• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERBEDAAN POLA DAN WARNA DAUN PADA PROSES PEWARNAAN ALAMI DENGAN TEKNIK ECOPRINT MENGGUNAKAN MEDIA KAIN SUTRA DAN KERTAS LINEN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PERBEDAAN POLA DAN WARNA DAUN PADA PROSES PEWARNAAN ALAMI DENGAN TEKNIK ECOPRINT MENGGUNAKAN MEDIA KAIN SUTRA DAN KERTAS LINEN SKRIPSI"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS PERBEDAAN POLA DAN WARNA DAUN PADA PROSES PEWARNAAN ALAMI DENGAN TEKNIK ECOPRINT MENGGUNAKAN MEDIA KAIN SUTRA DAN

KERTAS LINEN

SKRIPSI

FEBRY YANTI ELMIDA BR. GINTING 161201035

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)

ii

ANALISIS PERBEDAAN POLA DAN WARNA DAUN PADA PROSES PEWARNAAN ALAMI DENGAN TEKNIK ECOPRINT MENGGUNAKAN MEDIA KAIN SUTRA DAN

KERTAS LINEN

SKRIPSI

Oleh:

FEBRY YANTI ELMIDA BR. GINTING 161201035

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(3)

i

(4)

ii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Febry Yanti Elmida Br. Ginting NIM : 161201035

Judul Skripsi : aAnalisis Perbedaan Pola dan Warna Daun pada Proses Pewarnaan Alami dengan Teknik Ecoprint Menggunakan Media Kain Sutra dan Kertas Linen

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan skripsi ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Medan, 2021

Febry Yanti Elmida Br. Ginting

NIM 161201035

(5)

iii

ABSTRAK

FEBRY YANTI ELMIDA BR. GINTING: Analisis Perbedaan Pola dan Warna Daun pada Proses Pewarnaan Alami dengan Teknik Ecoprint Menggunakan Media Kain Sutra dan Kertas Linen, dibimbing oleh IWAN RISNASARI dan ARIF NURYAWAN

Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah dapat diolah sebagai pewarna alam melalui teknik ecoprint. Teknik ecoprint adalah proses mencetak warna dan bentuk tumbuhan ke kain, kertas, kulit dan keramik melalui kontak langsung.

Penelitian ini bertujuan 1) Memanfaatkan daun sebagai hasil hutan bukan kayu menjadi produk bernilai tinggi melalui teknik ecoprint, 2) Mengevaluasi proses pewarnaan alami melalui teknik ecoprint pada media serat alam pada kain (sutera) dan kertas (linen), 3) Mengevaluasi perbedaan pola dan warna yang dihasilkan dari jenis dan perlakuan daun yang berbeda. Pembuatan ecoprint dimulai dari proses mordanting media kain sutra dan kertas linen, treatment daun dan fiksasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan daun sebagai hasil hutan bukan kayu menjadi produk bernilai tinggi dapat dilakukan melalui teknik ecoprint.

Teknik ecoprint merupakan proses pewarnaan alami yang dapat diterapkan pada media berbahan dasar alami seperti kain sutra dan kertas linen. Warna yang dihasilkan dari berbagai jenis daun membentuk pola yang sama dengan daun yang digunakan. Perbedaan warna yang dihasilkan dipengaruhi oleh jenis daun dan perlakuan yang diberikan pada daun tersebut.

Kata Kunci: ecoprint, kain sutra, kertas linen, pewarna alami

(6)

iv

ABSTRACT

FEBRY YANTI ELMIDA BR. GINTING: Analysis of Leaf Color and Pattern

Differences in the Natural Coloring Process with the Ecoprint Technique Using Silk Fabric and Linen Paper, guided by IWAN RISNASARI and ARIF NURYAWAN

Indonesia's abundant natural wealth can be processed as natural dyes through the ecoprint technique. The ecoprint technique is the process of printing colors and plant shapes onto fabrics, paper, leather and ceramics through direct contact.

This study aims 1) Utilizing leaves as non-timber forest products into high value products through the ecoprint technique, 2) Evaluating the natural dyeing process through the ecoprint technique on natural fiber media on cloth (silk) and paper (linen), 3) Evaluating differences in patterns and the resulting color from the different types and treatments of leaves. The making of ecoprint starts with the process of mordanting silk and linen paper media, leaf treatment and fixation. The results showed that the use of leaves as non-timber forest products into high value products could be done through the ecoprint technique. The ecoprint technique is a natural coloring process that can be applied to natural based media such as silk and linen paper. The resulting colors of the different types of leaves form the same pattern as the leaves used. The resulting color difference is influenced by the type of leaf and the treatment given to the leaf.

Keywords: ecoprint, silk fabrick, linen paper, natural dyes

(7)

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Morawa pada tanggal 16 Februari 1998. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari ayah Jublita Ginting dan ibu Nurintan Br.

Tarigan. Penulis memulai pendidikan di SD Negeri 101880

Tanjung Morawa pada tahun 2004-2010, pendidikan tingkat

Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Tanjung

Morawa pada tahun 2010-2013, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas di

SMA Negeri 1 Tanjung Morawa pada tahun 2013-2016. Pada tahun 2016, penulis

diterima kuliah di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kehutanan, Program

Studi Kehutanan, melalui jalur SNMPTN. Penulis memilih minat Teknologi Hasil

Hutan. Semasa kuliah penulis menjadi salah satu anggota organisasi Rimbapala

Kehutanan USU. Penulis mengikuti kegiatan Praktik Pengenalan Ekosistem

Hutan (P2EH) pada tanggal 10 Juli – 19 Juli 2018 di Kawasan Hutan Mangrove

Desa Lubuk Kertang Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat, Provinsi

Sumatera Utara. Kemudian pada tahun 2019, penulis melaksanakan Praktek Kerja

Lapangan (PKL) di KPH Cibinong Bogor. Pada awal tahun 2020 penulis

melaksanakan penelitian dengan judul “aAnalisis Perbedaan Pola dan Warna

Daun pada Proses Pewarnaan Alami dengan Teknik Ecoprint Menggunakan

Media Kain Sutra dan Kertas Linen di bawah bimbingan Ibu Dr. Iwan Risnasari,

S.Hut., M.Si dan Bapak Arif Nuryawan, S.Hut., M.Si., Ph.D.

(8)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas berkat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “aAnalisis Perbedaan Pola dan Warna Daun pada Proses Pewarnaan Alami dengan Teknik Ecoprint Menggunakan Media Kain Sutra dan Kertas Linen”. Skripsi ini sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua, Ayah Jublita Ginting dan Ibu Nurintan Br. Tarigan yang selalu memberikan dukungan semangat, moril/moral, serta doa kepada penulis selama mengikuti Pendidikan hingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Adik penulis Aditiya Brema Ginting yang telah memberikan dukungan doa dan semangat kepada penulis.

2. Dr. Iwan Risnasari, S. Hut., M.Si. selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Arif Nuryawan, S.Hut., M.Si., Ph.D. selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing, memberi masukan dan arahan kepada penulis dalam menulis dan menyelesaikan skripsi ini, dan kepada Prof. Rahmawaty, S.Hut., M.Si., Ph.D., Dr. Delvian., S.P., M.P., dan Dwi Endah Widyastuti, S.Hut., M.Si. selaku dosen penguji siding meja hijau skripsi saya yang telah membimbing dan memeberikan masukan maupun saran kepada penulis dalam dalam menyelesaikan skripsi ini

3. Sahabat dan rekan-rekan seperjuangan di Fakultas Kehutanan khususnya stambuk 2016, untuk dukungan dan kerjasamanya selama ini.

Penulis berharap, semoga semua pihak yang telah memberikan semua bentuk bantuan mendapat berkah yang berlimpah dari Tuhan Yang Maha Esa. Dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat demi perbaikan dan peningkatan diri dalam bidang ilmu pengetahuan.

