• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bimafika, 2015, 6,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bimafika, 2015, 6,"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

776

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONNECTED MATHEMATICS PROJECT (CMP) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA

KELAS VII

1

SMP NEGERI 5 SALAHUT U

Senimbar1

1Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Darussalam Ambon

Diterima 30-042-2015 ; diterbitkan 30-05-2015

ABSTRACT

The purpose of this research is to know how to improve the mathematic reasoning ability using Connected Mathematic Project (CMP) for the VII grade students in matter scale and compararative. This research type is class action research. The result is CMP can improve to improve the mathematic reasoning ability using Connected Mathematic Project (CMP) for the VII grade students in matter scale and compararative, it is proved by students tes result on the 1st cycle, that 61,11% students in class get mark > 65. The 2nd cycle of this research showing that 83,33% students in class get mark > 65.

Kata KunciConnected Mathematic Project (CMP) Model, mathematic reasoning ability.

PENDAHULUAN

Sundayana (2013:3) Marti menyatakan bahwa, “obyek matematika yang bersifat abstrak merupakan kesulitan tersendiri yang harus dihadapi oleh siswa dalam mempelajari matematika. Tidak hanya siswa, guru pun juga mengalami kendala dalam mengajarkan matematika terkait sifat abstrak tersebut. Maka dalam pembelajaran matematika harus dimulai dari konsep yang bersifat konkrit atau secara bertahap sehingga siswa dapat berfikir dan memahami matematika secara abstrak”.

Masih kurangnya kemampuan penalaran siswa yang terlihat dari kegiatan siswa hanya dapat menyelesaikan perhitungan tetapi mereka tidak dapat menjelaskan alasan mengapa mereka menulis jawaban tersebut.

Hal tersebut dikarenakan siswa hanya menghapal rumus yang sudah diberikan oleh guru tetapi mereka tidak mengetahui dari mana rumus tersebut terjadi dan digunakan.

Serta terdapat kesamaan kesukaran yang dialami siswa secara umum yaitu mengenai penyelesaian soal-soal cerita, cara menerapkan rumus-rumus yang tepat, dan memberikan alasan terhadap jawaban.

Dengan kata lain, seharusnya siswa tidak hanya sekedar mengingat fakta, aturan dan prosedur matematika tetapi juga harus dapat

mengkonstruksi ide-idenya dan menggunakannya untuk memecahkan masalah.

Berdasarkan observasi awal, peneliti hanya dapat mewawancarai salah satu guru mata pelajaran Matematika SMP Negeri 5 Salahutu. Dari wawancarai tersebut diketahui bahwa siswa dari kelas VII1 kemampuan penalaran masih rendah dibandingkan dengan kelas VII3 dikarenakan siswanya tidak mampu menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan konsep abstrak, contohnya pada soal cerita dan juga siswanya belum mampu untuk menarik kesimpulan dalam suatu pernyataan, hal ini dapat diketahui dengan adanya dokumen guru mengenai penilaian aspek penalaran untuk siswa kelas VII1 dan kelas VII3.

Model pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP) merupakan model pembelajaran yang menekan pada pemberian proyek matematika yang berhubungan dengan connected mathematics. Dengan adanya pemberian proyek, diharapkan pembelajaran dapat difokuskan pada materi yang penting yakni seperti pokok bahasan Bilangan dan operasinya, Geomerti, Pengukuran, Analisis data, Peluang dan Aljabar (Gunawan, 2013).

(2)

776 Model pembelajaran Connected Mathematics Proyect (CMP) bertujuan untuk agar siswa dapat menarik kesimpulan secara logis, memperkirakan jawaban, memberikan penjelasan mengenai konsep dan prosedur jawaban yang digunakan, serta menilai kebenarannya secara matematika mengenai hubungan antara konsep dan situasi yang dihadapinya.

METODE PENELITIAN

Tipe penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).

