• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS. Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan dalam Mencapai Keahlian di Bidang Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TESIS. Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan dalam Mencapai Keahlian di Bidang Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN SINDROM DEPRESIF DENGAN FAKTOR-FAKTOR DEMOGRAFIK PADA REMAJA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN PARDAMEAN DAN PADANG BULAN

TESIS

Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan dalam Mencapai Keahlian di Bidang Ilmu Kedokteran Jiwa

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Oleh:

Herny Taruli Tambunan Nomor Registrasi CHS: 18798

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2015

(2)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan ... i

Pernyataan Penelitian ... ii

... Ucapan Terima kasih ... iii

Daftar Isi ... ix

Daftar singkatan………. ... xi

Daftar Tabel ……… ... xii

Daftar Gambar ………... .... xiii

Daftar Lampiran ……….... ... xiv

Abstrak ... xv

Abstract ... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 3

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Hipotesis ... 3

1.4. Tujuan Penelitian ... 5

1.4.1. Tujuan Umum ... 5

1.4.2. Tujuan Khusus ... 5

1.5. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1.Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja... 7

2.2. Peran sekolah dalam Masa Remaja... 9

2.3.Simtom-simtom depresif dan faktor risikonya... 9

2.4 Budaya Suku Batak Toba ... ... 12

2.5.Perguruan Gereja Huria Kristen Batak Protestan ... 14

2.6.Children depression Inventory (CDI) ... 15

2.7 Kerangka Teori. ... 17

(3)

2.8. Kerangka konsep ... 18

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 19

3.1. Desain Penelitian ... 19

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

3.3. Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian ... 19

3.4. Perkiraan Besar Sampel ... 19

3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 20

3.5.1. Kriteria Inklusi ... 20

3.5.2. Kriteria Eksklusi. ... 20

3.6. Persetujuan setelah penjelasan ... 20

3.7. Etika Penelitian ... 20

3.8. Cara Kerja ... 21

3.8.1.Alur pelaksanaan penelitian ... 21

3.8.2.Cara kerja penelitian ... ... 21

3.9. Idetitifikasi Variabel... 23

3.12. Rencana Manajemen dan Analisa Data ... 20

3.13. Definisi Operasional ... 21

BAB 4. HASIL ... 25

BAB 5. PEMBAHASAN ... 32

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

6.1. Kesimpulan ... ... 37

6.2. Saran ... ... 38

DAFTAR RUJUKAN ... 39 LAMPIRAN

(4)

DAFTAR SINGKATAN

DSM-IV-TR Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder- fourth edition-text revision

BDI Beck Depression Inventory BPS Badan Pusat Statistik

CES-D Center for Epidemiologic Studies Depression CDI Children’s depression inventory

HKBP Huria Kristen Batak Protestan IK interval kepercayaan

NCS National Comorbidity Survey

OR Odd ratio

Pa Proporsi yang diestimasi Po Proporsi yang ditemukan

RQC Report Questionnaire for Children SCID Structured Clinical Interview for DSM-IV

SD Sekolah Dasar

SKRT Survey Kesehatan Rumah Tangga SMA Sekolah Menengah Atas

SMK Sekolah Menengah Kejuruaan SMP Sekolah Menengah Pertama

TRAILS Tracking Adolescents ‘ individual lives survey YRBS Youth Risk Behavior Surveilance

Zα batas kemaknaan α=0.05

Zβ tingkat kepekaan β=0.20

(5)

DAFTAR TABEL

Judul Tabel

1. Tabel. 4.1. Karakteristik demografik subjek berdasarkan kelas, umur, jenis kelamin, urutan bersaudara, status pekerjaan orangtua, pendidikan terakhir ayah dan ibu, nilai CDI.

2. Tabel 4.2. Uji normalitas data, umur, total CDI, dan ke-5 dimensi pada CDI

3. Tabel 4.3. Karakteristik Nilai Skor CDI

4. Tabel 4.4.Hubungan antara sindrom depresif dengan umur pada remaja SMP Swasta HKBP Pardamean dan Padang Bulan

5. Tabel 4.5. Hubungan antara sindrom depresif dengan jenis kelamin pada remaja SMP Swasta HKBP Pardamean dan Padang Bulan..

6. Tabel 4.6. Hubungan antara sindrom depresif dengan urutan kelahiran pada remaja SMP Swasta HKBP Pardamean dan Padang Bulan.

7. Tabel 4.7. Hubungan antara sindrom depresif dengan status pekerjaan orangtua pada remaja SMP Swasta HKBP Pardamean dan Padang Bulan.

8. Tabel 4.8. Hubungan antara sindrom depresif dengan pendidikan terakhir ayah pada remaja SMP Swasta HKBP Pardamean dan Padang Bulan

9. Tabel 4.9. Hubungan antara sindrom depresif dengan pendidikan terakhir ibu pada remaja SMP Swasta HKBP Pardamean dan Padang Bulan

10. Tabel 4.10. Hasil analisis multivariat regresi logistik dari variabel jenis kelamin, urutan kelahiran anak, pendidikan ayah, status pekerjaan orangtua terhadap sindrom depresif pada remaja SMP Swasta HKBP Pardamean dan Padang Bulan

Hal

25

26

27 27

28

28

29

30

30

31

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Kerangka Teori ... 17 Gambar 2. Bagan Kerangka Konsep ... 18 ...

Gambar 3. Bagan Kerangka Cara Kerja……… 21

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

1.Lampiran 1 Surat penjelasan kepada keluarga

2.Lampiran 2 Surat persetujuan setelah penjelasan 3.Lampiran 3 Data subjek penelitian

4.Lampiran 4 CDI

5.Lampiran 5 Riwayat Hidup Peneliti 6.Lampiran 6 Ethical Clearence 7.Lampiran 7 Tabel data dasar 8.Lampiran 8 Hasil uji SPSS

(8)
(9)

ABSTRAK

HUBUNGAN SINDROM DEPRESIF DENGAN FAKTOR-FAKTOR DEMOGRAFIK PADA REMAJA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN PARDAMEAN DAN PADANG BULAN HT Tambunan, E Effendy, MS Husada

Latar belakang : Depresi diestimasi akan menjadi penyebab utama kedua dari disabilitas di semua usia pada tahun 2020. Depresi pada remaja merupakan penyakit yang berulang dan serius oleh karena merupakan penyebab substansial terhadap mortalitas dan komorbiditas psikiatrik. Pada setiap waktu, 15% dari anak dan remaja memiliki simtom-simtom depresif.

Lima persen dari usia 9 sampai dengan 17 tahun memenuhi kriteria dari gangguan depresi mayor dan 3% dari remaja menderita gangguan distimik.

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan sindrom depresif dengan faktor- faktor demografik pada remaja sekolah menengah pertama yang bersekolah di SMP HKBP Pardamean dan Padang Bulan Medan.

Metode : Penelitian analitik desain potong lintang menggunakan kuesioner Children Depression Inventory (CDI) dengan cut off score.≥19 Pada 100 remaja SMP HKBP Pardamean dan Padang bulan, bersuku batak, memiliki kedua orangtua kandung, tidak dalam masa berkabung, agama Kristen protestan Studi ini dilakukan Maret 2012.

Hasil : Pada penelitian ini umur subjek berada dalam rentang 12-16 tahun dan umur yang terbanyak adalah 13 dan 14 tahun yaitu masing-masing 32 subjek (32%), Jenis kelamin perempuan 54 subjek (54%), Bukan anak pertama 73 subjek (73%), pada status pekerjaan orangtua mayoritas subjek 61 (61%) memiliki salah satu orangtua yang bekerja, pada kelompok pendidikan terakhir ayah/ibu subjek terbanyak adalah SMA yaitu 48 subjek (48%) Pada total skor CDI didapatkan skor ≥19 yaitu yang mengalami sindrom depresif sebanyak 25 subjek (25%), rerata nilai skor total CDI adalah 14.99 (±5.542) , rerata skor dimensi CDI yang tertinggi adalah dimensi anhedonia yaitu 5.08 (±2.432). Kekuatan hubungan dari yang terbesar sampai yang terkecil setelah uji regresi logistic pada faktor-faktor demografik adalah urutan kelahiran (OR = 5.035), status pekerjaan orangtua (OR = 4.347), pendidikan ayah (OR =0.351) dan jenis kelamin (OR = 0.346).

Kesimpulan: variabel yang berpengaruh terhadap simtom-simtom depresif remaja SMP Swasta HKBP Pardamean dan Padang Bulan melalui analisis multivariat regresi logistik, adalah Urutan kelahiran, status pekerjaan orangtua, jenis kelamin dan tingkat pendidikan ayah. Kekuatan hubungan dari yang terbesar kepada yang terkecil adalah Urutan kelahiran (OR = 5.035), status pekerjaan orangtua (OR = 4.347), pendidikan ayah (OR

=0.351) dan jenis kelamin (OR = 0.346),

Kata kunci: Sindrom depresi, Remaja, Children Depression Inventory (CDI)

(10)

ABSTRACT

DEPRESSIVE SYNDROME ASSOCIATED WITH DEMOGRAPHIC FACTORS IN ADOLESCENT OF JUNIOR HIGH SCHOOL

HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN PARDAMEAN AND PADANG BULAN HT Tambunan, E Effendy, MS Husada

Background: Depression is estimated to be the second leading cause of disability in all ages by 2020. Depression in teens is a serious disease,recurrent and therefore constitute a substantial cause of mortality and psychiatric comorbidity. At any time, 15% of children and adolescents have depressive symptoms. Five percent of the age of 9 to 17 years meet the criteria of major depressive disorder and 3% of adolescents suffer from distimik disorders.

