• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERSEDIAAN BARANG DAGANG DAN VOLUME PENJUALAN TERHADAP LABA KOTOR PADA PT. MATAHARI PUTRA PRIMA TUGAS AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PERSEDIAAN BARANG DAGANG DAN VOLUME PENJUALAN TERHADAP LABA KOTOR PADA PT. MATAHARI PUTRA PRIMA TUGAS AKHIR"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERSEDIAAN BARANG DAGANG DAN

VOLUME PENJUALAN TERHADAP LABA KOTOR

PADA PT. MATAHARI PUTRA PRIMA

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh

gelar Ahli Madya

Disusun Oleh:

RENI SURYANI

Nim. 12000919

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

AKADEMI AKUNTANSI PERMATA HARAPAN

BATAM

(2)

PENGARUH PERSEDIAAN BARANG DAGANG DAN VOLUME PENJUALAN TERHADAP LABA KOTOR PADA PT. MATAHARI PUTRA PRIMA

Oleh Reni Suryani

Dosen Pembimbing: Wildayati, S.Pd., M.Pd.E

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persediaan barang dagang dan volume penjualan secara parsial dan simultan terhadap laba kotor pada PT. Matahari Putra Prima, Tbk. Dalam penelitian ini, persediaan dan volume penjualan merupakan variabel bebas (X) sedangkan laba kotor merupakan variabel terikat (Y). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan triwulan PT. Matahari Putra Prima periode 2008 sampai 2016, yaitu dengan jumlah sampel sebanyak 30 laporan keuangan triwulan. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif asosiatif yaitu dengan mengaplikasikan program SPSS 16. Untuk mengetahui pengaruh persediaan dan volume penjualan terhadap laba kotor digunakan analisis regresi linier berganda. Secara parsial persediaan berpengaruh signifikan terhadap laba kotor pada PT. Matahari Putra Prima, yaitu dengan tingkat signifikansi sebesar 0.002 < 0.05. Demikian juga volume penjualan berpengaruh signifikan terhadap laba kotor pada PT. Matahari Putra Prima, yaitu dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000 < 0.05. Hasil dari analisis tersebut menyimpulkan bahwa persediaan dan volume penjualan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap laba kotor pada PT. Matahari Putra Prima, yaitu dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000 < 0.05.

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada beberapa tahun belakangan ini semakin banyak perusahaan-perusahaan yang

tumbuh dan berkembang seiring semakin pesatnya perkembangan ekonomi di Indonesia.

Hal ini terlihat dengan adanya persaingan yang ketat dalam dunia usaha, baik

perdagangan maupun perindustrian. Persaingan yang semakin ketat mengharuskan

perusahaan untuk mengelola semua sumber daya yang dimiliki seoptimal mungkin.

Sejalan dengan perkembangan perekonomian yang semakin maju,

perusahaan-perusahaan dihadapkan dengan masalah-masalah yang tidak mudah untuk dipecahkan.

Salah satunya adalah persediaan, yaitu bagaimana harus menyediakan barang dagangan

yang memiliki mutu baik secara efisien, sehingga perusahaan mampu bersaing

mempertahankan eksistensinya serta mencapai tujuan perusahaan yang telah

direncanakan.

Persediaan barang dagang merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi

yang cukup penting dalam suatu perusahaan, baik itu perusahaan dagang maupun

perusahaan industri. Berdasarkan pengertian di atas maka perusahaan jasa tidak memiliki

persediaan, perusahaan industri memiliki 3 jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku,

persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi (siap untuk dijual).

Sedangkan dalam perusahaan dagang, persediaan yang ada adalah persediaan barang jadi

yang siap untuk dijual tanpa ada pengolahan lebih lanjut.

Persediaan dalam perusahaan dapat mempengaruhi perhitungan Laba Rugi

(Income Statement) dan Neraca (Balance Sheet). Agar dapat memperoleh keuntungan

(4)

yang ada. Disamping itu, kegiatan ini dapat membantu tercapainya tingkat efisiensi biaya

dalam persediaan.

Pada perusahaan dagang memperlihatkan pola yang berbeda dengan perusahaan

manufaktur, khususnya peningkatan persediaan barang dagangan yang mencerminkan

peningkatan penjualan. Pola ini konsisten dengan permintaan yang lebih kecil, yang akan

diikuti dengan penurunan harga persediaan untuk menggunakan persediaan yang

berlebihan dan menghasilkan margin laba yang lebih rendah.

Dalam suatu perusahaan, permasalahan yang paling berat dihadapi adalah masalah

penjualan produk perusahaan, baik produk perusahaan yang berupa barang atau jasa.

Penjualan produk ini memerlukan perhatian yang khusus agar dapat mencapai target yang

telah ditetapkan oleh suatu perusahaan sehingga tidak mengalami suatu kejadian yaitu

volume penjualan tidak sesuai dengan target yang telah ditetapkan yang akan

berpengaruh terhadap laba.

Kegiatan penjualan adalah salah satu faktor penentu atas perolehan laba yang

optimal sehingga kontinuitas perusahaan terjamin dengan perkembangan perusahaan yang

diharapkan akan terus meningkat.

