• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI SASTRA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS

سانجلا

/Al-Jināsu/ DALAM KITAB

ةيفلا نتم

/matnu al-fiyati/

Analisis Ilmu Badi’

SKRIPSI OLEH

MAR ATUSH SHOLIHAH 150704030

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatau perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan didalam daftar pustaka.

Apabila pernyataan yang saya perbuat tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan,

Mar Atush Sholihah NIM. 150704030

(5)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis

سانجلا

/Al-Jināsu/ dalam Kitab

ةيفلا نتم

/matnu al-

fiyati/” sebagai Suatu karya tulis dalam memenuhi tugas akhir untuk mendapatkan gelar Sarjana Sastra (S.S) pada Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Medan.

Shalawat beriring salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya, semoga kita mendapat syafaatnya di yaumul mahsyar kelak, aamiin ya Robbal‟alamiin.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang harus dibenahi, disebabkan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan peneliti. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritikan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan bagi para pembaca khususnya bagi para peminat bahasa arab.

Medan, 01 Agustus 2019

Mar Atush Sholihah Nim, 150704030

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur alhamdulillah peneliti ucapkan atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya skripsi ini dapat diwujudkan. Peneliti menyadari terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati peneliti ingin mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Yang teristimewa dengan penuh kasih sayang dan rasa cinta peneliti ucapkan kepada Ayahanda Pardiman, S.Pd dan Ibunda Kasmirah S.Pd atas pengorbanan dan ketulusannya dalam menasehati dan memberikan dukungan moril maupun materil yang tidak terhingga nilainya hingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana. Semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat dan ridha-Nya. Aamiin.

2. Yang terhormat Bapak Prof. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

3. Yang terhormat Bapak Dr. Budi Agustono, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Bapak Prof. Drs. Mauly Purba, M.A., Ph.D selaku Wakil Dekan I, Ibu Dra. Heristina Dewi, M.Pd selaku Wakil Dekan II, Bapak Prof. Ikhwanuddin Nasution, M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, dan kepada sivitas akademika yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

4. Yang terhormat Ibu Dra. Rahlina Muskar Nst, M.Hum., Ph.D selaku Ketua Program Studi Sastra Arab dan kepada Bapak Drs. Bahrum Saleh, M.Ag selaku Sekretaris Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara sekaligus selaku dosen Penasehat Akademik saya yang telah memberikan banyak kritik dan saran yang membangun.

5. Yang terhormat Bapak Drs. Suwarto, M.Hum selaku dosen pembimbing yang dengan penuh perhatian telah memberikan nasehat, bimbingan dan arahan

(7)

dalam penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat peneliti rampungkan dengan baik.

6. Yang terhormat Ibu Prof. Pujiatai, M.Soc., Ph.D dan Dr. Rahimah, M.Ag selaku dosen penguji dan pengajar dengan penuh perhatian, serta kasih dan sayang yang telah membantu dalam proses penelitian ini hingga selesai tepat pada waktunya.

7. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada seluruh Staf Pengajar Program Studi Sastra Arab pada khususnya dan Staf Pengajar Fakultas Ilmu Budaya USU pada umumnya yang telah mendidik dan menuangkan ilmunya semenjak peneliti terdaftar menjadi mahasiswa Sastra Arab FIB USU hingga menyelesaikan skripsi ini. Serta Kak Fitria Rustina, S.E selaku Staf Administrasi di Program Studi Sastra Arab yang telah banyak membantu peneliti dalam hal administrasi.

8. Terkhusus Nanda Syahputra yang selama ini telah setia menemani peneliti disaat senang maupun susah, yang siap meluangkan waktunya untuk membantu peneliti dari awal pembuatan hingga akhir penyelesaian skripsi ini.

Dan selalu bersedia memberikan dukungan, motivasi dan doa sehingga peneliti terus semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Tersayang sahabat-sahabat terbaikku di sastra arab, Dila, Saila, Fitriani, Suwardini, Puja, Hazrina, yang telah banyak membantu peneliti dan selalu siap direpotkan serta selalu memberi semangat sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini. Dan seluruh keluarga besar Sastra Arab angkatan 2015, Rauda, Shakila, Dedek, Lisa, Nina, Farah, Ade, Popi, Khair, Iqbal, Yusuf, Sangkot, Yaqin, Fariz dan teman-teman seperjuangan lainnya yang tidak bisa dituliskan satu persatu, semoga kita sukses dan persaudaraan kita tetap terjaga.

10. Para Senioren, bang Rahmadi, bang Ridwan, bang Annas, kak Lina, kak Ayumi, kak Mughni, kak Hakimah, kak Maya serta adik-adik yang berada di Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya USU yang telah

(8)

memberikan bantuan serta dukungannya kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Sahabat-sahabat terbaikku di kampung halaman, Manda, Devi, Maya, Anggun, Vipah, Nada, Indah, Dila, Putri. Dan sahabat-sahabat terbaikku sejak SMA, Suci, Ayu, Yati, devi, Yuni, Irna, Intan, Putra, Surya, Budi, Arifin. Serta sahabat-sahabat terbaikku di KKN, Nisa, Ulya, Dinda, Mustika, Kiki, Herti, Sinta, Ulfa, dan lainnya yang tidak bisa dituliskan satu persatu, semoga kita sukses dan persahabatan kita tetap terjaga.

Akhirnya, peneliti akhiri ucapan terimakasih ini. Semoga aegala kebaikan dan ketulusan orang-orang yang berjasa dalam proses ini diganjar dengan berkah kehidupan dari Allah SWT. Aamiin.

Medan, 01 Agustus 2019

Mar Atush Sholihah NIM 150704030

(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN DEPARTEMEN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN BERMATERAI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... ix

ABSTRAK ... xi

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Metode penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Kajian Terdahulu ... 9

2.2 Landasan Teori ... 11

2.2.1 Pengertian Ilmu Badī ... 11

2.2.2 Pembagian Ilmu Badī ... 12

2.2.3 Pengertian

سانلجا

/al-jināsu/... 13

2.2.4 Pembagian

سانلجا

/ ... 14

(10)

2.2.4.1

ماتلا سانلجا /

al-jināsu al- tām ... 14

2.2.4.2

ماتلا يرغ س ا نلجا

/Al-Jināus Gayru Al-Tām/ ... 21

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

3.1 Jumlah jenis Jinās yang terkandung dalam Kitab

ة٘فلا يته

/matnu al-fiyati/ ... 34

3.2 Klasifikasi dan Analisis Jinās yang terkandung dalam Kitab

ة٘فلا يته

/matnu al-fiyati/ ... 35

BAB IV PENUTUP ... 52

4.1 Kesimpulan ... 52

4.2 Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 54

LAMPIRAN ... 56

(11)

ةيديرجت ةروص

Mar Atush Sholihah (

ٖٔ٘ٓٚٓٗٓٓ

) ةسارد( ةيفلا نتم باكلا يف سانجلا . ٩١٠٢

يف . ةيظفللا تانسحملا عيدبلا ملع يف صيصخت ةغلابلا ملع ةسارد نم وه سانجلا )ةيعيدب ةيليلحت اذه يف لوعفم و .اهفورح فيلأت يف اهتبحاص امهنم ةدحاو لك سناجت نييتملك ليمتسي سانجلا ميسقت ا ةمظن لكش يف بتك ىذلا ةيفلا نتم وه ثحبلا ، لّصفم ناعمو ، ةليمجلا ةغل و . كلام نبإ هفلاو رعشل

حوّرلا ّسملا ىلع ردقي يذّلا ةحصان و ةفسلف ،ةمكحلا ملاك لمتشي هيف وحنلا ملع تايبا نم ّفص وهو بلقلا يف ةسمل .

يف سانجلا ليلحت و سانجلا ماسقا نم ةلمج ةفرعم امهف ثحبلا اذه نم ضرغلا امأو

معتسا .ةيفلا نتم باتكلا زيزعلا دبع ةمعادلا ةيرظنلاو ىريخابلا ةماسأ ثحبلا ليلحتل ةيرظنلا ةثحابلا تل

( ةيبتكملا ةساردلاب ثحبلا ةثحابلا تبتك . قيتعلا library research

ةسمخ تدجو ثحبلا اذه )

: يه و ةيفلا نتم باتكلا يف سانجلا ماسقا ، لثامم مات سانج ٩

، قحلا مات ريغ سانج ٠١ سانج ٠

مات ريغ ، فحصم و صقان مات ريغ سانج ٦

.فّرحم مات ريغ سانج ٤

(12)

ABSTRAK

Mar Atush Sholihah (150704030) 2019, Analisis

سانجلا

/Al-Jināsu/ dalam Kitab

ةيفلا نتم

/matnu al-fiyati/ (Analisis Ilmu Badi‟). Kajian Jināsmerupakan bagian dari Ilmu Balaghah, khususnya pada Ilmu Badi yaitu Muhassinatu Lafzhiyyah.

