PENGARUH PERSEDIAAN BARANG DAGANG DAN
VOLUME PENJUALAN TERHADAP LABA KOTOR
PADA PT. MATAHARI PUTRA PRIMA
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh
gelar Ahli Madya
Disusun Oleh:
RENI SURYANI
Nim. 12000919
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
AKADEMI AKUNTANSI PERMATA HARAPAN
BATAM
PENGARUH PERSEDIAAN BARANG DAGANG DAN VOLUME PENJUALAN TERHADAP LABA KOTOR PADA PT. MATAHARI PUTRA PRIMA
Oleh Reni Suryani
Dosen Pembimbing: Wildayati, S.Pd., M.Pd.E
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persediaan barang dagang dan volume penjualan secara parsial dan simultan terhadap laba kotor pada PT. Matahari Putra Prima, Tbk. Dalam penelitian ini, persediaan dan volume penjualan merupakan variabel bebas (X) sedangkan laba kotor merupakan variabel terikat (Y). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan triwulan PT. Matahari Putra Prima periode 2008 sampai 2016, yaitu dengan jumlah sampel sebanyak 30 laporan keuangan triwulan. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif asosiatif yaitu dengan mengaplikasikan program SPSS 16. Untuk mengetahui pengaruh persediaan dan volume penjualan terhadap laba kotor digunakan analisis regresi linier berganda. Secara parsial persediaan berpengaruh signifikan terhadap laba kotor pada PT. Matahari Putra Prima, yaitu dengan tingkat signifikansi sebesar 0.002 < 0.05. Demikian juga volume penjualan berpengaruh signifikan terhadap laba kotor pada PT. Matahari Putra Prima, yaitu dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000 < 0.05. Hasil dari analisis tersebut menyimpulkan bahwa persediaan dan volume penjualan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap laba kotor pada PT. Matahari Putra Prima, yaitu dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000 < 0.05.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada beberapa tahun belakangan ini semakin banyak perusahaan-perusahaan yang
tumbuh dan berkembang seiring semakin pesatnya perkembangan ekonomi di Indonesia.
Hal ini terlihat dengan adanya persaingan yang ketat dalam dunia usaha, baik
perdagangan maupun perindustrian. Persaingan yang semakin ketat mengharuskan
perusahaan untuk mengelola semua sumber daya yang dimiliki seoptimal mungkin.
Sejalan dengan perkembangan perekonomian yang semakin maju,
perusahaan-perusahaan dihadapkan dengan masalah-masalah yang tidak mudah untuk dipecahkan.
Salah satunya adalah persediaan, yaitu bagaimana harus menyediakan barang dagangan
yang memiliki mutu baik secara efisien, sehingga perusahaan mampu bersaing
mempertahankan eksistensinya serta mencapai tujuan perusahaan yang telah
direncanakan.
Persediaan barang dagang merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi
yang cukup penting dalam suatu perusahaan, baik itu perusahaan dagang maupun
perusahaan industri. Berdasarkan pengertian di atas maka perusahaan jasa tidak memiliki
persediaan, perusahaan industri memiliki 3 jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku,
persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi (siap untuk dijual).
Sedangkan dalam perusahaan dagang, persediaan yang ada adalah persediaan barang jadi
yang siap untuk dijual tanpa ada pengolahan lebih lanjut.
Persediaan dalam perusahaan dapat mempengaruhi perhitungan Laba Rugi
(Income Statement) dan Neraca (Balance Sheet). Agar dapat memperoleh keuntungan
yang ada. Disamping itu, kegiatan ini dapat membantu tercapainya tingkat efisiensi biaya
dalam persediaan.
Pada perusahaan dagang memperlihatkan pola yang berbeda dengan perusahaan
manufaktur, khususnya peningkatan persediaan barang dagangan yang mencerminkan
peningkatan penjualan. Pola ini konsisten dengan permintaan yang lebih kecil, yang akan
diikuti dengan penurunan harga persediaan untuk menggunakan persediaan yang
berlebihan dan menghasilkan margin laba yang lebih rendah.
Dalam suatu perusahaan, permasalahan yang paling berat dihadapi adalah masalah
penjualan produk perusahaan, baik produk perusahaan yang berupa barang atau jasa.
Penjualan produk ini memerlukan perhatian yang khusus agar dapat mencapai target yang
telah ditetapkan oleh suatu perusahaan sehingga tidak mengalami suatu kejadian yaitu
volume penjualan tidak sesuai dengan target yang telah ditetapkan yang akan
berpengaruh terhadap laba.
Kegiatan penjualan adalah salah satu faktor penentu atas perolehan laba yang
optimal sehingga kontinuitas perusahaan terjamin dengan perkembangan perusahaan yang
diharapkan akan terus meningkat.