Pada umumnya perusahaan didirikan untuk memperoleh suatu laba yang

optimum, karena laba merupakan penunjang kelangsungan hidup perusahaan. Selain itu,

laba merupakan salah satu ukuran kemampuan perusahaan dalam melakukan kegiatan

operasional usahanya. Laba yang diperoleh suatu perusahaan merupakan suatu jumlah

positif dari selisih pendapatan dan beban, yang ditetapkan perusahaan secara periodik,

umumnya satu tahun dalam bentuk laporan laba rugi walaupun dalam laporan laba rugi

pada dasarnya mencantumkan pendapatan perusahaan dari sumber-sumber lainnya,

(5)

Perolehan laba perusahaan salah satunya dipengaruhi oleh faktor penjualan, selain

itu faktor lain yang mempengaruhi besarnya laba perusahaan adalah harga jual dari

produk tersebut. Harga jual merupakan masalah tersendiri yang harus dapat perhatian dari

pihak manajemen karena dengan harga jual yang wajar maka target penjualan akan

tercapai dan perusahaan akan memperoleh laba sesuai dengan yang diharapkan.

Agar perusahaan dapat memperoleh laba yang diinginkannya, maka harus

memperhatikan penetapan harga jual produk. Harga jual produk harus dilakukan dengan

secermat mungkin dan ditetapkan pada harga yang kompetitif, karena tingginya tingkat

persaingan perusahaan. Harga jual suatu produk ditentukan oleh harga pokok barang yang

tersedia untuk dijual ditambah dengan target laba yang ditetapkan perusahaan. Harga

pokok barang terdiri dari biaya-biaya yang terkait dengan pengadaan barang, mulai dari

pembelian sampai dengan barang dijual.

Dalam mencapai laba perusahaan selain memperhatikan penetapan harga jual,

perusahaan juga perlu memperhatikan persediaan barang dagang karena secara tidak

langsung akan berpengaruh terhadap laba perusahaan. Untuk itu persediaan atas barang

dagangan harus diadakan penilaian untuk mengetahui nilai barang dagangan yang terjual.

Dengan demikian, laba perusahaan dipengaruhi oleh penerapan metode penilaian

persediaan.

Berikut perkembangan persediaan barang dagang, volume penjualan dan laba

kotor pada PT. Matahari Putra Prima periode 2008 sampai 2016 dalam laporan keuangan

triwulan yang disajikan dalam bentuk tabel:

Tabel 1 Data Khusus No Tahun Triwulan (Bulan) Persediaan Volume

(6)

1 2008 Desember 983.008 9.027.618 3.124.155 2 2009 Maret 1.028.600 2.230.453 721.937 3 Juni 1.097.045 4.577.911 1.520.247 4 Septembe r 1.246.392 7.747.756 2.716.800 5 Desember 1.171.805 10.280.457 3.556.077 6 2010 Maret 1.167.669 2.478.593 793.235 7 Juni 966.158 4.374.002 1.131.082 8 Septembe r 1.060.363 6.516.329 1.512.610 9 Desember 969.713 8.544.778 1.866.889 10 2011 Maret 1.065.158 1.988.855 354.690 11 Juni 1.236.112 4.116.793 740.289 12 Septembe r 1.231.197 6.530.841 1.169.888 13 Desember 1.266.120 8.908.611 1.557.601 14 2012 Maret 1.440.198 2.393.138 427.640 15 Juni 1.732.484 4.973.277 901.365 16 Septembe r 1.721.084 7.971.314 1.443.988 17 Desember 1.670.574 10.868.164 1.897.561 18 2013 Maret 1.785.883 2.639.851 419.143 19 Juni 2.210.985 5.446.716 852.393 20 Septembe r 2.101.117 8.709.381 1.365.111 21 Desember 2.273.548 11.912.763 1.888.820 22 2014 Maret 2.472.193 3.126.398 529.912

(7)

23 Juni 2.950.544 6.427.491 1.084.521 24 Septembe r 2.578.661 10.061.869 1.722.852 25 Desember 2.655.023 13.590.405 2.354.457 26 2015 Maret 2.812.401 3.347.477 597.393 27 Juni 3.628.752 6.854.742 1.203.742 28 Septembe r 3.187.588 10.447.959 1.800.826 29 Desember 2.758.970 13.928.859 2.356.481 30 2016 Maret 2.774.878 3.265.283 458.896

Berdasarkan hasil tabel di atas menunjukkan bahwa persediaan barang dagang,

volume penjualan dan laba kotor pada PT. Matahari Putra Prima mengalami keadaan naik

turun. Dengan memperhatikan data dari tabel di atas memperlihatkan bahwa penurunan

persediaan akan membuat laba kotor pada PT. Matahari Putra Prima meningkat dan

volume penjualan yang meningkat akan membuat laba kotor pada PT. Matahari Putra

Prima juga meningkat.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk menyusun laporan

tugas akhir ini dengan judul: “Pengaruh Persediaan Barang Dagang dan Volume

Penjualan Terhadap Laba Kotor Pada PT. Matahari Putra Prima, Tbk”

B. Batasan Masalah

Menyadari luasnya ruang lingkup penelitian, maka dalam penulisan proposal ini

penulis membatasi permasalahan hanya pada pengaruh persediaan barang dagang dan

(8)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas

pada bab selanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Apakah persediaan barang dagang berpengaruh terhadap laba kotor pada PT.

