• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN PAJAK PARKIR PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN

TUGAS AKHIR

Diajukan Oleh:

NILAM NAWANGWULAN 122101212

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2015

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS AKHIR

NAMA : NILAM NAWANGWULAN

NIM : 122101212

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN

JUDUL : ANALISIS TARGET DAN REALISASI

PENERIMAAN PAJAK PARKIR PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN

Tanggal, Juni 2015 DOSEN PEMBIMBING

Yasmin Chairunisa Muchtar, SP, MBA NIP. 19780930 200812 2 001

Tanggal, Juni 2015 KETUA PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN

Dr. Yeni Absah, SE, M.Si NIP. 19741123 200012 2 001

Tanggal, Juni 2015 DEKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA NIP. 19560407 198002 1 001

(3)

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah swt. atas segala rahmat dan taufik-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara tepat pada waktu yang ditentukan.

Judul yang Penulis ajukan adalah “Analisis Target Dan Realisasi Penerimaan Pajak Parkir Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan”.

Dalam penyusunan dan penulisan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac.Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Fahmi Natigor Nasution, Macc, Ak selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Un iversitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. H. Arifin Lubis, MM, Ak, CA selaku Wakil Dekan II Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Ami Dilham, SE, M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi D-III Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Syahfrizal Helmi Situmorang, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi D-III Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

(4)

7. Ibu Yasmin Chairunisa Muchtar, SP, MBA selaku Dosen Pembimbing Penulis.

8. Ibu Hj. Yusdarlina, S.Sos selaku Kepala Bidang Penagihan Dinas Pendapatan Kota Medan beserta Staf yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu yang sangat membantu Penulis dalam kegiatan Magang dan Tugas Akhir.

9. Ayahanda Kunto Padmono dan Ibunda Sukaningsih tercinta yang senantiasa memberi dukungan moril dan materil dalam proses pembuatan Tugas Akhir ini.

10. Kak Sekar Sarinastiti, A.Md dan saudara-saudara Penulis yang ikut memberi semangat dan masukan.

11. Sahabat-sahabat tersayang Maisyarah, Novi, Pipit, Koto, Putri yang selalu membuat tertawa saat pusing dengan tugas akhir. Five Bananas, dan teman- teman D-III Manajemen Keuangan khususnya Grup D stambuk 2012 yang bersama-sama berjuang dalam tiga tahun ini.

Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun akan Penulis terima dengan senang hati dan semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2015 Penulis

Nilam Nawangwulan

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang…...1

B. Rumusan Masalah………5

C. Tujuan Penelitian...5

D. Manfaat Penelitian...6

BAB II : PROFIL INSTANSI A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan...7

B. Visi dan Misi...9

C. Struktur Organisasi...10

D. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi...12

E. Kinerja Usaha Terkini...30

BAB III : PEMBAHASAN A. Pajak...31

B. Fungsi Pajak...32

C. Jenis-Jenis Pajak...33

D. Pajak Daerah...34

E. Pajak Parkir...36

F. Objek Pajak Parkir...39

G. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Parkir...40

H. Tarif Pajak Parkir...41

I. Pemungutan dan Perhitungan Pajak Parkir...42

J. Analisa Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Parkir...43

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...48

B. Saran...49 DAFTAR PUSTAKA

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 : Target dan Realiasasi Penerimaan Pajak Parkir ... 43

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 : Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ... 11

(8)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sebagaimana halnya perekonomian dalam suatu rumah tangga atau keluarga, perekonomian negara juga mengatur sumber-sumber penerimaan dan pengeluaran. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara (fungsi budgetair) yang digunakan untuk menjalankan tugas rutin dan pembangunan.

Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan negara sulit untuk dapat dilaksanakan dengan baik. Penggunaan dana pajak meliputi mulai dari belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan seperti yang tercermin dalam APBN.

Pembangunan fasilitas sarana dan prasarana fisik seperti jalan raya, jembatan, sekolah, sarana kesehatan/rumah sakit/puskesmas, sarana transportasi, sarana perhubungan, sarana pertahanan keamanan negara (belanja militer, kepolisian), dan lain sebagainya dibiayai dengan menggunakan dana dari pajak. Dana pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat. Di samping fungsi budgetair, pajak juga berperan sebagai salah satu alat pemerataan pendapatan atau redistribusi pendapatan dari masyarakat yang mempunyai kemampuan ekonomi yang lebih tinggi kepada masyarakat yang kemampuannya lebih rendah dengan menerapkan sistem pengenaan pajak dengan tarif pajak progresif, yakni mengenakan pajak yang lebih tinggi pada golongan yang lebih mampu. (Pohan, 2014:4)

(9)

Menurut Soemitro dalam (Sudirman dan Antong, 2012:2) definisi pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwasanya ciri- ciri pajak itu meliputi: dipungut berdasarkan Undang-Undang/aturan hukum, merupakan peralihan kekayaan orang/badan ke kas negara, tidak ada imbalan langsung yang dapat ditunjukkan dalam pembayaran pajak secara individual, dapat dipaksakan, pembayaran berulang-ulang atau sekaligus, untuk membiayai pengeluaran pemerintah, alat untuk mencapai tujuan tertentu, serta pemungutan dapat langsung maupun tidak langsung. Manfaat yang diterima karena pembayaran pajak diantaranya adalah berupa sarana dan prasarana jalan, pendidikan, kesehatan, keamanan, dan sebagainya.

Pengenaan pajak di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu pajak negara dan pajak daerah. Pajak negara atau sering disebut juga pajak pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat. Pajak daerah adalah pungutan daerah menurut peraturan pajak yang ditetapkan oleh daerah untuk pembiayaan rumah tangganya sebagai badan hukum publik. (Samudra, 2005:33)

Menurut (Priantara, 2013:535) Pajak Daerah dan Retribusi Daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah dalam perpajakan dan retribusi sejalan dengan semakin besarnya tanggung jawab daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.