Dalam pembahasan Jinās, hal yang menarik ialah terdapat dua kata yang sama atau ampir sama hurufnya, bilangannya, namun memiliki makna yang berbeda dan adakalanya sangat jauh berbeda. Kitab yang menjadi objek ialah kitab matan yang ditulis dalam bentuk nadzamatau syair oleh Ibnu Malik, bahasanya indah, memiliki makna yang sangat mendalam, terkandung kalam-kalam penuh hikmah, falsafah dan nasehat yang mampu menyentuh ruh dan jiwa hingga mendasara ke dalam kalbu, sehingga masih dijadikan acuan bagi kalangan orang banyak khususnya para pelajar bahasa arab. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah jenis Jināsdan analisis masing-masing Jināsyang terkandung dalam kitab

ةيفلا نتم

/matnu al-fiyati/. penelitian ini menggunakan teori Asamah Al-Bakhiri dan teori pendukung dari Abdul „Aziz „Atyq. Penelitian ini merupakan penelitian Studi Pustaka (Library Research). Hasil penelitian ini menunjukan ada 5 jenis Jināsyang terkandung di dalam kitab

ةيفلا نتم

/matnu al-fiyati/ yaitu : 2 Jinās Tām Mumāṡil, 18 Jinās Gayru TāmLāhiq, 1 Jinās Gayru TāmMuṣaḥaf, 6 Jinās Gayru TāmNāqiṣdan 4 Jinās Gayru TāmMuḥarrafu.Jinās yang ditemukan di dalam kitab

ةيفلا نتم

/matnu al-fiyati/ termasuk dalam golongan Jinās Tāmdan Jinās Gayru Tām.

(13)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi yang digunakan pada penelitian ini adalah Pedoman Transliterasi berdasarkan SK Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 158 Tahun 1987.

1. Konsonan HURUF

ARAB

NAMA HURUF LATIN NAMA

ا Alif Tidak Dilambangkan Tidak Dilambangkan

ب Ba B Be

ت Ta T Te

ث ṡa ṡ Es (dengan titik di atas)

ج Jim J Je

ح ḥa ḥ Ha (dengan titik di

bawah)

ر Kha KH Ka dan Ha

د Dal D De

ر Żal Ż Zet (dengan titik di atas)

ر Ra R Er

ز Zai Z Zet

ش Sin S Es

ش Syin SY Es dan Ye

ص ṣad ṣ Es (dengan titik di

bawah)

ض ḍad ḍ De (dengan titik di

bawah)

ط ṭa ṭ Te (dengan titik dibawah)

ظ ẓa ẓ Zet (dengan titik di

bawah)

ع ʿain ʿ Koma terbalik di atas

غ Gain G Ge

ف Fa F Ef

ق Qaf Q Ki

ن Kaf K Ka

ل Lam L El

م Mim M Em

ى Nun N En

ّ Wau W We

(14)

ٍ Ha H Ha

ء Hamzah ٓ Apostrof

ٕ Ya Y Ye

2. Vokal Tunggal

Tanda Nama Huruf Latin Nama

َ Fatḥah A a

َ Kasrah i i

َ ḍammah u u

Contoh :

: َةَتَو kataba

: َلَعَف fa‟ala 3. Vokal Rangkap

Tanda dan Huruf

Nama Gabungan Huruf Nama

ً َ Fatḥah dan Ya Ai a dan i

و َ Cdan Wau Au a dan u

Contoh :

: َفَْ٘و kayfa

: َلَْْد ḥaula 4. Maddah (Vokal Panjang)

Harakat dan Huruf

Nama Huruf dan

Tanda

Nama

ً ا َ Fatḥah dan alif atau ya

Ā A dan garis di atas

ً َ Kasrah dan ya Ī I dan garis di atas

و َ ḍammah dan wau Ū U dan garis di atas

Contoh :

: َلاَل qāla

: َلِْ٘ل qīla

(15)

5. Ta Marbuṭah

Transliterasi untuk Ta Marbuṭah ada dua :

 Ta Marbuṭah hidup, yaitu yang mendapat harakat Fatḥah, Kasrah dan ḍammah, transliterasinya ialah /t/.

 Ta Marbuṭah mati, yaitu yang mendapat harakat sukun, transliterasinya ialah /h/.

Kalau pada kata yang terakhir dengan Ta Marbuṭah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah maka Ta Marbuṭah itu ditransliterasikan dengan ha /h/.

Contoh :

: ْلاَفْطَلأا ُةَض َّْر Rauḍah al-aṭfal

: ْةَذْلَط alḥah ṭ 6. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau Tasydid yang dalam sistem tulisan arab dilambangkan dengan sebuah tanda ( ّّ), dalam transliterasi ini tanda syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah itu.

Contoh :

: اٌََّتَر Rabbanā

: َلَّسًَ

nazzala

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bahasa adalah suatu cara yang harus dimiliki oleh setiap manusia untuk saling berkomunikasi antar sesama, terdapat macam-macam bahasa yang digunakan di dunia yang disesuaikan dengan tempat keberadaannya, sebut saja bahasa Inggris, Arab, Mandarin, dan banyak lagi. Dengan adanya perbedaan ditiap wilayah negara tersebut, terdapat satu ataupun lebih bahasa yang dapat menghubungkan antara sesama, sehingga komunikasi antara masyarakat yang berbeda negara dapat tetap terjalin dengan adanya bahasa yang di sebut dengan bahasa dunia atau bahasa internasional.

Bahasa internasional yang banyak digunakan adalah bahasa Inggris, tetapi belakangan ini telah diketahui juga bahwa bahasa Arab juga ikut berpartisipasi sebagai bahasa internasional kedua setelah bahasa Inggris, untuk itu sangat di perlukan dalam mengetahui dan mengenal lebih jauh tentang bahasa Arab tersebut baik secara umum ataupun secara khusus. (http://pasukan-belajar-umat- islam.blogspot.com/2014/03/makalah-bahasa-arab.html)

Menurut Rahimah, (2004 : 3), Bahasa arab adalah bahasa yang terjaya dari bahasa-bahasa lainnya, terbanyak pramasastranya, hingga dapat melayani kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan disegala bidang. Seperti :

 Ilmu lughah, yaitu ilmu pengetahuan yang menguraikan lafadz Arab bersamaan dengan maknanya.

 Ilmu Nahwu, yaitu ilmu pengetahuan yang membahas perihal kata-kata arab, baik ketika sendiri (satu kata) maupun ketika terangkai dalam

(17)

 Ilmu sarf, yaitu ilmu pengetahuan yang menguraikan tentang bentuk asal kata.

 Ilmu Isytiqaq, yaitu ilmu pengetahuan tentang asal kata dari pemecahannya , tentang imbuhan pada kata (hampir sama dengan ilmu sarf).

Ilmu „Arudh, yaitu ilmu yang membahas hal-hal yang bersangkutan dengan karya sastra syair dan puisi.

 Ilmu Qawafi, yang membahas suku terakhir kata dari bait-bait syair sehingga diketahui keindahan syair.

Ilmu Qurdus Syi‟ri, yaitu sejenis ilmu pengetahuan tentang karangan yang berirama(lirik) dengan tekanan suara yang tertentu.

 Ilmu Khat, yaitu pengetahuan tentang huruf dan cara merangkaikannya, termasuk bentuk halus kasarnya dan seni menulis dengan indah.

Ilmu Insya‟, yaitu ilmu pengetahuan tentang karang mengarang.

 Ilmu Mukhadarat, yaitu pengetahuan tentang cara-cara memperdalam suatu persoalan untuk diperdebatkan didepan majelis.

Ilmu Badi‟, yaitu pengetahuan tentang seni sastra.

 Ilmu Bayan. Yaitu ilmu yang menetapkan beberapa peraturan dan kaidah untuk mengetahui makna yang terkandung dalam kalimat.

Ilmu Ma‟ani, yaitu pengetahuan untuk menentukan beberapa kaedah untuk pemakaian kata sesuai dengan keadaan.

Sebagaimana diketahui, bahasa Arab terpilih sebagai bahasa Al-Qur‟an dan bahasa agama. Al-Qur‟an surah Yusuf ayat kedua menjelaskan, bahwasanya Allah Subhanahu Wa Ta‟ala berfirman :

َنْوُلِقْعَ ت ْمُكَّلَعَّل اِّيِبَرَع اًنآْرُ ق ُهَنْلَزْ نّأ آَّنِإ

/innā anzalnāhu qur‘ānan ʿarabiyyan laʿallakum taʿqilūna/ „Sesungguhnya kami menurunkannya berupa Al-Qur‟an berbahasa arab, agar kamu mengerti (QS. Yusuf : 2)

(18)

Sesuai dengan judul penelitian, maka dalam hal ini peneliti mengambil fokus satu dari ilmu kebahasaan, yaitu Ilmu Balaghah.