Matahari Putra Prima, Tbk?

2. Apakah volume penjualan berpengaruh terhadap laba kotor pada PT. Matahari Putra

Prima, Tbk?

3. Apakah persediaan barang dagang dan volume penjualan berpengaruh terhadap laba

kotor pada PT. Matahari Putra Prima, Tbk?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh persediaan barang dagang terhadap laba kotor pada PT.

Matahari Putra Prima, Tbk

2. Untuk mengetahui pengaruh volume penjualan terhadap laba kotor pada PT. Matahari

Putra Prima, Tbk

3. Untuk mengetahui pengaruh persediaan barang dagang dan volume penjualan

terhadap laba kotor pada PT. Matahari Putra Prima, Tbk

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian terbagi menjadi 2 yaitu:

1. Manfaat Teoritis

(9)

Dapat memberikan masukan kepada program studi Akuntansi mengenai

teori-teori yang ada hubungannya dengan mata kuliah yang bersangkutan.

b. Bagi Pihak Lain

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan di luar teori-teori yang telah

diperoleh melalui buku-buku.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan bagi penulis mengenai pengaruh

persediaan barang dagang dan volume penjualan terhadap laba kotor

perusahaan.

b. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan pertimbangan untuk menyempurnakan langkah-langkah dalam

pengambilan keputusan untuk kemajuan perusahaan, dan diharapkan dapat

memberikan masukan bagi perusahaan sehingga dapat meningkatkan efisiensi

dan efektivitas.

c. Bagi Pembaca

Sebagai bahan bacaan dan menambah pengetahuan untuk Pembaca khususnya

Mahasiswa/I Akademi Akuntansi Permata Harapan mengenai pengaruh

persediaan barang dagang dan volume penjualan terhadap laba kotor

(10)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Laba Kotor

a. Pengertian Laba

Menurut M. Nafarin (2007:788) mengatakan bahwa: “Laba (income) adalah

perbedaan antara pendapatan dengan keseimbangan biaya-biaya dan pengeluaran

untuk periode tertentu”.

Menurut Abdul Halim & Bambang Supomo (2005;139) mengatakan bahwa:

“Laba merupakan pusat pertanggungjawaban yang masukan dan keluarannya

diukur dengan menghitung selisih antara pendapatan dan biaya”.

Menurut Kuswadi (2005:135) mengemukakan bahwa: “Perhitungan laba

diperoleh dari pendapatan dikurangi semua biaya”.

Menurut Mahmud M. Hanafi (2010:32) menyatakan bahwa: “Laba merupakan

ukuran keseluruhan prestasi perusahaan, yang didefinisikan sebagai berikut: Laba

= Penjualan - Biaya”

Berdasarkan beberapa definisi menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa

laba merupakan pendapatan yang berasal dari penjualan yang dikurangi dengan

semua biaya.

b. Jenis-jenis Laba

Menurut Kasmir (2011:303) laba yang didapatkan oleh perusahaan dari

aktivitas penjualan ada dua jenis, yaitu:

1. Laba Kotor (Gross Profit) merupakan laba yang diperoleh sebelum dikurangi

biaya-biaya yang menjadi beban perusahaan. Artinya laba keseluruhan yang

(11)

2. Laba bersih (Net Profit) merupakan laba yang telah dikurangi biaya-biaya

yang merupakan beban perusahaan dalam suatu periode tertentu termasuk

pajak.

c. Faktor Yang Mempengaruhi Laba

Menurut Mulyadi (2001:513) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi laba adalah sebagai berikut:

1. Biaya

Biaya yang timbul dari perolehan atau mengolah suatu produk atau jasa akan

mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan.

2. Harga Jual

Harga jual produk atau jasa akan mempengaruhi besarnya volume penjualan

produk atau jasa yang bersangkutan.

3. Volume Penjualan dan Produksi

Besarnya volume penjualan berpengaruh terhadap volume produksi produk

atau jasa tersebut. Selanjutnya volume produksi akan mempengaruhi besar

kecilnya biaya produksi.

d. Konsep Laba

Menurut Hendriksen (2004:329) konsep laba terdiri dari berbagai macam

bentuk dan jenis, diantaranya adalah:

1. Konsep Laba Ekonomi

Pengukuran laba yang penting yaitu laba ekonomi dan laba permanen. Laba

ekonomi biasanya merupakan arus kas ditambah dengan perubahan nilai wajar

(12)

laba yang dinormalkan (normalized) merupakan rata-rata laba stabil yang

ditaksir dapat diperoleh perusahaan sepanjang umurnya.

2. Konsep Laba Akuntansi

Laba akuntansi diukur berdasarkan konsep akuntansi akrual. Meskipun laba

operasi mencakup baik aspek laba ekonomi maupun laba permanen. Namun

laba ini bukan merupakan pengukuran laba secara langsung.