Pada umumnya perusahaan didirikan untuk memperoleh suatu laba yang
optimum, karena laba merupakan penunjang kelangsungan hidup perusahaan. Selain itu,
laba merupakan salah satu ukuran kemampuan perusahaan dalam melakukan kegiatan
operasional usahanya. Laba yang diperoleh suatu perusahaan merupakan suatu jumlah
positif dari selisih pendapatan dan beban, yang ditetapkan perusahaan secara periodik,
umumnya satu tahun dalam bentuk laporan laba rugi walaupun dalam laporan laba rugi
pada dasarnya mencantumkan pendapatan perusahaan dari sumber-sumber lainnya,
Perolehan laba perusahaan salah satunya dipengaruhi oleh faktor penjualan, selain
itu faktor lain yang mempengaruhi besarnya laba perusahaan adalah harga jual dari
produk tersebut. Harga jual merupakan masalah tersendiri yang harus dapat perhatian dari
pihak manajemen karena dengan harga jual yang wajar maka target penjualan akan
tercapai dan perusahaan akan memperoleh laba sesuai dengan yang diharapkan.
Agar perusahaan dapat memperoleh laba yang diinginkannya, maka harus
memperhatikan penetapan harga jual produk. Harga jual produk harus dilakukan dengan
secermat mungkin dan ditetapkan pada harga yang kompetitif, karena tingginya tingkat
persaingan perusahaan. Harga jual suatu produk ditentukan oleh harga pokok barang yang
tersedia untuk dijual ditambah dengan target laba yang ditetapkan perusahaan. Harga
pokok barang terdiri dari biaya-biaya yang terkait dengan pengadaan barang, mulai dari
pembelian sampai dengan barang dijual.
Dalam mencapai laba perusahaan selain memperhatikan penetapan harga jual,
perusahaan juga perlu memperhatikan persediaan barang dagang karena secara tidak
langsung akan berpengaruh terhadap laba perusahaan. Untuk itu persediaan atas barang
dagangan harus diadakan penilaian untuk mengetahui nilai barang dagangan yang terjual.
Dengan demikian, laba perusahaan dipengaruhi oleh penerapan metode penilaian
persediaan.
Berikut perkembangan persediaan barang dagang, volume penjualan dan laba
kotor pada PT. Matahari Putra Prima periode 2008 sampai 2016 dalam laporan keuangan
triwulan yang disajikan dalam bentuk tabel:
Tabel 1 Data Khusus No Tahun Triwulan (Bulan) Persediaan Volume
1 2008 Desember 983.008 9.027.618 3.124.155 2 2009 Maret 1.028.600 2.230.453 721.937 3 Juni 1.097.045 4.577.911 1.520.247 4 Septembe r 1.246.392 7.747.756 2.716.800 5 Desember 1.171.805 10.280.457 3.556.077 6 2010 Maret 1.167.669 2.478.593 793.235 7 Juni 966.158 4.374.002 1.131.082 8 Septembe r 1.060.363 6.516.329 1.512.610 9 Desember 969.713 8.544.778 1.866.889 10 2011 Maret 1.065.158 1.988.855 354.690 11 Juni 1.236.112 4.116.793 740.289 12 Septembe r 1.231.197 6.530.841 1.169.888 13 Desember 1.266.120 8.908.611 1.557.601 14 2012 Maret 1.440.198 2.393.138 427.640 15 Juni 1.732.484 4.973.277 901.365 16 Septembe r 1.721.084 7.971.314 1.443.988 17 Desember 1.670.574 10.868.164 1.897.561 18 2013 Maret 1.785.883 2.639.851 419.143 19 Juni 2.210.985 5.446.716 852.393 20 Septembe r 2.101.117 8.709.381 1.365.111 21 Desember 2.273.548 11.912.763 1.888.820 22 2014 Maret 2.472.193 3.126.398 529.912
23 Juni 2.950.544 6.427.491 1.084.521 24 Septembe r 2.578.661 10.061.869 1.722.852 25 Desember 2.655.023 13.590.405 2.354.457 26 2015 Maret 2.812.401 3.347.477 597.393 27 Juni 3.628.752 6.854.742 1.203.742 28 Septembe r 3.187.588 10.447.959 1.800.826 29 Desember 2.758.970 13.928.859 2.356.481 30 2016 Maret 2.774.878 3.265.283 458.896
Berdasarkan hasil tabel di atas menunjukkan bahwa persediaan barang dagang,
volume penjualan dan laba kotor pada PT. Matahari Putra Prima mengalami keadaan naik
turun. Dengan memperhatikan data dari tabel di atas memperlihatkan bahwa penurunan
persediaan akan membuat laba kotor pada PT. Matahari Putra Prima meningkat dan
volume penjualan yang meningkat akan membuat laba kotor pada PT. Matahari Putra
Prima juga meningkat.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk menyusun laporan
tugas akhir ini dengan judul: “Pengaruh Persediaan Barang Dagang dan Volume
Penjualan Terhadap Laba Kotor Pada PT. Matahari Putra Prima, Tbk”
B. Batasan Masalah
Menyadari luasnya ruang lingkup penelitian, maka dalam penulisan proposal ini
penulis membatasi permasalahan hanya pada pengaruh persediaan barang dagang dan
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas
pada bab selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Apakah persediaan barang dagang berpengaruh terhadap laba kotor pada PT.