Secara etimologis, Balāgah berasal dari kata

غلب

searti

dengan

لصو

(sampai). Sedangkan secara terminologisBalāgah adalah kesesuaian kalimat yang fasih (tepat, benar) dengan situasi dan kondisi (muqtadhal ḥāl).

(https://www.taufiq.net/2011/09/pengertian-balaghah.html)

Balāgah dalam kamus bahasa Arab-Indonesia karangan Yunus, (2007 : 72), balāgah berasal dari kata

ةغلاب - غلبي -غلب

/balagha-yablughu-balāghatan/yang artinya fasih lidah, petah berkata-kata.Sedangkan menurut Al-Jarim dan Amin, (2017 : 6), balāgah ialah yang mendatangkan makna secara agung dan jelas, dengan ungkapan yang benar dan fasih serta memberi kesan yang sesuai dengan situasi, kondisi dan orang-orang yang diajak berbicara.

Ilmu Balāgah, juga terbagi kepada tiga bahagian, yaitu :

.عيدبلا ملعو ،نايبلا ملع ،ىناعملا ملع : ةيساسأ ناكرأ ةثلاث ىلإ ةغلابلا ملع مسقني

/Yanqasimu ʻilmu al-balāgati ilā ṡalāṡati arkānin asāsiyyatin : ʻilmu al- maʻānī, ilmu al-bayān, wa ilmu al-badīʻ/„Ilmubalāgah terbagi kepada tiga bagian yakni ilmu maʻānī, ilmu bayān, dan ilmu badīʻ.(Syamsuddin, 2003: 4) Dari ketiga pembahagian tersebut, peneliti fokus mengambil penelitian pada ilmu badīʻ yang terbagi pada dua macam. Yaitu :

ةيونعم تانسحم ىلعو ةيظفل تانسحم ىلع انرشأ امك لمتشي عيدبلا

/albadī‟u yasytamilu kamā asyaranā „alā muhassināti lafẓyah wa‟alā muhassināti ma„nawiyah/ Ilmu badī„ mencakup keindahan-keindahan lafadz dan keindahan-keindahan makna. (Al-jarim dan Amin, 2017 : 263)

(19)

Menurut Bakhiri, (2006 : 11), defenisi muhassinātu lafẓyah ialah keindahan dari segi lafadz dalam suatu ungkapan. Salah satu pembahasan dari muhassinātu lafẓyah ini adalah tentang jinās.

Didalam buku Balāgah Wadih, karangan Al-Jarim dan Amin, (2017 : 265)

ناظفللا هباشت نأ سانجلا قطنلا يف

ىنعملا يف افلتخيو

/al-jināsu an tasyābaha al-lafdzāni fī an-nuṭqi wa yakhtalifā fī al-ma„na/

„jinās adalah kemiripan pengungkapan dua lafadz yang berbeda makna.‟

Tujuan darijinās sendiri ialah untuk memperindah susunan kata didalam sebuah kalimat.

Secara khusus, peneliti memilih kajian jinās ini karena termasuk kajian ilmu balāgah yang dipelajari di jurusan sastra arab dan merupakan salah satu pembahasan dari Ilmu badī„. Secara khusus dipilih kajian mengenaijinās karena di dalamjinās ini terdapat dua kata yang sama atau hampir sama dari segi jenis hurufnya, jumlah, harakat dan susunan hurufnya, akan tetapi memiliki makna yang berbeda dan adakalanya sangat jauh berbeda. Sebagaimana kita ketahui bahwa kosa kata dalam bahasa arab banyak sekali yang mirip akan tetapi maknanya berbeda. Selain itu, agar khalayak ramai (khususnya kalangan orang yang tidak tahu bahasa arab) tidak lagi mengira bahwa kesesuaian kata tersebut bisa saja menimbulkan kesalahfahaman pembaca dengan menganggap makna keduanya adalah sama atau keduanya hanya merupakan pengulangan kata tanpa memberikan faedah.

Alasan peneiliti memilih objek Kitab

ةيفلا نتم

/matnu al-fiyati/, karena kitab karya Ibnu Malik ini merupakan sebuah kitab matan yang ditulis dalam bentuk nadzamatau syair yang memiliki 1000 bait di dalamnya, oleh karena itu kitab ini disebut dengan Alfiyah yang artinya seribu.

ةيفلا نتم

/matnu al-fiyati/ ini merupakan deretan bait Ilmu Nahwu yang didalamnya terkandung kalam-kalam penuh

(20)

hikmah, falsafah dan nasehat yang mampu menyentuh ruh dan jiwa hingga mendasara ke dalam kalbu.

Ibnu Malik, nama lengkapnya ialah Syeikh Al-Alamah Muhammad Jamaluddin Ibnu Abdullah Ibnu Malik Ath-Tha‟i. Beliau lahir di Jayyan, sebuah kota kecil di bawah kekuasaan Andalusia (Spanyol) pada tahun 600 H, lalu ia merantau dan hijrah ke Damaskus. Disana ia belajar dan membekali dirinya dengan berbagai disiplin ilmu. Kemudian beliau menetap disana dan mengajarkan ilmu yang telah ia pelajari sembari menulis buku, hingga ajal menjemputnya pada tahun 672 H.

Ibnu Malik banyak dikenal dan dikagumi oleh para ilmuan karena cerdas dan pemikirannya yang jernih. Ia banyak menampilkan teori-teori mazhab Andalusia yang jarang diketahui oleh orang-orang Syiria waktu itu.

Alfiyah adalah ringkasan dari karya beliau sendiri yang berjuduh Al- kafiyah Asy-syaafiyah, sebuah matan nazham yang berjumlah tentunya lebih banyak sebelum diringkas, yaitu sekitar 2757 bait. Kitab ini menyajikan semua informasi tentang Ilmu Nahwu dan Shorof yang diikuti dengan komentar (syarah).

Kemudian kitab ini diringkas menjadi serbu bait yang kini dikenal dengan nama Alfiyah Ibnu Malik. Kitab ini bisa disebut Al-Khulashah (ringkasan) karena isinya mengutip inti uraian dari Al-Kafiyah dan bisa juga disebut Alfiyah (ribuan) karena bait syairnya terdiri dari seribu baris. Kitab ini terdiri dari 80 bab, dan setiap bab diisi oleh beberapa bait.

Bab yang terpendek diisi oleh 2 bait seperti bab Al-Ikhtishah dan bab yang terpanjang adalah Jama‟ Taktsir karena diisi 42 bait. Dalam muqaddimahnya, kitab puisi yang memakai Bahar Rojaz ini disusun dengan maksud : 1) menghimpun semua permasalahan nahwiyah dan shorof yang di anggap penting.

2) menerangkan hal-hal yang rumit dengan bahasa yang singkat, tetapi sanggup menghimpun kaidah yang berbeda-beda atau dengan sebuah contoh yang bisa

(21)

menggambarkan satu persyaratan yang diperlukan oleh kaidah itu. 3) membangkitkan perasaan senang bagi orang yang ingin mempelajari isinya.

1.2. Rumusan Masalah

Agar setiap pembahasan suatu karya tulis dapat dimengerti dengan mudah oleh pembaca dan tidak menyimpang dari sasaran yang dikehendaki, perlu adanya suatu rumusan masalah. Untuk itu peneliti membuat suatu rumusan masalah khususnya mengenai jinās dalam kitab

ةيفلا نتم

/matnu al-fiyati/.

1. Berapakah jumlah

سانجلا

/al-jināsu/ yang terdapat dalam kitab

نتم ةيفلا

/matnu al-fiyati/

2. Bagaimanakah klasifikasi

سانجلا

/al-jināsu/ yang terdapat dalam kitab

نتم ةيفلا

/matnu al-fiyati/

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui jumlah jenis

سانجلا

/al-jināsu/ dalam kitab

نتم ةيفلا

/matnu al-fiyati/.

2. Untuk mengetahui klasifikasi

سانجلا

/al-jināsu/ dalam kitab

ةيفلا نتم

/matnu

al-fiyati/.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

(22)

1. Memberikan pemahaman bagi peneliti dan pembaca mengenai pengertian

سانجلا

/al-jināsu/, dan jenis-jenis

سانجلا

/al-jināsu/ dalam kitab

نتم ةيفلا

/matnu al-fiyati/

2. Sebagai sumber informasi atau rujukan untuk meningkatkan pemahaman tentang

سانجلا

/al-jināsu/ bagi peminat bahasa arab.

3. Menambah wawasan dan pemahaman mahasiswa program studi bahasa arab khususnya, dan umumnya para peminat bahasa arab tentang

سانجلا

/al-jināsu/.

1.5. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan kajian kepustakaan (library research). Yaitu penelitian yang memperoleh data melalui kitabحَفنا ٍتي/matnu al-fiyati/, serta mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan penelitian ini berupa buku- buku, kamus dan skripsi. Menurut Mestika, (2004:3) riset kepustakaan atau sering juga disebut studi pustaka, ialah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian analisis deskriptif isi dengan menggunakan teori Bahiri dalam Kitab Taysyru Al-Balāgati pada analisis ilmu badī„ untuk menganalisis data.