2. Persediaan Barang Dagang

a. Pengertian Persediaan

Persediaan merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi yang cukup

penting dalam suatu perusahaan, baik itu perusahaan dagang maupun perusahaan

industri. Tanpa adanya persediaan, perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan

atau kebutuhan pelanggannya. Setiap perusahaan industri atau perusahaan dagang

yang melakukan kegiatan usaha umumnya memiliki persediaan, sedangkan

perusahaan jasa tidak memilki persediaan.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan dari IAI (Ikatan Akuntan Indonesia)

PSAK No. 14 tahun 2010 menyatakan bahwa:

Persediaan adalah aset:

a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal

b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau

c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam

proses produksi atau pemberian jasa.

Menurut Kieso, Weygandt, Warfield (2007:402) mengatakan bahwa:

(13)

dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi

dalam membuat barang yang akan dijual”.

Menurut Syakur (2009:125) pengertian persediaan adalah sebagai berikut:

“Persediaan meliputi segala macam barang yang menjadi objek pokok aktivitas

perusahaan yang tersedia untuk diolah dalam proses produksi atau dijual”.

Berdasarkan definisi para ahli tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

persediaan adalah barang-barang berwujud yang dimilki oleh perusahaan dalam

siklus usaha normal perusahaan, dengan tujuan untuk dijual kembali serta

barang-barang yang digunakan di luar keperluan produksi, maka tidak digolongkan dalam

persediaan.

b. Jenis-jenis Persediaan

Menurut Iman Santoso (2006:143) berbagai jenis persediaan dalam material

(cost) perusahaan dagang maupun industri dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Persediaan bahan baku (raw material) yaitu bahan baku yang akan diproses

lebih lanjut dalam proses produksi.

2. Persediaan barang dalam proses (work in process/good in process) yaitu bahan

baku yang sedang diproses dimana nilainya merupakan akumulasi biaya bahan

baku (raw material cost), biaya tenaga kerja (direct labor cost), dan biaya

overhead (factory overhead cost).

3. Persediaan barang jadi (finished goods) yaitu barang jadi yang berasal dari

barang yang telah selesai diproses, telah siap untuk dijual sesuai dengan

tujuannya.

4. Persediaan bahan pembantu (factory/manufacturing supplies) yaitu bahan

pembantu yang dibutuhkan dalam proses produksi namun tidak secara

(14)

5. Persediaan barang dagangan (merchandise inventory) yaitu barang yang

langsung diperdagangkan tanpa mengalami proses lanjutan.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa persediaan yang dimiliki oleh

perusahaan berbeda-beda, yaitu persediaan barang dagangan pada perusahaan

dagang. Sedangkan bagi perusahaan manufaktur, persediaan terdiri dari

persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, persediaan barang jadi,

dan persediaan bahan pembantu.

c. Keuntungan Memiliki Persediaan

Dengan memiliki persediaan memadai, perusahaan akan menyadari

keuntungan-keuntungan sebagai berikut:

1. Menghindari kehilangan penjualan. Jika perusahaan tidak memiliki barang

yang tersedia untuk dijual, ia akan kehilangan penjualan. Langganan yang

menginginkan barang yang dibutuhkan tersedia, jika tidak ia akan membeli

dari tempat lain dan memutuskan tidak lagi memerlukan barang tersebut jika

harus menunggu lama.

2. Kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan yang cepat dan

menyediakan secara tepat waktu sangat bergantung pada pengelolaan

persediaan.

3. Mendapat potongan harga. Pemasok seringkali menawarkan harga yang lebih

rendah jika kuantitas pesanan lebih banyak dari pada permintaan normal.

Dengan membayar barang-barang lebih rendah dari pesanan dapat

meningkatkan keuntungan selama biaya pemeliharaan persediaan tersebut

lebih kecil.

4. Mengurangi biaya pemesanan. Setiap kali perusahaan melakukan pemesanan

(15)

digunakan, pengecekan, persetujuan dan pengiriman. Saat barang-barang

tersebut tiba harus diterima untuk kemudian dikirim ke bagian akuntansi

sehingga dapat dilakukan pembayaran kepada pemasok.

d. Pengelolaan Persediaan

Pengelolaan merupakan suatu proses yang digunakan untuk menyesuaikan

strategi pengelolaan supaya mereka dapat mengatasi perubahan dalam interaksi

antar manusia.

Pengelolaan persediaan menurut Agus Ristono (2009:04) adalah: “Kegiatan

dalam memperkirakan jumlah persediaan (bahan baku/penolong) yang tepat,

dengan jumlah yang tidak terlalu besar dan tidak pula kurang atau sedikit

dibandingkan dengan kebutuhan atau permintaan”.

Menurut Soemita R. Adikoesoema, yang dimaksud dengan pengelolaan

persediaan adalah sebagai berikut:

“Pengelolaan persediaan meliputi bermacam-macam aktivitas dalam suatu

perusahaan, yaitu mulai dari perencanaan untuk membeli bahan-bahan baku dan

barang-barang, penetapan waktu dan pengendalian pada semua tingkat produksi

bagi suatu perusahaan sampai pada penyerahan barang-barang hasil produksi

kepada konsumen”.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan

persediaan adalah kegiatan dalam memperkirakan jumlah persediaan tepat sesuai

dengan permintaan sampai pada penyerahan kepada konsumen.