(10)

3

2. Meningkatkan akuntabilitas daerah dalam penyediaan layanan dan penyelenggaraan pemerintahan dan sekaligus memperkuat otonomi daerah.

3. Memberikan kepastian bagi dunia usaha mengenal jenis-jenis pungutan daerah dan sekaligus memperkuat dasar hukum pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah.

Berdasarkan hal tersebut pemerintah daerah diharapkan bisa menjadi suatu pemerintahan yang mandiridengan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) berupa pajak daerah. Dalam hal ini, salah satu lembaga pemerintah yang berperan aktif dalam mengelola Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan. Saat ini pemerintah telah banyak menetapkan pemungutan daerah, salah satunya pajak parkir.

Definisi pajak parkir menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun 2011 Pasal 1 angka 10 adalah pajak atas penyelenggaran tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Pajak parkir diharapkan dapatmemiliki peranan yang berarti dalam pembangunan daerah. Sebagaimana yang diketahui bahwa parkir adalah jenis usaha penjualan jasa pelayanan yang mempunyai keterkaitan sangat erat dan saling menunjang dengan dunia perdagangan yang menghasilkan penerimaan daerah.

Kota Medan memiliki luas 26.510 hektare (265,10 km2) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Secara administratif, batas wilayah Medan yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah Selatan, Barat dan juga Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. Wilayah Kota Medan

(11)

terdiri dari 21 kecamatan yakni Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Area, Medan Kota, Medan Maimun, Medan Polonia, Medan Baru, Medan Selayang, Medan Sunggal, Medan Helvetia, Medan Petisah, Medan Barat, Medan Timur, Medan Perjuangan, Medan Tembung, Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan dan Medan Belawan.

(http:/pemkomedan.go.id/infodata.php)

Fenomena pajak parkir di Kota Medan yang terjadi sekarang ini yakni sejumlah pengelola parkir di gedung dan plaza di Medan banyak yang melanggar Perda Nomor 10 Tahun 2011. Salah satunya pelanggaran yang dilakukan pengelola parkir “Boston Parking” di Palladium Plaza. Banyak pengguna jasa keluhkan tarif parkir yang diberlakukan. Pasalnya parkir sepeda motor dikenakan tarif parkir Rp 2.000 untuk 1 jam pertama dan ditambah Rp 2.000 pada 1 jam berikutnya, bahkan tarif maksimalnya mencapai Rp 4.000. Sementara untuk tarif parkir mobil dikenakan biaya Rp 3.000 untuk 1 jam pertama, dan Rp 3.000 untuk 1 jam berikutnya, maksimal Rp 7.000. Tidak hanya sampai disitu, pelanggaran tarif parkir progresif ini juga dapat ditemui di Thamrin Plaza, Hermes Plaza, Yang Lim Plaza dan Sun Plaza. Untuk diketahui, tarif parkir progresif berdasarkan Perda Nomor 10 Tahun 2011 tentang pajak parkir, tarif dasar maksimal kendaraan roda empat yakni Rp 2.000 untuk 5 jam pertama dan penambahan Rp 1.000 untuk 1 jam berikutnya, sedangkan untuk roda dua Rp 1.000 dan penambahan Rp 1.000 setiap1 jam berikutnya. Tidak sesuainya lagi tarif parkir pada perda dengan kondisi ekonomi sekarang ini menjadi alasan pengelola parkir melanggar tarif pada perda. (http://waspada.co.id/medan/banyak-mall-di-medan-langgar-perda- soal-tarif-parkir/)

(12)

5

Potensi pada pajak parkir di pusat-pusat perbelanjaan seharusnya dapat mendorong pemerintah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan meningkatkan pengawasan parkir agar tidak terjadi pelanggaran tarif pajak parkir oleh pengelola parkir yang dapat merugikan daerah. Target penerimaan pajak parkir setiap tahunnya ditetapkan oleh walikota bersama DPRD Medan, selanjutnya penagihan dan perhitungan diserahkan kepada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan. Pencapaian realisasi penerimaan pajak parkir akan menjadi tolak ukur keberhasilan target yang telah ditetapkan.

Berdasarkan keterangan di atas, maka Penulis tertarik untuk menyusun Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Parkir Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan”.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini untuk mengetahui “Bagaimana analisis target dan realisasi penerimaan pajak parkir pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan 10 (sepuluh tahun) terakhir?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis perbandingan target dan realisasi penerimaan pajak parkir pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan selama 10 (sepuluh) tahun terakhir.

(13)

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pajak daerah khususnya pajak parkir dan untuk lebih menyempurnakan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama masa perkuliahan dan membandingkan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.

2. Bagi Instansi

Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam mengambil kebijakan dalam usahanya meningkatkan potensi pendapatan asli daerah guna membiayai pembangunan daerah khususnya yang bersumber dari pajak parkir.

3. Bagi Pihak Lain

Sebagai bahan pembelajaran dan tambahan ilmu pengetahuan di bidang perpajakan, serta sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.

(14)

BAB II

PROFIL INSTANSI

A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Dinas Pendapatan Kota Medan dahulu hanya satu unit kerja yang kecil yaitu Sub-Bagian Penerimaan pada bagian keuangan dengan tugas pokoknya mengelola bidang penerimaan/pendapatan daerah. Mengingat pada saat itu potensi pajak maupun retribusi daerah di kota medan belum begitu banyak, maka dalam sub- bagian penerimaan tidak terdapat seksi atau urusan.

Dengan peningkatan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk serta Potensi Pajak/Retribusi Daerah Kota Medan, maka melalui Peraturan Daerah Kota Medan, Sub-Bagian tersebut di atas ditingkatkan menjadi bagian dengan nama bagian IX yang tugas pokoknya mengelola penerimaan dan pendapatan daerah. Bagian IX tersebut terdiri dari beberapa Seksi Dengan Pola Pendekatan Secara Sektoral Pungutan Daerah.