Adapun langkah-langkah penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Mengumpulkan referensi dan memahami konsep penelitian.

2. Memahami

سانجلا

/al-jināsu/ dari buku-buku Balāgah.

3. Membaca kitabحَفنا ٍتي/matnu al-fiyati/ secara cermat dan memahaminya, kemudian mengumpulkan data yang berkaitan dengan objek penelitian.

4. Mengklasifikasi dan menganalisis data dari kitabحَفنا ٍتي/matnu al-fiyati/.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Terdahulu

a. Silviani, (341203231) dengan judul “Ungkapan jinās dalam al-qur‟an dan relevansi dengan Keindahan Bahasanya” pada tahun 2017 di Universitas Islam Negeri Ar-raniry, Darussalam-Banda Aceh. Pada penelitian ini, objek yang digunakan adalah Al-qur‟an AL-karim. Peneliti ini menggunakan metode kepustakaan dan metode maudū„ī (tematik) dengan menggunakan teori „ulūm al-qur‟an. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 293 lafadz jinās yang terdiri atas jinās tām dan jinās gayru tām serta masing-masing jenisnya.

b. Zarina, (120704001) dengan judul jinās dalam Al-Qur‟an Juz 29. Pada tahun 2017 di Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research) dengan menggunakan dua teori yaitu Bahiri (2006) dan Hasyimi (1960). Metode yang digunakan yaitu Metode Deskriptif. Hasil yang didapat oleh peneliti dalam pembahasan jinās yang terdapat pada juz 29 berjumlah 59 jinās yang terdiri dari jinās tām dan jinās gairu tām. Jinās tām terdiri dari 5 Jinās Mumāṡal, sedangkan jinās gairu tām terdiri dari 2 jinās gayru tām muḍāri„, 10 jinās gayru tām lāḥiq, 2 jinās gayru tām muṣaḥaf, 5 jinās gayru tām nāqis dengan penambahan satu huruf yang berbeda, 2 jinās gayru tām muḥarraf, 2 jinās gayru tām lafzy, dan 27 jinās gayru tām isytiqāq.

(24)

c. Siregar, (130704037) dengan judul jinās dalam kitab

راتخملاهمكحو هنايب نم

/al-mukhtāru min bayānihi wa hikamihi/ pada tahun 2017 di Universitas Sumatera Utara, Medan. Pada penelitian ini, objek yang digunakan adalah kitab /al-mukhtāru min bayānihi wa hikamihi/ pada bab 1 pasal ke 5 yakni tentang hubungan individu dengan Sang Khaliq. Peneliti ini menggunakan metode penelitian analisis deskriptif dengan menggunakan teori Ilmu balāgah pada analisis ilmubadī„oleh Abdul Aziz „atyq. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwasanya ada 19 jinās gayru tām isytiqāq, 1 jinās gayru tām muṣaḥaf, 8 jinās gayru tām lāḥiq dan 2 jinās gayru tām muḍāri„.

Penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya, yaitu meneliti tentang jinās. Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji objek dan menggunakan teori Asamah Al-Bakhiri dan teori pendukung dari Abdul Aziz

„atyq.

Adapun perbandingan atau perbedaan antara penelitian yang dibuat oleh Mughni Al-Fath Siregar (130704037) dengan peneilitian ini yaitu: Mughni menyebutkan bahwa jināstām murakkab terbagi menjadi 3 yaitu : jinās Murakkab Marfuw, jinās murakkab mutasyābih, dan jinās murakkab mafruq. Sedangkan yang peneliti dapat melalui teori Asamah Al-Bakhiri, jinās murakkab terbagi menjadi 4 yaitu jinās Murakkab Marfuw, jinās murakkab mutasyābih, jinās murakkab mafruq dan jinās Murakkab mulafaq. Selain itu, Mughni juga menyatakan bahwa jinās gayru tām berbeda huruf terbagi menjadi 2, yaitu : jinās muḍāri„ dan jinās lāhiq. Sedangkan yang peneliti dapat pada teori yang sama pula yaitu Asamah Al-Bakhiri ada 3 macam pembagian, yaitu : jinās muḍāri„, jinās lāhiq dan jināsmuṣaḥaf.

(25)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Ilmu Badī„

Seperti yang sudah peneliti jelaskan pada latar belakang, peneliti mengambil fokus pembahasan pada ilmu badī„ yaitu salah satu cabang ilmubalāgah yang khusus membahas keindahan makna dan keindahan lafadz.

Pengertian ilmu badī„dari beberapa kitab, diantaranya :

ِهِب ُفِرْعُ ي ُمْلِع َوُه )ُصْيِخْلَّ تلا( ِهِباَتِك ْيِف ِنَمْحَرلا ُدْبَع ْنِب ٌدَّمَحُم ُبْيِطَخلا ُلْوُقَ ي اَمَك ُعْيِدَبلا ُنْيِسْحَت ُُْوُجُو

ِةَلَلاَدلا ُحْوُضُو َو ِةَقِباَطُملا ٍةَياَعِر َدْعَ ب ِمَلاَكلا

/al-badī„u kamā yaqūlu al-khaṭību muḥammadun bin „abdu al-rahmani fī kitābihi (al-talkhīṣu) huwa al-„ilmu yu„rifu bihi wujūhu taḥsinu al-kalāmi ba„da ri„āyatin al-muṭābiqati wa wuḍūḥu al-dalālati/ „Badī„ seperti disampaikan oleh Khatib Muhammad Bin „Abdurrahman (kitab talkhis) yaitu ilmu yang menampilkan keindahan ungkapan namun tetap menjaga keindahan kata yang mengikutinya dan kejelasan dalil-dalilnya.‟ („Atyq, 1718 : 7)

ِهِب ُفَرْعُ ي يِذَّلا ُمْلِعلا َوُه : يِغَلاَبلا ِحَلاِطْصلإا ْيِف ُعْيِدَبلا ُمْلِع ِةَقِباَطُملا ِةَياَعِر َدْعَ ب ِمَلاَكلا ُنْيِسْحَت ُُْوُجُو

)نايبلا ملع( ُهْنَع ِرْيِبْعَ تلا ُداَرُ ي اَم ىَلَع ِةَلَلاَدلا ِحْوُضُو ُةَياَعِرَو )يناعملا ملع( ِلاَحلا ىَضَتْقُمِل

/„ilmu al-badī„u fī al-iṣṭilāḥi al-balāgī : huwa al-„ilmu allażī yu„rafu bihi wujūhu taḥsīnu al-kalāmi ba„da ri„āyati al-muṭābiqati limuqtaḍā al-ḥāli („ilmu al-ma„āni) wa ri„āyatun wuḍūḥi al-dalālati „alā mā yurādu al- ta„bīri „anhu („ilmu al-bayāni)/„ ilmu badī„ dalam istilah bahasa yaitu ilmu yang menampilkan keindahan ungkapan (ilmu Ma„āni) dan memberikan penjelasan yang dimaksudkan untuk di ungkapkan (ilmu Bayān ).‟ Bakhiri, (2006 : 10)

(26)

Dapat disimpulkan bahwa, Ilmu badī„ adalah ilmu yang bukan hanya membahas dan mengupas keindahan-keindahan lafadz bahasa arab, akan tetapi juga membahas ketinggian dari lafadz bahasa arab.

2.2.2 Pembagian Ilmu Badī„

Ilmu badī„ terbagi menjadi dua bagian besar yaitu خاُسذًنا حٍوُعًنا /al- muhasinātu al-ma„nawiyyati/ yang berarti “memperindah makna” dan خاُسذًنا حَظفهنا/al-muhasinātu al-lafziyyati/ yang berarti “memperindah lafadz” yang mana pada masing-masing pembahasan tersebut memiliki cabang lagi. Bakhiri, (2006 : 10)

ُذه ضعب ناك نإو لولأا ماقملا يف ىنعملا ىلإ اعجار اهب نيسحتلا نوكي يتلا يه : ةيونعملا تانسحملا اضيأ ظفللا نيسحت ديفي تانسحملا

/al-muhassinātu al-ma„nawiyyatu: hiya al-latī yakūnu al-taḥsīna bihā ilā rāji„an ilā al-ma„nā fī al-maqāmi al-awwali, wa in kāna ba„ḍa hāżihi al- muḥassināti yufīdu taḥsīni al-lafẓi ayḍan/ “memperindah makna yaitu yang memberi perbaikan pada makna pertama, meskipun terdapat juga beberapa perbaikan pada lafadz.”