Objective: To determine depressive syndrome associated with demogharaphic factors in adolescents of junior high school HKBP in Pardamean and Padang Bulan Medan.

Methods: A cross-sectional analytic study design using Children's Depression Inventory (CDI) questioner, with cut off score.≥19 on 100 adolescents in junior high school of HKBP Pardamean and Padang Bulan a Batak Toba tribes, still having both biological parents, was not in mourning period, a Christian Protestant. This study was conducted February to March 2012.

Results: In this study, subjects were in the age range of 12-16 years and at most subjek were in 13 and 14 years old, 32 subjects (32%), female 54 subjects (54%), not the first child 73 subjects (73%), the majority of parents work status was only one parent working in 61 subjects (61%), the last education of father/mother of the subject was high school is 48 subjects (48%) In total CDI score obtained a score of ≥19 or having depressive syndrome were 25 subjects (25%), the mean value of the total CDI score was 14.99 (± 5.542), highest mean scores of CDI dimension is the dimension of anhedonia is 5.08 (± 2.432). The strength relationship from the largest to the smallest after logistic regression analysis in demographic factors was birth order (OR = 5,035), parental employment status (OR = 4,347), father's education (OR = 0.351) and gender (OR = 0.346).

Conclusion: The variables that influence adolescent depressive symptoms SMP Private HKBP Pardamean and Padang Bulan through multivariate logistic regression analysis, is the order of birth, parental employment status, education level of the father and gender. The strength of the relationship from the largest to the smallest is the order of birth (OR

= 5,035), parental employment status (OR = 4,347), father's last education (OR = 0.351) and gender (OR = 0.346).

Keywords: depression syndrome, adolescent, Children Depression Inventory (CDI)

(11)

BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Depresi diderita kira-kira 121 juta orang diseluruh dunia, merupakan gangguan mental yang umum dijumpai dengan sindrom depresif berupa, suasana perasaan yang terdepresi, hilangnya minat atau kegembiraan, perasaan bersalah, dan rendahnya perasaan berharga, gangguan pada tidur dan nafsu makan, rendahnya energi dan konsentrasi yang buruk.

Masalah ini bisa menjadi kronik dan berulang, yang mengakibatkan kerusakan pada aktivitas harian seseorang. Pada keadaan terburuk, depresi dapat mengakibatkan bunuh diri, dengan jumlah korban mencapai 850.000 jiwa setiap tahunnya.1

Depresi diestimasi akan menjadi penyebab utama kedua dari disabilitas di semua usia pada tahun 2020. Lebih jauh prevalensi depresi di dunia sebesar 3%, dengan 15-20% prevalensi sepanjang hidup pada usia remaja, yang menyebabkan hal ini merupakan masalah yang umum ditemukan. Depresi pada remaja merupakan penyakit yang berulang dan serius oleh karena merupakan penyebab substansial terhadap mortalitas dan komorbiditas psikiatrik. 1

Pada setiap waktu, 15% dari anak dan remaja memiliki simtom- simtom depresif. Lima persen dari usia 9 sampai dengan 17 tahun memenuhi kriteria dari gangguan depresi mayor dan 3% dari remaja menderita gangguan distimik. Insiden depresi secara mencolok meningkat setelah pubertas dan pada usia 14 tahun. Gangguan depresi meningkat lebih dari dua kali lipat pada perempuan dibandingkan laki-laki dan depresi pada anak memberi risiko 2 sampai 4 kali untuk munculnya depresi pada masa dewasa. 2,3. Depresi berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan, kinerja disekolah, hubungan baik dengan teman sebaya maupun dengan anggota keluarga dan dapat menjadi fatal, karena gangguan depresi mayor merupakan sebab utama dari perilaku bunuh diri pada angkatan usia muda.2

Pada sebuah studi di Oman oleh M Afifi pada 5409 remaja usia 14- 20 tahun ditemukan 17% remaja mengalami simtom-simtom depresif

(12)

dengan cut off score Children’s Depression Inventory (CDI) ≥ 20 4 Pada studi oleh R Mohanraj dkk di India pada 964 remaja usia 14-18 tahun memakai kuesioner Beck Depression Inventory didapatkan hasil 37,1%

dengan depresi ringan, 19.4% dengan depresi sedang dan 4,3% dengan depresi berat.5 Pada penelitian oleh MF Abdul-Aziz dkk di Kairo Mesir dengan sampel remaja perempuan usia 14-17 tahun dengan memakai kuesioner CDI dengan cut off score ≥ 24 ditemukan simtom-simtom depresi pada 15.3% subjek dan dengan Structured Clinical Interview for DSM-IV Axis I (SCID-I) ditemukan 13.3% subjek didiagnosis dengan gangguan depresi mayor 6

Pada penelitian oleh S Bodur dkk pada remaja usia 12 sampai 16 tahun di Turki ditemukan juga simtom-simtom depresif bermakna dengan CDI ≥ 19 sebanyak 9.9% dengan prevalensi lebih tinggi pada perempuan sebesar 13.5% dan laki-laki 7.6%.7

National comorbidity survey melaporkan ditemukan kejadian yang tinggi dari simtom-simtom depresif diantara angkatan usia muda, 11% dari usia 15-18 tahun mengalami riwayat depresi minor, 29% responden dari survey pemuda dengan perilaku berisiko melaporkan mengalami perasaan sedih dan putus asa selama 2 minggu dalam satu tahun terakhir.8

Lebih dari 70% anak dan remaja dengan gangguan depresi ataupun gangguan mood lainnya tidak menerima diagnosis dan pengobatan semestinya. Alasannya mungkin karena stigma terhadap gangguan ini ataupun adanya presentasi atipikal, kurangnya pelatihan mengenai masalah kesehatan mental anak pada profesi medis, sedikitnya jumlah psikiater anak dan ketidaksetaraan pertanggungan dari asuransi kesehatan terhadap gangguan ini.2 Studi longitudinal terhadap remaja dengan depresi telah menunjukkan peningkatan yang tinggi terhadap kekambuhan dengan perkembangan menuju kronisitas dan perubahan ke bentuk gangguan afektif di usia dewasa. Pada studi epidemiologi menunjukkan risiko yang lebih besar dari simtom-simtom depresif pada perempuan yang biasanya muncul pertama pada usia pertengahan remaja dan meningkat bersamaan dengan usia sekolah 9

(13)

Dua pertiga dari anak dan remaja dengan gangguan depresi mayor juga menderita gangguan mental yang lain Faktor-faktor risiko yang berperan pada munculnya simtom-simtom depresif antara lain biomedikal dan psikososial 2.

Di Indonesia sendiri angka kejadian gangguan mental emosional anak pada tahun 1997 melalui survey kesehatan rumah tangga (SKRT) menggunakan Report Questionnaire for Children (RQC) pada 2396 responden anak dibawah usia 15 tahun memberikan hasil tiap 102 dari 1000 anak mengalami gangguan mental emosional dan ditemukan proporsi yang lebih tinggi namun tidak ada perbedaan bermakna pada anak di pedesaan, memiliki anggota keluarga lebih dari 5 orang, pada anak dengan jenis kelamin laki-laki, pada tingkat ekonomi rendah, dan diluar propinsi jawa dan Bali. Sedangkan pada kelompok usia ditemukan pada usia 10-14 tahun lebih besar secara bermakna dibandingkan dengan usia 4-9 tahun (11,6% vs 8.8%,p=0,02) 10

Data penduduk di Indonesia menurut Badan Pusat Statistik (BPS) berdasarkan kelompok umur tahun 2010 di kota medan usia 10-14 tahun sebanyak 189.342 orang dan usia 15-19 tahun sebanyak 209.989 orang.11

Berdasarkan latar belakang diatas dan oleh karena penelitian mengenai sindrom depresif pada populasi sekolah di Indonesia dan di kota Medan masih sangat sedikit maka peneliti tertarik untuk menilai sindrom depresif pada remaja pada rentang usia 12-16 tahun yang menjalani pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) yang pelajarnya secara homogen merupakan suku Batak dan beragama Kristen.

1.2.Rumusan Masalah

1. Apakah ditemukan sindrom depresif pada remaja yang bersekolah di SMP HKBP Pardamean dan Padang Bulan Medan?

2. Apakah ditemukan hubungan antara sindrom depresif dengan umur pada remaja SMP HKBP Pardamean dan Padang Bulan Medan?

(14)

3. Apakah ditemukan hubungan antara sindrom depresif dengan jenis kelamin pada remaja SMP HKBP Pardamean dan Padang Bulan Medan?

4. Apakah ditemukan hubungan antara sindrom depresif dengan urutan kelahiran pada remaja SMP HKBP Pardamean dan Padang Bulan Medan?

5. Apakah ditemukan hubungan antara sindrom depresif dengan status pekerjaan orangtua pada remaja SMP HKBP Pardamean dan Padang Bulan Medan?

6. Apakah ditemukan hubungan antara sindrom depresif dengan pendidikan terakhir ayah pada remaja SMP HKBP Pardamean dan Padang Bulan Medan?

7. Apakah ditemukan hubungan antara sindrom depresif dengan pendidikan terakhir ibu pada remaja SMP HKBP Pardamean dan Padang Bulan Medan?