Medan, 2021

Febry Yanti Elmida Br. Ginting

(9)

vii

DAFTAR ISI

PENGESAHAN SKRIPSI ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 2

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Ecoprint ... 4

Jati (Tectona grandis) ... 4

Kain Sutera ... 5

Kertas Linen ... 5

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu ... 6

Bahan dan Alat ... 6

Prosedur Penelitian ... 6

1. Persiapan Bahan ... 6

2. Pembuatan Ecoprint ... 9

3. Pengujian Sampel ... 10

HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Kualitatif Tanin ... 16

Uji Kuantitatif Tanin ... 16

Hasil Proses Ecoprint ... 17

Halaman

(10)

viii

Pengukuran pH Daun ... 19

Retensi Warna ... 19

Uji Kelunturan Warna ... 20

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 24

Saran ... 24

DAFTAR PUSTAKA ... 25

LAMPIRAN ... 28

(11)

ix

DAFTAR TABEL

1. Pengaruh perbedaan nilai ΔE ... 14

2. Hasil Uji Kualitatif Tanin ... 16

3. Hasil Ecoprint pada Media Kain Sutra dan kertas linen ... 18

4. Pengukuran pH Daun ... 19

5. Data Nilai Retensi Warna ... 20

6. Hasil Ecoprint pada Media Kain Sutra dan Kertas Linen Setelah Uji Kelunturan ... 21

7. Nilai Lab* Uji Kelunturan warna ... 21

8. Pengaruh Perbedaan Nilai ΔE ... 22

No. Text Halaman

(12)

x

DAFTAR GAMBAR

1. Mordanting kain (a) perendaman kain; (b) penjemuran kain ... 7

2. Mordanting kertas ... 7

3. treatment daun ... 8

4. Fiksasi pada media kain yang telah di ecoprint ... 8

5. Proses pembuatan ecoprint pada media kain sutra ... 9

6. Proses pembuatan ecoprint pada media kertas linen ... 10

7. Proses pengujian kualitatif tanin ... 11

8. Proses pengujian kadar tanin ... 11

9. Pengukuran pH daun (a) proses penghalusan daun; ... 12

10. Penimbangan berat (a) madia kain sutra; (b) media kertas linen ... 13

11. Pengujian kelunturan warna (a) media kain sutra;(b) media kertas linen ... 13

12. Pengukuran warna dengan menggunakan alat colorimeter ... 14

13. Sampel daun jati (Tectona grandis) yang digunakan untuk pembuatan ecoprint. ... 18

Halaman

No. Text

(13)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data Pengujian Kadar Tanin ... 28 2. Nilai Retensi Warna Dengan Perlakuan Media, Treatmen Daun dan Jenis

Daun ... 29 3. Sidik Ragam Retensi Warna Dengan Perlakuan Media, Treatmen Daun dan

Jenis Daun ... 29 4. Nilai Beda Warna Dengan Perlakuan Media, Treatmen Daun dan Jenis Daun 30 5. Sidik Ragam Nilai Beda Warna Dengan Perlakuan Media, Treatmen Daun dan

Jenis Daun ... 30

No. Text Halaman

(14)

1

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan merupakan sumber daya alam yang memiliki peran penting dalam kehidupan, baik dari ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan (Wahyuni dan Suranto, 2021). Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki hutan tropis dengan keanekaragaman hayatinya yang sangat tinggi. Kekayaan alam berupa flora di Indonesia mencapai 10% dari yang ada di dunia (Fazruza et al., 2018). Hasil pemantauan hutan Indonesia tahun 2020 berdasarkan data KLHK (2021), menunjukkan bahwa Indonesia memiliki tutupan hutan 95,6 juta hektar atau 50,9% dari daratan, dari luas itu 92,5% atau 88,4 juta hektar di kawasan hutan. Data luas areal tutupan hutan terus mengalami perubahan dari tahun ke tahun akibat adanya konversi atau alih fungsi kawasan hutan seperti pembalakan atau penebangan hutan maupun yang dilakukan dalam skala kecil seperti perkebunan atau lahan pertanian rakyat. Upaya yang dapat dilakukan dalam mengembalikan fungsi hutan ini dengan cara mendukung pelestarian hutan yang ada dengan tidak menebang pohon, membuka lahan dengan cara membakar hutan dan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu.

Salah satu pemanfaatan hasil hutan bukan kayu yang dapat diterapkan dilingkungan masyarakat ialah proses pewarnaan alami dengan teknik ecoprint.

Menurut Juniar (2018), ecoprint diartikan sebagai proses mencetak warna dan bentuk daun ke kain, kertas, kulit dan keramik melalui kontak langsung. Ecoprint merupakan teknik pewarnaan alami dimana warna yang dihasilkan akan membentuk motif sesuai dengan bagian tumbuhan yang digunakan seperti daun, bunga, dan akar. Sebagai contoh: jati, mahoni, johar, jarak kepyar. Keunikan dari ecoprint ialah meskipun sumber yang dipakai berasal dari jenis tumbuhan yang sama, namun warna yang dikeluarkan belum tentu menghasilkan warna yang sama (Arif, 2019).

Setiap tumbuhan menghasilkan warna dan motif yang berbeda tergantung

pada musim, intensitas hujan, udara dan kualitas tanah tempat tanaman itu

tumbuh. Tumbuhan yang segar, kering, atau baru jatuhpun akan memberikan hasil

(15)

2

2 yang berbeda. Motif yang dihasilkan nantinya akan sangat unik karena membentuk struktur dari tumbuhan itu sendiri (Larasati, 2019).

Pewarna alami menurut Pujilestari (2015) merupakan alternatif pewarna yang dapat diperbaharui (renewable), tidak toksik, mudah terdegradasi dan ramah lingkungan. Hampir semua bagian tumbuhan dapat menghasilkan zat warna, seperti: daun, bunga,biji, buah, kulit, batang/kayu dan akar. Penggunaan zat pewarna alami dibandingkan dengan pewarna sintetis memiliki kekurangan, antara lain pewarnanya yang lemah, keseragaman warna kurang baik, konsentrasi dan stabilitas pigmen rendah dan kurang tahan lama. Salah satu upaya untuk memperkecil kekurangan tersebut dengan melakukan proses mordanting dan fiksasi.

Mordanting adalah proses pengolahan awal pada media yang digunakan.

Proses ini berfungsi untuk membersihkan kotoran pada media yang dapat membantu serat pada media untuk terbuka agar warna dapat terserap dan terikat kuat pada media (Wahyuni dan Mutmainah, 2020). Dalam pengaplikasiannya, ada 3 jenis bahan yang dapat digunakan sebagai mordan, yaitu garam logam (tawas dan tunjung), tanin/asam tanin dan minyak/oil (Farida et al., 2015).

Sementara itu proses fiksasi pada prinsipnya adalah meningkatkan kemampuan menempelnya bahan pewarna, dan meningkatkan ketahanan luntur serta penguat warna dan meningkatkan daya tarik zat warna alam terhadap bahan agar menghasilkan kerataan dan ketajaman warna yang baik (Septiandini, 2019).

Dalam pembuatan ecoprint ini digunakan jenis daun Jati yang diperoleh dari lingkungan sekitar Universitas Sumatera Utara, dengan pemberian perlakuan perendaman pada larutan yang berbeda. Hal ini tentu akan menghasilkan nuansa warna ecoprint yang berbeda karena adanya perbedaan karena adanya perbedaan larutan yang diberikan. Oleh karena itu, penelitian ini akan menganalisis perbedaan warna yang dihasilkan dari jenis larutan dan media yang berbeda, karena sejauh ini penelitian terkait ecoprint masih kurang.

Tujuan

1. Mengevaluasi proses pewarnaan alami melalui teknik ecoprint pada media

serat alam pada kain sutera dan kertas linen.

(16)

3

3 2. Mengevaluasi pengaruh retensi dan nilai beda warna yang dihasilkan dari

teknik ecoprint pada jenis media dan perlakuan daun yang berbeda.

Kegunaan Penelitian

1. Memberikan informasi berupa pemanfaatan daun sebagai hasil hutan bukan kayu yang dapat digunakan untuk pembuatan produk bernilai tinggi melalui teknik ecoprint

2. Sebagai sumber informasi kepada pihak yang membutuhkan untuk dijadikan

landasan dalam memanfaatkan daun untuk pembuatan produk bernilai tinggi

melalui teknik ecoprint

(17)

4

4

TINJAUAN PUSTAKA

Ecoprint

Ecoprint merupakan teknik cetak melalui kontak langsung yang menggunakan ragam tanaman yang dapat menampakan warna alaminya. Pada teknik ini, warna yang dihasilkan akan membentuk motif yang sesuai dengan bagian tumbuhan yang digunakan seperti bunga, daun dan akar. Keunikan dari teknik ecoprint ialah walau menggunakan tumbuhan dari sumber yang sama, namun warna yang akan dikeluarkan tidak akan selalu sama (Firdaus, 2019).