Matahari Putra Prima, Tbk?
2. Apakah volume penjualan berpengaruh terhadap laba kotor pada PT. Matahari Putra
Prima, Tbk?
3. Apakah persediaan barang dagang dan volume penjualan berpengaruh terhadap laba
kotor pada PT. Matahari Putra Prima, Tbk?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh persediaan barang dagang terhadap laba kotor pada PT.
Matahari Putra Prima, Tbk
2. Untuk mengetahui pengaruh volume penjualan terhadap laba kotor pada PT. Matahari
Putra Prima, Tbk
3. Untuk mengetahui pengaruh persediaan barang dagang dan volume penjualan
terhadap laba kotor pada PT. Matahari Putra Prima, Tbk
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian terbagi menjadi 2 yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Dapat memberikan masukan kepada program studi Akuntansi mengenai
teori-teori yang ada hubungannya dengan mata kuliah yang bersangkutan.
b. Bagi Pihak Lain
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan di luar teori-teori yang telah
diperoleh melalui buku-buku.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan bagi penulis mengenai pengaruh
persediaan barang dagang dan volume penjualan terhadap laba kotor
perusahaan.
b. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan pertimbangan untuk menyempurnakan langkah-langkah dalam
pengambilan keputusan untuk kemajuan perusahaan, dan diharapkan dapat
memberikan masukan bagi perusahaan sehingga dapat meningkatkan efisiensi
dan efektivitas.
c. Bagi Pembaca
Sebagai bahan bacaan dan menambah pengetahuan untuk Pembaca khususnya
Mahasiswa/I Akademi Akuntansi Permata Harapan mengenai pengaruh
persediaan barang dagang dan volume penjualan terhadap laba kotor
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Laba Kotor
a. Pengertian Laba
Menurut M. Nafarin (2007:788) mengatakan bahwa: “Laba (income) adalah
perbedaan antara pendapatan dengan keseimbangan biaya-biaya dan pengeluaran
untuk periode tertentu”.
Menurut Abdul Halim & Bambang Supomo (2005;139) mengatakan bahwa:
“Laba merupakan pusat pertanggungjawaban yang masukan dan keluarannya
diukur dengan menghitung selisih antara pendapatan dan biaya”.
Menurut Kuswadi (2005:135) mengemukakan bahwa: “Perhitungan laba
diperoleh dari pendapatan dikurangi semua biaya”.
Menurut Mahmud M. Hanafi (2010:32) menyatakan bahwa: “Laba merupakan
ukuran keseluruhan prestasi perusahaan, yang didefinisikan sebagai berikut: Laba
= Penjualan - Biaya”
Berdasarkan beberapa definisi menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa
laba merupakan pendapatan yang berasal dari penjualan yang dikurangi dengan
semua biaya.
b. Jenis-jenis Laba
Menurut Kasmir (2011:303) laba yang didapatkan oleh perusahaan dari
aktivitas penjualan ada dua jenis, yaitu:
1. Laba Kotor (Gross Profit) merupakan laba yang diperoleh sebelum dikurangi
biaya-biaya yang menjadi beban perusahaan. Artinya laba keseluruhan yang
2. Laba bersih (Net Profit) merupakan laba yang telah dikurangi biaya-biaya
yang merupakan beban perusahaan dalam suatu periode tertentu termasuk
pajak.
c. Faktor Yang Mempengaruhi Laba
Menurut Mulyadi (2001:513) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi laba adalah sebagai berikut:
1. Biaya
Biaya yang timbul dari perolehan atau mengolah suatu produk atau jasa akan
mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan.
2. Harga Jual
Harga jual produk atau jasa akan mempengaruhi besarnya volume penjualan
produk atau jasa yang bersangkutan.
3. Volume Penjualan dan Produksi
Besarnya volume penjualan berpengaruh terhadap volume produksi produk
atau jasa tersebut. Selanjutnya volume produksi akan mempengaruhi besar
kecilnya biaya produksi.
d. Konsep Laba
Menurut Hendriksen (2004:329) konsep laba terdiri dari berbagai macam
bentuk dan jenis, diantaranya adalah:
1. Konsep Laba Ekonomi
Pengukuran laba yang penting yaitu laba ekonomi dan laba permanen. Laba
ekonomi biasanya merupakan arus kas ditambah dengan perubahan nilai wajar
laba yang dinormalkan (normalized) merupakan rata-rata laba stabil yang
ditaksir dapat diperoleh perusahaan sepanjang umurnya.