مسقني ةيونعملا تانسحملا يه

ةاعارم( رشنلاو فللا , فراعلا لهاجت , ةيروتلا , ةلباقملاو قابطلا :

هبشي امب حدملا ديكأت , )ريظنلا , مذلا

ديكأت مذلا داصرلإا , ليلعتلا نسح ,حدملا هبشي امب

/yanqasimu al-muhassinātu al-ma„nawiyyati hiya : al-tibāqu wa amuqābalatu, al-tauriyyatu, tujāhilu al-„ārifi, al-lafu wa al-nasyaru (marā„atu ala-naẓīri), ta„kīdu al-madḥu bimā yusybihu al-żimmu, ta„kīdu al-żimmu bimā yusybihu al-madḥu, ḥusnu al-ta„lilu, al-irṣādu/„Yang termasuk didalam memperindah makna yaitu : ṭibāq dan al-muqābalah, tauriyah, tajāhul ‘ārif, laf dan nasyr, ta‟kid madah bimā yusybihu żam, ta‘kid żam bimā yusybihu madaḥ, ḥusnu ta‘lil, irṣād. (Qasym dan

(27)

اهب نيسحتلا نوكي يتلا يه : ةيظفللا تانسحملا ديفي اهضعب ناك نإو لولأا ماقملا يف ظفللا ىلإ اعجار

اضيأ ىنعملا نيسحت

/al-muhassinātu al-lafẓiyyatu: hiya al-latī yakūnu al-taḥsīna bihā ilā rāji„an ilā al-lafẓi fī al-maqāmi al-awwali, wa in kāna ba„ḍahā yufīdu taḥsīni al-ma„nā ayḍan/“memperindah lafadz yaitu yang memberi perbaikan pada lafadz (ungkapan) yang paling utama, disamping memberi perbaikan pada makna pula” . Bakhiri, (2006 : 11)

مسقني ةيظفللا تانسحملا يه

لا ام موزل , رودصلا ىلع زاجعلأادر و سانجلا , جاودزلأا و عجسلا :

مضتلا و سابتقلإا , مزلي عادبلإا و ني

/yanqasimu al-muhassinātu al-lafẓiyyati hiya : al-saja„u wa al-izdawāju, al-jināsu,wa radda al-a„jāzi „alā al-sudūri, lizūmin mā lā yulzamu, al- iqtibāsu, wa al-tadmīnu, wa al-ibdā„u/ Yang termasuk didalam memperindah lafadz yaitu : saja„, azdawāj, jinās, radda al a„jāz „alā ṣudūr, lazūm mā lā yulzam, iqtibās, taḍmīn, ibdā„. (Qasym dan Dayyib, 2003 : 105)

2.2.3 Pengertian

سانجلا

/al-jināsu/

Adapun jinās yang termasuk dalam bagian memperindah lafadz yaitu :

ناظفللا هباشت نأ سانجلا قطنلا يف

ىنعملا يف افلتخيو

/al-jinās an tasyābaha al-lafdzāni fī an-nuṭqi wa yakhtalifā fī al-ma„na/

„jinās adalah kemiripan pengungkapan dua lafadz yang berbeda makna.‟

(Al-Jarim dan Amin, 2017 : 265)

عملا يف امهفلاتخاو قطنلا يف نيظفللا هباشت وه سانجلا

ىن

(28)

/al-jinās huwa tasyābaha al-lafẓaini fī al-nuṭqi wa ikhtilāfahumā fī al- ma„nā/ „jinās adalah dua kata yang mempunyai kemiripan dalam pengucapan, sedangkan maknanya berbeda.‟ Bahiri, (2006 : 128)

2.2.4 Pembagian

سانجلا

/al-jināsu/

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Asamah Al-Bakhiri dalam kitab Taysyru Al-Balāgatu yang membagi jinās menjadi dua, yaitu:

: امه نييسيئر نيمسق ىلإ سانجلا مسقني

.ماتلا سانجلا : ًلاوأ .ماتلا ريغ سانجلا : ايناث

/Yanqasimu al-jināsa ilā qismaini ra′īsiyyīna humā : Awwalān : Al-jināsu at-tāmmu. Ṡāniyān : Al-jināsu gairu at-tāmmi/ „Dan jinās dibagi kepada dua bagian yaitu: jinās tām dan jinās gairu tām.‟ (Bahiri, 2006: 128)

2.2.4.1

ماتلا سانجلا /

al-jināsu al- tām/

ةعبرا يف اقفتاو ىنعملا يف ُاظفل فلتخا ام وه : ماتلا سانجلا فورحلا ددع و فورحلا عون : يه . روما

فورحلا بيترتو فورحلا ةئيه و

/al-jināsu al-tām : huwa mā ikhtalafa lafẓāhu fī al-ma„nā wa ittafaqān fī arba„atin umūrin, hiya : nau„u al-ḥurūfi wa „adadu al-ḥurūfi wa hai atu al-ḥurūfi wa tartību al-ḥurūfi/ „jinās tām ialah dua kata yang berbeda dalam makna namun memiliki kesamaan dalam empat hal yaitu jenis huruf, jumlah huruf, harakat huruf dan susunan huruf. (Bahiri, 2006 : 128)

(29)

Contoh :

ُهُتْيَّمَسَو ىَيْحَي اَيْحَي ِل ْنُكَي ْمَلَ ف ِللها ِرْمَأ ِّدَر ىَلِإ

ُلْيِبَس ِهْيِف

/wa sammaituhu yaḥyā liyaḥyā falam yakun ilā raddi amri Allahi fīhi sabīlu/ „Dan aku memberinya nama Yahya agar ia senantiasa hidup, namun tidak ada jalan untuk menolak perintah Allah padanya.

Contoh di atas di dapati kata

ىَيْحَي /

yaḥyā/ di ulang dua kali. Makna kata

ىَيْحَي /

yaḥyā/ yang pertama adalah seseorang yang bernama “yahya”, sedangkan makna kata

ا َيْحَي /

yaḥyā/ yang kedua adalah “hidup”. Tanda jinās dari kedua kata di atas yaitu : sama hurufnya (ا ً ح ً), sama harakat (

َ َ َ َ

), sama jumlah hurufnya (empat huruf) dan sama susunan hurufnya.

بكرملا و يفوتسملا و لثامملا : يه عاونأ ةثلاث ىلإ ماتلا سانجلا مسقنيو

/wa yanqasimu al-jināsu al-tāmmu ilā ṡalāṡatin anwā‘in hiya : al- mumāṡilu wa al-mustaufi wa al-murakkabu/ „dan jinās tāmdibagi kepada tiga macam, yaitu : al-mumāṡilu, al-mustaufi dan al-murakkabu.

a. Jinās Mumāṡil

نيفرح وأ نيلعف وأ نيمسا : دحاو عون نم ناسناجتملا ناظفللا هيف ناك ام وه : لثامملا سانجلا

/al-jināsu al-mumāṡilu : huwa mā kāna fīhi al-lafẓāni al-mutajānisāni min nau„i wāḥidin : ismaini au fi„laini au ḥarfaini/ „Jinās Mumāṡal yaitu Jinās yang memiliki rukun lafadz yang terdiri dari isim dengan isim , atau fi‘il dengan fi‘il, atau ḥurf dengan ḥurf. (Bahiri, 2006 : 128)

(30)

Contoh :

ُمْوُقَ ت َمْوَ يَو ُةَعاَّسلأ

َنْوُمِرْجُملا ُمِسْقُ ي َرْ يَغ اْوُ ثِبَلاَم َ

ٍةَعاَس َ َنْوُكَفْؤُ ي اْوُ ناَك َكِلَذَك

/Wa yauma taqūmu as-sāʻatu yuqsimu al-mujrimūna mā labiṡū gaira sāʻatin każālika kānū yuʹfakūna/ “dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa; „Mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat (saja)". Seperti demikianlah mereka selalu dipalingkan (dari kebenaran).‟ (QS. Ar-Rum : 55)

Pada kalimat di atas terdapat jinās Mumāṡil yaitu antara kata

ُةَعاَّس لا

/as-

sāʻatu/ bermakna “kiamat” dengan kata

ٍةَعاَس

/sāʻatin/ bermakna “menunjukkan waktu atau masa”. Kedua kata tersebut merupakan jinās Mumāṡil yang sama- sama dari jenis ism yang dalam pengucapannya sama tetapi berbeda dalam maknanya, tanda jinas di atas yaitu : sama dalam bentuk huruf (ج ع ا ض ( , harakat) َ (, jumlah (empat huruf) dan susunan huruf.

b. Jinās Mustaufī

تخم ناسناجتملا ناظفللا هيف ناك ام وه : يفوتسملا سانجلا امسا امهدحا نوكي نأب عونلا يف نيفل

لاعف وأ امسا رخلآاو افرح امهدحا نوكي وأ لاعف رخلآاو

/al-jinās al-mustaufi : huwa mā kāna fīhi al-lafẓāni al-mutajānisāni mukhtalifaini fī al-nau„i bi an-yakūna aḥadu humā isman wa al-ākhar fi„lān au yakūnu aḥadu humā ḥarfan wa al-ākhar isman au fi„lan/ „Jinās Mustaufī yaitu Jinās yang rukun lafadznya terdiri dari dua jenis kata yang berbeda, seperti ism dengan fi‘il, atau salah satunya terdiri dari ḥurf dan lainnya ism ataufi‘il.” (Bahiri, 2006 : 130)

