• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari sikap kurang baik menjadi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari sikap kurang baik menjadi"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Belajar 1. Pengertian

Pengertian belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari sikap kurang baik menjadi baik, pada intinya bahwa belajar adanya perubahan perilaku. Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat mendasar dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik itu dilingkungan sekolah/lembaga formal atau dilingkungan keluarga. Oleh karena itu pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek sangatlah penting.

Menurut para ahli psikologi menjelaskan dan mendefinisikan tentang belajar (learning), hakikatnya memiliki kesamaan makna, yaitu menunjukan pada perubahan perilaku atau pribadi seseorang yang didapat berdasarkan hasil praktek dan pengalaman. Nana Sujana (1990:5) menjelaskan belajar adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktek dan latihan.

Hal ini menunjukan bahwa seseorang dikatakan belajar akan ditunjukan adanya perubahan pengetahuan, adanya pemahaman, persepsi dan adanya

(2)

menjelaskan bahwa terbentuknya tingkah laku sebagai hasil belajar mempunyai tiga ciri pokok yakni (1) tingkah laku baru itu berupa kemampuan aktual dan potensial (2) kemampuan itu berlaku dalam waktu yang relatif lama dan (3) kemampuan baru diperoleh melalui usaha. Untuk lebih memperjelas tentang pengertian belajar berikut ini akan dikemukakan menurut beberapa ahli:

Menurut Wittig (1981) dalam bukunya phychology of learning mendefisinikan belajar sebagai “any relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that occurs as a result of experience” (belajar

adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.

(Muhibin syah, 2003:66).

Winkel, 1999 yang dikutif oleh Purwanto (2009:38) Menjelaskan bahwa:

Belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam mengetahuan, keterampilan dan sikap. Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan), menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil pengalaman.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang ditunjukan dengan perubahan pengetahuan, sikap dan kemampuan/keterampilan yang diperoleh melalui usaha, interaksi dengan lingkungan dan hasil belajarnya selalu menetap dalam waktu yang lama.

(3)

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Baik buruknya hasil belajar pada siswa sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Muhibin syah ( 2003:144) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat digolongkan pada tiga faktor: 1) Faktor internal (faktor dalam diri siswa), 2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) 3) Faktor pendekatan belajar (approach to leraning).

a. Faktor Internal Siswa

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah)

1). Aspek fisiologis

Aspek fisiologis menyangkut kondisi jasmani yang menekankan pada tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, hal ini akan mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pembelajaran. Kondisi tubuh yang lemah, apalagi disertai jika dengan rasa pusing, ini akan menurunkan kualitas kemampuan berpikir (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya kurang atau tidak berbekas. Begitu pula yang behubungan dengan kemapuan panca indera, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan.

2). Aspek Psikologis

(4)

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar. Lebih lanjut Muhibin (2009:147) menjelaskan bahwa faktor rohaniah yang pada umumnya dipandang essensial adalah (1) tingkat kecerdasan/ intelegensi, (2) sikap siswa, (3) bakat siswa (4) motivasi siswa.

(1) Intelegensi siswa

Menurut Reber (1988) yang dijelaskan Muhibbin syah (2003:147) Intelegensi dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Hal ini dapat dijelaskan bahwa tingat kecerdasan/ intelegensi siswa tak dapat diragukan, bahwa hasil belajar siswa itu sangat dipengaruhi oleh tingkat kecerdasannya, makin tinggi tingkat kecerdasannya makin besar peluang untuk mendapat prestasi hasil belajar.

(2) Sikap siswa

Selanjutnya Muhibbin (2003:147) menjelaskan bahwa sikap merupakan gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya baik secara positif mapun negatif. Hal ini dapat dijelaskan bahwa siswa dalam belajar itu dapat merespon positif atau negatif terhadap pelajaran, untuk itu bagi seorang guru untuk selalu memunculkan sikap positif terhadap dirinya dan mata pelajarannya.

(5)

(3) Bakat siswa

Menurut Chaplin 1972 yang dijelaskan Muhibbin, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Hal ini dapat dijelaskan bahwa bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar, untuk itu seorang guru harus pula mengetahui bakat yang ada pada diri siswa

(4) Motivasi siswa

Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan untuk mencapai suatu keinginan. Motivasi merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Untuk itu seorang guru harus pandai memotivasi belajar siswa sehingga materi yang disampaikan dapat diserap oleh siswa.

b. Faktor Eksternal Siswa

Faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor eksternal atau faktor dari luar siswa diantaranya adalah lingkungan. Faktor lingkungan itu diantaranya: 1) lingkungan sosial, 2) Lingkungan non sosial

1). Lingkungan Sosial, diantaranya lingkungan sekolah seperti para guru, para staf administrasi, teman-teman sekelas, lingkungan keluarga seperti kebiasaan orang tua, dan lingkungan masyarakat seperti kondisi lingkungan masyarakat akan sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.