1.3.Hipotesis

1. Ditemukan sindrom depresif pada remaja SMP HKBP Pardamean dan Padang Bulan Medan

2. Ditemukan hubungan antara sindrom depresif dengan umur pada remaja SMP HKBP Pardamean dan Padang Bulan Medan 3. Ditemukan hubungan antara sindrom depresif dengan jenis

kelamin pada remaja SMP HKBP Pardamean dan Padang Bulan Medan

4. Ditemukan hubungan antara sindrom depresif dengan urutan kelahiran pada remaja SMP HKBP Pardamean dan Padang Bulan Medan

5. Ditemukan hubungan antara sindrom depresif dengan status pekerjaan orangtua pada remaja SMP HKBP Pardamean dan Padang Bulan Medan

6. Ditemukan hubungan antara sindrom depresif dengan pendidikan terakhir ayah pada remaja SMP HKBP Pardamean dan Padang Bulan Medan

(15)

7. Ditemukan hubungan antara sindrom depresif dengan pendidikan terakhir ibu pada remaja SMP HKBP Pardamean dan Padang Bulan Medan

1.4.Tujuan Penelitian 1.4.1.Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui berapa banyak proporsi sindrom depresif pada remaja yang bersekolah di SMP HKBP Pardamean dan Padang Bulan Medan

1.4.2.Tujuan khusus Untuk mengetahui:

1. Karateristik Nilai Skor CDI pada remaja SMP HKBP Pardamean dan Padang Bulan Medan

2. Hubungan antara sindrom depresif dengan umur pada remaja SMP HKBP Pardamean dan Padang Bulan Medan.

3. Hubungan antara sindrom depresif dengan jenis kelamin pada remaja SMP HKBP Pardamean dan Padang Bulan Medan 4. Hubungan antara sindrom depresif dengan urutan kelahiran

pada remaja SMP HKBP Pardamean dan Padang Bulan Medan

5. Hubungan antara sindrom depresif dengan status pekerjaan orangtua pada remaja SMP HKBP Pardamean dan Padang Bulan Medan

6. Hubungan antara sindrom depresif dengan pendidikan terakhir ayah pada remaja SMP HKBP Pardamean dan Padang Bulan Medan

7. Hubungan antara sindrom depresif dengan pendidikan terakhir ibu pada remaja SMP HKBP Pardamean dan Padang Bulan Medan

8. Kekuatan hubungan antara sindrom depresif dengan faktor- faktor demografik

1.5. Manfaat penelitian

(16)

1.5.1.Bidang Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hubungan sindrom depresif dengan faktor-faktor demografik pada remaja di SMP HKBP Pardamean dan Padang Bulan Medan

1.5.2 Bidang penelitian

Hasil penelitian ini juga dapat dipakai untuk menjadi bahan atau acuan untuk penelitian yang lain.

1.5.3.Bidang pelayanan kesehatan.

Dengan mengetahui hubungan sindrom depresif dengan faktor- faktor demografik pada remaja SMP HKBP Pardamean dan Padang Bulan Medan dapat memberikan informasi yang dapat bermanfaat sebagai data untuk pelaksanaan pelayanan psikiatri komunitas.

(17)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja

Para penggagas teori perkembangan seperti Freud, Erikson, Piaget membagi kehidupan manusia kedalam berbagai fase kehidupan. Fase remaja merupakan transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Ini merupakan periode dimana individu mencapai potensialitas seksual, dan sikap serta perilaku dewasa, pertubuhan pesat pada tubuh dan pencarian identitas diri. Dengan kata lain periode ini merupakan periode perkembangan pesat dan transformasi psikologis, fisologis dan sosial.12

Dalam pertumbuhan dan perkembangan berdasarkan teori perkembangan sosial dan keahlian, remaja dikategorikan kira-kira pada usia 11-19 tahun tetapi usia 11-12 tahun diangap sebagai usia peralihan dari usia pertengahan anak (middle childhood) menuju usia remaja (adolescence) menurut pendapat Erik Erikson dalam tahapan perkembangan psikososial usia remaja adalah usia dimana individu mencapai tahapan identitas diri 13

Remaja didefinisikan sebagai periode maturasi diantara masa anak dan masa dewasa dan digambarkan dengan munculnya tanda-tanda fisiologis dari peningkatan hormon masa pubertas. Saat ini merupakan waktu dimana hubungan dengan teman sebaya menjadi lebih akrab, kemandirian bertumbuh dan pencapaian intelektual menjadi lebih intensif serta dicapainya rasa keterikatan sosial. 13

Masa remaja adalah waktu dalam percepatan dibidang sosial dan eksplorasi psikoseksual, puncak dari integrasi konsep diri (“self”) dan masa ini bila dilihat dari sudut pandang neurobiologi merupakan waktu yang diibaratan seperti “work in progress” sering menjadikannya waktu yang dihabiskan oleh berbagai tantangan akademis, interpersonal dan emosional dan waktu untuk bereksplorasi dalam bidang-bidang baru dengan talenta dan bereksperimen dengan identitas sosial. 13

Tahapan-tahapan pada remaja dibagi menjadi tiga bagian, masa remaja awal (early adolescence) dari usia 12-14 tahun, masa pertengahan

(18)

remaja (middle adolescence) 14-16 tahun dan masa remaja akhir (Late adolescence) pada usia 17-19 tahun. 14

Pada masa remaja awal biasanya perode ini ditemukan perubahan yang mencolok baik secara fisik, sikap maupun tingkah laku, tahapan ini merupakan pertumbuhan yang cepat pada anak laki-laki tetapi pada anak perempuan hal ini telah dimulai lebih awal satu atau dua tahun sebelumnya. Pada masa ini remaja mulai mendefinisikan diri mereka sebagai anggota keluarga yang berbeda, mengkritik kebiasaan dalam keluarga, bersikeras untuk menghabiskan waktu bersama teman sebaya tanpa pengawasan orangtua dan mempertanyakan nilai-nilai dalam keluarga yang telah diterima sebelumnya.14

Pada masa remaja awal ini, sering secara tidak langsung maupun dengan gamblang para remaja menginginkan kebebasan, kadang-kadang dengan bentuk perilaku yang menantang terhadap figur-figur otoritas termasuk guru ataupun tata usaha sekolah. Pada usia ini banyak remaja yang mulai bereksperimen dengan rokok, ganja dan alkohol.14

Masa pertengahan remaja gaya hidup remaja menunjukkan usaha mereka untuk mencapai tujuan untuk mendapatkan kebebasan misalnya mampu mengendarai kendaraan bermotor. Kemampuan untuk mengkombinasikan antara pemikiran abstrak tentang sebab akibat dengan keputusan realistis dan aplikasi dari judgement sosial akan diuji dalam fase ini. Perilaku seksual lebih intensif, membuat hubungan romantis menjadi lebih kompleks dan kepercayaan diri merupakan dorongan positif maupun negatif terhadap perilaku beresiko. Remaja pada usia ini juga semakin terlibat dengan kelompok teman sebaya yang memberikan pengaruh besar terhadap gaya hidupnya.14

Masa akhir remaja merupakan masa dimana eksplorasi dari pencapaian akademis, rasa seni, partisipasi dalam olah raga, dan ikatan sosial yang mengarahkan remaja menuju definisi dan rasa kebersamaan terhadap kelompok-kelompok tertentu maupun dengan subkultur tertentu dalam kemasyarakatan. Interaksi dengan teman sebaya menjadi hal yang

(19)

utama dan beberapa cara dapat terbentuk untuk meningkatkan komunikasi kepada anggota keluarga dan kerjasama sosial.14

2.2. Peran sekolah dalam masa remaja

Remaja mempergunakan hampir setengah dari waktu bangun mereka dalam lingkungan sekolah, selama waktu tersebut remaja terpapar dengan para guru, sistem atau program pengajaran, peraturan dan dengan teman-teman setiap harinya. Pemaparan dalam lingkungan sekolah ini memberikan pengaruh potensial pada perkembangan sosial remaja tersebut. sesuai dengan pendapat Erik Erikson masa remaja merupakan periode yang krusial untuk perkembangan identitasnya 3

Remaja memasuki tahapan akhir sekolah dasar sampai pada awal masa perguruan tinggi, masa sekolah ini memberikan tantangan yang berbeda-beda pada setiap jenjang sekolah. Di Indonesia pendidikan dasar telah dicanangkan selama 9 tahun. Sekolah Menengah Pertama disingkat SMP merupakan jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat), jenjang ini ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9 dan pada umumnya remaja berusia 13-15 tahun. Sekolah menengah pertama diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta,15. Data partisipan sekolah berdasarkan usia di Indonesia menurut Badan Pusat Statistik, di propinsi Sumatera Utara pada tahun 2010 untuk usia 13-15 tahun dan usia 16-18 tahun sebanyak 834.500 orang dan 949.900 orang.16

2.3 Simtom-simtom Depresif dan Faktor-faktor Risikonya pada Remaja

Depresi merupakan gangguan yang didefinisikan oleh emosi, perilaku dan pola pemikiran tertentu. Depresi pada remaja didefinisikan kedalam 3 level: mood terdepresi, sindrom depresif dan depresi klinis.