Contoh :

هّنإف نامّزلا مرك نم تامام ايحي

ىدل

ىيحي

للها دبع نب

(31)

/mā māta min karami az-zamāni faʹinnahu yaḥyā ladā yaḥyā bin ʻabdullāh/ „Dia tidak mati dari kemuliaan masa, karena dia hidup di sisi Yahya bin Abdullah‟

Pada kalimat di atas terdapat jinās mustaufī yaitu antara kata

ايحي

/yaḥyā/

pertama adalah dari jenis fiʻl muḍāriʻ yang bermakna “hidup” dan kata

ىيحي

/yaḥyā/ kedua adalah ism maqsur yang berarti “seseorang yang bernama Yahya”. Kedua kata tersebut sama dalam pengucapannya, sama dalam jumlah hurufnya (empat huruf), sama dalam harakat (

َ َ َ َ

) dan susunan hurufnya ( ً ح ً ا), tetapi berbeda dalam maknanya.

c. Jinās Murakkab

مسقني وهو . نيبكرم نافرطلا ناك وأ ابكرم رخلآاو ادرفم اظفل هيفرط دحا ناك ام وه : بكرملا سانجلا سانجلا : عاونا ةعبرا ىلإ فرملا

ّو . قفلملا سانجلاو قورفملا سانجلا و هباشتملا سانجلا و

/al-jinās al-murakkab : huwa mā kāna aḥadu ṭarfaihi lafẓan mufradan wa al-ākharu murakkaban au kāna al-ṭarfāni murakkabaini. Wa huwa yanqasimu ilā arba„ati anwā„in : al-jinās al-marfuwwu wa al-jinās al- mutasyābihi wa al-jinās al-mafrūq wa al-jinās al-mulafaq/ „Jinās Murakkab yaitu bentuk Jinās yang kedua lafadznya satu berbentuk kata dan yang kedua berbentuk tarkib (susunan kata), dan Jinās ini terbagi menjadi empat bagian yaitu : jinās Murakkab Marfuwwu, jinās murakkab mutasyābih, jinās murakkab mafruq dan j inās Murakkab mulafaq.”

(Bahiri, 2006 : 131)

۱ : ّوفرملا سانجلا - .ىرخأ ةملك نم ءزج و ةمات ةملك نم انوكم بكرلما هفرط ناك ام وه و

/1. Al-jināsu al-marfuwwu : Wa huwa mā kāna ṭarfuhu al-murakkabi mukawwinān min kalimatin tāmmatin wa juz′u min kalimatin ukhrā/

“Jinās marfuwwu yaitu apabila kedua kata yang memiliki kesamaan

(32)

merupakan gabungan kata yang terdiri dari kata yang utuh/sempurna dan sebagian dari kata yang lain. (Bahiri, 2006: 131)

Contoh:

هكباو كبنذ راكذت نع هلت لا و

لاح لبولا يكاحي عمدب هباصم

هتعقوو مامحلا كينيعل لثم و

عطم و ُاقلم ةتعورو هباص م

/Wa lā talhu ʻan tiżkāri żanbika wabkihi bidamʻin yuḥākī al-wabla ḥāla muṣābihi wa maṡṡil li ʻainaika al-ḥimāma wa waqʻatuhu wa rauʻatatu mulqāahu wa maṭʻamu ṣābihi/ „Dan janganlah kamu lengah dari mengingat dosamu dan tangisilah dosa itu dengan air mata yang menyerupai hujan ketika jatuh airnya. Dan gambarkanlah di hadapan mata kamu tentang kematian dan kedatangannya, dan rasa pahitnya‟

Pada kalimat di atas terdapat jinās marfuwwu yaitu pada kata

هباصم

/muṣābihi/ merupakan kata yang utuh berdiri sendiri yang bermakna “jatuh”

dan kata

هباص م

... /...mu ṣābihi/ adalah gabungan dua kata yaitu huruf

م

/mīm/

disitu merupakan huruf akhir dari kata

معطم

/maṭʻamu/ dan kata

هباص

/ṣābihi/ kata utuh berdiri sendiri yang bermakna “pahitnya”. Kedua kata tersebut mirip dalam pengucapannya, tetapi berbeda maknanya, yang pertama berupa kata utuh berdiri sendiri, sedangkan kata yang kedua adalah tersusun dari kata utuh dan sebagian dari kata yang lain.

ٕ - : هباشتملا ملك نم انوكم بكرلما هفرط ناك ام وه

ت .اطخ و اقطن درفلما فرطلا اعم ناهبشت ينتمات ين

/2. Al-mutasyābih : Huwa mā kāna ṭarfuhu al-murakkabu mukawwinān min kalimataini tāmmataini tasyabihāni maʻā aṭ-ṭarfi al-mufradi nuṭqān wa khaṭṭān./ „Mutasyābih yaitu jika kedua kata yang memiliki kesamaan merupakan gabungan yang tersusun dari dua kata yang sama dan mirip serta sisi pelafalan dan penulisan katanya juga sama.‟ (Bahiri, 2006: 132)

(33)

Contoh :

نكي مل كلم اذإ بهاذ

ه هتلودف هعدف بهاذ

ه

/Iżā malakun lam yakun żā hibahu fadaʻahu fadaulatahu żāhibahu/ „Jika seorang raja bukanlah seorang yang dermawan, maka tinggalkanlah ia dan negaranya hancur/hilang‟

Pada kalimat di atas terdapat jinās mutasyābih yaitu pada kata

ه به اذ

/żā

hibahu/ adalah gabungan dua kata utuh yaitu dari kata

ار

/żā/ yang bermakna

“mempunyai” dan kata

َثُ

/hibah/ yang bermakna “hadiah” (ditujukan pada orang yang dermawan, dan kata

ه بهاذ

/żāhibah/yang kedua adalah satu kata yang utuh berdiri sendiri bermakna “hilang/hancur”. Kedua kata tersebut mirip dalam pengucapannya, tetapi berbeda maknanya, yang pertama berupa kata utuh berdiri sendiri, sedangkan kata yang kedua adalah gabungan dari dua kata yang utuh.

ٖ - : قورفملا نم بكرم هيفرط دحأ نأ في هباشتلما سانلجا ناك ام وه

درفلما فرطلا عم ناقفتت ،ينتمات ينتملك

.ةباتكلا في نافلتيخ امهنكل و ،قطنلا في

/3. Al-mafrūq : Huwa mā kāna al-jināsu al-mutasyābihi fī anna aḥadu ṭarfaihi murakkabu min kalimataini tāmmataini, tattafaqāni maʻa aṭ-ṭarfi al-mufradi fī an-nuṭqi, wa lakinnahumā yakhtalifāni fī al-kitābati./

„Mafrūq yaitu jika jināsnya ada kemiripan pada salah satu dari kedua kata yang utuh, dan segi pelafalannya juga sama, akan tetapi keduanya berbeda dalam penulisannya.‟ (Bahiri, 2006: 133)

Contoh :

ةديصق ةاورلا ىلع نضرعت لا يف تغلاب نكت مل ام

اهبيذهت

بذهم ريغ رعشلا تضرع ىتمف اسواسو كنم ُودع

اهب يذهت

(34)

/Lā taʻriḍanna ʻalā ar-ruwāti qaṣīdatan mā lam takun bālagta fī tahżībihā famatā ʻaraḍat asy-syiʻru gaira muhażżabin ʻaddauhu minka wasāwisān tahżī bihā/ „Janganlah kamu memperlihatkan suatu qasidah kepada orang-orang yang meriwayatkan, selama kamu tidak mengusahakan untuk merevisi sesuai ketentuannya, bila kamu memperlihatkan syair dengan tanpa revisi, tentu mereka menganggapnya darimu sebagai bisikan hati yang kata-katanya tidak dapat dipahami‟

Kalimat di atas terdapat jinās mafrūq yaitu pada kata

اهبيذهت

/tahżībihā/

bermakna “merevisi dengan ketentuannya” dan kata

اهب يذهت

yang kedua tersusun atas dua kata yang utuh yaitu dari kata

يذهت

/tahżī/ bermakna “mengucapkan kata- kata yang tidak dapat dipahami” dan kata

اِت

/bihā/ merupakan jār majrūr. Kedua kata tersebut memiliki kesamaan dalam pelafalannya atau pengucapannya, akan tetapi segi penulisannya berbeda.