Menurut Arikunto (2008:83) PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur atau siklus, yang setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu. perenacanaan (Planning), pelaksanaan (Acting), observasi (Observation) dan refleksi (Reflecting). Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Salahutu, yang beralamat jalan Raya Solamata Desa Tial. Dalam penelitian PTK ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa Kelas VII1 tahun ajaran 2014/2015 dengan jumlah keseluruhan siswa yaitu 18 orang.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Instrumen Tes, yang digunakan dalam penelitian, yakni tes awal dan tes akhir siklus.

b. Lembar Observasi, dibuat untuk mengamati siswa dan guru selama penelitian berlangsung.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini mengikuti tahapan-tahapan Penelitian Tindakan Kelas yang akan berlangsung selama beberapa siklus. Rancangan masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi dan refleksi yang dilakukan secara berulang sampai mencapai kriteria keberhasilan.

Teknik Pengumpulan Data

Cara pengembalian data dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

a. Data kemampuan penalaran diambil dengan memberikan tes awal dan tes akhir pada setiap siklus untuk seluruh siswa kelas VII1, tesnya berkaitan dengan indikator penalaran matematis.

b. Data aktifitas belajar siswa dan guru dalam proses belajar mengajar diambil dengan menggunakan lembar observasi.

Tabel 1: Langkah-langkah Model Pembelajaran

Connected Mathematics Project (CMP) Sumber: Dedi, J. 2013.

Teknik Analisis Data

Analisis data, yang menjelaskan bagaimana data yang diperoleh tersebut dianalisis untuk mengetahui hasil akhir.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif dan analisis data kualitatif.

1. Analisis Data Kuantitatif

Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini berupa hasil-hasil tes yang di peroleh siswa yaitu hasil tes awal, tes akhir

Tahap Peran Guru Peran Siswa

1. Launching Guru meluncurkan masalah untuk kelas secara keseluruhan.

Siswa menyimak masalah yang diungkapkan oleh guru, memahami setting masalah, konteks matematika, dan tantangan dari soal LKS.

2. Exploring Guru mengobservasi performa siswa secara individu atau berkelompok, serta mengarahkan dan mendorong siswa untuk menyelesaikan masalah.

Siswa bekerja untuk menyelesaikan masalah secara individu atau berkelompok.

3. Summarizing Guru membantu siswa meningkatkan pemahaman mereka tentang matematik dalam masalah.

Siswa berdiskusi tentang solusi mereka, juga strategi yang mereka gunakan untuk mendekati masalah,

mengorganisasi-kan data, dan

menemukan solusi.

(3)

777

Nilai =

skor yang diperoleh skor total

x 100

siklus I dan tes akhir siklus II. Secara umum dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Untuk mengetahui keberhasilan siswa secara individu apabila siswa tersebut sudah mencapai Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah SMP Negeri 5 Salahutu pada mata pelajaran matematika yaitu 65.

Tabel 2: Kualifikasi Tingkat penguasaan siswa

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui, bila siswa memperoleh tingkat penguasaan sama dengan 65 atau lebih dari 65, maka siswa tersebut dikatakan telah tuntas dalam pembelajaran.

Dan untuk menghitung Persentase Keberhasilan siswa secara klasikal digunakan rumus:

umlah is a yang untas

umlah eluruh is a x100

Arikunto (2009:236)

2. Analisis Data Kualitatif

Data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini berupa hasil observasi guru, siswa dan catatan lapangan. Analisis kualitatif yang digunakan untuk menganalisis hasil pekerjaan siswa, dan aktivitas kegiatan belajar mengajar. Analisis kualitatif didasarkan pada pendapat Miles dan Hubberman (Tutuhatunewa, 2004: 31) data kualitatif dianalisis dengan mengikuti tiga tahapan yaitu:

a. Reduksi data

b. Penyajian atau pemaparan data c. Penarikan kesimpulan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti mengadakan pendekatan dan komunikasi dengan pihak sekolah dan guru bidang studi matematika pada sekolah tersebut. Selain itu, diharapkan adanya respon positif agar penelitian ini dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan rencana penelitian. Selanjutnya peneliti memperkenalkan diri kepada siswa dan membangun komunikasi agar penelitian mendapat perhatian penuh dan kerja sama yang baik dengan siswa. Kemudian peneliti memberikan tes awal pada tanggal 13 November 2014 dengan materi konsep dasar dalam memahami skala dan perbandingan.

Tes awal dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai kemampuan penalaran matematis siswa dalam menguasai materi skala dan perbandingan dan untuk mendapatkan pembagian siswa kedalam kelompok. Tes awal dilakukan terpisah dari waktu yang dialokasikan dalam pembelajaran.