Pada tahun 1978 berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor : KUPD-7, tahun 1978, tentang penyeragaman Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Propinsi dan Kabupaten/Kotamadya di seluruh Indonesia, maka Pemerintah Kota Medan menetapkan Peraturan Daerah Nomor 12 tahun 1978 tentang Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Medan sebagaimana dimaksudkan dalam Instruksi Mendagri dimaksud. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah yang baru ini dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang terdiri dari 1 (satu). Bagian Tata Usaha, dengan 3 (tiga) Urusan dan 4 (empat) seksi dengan masing-masing seksi terdiri dari 3 (tiga) subseksi.

(15)

Seiring dengan meningkatnya pembangunan dan pertumbuhan wajib pajak/retribusi daerah. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan selama ini dibentuk dengan membagi pekerjaan berdasarkan sektor jenis pungutan maka pola tersebut perlu dirubah secara fungsional.Dengan keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 973-442, tahun 1988, tanggal 26 Mei 1988 tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan/Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya serta Pajak Bumi dan Bangunan di 99 Kabupaten/Kota dan surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 061/1861/PUOD, tanggal 2 Mei 1988 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 1978 tentang Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Medan menjadi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 16 Tahun 1990 tentang susunan Organisasi dan Tata Kerja dinas Pendapatan Kotamadya Daerah TK.II Medan.

Dalam perkembangan selanjutnya dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 50 Tahun 2000, tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/Kota, maka Pemerintah Kota Medan membentuk Organisasi Dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah dilingkungan Pemerintah Kota Medan sebagaimana diatur dan ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 tahun 2001, sehingga Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tk.Ii Medan Nomor 16 tahun 1990 dinyatakan tidak berlaku dan diganti dengan SK. Walikota Medan Nomor 25 tahun 2002 tentang Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

Sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang pungutan pajak, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya. Dinas pendapatan daerah di pimpin oleh seorang kepala dinas yang berada dan bertanggung jawab kepada

(16)

9

kepala daerah melalui sekretaris daerah, terdiri dari 1 (satu). Bagian tata usaha dengan 4 (empat) sub bagian dan 5 (lima) Sub Dinas dengan masing-masing 4 (empat) seksi serta kelompok jabatan fungsional.

B. Visi dan misi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan:

a. Visi : "Mewujudkan Masyarakat Kota Medan Taat Pajak dan Retribusi"

b. Misi : 1. MeningkatkanpengelolaanPendapatan Daerah Kota Medan.

2. Memberdayakan SDM Pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dan diluar Dinas aktif meningkatkan kebersihan Kota Medan.

3. Meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat/Wajib Pajak Daerah dan Wajib Retribusi Daerah.

4. Mengintensifkan Pungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

5. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan unit kerja pengelola PAD lainnya.

6. Mencari terobosan dalam menggali sumber-sumber PAD yang baru di luar PAD yang sudah ada.

(17)

C. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Struktur organisasi merupakan sebuah sistem hubungan antara para anggota organisasi. Struktur organisasi diperlukan perusahaan untuk membedakan batas- batas wewenang dan tanggung jawab secara sistematis yang menunjukkan adanya hubungan/keterkaitan antara setiap bagian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Demi tercapainya tujuan umum suatu perusahaan diperlukan suatu wadah untuk mengatur seluruh aktivitas maupun kegiatan perusahaan tersebut.

Pengaturan ini dihubungkan dengan pencapaian tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Wadah tersebut disusun dalam suatu struktur organisasi perusahaan.

Melalui struktur organisasi yang baik, pengaturan pelaksanaan pekerjaan dapat diterapkan, sehingga efisiensi dan efektifitas kerja dapat diwujudkan melalui kerjasama dengan koordinasi yang baik sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai. Suatu perusahaan terdiri dari berbagai unit kerja yang dapat dilaksanakan perseorangan maupun kelompok kerja yang berfungsi untuk melaksanakan serangkaian kegiatan tertentu dan mencakup tata hubungan secara vertikal melalui saluran tunggal. Sesuai dengan PP No.41 Tahun 2007, struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan adalah sebagai berikut:

(18)

11

(19)

D. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Berdasarkan Keputusan Walikota Medan Nomor 1 Tahun 2010 pasal 2 maka berikut adalah uraian tugas pokok dan fungsi organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan:

1. Dinas

Dinas merupakan unsur pelaksana Pemerintah daerah, yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah di bidang pendapatan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Dalam melaksanakan tugas pokok, Dinas menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan;

b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pendapatan;

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendapatan; dan

d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh sekretaris, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup Kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan dan penyusunan program. Dalam melaksanakan tugas pokok, Sekretariat menyelenggarakan fungsi:

(20)

13

a. penyusunan rencana, program dan kegiatan kesekretariatan;

b. pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas;

c. pelaksanaan dan penyelenggarakan pelayanan administrasi kesekretariatan Dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, kerumah tanggaan Dinas;

d. pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan organisasi dan ketataleksanaan;

e. pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Dinas;

f. penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian;

g. pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan;

h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3. Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris. Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup administrasi umum.

Dalam melaksanakan tugas pokok, Sub Bagian Umum menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Umum;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi umum;

c. pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolan tata naskah dinas, penataankearsipan, perlengkapan, dan penyelenggaraaan kerumah tanggaan Dinas;

d. pengelolan administrasi kepegawaian;

(21)

e. penyiapan bahan pembinaan dan pengembangan kelembagaan, ketatalaksanaan, dan kepegawaian;

f. penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian;

g. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya.

4. Sub Bagian Keuangan

Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris. Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup pengelolaan administrasi keuangan. Dalam melaksanakan tugas pokok, Sub Bagian Keuangan menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Keuangan;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi keuangan;

c. pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi kegiatan penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemrosesan, pengusulan dan vertifikasi;

d. penyiapan bahan/pelaksanaan koordinasi pengelolaan administrasi keuangan;

e. penyusunan keuangan Kepala Dinas;

f. penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian;

g. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya.