- ٤ : قفلملا .نىعم نافلتيخ و ،اقطن ناقفتي : ينتمات ينتملك نم ينبكرم اهملاك سانلجا افرط هيف ناك ام وه و

/4. Al-mulaffaq : Wa huwa mā kāna fīhi ṭarfān al-jināsu kullā humā murakkabaini min kalimataini tāmmataini : yattafaqāni nuṭqān, wa yakhtalifāni maʻnā./ „Mulaffaqyaitu apabila setiap kedua jināsnya adalah tersusun dari dua kata yang sama-sama utuh: mirip pelafalan katanya sedang maknanya berbeda.‟ (Bahiri, 2006: 133)

Contoh :

يمدق ىعس ىفتح ىلإ مدق ىرأ

أي يمد قار

/Ilā hatfī saʻā qadamī arā qadamī arāqa damī/ „Aku mencari perlindungan untuk kakiku, aku melihat kakiku bercucuran darah‟

(35)

Kalimat di atas terdapat jinās mulaffaq yaitu pada kata

يمدق ىرأ

/arā

qadamī/. Kata

يمدق ىرأ

/arā qadamī/ yang pertama tersusun atas kata

ٓرأ

/arā/

bermakna “melihat” dan kata

يمدق

/qadamī/ bermakna “kakiku” dan pada kata

يمد قارأ

/arāqa damī/ yang kedua tersusun atas kata

قارأ

/arāqa/ bermakna

“bercucuran” dan kata

يمد

/damī/ bermakna “darahku”. Kedua kata tersebut sama dalam pengucapan, tetapi berbeda maknanya.

2.2.4.2

ماتلا ر يغ س ا نجلا

/Al-Jinās Gayru Al-Tām/

نجلا ا و ماتلا سانجلا يف اهرفاوت بجي يتلا ةعبرلأا روملأا نم دحاو يف ُاظفل فلتخا ام وه : ماتلا ريغ س

فورحلا بيترت و فورحلا طبض و فورحلا ددع و فورحلا عون : يه

/al-jinās gairu al-tām : huwa mā iḥtalafa lafẓāhu fī wāḥidin min al- umūri al-arba„ati al-latī yajibu tawāfiruhā fī al-jināsi al-tāmi, wa hya : nau„u al-ḥurūfi wa „adadu al-ḥurūfi wa ḍabṭu al-ḥurūfi wa tartību al- ḥurūfi/„jinās gayru tām ialah yang didalamnya terdapat dua lafadz yang memiliki perbedaan dari salah satu dari empat rukunnya yaitu, bentuk huruf, jumlah huruf, harakat huruf dan susunan hurufnya. (Bahiri, 2006 : 135)

1. Jinās gairu tām berbeda jenis huruf

فورحلا عون يف فلاتخلإا :

دحاو فرح ىلع نيسناجتملا نيظفللا نيب فلاتخلإا ديزي لا نأ طرتشي

/Al-Ikhtilāfu fī nauʻi al-ḥurūfi : Yasytariṭu an lā yazīda al-ikhtilāfu baina al-lafẓaini al-mutajānisaini ʻalā ḥarfin wāhidin/ „Berbeda jenis hurufnya : Syaratnya yaitu perbedaan antara dua jenis kata tidak boleh lebih dari satu huruf.

(36)

Bakhiri, (2006 : 135) menyebutkan bahwa Jinās gairu tām berbeda huruf terbagi menjadi 3 yaitu :

a. Jinās muḍāri‘

يف فلاتخلإا نوكي و يتوصلا جرخملا يف نيبراقتم هيف نافلتخملا نافرحلا ناك ام وه : عراضملا سانجلا

.نيتملكلا لوأ

/

Al-Jināsu Al-Muḍāriʻu : huwa mā kāna al-ḥarfāni al-mukhtalifāni fīhi mutaqāribaini fī al-makhraji aṣ-ṣautī wa yakūnu al-ikhtilāfi fī awwali al-kalimataini./ „Jinās muḍāriʻ yaitu apabila terdapat dua huruf yang berbeda antara dua kalimat sedangkan makhraj pengucapannya berdekatan dan letaknya di awal kedua kata tersebut. (Bahiri, 2006 : 135)

Contoh :

َ ي ْمُهَو : ىلاعت لاق َنْوَهْ ن

َو ُهْنَع َنْوَأْنَ ي ( ... ُهْنَع

ٕٙ

)

/wa hum yanhauna „anhu wa yan‟auna „anhu/ Dan mereka melarang (orang lain) mendengarkan al-qur‟an dan mereka sendiri menjauhkan diri daripadanya... (QS. Al-an‟am : 26) (Al-jarim dan Amin, 2017 : 266)

Contoh di atas, terdapat kata

َنْوَهْ نَ ي

/yanhauna/ yang artinya “melarang” dan kata

َنْوَأْنَ ي

/yan‟auna/ yang artinya “menjauhkan”. Kedua kata tersebut memiliki perbedan huruf yaitu huruf

ٍ

/h/ pada kata

َنْوَهْ نَ ي

/yanhauna/ dan huruf

ء

/۰/ pada kata

َنْوَأْنَ ي

/yan‟auna/ dan kedua huruf tesebut berdekatan dalam makhraj pengucapannya.

(37)

b. Jinās Lāhiq

يف فلاتخلإا نوكي و يتوصلا جرخملا يف نيدعابتم هيف نافلتخملا نافرحلا ناك ام وه : قحلاللا سانجلا

.نيتملكلا لوأ

/Al-Jināsu Al-Lāḥiqu : Huwa mā kāna al-ḥarfāni al-mukhtalifāni fīhi mutabāʻidaini fī al-makhraji aṣ-ṣautī wa yakūnu al-ikhtilāfi fī awwali al-kalimataini./ „Jinās lāḥiq yaitu yaitu apabila terdapat dua huruf yang berbeda antara dua kalimat sedangkan makhraj pengucapannya berjauhan dan letaknya di awal kedua kata tersebut. (Bahiri, 2006 : 136)

Contoh :

َل َكِلذ ىَلَع ُهَّنِإَو ٌدْيِهَش

( ِرْيَخْلا ِّبُحِل ُهَّنِإَو ) ٚ ٌدْيِدَشَل

(

ٛ )

/wa innahu „alā żālika lasyahīdun (7) wa innahu liḥubbi alkhairi lasyadīdun (8)/ dan sesungguhnya manusia itu menyiksakan (sendiri) keingkarannya (7) dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta. (Q.S Al-„Adiyāt : 7-8)

Contoh di atas terdapat kata

ٌدْيِهَشَل /

lasyahīdun/ yang artinya “keingkaran”

dan kata

ٌدْيِدَشَل

/lasyadīdun/ yang artinya “sangat bakhil” . Adapun tanda jinās dari kedua kata tersebut yaitu memiliki susunan kata yang sama, harakat yang sama

( ٌَ َْ َِ ََ ََ)

namun memiliki satu huruf yang berbeda, yakni huruf

ه

/h/ pada

kata

ٌدْيِهَشَل /

lasyahīdun/ dan huruf

د

/d / pada kata

ٌدْيِدَشَل

/lasyadīdun/.

c. Jinās Muṣaḥaf

.طقف قطنلا ببسب هيف نيتملكلا يف نيفرحلا فلاتخا ناك ام وه : فحصملا سانجلا

(38)

/Al-Jināsu Al-Muṣhaf : Huwa mā kāna ′khtilāfu al-ḥarfaini fī al- kalimataini fīhi bisababi an-nuṭqi faqaṭ./ „Jinās muṣaḥaf yaitu apabila terdapat perbedaan dua huruf dalam dua kata yang di sebabkan adanya perbedaan pada titik hurufnya saja. (Bahiri, 2006 : 137)

Contoh :

َيَو ىِنُمِعْطُي َوُه يِذَّلاَو ِنْيِقْس

( َي َوُهَ ف ُتْضِرَم اَذِإَو ) ٜٚ

ِنْيِفْش .(

ٛ )

/wa allażī huwa yuṭ„imunī wa yasqīni (79) wa iżā mariḍtu fahuwa yasyfīni (80)/ Dan Tuhanku, Dia yang memberi makan dan minum kepadaku (79) dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.

(Q.S Asy-Syu„arā : 79-80)

Contoh di atas terdapat jināsmuṣahafyang memiliki perbedaan dua huruf dalam dua kata yaitu yang pertama huruf

ش

/s/ dan

ق

/q/ pada kata

ي٘مسٗ

/yasqīna/

yang artinya “memberi makan dan minum” dan huruf

ش

/sy/ dan huruf

ف

/f/ pada kata

ي٘فشٗ

/yasyfīna/ yang artinya “yang menyembuhkan”. Keempat huruf yang berbeda dalam kedua kata tersebut memiliki perbedaan dalam pengucapannya,

ي٘مسٗ

/yasqīna/

( ن ي ق ش ي (

dan

ي٘فشٗ

/yasyfīna/

(ن ي ف ش ي).