Nilai tes awal juga dijadikan acuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan penalaran matematis.

a) Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Pada Tes Awal

Skor keseluruhan dari materi skala dan perbandingan dengan soal tes yang berjumlah 4 soal dengan jumlah skor adalah 50.

Kualifikasi perolehan tes awal siswa disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3: Kualifikasi Perolehan Nilai Penalaran Matematis Siswa Pada Tes Awal

Skor Frekuensi Persentasi Keterangan

4 22,22% Tuntas

<

65

14 77,78% Belum Tuntas

Sumber : Hasil Tes Penalaran 18 Siswa, November 2014

Dari tabel di atas diperoleh nilai tes awal siswa yang mencapai KKM hanya 4 siswa atau 22,22% dari 18 siswa yang mencapai nilai 65 dan 14 siswa atau 77,78% hanya mencapai 65 sehingga tidak mencapai nilai KKM yakni 65 dengan nilai rata-rata kelas 40,89. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan Kriteria Kemampuan

Minimum Siswa Keterangan

Tuntas

Belum tuntas

(4)

778 penalaran siswa khususnya pada materi skala dan perbandingan masih sangat rendah.

Hasil Penelitian Tiap Siklus 1. Tindakan Siklus I a. Perencanaan

Dalam perencanaan ini peneliti dan guru menyiapkan beberapa hal yang diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan yaitu :

1) Membuat Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai langkah- langkah model pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP) untuk tidakan siklus I

2) Mempersiapakan benda-benda yang berkaitan dengan pembelajaran.

3) Membuat bahan ajar siklus I

4) Membuat lembar kerja siswa siklus I 5) Membuat instrumen observasi guru

dan siswa dalam penelitian b. Pelasanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh guru matematika yang dinilai atau diobsever oleh guru matematika yang sejawat, sedangkan peneliti bertindak sebagai pengamat serta membantu guru dalam pembelajaran. Pada tahap ini kegiatan pembelajaran dengan Model Pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP) dilaksanakan sesuai dengan RPP yang terdapat pada Tabel 1.

c. Pengamatan

Pada tahap ini seorang guru matematika (obsever) dan peneliti melakukan

observasi/pengamatan selama

berlangsungnya kegiatan pembelajaran yang mengacu pada skenario pembelajaran. Ada beberapa hal yang terjadi pada siklus I yaitu semua kelompok belum bisa menerima dan menyesuaikan diri dengan penerapan Model Pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP).

Secara keseluruhan, perhatian siswa ketika menerima penjelasan guru dalam kelompok masih kurang, hal ini ditunjukkan dengan sikap siswa yang acuh tak acuh pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Sementara itu keaktifan siswa dan kerja sama kelompok masih kurang, hanya beberapa anggota kelompok yang berperan aktif dalam kelompoknya. Sedangkan penjelasan hasil diskusi berupa penyelesaian pertanyaan dari kelompok lain di papan tulis sudah bagus, namun tanggapan mengenai hasil kerja di papan tulis maupun di depan kelas masih begitu kurang. hal ini dikarenakan siswa kurang memperhatikan presentasi dari kelompok lain.

Guru juga kurang berperan aktif dalam kelompok untuk membangun pengetahuan mereka, kurang memberi semangat kepada siswa, kurang memantau tiap- tiap kelompok selama diskusi berlangsung, dan guru juga tidak membantu mengarahkan siswa dalam kelompok yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal, akibatnya siswa banyak mengalami kesulitan. Terlihat pada proses observasi pengamatan guru.

d. Refleksi

Pada tindakan sisklus I ini, penerapan Model Pembelajaran CMP pada materi skala dan perbandingan yaitu belum sempurna sesuai yang diharapkan. Analisis terhadap hasil observasi dijadikan sebagai bahan untuk menentukan tindakan selanjutnya.

a) Bagi Guru:

1. Model Pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP) merupakan pendekatan pembelajaran yang baru bagi guru, sehingga dalam pelaksanaan ada beberapa pembelajaran yang belum sesuai.

2. Guru belum mampu mengelolah waktu dengan baik akibatnya melebihi jam pelajaran yang ditentukan.

3. Guru harus menegur siswa yang ribut pada saat ada siswa lain meminta penjelasan tentang hal-hal yang belum dimengerti.