Tujuan pengelolaan persediaan menurut Agus Ristono (2009:4) adalah:

1. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan cepat

(16)

2. Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan tidak

mengalami kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya proses

produksi. Hal ini dikarenakan:

a. Kemungkinan barang (bahan baku dan penolong) menjadi langka sehingga

sulit diperoleh.

b. Kemungkinan supplier terlambat mengirimkan barang yang dipesan.

3. Untuk mempertahankan dan bila mungkin meningkatkan penjualan dan laba

perusahaan.

4. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari, karena dapat

mengakibatkan ongkos pesan menjadi besar.

5. Menjaga supaya penyimpanan persediaan tidak dalam jumlah yang

besar-besaran, karena akan mengakibatkan biaya menjadi besar.

Pengelolaan persediaan meliputi dua hal yang saling bekaitan satu sama

lainnya, yaitu masalah perencanaan dan pengendalian. Dalam menyelenggarakan

persediaan yang mendukung kebutuhan penjualan, maka suatu perusahaan yang

baik perlu melaksanakan perencanaan pengadaan barang. Hal umum bagi

perusahaan yang menyelenggarakan perdagangan adalah dengan mendasarkan

perencanaan persediaan yang dimiliki kepada rencana penjualannya. Penyusunan

anggaran dari jumlah yang harus tersedia akan ditentukan oleh tingkat persediaan

yang diinginkan dan program penjualan yang akan dilaksanakan. Jadi dalam hal

ini berhubungan dengan dua faktor mendasar, yaitu penentuan kuantitas

pembelian/pemesanan dan penentuan waktu (penjadwalan) pemesanan persediaan.

Selain perencanaan, hal penting lainnya dari pengelolaan persediaan yaitu

mengenai pengendalian persediaan. Pengendalian terhadap persediaan ditujukan

(17)

terhadap persediaan dan untuk memperoleh kecermatan dalam pelaporan jumlah

fisik persediaan. Lebih lanjut, pengendalian persediaan terutama ditekankan untuk

pemanfaatan investasi yang seefisien mungkin serta mencegah dan mendeteksi

kemungkinan terjadinya kecurangan-kecurangan.

Dengan demikian, maksud dan tujuan pengendalian persediaan dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh data biaya yang akurat yang dibebankan terhadap

persediaan dan biaya penjualan.

2. Untuk memperoleh laporan yang akurat yang dibebankan terhadap persediaan

secara fisik.

3. Untuk pemanfaatan secara maksimum atas dana yang diinvestasikan dalam

persediaan.

4. Untuk menjaga tingkat persediaan pada tingkat yang paling optimal.

5. Untuk meningkatkan efisiensi.

Agar maksud dan tujuan pengendalian persediaan dapat tercapai, maka

biasanya dilakukan dua cara pengendalian yaitu:

1. Accounting Control

Pengendalian ini merupakan pengendalian terhadap catatan persediaan. Agar

pengendalian ini dapat berjalan dengan baik maka diperlukan adanya anggaran

persediaan dan laporan posisi persediaan.

2. Phsycal Control

Pengendalian ini merupakan pengendalian atas fisik persediaan yang meliputi:

a. Fungsi pengadaan, fungsi ini harus dilaksanakan oleh mereka yang telah

(18)

b. Fungsi penerimaan, fungsi ini memeriksa secara seksama atas penerimaan

barang.

c. Fungsi penyimpanan, fungsi ini bertujuan untuk memeriksa dan

menghitung barang yang masuk dalam gudang.

d. Fungsi pengeluaran, pengeluaran atas barang yang ada di gudang harus

disertakan dengan surat perintah pengeluaran atas barang tersebut dari

pejabat berwenang.

e. Fungsi pengiriman, dalam fungsi ini ditekankan bahwa setiap perintah

pengeluaran barang harus disertai dengan bukti yang kuat.

e. Faktor-Faktor Yang Menentukan Persediaan

Yang menjadi masalah bagi perusahaan adalah bagaimana menentukan

persediaan yang optimal, oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor yang

mempengaruhi besar kecilnya persediaan.

Menurut Agus Ristono (2009:6) faktor-faktor yang menentukan persediaan

adalah sebagai berikut:

a. Volume atau jumah yang dibutuhkan, yaitu yang dimaksudkan untuk menjaga

kelangsungan (kontinuitas) proses produksi. Semakin banyak jumlah bahan

baku yang dibutuhkan, maka akan semakin besar tingkat persediaan bahan

baku.

b. Kontinuitas produksi tidak terhenti, diperlukan tingkat persediaan bahan baku

yang tinggi dan sebaliknya.

c. Sifat bahan baku/penolong, apakah cepat rusak (durable good) atau tahan

lama (undurable good).

Nilai persediaan barang dagangan ditentukan oleh gabungan dua faktor yaitu

(19)

melalui perhitungan secara fisik. Harga pokok persediaan merupakan harga untuk

memperoleh persediaan tersebut. Disamping harga beli, termasuk harga pokok

persediaan adalah semua biaya yang terjadi untuk memperoleh persediaan.