Mood yang terdepresi adalah perasaan sedih dalam berbagai keadaan sebagai respons dari situasi tidak menyenangkan. Sindom depresif adalah pengalaman ansietas dengan berbagai simtom-simtom seperti perasaan sedih, kesepian, merasa tidak dicintai, dan perasaan tidak berharga. Depresi klinis merupakan manifestasi dari lima atau lebih

(20)

simtom-simtom depresif yang berlangsung selama 2 minggu dan menggangu fungsi pada saat ini. Depresi kurang dikenali diantara para remaja oleh karena simtom-simtom depresi dianggap merupakan hal yang umum dan sering terjadi yang merupakan bagian dari pengalaman masa remaja. Berbagai penelitian dalam komunitas maupun pada populasi sekolah pada remaja telah menunjukkan depresi sebagai gangguan psikiatrik yang umum terjadi diantara usia remaja dan telah menunjukan estimasi proporsi yang variatif dari 8%-20% dan berhubungan dengan bunuh diri, komorbiditas dengan gangguan psikiatrik yang lain, kegagalan akademis, hubungan teman sebaya yang buruk, penyalahgunaan zat dan depresi berat pada usia dewasa 5

Faktor-faktor risiko berkembangnya simtom-simtom depresif pada remaja berada dalam 2 tingkatan, yaitu:

1. Faktor-faktor risiko pada tingkat komunitas 2. Faktor-faktor risiko pada tingkat individual

Faktor-faktor risiko pada tingkat komunitas termasuk kepada tempat tinggal di lingkungan yang secara ekonomi buruk dan penuh tekanan, lingkungan tempat tinggal yang miskin dan kerap terjadi kekerasan dapat memprediksikan peningkatkan risiko berkembangnya simtom-simtom depresif pada anak meskipun dalam berbagai penelitian telah menyingkirkan pertimbangan faktor-faktor yang lainnya.17

Faktor risiko terkait individual dapat berarti faktor demografik, faktor keluarga dan faktor personal. Pada faktor-faktor demografik termasuk kepada rendahnya pendapatan keluarga, jenis pekerjaan orangtua, terbatasnya pendidikan ibu, banyaknya anggota keluarga yang tinggal bersama, status orangtua tunggal, jenis kelamin anak sebagai anak perempuan dan suku yang minoritas. Faktor-faktor risiko keluarga termasuk kepada pola pengasuhan yang kasar dan negatif dan ketidak konsistenan dalam pengasuhan, penggunaan hukuman fisik dalam pengasuhan, kejadian dalam hidup yang menekan dapat memperburuk keadaan anak, dan berhubungan dengan adaptasi yang buruk dan pengembangan kemampuan dan keahlian yang buruk. Pengalaman anak

(21)

terhadap sikap pengasuhan yang negatif dan kejadian menekan dalam hidup dapat mengaktifkan pikiran-pikiran depresif tertentu pada individu tertentu dan membentuk simtom-simtom depresif dengan cara meningkatkan kerentanan kognitif anak terhadap depresi. Faktor-Faktor risiko personal terletak pada gambaran penyebab depresi dan rendahnya pencapaian kompetensi seseorang. Peneliti menemukan bahwa kealamiahan gambaran penyebab depresi dari kejadian dalam hidup yang positif dan negatif berhubungan dengan motivasi dan sikap afektifnya. 17

Pada penelitian yang dilakukan oleh S Bodur dkk pada remaja usia 12 sampai 16 tahun di Turki ditemukan simtom-simtom depresif bermakna dengan children depression inventory (CDI) sebanyak 9.9%

dengan prevalensi lebih tinggi pada perempuan sebesar 13.5% dan laki- laki 7.6% dengan perbedaan yang bermakna. Pada penelitian yang sama ditemukan perbedaan bermakna skor CDI pada tingkat performansi sekolah, status orang tua (hidup bersama, berpisah, meninggal ibu, meninggal ayah), profesi ayah (bekerja sendiri, pegawai, tidak bekerja/pensiun), Status ekonomi, dan status konsumsi rokok tembakau pada ayah dan juga status penyakit kronis pada ayah dan ibu.7

Di Taiwan penelitian oleh SC Ming dkk terhadap kelas 7 menemukan 55.5% remaja memiliki simtom-simtom depresif yang ringan, 27,9% melaporkan mengalami 11-20 simtom-simtom depresif dan 9,9%

melaporkan memiliki simtom-simtom depresif lebih dari 20. Pada tahun 1999 hasil dari survey nasional dari fisik dan kesehatan mental di Taiwan remaja yang terpapar dengan kendala ataupun kejadian kehidupan yang menekan 30,5% dari mereka mengalami simtom-simtom depresif 1

2.4. Budaya Suku Batak Khususnya Batak Toba

Suku adalah komunitas dari satu kumpulan manusia yang berada dalam satu lingkungan, tatanan yang dianggap dapat mengatur kehidupan sosial. Dalam suatu suku biasanya kita akan melihat adanya bahasa, pakaian, tarian, sifat dan ada peraturan-peraturan sosial adat yang dianggap menjadi peraturan tidak tertulis dalam kehidupan sehari-hari, adat perkawinan, mengangkat kerja, pesta panen, dan semua yang

(22)

melekat dalam satu budaya yang terbaik pada masa itu dapat merupakan kesepakatan dari komunitas suku itu untuk mengatur kehidupan sosialnya.18

Suku batak terdiri dari beberapa sub suku yaitu Batak Toba, Batak mandailing, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pak-pak dan Batak Angkola (tapanuli Selatan). 19 Batak sendiri berasal dari bahasa pak-pak disebut juga “batakn” artinya asli atau murni, dari bahasa karo “mbataken- batakn” atau suatu usaha suci seperti ritual adat bersifat spiritual, dalam bahasa simalungun “batohan” yang artinya “penghalang banjir” , bahasa angkola “batahan” atau “tumpuan”, bahasa batak toba “batahi” atau cambuk atau pengajaran.19

Suku batak ataupun sering disebut sebagai orang batak banyak dipahami oleh orang diluar suku batak sebagai gambaran orang yang tidak mau kalah, bersuara keras, terbuka, spontan, agresif, pemberani, suka minum tuak, suka main catur, pandai main gitar dan perantau20

Ditinjau dari suku bangsa, sekitar sepertiga penduduk Sumatera Utara adalah Suku Jawa 33,40%, menyusul suku Batak Tapanuli utara/

Toba 25,62%, Tapanuli Selatan sekitar 16,92%, Suku-suku lain yang persentasenya relatif sama adalah suku Nias, Melayu, dan Karo dengan persentase masing–masing sekitar 5–6%. Suku Cina, Minang dan Simalungun masing–masing 2% 21

Batak Toba adalah salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia dan adat sebagai tatanan sosial bagi suku Batak Toba itu sendiri yang disimpulkan dalam sebutan Dalihan Na Tolu (jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia Dalihan Na Tolu artinya tungku api berkaki tiga. Dalihan Na Tolu dalam kehidupan sosial masyarakat Batak melambangkan 3 (tiga) unsur dalam struktur sosial masyarakat Batak Toba, yaitu :

1. Dongan Sabutuha, yaitu pihak keluarga yang semarga di dalam hubungan garis bapak secara genealogis (Patrilineal) kekerabatan ini merupakan fondasi yang kokoh bagi masyarakat Batak yang terdiri atas kaum marga dan sub marga yang bertalian menurut garis bapak.

(23)

2. Hula-hula adalah kerabat dari pihak istri. Hula-hula diibaratkan seperti: Mataniari binsar artinya memberi cahaya hidup dalam setiap atau segala kegiatan sehingga harus selalu dihormati, sumber “Sahala” terhadap boru yang ingin meminta “pasu-pasu”

atau berkat.

3. Boru, adalah kerabat dari pihak saudara perempuan, pihak suami yang tergolong kepada boru adalah “Hela” atau suami boru pihak keluarga hela yang didalamnya termasuk orangtuanya beserta keturunannya. Falsafah hidup Dalihan Na Tolu di lingkungan Suku Batak dikenal dengan adanya sistem marga yaitu identitas orang- orang yang mempunyai garis keturunan yang sama menurut ayah atau Patrilineal 18

Keterbelakangan budaya Batak pada awalnya disebabkan karena pengisolasian diri sendiri beberapa abad masalampau, yakni sejak abad ke-16. Pengisolasian ini bertujuan untuk mempertahankan kebudayaan/

kepribadiannya dari pengaruh-pengaruh kebudayaan dan peradaban yang dibawa penjajahan Belanda. Pengisolasian suku Batak ini mulai terbuka karena salah satu yang paling berpengaruh untuk merubah adat Batak adalah agama dan salah satu tokoh agama yang berperan adalah Nomensen dengan membawa pengaruh agama Kristen protestan, hasilnya dapat dilihat saat ini antara lain kesadaran dan motivasi orangtua untuk memberikan pendidikan formal pada anaknya dengan dorongan falsafah hidupnya bahwa anak yang berhasil merupakan jalan dalam mencapai hagabeon, hamoraon dan hasangapon (keturunan, kekayaan, dan kehormatan)18,20

2.5. Perguruan Gereja Huria Kristen Batak Protestan

Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) adalah gereja yang terdaftar sebagai anggota dari Persatuan Gereja Indonesia memiliki wilayah pelayanan yang dibagi kedalam 26 distrik, salah satunya adalah Distrik Medan Aceh dengan 75 gereja tersebar di daerah Kota Medan, Kabanjahe, Lubuk Pakam, Belawan dan Aceh. Organisasi gereja-gereja

(24)