4. Guru harus memberikan bantuan terbatas kepada kelompok yang membutuhkan.

b) Bagi siswa:

1. Sebagian siswa tidak memperthatikan penjelasan guru dengan baik.

(5)

779 2. Belum adanya kerja sama yang baik

dalam kelompok hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan Model Pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP).

3. Ada beberapa siswa yang belum mampu untuk mengemukakan pendapatnya pada saat mengerjakan soal karena adanya kecenderungan rasa takut melakukan kesalahan.

4. Kurangnya minat dan motivasi untuk belajar matematika yang membuat mereka bosan.

Berikut ini, tabel skor yang diperoleh setiap kelompok dalam menyelesaikan LKS:

Tabel 4: Nilai Setiap Kelompok dalam Menyelesaiakan LKS

No. Kelompok Pertemuan Siklus I Pertemuan 1 Pertemuan 2

1. Kelompok 1 73,08 82,35

2. Kelompok 2 69,23 70,59

3. Kelompok 3 57,69 76,47

Sumber: Hasil Kelompok Siklus I.

November 2014.

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa ketiga kelompok tersebut memperoleh peningkatan nilai kelompok pada pertemuan pertama dan kedua. Serta pada kelompok 1 selalu memperoleh nilai yang tertinggi dari kelompok lainnya yakni 73,08 dan 82,35.

c) Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Pada Tes Akhir Siklus I:

Skor keseluruhan dari materi skala dan perbandingan dengan soal tes yang berjumlah 4 soal dengan jumlah skor adalah 50, Kualifikasi perolehan tes akhir Siklus I siswa disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 5: Kualifikasi Perolehan Nilai Penalaran Matematis Siswa Pada Tes Akhir Siklus I

Skor Frekuensi Persentasi Keterangan

11 61,11% Tuntas

<

65

7 38,89% Belum

Tuntas Sumber : Hasil Tes Penalaran 18 Siswa, November 2014

Dari tabel terlihat bahwa siswa yang memperoleh nilai 65 sebanyak 11 siswa atau 61,11% dan 7 siswa atau 38,89% yang memperolah nilai < 65 dengan pencapaian nilai rata-rata kelas yakni 65,10. Dari data tersebut, meskipun nilai rata-rata kelas telah mencapai standar KKM, akan tetapi presentasi keberhasilan belum mencapai kriteria ketuntasan klasikal yakni 75%, maka untuk perlu melanjutkan ke siklus II.

Hal-hal yang menjadi refleksi tersebut dijadikan sebagai acuan untuk perbaikan selanjutnya pada siklus II.

b) Tindakan Siklus II a. Perencanaan

Adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk tindakan siklus II adalah :

1) RPP untuk tindakan siklus II

2) Mempersiapakan benda-benda yang berkaitan dengan pembelajaran.

3) Membuat bahan ajar siklus II . 4) Membuat lembar kerja siswa siklus II 5) Membuat instrumen observasi guru

dan siswa siklus II b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan Model Pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP), kembali dilakukan dengan mengikuti RPP yang telah dibuat untuk pelaksanaan tindakan siklus II. Kegiatan awal yang dilaksanakan pada siklus II sama seperti yang dilakukan pada siklus sebelumnya yaitu, guru merancang rungan kelas sesuai dengan bentuk dan model yang membuat siswa merasa nyaman.

Langkah-langkah dalam pelaksanaan tindakan pada siklus II, yakni sebagai berikut:

1) Guru menyiapkan video, atau menyajikan contoh yang nyata dalam pembelajaran yang berkaitan dengan materi jenis-jenis perbandingan.

2) Guru membagi siswa kedalam kelompok- kelompok heterogen berdasarkan hasil tes kemampuan awal yang diperoleh. Jumlah siswa keseluruhan 18 orang, dibagi menjadi 3 kelompok yang beranggotakan 6 orang. Setelah itu setiap anggota kelompok dibagikan LKS, serta bahan-

(6)

780 bahan yang telah disiapkan untuk melakukan kegiatan sederhana.

3) Untuk memancing keterlibatan siswa sebelum penyampaian materi, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi jenis-jenis perbandingan.