Media yang digunakan dalam teknik ecoprint bemacam-macam, diantaranya media kain, kulit, kertas dan keramik. Hasil ecoprint akan tampak lebih bagus apabila media yang digunakan berasal dari serat alam.

Mordanting merupakan salah satu proses yang dilakukan dalam ecoprint.

Mordanting adalah proses pengolahan media yang bertujuan untuk membersihkan media dari kotoran serta berfungsi membuka pori atau serat agar zat warna dapat terserap secara optimal ke dalam pori (Firdaus, 2019). Pemberian mordan juga dapat meningkatkan sifat tahan luntur dan menghasilkan corak warna yang berbeda tergantung dari jenis mordan yang dipakai (Ismal, 2016). Tahap akhir dari proses ecoprint yaitu fiksasi. Fiksasi adalah proses penguncian zat warna yang juga bertujuan untuk meningkatkan daya kelunturan. Larutan yang biasa digunakan untuk proses fiksasi yaitu tawas (Al

2

(SO

4

)

3

), tunjung (FeSO

4

), dan kapur tohor (CaCO

3

) (Tresnarupi dan Hendrawan, 2019). Penggunaan jenis larutan fiksasi yang berbeda akan menghasilkan arah warna yang berbeda pula.

Menurut pendapat Pujilestari (2017), penggunaan fiksasi dengan larutan tunjung akan memberikan arah warna yang lebih gelap dibandingan menggunakan larutan tawas dan kapur tohor.

Jati (Tectona grandis)

Sesuai yang telah dinyatakan oleh Nidavani dan Mahalakshmi (2014) taksonomi dari pohon jati adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Division : Eudicots

Class : Asterids

Order : Lamiales

(18)

5

5

Family : Verbenaceae

Genus : Tectona

Spesies : Tectona grandis

T. grandis (Keluarga - Verbenaceae) mampu tumbuh hingga ketinggian lebih dari 30 m, batang berbentuk silindris dengan kulit batang yang berwarna coklat muda atau abu-abu berserat dengan retakan dangkall memanjang. Daunnya berbentuk bulat telur atau lonjong dengan permukaan yang berbulu.

Kain Sutera

Kain sutra merupakan kain yang terbuat dari serat sutra (serat protein).

Kain sutra memiliki sifat licin, lembut, kenyal, berkilap dan kuat. Serat sutra merupakan serat protein alami yang berbentuk filamen dihasilkan oleh larva ulat sutra sewaktu membentuk kepompong. Spesias ulat sutra yang umum dipelihara untuk menghasilkan serat sutra adalah Bombyx mori (Fitriah dan Utami, 2013).

Serat sutra tersusun atas fibroin (serat) 76%, serisin (perekat) 22%, lilin 1,5% dan garam-garam mineral 0,5%. Dalam keadaan kering serat sutra memiliki kekuatan 4-14 g/denier dengan mulur 20-25% dan dalam keadaan basah kekuatannya menjadi 3,5-4 dg/denier dengan mulur 25-30%. Penyinaran yang lama dengan sinar matahari dapat menurunkan kekuatan serat sutra (Istinharoh, 2013).

Kertas Linen

Kertas linen berasal dari campuran serat kulit kayu rami (serat selulosa) dengan tampilan yang halus dan bertekstur menyerupai kain linen. Kertas linen dengan komposisi pulp 44,32%, flax 34,15%, dan cotton 21,25% memiliki daya serap air yang tinggi termasuk zat pewarna dengan pelarut air (Farandi, 2014).

Rami (Boehmeria nivea G) merupakan serat alam yang dipakai dalam

pembuatan kertas linen, bersifat tahan lama, putih bersih berkilau dan sangat kuat

dengan rata-rata panjang serat 120-150 mm (Wirawan et al., 2010) dan diameter

serat 0,040 – 0,060 mm (Sudjindro, 2011). Didalam penggunaannya, kertas linen

dapat digunakan dalam pembuatan kartu nama, kertas sertifikat, undangan

pernikahan dan sebagai kartu ucapana. Kertas linen yang memiliki permukaan

kasar dapat dengan mudah menyerap tinta dengan baik. Hasil cetakan kertas linen

tidak mudah pudar serta tahan dalam waktu yang cukup lama.

(19)

6

6

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian yang berjudul “Analisis Perbedaan Pola dan Warna Daun pada Proses Pewarnaan Alami dengan Teknik Ecoprint Menggunakan Media Kain Sutra dan Kertas Linen” ini telah dilaksanakan sejak bulan Juli 2020. Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan (THH), Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.

Bahan dan Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kukusan, kompor gas, plastik mika, tali rafia, pipa paralon, baskom, selotip bening, kanebo, thermometer dan colorimeter. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun jati (Tectona grandis), , kain sutra ukuran 30 x 30 cm dan kertas linen ukuran 30 x 30 cm yang dibeli di toko kain (toko Kraft Inen) dan toko stationary (toko buku Gramedia) di Kota Medan, tawas (Al

2

(SO

4

)

3

), tunjung (FeSO

4

), cuka (CH

3

COOH), dan asam sitrat (C

6

H

8

O

7

) yang dibeli di toko bahan kimia (toko Lautan Kimia) di Kota Medan, kertas pH (merk universal), detergen, sabun lerak (merk Indomaret), dan aquadest

Prosedur Penelitian 1. Persiapan Bahan Mordanting Kain

Mordanting adalah proses pengolahan kain untuk membersihkan kotoran serta membuka pori atau serat kain agar warna alami yang menempel pada kain dapat terserap hingga ke pori-pori kain. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam proses mordanting yaitu seperti juga yang ditunjukkan pada Gambar 1.

a. Pembersihan Kain

Kain direndam dalam larutan detergen tanpa pemutih. Kemudian kain

dicuci bersih lalu ditiriskan. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan

kotoran pada kain.

(20)

7

7 b. Perendaman kain.

Kain sutra yang telah dibersihkan dalam larutan detergen kemudian direndam dalam larutan tawas. Pembuatan larutan tawas dilakukan dengan merebus 1 liter air hingga mendidih kemudian ditambahkan 2 sendok makan (29g) tawas. Proses perendaman dilakukan selama 12-24 jam c. Penjemuran Kain

Setelah proses perendaman kain dibilas sampai bersih, lalu dijemur hingga kering. Kain dijemur di tempat yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung atau hanya di angin-anginkan untuk mencegah terjadinya kerusakan.

(a) (b)

Gambar 1. Mordanting kain (a) perendaman kain; (b) penjemuran kain Mordanting Kertas

Dilarutkan 2 sendok makan (29g) tawas kedalam 1 liter air, selanjutnya kertas dicelup kedalam larutan tawas tersebut hingga seluruh permukaannya basah (Gambar 2), lalu dilap menggunakan kanebo hingga kondisi kertas lembab.

Gambar 2. Mordanting kertas

(21)

8

8 Treatment Daun

Dibersihkan daun dari kotoran dan debu. Untuk daun dilakukan lima treatment berbeda yakni direndam pada larutan tawas (Al

2

(SO

4

)

3

), larutan tunjung (FeSO

4

), larutan cuka (CH

3

COOH), larutan asam sitrat (C

6

H

8

O

7

) dan tanpa perendaman. Dilarutkan masing-masing seujung sendok teh (3g) tawas, tunjung, asam sitrat dan 200 ml cuka pada wadah yang berbeda kemudian ditambahkan 3 liter air. Daun yang sudah dibersihkan selanjutnya direndam selama 1 jam (gambar 3). Setelah 1 jam daun ditiriskan dan dilap hingga kering.

Gambar 3. treatment daun Fiksasi Pada Kain

Fiksasi merupakan proses penguncian warna atau penguatan warna setelah proses pewarnaan pada kain. Bahan yang digunakan dalam proses fiksasi adalah larutan tawas. Larutkan 2 sendok makan (29g) tawas kedalam 2 liter air kemudian diaduk hingga tawas benar-benar larut. Larutan ini nantinya digunakan pada kain yang telah di ecoprint (Gambar 4).