(6)

2). Lingkungan Non sosial, diantaranya rumah tempat tinggal keluarga siswa, gedung sekolah, alat-alat belajar, waktu belajar, latar belakang pendidikan orang tua. Faktor ini dipandang turut menentukan keberhasilan belajar siswa.

c. Faktor Pendekatan Belajar

Faktor lain yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa adalah faktor pendekatan belajar yang digunakan oleh guru. Keberhasilan belajar siswa lebih banyak ditentukan pula oleh guru dalam mengelola kelas, oleh karena itu guru harus pandai-pandailah dalam menggunakan pendekatan belajar siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Sesuai penjelasan Jamarah (2006:53) bahwa dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan belajar secara arif dan bijaksana, bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik.

Berdasarkan tiga penjelasan di atas bahwa untuk keberhasilan belajar siswa dalam belajar maka seorang guru harus mempertimbangkan tiga faktor penting dalam belajar yaitu faktor internal yang berhubungan dengan aspek fisiologis dan psikologis siswa, faktor eksternal yang berhubungan intelegensi, sikap, bakat dan motivasi siswa serta faktor pendekatan belajar dalam mengelola kelas.

B. Konsep Belajar Matematika 1. Pengertian Konsep

(7)

Konsep merupakan dasar bagi proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Konsep dapat menunjukkan objek, aktivitas atau benda hidup. Pengertian tentang pemahaman konsep memiliki pengertian yang beragam untuk lebih memperjelas pengertian konsep berikut penjelasan menurut para ahli.

Menurut Nasution (2003: 161) bahwa bila seseorang dapat menghadapi benda atau peristiwa sebagai suatu kelompok, golongan, kelas atau katagori, maka seseorang tersebut telah belajar konsep. Konsep yang dimaksud adalah sesuatu yang kita ketahui menpunyai sifat yang terdapat dalam kelas, kelompok atau katagori yang dinyatakan dengan nama, warna, bentuk, ukuran binatang dan sebagainya maka seseorang tersebut telah memahami sebuah konsep. Konsep dapat menunjukkan objek, aktivitas atau benda hidup. Untuk lebih memahami pengertian konsep berikut ini dijelaskan menurut para ahli. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, konsep adalah sesuatu yang diterima dalam pikiran atau sesuatu yang umum dan abstrak. Lebih lanjut Dahar (1998:97) bahwa konsep adalah sebuah abstraksi yang mewakili suatu kelas objek-objek, kejadian- kejadian dan hubungan yang mempunyai atribut yang sama.

Berdasarkan penjelasan tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan konsep adalah ide abstrak yang digunakan untuk mengelompokan objek-objek ke dalam contoh dan bukan contoh pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah.

(8)

Menurut Klausmeier yang dijelaskan Dhiasari (2006:16) menjelaskan ada empat tahapan/tingkatan pencapaian konsep

1). Tingkat kongkrit

Seseorang telah memiliki tingkatan konsep yang paling dasar yaitu tingkatan kongkrit, apabila sesorang itu telah mengenal benda yang telah dihadapi sebelumnya

2). Tingkat identitas

Pada tingkatan ini, seseorang akan mengenal objek sesudah mengalami selang waktu

3). Tingkat klasifikasi

Pada tingkatan ini, seseorang sudah mengenal persamaan-persamaan dari dua contoh yang berbeda dari kelas yang sama walaupun seseorang tersebut tidak dapat menemukan kriteria atribut apapun atau menentukan kata-kata yang tepat untuk mewakili konsep terebut.

4). Tingkat Formal.

Pada tingkat formal, seseorang sudah dapat menyimpulkan bahwa ia telah dapat mencapai suatu konsep pada tingkat formal. Pada tahap ini.

Seseorang/siswa telah memberi nama konsep, mendefinisikan konsep itu dalam atribut-atribut yang membatasi dan mengevaluasi secara verbal contoh-contoh dan bukan contoh dari konsep.

2. Pengertian Matematika

(9)

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD/MI, untuk itu seorang guru hendaknya mengetahui dan memahami objek yang diajarkannya. Berdasarkan dari beberapa literatur bahwa matematika berasal dari bahasa latin yang awalnya diambil dari bahasa Yunani yaitu mathematike yang mengadung arti mempelajari. Asal katanya mathema yang

berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubungan dengan kata lainnya yaitu mathein atau mathenein yang berarti belajar (berfikir). Menurut Russeffendi (1980) yang dikutif oleh Erna Suwangsih (2006: 3) menjelaskan bahwa matematika lebih menekankan pada kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan pada hasil eksperimen atau hasil observasi, matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses dan penalaran. Hal ini memberikan penjelasan bahwa matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunia secara empiris, kemudian dari pengalaman itu diproses dalam rasio, diolah dan dianalisis dengan penalaran didalam struktur berfikir (kognitif) sehingga terbentuk konsep-konsep matematika agar matematika ini dapat dipahami dengan mudah oleh orang lain.

