yang memiliki lebih dari satu unsur dapat diketahui pada saat

Dalam hal ini model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu : (1) Rasional teoritik yang logis disusun oleh

Kebanyakan dari masyarakat Indonesia belum memiliki mental yang baik dalam berwirausaha sehingga menjadi penyebab Indonesia merupakan Negara yang kurang dari 2% penduduknya

Penilaian status gizi termasuk mendeteksi masalah nutrisi dan pe- nilaian pertumbuhan merupakan keharusan atau bagian yang tidak terpisahkan dari pemeriksaan

C meristem generatif tersebut mampu berkembang dan menginisiasi umbel bunga. Inisiasi umbel bunga meningkat pada tanaman bawang merah dengan aplikasi BAP 37,5 ppm dan