2. Jinās gayru tām berbeda jumlah huruf

فورحلا ددع يف فلاتخلإا :

سانجلا نإف ،فورحلا ددع يف ناتملكلا تفلتخا اذإ اصقان اسانج ىمسي

/Al-Ikhtilāfu fī ʻadadi al-ḥurūfi : Iżā ′ikhtalafat al-kalimatāni fī ʻadadi al- ḥurūfi, fa inna al-jināsu yusammā jināsān nāqiṣān/ „Berbeda dari segi jumlah huruf, Apabila dua kata berbeda dari segi jumlah hurufnya, maka jinās ini dinamakan sebagai jinās nāqiṣ. (Bahiri, 2006 : 137)

(39)

a. Penambahan satu huruf (nāqiṣ)

دئازلا فرحلا نوكي انايحأ و ،ةملكلا لوأ يف نوكي دحاو فرحب نيتملكلا ىدحإ يف ةدايزلا تناك اذإ

انايحأ و ،ةملكلا طسو يف .ةملكلا رخآ يف دئازلا فرحلا نوكي

/Al-qismu al-awwalu: iżā kānat az-ziyādatu fī iḥdā al-kalimataini biḥarfin wāḥidin yakūnu fī awwali al-kalimati, wa aḥyānān yakūnu al- ḥarfu az-zā′ida fī wasṭi al-kalimati, wa aḥyānān yakūnu al-ḥarfu az- zā′ida fī ākhiri al-kalimati./ „Apabila ada penambahan satu huruf pada salah satu dari kedua kata yang terjadi pada awal kata, dan kadang- kadang penambahan hurufnya terjadi pada pertengahan kata, dan kadang- kadang juga terjadi pada akhir kata.‟ (Bahiri, 2006 : 138)

Contoh :

اِب ُقاَّسلا ِتَّفَ تْلاَو ِقاَّسل

( َمْوَ ي َكِّبَر ىَلِإ ) ٕٜ

ِئ ُق اَسَمل ا ٍذ (

ٖٓ

)

/Waltaffati as-sāqu bi as-sāqi (29) ilā rabbika yaumaʹiżin al-masāqu/

„dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan) (29), kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau (30)‟ {QS. Al-Qiyamah (75): 29-30}

Contoh di atas terdapat jinās penambahan satu huruf yaitu pada kata

قاسلا

/as-sāqu/ yang artinya “betis” dan

قاسولا/

al-masāqu/ yang artinya

“dihalau”. Kata yang kedua

قاسولا

/al-masāqu/ terdapat penambahan satu huruf kepada kata yang pertama

قاسلا/

as-sāqu/ yaitu huruf

م

/m/.

b. Penambahannya lebih dari satu huruf (mużayyal).

.اهرخآ يف فرح نم رثكأب هيتملك ىدحإ يف ةدايزلا تناك ام وهو : لّيذملا سانجلا

/Al-Qismu Aṡ-Ṡānī : Al-Jināsu Al-Mużayyal : Wa huwa mā kānat az- ziyādatu fī iḥdā kalimataihi bi akṡari min ḥarfi fī ākhirihā./ „Jinās

(40)

mużayyal : Apabila ada penambahan banyak huruf pada salah satu dari kedua kata tersebut yang terjadi pada akhir kata.‟ (Bahiri, 2006 : 139) Contoh :

ْرُظْناَو ....

َلِإ َكَهَلِإ ى اًفِكاَع ِهْيَلَع َتْلَظ ىِذَّلا ِّمَيلا ْيِف ُهَّنَفِسْنَ نَل َّمُث ُهَّنَ قِّرَحُنَل َ

( اًفْسَن

ٜٚ

)

/... wanẓur ilā ilāhika al-lażī ẓalta ʻalaihi ʻākifān lanuḥarriqannahu ṡumma lanansifannahu fī al-yammi nasfān/ “... dan lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami akan membakarnya, kemudian kami sungguh-sungguh akan menghamburkannya ke dalam laut (berupa abu yang berserakan). (QS.

Taha (20): 97)

Contoh di atas terdapat jinās mużayyal yaitu pada kata

ٔلإ

/ilā/ dan

لإ

هِ

/ilāhika/. Pada kata

هِ لإ

/ilāhika/ terdapat penambahan atas kata

ٔلإ

/ilā/ yaitu penambahan huruf

ٍ

/h/ dan

ن

/k/ pada akhir katanya.

3. Jinās gayru tām berbeda harakat

فورحلا طبض يف فلاتخلإا .افّرحم ىمس رثكأ لا نيفرح وأ فرح طبض يف ناتملكلا تفلتخا اذإ :

/Al-Ikhtilāfu fī ḍabṭi al-ḥurūfi : Iżā ′ikhtalafat al-kalimatāni fī ḍabṭi ḥarfin au ḥarfaini lā akṡara sumiya muḥarrafān./ „Berbeda harakat hurufnya: Apabila dua kata berbeda harakat pada salah satu hurufnya atau tidak lebih dari dua huruf, jinās ini dinamakan muḥarraf.‟ (Bahiri, 2006 : 139)

Jinās gayru tām berbeda harakat menurut („Atyq, 1718 : 208) terbagi menjadi dua, yaitu:

ىلع هيف يتأي سانجلا نإف . قطنلاو تانكسلاو تاكرحلا نمةلصاحلا فورحلا ةئيه يف ناظفللافلتخا نإو

فحصم و فّرحم : نيبرض

(41)

/wa inna ikhtilafa al-lafẓāni fī hai„ati al-ḥurūfi al-ḥāṣilati min al- ḥarakāti wa al-sakināti wa al-nuqṭi. Fainna al-jinaāsa yaٓti fīhi „alā ḍarbaini :muḥarrafun wa muṣaḥafun/ „perbedaan dua lafadz pada komponen huruf yaitu harakat, sukun, dan titik. Jinas ini terbagi menjadi dua yaitu : muḥarrafu dan muṣaḥaf. („Atyq, 1718 : 208)

1. Jinās Muḥarrafu

ٔ تاكرحلا يف افلتخاو . اهبيترت و فورحلا ددع يف ُاظفل ّيا . ُانكر قفتإ ام وه : فرحملا سانج

تاكرحلا فلاتخا دصقلا نإف . كلذ ريغ نم وأ مسإ نم وأ نيلعف وأ نيمسإ نم اناك ءاوس طقف

/al-jinaāsu al-muharrafu : huwa mā kāna ittafaqa ruknāhu ayy lafẓāhu fī

„adadi al-ḥurūfi wa tartībihā wa ikhtilafan fī al-ḥarakati faqaṭ sawā„un kānā min ismaini au fi„laini au min ismin wa fi„lin au min gairi żālika fainna al-qaṣda ikhtilāfu al-ḥarakati/ Jinas Muḥaraf yaitu jinas yang sama antara dua lafadz pada jumlah huruf dan susunannya namun berbeda pada harakatnya saja, terkadang dalam bentuk isim, fi‟il dengan fi‟il, isim dengan fi‟il atau yang lainnya yang berbeda harakat. („Atyq, 1718 : 208)

Contoh :

ْمِهْيِف اَنْلَسْرَا ْدَقَلَو َنْيِرِذْنُم

( َع َناَك َفْيَك ْرُظْناَف ) ٕٚ

ُةَبِقا َنْيِرَذْنُملا (

ٖٚ

)

/wa laqad arsalnā fīhim munżirīna (72) fanẓur kaifa kāna „āqibatu al- munżarīna (73)/„Dan sesunguhnya telah kami utus pemberi-pemberi peringatan (rasul-rasul) dikalangan mereka (72) maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang diberi peringatan itu (73) . (Q.S.

As-saffat : 72-73)

Kata

َنْيِرِذْنُم

/munżirīna/ berbentuk ism fa‟il bermakna “pemberi peringatan (rasul-rasul)” dan kata

َنْيِرَذْنُملا /

al-munżarīna/ berbentuk ism maf‟ul yang bermakna “orang yang diberi peringatan”. Kedua kata di atas sangatlah mirip, sama dalam bentuk huruf (ى ٕ ر ر ى م ل ا ), sama dalam jumlah huruf (delapan

Gambar

Tabel  Jinās  dalam kitab   ةيفلا نتم /matnu al-fiyati/.

Referensi

Dokumen terkait

Karakterisitik tipologi pantai secara umum memiliki kesamaan yakni berpasir. Tipologi pantai berpasir dapat dibedakan menjadi dua yaitu: pantai berpasir hitam dan pantai

Minyak goreng berulang kali atau yang lebih dikenal dengan minyak jelantah adalah minyak limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung,

Remembering engages other parts of the brain – our imagination and visual sense – which can come to our exam when we’re trying to recall facts.. Because the complex structure

[r]

Silase dibuat dengan mencacah bahan hijauan menjadi ukuran yang kecil-kecil, kemudian menyimpannya kedalam ruang kedap udara.Pencacahan dilakukan untuk mendapatkan

Meskipun manusia adalah bagian dari alam, kegiatan manusia dipahami sebagai kategori terpisah dari fenomena alam... Masakan tersebut berupa lauk

Website ini juga dapat mempermudah para guru untuk mengatur data yang ada di sekolah tanpa menggunakan catatan di dalam kertas yang kemungkinan dapat hilang atau tidak

Tujuan merancang sebuah antenna J-Pole yang bekerja pada frekuensi 900 MHz dan 1800 MHz dengan polaradiasi J-pole berpolarisasi vertikal dengan arah pancaran yang omnidirectional