Gambar 4. Fiksasi pada media kain yang telah di ecoprint

(22)

9

9

2. Pembuatan Ecoprint

Ecoprint Pada Media Kain Sutra

Proses pembuatan ecoprint pada media kain sutra disajikan pada bagan pada Gambar 5 sebagai berikut.

sutra

Gambar 5. Proses pembuatan ecoprint pada media kain sutra

Kain yang telah dimordant di bentangkan di tempat datar, kemudian dilakukan penataan daun dengan posisi tulang daun menghadap ke kain, kemudian kain ditutup dengan plastik mika sambil ditekan agar daun menempel dengan sempurna pada kain. Selanjutnya kain digulung dengan bantuan pipa paralon, pastikan kain tergulung dengan rapat kemudian lepaskan pipa paralon lalu gulungan kain diikat menggunakan tali rafia dan dikukus selama 1 jam. Setelah 1 jam gulungan kain diangkat lalu dibuka dan daun dilepaskan dari kain. Proses selanjutnya ialah fiksasi. Kain difiksasi minimal 12 jam setelah proses ecoprint selesai dilakukan. Dicelupkan kain pada larutan fiksasi selama 5 menit kemudian

Dibentangkan plastik kemudian dibentangkan kain yang sudah di mordant diatasnya

Daun disusun dengan posisi tulang daun menghadap ke kain

Ditutup dengan plastik sambil ditekan, kemudian digulung dengan bantuan pipa paralon

Dilepaskan pipa dari gulungan kain lalu diikat dengan tali rafia.

Selanjutnya gulungan kain dikukus selama 1 jam

Dingkat gulungan kain kemudian dibuka dan dilepaskan daun yang menempel, kemudian kain diangin-anginkan hingga kering

Kain difiksasi selama 5 menit, proses ini dilakukan minimal 12 jam setelah proses ecoprint selesai

Kain dikeringanginkan

Dilakukan pengujian

(23)

10

10 kain dikeringkat di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung atau hanya diangin-anginkan.

Ecoprint Pada Media Kertas Linen

Kertas yang telah dimordant di bentangkan di tempat datar, kemudian dilakukan penataan daun dengan posisi tulang daun menghadap ke kain, kemudian kertas ditutup dengan plastik mika sambil ditekan agar daun menempel dengan sempurna pada kertas. Selanjutnya kertas digulung dengan bantuan pipa paralon, lalu gulungan kertas diselotip menggunakan selotip bening. Selanjutnya gulungan kertas direbus dengan suhu maksimal 90ºC selama 1 jam. Setelah 1 jam gulungan kertas diangkat dan didinginkan, kemudian gulungan kertas dibuka dan daun yang menempel dilepaskan. Kertas dikeringkan ditempat yang tidak terkena sinar matahari langsung atau hanya diangin-anginkan. Prosedur tersebut disajikan pada bagan pada Gambar 6 sebagai berikut.

3. Pengujian Sampel Uji Kualitatif Tanin

Ditimbang masing-masing jenis serbuk daun seberat 1 gram, diberi aquadest sebanyak 20 ml, dipanaskan dalam waterbath selama 40 menit

Dibentangkan plastik kemudian dibentangkan kertas yang sudah di mordant diatasnya

Daun disusun dengan posisi tulang daun menghadap ke kertas

Ditutup dengan plastik sambil ditekan

Kertas digulung menggunakan pipa paralon lalu diselotip menggunakan selotip bening

Direbus gulungan kertas selama 1 jam

Angkat gulungan kertas, dinginkan kemudian dibuka dan dilepaskan daun yang menempel

Kertas dikeringanginkan

Dilakukan pengujian

Gambar 6. Proses pembuatan ecoprint pada media kertas linen

(24)

11

11 kemudian disaring dengan kertas saring, dan filtrat diambil. Dalam uji tanin, filtrat ditambah 3 tetes FeCl

3

1% dan dinyatakan positif apabila menghasilkan endapan berwarna hitam kehijauan (Kusumaningsih et al., 2015). Proses pengujian ini seperti yang disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7. Proses pengujian kualitatif tanin Uji Kuantitatif Tanin

Prosedur Analisa Kadar Tanin disajikan pada bagan pada Gambar 8

Pembuatan indigokarmin untuk larutan pereaksi, dengan proses sebagai berikut : Timbang 0.01 gram, larutkan dengan 0.25 ml asam sulfat kemudian diencerkan dan tera ke dalam labu takar 10 ml

0.2 gram sampel

5 ml air mendidih

Dipanaskan 30 menit

Diendapkan dan dituang dengan menggunakan kapas ke dalam labu takar 25 ml

Diambil 2.5 ml larutan

Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL + 2.5 ml indigokarmin

Dititrasi dengan KMnO4 0.01 N

Gambar 8. Proses pengujian kadar tanin

(25)

12

12 Pengukuran pH Daun

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan (Zulfa dan Kumalaningsih, 2014). Pengukuran pH dilakukan untuk setiap jenis daun yang digunakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keasaman atau kebasaan dari jenis daun tersebut. Daun yang akan diukur pHnya terlebih dahulu dihaluskan, kemudian diukur pHnya menggunakan kertas pH (Gambar 9)

(a) (b)

Gambar 9. Pengukuran pH daun (a) proses penghalusan daun;

(b) pengukuran pH menggunakan kertas pH

Retensi Warna

Retensi warna merupakan % banyaknya zat warna yang terserap ke dalam media. Untuk mengukur banyaknya zat pewarna yang terserap (Nintasari dan Amaliyah, 2016), dapat dihitung nilai retensinya dengan rumus (1) sebagai berikut dengan teknis penimbangan seperti pada Gambar 10.

𝑃 =

𝐵𝑎−𝐵𝑜

𝐵𝑜

𝑥 100% ……… (1)

Keterangan :

P = Penyerapan zat warna (%)

Ba = Berat contoh uji sesudah diwarnai (g)

Bo = Berat contoh uji sebelum diwarnai (g)

(26)

13

13

(a) (b)

Gambar 10. Penimbangan berat (a) madia kain sutra; (b) media kertas linen

Uji Kelunturan Warna

Pengujian kelunturan warna dilakukan terhadap pencucian dan cahaya matahari. Pengujian kelunturan terhadap pencucian dalam larutan sabun dilakukan pada ecoprint media kain (Gambar 11a). Sebanyak 2-3 sendok teh larutan sabun cair dari lerak dilarutkan dalam 20 liter air, kemudian direndam selama 10 menit.

Setelah perlakuan, sampel ditiriskan dan dikeringudarakan. Pengujian kelunturan terhadap cahaya matahari dilakukan pada ecoprint media kertas (Gambar 11b).

Pengujian dilakukan pada siang hari yang cerah antara jam 9.00 sampai dengan 15.00. Perubahan warna dianalisis berdasarkan perbedaan nilai L*, a*, dan b*

sebelum dan setelah pengujian seperti pada rumus (2).

(a) (b) Gambar 11. Pengujian kelunturan warna (a) media kain sutra;

(b) media kertas linen

(27)

14

14 Pengukuran Warna

Pengukuran warna dilakukan menggunakan alat Colorimeter (merk CHNSpec CS-10) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 12, yang menghasilkan nilai L*, a*

dan b* (Septiandini dan Muflihati, 2019). Perbedaan warna (ΔE) dihitung dengan rumus:

∆E= √(∆L*)

2

+(∆a*)

2

+(∆b*)

2

……….. (2) Keterangan:

ΔE = Perbedaan Warna

ΔL* = Perbedaan kecerahan = L*contoh uji – L*kontrol Δa* = Perbedaan merah atau hijau = a*contoh uji – a*kontrol Δb* = Perbedaan kuning atau biru = b*contoh uji – b*kontrol Pengaruh perbedaan nilai ΔE disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh perbedaan nilai ΔE

Perbedaan Warna (ΔE) Pengaruh

< 0.2 Tidak terlihat

0.2 – 1.0 Sangat kecil

1.0 – 3.0 Kecil

3.0 – 6.0 Sedang

> 6.0 Besar

Sumber : Septiandini dan Muflihati (2019)

Gambar 12. Pengukuran warna dengan menggunakan alat colorimeter

(28)

15

15 Analisis Data

Model rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dua faktor yaitu:

Faktor I adalah media, terdiri atas:

T1 : kain sutera T2 : kertas linen

Faktor II adalah treatment daun, terdiri atas:

S1 : kontrol

S2 : perendaman larutan tawas (Al

2

(SO

4

)

3

) S3 : perendaman larutan tunjung (FeSO

4

) S4 : perendaman larutan cuka (CH

3

COOH) S5 : perendaman larutan asam sitrat (C

6

H

8

O

7

)

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tiga kali ulangan. Model linier rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut:

𝑌

(𝑝𝑞)𝑟

= 𝜇 + 𝛼

𝑝

+ 𝛽

𝑞

+ (𝛼𝛽)