(22)

15

5. Sub Bagian Penyusunan Program

Sub Bagian Penyusunan Program dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris. Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup penyusunan program dan pelaporan. Dalam melaksanakan tugas pokok, Sub Bagian Penyusunan Program menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Penyusunan Program;

b. pengumpulan bahan petunjuk teknis lingkup penyusunan rencana dan program Dinas;

c. penyiapan bahan penyusunan rencana dan program Dinas;

d. penyiapan bahan pembinaan pengawasan, dan pengendalian;

e. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya.

6. Bidang Pendataan dan Penetapan

Bidang pendataan dan penetapan terdiri dari beberapa seksi yaitu:

A. Seksi Pendataan dan Pendaftaran

Seksi Pendataan dan Pendaftaran dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan.Seksi Pendataan dan Pendaftaran mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendataan dan Penetapan lingkup pendataan dan pendaftaran. Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Pendataan dan Pendaftaran menyelenggarakan fungsi:

(23)

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pendataan dan Pendaftaran;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pendataan dan pendaftaran;

c. pelaksanaan objek pajak daerah/retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya melalui Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) dan Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD).

d. pelaksanaan pendaftaran wajib pajak/retribusi daerah melalui formulir pendaftaran;

e. penyimpanan, pendistribusian, pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah/WajibRetribusi Daerah serta penyimpanan surat perpajakan daerah lainnya yang berkaitan dengan pendaftaran dan pendataan;

f. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

B. Seksi Pemeriksaan

Seksi Pemeriksaan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan. Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendataan dan Penetapan lingkup pemeriksaan. Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Pemeriksaan menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pemeriksaan;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pemeriksaan;

c. penerimaan laporan hasil pemeriksaan dan unit pemeriksa/tim pemeriksa;

d. penatausahaan hasil pemeriksaan lapangan atas objek dan subjek pajak;

e. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

(24)

17

f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

C. Seksi Penetapan

Seksi penetapan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan. Seksi Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendataandan Penetapan lingkup penetapan pokok pajak daerah/pokok retribusi daerah. Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Penetapan menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penetapan;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penetapan;

c. penyiapan bahan dan data perhitungan penetapan pokok pajak daerah/pokok retribusi daerah;

d. penyiapan penerbitan, pendistribusian, serta penyimpanan arsip surat perpajakan daerah/retribusi daerah yang berkaitan dengan penetapan;

e. pelaksanaan perhitungan jumlah angsuran pembayaran/penyetoran atas permohonan wajib pajak;

f. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanan tugas;

g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

(25)

D. Seksi Pengelola Data dan Informasi

Seksi Pengelola Data dan Informasi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan.

Seksi Pengelola Data dan Informasi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendataan dan penetapan lingkup data dan informasi.

Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Pengelola Data dan Informasi menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Data dan Informasi;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pendataan dan informasi;

c. pengumpulan dan pengolahan data objek pajak daerah/retribusi daerah;

d. penuangan hasil pengolahan data dan informasi data ke dalam kartu data;

e. pengiriman kartu data kepada Seksi Penetapan;

f. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

7. Bidang Penagihan

Bidang Penagihan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang Penagihan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pembukuan, vertifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan, dan retribusi. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Penagihan menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Penagihan;

b. penyusunan petunjuk teknis lingkup pembukuan, vertifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan dan retribusi;

(26)

19

c. pelaksanaan pembukuan dan vertifikasi atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya;

d. pelaksanaan penagihan atas tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya;

e. pelaksanaan perhitungan retribusi dan atau pemindahbukuan atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan lainnya;

f. pelaksanaan telaahan dan saran pertimbangan terhadap keberatan wajib pajak atas permohonan wajib pajak;

g. pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup Bidang Penagihan;

h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Bidang Penagihan memiliki beberapa seksi yaitu:

A. Seksi Pembukuan dan Vertifikasi

Seksi Pembukuan dan Vertifikasi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bidang Penagihan. Seksi Pembukuan dan Vertifikasi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup pembukuan dan vertifikasi. Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Pembukuan dan Vertifikasi menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pembukuan dan Vertifikasi;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pembukuan dan vertifikasi;

c. pelaksanaan pembukuan dan vertifikasi tentang penetapan dan penerimaan pajak daerah retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya;

(27)

d. pelaksanaan pembukuan dan vertifikasi penerimaan dan pengeluaran benda berharga serta pencatatan uang dari hasil pungutan benda berharga ke dalam kartu persediaan benda berharga;

e. penyiapan bahan dan data laporan tentang realisasi penerimaan dan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah;

f. penyiapan bahan dan data laporan tentang realisasi penerimaan, pengeluaran, dan sisa persediaan benda berharga secara berkala;

g. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

B. Seksi Penagihan dan Perhitungan

Seksi Penagihan dan Perhitungan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Penagihan. Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup Penagihan dan Perhitungan. Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Penagihan dan Perhitungan menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penagihan dan Perhitungan;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penagihan dan perhitungan;

c. penyiapan bahan dan data pelaksanakan penagihan atas tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya;

d. penyiapan bahan dan data penerbitan dan pendistribusian dan penyimpanan arsip surat perpajakan daerah/retribusi daerah yang berkaitan dengan penagihan;

(28)

21

e. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

C. Seksi Pertimbangan dan Retribusi

Seksi Pertimbangan dan Retribusi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Penagihan. Seksi Pertimbangan dan Retribusi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup Pertimbangan dan Retribusi. Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Pertimbangan dan Retribusi menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pertimbangan Retribusi;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pertimbangan dan retribusi;

c. penerimaan permohonan retribusi dan pemindahbukuan dari wajib pajak;

d. penelitian kelebihan pembayaran pajak daerah/retribusi daerah yang dapat diberikan resritusi dan atau pemindahbukuan;

e. penyiapan surat keputusan Kepala Dinas tentang pemberian restitusi dan atau pemindahbukuan;

f. penerimaan surat keberatan dari wajib pajak/retribusi;

g. penelitian keberatan wajib pajak/wajib retribusi;

h. pembuatan pertimbangan atas surat keberatan wajib pajak/wajib retribusi;