2. Konsep Laba Akuntansi
Laba akuntansi diukur berdasarkan konsep akuntansi akrual. Meskipun laba
operasi mencakup baik aspek laba ekonomi maupun laba permanen. Namun
laba ini bukan merupakan pengukuran laba secara langsung.
2. Persediaan Barang Dagang
a. Pengertian Persediaan
Persediaan merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi yang cukup
penting dalam suatu perusahaan, baik itu perusahaan dagang maupun perusahaan
industri. Tanpa adanya persediaan, perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan
atau kebutuhan pelanggannya. Setiap perusahaan industri atau perusahaan dagang
yang melakukan kegiatan usaha umumnya memiliki persediaan, sedangkan
perusahaan jasa tidak memilki persediaan.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan dari IAI (Ikatan Akuntan Indonesia)
PSAK No. 14 tahun 2010 menyatakan bahwa:
Persediaan adalah aset:
a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam
proses produksi atau pemberian jasa.
Menurut Kieso, Weygandt, Warfield (2007:402) mengatakan bahwa:
dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi
dalam membuat barang yang akan dijual”.
Menurut Syakur (2009:125) pengertian persediaan adalah sebagai berikut:
“Persediaan meliputi segala macam barang yang menjadi objek pokok aktivitas
perusahaan yang tersedia untuk diolah dalam proses produksi atau dijual”.
Berdasarkan definisi para ahli tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
persediaan adalah barang-barang berwujud yang dimilki oleh perusahaan dalam
siklus usaha normal perusahaan, dengan tujuan untuk dijual kembali serta
barang-barang yang digunakan di luar keperluan produksi, maka tidak digolongkan dalam
persediaan.
b. Jenis-jenis Persediaan
Menurut Iman Santoso (2006:143) berbagai jenis persediaan dalam material
(cost) perusahaan dagang maupun industri dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Persediaan bahan baku (raw material) yaitu bahan baku yang akan diproses
lebih lanjut dalam proses produksi.
2. Persediaan barang dalam proses (work in process/good in process) yaitu bahan
baku yang sedang diproses dimana nilainya merupakan akumulasi biaya bahan
baku (raw material cost), biaya tenaga kerja (direct labor cost), dan biaya
overhead (factory overhead cost).
3. Persediaan barang jadi (finished goods) yaitu barang jadi yang berasal dari
barang yang telah selesai diproses, telah siap untuk dijual sesuai dengan
tujuannya.
4. Persediaan bahan pembantu (factory/manufacturing supplies) yaitu bahan
pembantu yang dibutuhkan dalam proses produksi namun tidak secara
5. Persediaan barang dagangan (merchandise inventory) yaitu barang yang
langsung diperdagangkan tanpa mengalami proses lanjutan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa persediaan yang dimiliki oleh
perusahaan berbeda-beda, yaitu persediaan barang dagangan pada perusahaan
dagang. Sedangkan bagi perusahaan manufaktur, persediaan terdiri dari
persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, persediaan barang jadi,
dan persediaan bahan pembantu.
c. Keuntungan Memiliki Persediaan
Dengan memiliki persediaan memadai, perusahaan akan menyadari
keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
1. Menghindari kehilangan penjualan. Jika perusahaan tidak memiliki barang
yang tersedia untuk dijual, ia akan kehilangan penjualan. Langganan yang
menginginkan barang yang dibutuhkan tersedia, jika tidak ia akan membeli
dari tempat lain dan memutuskan tidak lagi memerlukan barang tersebut jika
harus menunggu lama.
2. Kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan yang cepat dan
menyediakan secara tepat waktu sangat bergantung pada pengelolaan
persediaan.
3. Mendapat potongan harga. Pemasok seringkali menawarkan harga yang lebih
rendah jika kuantitas pesanan lebih banyak dari pada permintaan normal.
Dengan membayar barang-barang lebih rendah dari pesanan dapat
meningkatkan keuntungan selama biaya pemeliharaan persediaan tersebut
lebih kecil.
4. Mengurangi biaya pemesanan. Setiap kali perusahaan melakukan pemesanan
digunakan, pengecekan, persetujuan dan pengiriman. Saat barang-barang
tersebut tiba harus diterima untuk kemudian dikirim ke bagian akuntansi
sehingga dapat dilakukan pembayaran kepada pemasok.
d. Pengelolaan Persediaan
Pengelolaan merupakan suatu proses yang digunakan untuk menyesuaikan
strategi pengelolaan supaya mereka dapat mengatasi perubahan dalam interaksi
antar manusia.
Pengelolaan persediaan menurut Agus Ristono (2009:04) adalah: “Kegiatan
dalam memperkirakan jumlah persediaan (bahan baku/penolong) yang tepat,
dengan jumlah yang tidak terlalu besar dan tidak pula kurang atau sedikit
dibandingkan dengan kebutuhan atau permintaan”.