4) Di dalam kegiatan inti, siswa mengamati video berisi tentang kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan jenis perbandingan yang diputarkan oleh guru melalui infokus.

5) Ada pun selama siswa menyelesaikan LKS, guru memantau kerja dari tiap-tiap kelompok. Untuk kelompok yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal pada LKS guru memberikan bimbingan.

6) Guru memanggil masing-masing kelompok

dengan bergiliran, untuk

mempresentasikan hasil kerjanya .

7) Guru merespon hasil kerja kelompok dan meperbaiki atau meluruskan hasil yang sebenarnya hal ini juga sebagai evalauasi tim.

8) Pada akhir pembelajaran, siswa telah mampu untuk membuat kesimpulan sendiri dan dilakukan tes akhir secara individu.

c. Pengamatan

Peneliti dan salah satu guru matematika (obsever) kembali melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan siklus II dan hasil observasi tersebut menunjukkan:

1. Keterlaksanaan proses pembelajaran dikelas telah dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini terlihat dari hasil observasi terhadap guru yang menunjukkan bahwa semua tahapan kegiatan dalam RPP telah dilaksanakan dengan baik oleh guru.

2. Hasil observasi terhadap siswa menunjukkan kemajuan yang cukup baik karena siswa sudah lebih berani dalam mengeluarkan pendapat, tertib dalam berdiskusi, prilaku-prilaku yang tidak relevan sudah hampir tidak ada lagi, dan sudah bisa bertanggung jawab atas kerja kelompok.

d. Refleksi

Setelah selesai melaksanakan tes akhir siklus II untuk melihat kemampuan penalaran matematis siswa. Adapun hasil refleksi siklus II ini dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Bagi Guru

Guru sudah dapat menerapkan Model Pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP) dengan baik dan sudah mulai terbiasa.

b) Bagi Siswa

Siswa dapat belajar dengan Model Pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP) dengan baik dan sudah mulai terbiasa.

Berikut ini, tabel skor yang diperoleh setiap kelompok dalam menyelesaikan LKS:

Tabel 6: Nilai Setiap Kelompok dalam Menyelesaiakan LKS

No. Kelompok Pertemuan Siklus II Pertemuan 1 Pertemuan 2

1. Kelompok 1 91,67 93,10

2. Kelompok 2 83,33 86,20

3. Kelompok 3 79,17 86,20

Sumber: Hasil Kelompok Siklus II. November 2014. Pada tabel diatas menunjukkan bahwa ketiga kelompok tersebut memperoleh peningkatan nilai kelompok pada pertemuan siklus II ini, dari pada pertemuan di siklus I.

Sehingga setiap kelompok dapat meneyelesaikan masalah pada LKS berkaitan dengan indikator penalaran. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan adanya LKS ini siswa dapat menumbuhkan kemampuan penalaran matematis siswa.

c) Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Pada Tes Akhir Siklus II:

Skor keseluruhan dari materi skala dan perbandingan dengan soal tes yang berjumlah 4 soal dengan jumlah skor adalah 50.

Kualifikasi perolehan tes akhir Siklus I siswa disajikan dalam table 7. Dari tabel terlihat bahwa siswa yang memperoleh nilai 65 sebanyak 15 siswa atau 83,33% dan 3 siswa atau 16,67% yang memperolah nilai < 65 dengan pencapaian nilai rata-rata kelas yakni 77,44. Dari data tersebut, menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas telah mencapai standar KKM yakni 65 dan presentasi keberhasilan

(7)

781 pun telah mencapai kriteria ketuntasan klasikal.

Tabel 7: Kualifikasi Perolehan Nilai Penalaran Matematis Siswa Pada Tes Akhir Siklus II

Skor Frekuensi Persentasi Keterangan

15 83,33% Tuntas

<

65

3 16,67% Belum

Tuntas Sumber : Hasil Tes Penalaran 18 Siswa, November 2014

Peningkatan hasil kemampuan penalaran matematis siswa juga terlihat pada perolehan pada tes akhir setelah pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II. Agar lebih jelas, hasil tes kemampuan penalaran matematis siswa pada siklus I dan siklus II setelah penerapan Model Pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP)