i. penyiapan bahan dan data penerbitan surat keputusan Kepala Dinas tentang persetujuan atau penolakan atas keberatan;

j. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

(29)

k. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

8. Bidang Bagi Hasil dan Pendapatan

Bidang Bagi Hasil Pendapatan dipimpin oleh Kepala Bidang yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak, penatausahaan bagi hasil dan perundang- undangan dan pengkajian pendapatan. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Bagi Hasil Pendapatan menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Bagi Hasil Pendapatan;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak, penatausahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan pengkajian pendapatan;

c. pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah;

d. pelaksanaan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil pajak dan bukan pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah;

e. pelaksanaan perhitungan penerimaan dari dana bagi hasil pajak/bukan pajak provinsi dan dana bagi hasil pajak/bukan pajak pusat, DAU, DAK, dan lain- lain pendapatan yang syah;

f. pelaksaan pengkajian pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan pengkajian hasil pendapatan daerah di bidang dana perimbangan, dan lain- lain pendapatan yang syah;

(30)

23

g. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang bagi hasil pendapatan;

h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Bidang bagi hasil dan pendapatan memiliki beberapa seksi yaitu:

A. Seksi Bagi Hasil Pajak

Seksi Bagi Hasil Pajak dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan. Seksi Bagi Hasil Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil pajak. Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Bagi Hasil Pajak menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Bagi Hasil Pajak;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil pajak;

c. penerimaan dan pendistribusian Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) dan Daftar Himpunan Pokok Pajak (DHPP)/Daftar Himpunan Ketetapan Pajak (DHKP), Pajak Bumi dan Bangunan;

d. pelaksanaan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan;

e. pelaksanaan perhitungan penerimaan bagi hasil pajak lainnya, membantu menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) Pajak Bumi dan Bangunan kepada wajib Pajak, penerimaan kembali hasil pengisian SPOP dan mengirimkannya kepada Kantor Pelayanan PBB;

f. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

(31)

B. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak

Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan.

Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil bukan pajak. Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil bukan pajak;

c. pelaksanaan perhitungan dan penerimaan dana bagi hasil pajak provinsi, dana bagi hasil bukan pajak pusat, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah;

d. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

C. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil

Seksi Penatausahaan Bagi Hasil dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan.

Seksi Penatausahaan Bagi Hasil mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup penatausahaan bagi hasil. Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Penatausahaan Bagi Hasil menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penatausahaan Bagi Hasil;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penatausahaan bagi hasil;

(32)

25

c. pelaksanaan penatausahaan surat-surat ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan;

d. pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pajak dan bukan pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah;

e. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

D. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup peraturan perundang-undangan dan kajian pendapatan. Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Peraturan Perundang- undangan dan Pengkajian Pendapatan menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Peraturan Perundang- undangan;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup peraturan perundang-undangan dan pengkajian pendapatan;

c. penyiapan bahan dan data pelaksanaan koordinasi dengan unit terkait tentang pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan pengkajian atas penerimaan pendapatan dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang syah;

(33)

d. pelaksanaan monitoring, dan evaluasi pelaksanaan peraturan perundang- undangan di bidang dana perimbangan;

e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas dengan tugas dan fungsinya.

9. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup pengembangan pajak, retribusi dan pendapatan lain- lain. Dalam melaksanakan tugas, Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak, retribusi dan pendapatan lain-lain;

c. pelaksanaan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan lainnya;

d. penghitungan potensi pajak dan retribusi daerah;

e. pelaksanaan monitoring, evalausi, dan pelaporan lingkup bidang pengembangan pendapatan daerah;

f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

(34)

27

Bidang pengembangan pendapatan memiliki beberapa seksi yaitu:

A. Seksi Pengembangan Pajak

Seksi Pengembangan Pajak dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Pengembangan Pendapatan Daerah.

Seksi Pengembangan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan pajak.

Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Pengembangan Pajak menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengembangan Pajak;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak;

c. penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan daerah di bidang pajak daerah;

d. penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi pajak daerah;

e. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

B. Seksi Pengembangan Retribusi

Seksi Pengembangan Retribusi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah. Seksi Pengembangan Retribusi mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan retribusi.

Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Pengembangan Retribusi menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengembangan Retribusi;

(35)

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan retribusi;

c. penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan daerah di bidang retribusi daerah;

d. penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi retribusi daerah;

e. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

C. Seksi Pengembangan Pendapatan dan Lain-lain

Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan pendapatan lain-lain. Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain menyelenggarakan fungsi:

a. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain;

b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pendapatan lain- lain;

c. penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan daerah di bidang pendapatan lain-lain;

d. penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi pendapatan lain-lain;

(36)

29

e. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

10. Unit Pelaksanaan Teknis

Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi Unit Pelaksanaan Teknis ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

11. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagai tugas Dinas Pendapatan sesuai dengan keahlian dan kebutuhan (pasal 24).

a. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan keahliannya.

b. Setiap kelompok tersebut dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior.

c. Jumlah jabatan fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan daerah d. Jenis dan jenjang jabatan fungsional tersebut ditentukan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku (pasal 43).

(37)

E. Kinerja Usaha Terkini Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Setiap perusahaan atau instansi tentu mempunyai visi dan misi yang harus dijalankan sesuai dengan tujuan perusahaan atau instansi tersebut. Butuh waktu untuk mencapai semua itu, begitu juga dengan Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan yang terus berupaya agar tujuan yang telah digariskan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dapat terwujud. Tidak mudah mewujudkan itu semua karena membutuhkan kerja keras yang tinggi, disiplin dan loyalitas dalam bekerja.

Untuk mendorong tercapainya tujuan perusahaan atau instansi diperlukan kinerja yang bermutu dan tepat. Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan mempunyai kinerja usaha terkini yang dijalankan yaitu:

1. program pelayanan administrasi kantor;

2. program peningkatan sarana dan prasarana aparatur;

3. program peningkatan sumber daya aparatur dan disiplin aparatur;

4. program peningkatan pengembangan sistem pelaporan pencapaian kinerja dan keuangan;

5. program peningkatan dan pengembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD);

6. program pembinaan dan pemasyarakatan olahraga;

7. program Ruang Terbuka Hijau (RTH);

8. program penataan peraturan perundang-undangan;

9. program pelaksanaan kegiatan keagamaan dan hari-hari besar.