Menurut Soemita R. Adikoesoema, yang dimaksud dengan pengelolaan
persediaan adalah sebagai berikut:
“Pengelolaan persediaan meliputi bermacam-macam aktivitas dalam suatu
perusahaan, yaitu mulai dari perencanaan untuk membeli bahan-bahan baku dan
barang-barang, penetapan waktu dan pengendalian pada semua tingkat produksi
bagi suatu perusahaan sampai pada penyerahan barang-barang hasil produksi
kepada konsumen”.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan
persediaan adalah kegiatan dalam memperkirakan jumlah persediaan tepat sesuai
dengan permintaan sampai pada penyerahan kepada konsumen.
Tujuan pengelolaan persediaan menurut Agus Ristono (2009:4) adalah:
1. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan cepat
2. Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan tidak
mengalami kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya proses
produksi. Hal ini dikarenakan:
a. Kemungkinan barang (bahan baku dan penolong) menjadi langka sehingga
sulit diperoleh.
b. Kemungkinan supplier terlambat mengirimkan barang yang dipesan.
3. Untuk mempertahankan dan bila mungkin meningkatkan penjualan dan laba
perusahaan.
4. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari, karena dapat
mengakibatkan ongkos pesan menjadi besar.
5. Menjaga supaya penyimpanan persediaan tidak dalam jumlah yang
besar-besaran, karena akan mengakibatkan biaya menjadi besar.
Pengelolaan persediaan meliputi dua hal yang saling bekaitan satu sama
lainnya, yaitu masalah perencanaan dan pengendalian. Dalam menyelenggarakan
persediaan yang mendukung kebutuhan penjualan, maka suatu perusahaan yang
baik perlu melaksanakan perencanaan pengadaan barang. Hal umum bagi
perusahaan yang menyelenggarakan perdagangan adalah dengan mendasarkan
perencanaan persediaan yang dimiliki kepada rencana penjualannya. Penyusunan
anggaran dari jumlah yang harus tersedia akan ditentukan oleh tingkat persediaan
yang diinginkan dan program penjualan yang akan dilaksanakan. Jadi dalam hal
ini berhubungan dengan dua faktor mendasar, yaitu penentuan kuantitas
pembelian/pemesanan dan penentuan waktu (penjadwalan) pemesanan persediaan.
Selain perencanaan, hal penting lainnya dari pengelolaan persediaan yaitu
mengenai pengendalian persediaan. Pengendalian terhadap persediaan ditujukan
terhadap persediaan dan untuk memperoleh kecermatan dalam pelaporan jumlah
fisik persediaan. Lebih lanjut, pengendalian persediaan terutama ditekankan untuk
pemanfaatan investasi yang seefisien mungkin serta mencegah dan mendeteksi
kemungkinan terjadinya kecurangan-kecurangan.
Dengan demikian, maksud dan tujuan pengendalian persediaan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh data biaya yang akurat yang dibebankan terhadap
persediaan dan biaya penjualan.
2. Untuk memperoleh laporan yang akurat yang dibebankan terhadap persediaan
secara fisik.
3. Untuk pemanfaatan secara maksimum atas dana yang diinvestasikan dalam
persediaan.
4. Untuk menjaga tingkat persediaan pada tingkat yang paling optimal.
5. Untuk meningkatkan efisiensi.
Agar maksud dan tujuan pengendalian persediaan dapat tercapai, maka
biasanya dilakukan dua cara pengendalian yaitu:
1. Accounting Control
Pengendalian ini merupakan pengendalian terhadap catatan persediaan. Agar
pengendalian ini dapat berjalan dengan baik maka diperlukan adanya anggaran
persediaan dan laporan posisi persediaan.
2. Phsycal Control
Pengendalian ini merupakan pengendalian atas fisik persediaan yang meliputi:
a. Fungsi pengadaan, fungsi ini harus dilaksanakan oleh mereka yang telah
b. Fungsi penerimaan, fungsi ini memeriksa secara seksama atas penerimaan
barang.
c. Fungsi penyimpanan, fungsi ini bertujuan untuk memeriksa dan
menghitung barang yang masuk dalam gudang.
d. Fungsi pengeluaran, pengeluaran atas barang yang ada di gudang harus
disertakan dengan surat perintah pengeluaran atas barang tersebut dari
pejabat berwenang.
e. Fungsi pengiriman, dalam fungsi ini ditekankan bahwa setiap perintah
pengeluaran barang harus disertai dengan bukti yang kuat.
e. Faktor-Faktor Yang Menentukan Persediaan
Yang menjadi masalah bagi perusahaan adalah bagaimana menentukan
persediaan yang optimal, oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor yang
mempengaruhi besar kecilnya persediaan.