Menurut James yang dijelaskan Marlina, (2004:121) menjelaskan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, besaran dan konsep- konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak dan terbagi kedalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri.

(10)

Lebih lanjut menurut Jhonson, Rising dalam Russefendi (1972) yang dijelaskan oleh Erna Suwangsih (2006: 4) bahwa

Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide dari pada mengenal bunyi.

Matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat dalam teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya adalah ilmu tentang keteraturan pola atau ide, dan matematika itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan kehamonisannya.

Adapun kegunaan mempelajari matematika menurut (Depdiknas, 2004:

Marlina:13) dapat digunakan pada mata pelajaran yang lain seperti ekonomi, fisika, biologi dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam bidang perdagangan, perumahan dan sebagainya. Pembelajaran matematika memilki arti penting bagi siswa. Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dasar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi dan eksperimen sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan modal matematika serta sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, diagram dalam menjelaskan gagasan, tujuan pembelajaran matematika adalah melatih cara berfikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa matematika lebih menekankan pada penalaran, pengetahuan terstruktur yang terorganisasi dengan baik, ilmu deduktif dan ilmu tentang pola dan hubungan serta matematika merupakan bahasa simbol

(11)

karena terdiri dari simbol-simbol yang berlaku secara umum, serta dapat memberikan manfaat dalam kehidupan sehari-hari.

3. Penjumlahan dan pengurangan

Penjumlahan dan pengurangan merupakan pengerjaan operasi hitung yakni operasi atau pengerjaan hitungan yang melibatkan lebih dari dua bilangan atau lebih dari satu operasi hitungan yang didalamnya merujuk pada aturan atau perjanjian tertentu.

C. Hakikat Strategi Somatis Auditori Intelektual (SAVI) 1. Pengertian Strategi Somatis Auditori Intelektual (SAVI)

Strategi pembelajaran merupakan suatu cara guru melaksanakan pembelajaran atau tindakan nyata guru dalam melaksanakan pengajaran melalui cara-cara tertentu yang dinilai lebih efektif dan efisien. Menurut Syaeful Bahri, Aswan zein (2006:5) strategi merupakan suatu garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai tujuan. Dalam kegiatan belajar mengajar sudah pasti ingin mencapai tujuan pembelajaran untuk itu diperlukan suatu strategi pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar.

Strategi Somatis Auditori Visual Intelektual (SAVI) merupakan salah satu strategi yang digunakan dalam pembelajaran. Strategi Somatis Auditori Visual Intelektual (SAVI) adalah strategi pelajaran dengan berbuat dan bergerak (somatis) belajar berbicar dan mendengar (Auditori), belajar dengan mengamati

(12)

berfikir (Intelektual). Menurut Tri Mulyono dalam http://trimulyonoes.blogspot.com/2009/01/strategi-pembelajaran-quantum-

teaching. Menjelaskan bahwa

Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara- cara yang berbeda. Mengkaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif dan hidup

Menurut Meier (2002:91) Bahwa Pembelajaran dengan menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan pengunaan semua indera dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. Unsur-unsur Strategi Somatis Auditori Visual Intelektual (SAVI) adalah sebagai berikut:

1. Somatis (S) : Belajar dengan bergerak dan berbuat 2. Auditori (A) : Belajar dengan berbicara dan mendengar

3. Visual ( V) : Belajar dengan mengamati dan menggambarkan 4. Intelektual (I) : Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung.

2. Karakteristik Strategi SAVI

Sesuai dengan singkatan dari SAVI sendiri yaitu Somatic, Auditori, Visual dan Intektual, maka karakteristiknya ada empat bagian yaitu:

1) Somatic

(13)

”Somatic” berasal dari bahasa yunani yaitu tubuh – soma. Jika dikaitkan dengan belajar maka dapat diartikan belajar dengan bergerak dan berbuat. Sehingga pembelajaran somatic adalah pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan tubuh (indera peraba, kinestetik, melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh sewaktu kegiatan pembelajaran berlangsung).

2) Auditori

Belajar dengan berbicara dan mendengar. Pikiran kita lebih kuat daripada yang kita sadari, telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi bahkan tanpa kita sadari. Ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara beberapa area penting di otak kita menjadi aktif.