HKBP ditata sedemikian rupa sehingga memiliki berbagai badan yang tidak hanya semata-mata melayani ibadah umat Kristen Batak Toba saja tetapi juga melayani bidang yang lain seperti kesehatan dan pendidikan. 22

Dibidang kesehatan HKBP memiliki yayasan kesehatan HKBP dan Rumah Sakit HKBP di Balige. Dibidang Pendidikan selain pendidikan khusus keagamaan setingkat Perguruan Tinggi juga memiliki Universitas dengan berbagai bidang keilmuan yaitu Universitas HKBP Nomensen di Medan dan Pematang Siantar, memiliki Sekolah Menengah Atas dan sederajat (SMK/SMA), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Dasar (SD).22

Perguruan HKBP Pardamean dan Padang Bulan juga merupakan bagian dari badan pelayanan dalam bidang pendidikan yang dibangun pada lahan dan bangunan milik gereja HKBP Pardamean dan Padang Bulan yang merupakan gereja-gereja resort pada distrik Medan-Aceh.22

Sekolah menengah pertama Huria Kristen Batak Protestan Pardamean merupakan sekolah swasta prakarsa gereja HKBP Pardamean medan yang terletak di jalan pardamean kecamatan Medan Tembung. Pada tahun ajaran 2011-2012 tercatat memiliki 83 siswa 23

Sekolah menengah pertama Huria Kristen Batak Protestan Padang Bulan merupakan sekolah swasta prakarsa gereja HKBP Padang Bulan medan yang terletak di jalan Jamin Ginting Km 6.1 gang Gereja. Pada tahun ajaran 2011-2012 memiliki 124 siswa. 24

2.6 Children’s Depression Inventory (CDI)

Children’s Depression Inventory (CDI) merupakan instrumen pengukuran depresi yang dikembangkan oleh Maria Kovacs pada tahun 1992, CDI yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia terdiri atas 27 kelompok pernyataan terdiri dari 3 kalimat pernyataan dengan skala 3 dari 0-2, total skor yang mungkin 0-54.25 Validitas CDI versi Bahasa Indonesia dibuktikan oleh Retnowati pada tahun 2003. CDI ini memiliki korelasi dengan Beck Depression Inventory (BDI) r=0.561, indeks daya beda berkisar 0.1721-0.3795, dengan koefisien reliabilitas internal dan reliabilitas keseluruhan butir sebesar α= 0.7135.26 Kuesioner ini dapat

(25)

diberikan pada usia 7-19 tahun tetapi banyak yang merekomendasikan untuk usia 7-17 tahun saja.27 CDI dapat dipergunakan baik dalam sampel klinis maupun dalam sampel komunitas. Cut off score pada berbagai sampel etnis dapat bervariasi pada awalnya Maria Kovacs pada tahun 1992 merekomendasikan cut off score 13 untuk sampel klinis dengan tujuan meminimalkan kejadian false negatives dan pada sampel non klinis sebesar 19 untuk meminimalkan false positives tetapi dari berbagai penelitian kemudian memakai berbagai cut off score yang memliki rentang yang sangat bervariasi dari 12-25 contoh untuk CDI bahasa melayu pada populasi bangsa Malaysia yang datang pada klinik rawat jalan di Kotabaru Klantan menemukan cut off score 18 memiliki sensitivitas 90% dan spesifitas 98% dalam mendeteksi depresi 28 sedangkan pada beberapa penelitian baik dalam klinis maupun populasi sekolah direkomendasikan cut off score 16 karena menunjukkan relasi yang optimal dalam sensitivitas dan spesifitas 29. alat ukur ini juga mengukur lima dimensi simtom-simtom depresi yaitu 30:

1. Dimensi anhedonia (kemurungan) Pertanyaan 4, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22 2. Dimensi mood (simtom suasana hati)

Pertanyaan 1, 6, 8,10, 11, 13 3. Dimensi konsep diri negatif

Pertanyaan 2, 7,9, 14, 25

4. Dimensi ineffectual (ketidakmampuan) Pertanyaan 3, 15, 23, 24

5. Dimensi sosial (masalah interpersonal) Pertanyaan 5,12, 26,27

Interpretasi skala kelompok pernyataan butir 1,3, 6, 9, 12, 14, 17, 19, 20, 22, 23, 26, 27, sesuai dengan urutan dari kalimat-kalimat pernyataan disetiap kelompok. adalah sebagai berikut :

0: Normal

1: Keadaan antara 0 dan 2

2: Besar kemungkinan gangguan

(26)

Interpretasi skala pernyataan butir 2, 5, 7, 8, 10, 11, 13, 15, 16, 18, 21, 24, 25 sesuai dengan urutan dari kalimat-kalimat pernyataan disetiap kelompok. adalah sebagai berikut:

2: Besar kemungkinan gangguan 1: Keadaan antara 0 dan 2

0: Normal.29

(27)

2.7 Kerangka Teori

Keterangan: batasan penelitian Faktor

Demografi k

Faktor keluarga Faktor

persona l

Umur, Gender, Urutan bersaudara, Pendidikan orangtua, Pekerjaan

t

Sindrom depresif pada remaja 12-16 tahun

Pola Asuhan, Kejadian kehidupan yang menekan

(28)

2.8.Kerangka Konsep

Kriteria Kriteria

Remaja SMP HKBP Pardamean &

Padang Bulan

Rerata hasil kusioner CDI dan gambaran sindrom depresif pada subjek

Karateristik Demografik

• Umur

• Jenis kelamin

• Urutan bersaudara

• Status pekerjaan orangtua

• Pendidikan ayah P didik ib

Sindrom depresif (+) Sindrom depresif (-)

Kuesioner CDI cut off score ≥19

(29)

BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian31

Penelitian ini merupakan penelitian analitik desain potong lintang dengan menggunakan kuesioner Children Depression Inventory (CDI) yang telah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1.Tempat Penelitian: SMP Swasta HKBP Pardamean Jl. Taduan No.94 A Medan Tembung dan SMP Swasta HKBP Padang Bulan Jl.Jamin Ginting km 6.1 gg Gereja

3.2.2.Waktu Pelaksanaan Penelitian :10-30 Maret 2012 3.3 Populasi dan sampel penelitian

3.3.1. Populasi Target : Remaja SMP

3.3.2.Populasi Terjangkau : Remaja SMP HKBP Pardamean dan Padang bulan tahun ajaran Juni 2011- Juli 2012

3.3.3.Sampel Penelitian: Remaja SMP HKBP Pardamean dan Padang bulan tahun ajaran Juni 2011- Juli 2012 yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi

3.3.4 Cara Pemilihan Sampel : Cluster Random Sampling.

3.4 Besar Sampel 32

Jumlah sampel yang dibutuhkan untuk mengetahui hubungan sindrom depresi dengan faktor–faktor demografik pada remaja SMP HKBP ini, dengan batas kemaknaan α=0.05( Z1α =1,96) dan tingkat kepekaan β=0.20 (Z1β=0.84).Proporsi yang ditemukan Po=9,9% dan proporsi yang diestimasi Pa=19.9%, maka digunakan rumus besar sampel uji hipotesis 2 arah untuk 1 populasi

=84.77 100 3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.5.1. Kriteria Inklusi

• Remaja SMP HKBP yang telah mendapat persetujuan dari orangtua

(30)

• Memiliki orangtua lengkap

• Suku Batak Toba (Tapanuli Utara)

• Beragama Kristen Protestan 3.5.1.Kriteria Eksklusi

• Remaja SMP HKBP Memiliki riwayat gangguan mental emosional atau yang sedang menjalani perawatan

• Sedang dalam masa berkabung atau berduka 3.6 Persetujuan setelah penjelasan

Penjelasan akan dibuat secara tertulis dan diberikan kepada murid yang diteruskan kepada orang tua untuk dibaca dan kemudian ditandatangani oleh orangtua dan kemudian dikumpulkan kembali kepada guru dan hanya anak dengan persetujuan orangtua yang akan diikutsertakan dalam penelitian.

3.7 Etika Penelitian

Penelitian ini telah melalui proses persetujuan dari Komite Etik Penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

(31)

3.8 Cara Kerja 33

3.8.1.Alur Pelaksanaan Penelitian

3.8.2. Cara kerja penelitian 1.Persiapan Penelitian.

a) Peneliti akan memberikan pengarahan dan penjelasan apa yang menjadi tujuan penelitian dan manfaat penelitian ini kepada kepala sekolah dan guru.

b) Peneliti akan mengambil data-data pelajar dari tata usaha dan membentuk kerangka sampel.

c) Alat ukur CDI adalah alat ukur yang telah divalidasi dan digunakan luas oleh kalangan psikiater maupun psikolog baik dalam penelitian maupun dalam situasi klinis di Indonesia.

2. Identifikasi subjek yang berpotensi masuk dalam penelitian

a) Kerangka sampel digunakan untuk melihat sebaran pelajar di setiap kelas dan untuk menjadi data dasar merandomisasi para pelajar b) Randomisasi

3. Informed Consent

Persiapan penelitian

Dari 83 siswa pardamean 80 yang memenuhi kriteria inklusi dan dari 124 siswa Padang Bulan 120 yang memenuhi kriteria inklusi

Cluster Random sampling SMP HKBP Pardamean=40+4 dan Padang Bulan=60+6

Informed consent n=110

Bersedia n=100

Pengarahan pada subjek penelitian dan Pengisian kuesioner CDI (19-24 Maret

2012) n=100 Analisis Tidak bersedia n=7

tidak hadir n=3

(32)

a) Peneliti bersama guru akan memberikan penjelasan kepada pelajar dan memberikan surat persetujuan setelah penjelasan kepada pelajar untuk diteruskan kepada orangtua

b) Peneliti akan menyusun jadwal bersama guru mengenai batas waktu pengembalian lembar penjelasan dan persetujuan dan waktu penyelenggaraan penelitian, dan hanya pelajar yang mendapat persetujuan yang akan diikutkan dalam penelitian.