Berdasarkan pada siklus II maka tidak perlu dilanjutkan ke siklus selanjutnya. Karena secara klasikal pelaksanaan tindakan sudah 75% siswa yang mencapai KKM ≥ 65. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP) dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa pada materi skala dan perbandingan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh setelah melaksanakan proses pembelajaran dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan Model Pembelajaran Connected Mathematics Project (CMP), kemampuan penalaran matematis siswa kelas VII1 di SMP Negeri 5 Salahutu dapat meningkat, hal ini dibuktikan dengan hasil tes kemampuan penalaran matematis pada siklus I meningkat pada siklus II yaitu, siswa yang memperoleh nilai 65 sebanyak 15 siswa atau 83,33% dan 3 siswa atau 16,67% yang memperolah nilai < 65 dengan pencapaian nilai rata-rata kelas yakni 77,44. Dari data tersebut, menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas telah mencapai standar KKM yakni 65 dan presentasi keberhasilan pun telah mencapai kriteria ketuntasan klasikal.

SARAN

Disarankan bagi peneliti lain untuk menyesuaikan dan mempertimbangkan secara matang antara waktu dengan skenario kegiatan pembelajaran dalam RPP.

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Arikunto, S. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: CV Rineka Cipta.

[2]. Asep. 2013. Evaluasi pembelajaran.

Jakarta: Multi Pressindo.

[3]. Dedi, J. 2013. Connected Mathematics Project (CMP) Model Based On presentation Media To The Mathematical Connection Ability Of Junior High School Student. Jurnal Of Education And Pratice Vol 4, Vol 4 Artikel pada FPMIPA UPI Bandung.

www.iiste.org/Journals/index.php/JEP/.../

4580. Di akses pada (6 Januari 2014).

[4]. Iskandar. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press.

[5]. Jauhar M. 2011. Implementasi PIKEM dari Behavioristik Sampai Konstruktivisik Sebuah Pengembangan Pembelajaran Berbasis CTL (Contextual Teaching &

Learning). Jakarta: Prestasi Pustaka.

[6]. Shadiq, Fajar. 2005. Aplikasi Penalaran Dalam Proses Pembelajaran Matematika SMP dan Cara Penilaiannya.

Yogyakkarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) matematika.

[7]. Soetopo. 2005. Pendidikan dan Pembelajaran. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

[8]. Sumarmo. 2010. Berpikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Artikel pada FPMIPA UPI Bandung.

http://math.sps.upi.edu/?p=58. Diakses pada (1 Desember 2013).

(8)

782 [9]. Widiharto. 2004. Model-Model

Pembelajaran Matematika SMP.

Yogyakarta: Departemen Pendidikan

Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) matematika.

Gambar

Tabel  1:  Langkah-langkah  Model  Pembelajaran
Tabel 5: Kualifikasi Perolehan Nilai  Penalaran Matematis Siswa Pada  Tes Akhir Siklus I
Tabel 7: Kualifikasi Perolehan Nilai Penalaran  Matematis Siswa Pada Tes Akhir  Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

service (LBS) yang dapat memberikan informasi letak dan posisi geografis kantor Polisi melalui perangkat mobile dengan menggunakan aplikasi google maps yang diakses secara

Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan judul Pelatihan Penggunaan Sosial Media Pada Usaha Pande Besi di Desa Kedisan – Gianyar untuk membantu

Walaupun undang- undang itu tidak menganggap mereka yang di atas 16 tahun (wanita) atau di atas 19 tahun (pria) sebagai bukan anak-anak lagi, tetapi mereka juga belum dapat

Namun jika APN yang dimasukan tidak sesuai, maka terjadi kondisi dimana terjadi kegagalan pada proses aktivasi PDP dari RNC ke arah SGSN karena penggunaan APN

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, sampel terdiri dari 2 kelas, data prestasi belajar kognitif menggunakan tes, prestasi belajar aspek afektif

Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat diberikan rekomendasi/saran: pertama kepada para perempuan penyintas kekerasan seksual untuk selalu menggunakan potensi

Untuk itu, penelitian ini menggunakan Algoritma Apriori dengan memperhatikan event untuk Temporal Association Rules yang dihasilkan, pada data penjualan di Toko

Pengujian hipotesis selanjutnya adalah mengenai pengaruh NPM terhadap harga saham. Hal ini memiliki arti bahwa NPM berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham. NPM