Menurut Agus Ristono (2009:6) faktor-faktor yang menentukan persediaan
adalah sebagai berikut:
a. Volume atau jumah yang dibutuhkan, yaitu yang dimaksudkan untuk menjaga
kelangsungan (kontinuitas) proses produksi. Semakin banyak jumlah bahan
baku yang dibutuhkan, maka akan semakin besar tingkat persediaan bahan
baku.
b. Kontinuitas produksi tidak terhenti, diperlukan tingkat persediaan bahan baku
yang tinggi dan sebaliknya.
c. Sifat bahan baku/penolong, apakah cepat rusak (durable good) atau tahan
lama (undurable good).
Nilai persediaan barang dagangan ditentukan oleh gabungan dua faktor yaitu
melalui perhitungan secara fisik. Harga pokok persediaan merupakan harga untuk
memperoleh persediaan tersebut. Disamping harga beli, termasuk harga pokok
persediaan adalah semua biaya yang terjadi untuk memperoleh persediaan.
3. Volume Penjualan
a. Pengertian Volume Penjualan
Pengertian volume penjualan menurut John Downes dan Jordan Elliot
Goodman yang diterjemahkan oleh Susanto Budidharmo (2000:646) yaitu:
“Volume penjualan adalah total penjualan yang didapat dari komoditas yang
diperdagangkan dalam suatu masa tertentu”.
Menurut Alamiyah dan Padji (2003:126) mengatakan bahwa: “Volume
penjualan yang berhasil dicapai atau ingin dicapai oleh suatu perusahaan pada
periode tertentu”.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa volume
penjualan merupakan hasil dari kegiatan penjualan yang dilakukan perusahaan
dalam usahanya mencapai sasaran yaitu memaksimalkan laba.
b. Faktor yang mempengaruhi Penjualan
Menurut Basu Swasta (2001:129) dalam kenyataannya sebuah kegiatan
penjualan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam maupun dari
luar. Beberapa faktor tersebut antara lain:
1. Kondisi dan Kemampuan Pasar
Disini penjual harus dapat meyakinkan pembeli agar berhasil mencapai
sasaran penjualan yang diharapkan untuk maksud tertentu, penjual harus
memahami masalah penting yang sangat berkaitan yaitu:
a. Jenis dan karakteristik barang yang ditawarkan
c. Syarat penjualan seperti pembayaran, perantaraan garansi dan sebagainya
2. Kondisi Pasar
Hal yang diperhatikan pada kondisi pasar antara lain:
a. Jenis pasarnya, yaitu apakah pasar konsumen, pasar industri, pasar
pemerintah atau pasar internasional
b. Kelompok pembeli dan segmen pasarnya
c. Daya beli
d. Frekuensi pembeliannya
e. Keinginan dan kebutuhan
3. Modal
Apakah modal kerja perusahaan mampu untuk mencapai target penjualan yang
dianggarkan seperti untuk:
a. Kemampuan untuk membiayai penelitian pasar yang dilakukan
b. Kemampuan membiayai usaha-usaha untuk mencapai target penjualan
c. Kemampuan membeli bahan mentah untuk dapat memenuhi target
penjualan
4. Kondisi Organisasi Perusahaan
Pada perusahaan besar biasanya masalah penjualan ditangani oleh bagian
penjualan. Lain halnya dengan perusahaan kecil, dimana masalah penjualan
ditangani oleh orang yang juga melakukan fungsi-fungsi lain.
4. Penelitian Terdahulu
Adapun hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh persediaan
1. Sarita Wulandari R. Ilham (2013) “Analisis Manajemen Persediaan Barang
Dagangan Dalam Meningkatkan Laba Pada PT. Fajar Lestari Abadi Makassar”.
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa manajemen persediaan barang
dagang merupakan salah satu faktor yang berperan dalam meningkatkan laba pada
PT. Fajar Lestari Abadi Makassar.
2. Dian Fitriani (2015) “Analisis Pengaruh Volume Penjualan dan Biaya Produksi
Terhadap Laba Pada PT. Adhya Tirta Batam”. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa volume penjualan dan biaya produksi secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap laba bersih pada PT. Adhya Tirta Batam.
3. Lilik Hidayatul Ilmiyah (2015) “Analisis Pengaruh Volume Penjualan dan Biaya
Promosi Terhadap Tingkat Laba Pada Dealer Yamaha PT. Indragiri Makmur
Sentosa Batam Kantor Cabang Komplek Taman Pesona Indah”. Kesimpulan dari
hasil penelitian tersebut adalah volume penjualan dan biaya promosi pada Dealer
Yamaha PT. Indragiri Makmur Sentosa Batam Kantor Cabang Komplek Taman
Pesona Indah mengalami peningkatan. Dari peningkatan tersebut menimbulkan
peningkatan pada laba selama tahun 2010-2014. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa volume penjualan dan biaya promosi berpengaruh signifikan
terhadap tingkat laba.