𝑝𝑞

+ 𝜀

𝑝𝑞𝑟

Keterangan:

Y

(pq)r

: respon pengamatan untuk media ke- p, treatment daun ke- q, ulangan ke- r

µ : rataan umum

α

(p) :

pengaruh media ke- p

β

(q)

: pengaruh treatment daun ke- q

(αβ)

(pq)

: interaksi antara media ke-p dengan treatment daun ke-q

ԑ

pqr :

pengaruh galat pada media ke- p, treatment daun ke- q, ulangan ke- r

(29)

16

16

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Kualitatif Tanin

Untuk mengetahui ada tidaknya tanin dalam sampel daun maka dilakukan uji kualitatif dan dilanjutkan dengan uji kuantitatif tanin. Hasil pengujian kandungan tanin dari tumbuhan sampel uji dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Uji Kualitatif Tanin

Parameter Uji Hasil

Kandungan Tanin (Kualitatif) + (mengandung tanin)

Kadar Tanin (Kuantitatif) 0,03%

Berdasarkan hasil penelitian, serbuk daun yang ditambah dengan larutan FeCl

3

1% menghasilkan endapan berwarna hitam kehijauan yang menunjukkan adanya tanin. Berdasarkan literatur, reaksi yang terjadi pada FeCl

3

melibatkan struktur tanin yang merupakan senyawa polifenol, dimana dengan adanya gugus fenol akan berikatan dengan FeCl

3

membentuk senyawa kompleks berwarna hitam kehijauan (Desinta, 2014). Menurut Amelia (2015), tanin adalah zat organik kompleks yang terdiri dari senyawa fenolik, tanin terdapat pada macam-macam tumbuhan dan umumnya tersebar pada hampir seluruh bagian tumbuhan seperti kulit kayu, batang dan daun.

Uji Kuantitatif Tanin

Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 2) kadar tanin yang terdapat pada daun

jati yakni sebesar 0,03% . Tanin yang terdapat pada tumbuhan merupakan pigmen

warna yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna, pigmen penimbul warna

dan juga perekat zat warna (Masyitoh dan Ernawati, 2019). Menurut pendapat

Pappa et al., (2019), adanya perbedaan kadar tanin dipengaruhi oleh kandungan

tanah dimana sampel uji tumbuh. Dimana, semakin meningkatnya kandungan

unsur hara tanah makro (N, K bahan organik dan C organik) maka semakin

meningkat pula kadar tanin di dalamnya. Selain itu, faktor lain yang

mempengaruhi perbedaan kadar tanin ialah umur, dan faktor abiotik lingkungan

seperti intensitas cahaya, stress air, kelebihan air, polusi dan suplai nutrisi

(Chikmawati et al., 2013).

(30)

17

17 Hasil Proses Ecoprint

Ecoprint merupakan salah satu bentuk pengelolaan limbah kehutanan dan pemanfaatan hasil hutan hutan bukan kayu berupa daun, bunga, ranting dan kulit kayu. Pada penelitian ini bagian yang dimanfaatkan ialah daun. Proses pewarnaan alami dengan teknik ecoprint pada media kain sutra dan kertas linen menghasilkan pola dan warna yang berbeda pada setiap jenis daun dan perlakuan yang diberikan. Hasil pengamatan menunjukkan zat warna dari daun bisa mewarnai serat kain sutera dan kertas linen. Hal ini terbukti dari berubahnya warna kain sutera dan kertas linen yang semula putih menjadi bercorak dan berwarna seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.

Kejelasan pola dan warna daun yang dihasilkan dari teknik ecoprint ini dipengaruhi pula oleh jenis serat pada media yang digunakan. Berdasarkan bahan bakunya serat dapat digolongkan dalam dua jenis yakni serat alam dan serat buatan (sintetis). Serat alam merupakan jenis serat berbahan baku dari alam seperti misalnya serat tumbuhan, serat hewan dan serat dari bahan galian (mineral). Sementara serat buatan (sintetis) merupakan serat yang bahan bakunya berasal dari reaksi kimia (Istinharoh, 2013).

Pada penelitian ini jenis serat yang digunakan merupakan serat alam (kain sutra dan kertas linen), dimana hasil ecoprint akan semakin bagus jika menggunakan media berbahan dasar serat alam dikarenakan adanya afinitas atau daya tarik terhadap zat warna alam yang membantu penyerapan warna yang dihasilkan dari dedaunan ke dalam serat, sementara pada serat buatan (sintetis) tidak memiliki afinitas sehingga sulit untuk diwarnai dengan zat warna alam (Fitrihana, 2007).

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa pola daun yang terbentuk pada media kain dan kertas sesuai dengan bentuk yang ditata diawal. Jika dibandingkan dengan penampakan awal daun sebelum diolah dengan teknik ecoprint (Gambar 13) dapat dilihat bahwa pola yang dihasilkan mengikuti bentuk daun itu sendiri.

Daun jati memiliki penampakan tulang daun yang jelas dan menonjol, sehingga

hasil ecoprintnya juga menunjukan pertulangan daun yang cukup jelas. Kejelasan

pola dan warna yang dihasilkan dipengaruhi pula oleh jenis dan massa mordan

yang dilakukan pada media. Tawas adalah mordan yang sangat baik digunakan

(31)

18

18 sebagai mordan pendahulu karena memiliki sifat dapat menajamkan warna dan cocok digunakan untuk semua jenis serat. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Saraswati dan Sulandjari (2018), yang membandingkan jenis mordan tawas dan cuka dengan massa mordan 75 g dan 150 g berpengaruh terhadap hasil ecoprint. Diketahui bahwa hasil ecoprint terbaik didapat dari jenis mordan tawas dengan massa mordan 150 g.

Tabel 3. Hasil Ecoprint pada Media Kain Sutra dan kertas linen

Treatment Daun

Kontrol Tawas Tunjung Cuka Asam Sitrat

Kain Sutra

Kertas Linen

Gambar 13. Sampel daun jati (Tectona grandis) yang digunakan untuk

pembuatan ecoprint.

Secara visual warna yang dihasilkan ialah cenderung berwarna merah

keunguan. Hal ini dipengaruhi oleh pigmen alami yang terdapat dalam tumbuhan

itu sendiri yaitu klorofil, karotenoid, antosianin dan tanin (Wahyudi dan

Muhmainah, 2020). Daun jati merupakan salah satu tanaman yang mengandung

Tanin dan Antosianin. Dalam pewarnaan tanin dapat dimanfaatkan sebagai bahan

pewarna dan perekat zat warna pada kain. Antosianin merupakan pigmen yang

larut dalam air memberikan warna biru, ungu, kuning, violet, magenta, merah dan

orange (Masyitoh dan Ernawati, 2019). Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan oleh Nuraeni et al., (2020), warna yang dihasilkan dari proses ecoprint

ada yang pekat (astrobright color) dan sebagian besar menghasilkan warna yang

lembut (pastel color). Berdasarkan penelitian, nuansa warna yang dihasilkan dari

(32)

19

19 tumbuhan sampel uji berbeda tergantung dari treatment yang dilakukan seperti pada treatment larutan tunjung yang menghasilkan nuansa warna yang lebih gelap dibanding treatment lainnya.

Tulang daun yang kuat dan menonjol merupakan salah satu fitur yang unik yang dimiliki oleh daun. Daun Jati merupakan jenis daun yang sudah umum dipakai oleh para pengrajin ecoprint. Daun jati adalah contoh daun yang sangat kuat ekspresi warna dan motif pertulangan daunnya sehingga menjadi pembanding utama dalam teknik ecoprint. Daun jati memiliki kandungan antosianin yang mengasilkan warna ungu, merah dan biru. Menurut Saraswati (2018), kandungan antosianin tertinggi dari daun jati diperoleh pada bagian pucuk dan hasil cetak pertulangan daun terbaik saat proses ecoprint diperoleh pada nodus kedua.

Pengukuran pH Daun

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pengukuran pH pada setiap jenis daun dengan perlakuan berbeda terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengukuran pH Daun

Jenis Daun Perlakuan

Kontrol Tawas Tunjung Cuka Asam Sitrat

Jati (T. grandis) 6 6 5 4 4

Tabel 4 menunjukan nilai pH masing-masing jenis daun dengan variasi perlakuan yaitu antara 6-4 (pH asam). Adanya penambahan larutan berupa larutan tawas, tunjung, cuka dan asam sitrat menyebabkan perubahan pH pada masing- masing jenis daun. Perubahan pH yang terjadi pada masing-masing perlakuan menghasilkan ketuaan warna yang berbeda pada hasil ecoprint. Daun yang ditreatment dengan tunjung menghasilkan warna yang lebih tua (gelap), daun yang ditreatment dengan larutan tawas, cuka dan asam sitrat menghasilkan warna yang lebih muda dan untuk daun tanpa treatment menghasilkan warna dengan ketuaan sedang.