4. Penjelasan dan pengarahan kepada subjek penelitian

a) Pada waktu yang telah ditetapkan subjek penelitian yang telah mendapat ijin dari orangtua akan dikumpulkan dalam aula dan diabsen apakah sesuai dengan nama yang mendapat izin.

b) Kemudian diberikan penjelasan mengenai kuesioner yang akan dibagikan dan bagaimana cara pengisiannya.

c) Apabila subjek telah paham maka pengisian kuesioner dilakukan bersama-sama tanpa menutup kemungkinan untuk dapat bertanya apabila ada hal yang tidak dipahami, dalam butir-butir penyataan d) Setelah selesai tiap subjek akan mengembalikan kusioner kepada

peneliti dan akan diperiksa apakah telah mengisi semua pertanyaan dengan lengkap kemudian subjek penelitian akan diberikan souvenir dan makanan ringan.

5. Analisis

a) Data yang didapatkan akan dibentuk dalam daftar distribusi frekuensi dan proporsi.

b) Skor CDI akan dianalisis nilai reratanya total skornya dan gambaran proporsinya berdasarkan cut off skor ≥19 dianggap memiliki sindrom depresif bermakna, juga kedalam lima dimensi dari sindromnya

c) Hubungan antar variabel akan dianalisis berdasarkan hipotesis dan jenis datanya berurutan dari statistik deskriptif (persentasi), menguji hubungan dan risiko prevalens atau odd ratio pada statistik analisis

(33)

bivariat (chi-square) dan analisis statistik multivariat regresi logistik bila memenuhi syarat.

3.9.Identitas variabel 3.9.1.Variabel Bebas:

• Pelajar SMP, usia, jenis kelamin, urutan bersaudara, status pekerjaan orangtua, pendidikan terakhir orangtua,

3.9.2.Variabel tergantung:

• Skor sindrom depresif berdasarkan kuesioner CDI

• 5 dimensi dari CDI 3.10. Definisi Operasional

n o

Variabel Definisi Operasional Alat ukur dan cara

ukur

Hasil ukur Skala

1 Sindrom depresif

Tanda dan gejala pada gangguan depresi antara lain: suasana perasaan yang terdepresi, hilang minat atau kegembiraan, perasaan bersalah, dan rendahnya perasaan berharga, gangguan pada tidur dan nafsu makan, rendahnya energi dan konsentrasi yang buruk

Kuisioner CDI

dibagi ke dalam 5 dimensi

1.Anhedonia 2.mood 3.kepercayaan diri

4.ketidak- mampuan 5.sosial

numerik

2 Children’s Depression inventory (CDI)

Alat ukur untuk mengukur sindrom depresif pada anak usia 7-19 tahun.

Kuisioner 1.CDI <19 2.CDI ≥ 19

Kategorik nominal

3. Usia lamanya hidup sejak lahir kuisioner Tahun Kategorik Ordinal

4. Jenis kelamin

Laki-laki dan perempuan kuisioner Laki-laki dan perempuan

Kategorik:

nominal 5 urutan dalam

bersaudara

urutan anak yang dilahirkan ibu

kuesioner 1.anak pertama

2.bukan anak pertama

Kategorik 0rdinal

(34)

6. Status pekerjaan orangtua

adalah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh orangtua (ayah dan ibu)

kuisioner salah satu bekerja atau keduanya

bekerja

Kategorik:

nominal

7. Pendidikan terakhir orangtua

adalah jenjang pendidikan formal yang telah atau sedang dijalani oleh orang tua (ayah dan ibu)

kuisoner dibawah

tingkat SMA dan SMA sederajat atau lebih tinggi dari SMA

Kategorik:

ordinal

3.11.Pengolahan dan Analisis Data

Untuk mengetahui hubungan sindrom depresif dengan faktor-faktor demografik pada remaja SMP HKBP Pardamean dan Padang Bulan Medan, setiap variabel yang diteliti akan ditentukan distribusi frekuensinya dalam bentuk proporsi dan variabel dengan skala numerik akan dilihat penyebarannya dengan tes normalitas. Data selanjutnya akan diolah mengunakan statistical package for social sciences (SPSS). Kemudian variabel demografik akan dinilai dengan sindrom depresif yang kemudian dianalisis mengunakan chi-square bila ditemukan perbedaan bermakna variabel demografik ini juga akan dicari kekuatan hubungannya dengan memakai regresi logistik.

(35)

BAB 4. HASIL

Dari 100 subjek siswa SMP HKBP Pardamean dan Padang Bulan di kota medan, bersedia menjadi subjek penelitian, dinilai sindrom depresifnya dengan menggunakan kuisioner CDI pada periode waktu Februari-Maret 2012 ditemukan:

Tabel. 4.1. Karakteristik demografik subjek berdasarkan kelas, umur, jenis kelamin, urutan bersaudara, status pekerjaan orangtua, pendidikan terakhir ayah dan ibu, nilai CDI.

Karakteristik demografik subjek Jumlah (n=100) % Kelas :-VII

-VIII -IX

32 37 31

32 37 31 Umur:

• 12-

• 13-

• 14-

• 15-

• 16-

13 32 32 16 7

13 32 32 16 7 Jenis kelamin

• Laki-laki

• Perempuan

46 54

46 54 Urutan bersaudara

• Anak pertama

• Bukan anak pertama

27 73

27 73 Status pekerjaan orangtua:

• Salah satu bekerja

• Keduanya bekerja

61 39

61 39 Tingkat pendidikan orang tua:

• Ayah:

 SD

 SMP

 SMA

 PT

• Ibu:

 SD

 SMP

 SMA

 PT

9 25 48 18 8 28 48 16

9 25 48 18 8 28 48 16 Nilai CDI

• Tidak sindrom depresif 75 75

(36)

Tabel 4.1. Memperlihatkan karakteristik demografik dari remaja SMP Swasta HKBP Pardamean dan Padang Bulan yang terbanyak pada kelompok kelas VIII sebanyak 37 subjek, kelompok umur 13 dan 14 masing-masing sebanyak 32 subjek, jenis kelamin perempuan sebanyak 54 subjek, bukan merupakan anak pertama 73 subjek, memiliki salah satu orangtua saja yang bekerja yaitu sebanyak 61 subjek, memiliki ayah dan ibu dengan pendidikan terakhir SMA sebanyak 48 subjek. Pada penelitian ini ditemukan proporsi subjek dengan nilai total CDI <19 (tidak sindrom depresif) sebanyak 75 subjek (75%) dan CDI ≥19 (kemungkinan sindrom depresif) sebanyak 25 subjek (25%).

Tabel 4.2. Uji Normalitas data, Umur, Total CDI, dan ke-5 dimensi pada CDI

Variabel dengan skala numerik Nilai signifikansi

Umur <0.0001

Total CDI 0.001

Dimensi Anhedonia <0.0001

Dimensi Mood <0.0001

Dimensi Kepercayaan diri <0.0001 Dimensi Ketidakmampuan <0.0001

Dimensi Sosial <0.0001

Uji Kolmogorov-Smirnov

Pada uji normalitas data skor total CDI dan ke-5 dimensi dari CDI dianalisis dengan uji Kolmogorov-smirnov menghasilkan p<0.05, menunjukkan secara statistik data berdistribusi tidak normal

• Sindrom depresif 25 25

Total 100 100

(37)

Tabel 4.3. Karakteristik Nilai Skor CDI Skor CDI

(n=100)

Rerata (SD) Median (min-maks)

Total CDI 14.99 (±5.542) 14 (3-28)

Dimensi CDI

• Anhedonia

• Mood

• Kepercayaan

• Ketidakmampuan

• Sosial

5.08(±2.432) 3.16(±1.841) 2.63(±1.433) 2.92(±1.454) 1.22(±1.177)

5 (0-11) 2.5 (0-9) 2 (0-6) 3 (0-7) 1 (0-5)

Pada tabel 4.3 dapat dilihat rerata skor total CDI dari seluruh subjek yang adalah sebesar 14.99 (±5.542)dan nilai median 14. Nilai dimensi yang tertinggi adalah dimensi Anhedonia dengan rerata 5.08 (±2.432).

Tabel 4.4.Hubungan antara sindrom depresif dengan umur pada remaja SMP Swasta HKBP Pardamean dan Padang Bulan

umur Sindrom depresif Total p OR IK 95%

YA TIDAK min maks

n(%) n(%)

<14 11 (23,4) 36(76.6) 47 0.729 0.851 0.342 2.115

≥14 14 (26.4) 39(73.6) 53

Total 25 75 100

Uji chi-square , df=1

Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa kelompok subjek dengan usia

≥ 14 tahun merupakan kelompok dengan sindrom depresif terbesar yaitu 26.4% atau 14 subjek, tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara sindrom depresif dengan kelompok umur nilai (p=0.729), OR = 0.851 pada Interval Kepercayaan (IK) 95% antara 0.342 sampai 2.115

(38)

Tabel 4.5. Hubungan antara sindrom depresif dengan jenis kelamin pada remaja SMP Swasta HKBP Pardamean dan Padang Bulan.