(38)

BAB III PEMBAHASAN A. Pajak

Definisi pajak menurut Soemitro dalam (Resmi, 2011:1) adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dan dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian disempurnakan menjadi “pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.” Sedangkan definisi pajak menurut Djajadiningrat adalah pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum.

Menurut (Resmi, 2011:2) beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

(39)

4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk membiayai public investment.

B. Fungsi Pajak

Pajak bukan hanya dipungut untuk disetorkan ke kas negara tanpa ada realisasi. Menurut (Sudirman dan Antong, 2012:3) pajak memiliki fungsi di antaranya adalah sebagai berikut ini:

a. Fungsi Pendapatan

Pendapatan negara melalui pajak cukup besar jumlahnya. Pajak merupakan suatu sumber atau alat untuk memasukkan uang ke kas negara sesuai dengan peraturan. Menurut fungsi ini, pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan. Jika masih ada sisa, maka dapat digunakan untuk membiayai investasi pemerintah.

b. Fungsi Stabilitas

Melalui penerimaan pajak, pemerintah dapat mengatur kegiatan perekonomian, sehingga tercipta kondisi yang lebih stabil di bidang ekonomi.

Misalnya pemerintah bermaksud menstabilkan harga TV produk dalam negeri. Maka, apa yang harus dilakukan pemerintah untuk menstabilkan harga TV tersebut? Untuk menekan harga TV tersebut, impor komponennya tidak dikenakan pajak. Dengan cara seperti itu, harga TV buatan dalam negeri menjadi lebih murah. Begitu juga halnya untuk mengurangi kepemilikan barang-barang mewah yang dapat menimbulkan kesenjangan sosial masyarakat. Terhadap barang-barang tersebut, pemerintah mengenakan tarif pajak yang lebih tinggi.

(40)

33

c. Fungsi Pemerataan

Peranan pemerintah diantaranya adalah mendorong pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Untuk mewujudkannya pemerintah membutuhkan dana membiayai pembangunan. Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan. Pembangunan sarana dan prasrana dilakukan dengan tujuan agar dapat mendorong meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

C. Jenis-Jenis Pajak

Menurut (Resmi, 2011:7) terdapat berbagai jenis pajak yang dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

1. Menurut Golongan

Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh).

b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa, atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

2. Menurut Sifat

Pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Pajak subjektif, yaitu pajak yang pengenaannya memerhatikan keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memerhatikan keadaan subjeknya. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh).

(41)

b. Pajak objektif, yaitu pajak yang pengenaannya memerhatikan objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memerhatikan keadaan pribadi subjek pajak (wajib pajak) maupun tempat tinggal. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), serta Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

3. Menurut Lembaga Pemungut

Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Pajak negara (pajak pusat), yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya. Contoh: PPh, PPN, PPnBM, PBB, serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

b. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing. Contoh: Pajak Parkir

D. Pajak Daerah

Pajak daerah secara umum adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Ketentuan pokok tentang pajak daerah ditetapkan dengan undang-undang.

Retribusi daerah yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan

(42)

35

dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Pemerintah daerah meliputi gubernur, bupati, walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah. (Priantara, 2013:535) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, pajak daerah dan retribusi daerah mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah dalam perpajakan dan retribusi sejalan dengan semakin besarnya tanggung jawab daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.

2. Meningkatkan akuntabilitas daerah dalam penyediaan layanan dan penyelenggaraan pemerintahan dan sekaligus memperkuat otonomi daerah.

3. Memberikan kepastian bagi dunia usaha mengenal jenis-jenis pungutan daerah dan sekaligus memperkuat dasar hukum pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah.

Menurut (Mardiasmo, 2011:13) pajak daerah dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Pajak Provinsi, terdiri dari:

a. Pajak Kendaraan Bermotor;

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;

d. Pajak Air Permukaan;

e. Pajak Rokok.

(43)

2. Pajak Kabupaten/Kota, terdiri dari:

a. Pajak Hotel;

b. Pajak Restoran;

c. Pajak Hiburan;

d. Pajak Reklame;

e. Pajak Penerangan Jalan;

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;

g. Pajak Parkir;

h. Pajak Air Tanah;

i. Pajak Sarang Burung Walet;

j. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan;

k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Khusus untuk daerah yang setingkat dengan daerah provinsi, tetapi tidak terbagi dalam daerah kabupaten/kota otonom, seperti Daerah Khusus Ibukota Jakarta, jenis pajak yang dapat dipungut merupakan gabungan dari pajak untuk daerah provinsi dan pajak untuk daerah kabupaten/kota.

E. Pajak Parkir

Sebelumnya perparkiran dikenakan retribusi, bukan pajak. Namun mengingat pendapatan dari sektor parkir ini cukup besar dan pengaturan pendapatan perparkiran selama ini cenderung kurang jelas dan tegas serta sekaligus untuk mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD), maka kemudian perlu ditegaskan bahwa masalah perparkiran ini sebaiknya dibuat dalam bentuk undang- undang/peraturan daerah. Pajak parkir adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan oleh orang pribadi atau badan,

(44)

37

baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang diselenggarakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor yang memungut bayaran. (Samudra, 2015:185)

Menurut (Siahaan, 2005:408) dalam pemungutan pajak parkir terdapat beberapa terminologi yang perlu diketahui. Terminologi tersebut dapat dilihat berikut ini:

1. Tempat parkir adalah tempat parkir di luar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang diselenggarakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor yang memungut bayaran.

2. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya diterima sebagai imbalan atas penyerahan barang dan atau jasa pembayaran kepada penyelenggara tempat parkir.