Retensi Warna

Rata-rata hasil pengujian persentase retensi zat warna pada media kain sutera

dan kertas linen dengan pewarna alami dari daun jati dapat dilihat pada Tabel 5.

(33)

20

20 Tabel 5. Data Nilai Retensi Warna

Perlakuan S1 S2 S3 S4 S5 Rata-rata

T1 1.86b 2.42cd 2.42cd 1.48a 2.05b 2

T2 2.07bc 2.62de 2.69de 1.85b 2.9e 2.4

Rata-rata 1.96 2.52 2.55 1.66 2.47

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pengamatan retensi warna menjelaskan bahwa ada pengaruh nyata pada perlakuan berbagai jenis media dan treatmen larutan daun, dan interaksi antar perlakuan yang dilakukan ada pengaruh nyata terhadap retensi warna. Data hasil pengukuran retensi warna pada Tabel 5 menunjukkan rata-rata retensi warna terendah terdapat pada perlakuan media kain sutra (T1) dengan treatmen daun larutan cuka (S4) yaitu 1,48%. Sedangkan retensi warna tertinggi terdapat pada perlakuan T2S5 yaitu kombinasi perlakuan media kertas linen (T2) dengan treatment daun larutan asam sitrat (S5) sebesar 2,9%, hal ini disebabkan karena kondisi yang lebih asam akan membuat zat warna semakin stabil sehingga retensi warnanya lebih tinggi atau dengan kata lain warna yang terdegradasi sedikit. Retensi merupakan banyaknya zat warna yang masuk kedalam media (Muflihati et al., 2014). Retensi dapat ditingkatkan dengan memberi perlakuan pendahulu pada daun yang digunakan.

Perlakuan media kertas linen dengan asam sitrat menghasilkan nilai retensi yang tertinggi sehingga sangat direkomendasikan dalam pembuatan ecoprint dikarenakan harga kertas linen dan asam sitrat yang cukup terjangkau dan mudah ditemukan

Uji Kelunturan Warna

Berdasarkan hasil pengukuran terjadinya kelunturan warna dapat dilihat

dari naiknya nilai L* (tingkat kecerahan) dan tampilan visual pada Tabel 6. Nilai

L* pada media kain mengalami kenaikan dari 31,99-57,91 menjadi 41,2-60,57

dan pada media kertas nilai L* mengalami kenaikan dari 35,3-53,4 menjadi 44,5-

65,7. Hal ini menunjukkan bahwa warna yang dihasilkan setelah uji kelunturan

menjadi lebih terang. Besarnya nilai L* berpengaruh terhadap gelap terangnya

warna dimana semakin besar dan positif nilai L* maka kecerahan semakin tinggi,

sebaliknya semakin menurun nilai L* maka warna semakin gelap (Muflihati et al.,

2014). Nilai L* terendah dihasilkan dari perlakuan tunjung, jenis daun Jati pada

media kain dan pada media kertas nilai L* terendah dihasilkan dari perlakuan

kontrol, jenis daun Jati. Nilai L* tertinggi pada media kain dihasilkan dari

(34)

21

21 perlakuan tawas, jenis daun Ruellia Ungu, dan pada media kertas nilai L*

tertinggi dihasilkan dari perlakuan kontrol, jenis daun Pedada.

Kenampakan visual hasil ecoprint pada media kain sutra yang telah di uji luntur ditampilkan pada Tabel 6 dan nilai Lab* uji kelunturan warna ditampilkan pada Tabel 7.

Tabel 6. Hasil Ecoprint pada Media Kain Sutra dan Kertas Linen Setelah Uji Kelunturan

Media Pengujian

Treatment Daun

Kontrol Tawas Tunjung Cuka Asam Sitrat

Kain Sutra

Awal

Akhir

Kertas Linen

Awal

Akhir

Berikut data Lab* uji kelunturan warna pada media kain sutra dan kertas linen adalah sebagai berikut :

Tabel 7. Nilai Lab* Uji Kelunturan warna

Media Perlakuan Sebelum Pengujian Setelah Pengujian

L* a* b* L* a* b*

Kain Sutra

Kontrol 57,91 21,34 3,74 60,57 18,32 5,94 Tawas 44,4 25,64 4,6 48,57 23,59 6,13 Tunjung 31,99 17,19 5 41,2 16,11 8,41 Cuka 43,19 25,78 0,8 50,92 23,71 3,34 Asam Sitrat 38,2 29,65 4,2 44,46 24,32 8,24

Kertas Linen

Kontrol 35,3 31,5 0,78 44,5 29,3 0,45 Tawas 53,4 17,4 3,77 65,7 12,3 2,92 Tunjung 36,2 31,4 1,56 50,1 26,2 0,66 Cuka 37,9 30,8 0,4 48,2 29,3 -0,93 Asam Sitrat 41,2 30,8 3,8 50,4 26,1 2,86

Nilai a* dan b* merupakan dimensi warna yang berlawanan, yaitu

komponen a* dari hijau hingga merah dan komponen b* dari biru hingga kuning

(Muflihati et al., 2014). Notasi a* menyatakan warna kromatik campuran merah-

hijau, dengan nilai +a (positif) dari 0 sampai ±100 untuk warna merah, dan nilai –

a (negatif) dari 0 sampai 80 untuk warna hijau. Notasi b* menyatakan warna

(35)

22

22 kromatik campuran biru-kuning, dengan nilai +b (positif) dari 0 sampai +70 untuk warna kuning dan nilai –b (negatif) dari 0 sampai -70 untuk warna biru. (Haerudin dan Farida, 2017). Nilai warna a* pada media kain adalah 16,11-24,32 dan pada media kertas diperoleh nilai a* 12,3-29,3. Dengan demikian memberikan arah warna menuju ke merah. Nilai warna b* pada media kain diperoleh 3,34-8,41dan pada media kertas nilai b* adalah -0,93-2,92. Dengan demikian diperoleh arah warna menuju ke kuning. Kecuali pada media kertas sampel uji daun Jati dengan perlakuan cuka, diperoleh nilai b* -0,93 lebih rendah dari perlakuan lainnya berarti arah warna menuju ke biru.

Pengamatan pengukuran beda warna menunjukkan setiap perlakuan tidak berpengruh nyata baik perlakuan media maupun treatmen perendamann daun.

Nilai beda warna terkecil diperoleh pada perlakuan T1S1 yakni sebesar 4,65 sedangkan nilai beda warna terbesar diperoleh pada perlakuan T2S3 dengan nilai 15,49. Berdasarkan nilai pada Tabel 1 pengaruh perbedaan ∆E dan perubahan warna (ΔE) pada uji kelunturan (Tabel 8) menunjukan perubahan nilai yang sedang hingga besar (kisaran ΔE 4,65-9,89 pada media kain dan 9,64-15,49 pada media kertas). Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa perubahan warna yang terjadi pada hasil ecoprint media kain sutra dan kertas linen tidak berbeda jauh. Jenis serat penyusun yang berbeda dari kain sutra yaitu serat protein dan kertas linen yaitu serat selulosa memberikan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap ketahanan luntur warnanya, baik terhadap pencucian maupun penyinaran matahari (Failisnur dan Sofyan, 2014).

Nilai ΔE terbesar didapat dari media kertas yang di uji kelunturan pada cahaya matahari. Hal ini diduga karena berkurangnya senyawa organik (tanin) yang disebabkan oleh energi foton dari sinar matahari sehingga warna menjadi rusak dan pudar (Nugraha dan Rakhmatiara, 2020). Menurut Ramadhan et al.

(2020), penggunan pewarna alami sebagian besar berasal dari senyawa flavonoid (hampir 50%). Senyawa flavonoid seperti tanin memiliki ketahanan luntur yang rendah terhadap sinar matahari.