Jenis kelamin

Sindrom depresif total p OR IK 95%

YA TIDAK min maks

n (%) n(%)

Laki-laki 7(15.2) 39(84.8) 46 0.037 0.359 0.134 0.960 Perempuan 18(33.3) 36(66.7) 54

Total 25 75 100

Uji chi-square , df=1

Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa kelompok subjek dengan jenis kelamin perempuan merupakan kelompok dengan sindrom depresif terbesar yaitu 33.3% atau 18 subjek dan ditemukan hubungan yang bermakna antara sindrom depresif dengan kelompok umur ( p=0.037) pada OR=0.359, Interval Kepercayaan (IK) 95% antara 0.134 sampai 0.960.

Tabel 4.6. Hubungan antara sindrom depresif dengan urutan kelahiran pada remaja SMP Swasta HKBP Pardamean dan Padang Bulan.

Urutan kelahiran

Sindrom depresif total p OR IK 95%

YA TIDAK min maks

n (%) n(%) Anak

Pertama

12(44.4) 15(55.6) 27 0.006 3.692 1.403 9.714 Bukan

anak pertama

13(17.8) 60(82.2) 73

Total 25 75 100

Uji chi-square , df=1

(39)

Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa kelompok subjek dengan urutan kelahiran yaitu anak pertama merupakan kelompok dengan sindrom depresif terbesar yaitu 44.4% atau 12 subjek, ditemukan hubungan yang bermakna antara sindrom depresif dengan kelompok anak pertama (p=0.006) dengan OR=3.692, IK 95% antara 1.403 sampai 9.714

Tabel 4.7. Hubungan antara sindrom depresif dengan status pekerjaan orangtua pada remaja SMP Swasta HKBP Pardamean dan Padang Bulan.

Pekerjaan orangtua

Sindrom depresif total p OR IK 95 %

YA TIDAK min maks

n(%) n(%)

Satu bekerja 20(32.8) 41(67.2) 61 0.025 3.317 1.126 9.771 keduanya

bekerja

5(12.8) 34(87.2) 39

Total 25 75 100

Uji chi-square , df=1

Pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa kelompok subjek dengan status salah satu orangtua bekerja merupakan kelompok dengan sindrom depresif terbesar yaitu 32.8% atau 20 subjek, ditemukan hubungan yang bermakna antara sindrom depresif dengan status pekerjaan orangtua (p=0.025) dengan OR= 3.317, pada IK 95% antara 1.126 sampai 9.771.

(40)

Tabel 4.8. Hubungan antara sindrom depresif dengan pendidikan terakhir ayah pada remaja SMP Swasta HKBP Pardamean dan Padang Bulan

Pendidikan Ayah

Sindrom depresif total p OR IK 95%

YA TIDAK min maks

n (%) n (%)

<SMA 4(11.8) 30(88.2) 34 0.028 0.286 0.089 0.916

≥SMA 21(31.8) 45(68.2) 66

Total 25 75 100

Uji chi-square , df=1

Pada tabel 4.8 dapat dilihat bahwa kelompok subjek yang memiliki Ayah dengan pendidikan lebih tinggi dari SMP merupakan kelompok dengan sindrom depresif terbesar yaitu 31.8% atau 21 subjek, ditemukan hubungan yang bermakna antara sindrom depresif dengan pendidikan terakhir ayah (p=0.028) dengan OR=0.286 pada IK 95% antara 0.089 sampai 0.916.

Tabel 4.9. Hubungan antara sindrom depresif dengan pendidikan terakhir ibu pada remaja SMP Swasta HKBP Pardamean dan Padang Bulan

Pendidikan Ibu

Sindrom depresif total p OR IK 95%

YA TIDAK min maks

n (%) n (%)

<SMA 11(28.2) 28(71.8) 39 0.554 1.319 0.527 3.303

≥SMA 14(23.0) 47(77.0) 61

Total 25 75 100

Uji chi-square , df=1

Pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa kelompok subjek yang memiliki Ibu dengan pendidikan lebih rendah dari SMA merupakan kelompok dengan sindrom depresif terbesar yaitu 28.2% atau 11 subjek, tidak

(41)

ditemukan hubungan antara sindrom depresif dengan pendidikan terakhir ibu, (p=0.554) dengan OR=1.319, pada IK 95% antara 0.527 sampai 3.303

Tabel 4.10. Hasil analisis multivariat regresi logistik dari variabel sindrom depresif terhadap variabel urutan kelahiran anak, status pekerjaan orangtua, pendidikan ayah, jenis kelamin pada remaja SMP Swasta HKBP Pardamean dan Padang Bulan

Variabel Koefisien p OR (IK95%) langkah

1

Urutan kelahiran status pekerjaan orangtua

jenis kelamin Pendidikan ayah konstanta

1.616 1.470

-1.061 -1.048 -1.938

0.006 0.022

0.058 0.103 0.005

5.035(1.579 -16.057) 4.347 (1.233 -15.325)

0.346 (0.116 -1.037) 0.351 (0.099 -1.238) 0.144

Uji Regresi Logistik

Tabel 4.10. Memperlihatkan bahwa, variabel yang berpengaruh terhadap sindrom depresif remaja SMP Swasta HKBP Pardamean dan Padang Bulan melalui analisis multivariat regresi logistik, berdasarkan kekuatan hubungan dari yang terbesar sampai kepada yang terkecil adalah urutan kelahiran (OR = 5.035), status pekerjaan orangtua (OR = 4.347), pendidikan ayah (OR =0.351) dan jenis kelamin (OR = 0.346).

(42)

BAB 5. PEMBAHASAN

Sebanyak 100 orang subjek penelitian diambil dari 2 sekolah swasta setingkat SMP (kelas VII-IX), bersuku Batak Toba (Tapanuli Utara), beragama Kristen Protestan yang bertempat tinggal di kota medan turut dalam penelitian bertujuan menilai sindrom depresif pada remaja SMP yang menggunakan alat ukur CDI dengan cut off score ≥19, dan didapatkan jumlah subjek setiap kelasnya hampir setara yaitu kelas VII sebanyak 32 subjek, VIII sebanyak 37 subjek, dan kelas IX sebanyak 31 subjek. Umur subjek berada dalam rentang 12-16 tahun dan umur yang terbanyak adalah 13 dan 14 tahun yaitu masing-masing 32 subjek (32%), Jenis kelamin perempuan 54 subjek (54%), bukan anak pertama 73 subjek (73%), pada status pekerjaan orangtua mayoritas subjek 61 (61%) memiliki salah satu orangtua yang bekerja, pada kelompok pendidikan terakhir ayah subjek terbanyak adalah ayah dengan pendidikan terakhir SMA yaitu 48 subjek (48%) dan Ibu dengan pendidikan terakhir SMA 48 subjek (48%). Pada total skor CDI didapatkan skor ≥19 yaitu yang mengalami sindrom depresif sebanyak 25 subjek (25%), rerata nilai skor total CDI adalah 14.99 (±5.542)

Pada nilai rerata skor dimensi yang tertinggi adalah dimensi anhedonia yaitu 5.08 (±2.432). hal ini sesuai dengan penelitian kohort oleh EC Bennik dkk yang dilakukan di Belanda yang disebut dengan Tracking adolescents ‘ individual lives survey (TRAILS) yang dilakukan dari Maret 2001 sampai September 2010, menemukan Anhedonia merupakan hal yang umum terjadi pada remaja dibandingkan pada anak- anak, ini dimungkinkan oleh konsekuensi dari perkembangan dan maturasi otak selama masa remaja termasuk pada perubahan dalam sistem dopamin dan perkembangan substansia alba, salah satu tujuan dari penelitian ini untuk melihat kestabilan dari anhedonia dan mood depresi yang kemudian menemukan bahwa anhedonia lebih banyak terjadi pada usia 11 tahun dan lebih tua, tetapi bila anhedonia terjadi pada usia 13,5 tahun tidak selalu didahului laporan terjadi anhedonia pada

(43)

usia 11 tahun, hal ini disarankan bahwa anhedonia merupakan proses tumbuh kembang yang berlangsung kira-kira dari umur 11-13.5 tahun karena didapat juga kestabilan yang rendah pada rentang usia ini. Tetapi bila anhedonia kemudian terjadi diatas usia 11-13,5 tahun merefleksikan keadaan yang ditandai sebagai suatu trait dimana ditemukan anhedonia yang lebih stabil di umur 16.5-19 tahun dan memiliki asosiasi yang kuat dengan mood depresif yang menempatkan remaja pada kelompok usia ini beresiko terjadi onset dan perjalan kronis dari Gangguan depresi mayor.