3. Pengusaha tempat parkir adalah orang pribadi atau badan hukum yang menyelenggarakan usaha parkir atau jenis lainnya pada gedung, pelataran milik pemerintah/swasta, orang pribadi atau badan yang dijadikan tempat parkir untuk dan atas namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya.

4. Gedung parkir adalah tempat parkir kendaraan, tempat menyimpan kendaraan dan atau tempat memamerkan kendaraan yang berupa gedung milik pemerintah/swasta, orang pribadi, atau badan yang dikelola sebagai tempat parkir kendaraan.

(45)

5. Pelataran parkir adalah pelataran milik pemerintah/swasta, orang pribadi, atau badan di luar badan jalan atau yang dikelola sebagai tempat parkir secra terbuka.

6. Garasi adalah bangunan atau ruang rumah yang dipakai untuk menyimpan kendaraan bermotor yang dipungut bayaran.

7. Tempat penitipan kendaraan adalah suatu ruang, bidang yang dipakai untuk menyimpan, menaruh, mengumpulkan, memamerkan, memajang kendaraan untuk jangka waktu tertentu, dan atau untuk diperjualbelikan.

8. Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan yang ada pada kendaraan itu dan dipergunakan untuk pengangkutan orang dan atau barang di jalan.

Pemungutan pajak parkir di Indonesia saat ini didasarkan pada dasar hukum yang jelas dan kuat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak terkait.

Dasar hukum pemungutan pajak parkir berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun 2011 adalah:

a. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, menetapkan pajak parkir merupakan jenis pajak daerah kabupaten/kota.

b. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3987).

c. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah.

(46)

39

d. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

e. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

F. Objek Pajak Parkir

Berikut adalah objek pajak parkir dan bukan objek pajak parkir menurut (Siahaan, 2005:409) yaitu:

1. Objek Pajak Parkir

Objek pajak parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran. Klasifikasi tempat parkir di luar badan jalan yang dikenakan pajak parkir adalah:

a. Gedung parkir;

b. Pelataran parkir;

c. Garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran, dan d. Tempat penitipan kendaraan bermotor.

2. Bukan Objek Pajak Parkir

Pada pajak parkir, tidak semua penyelenggaraan parkir dikenakan pajak. Ada beberapa pengecualian yang tidak termasuk objek pajak, yaitu:

a. Penyelenggaran tempat parkir oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Penyelenggaraan tempat parkir oleh BUMN dan BUMD tidak dikecualikan sebagai objek pajak parkir.

(47)

b. Penyelenggaraan tempat parkir oleh perkantoran yang hanya digunakan untuk karyawannya sendiri.

c. Penyelenggaraan parkir oleh kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing, dan perwakilan lembaga-lembaga internasional dengan asas timbal balik.

Ketentuan tentang pengecualian pengenaan pajak parkir bagi perwakilan lembaga-lembaga internasional berpedoman kepada keputusan Menteri Keuangan.

d. Penyelenggaraan tempat parkir lainnya yang diatur dengan peraturan daerah, antara lain penyelenggaraan tempat parkir di tempat peribadatan dan sekolah serta tempat-tempat lainnya yang diatur lebih lanjut oleh bupati/walikota.

G. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Parkir

Pada pajak parkir, subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas tempat parkir. Pajak parkir dibayar oleh pengusaha yang menyediakan tempat parkir dengan dipungut bayaran. Pengusaha tersebut otomatis ditetapkan sebagai wajib pajak yang harus membayar pajak parkir yang terutang. Dengan demikian, pada pajak parkir subjek pajak dan wajib pajak parkir tidak sama. Konsumen yang menggunakan tempat parkir merupakan subjek pajak yang membayar (menanggung) pajak sedangkan pengusaha yang menyediakan tempat parkir dengan dipungut bayaran bertindak sebagai wajib pajak yang diberi kewenangan untuk memungut pajak dari konsumen/subjek pajak. (Siahaan, 2005:410)

(48)

41

H. Tarif Pajak Parkir

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun 2011 Pasal 6, tarif pajak parkir ditetapkan sebagai berikut:

a. penyelenggara tempat parkir yang memungut sewa parkir kepada penerima jasa parkir dengan menggunakan tarif sewa parkir tetap dikenakan tarif sebesar 20% (dua puluh persen) dari pembayaran;

b. penyelenggara tempat parkir yang memungut sewa parkir kepada penerima jasa parkir dengan menggunakan tarif sewa parkir progresif dikenakan pajak parkir sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pembayaran; dan

c. penyelenggara tempat parkir yang memungut sewa parkir kepada penerima jasa parkir dengan menggunakan tarif sewa parkir vallet dikenakan pajak parkir sebesar 30% (tiga puluh persen) dari pembayaran.

Nilai tarif pajak parkir sesuai dengan Perda Kota Medan Nomor 10 Tahun 2011:

1. Roda empat

a. untuk parkir tetap tarif dasar maksimal adalah sebesar Rp 2.000;

b. untuk parkir progresif, tarif dasar maksimal adalah sebesar Rp 2.000 untuk lima jam pertama, dan penambahan sebesar Rp 1.000 per satu jam berikutnya;

c. untuk parkir vallet tarif dasar maksimal sebesar Rp 25.000.

1. Roda dua tarif dasar tetap maksimal sebesar Rp 1.000.

2. Tidak dibedakan tarif parkir pada hari-hari tertentu.

(49)

I. Pemungutan dan Perhitungan Pajak Parkir

Menurut (Samudra, 2015:186) pemungutan pajak parkir tidak dapat diborongkan. Pajak dipungut berdasarkan penetapan walikota/bupati atau dibayar sendiri oleh wajib pajak. Wajib pajak memenuhi kewajiban pajak yang dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau dokumen lain yang dipersamakan. Wajib pajak memenuhi kewajiban pajak sendiri dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB), dan/atau Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT).