Hal ini dapat diartikan dalam pembelajaran guru hendaknya mengajak siswa membicarakan apa yang sedang mereka pelajari, menerjemahkan pengalaman siswa dengan suara. Mengajak mereka berbicara saat memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan makna-makna pribadi bagi diri mereka sendiri.

3) Visual

Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam otak kita terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Setiap siswa yang menggunakan

(14)

visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku atau program computer.

Secara khususnya pembelajar visual yang baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan sebagainya ketika belajar.

4) Intelektual

Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Tindakan pembelajar yang melakukan sesuatu dengan pikiran mereka secara internal ketika menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Hal ini diperkuat dengan makna intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta, dan memecahkan masalah.

3. Prinsip Penerapan Strategi SAVI

Dikarenakan pembelajaran SAVI sejalan dengan gerakan Accelerated Learning (AL), maka prinsipnya juga sejalan dengan AL yaitu:

1) pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh 2) pembelajaran berarti berkreasi

3) kerjasama membantu proses pembelajaran

4) pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan

5) belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan umpan balik.

6) emosi positif sangat membantu pembelajaran.

(15)

4. Langkah-langkah pembelajaran dalam Srtategi SAVI 1). Pengelompokan siswa

2). Pembelajaran menekankan pada pengunaan berbagai media 3). Siswa mendemontrasikan konsep

4). Siswa memecahkan masalah secara berkelompok 5). Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok diskusi

a. Pengelompokan siswa

Dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan SAVI langkah awal adalah dengan pembentukan kelompok, banyak cara untuk pembentukan kelompok misalnya dengan menyebutkan salah satu angka yang disediakan guru, kemudian siswa memilih angka paling disenangi oleh siswa, Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam kerja kelompok, dan siswa akan menyenangi bekerja dalam kelompok yang telah dipilihnya.

b. Pembelajaran menggunakan media

Media pembelajaran merupakan alat bantu guru dalam memberikan materi agar lebih mudah dalam pembelajaran. Menurut Ruswandi ( 2008 :17) bahwa media dapat mendukung terhadap penggunaan strategi belajar mengajar sekaligus membantu tercapainya tujuan pembelajaran. Kegunaan menggunakan media sangat berperan dalam proses pembelajaran, lebih lanjut Ruswandi menjelaskan secara umum fungsi media; (1). Memperjelas

(16)

Menimbulkan gairah belajar dan interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar (4) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, audio dan kinestetiknya, dan (5) Memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.

c. Siswa mendemontrasikan

Dalam Pembelajaran adakalanya sejumlah konsep masih belum dapat dipahami oleh siswa, betapapun mudahnya penjelasan secara verbal atau visual yang diberikan. Salah satu cara untuk mengetahui gambaran materi terkuasai oleh siswa yakni dengan meminta untuk mempraktikan hasil pekerjaannya

d. Siswa Memecahkan masalah dalam kelompok

Setelah siswa mendapatkan masalah soal, maka akan lebih mudah apabila pemecahan masalah/soal dengan mendiskusikan terlebih dahulu dengan kelompok. Didalam kelompok tersebut masalah akan dipecahkannya

e. Siswa mempresentasikan hasil diskusinya

Pada langkah terakhir pendekatan SAVI ini, bahwa siswa akan mempresentasikan hasil karya kelompoknya, pada tahap ini adanya tanya jawab, saran-saran dan sebagainya.

Referensi

Dokumen terkait

dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2012:6). Penelitian yang telah dilakukan ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan etnomatematika pada proses

a) Ruang baca berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik dan pendidik memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka. c) Ruang baca dilengkapi sirkulasi

Menentukan parameter-parameter pemotongan yang berpengaruh dalam prosese pengerjaan (kecepatan potong, kecepatan sayat, kedalaman pemakanan, waktu pemotongan dll)..

Memilih Unit Sampling Memilih Unit Sampling Unit sampling dipilih ke dalam sampel melalui Unit sampling dipilih ke dalam sampel melalui prosedur acak, artinya pemilihan unit sampling

\Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Daryanto (2011: 67) pembinaan dan pengembangan siswa seperti : olahraga, kesenian, kegiatan-kegiatan sosial dan

Nilai prestasi belajar tersebut telah melampaui Kriteria Ketuntasan Minimal (70,00). b) Aktivitas dosen dalam pembelajaran pada siklus pertama ini umumnya terlihat

Beberapa hal yang dihasilkan dari penelitian ini adalah teridentifikasinya aspek-aspek yang berpengaruh dalam penentuan lokasi kampung budaya, yaitu keberadaan adat

Penelitian Kompetensi STEI F/S 265 HENDRAWAN Studi Pengiriman Video Terkompresi Video  Streaming Pada Link Transmisi dengan Packet Loss  dan Jitter Tinggi