4. Merianna Naibaho (2015) “Pengaruh Penjualan Bersih dan Perputaran Persediaan
Beban Terhadap Laba Bersih Pada Supermarket Hot Market”. Kesimpulan dari
hasil penelitian tersebut adalah penjualan bersih secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap laba bersih pada Supermarket Hot Market. Sedangkan
perputaran persediaan secara simultan memiliki pengaruh positif terhadap laba
B. KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan
suatu teori dengan faktor-faktor yang penting, yang telah diketahui dalam suatu masalah
tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara
variabel-variabel penelitian, yaitu variabel-variabel bebas dengan variabel-variabel terikat.
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas, maka kerangka konseptual
penelitian ini dapat dilihat pada skema gambar di bawah ini:
Gambar 1 Kerangka Konseptual H1 H3 H2 Keterangan:
Variabel X1 : Persediaan Barang Dagang
Variabel X2 : Volume Penjualan
Variabel Y : Laba Kotor
C. HIPOTESIS
Dalam sebuah penelitian, hipotesis sangat diperlukan guna menggambarkan
pendapat sementara terhadap suatu permasalahan.
Menurut Sugiyono (2003:39) menyebutkan mengenai pengertian hipotesis yaitu:
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian”. Persediaan Barang Dagang (X1) Volume Penjualan (X2) Laba Kotor (Y)
Berdasarkan uraian kerangka konseptual di atas, maka hipotesis penelitian ini
adalah:
H1: Persediaan barang dagang berpengaruh signifikan terhadap laba kotor
H2: Volume penjualan berpengaruh signifikan terhadap laba kotor
H3: Persediaan barang dagang dan volume penjualan berpengaruh signifikan terhadap
BAB III
METODE PENELITIAN
F. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan proses yang dilakukan secara bertahap, yakni dari
perencanaan dan perancangan penelitian, menentukan fokus penelitian, waktu penelitian,
pengumpulan data, analisis, dan penyajian hasil penelitian. Jenis penelitian ini adalah
kuantitatif asosiatif.
Menurut Sugiyono (2012:11), “penelitian asosiatif merupakan penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh ataupun hubungan antara dua variabel atau lebih”,
dan juga dengan penelitian kuantitatif yaitu penelitian dengan memperoleh data yang
berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2012:14). Penggunaan
metode ini digunakan sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian yaitu untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh persediaan barang dagang dan volume penjualan
terhadap laba kotor.
G. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah data kuantitatif, karena
data yang diperoleh nantinya berupa angka. Dari angka yang diperoleh akan dianalisis
lebih lanjut dalam analisis data.
Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu persediaan barang dagang dan volume
penjualan sebagai variabel bebas (independent) dan laba kotor sebagai variabel terikat
(dependent).
Sumber data yang digunakan dalam peneltitian ini adalah sumber data sekunder,
dimana data yang diperoleh penulis merupakan data yang diperoleh secara tidak
langsung, artinya data-data tersebut berupa data primer yang telah diolah lebih lanjut
dan data yang disajikan oleh pihak lain.
Menurut Sugiyono (2010:137) mengatakan bahwa: “Sumber data sekunder adalah
sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya
lewat orang lain atau dokumen”.
Data sekunder dapat diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan
memahami melalui media lain yang bersumber pada literature dan buku-buku
perpustakaan atau data-data dari perusahaan yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti serta media lain seperti internet. Data-data yang digunakan diperoleh dari
laporan-laporan keuangan yang berhubungan dengan topik permasalahan yang diteliti
yaitu tentang data Persediaan Barang Dagang, Volume Penjualan dan Laba Kotor.
H. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2011:117) mengatakan bahwa: “Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya”. Jadi populasi sebenarnya bukan hanya orang tetapi juga
obyek atau subyek beserta karakteristik atau sifat-sifatnya. Populasi dalam penelitian
ini adalah laporan keuangan triwulan PT. Matahari Putra Prima Tbk periode 2008
sampai 2016.
Menurut Sugiyono (2011:118) mengatakan bahwa: “Sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Sampel yang akan diambil
dalam penelitian ini sesuai dengan metode yang berlaku sehingga betul- betul
representatif. Sampel dari penelitian ini adalah bagian dari jumlah populasi laporan
keuangan triwulan PT. Matahari Putra Prima Tbk yaitu 30 laporan keuangan triwulan.
I. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Studi Pustaka (Literature Study)
Data diperoleh dengan cara mempelajari dan mengkaitkan literatur yang
berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi. Langkah ini dipakai sebagai
landasan teoritis serta pedoman dalam menganalisa masalah.
2. Studi Lapangan (Field Study)
Teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan data secara langsung dari objek yang
akan diteliti guna memperoleh data-data yang dibutuhkan dan gambaran
permasalahan yang sesungguhnya terjadi di dalam perusahaan. Tahap
pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Dokumentasi
Penulis mengumpulkan bahan-bahan yang tertulis berupa data-data yang
diperoleh dari bagian keuangan.
J. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengolah hasil
teoritis, maka teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kuantitatif.
Menurut Sugiyono (2010:31) analisis kuantitatif adalah sebagai berikut:
“Dalam penelitian kuantitatif, analisis data menggunakan statistik. Statistik yang digunakan dapat berupa statistik deskriptif dan inferensial/induktif. Statistik inferensial dapat berupa statistik parametris dan statistik nonparametris. Peneliti menggunakan statistik inferensial bila penelitian dilakukan pada sampel yang dilakukan secara random. Data hasil analisis selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan. Penyajian data dapat berupa tabel, tabel distribusi frekuensi, grafik garis, grafik batang, piechart (diagram lingkaran), dan pictogram. Pembahasan hasil penelitian merupakan penjelasan yang mendalam dan interpretasi terhadap data-data yang telah disajikan”.
Adapun langkah-langkah analisis kuantitatif yang diuraikan tersebut adalah:
1. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik yang digunakan terdiri atas:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi mempunyai
distribusi normal ataukah tidak. Asumsi normalitas merupakan persyaratan
yang sangat penting pada pengujian signifikansi koefisien regresi. Model
regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal atau
mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik. Uji
normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah SPSS 16.
2. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas merupakan suatu situasi dimana beberapa atau semua
variabel bebas berkorelasi kuat. Jika terdapat korelasi yang kuat diantara
sesama variabel independen, maka konsekuensinya adalah:
a. Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir
Dengan demikian semakin besar korelasi diantara sesama variabel
independen, maka tingkat kesalahan dari koefisien regresi semakin besar yang
mengakibatkan standar erornya semakin besar pula. Uji multikolinieritas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah SPSS 16.
3. Uji Heteroskedastisitas
Situasi heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran
koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien dan hasil taksiran dapat menjadi kurang
atau melebihi dari yang semestinya. Dengan demikian agar koefisien-koefisien
regresi tidak menyesatkan, maka situasi heteroskedastisitas harus dihilangkan
dari model regresi.
Menurut Gujarati (2003:405) untuk menguji ada tidaknya
heteroskedastisitas digunakan uji Glejser, yaitu dengan mengregresikan
masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual. Jika nilai
koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari
residual (error) ada yang signifikan, maka kesimpulannya terdapat
heteroskedastisitas (varian dari residual tidak homogen). Uji
heteroskedastisitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah SPSS 16.
4. Uji Autokorelasi
Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antar observasi yang diukur
berdasarkan deret waktu dalam model regresi atau dengan kata lain error dari
observasi yang satu dipengaruhi oleh error dari observasi yang sebelumnya.
Akibat dari adanya autokorelasi dalam model regresi, koefisien regresi yang
diperoleh menjadi tidak efisien, artinya tingkat kesalahannya menjadi sangat
besar dan koefisien regresi menjadi tidak stabil. Uji autokorelasi yang
2. Uji Regresi Linier Berganda
Menurut Sugiyono (2004:249) mengemukakan bahwa: “Uji regresi linier
digunakan untuk melakukan prediksi bagaimana perubahan nilai variabel
dependen bila nilai variabel independen dinaikkan/diturunkan”.
Uji regresi linier berganda digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan
(naik turunnya) variabel dependen bila dua atau lebih variabel independen sebagai
indikator. Uji ini digunakan dengan melibatkan dua atau lebih variabel bebas
antara variabel independen (X1 dan X2) dan variabel dependen (Y). Uji regresi
linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah SPSS 16.
3. Uji Hipotesis
Rancangan pengujian hipotesis ini dinilai dengan penetapan hipotesis nol dan
hipotesis alternatif, penelitian uji statistik dan perhitungan nilai uji statistik,
perhitungan hipotesis, penetapan tingkat signifikan dan penarikan kesimpulan.
Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan ada
tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hipotesis nol (Ho)
tidak terdapat pengaruh yang signifikan dan hipotesis alternatif (Ha) menunjukkan
adanya pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat.
Rancangan pengujian hipotesis penelitian ini untuk menguji ada tidaknya
pengaruh antara variabel independen (X) yaitu Persediaan Barang Dagang (X1)
dan Volume Penjualan (X2) terhadap variabel dependen (Y) yaitu Laba Kotor.
Pengujian hipotesis yang digunakan terdiri atas:
1. Uji T Statistik (Parsial)
Uji t digunakan untuk menguji secara parsial pengaruh masing-masing
barang dagang secara parsial terhadap laba kotor, dan pengaruh volume
penjualan secara parsial terhadap laba kotor. Uji t yang digunakan dalam
penelitian ini adalah SPSS 16.
2. Uji F Statistik (Simultan)
Uji f digunakan untuk menguji secara bersama-sama (simultan) pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen yaitu pengaruh persediaan
barang dagang dan volume penjualan secara simultan terhadap laba kotor. Uji