Tabel 8. Pengaruh Perbedaan Nilai ΔE

Media Treatment Daun

(36)

23

23

Kontrol Tawas Tunjung Cuka Asam Sitrat

Kain Sutra 4,65 (S)

5,54 (S)

9,89 (B)

8,95 (B)

9,3 (B) Kertas Linen 9,64

(B)

13,4 (B)

15,49 (B)

10,71 (B)

11 (B) Keterangan :

Berdasarkan Tabel 1. Pengaruh perbedaan nilai ΔE K = Kecil

S = Sedang B = Besar

Menurut Septiandini dan Muflihati (2019), besarnya kelunturan warna ditunjukkan dari besarnya nilai ∆E yang diperoleh. Semakin tinggi nilai ΔE maka kelunturan warna semakin besar, begitu juga sebaliknya semakin rendah nilai ΔE maka kelnturan warna semakin kecil. Besarnya nilai kelunturan warna yang terjadi dapat dipengaruhi oleh jenis treatmen yang diberikan pada sampel daun yang digunakan dan juga jenis larutan fiksasi yang digunakan. Pada penelitian ini bahan fiksasi yang digunakan ialah larutan tawas. Tawas merupakan garam kompleks yang dapat meningkatkan ketahanan luntur pewarna alam. Al

3+

dalam larutan tawas akan membentuk ikatan dengan tanin yang telah berada didalam serat yang mengakibatkan molekul zat warna yang ada didalam serat semakin besar sehingga sukar keluar dari pori-pori serat dan ketahanan luntur warnanya meningkat (Haerudin dan Farida, 2017).

Pada penggunaan sehari-hari ketahanan luntur pada hasil ecoprint dapat

ditingkatkan melalui perawatan yang tepat seperti menghindari penjemuran

langsung disinar matahari, menggunakan sabun pencuci khusus (contohnya sabun

lerak khusus batik), mengurangi intensitas pemakaian produk ecoprint, tidak

mencuci produk ecoprint dengan mesin cuci dan menggunakan suhu rendah saat

disetrika.

(37)

24

24

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Teknik ecoprint merupakan proses pewarnaan alami yang dapat diterapkan pada media berbahan dasar alami seperti kain sutra dan kertas linen. Warna yang dihasilkan dari berbagai jenis daun membentuk pola yang sama dengan daun yang digunakan. Perbedaan warna yang dihasilkan dipengaruhi oleh perlakuan yang diberikan pada daun tersebut. Nuansa warna yang dihasilkan berbeda pada setiap jenis perlakuan, pada perlakuan tunjung nuansa warna yang dihasilkan cenderung lebih gelap dibandingkan perlakuan lainnya.

2. Nilai retensi terendah diperoleh sebesar 1,48% dan tertinggi sebesar 2,9%.

Sementara nilai beda warna terendah diperoleh sebesar 4,65 dan nilai beda warna tertinggi sebesar 15,49.

Saran

Saran dari penelitian ini adalah sebaiknya dalam penelitian ecoprint

lainnya dapat menggunakan media kertas linen dengan asam sitrat karena

menghasilkan nilai retensi terbaik, harganya murah dan juga mudah didapat.

(38)

25

25

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, F. R. 2015. Penentuan Jenis Tanin dan Penetapan Kadar Tanin dari Buah Bungur Muda (Lagerstroemia speciosa Pers.) Secara Spektrofotometri dan Permanganometri. CALYPTRA, 4(2), 1-20.

Arif, W. F. 2019. Uji Coba Warna Daun Sirih Merah Dengan Teknik Pounding Dan Steam. Jurnal Seni Rupa,7(2) .

Chikmawati, T., Sopyati, P. D., Miftahudin, M. 2013. Pertumbuhan dan analisis kualitatif tanin, saponin dan flavonoid dari Selaginella plana, S. willdenovii and S. mayeri pada tiga naungan berbeda (The growth and qualitative analysis of tannin, saponin and flavonoid in Selaginella plana, S. willdenovii an. Jurnal Bios Logos, 3(1).

Desinta, T. 2014. Penentuan jenis tanin secara kualitatif dan penetapan kadar tanin dari kulit buah rambutan (Nephelium

lappaceum

L.) secara permanganometri. CALYPTRA, 4(1): 1-10.

Failisnur, F., Sofyan, S. 2014. Sifat tahan luntur dan intensitas warna kain sutera dengan pewarna alam gambir (Uncaria gambir Roxb) pada kondisi pencelupan dan jenis fiksator yang berbeda. Jurnal Litbang Industri, 4(1):

1-8.

Farandi, I. A. 2014. Pengaruh Komposisi Kertas Terhadap Hasil Jadi Fingerpainting Ilustrasi Fashion. Jurnal Tata Busana, 3(1).

Farida, F., Atika, V., Haerudin, A. 2015. Pengaruh Variasi bahan pra mordan pada pewarnaan batik menggunakan akar mengkudu (Morinda

citrifolia). Dinamika Kerajinan Dan Batik, 32(1): 1-8.

Fazruza, Murizar. 2018. Eksplorasi Daun Jati Sebagai Zat Pewarna Alami Pada Produk Pashmina Berbahan Katun Dengan Teknik Ecoprint. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, 3(3) : 1-16.

Fitriah, S. N. A., Utami, B. 2013. Penggunaan Buah Duwet (Eugenia cumini) Pada Batik Sutera Madura. Jurnal Tata Busana, 2(3).

Fitrihana, N. (2007). Teknik eksplorasi zat pewarna alam dari tanaman di sekitar kita untuk pencelupan bahan tekstil. Jurnal Online.

Haerudin, A., Farida, F. F. 2017. Limbah serutan kayu matoa (Pometia pinnata) sebagai zat warna alam pada kain batik serat selulosa. Dinamika Kerajinan

dan Batik, 34(1), 43-52.

Ismal, Ö. 2016. Patterns from nature: contact printing. Journal of the TEXTILE

Association, 81-91.

(39)

26

26 Istinharoh, S. T. 2013. Pengantar Ilmu Tekstil. Departemen Pendidikan. Jakarta

Juniar S., Terry, Siti S. 2018. "Perbedaan Hasil Rok Pias Eco Print Daun Jati (Tectona grandis) Menggunakan Jenis Dan Massa Mordan Tawas Dan Cuka." Jurnal Tata Busana 7(2).

Kusumaningsih, T., Asrilya, N. J., Wulandari, S., Wardani, D. R. T., Fatikhin, K.

2015. Pengurangan kadar tanin pada ekstrak Stevia rebaudiana dengan menggunakan karbon aktif. ALCHEMY Jurnal Penelitian Kimia, 11(1): 81- 89.

Larasati, Nanda. 2019. Penerapan Motif Daun Pepaya Dan Adas Sowa Dengan Teknik Eco Printing Pada Blus. Jurnal Tata Busana, 8(2).

Masyitoh, F., Ernawati, E. 2019. Pengaruh Mordan Tawas Dan Cuka Terhadap Hasil Pewarnaan Eco Print Bahan Katun Menggunakan Daun Jati (Tectona

grandis). Gorga: Jurnal Seni Rupa, 8(2):387-391.

Muflihati, D. S. N., Rahayu, I. S., Syafii, W. 2014. Perubahan Warna Kayu Jabon Terwarnai Ekstrak Kulit Kayu Samak (Syzygium Inophyllum). Jurnal Ilmu

Dan Teknologi Kayu Tropis, 12:14-15.

Muflihati, M., Nawawi, D. S., Rahayu, I. S., Syafii, W. 2014. The Color Change of Jabon Wood Stained by Bark Extract of Samak Wood (Syzygium

inophyllum). Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis, 12(1), 11-19.

Nidavani, R. B., Mahalakshmi, A. M. 2014. Teak (Tectona Grandis Linn.): A Renowned Timber Plant With Potential Medicinal Values. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 6(1):48-54.

Nintasari, R., Amaliyah, D. M. 2016. Ektraksi Zat Warna Alam dari Kayu Ulin (Eusideroxylon Zwageri), Kayu Secang (Caesalpinia Sp) dan Kayu Mengkudu (Morinda Citrifolia) untuk Bahan Warna Kain Sasirangan.

Jurnal Riset Industri Hasil Hutan, 8(1): 25-32.

Nugraha, J., Rakhmatiara, E. Y. 2020. Pemanfaatan daun rami sebagai bahan zat warna alam dan fungsionalisasinya pada pencelupan kain kapas dan sutera. Arena Tekstil, 35(1): 29-38.

Nuraeni, S., Wahab, D. F., Latif, N., Armidha, N. 2020. Eksplorasi Pewarna Dan Motif Alam Pada Kain Sutera Dari Vegetasi Hutan: Exploration of Natural Colors and Motives on Silk of Forest Vegetation. PERENNIAL, 16(2): 53- 58.