34

Pada penelitian yang dilakukan M Zgambo dkk di kota Changsha Cina dan kota Lilongwe tengah Malawi untuk menilai depresi pada anak umur 8-12 tahun etnis Cina dan Malawian dengan memakai alat ukur CDI dengan cut off score ≥19 menemukan 16% anak etnis cina dan 12.4 % anak etnis Malawian mengalami sindrom depresif. Pada penelitian ini ditemukan lebih banyak subjek dengan sindrom depresif hampir 1,5-2 kali lebih tinggi dari penelitian di kota Changsha dan Lilongwe mungkin karena perbedaan umur pada subjek penelitian ini yaitu 12-16 tahun dan populasinya lebih homogen dari suku, status ekonomi, agama dan jumlah sampel yang lebih sedikit. 35

Dari umur prevalensi terbanyak sindrom depresif ada pada umur

≥14 tahun (26.4%) sebanyak 14 subjek, dan umur <14 tahun (24.3%) atau 11 subjek saja tetapi tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara kelompok umur dengan sindrom depresif. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh S Bodur dkk di Turki kelompok umur ≤15 lebih banyak memiliki sindrom depresif.7

Pada usia 12-14 tahun atau pada awal masa remaja perubahan mencolok terjadi pada anak laki-laki dan anak perempuan telah terlebih dahulu mengalaminya 1-2 tahun sebelum anak laki-laki, menarik diri terhadap kegiatan keluarga dan lebih tertarik menghabiskan waktu dengan teman sebaya, menginginkan kebebasan, dan sudah mulai bereksperimen dengan rokok, alkohol dan ganja.13

(44)

Pada usia 14-16 tahun atau pertengahan masa remaja gaya hidup mencerminkan usaha untuk mencapai tujuan untuk mandiri contohnya menggabungkan penalaran abstrak dengan mengambil keputusan realistik dan aplikasi dari penilaian sosial diuji dalam masa ini. Keterlibatan dalam kelompok teman sebaya menjadi pengaruh yang sangat tinggi terhadap pilihan aktivitas, gaya, jenis musik, idola dan panutan. Perilaku seksual menjadi lebih intensif, membuat hubungan romatik menjadi kompleks dan kepercayaan diri menjadi pengaruh yang penting terhadap keinginan untuk melakukan perilaku berisiko yang positif maupun negatif.

Pada survey YRBS (Youth Risk Behaviour Surveilance) di Amerika pada remaja kelas 10 dan 11 didapatkan perilaku lebih sering merokok, menggunakan alkohol ganja dan mencoba kokain. Para remaja meremehkan risiko dari berbagai kegiatan rekreasional, memiliki perasaan omnipoten bercampur dengan dorongan untuk mandiri, merasa unik dan sering terlibat konflik dengan orangtua.13

Pada penelitian oleh DH. Dallaire dkk yang bertujuan untuk memahami faktor-faktor risiko yang hadir dalam beberapa konteks dari lingkungan dan dari diri anak, yaitu masyarakat, keluarga dan diri sendiri yang secara simultan berhubungan dengan simtom-simtom depresif yang diukur memakai alat ukur Center for Epidemiologic Studies Depression (CES-D). Dengan memakai model teori ekologikal dari Bronfenbrenner menemukan korelasi positif yang signifikan antara faktor-faktor risiko pada variabel demografik anak dengan sindrom depresif variable risiko demografik tersebut adalah: anak hidup bersama dengan salah satu orangtua saja, hidup bersama dengan ≥4 saudara, pendapatan orangtua

<$20.000/tahun, orangtua yang tidak menyelesaikan pendidikan SMA, anak dengan gender perempuan dan anak dari etnis minoritas. Ditemukan juga korelasi positif yang signifikan dengan variabel perilaku pengangasuhan yang negatif dan depression attributional style pada anak.

Korelasi negatif yang signifikan ditemukan dengan variabel rasa kompetensi pada diri. 17

(45)

Pada perbedaan jenis kelamin didapatkan prevalensi terbanyak dengan sindrom depresif ada pada jenis kelamin perempuan 18 subjek (33.3%) dan laki-laki 7 subjek (24.3%) secara statistik ditemukan hubungan bermakna dengan p=0.037 dengan OR=0.359, (IK) 95% antara 0.134 sampai 0.960. Prevalensi yang lebih tinggi pada perempuan ini sejalan dengan penelitian oleh Bodur S dkk, di Turki dimana perempuan ditemukan prevalensi sebesar 13.5% dan laki-laki 7.6%.7

Pada urutan kelahiran anak pertama didapatkan prevalensi terbanyak dengan sindrom depresif sebanyak 12 subjek (44.4%) dan secara statistik ditemukan hubungan yang bermakna antara urutan kelahiran dengan sindrom depresif dengan p=0.006 dan OR=3.692, IK 95% (1.403 - 9.714). Penelitian di kota Changsha dan Lilongwe oleh M.

Zgambo dkk pada etnis cina ditemukan kerentanan terjadi depresi pada anak yang memiliki saudara dibandingkan etnis Malawian yang memiliki banyak saudara tetapi tidak melihat apakah ada hubungan dengan urutan kelahiran.35

Pada status pekerjaan orangtua ditemukan prevalensi sindrom depresif terbesar ada pada salah satu orangtua saja yang bekerja dimana ada 20 subjek (32.8%) mengalami sindrom depresif dan secara statistik ditemukan hubungan antara status pekerjaan orangtua dan sindrom depresif dengan p=0.025, OR= 3.317 IK 95% (1.126 - 9.771). Hal ini berlawanan dengan keadaan pada penelitian M Zgambo dkk di kota Changsha dan Lilongwe tengah, pada ayah dan ibu sama-sama bekerja jumlah anak dengan keadaan mengalami sindrom depresif cukup besar untuk etnis Cina 24 dari 149 subjek (16.11%) dibandingkan hanya ayah yang bekerja 5 dari 46 subjek (10.9%). Pada etnis Malawi pada kedua orangtua bekerja 11 dari 83 subjek (13.25%) mengalami sindrom depresif dibandingkan dengan hanya ayah saja yang bekerja 7 dari 70 subjek (10%).35

Pada pendidikan orangtua prevalensi terbesar sindrom depresif adalah pada pendidikan terakhir ayah ≥ SMA yaitu 21 subjek (31.8%) ditemukan hubungan antara pendidikan terakhir ayah dan sindrom

(46)

depresif dengan p= 0.028 ,OR=0.286 pada IK 95% (0.089 - 0.916).

Prevalensi terbesar sindrom depresif adalah pada pendidikan terakhir ibu

< SMA yaitu 11 subjek (28.2%), tetapi secara statistik tidak ditemukan hubungan bermakna (p=0.554). Ini berlawanan dengan penelitian oleh M Zgambo dkk, di kota Changsha dan Lilongwe tengah tidak membedakan pendidikan ayah dan ibu hanya mencatat pendidikan tertinggi saja dan didapatkan hasil anak dengan orangtua berpendidikan primer lebih mungkin mengalami sindrom depresif khususnya pada etnis cina 7 dari 17 subjek (41.18%) dibandingkan etnis Malawi 7 dari 56 subjek (12.5%). 35 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Afifi M di Oman pada 5409 siswa menggunakan CDI berbahasa Arab dengan cut off score 20 ditemukan proporsi depresi yang semakin tinggi sejalan dengan semakin tingginya tingkat pendidikan ayah.4

Kekuatan hubungan dari yang terbesar sampai yang terkecil setelah uji regresi logistik pada variabel dengan nilai p<0,25 adalah urutan kelahiran (OR = 5.035, IK 95% 1.579 -16.057), status pekerjaan orangtua (OR = 4.347, IK 95% 1.233 -15.325), pendidikan ayah (OR =0.351, IK 95% 0.116 -1.037) dan jenis kelamin (OR = 0.346 IK 95% 0.099 -1.238).

Dari hasil uji regresi logistik didapatkan OR corrected dan dengan tingkat kepercayaan 95% dan dapat diinterpretasikan bahwa menjadi urutan kelahiran anak pertama dan memiliki salah satu orangtua saja yang bekerja adalah faktor risiko terhadap munculnya sidrom depresif pada kelompok remaja awal dan pertengahan.

Dari analisis bivariat pada Pendidikan Ayah lebih rendah dari SMA dan Jenis kelamin laki-laki merupakan faktor protektif tetapi setelah dilakukan analisis multivariat regresi logistik kedua variabel ini dapat menjadi faktor protektif maupun faktor risiko.

Referensi

Dokumen terkait

Since Klaster Berdaya is community-based empowerment program, then PKPU build integrated cage for all goats.. The beneficiaries would take care the goats

KETERKAITAN MAKNA SEMBAH DAN BUDI LUHUR MENURUT MANGKUNAGARA IV DENGAN HADIS NABI Makna Sembah yang diajarkan oleh Mangkunagara IV kepada rakyatnya dituangkan dalam Serat Wedhatama

Hasil penelitian dan identifikasi yang telah dilakukan pada sampel feses ditemukan Telur cacing Nematoda usus positif 8 orang dari 10 sampel.. Jenis telur cacing

Berdasarkan uraian diatas, maka untuk menjadikan HCV sebagai dasar penyusunan tata ruang wilayah suatu kawasan DAS perlu dilakukan kegiatan identifikasi terlebih

Pencemaran tanah tidak jauh berbeda atau bisa dikatakan mempunyai hubungan erat dengan pencemaran udara dan pencemaran air, sehinngga sumber pencemar udara dan sumber

Sementara itu jaringan dengan kombinasi variabel wavelet db4, level dekomposisi 10, dan epoch 2000 memberikan tingkat pengenalan tertinggi untuk masukan berupa data baru

Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang disusun dalam penelitian ini yaitu ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang Pemeriksaan Kehamilan dengan

Pada [4] metode Cryptosystem digunakan untuk mengenkripsi data atau pesan rahasia yang berupa teks angka dengan jumlah maksimum yang dimasukkan adalah 24 digit angka