Pajak yang terutang dipungut di wilayah daerah. Besarnya pokok pajak parkir yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Penyelenggara parkir wajib memberikan tanda bukti parkir berupa karcis kepada setiap pengguna jasa parkir. Pengadaan tanda bukti parkir disediakan oleh pemerintah daerah atau oleh penyelenggara. Menurut (Priantara, 2013:536) secara umum perhitungan pajak parkir adalah sesuai dengan rumus berikut:

Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak

(50)

43

J. Analisa Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Parkir Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Dalam penetapan penerimaan pajak parkir, pemerintah daerah menetapkan target yang hendak dicapai. Agar lebih jelasnya, Penulis akan menggambarkan penerimaan pajak parkir pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.1

Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Parkir Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Tahun Anggaran 2005-2014 Tahun Target Pajak

Parkir

Realisasi Penerimaan Pajak Parkir

% Realisasi

Ket.

2005 3.053.680.000,00 3.057.219.121,00 100,12 Sangat Baik 2006 3.359.052.000,00 3.366.584.538,00 100,22 Sangat

Baik 2007 3.527.000.400,00 3.701.639.862,80 104,95 Sangat

Baik 2008 3.703.350.000,00 4.301.800.068,60 116,16 Sangat

Baik 2009 4.820.846.000,00 5.162.155.533,73 107,08 Sangat

Baik 2010 7.289.118.000,00 6.101.636.045,00 83,71 Baik 2011 11.216.150.000,00 5.884.401.086,84 52,46 Kurang 2012 16.000.000.000,00 6.838.441.855,34 42,74 Kurang 2013 16.000.000.000,00 7.340.782.715,07 45,88 Kurang 2014 10.000.000.000,00 8.296.753.514,95 82,97 Baik Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan (2015)

(51)

Berdasarkan tabel target dan realisasi penerimaan pajak parkir pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Realisasi penerimaan pajak parkir pada tahun 2005 telah mencapai target yang ditentukan yaitu sebesar 100,12% yang dikategorikan sangat baik karena realisasi penerimaan melebihi target yang ditentukan. Hal ini terjadi karena target yang ditetapkan telah sesuai dengan potensi pajak yang ada di lapangan.

2. Realisasi penerimaan pajak parkir pada tahun 2006 telah mencapai target yang ditentukan yaitu sebesar 100,22% yang dikategorikan sangat baik karena realisasi penerimaan melebihi target yang ditentukan. Hal ini terjadi karena target yang ditetapkan telah sesuai dengan potensi pajak yang ada di lapangan.

3. Realisasi penerimaan pajak parkir pada tahun 2007 telah mencapai target yang ditentukan yaitu sebesar 104,95% yang dikategorikan sangat baik karena realisasi penerimaan melebihi target yang ditentukan. Hal ini terjadi karena target yang ditetapkan telah sesuai dengan potensi pajak yang ada di lapangan.

4. Realisasi penerimaan pajak parkir pada tahun 2008 telah mencapai target yang ditentukan yaitu sebesar 116,16% yang dikategorikan sangat baik karena realisasi penerimaan melebihi target yang ditentukan. Hal ini terjadi karena target yang ditetapkan telah sesuai dengan potensi pajak yang ada di lapangan.

(52)

45

5. Realisasi penerimaan pajak parkir pada tahun 2009 telah mencapai target yang ditentukan yaitu sebesar 107,08% yang dikategorikan sangat baik karena realisasi penerimaan melebihi target yang ditentukan. Hal ini terjadi karena target yang ditetapkan telah sesuai dengan potensi pajak yang ada di lapangan.

6. Realisasi penerimaan pajak parkir pada tahun 2010 mencapai 83,71% yang dikategorikan baik meski belum mencapai target. Adanya kenaikan target disebabkan oleh pertumbuhan potensi pajak parkirseperti tumbuhnya bangunan kantor, gedung, dan pusat perbelanjaan. Kenaikan target tidak diiringi dengan pencapaian realisasi penerimaan pajak parkir sesuai target karena adanya potensi pajak yang baru tidak dapat menutupi penerimaan potensi pajak yang tutupyaitu Perisai Plaza dan Deli Plaza.

7. Realisasi penerimaan pajak parkir pada tahun 2011 hanya mencapai 52,46%

dari target, yang dikategorikan kurang. Hal ini terjadi karena penyusunan target tidak sesuai dengan potensi pajak yang ada, kurangnya peninjauan terhadap potensi pajak menjadi salah satu alasan terjadinya penurunan realisasi penerimaan yang sangat signifikan.

8. Realisasi penerimaan pajak parkir pada tahun 2012 hanya mencapai 42,74%

dari target, yang dikategorikan kurang. Hal ini terjadi karena penyusunan target tidak sesuai dengan potensi pajak yang ada, kurangnya peninjauan terhadap potensi pajak menjadi salah satu alasan terjadinya penurunan realisasi penerimaan yang sangat signifikan.

Referensi

Dokumen terkait

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR 07 TAHUN

It is of great significance tropical Asia where rice (Oryza sativa L.) is the main crop. The use of SAR images for the assessment of rice-planted area has already reached to

Pedoman Sistem Peringatan Dini dimaksudkan sebagai acuan untuk Propinsi, Kabupaten/Kota dalam mengimplementasikan program penanggulangan kedaruratan kompleks dan

Dengan kata lain terdapat hubungan yang tidak bebas antara variabel exogen dengan variabel endogen, yaitu bahwa efektivitas komunikasi dengan masyarakat Ciboleger benar- benar

Metoda AASHTO 1993 untuk survei kondisi Untuk perhitungan tebal lapis tambah atau overlay aspal yang dibutuhkan (D ol ) untuk lajur 1 dan lajur 2 dapat dilihat pada

mendapatkan perhatian dari orang lain, sehingga ada sesuatu yang mendorongorang tersebut untuk membeli suatu produk tanpa pertimbangan yang matang.Selain adanya

Sikap individu dan norma subjektif tentang perilaku dapat digunakan untuk memprediksi perilaku, seseorang yang memiliki persepsi perilaku yang biasa dan kemungkinan

,lEitEiE?;Eliy?,trElEEli;ili;..