3. Volume Penjualan

a. Pengertian Volume Penjualan

Pengertian volume penjualan menurut John Downes dan Jordan Elliot

Goodman yang diterjemahkan oleh Susanto Budidharmo (2000:646) yaitu:

“Volume penjualan adalah total penjualan yang didapat dari komoditas yang

diperdagangkan dalam suatu masa tertentu”.

Menurut Alamiyah dan Padji (2003:126) mengatakan bahwa: “Volume

penjualan yang berhasil dicapai atau ingin dicapai oleh suatu perusahaan pada

periode tertentu”.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa volume

penjualan merupakan hasil dari kegiatan penjualan yang dilakukan perusahaan

dalam usahanya mencapai sasaran yaitu memaksimalkan laba.

b. Faktor yang mempengaruhi Penjualan

Menurut Basu Swasta (2001:129) dalam kenyataannya sebuah kegiatan

penjualan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam maupun dari

luar. Beberapa faktor tersebut antara lain:

1. Kondisi dan Kemampuan Pasar

Disini penjual harus dapat meyakinkan pembeli agar berhasil mencapai

sasaran penjualan yang diharapkan untuk maksud tertentu, penjual harus

memahami masalah penting yang sangat berkaitan yaitu:

a. Jenis dan karakteristik barang yang ditawarkan

(20)

c. Syarat penjualan seperti pembayaran, perantaraan garansi dan sebagainya

2. Kondisi Pasar

Hal yang diperhatikan pada kondisi pasar antara lain:

a. Jenis pasarnya, yaitu apakah pasar konsumen, pasar industri, pasar

pemerintah atau pasar internasional

b. Kelompok pembeli dan segmen pasarnya

c. Daya beli

d. Frekuensi pembeliannya

e. Keinginan dan kebutuhan

3. Modal

Apakah modal kerja perusahaan mampu untuk mencapai target penjualan yang

dianggarkan seperti untuk:

a. Kemampuan untuk membiayai penelitian pasar yang dilakukan

b. Kemampuan membiayai usaha-usaha untuk mencapai target penjualan

c. Kemampuan membeli bahan mentah untuk dapat memenuhi target

penjualan

4. Kondisi Organisasi Perusahaan

Pada perusahaan besar biasanya masalah penjualan ditangani oleh bagian

penjualan. Lain halnya dengan perusahaan kecil, dimana masalah penjualan

ditangani oleh orang yang juga melakukan fungsi-fungsi lain.

4. Penelitian Terdahulu

Adapun hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh persediaan

(21)

1. Sarita Wulandari R. Ilham (2013) “Analisis Manajemen Persediaan Barang

Dagangan Dalam Meningkatkan Laba Pada PT. Fajar Lestari Abadi Makassar”.

Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa manajemen persediaan barang

dagang merupakan salah satu faktor yang berperan dalam meningkatkan laba pada

PT. Fajar Lestari Abadi Makassar.

2. Dian Fitriani (2015) “Analisis Pengaruh Volume Penjualan dan Biaya Produksi

Terhadap Laba Pada PT. Adhya Tirta Batam”. Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa volume penjualan dan biaya produksi secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap laba bersih pada PT. Adhya Tirta Batam.

3. Lilik Hidayatul Ilmiyah (2015) “Analisis Pengaruh Volume Penjualan dan Biaya

Promosi Terhadap Tingkat Laba Pada Dealer Yamaha PT. Indragiri Makmur

Sentosa Batam Kantor Cabang Komplek Taman Pesona Indah”. Kesimpulan dari

hasil penelitian tersebut adalah volume penjualan dan biaya promosi pada Dealer

Yamaha PT. Indragiri Makmur Sentosa Batam Kantor Cabang Komplek Taman

Pesona Indah mengalami peningkatan. Dari peningkatan tersebut menimbulkan

peningkatan pada laba selama tahun 2010-2014. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa volume penjualan dan biaya promosi berpengaruh signifikan

terhadap tingkat laba.

4. Merianna Naibaho (2015) “Pengaruh Penjualan Bersih dan Perputaran Persediaan

Beban Terhadap Laba Bersih Pada Supermarket Hot Market”. Kesimpulan dari

hasil penelitian tersebut adalah penjualan bersih secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap laba bersih pada Supermarket Hot Market. Sedangkan

perputaran persediaan secara simultan memiliki pengaruh positif terhadap laba

(22)

B. KERANGKA KONSEPTUAL

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan

suatu teori dengan faktor-faktor yang penting, yang telah diketahui dalam suatu masalah

tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara

variabel-variabel penelitian, yaitu variabel-variabel bebas dengan variabel-variabel terikat.

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas, maka kerangka konseptual

penelitian ini dapat dilihat pada skema gambar di bawah ini:

Gambar 1 Kerangka Konseptual H1 H3 H2 Keterangan:

Variabel X1 : Persediaan Barang Dagang

Variabel X2 : Volume Penjualan

Variabel Y : Laba Kotor

C. HIPOTESIS

Dalam sebuah penelitian, hipotesis sangat diperlukan guna menggambarkan

pendapat sementara terhadap suatu permasalahan.