Pappa, S., Jamaluddin, A. W., Ris, A. 2019. Kadar Tanin pada Kulit Buah Kakao

(Theobroma Cacao L.) Kabupaten Poliwalimandar dan Toraja

(40)

27

27 Utara. CAKRA KIMIA (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry), 7(2):

92-101.

Pujilestari, T. 2015. Sumber dan pemanfaatan zat warna alam untuk keperluan industri. Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah, 32(2), 93-106.

Pujilestari, T. (2017). Optimasi pencelupan kain batik katun dengan pewarna alam tingi (Ceriops tagal) dan Indigofera sp. Dinamika Kerajinan dan

Batik, 34(1): 53-62.

Pusat Data dan Informasi KLHK. 2021. Deforestasi Indonesia Turun, Terendah Dalam Sejarah. 04 Maret. Diakses 24 Agustus 2021, dari:

https://www.menlhk.go.id/site/single_post/3640/deforestasi-indonesia- turun-terendah-dalam-sejarah

Ramadhan, F. H., Dewi, E. N., Anggo, A. D. 2020. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Ekstrak Pewarna Alami Rumput Laut (Sargassum Sp.) Terhadap Mutu Warna Kain Katun Batik. Jurnal Ilmu Dan Teknologi

Perikanan, 2(2): 42-49.

Saraswati, T. J., Sulandjari, S. 2018. Perbedaan Hasil Rok Pias Eco Print Daun Jati (Tectona grandis) Menggunakan Jenis dan Massa Mordan Tawas dan Cuka. Jurnal Tata Busana, 7(2).

Septiandini, T. N., Muflihati. 2019. Ekstrak Buah Bakau Rhizophora Mucronata Lamk Sebagai Pewarna Alami Pada Kain Katun. Jurnal Tengkawang, 9(1).

Sudjindro. 2011. Prospek Serat Alam Untuk Bahan Baku Kertas Uang. Perspektif, 10(2).

Tresnarupi, R. N., Hendrawan, A. 2019. Penerapan Teknik Ecoprint pada Busana dengan Mengadaptasi Tema Bohemian. eProceedings of Art & Design, 6(2).

Wahyuni, H., Suranto, S. 2021. Dampak Deforestasi Hutan Skala Besar terhadap Pemanasan Global di Indonesia. JIIP:

Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 6(1): 148-162.

Wahyuni, T. S., Mutmainah, S. 2020. Karakteristik Karya Ecoprint Natural Dye Pada Kulit Di Rumah Batik Hardini Papar-Kediri. Jurnal Seni Rupa, 8(2).

Wirawan, S. K., Rismijana, J., Cucu, C., Asid, D. S. 2010. Pulp Rami Putih Sebagai Bahan Baku Kertas. Jurnal Selulosa, 45(02).

Zulfa, L., Kumalaningsih, S. 2014. Ekstraksi Pewarna Alami Dari Daun Jati

(Tectona Grandis) (Kajian Konsentrasi Asam Sitrat Dan Lama Ekstraksi)

Dan Analisa Tekno-Ekonomi Skala Laboratorium. Industria: Jurnal

Teknologi Dan Manajemen Agroindustri, 3(1): 62-72.

(41)

28

28

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Pengujian Kadar Tanin

Berikut data yang didapatkan dari pengujian kadar tanin adalah sebagai berikut

(42)

29

Lampiran 2. Nilai Retensi Warna Dengan Perlakuan Media, Treatmen Daun dan Jenis Daun

Perlakuan Ulangan

Total Rataan

I II II

T1S1 1.95 1.81 1.81 5.57 1.86

T1S2 2.45 2.6 2.22 7.27 2.42

T1S3 2.41 2.52 2.32 7.25 2.42

T1S4 1.53 1.4 1.5 4.43 1.48

T1S5 2.22 2.23 1.69 6.14 2.05

T2S1 2.15 2.17 1.89 6.21 2.07

T2S2 2.81 2.53 2.52 7.86 2.62

T2S3 2.8 2.49 2.78 8.07 2.69

T2S4 1.87 1.53 2.15 5.55 1.85

T2S5 3.09 2.81 2.8 8.7 2.90

Lampiran 3. Sidik Ragam Retensi Warna Dengan Perlakuan Media, Treatmen Daun dan Jenis Daun

SK DB JK KT F.HITUNG F.TABEL

PERLAKUAN 9

5.385 0.598 16.697 2,39*

T 1

1.094 1.094 30.539 4,35*

S 4

3.846 0.961 26.827 2,87*

TS 4

0.445 0.111 3.106 2,87*

GALAT 20

0.717 0.036

TOTAL 29

6.102

Keterangan :

* : nyata tn : tidak nyata T1 : kain sutera T2 : kertas linen S1 : kontrol

S2 : perendaman larutan tawas (Al2(SO4)3) S3 : perendaman larutan tunjung (FeSO4) S4 : perendaman larutan cuka (CH3COOH) S5 : perendaman larutan asam sitrat (C6H8O7)

(43)

30

30 Lampiran 4. Nilai Beda Warna Dengan Perlakuan Media, Treatmen Daun dan Jenis Daun

Perlakuan Ulangan

Total Rataan

I II II

T1S1 5.36 2.65 5.93 13.94 4.65

T1S2 7.05 2.89 6.67 16.61 5.54

T1S3 6.67 13.44 9.56 29.67 9.89

T1S4 10.51 5.02 11.32 26.85 8.95

T1S5 13.12 11.54 3.37 28.03 9.34

T2S1 2.04 18.04 8.85 28.93 9.64

T2S2 10.52 10.89 18.79 40.2 13.40

T2S3 3.03 19.01 24.44 46.48 15.49

T2S4 16.52 10.2 5.4 32.12 10.71

T2S5 4.47 6.87 20.84 32.18 10.73

Lampiran 5. Sidik Ragam Nilai Beda Warna Dengan Perlakuan Media, Treatmen Daun dan Jenis Daun

SK DB JK KT F.HITUNG F.TABEL

PERLAKUAN 9

278.220 30.913 0.817 2,39tn

T 1

140.011 140.011 3.700 4,35tn

S 4

93.427 23.357 0.617 2,87tn

TS 4

44.782 11.196 0.296 2,87tn

GALAT 20

756.913 37.846

TOTAL 29

1035.133

Keterangan :

* : nyata tn : tidak nyata T1 : kain sutera T2 : kertas linen S1 : kontrol

S2 : perendaman larutan tawas (Al2(SO4)3) S3 : perendaman larutan tunjung (FeSO4) S4 : perendaman larutan cuka (CH3COOH) S5 : perendaman larutan asam sitrat (C6H8O7)

Gambar

Gambar 1. Mordanting kain (a) perendaman kain; (b) penjemuran kain  Mordanting Kertas
Gambar 3. treatment daun  Fiksasi Pada Kain
Gambar 5. Proses pembuatan ecoprint pada media kain sutra
Gambar 6. Proses pembuatan ecoprint pada media kertas linen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi dengan metode perebusan beserta larutan garam, semakin halus partikel serbuk kayu manis maka semakin banyak gel yang terbentuk sehingga semakin

Algoritma yang termasuk kelompok ini adalah algoritma yang memecahkan persoalan besar den- gan mentransformasikannya menjadi beberapa persoalan yang lebih kecil yang berukuran

Perawatan korektif dapat juga didefinisikan sebagai perbaikan yang dilakukan karena adanya kerusakan yang dapat terjadi akibat tidak dilakukannya perawatan preventif maupun

Coding SQL pembuatan tabel database kebutuhan bahan bakar create table kebutuhan_biaya_tiga_dolok(.. nama varchar(30) not null, luas_olahan int

Dari hasil pengujian secara parsial diperoleh bahwa koefisien regresi untuk variabel pertumbuhan Arus Kas Pendanaan (AKP) tidak berpengaruh

Terdapat pengaruh pemberian dekstrometorfan dosis bertingkat per oral terhadap gambaran histopatologi otak tikus wistar antara kelompok kontrol dengan kelompok

Secara klinis seperti yang terlihat pada gambar 4 dan gambar 5, untuk membantu menegakkan diagnosis dan mengevaluasi kebotakan, progresifitas kebotakan pada

Peserta dapat mengikuti seluruh 12 Round yang diselenggarakan dalam 3 hari, tetapi hanya berhak atas 1 hadiah pertandingan.. Peserta adalah Wanita average tidak