Menurut Sugiyono (2003:39) menyebutkan mengenai pengertian hipotesis yaitu:

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian”. Persediaan Barang Dagang (X1) Volume Penjualan (X2) Laba Kotor (Y)

(23)

Berdasarkan uraian kerangka konseptual di atas, maka hipotesis penelitian ini

adalah:

H1: Persediaan barang dagang berpengaruh signifikan terhadap laba kotor

H2: Volume penjualan berpengaruh signifikan terhadap laba kotor

H3: Persediaan barang dagang dan volume penjualan berpengaruh signifikan terhadap

(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

F. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan proses yang dilakukan secara bertahap, yakni dari

perencanaan dan perancangan penelitian, menentukan fokus penelitian, waktu penelitian,

pengumpulan data, analisis, dan penyajian hasil penelitian. Jenis penelitian ini adalah

kuantitatif asosiatif.

Menurut Sugiyono (2012:11), “penelitian asosiatif merupakan penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui pengaruh ataupun hubungan antara dua variabel atau lebih”,

dan juga dengan penelitian kuantitatif yaitu penelitian dengan memperoleh data yang

berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2012:14). Penggunaan

metode ini digunakan sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian yaitu untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh persediaan barang dagang dan volume penjualan

terhadap laba kotor.

G. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah data kuantitatif, karena

data yang diperoleh nantinya berupa angka. Dari angka yang diperoleh akan dianalisis

lebih lanjut dalam analisis data.

Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu persediaan barang dagang dan volume

penjualan sebagai variabel bebas (independent) dan laba kotor sebagai variabel terikat

(dependent).

(25)

Sumber data yang digunakan dalam peneltitian ini adalah sumber data sekunder,

dimana data yang diperoleh penulis merupakan data yang diperoleh secara tidak

langsung, artinya data-data tersebut berupa data primer yang telah diolah lebih lanjut

dan data yang disajikan oleh pihak lain.

Menurut Sugiyono (2010:137) mengatakan bahwa: “Sumber data sekunder adalah

sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya

lewat orang lain atau dokumen”.

Data sekunder dapat diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan

memahami melalui media lain yang bersumber pada literature dan buku-buku

perpustakaan atau data-data dari perusahaan yang berkaitan dengan masalah yang

diteliti serta media lain seperti internet. Data-data yang digunakan diperoleh dari

laporan-laporan keuangan yang berhubungan dengan topik permasalahan yang diteliti

yaitu tentang data Persediaan Barang Dagang, Volume Penjualan dan Laba Kotor.

H. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2011:117) mengatakan bahwa: “Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya”. Jadi populasi sebenarnya bukan hanya orang tetapi juga

obyek atau subyek beserta karakteristik atau sifat-sifatnya. Populasi dalam penelitian

ini adalah laporan keuangan triwulan PT. Matahari Putra Prima Tbk periode 2008

sampai 2016.

(26)

Menurut Sugiyono (2011:118) mengatakan bahwa: “Sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Sampel yang akan diambil

dalam penelitian ini sesuai dengan metode yang berlaku sehingga betul- betul

representatif. Sampel dari penelitian ini adalah bagian dari jumlah populasi laporan

keuangan triwulan PT. Matahari Putra Prima Tbk yaitu 30 laporan keuangan triwulan.

I. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Studi Pustaka (Literature Study)

Data diperoleh dengan cara mempelajari dan mengkaitkan literatur yang

berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi. Langkah ini dipakai sebagai

landasan teoritis serta pedoman dalam menganalisa masalah.

2. Studi Lapangan (Field Study)

Teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan data secara langsung dari objek yang

akan diteliti guna memperoleh data-data yang dibutuhkan dan gambaran

permasalahan yang sesungguhnya terjadi di dalam perusahaan. Tahap

pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Dokumentasi

Penulis mengumpulkan bahan-bahan yang tertulis berupa data-data yang

diperoleh dari bagian keuangan.

J. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengolah hasil

(27)

teoritis, maka teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

kuantitatif.

Menurut Sugiyono (2010:31) analisis kuantitatif adalah sebagai berikut:

“Dalam penelitian kuantitatif, analisis data menggunakan statistik. Statistik yang digunakan dapat berupa statistik deskriptif dan inferensial/induktif. Statistik inferensial dapat berupa statistik parametris dan statistik nonparametris. Peneliti menggunakan statistik inferensial bila penelitian dilakukan pada sampel yang dilakukan secara random. Data hasil analisis selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan. Penyajian data dapat berupa tabel, tabel distribusi frekuensi, grafik garis, grafik batang, piechart (diagram lingkaran), dan pictogram. Pembahasan hasil penelitian merupakan penjelasan yang mendalam dan interpretasi terhadap data-data yang telah disajikan”.

Adapun langkah-langkah analisis kuantitatif yang diuraikan tersebut adalah:

1. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik yang digunakan terdiri atas:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi mempunyai

distribusi normal ataukah tidak. Asumsi normalitas merupakan persyaratan

yang sangat penting pada pengujian signifikansi koefisien regresi. Model

regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal atau

mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik. Uji

normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah SPSS 16.

2. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan suatu situasi dimana beberapa atau semua

variabel bebas berkorelasi kuat. Jika terdapat korelasi yang kuat diantara

sesama variabel independen, maka konsekuensinya adalah:

a. Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir

(28)

Dengan demikian semakin besar korelasi diantara sesama variabel

independen, maka tingkat kesalahan dari koefisien regresi semakin besar yang

mengakibatkan standar erornya semakin besar pula. Uji multikolinieritas yang

digunakan dalam penelitian ini adalah SPSS 16.

3. Uji Heteroskedastisitas

Situasi heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran

koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien dan hasil taksiran dapat menjadi kurang

atau melebihi dari yang semestinya. Dengan demikian agar koefisien-koefisien

regresi tidak menyesatkan, maka situasi heteroskedastisitas harus dihilangkan

dari model regresi.

Menurut Gujarati (2003:405) untuk menguji ada tidaknya

heteroskedastisitas digunakan uji Glejser, yaitu dengan mengregresikan

masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual. Jika nilai

koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari

residual (error) ada yang signifikan, maka kesimpulannya terdapat

heteroskedastisitas (varian dari residual tidak homogen). Uji

heteroskedastisitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah SPSS 16.

4. Uji Autokorelasi

Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antar observasi yang diukur

berdasarkan deret waktu dalam model regresi atau dengan kata lain error dari

observasi yang satu dipengaruhi oleh error dari observasi yang sebelumnya.

Akibat dari adanya autokorelasi dalam model regresi, koefisien regresi yang

diperoleh menjadi tidak efisien, artinya tingkat kesalahannya menjadi sangat

besar dan koefisien regresi menjadi tidak stabil. Uji autokorelasi yang

(29)

2. Uji Regresi Linier Berganda

Menurut Sugiyono (2004:249) mengemukakan bahwa: “Uji regresi linier

digunakan untuk melakukan prediksi bagaimana perubahan nilai variabel

dependen bila nilai variabel independen dinaikkan/diturunkan”.

Uji regresi linier berganda digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan

(naik turunnya) variabel dependen bila dua atau lebih variabel independen sebagai

indikator. Uji ini digunakan dengan melibatkan dua atau lebih variabel bebas

antara variabel independen (X1 dan X2) dan variabel dependen (Y). Uji regresi

linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah SPSS 16.

3. Uji Hipotesis

Rancangan pengujian hipotesis ini dinilai dengan penetapan hipotesis nol dan

hipotesis alternatif, penelitian uji statistik dan perhitungan nilai uji statistik,

perhitungan hipotesis, penetapan tingkat signifikan dan penarikan kesimpulan.

Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan ada

tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hipotesis nol (Ho)

tidak terdapat pengaruh yang signifikan dan hipotesis alternatif (Ha) menunjukkan

adanya pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat.

Rancangan pengujian hipotesis penelitian ini untuk menguji ada tidaknya

pengaruh antara variabel independen (X) yaitu Persediaan Barang Dagang (X1)

dan Volume Penjualan (X2) terhadap variabel dependen (Y) yaitu Laba Kotor.

Pengujian hipotesis yang digunakan terdiri atas:

1. Uji T Statistik (Parsial)

Uji t digunakan untuk menguji secara parsial pengaruh masing-masing

(30)

barang dagang secara parsial terhadap laba kotor, dan pengaruh volume

penjualan secara parsial terhadap laba kotor. Uji t yang digunakan dalam

penelitian ini adalah SPSS 16.

2. Uji F Statistik (Simultan)

Uji f digunakan untuk menguji secara bersama-sama (simultan) pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen yaitu pengaruh persediaan

barang dagang dan volume penjualan secara simultan terhadap laba kotor. Uji

Gambar

Gambar 1  Kerangka Konseptual  H1  H3  H2  Keterangan:

Referensi

Dokumen terkait

Selain sebagai penyedap masakan, kemangi imbo juga memiliki senyawa bioaktif yang berpotensi dimanfaatkan dalam bidang farmasi, kosmetika dan pangan.. Tujuan

learning process for students to develop and create a good behavior in the. learning

Kalau saya si menyarankan kepada mereka, apa yang mereka dapat di kelas, terus mereka suruh…biasanya ni saya kasih tugas ke mereka boleh cari di internet atau dari

(3) untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan model Kooperatif tipe Think Pair Share dengan siswa yang mengikuti pelajaran dengan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah tidak memberikan pengaruh yang lebih baik daripada

Pembahasan mengenai tinjauan yuridis atas pertanggungjawaban pidana korporasi dalam tindak pidana persaingan usaha tidak sehat dapat menjadi masukkan bagi pemerintah dalam

– Penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan suatu variabel secara mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan variabel dengan

Kineasthetic (bila peserta didik melakukan gerak dia akan ingat). Apabila antara gaya belajar dan cara guru menyajikan bahan ajar tidak serasi, maka berakibat kepada peserta didik.