ix
TINJAUAN YURIDIS PENGEMBAN JABATAN LEGAL
OFFICER DAN PERTANGGUNGJAWABANNYA SECARA
PERDATA DALAM SUATU PERSEROAN TERBATAS
ABSTRAKLegal Officer merupakan suatu pekerjaan yang cukup berkembang saat ini dikarenakan perusahaan semakin bertumbuh dan penegakan hukum yang semakin kuat. Hal ini membuat Legal Officer yang merupakan salah satu pekerjaan di bidang hukum semakin dibutuhkan dan bertambah banyak. Sebagai pekerjaan di bidang hukum penulis tertarik mengkaji apakah Legal Officer ini suatu profesi atau bukan. pengemban jabatan Legal Officer memiliki tugas dan fungsi di dalam perusahaan. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya terdapat risiko. Salah satunya adalah pendapat hukum yang dikemukakan seorang pengemban jabatan Legal Officer belum tentu benar dan berpotensi menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Tujuan penulis menulis skripsi ini yaitu memberikan kejelasan bahwa pengemban jabatan Legal Officer adalah suatu profesi, mengetahui dan menggambarkan hubungan pengemban jabatan Legal Officer dengan perusahaan, mengetahui dan menggambarkan pertanggungjawaban pengemban jabatan Legal Officer secara hukum dalam hal menjalankan seluruh tugas-tugasnya di dalam suatu Perseroan Terbatas
Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian hukum normatif yaitu dengan meneliti pada data sekunder bidang hukum yang ada sebagai data kepustakaan dengan menggunakan metode berpikir deduktif dan kriterium kebenaran koheren. Data pendukung mengenai legal Officer penulis peroleh dari hasil wawancara dengan pengemban jabatan Legal Officer perusahaan properti di Kota Bandung.
Dari hasil kajian penulis berdasarkan pendapat para ahli dan tinjauan berdasarkan KUHPerdata dan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan bahwa Legal Officer dapat dikatakan sebagai profesi, tetapi terbatas hanya profesi umum, Hubungan hukum yang terjadi antara pengemban jabatan Legal Officer dan perusahaan merupakan hubungan kerja karena di dasarkan oleh perjanjian kerja. Seorang pengemban jabatan Legal Officer dapat digugat berdasarkan wanprestasi dan perbuatan melawan hukum, juga dapat diterapkan sanksi berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Oleh karena itu Legal Officer harus diatur di dalam peraturan perundang-undangan bahwa seseorang yang ingin menjadi pengemban jabatan Legal Officer diwajibkan mengikuti kegiatan pelatihan Profesi Legal Officer untuk memastikan kualitas seorang pengemban jabatan Legal Officer dalam suatu perusahaan, juga sanksi yang seharusnya diterapkan lebih tegas lagi dicantumkan di dalam perjanjian kerja sehingga jika terjadi kelalaian oleh pengemban jabatan Legal Officer seperti salah dalam memberikan pendapat hukum yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan dapat diberikan sanksi tanpa harus takut digugat.
x
JURIDICIAL REVIEW OF LEGAL OFFICER AND HIS CIVIL
RESPONSIBILITY IN A LIMITED LIABILITY COMPANY
ABSTRACT
Legal officer is one of many occupation that is developing now, due to the growing companies and the law enforcement which become stronger and lead to progress. This makes Legal Officer increasingly required and multiply as one of proffesions in the legal field. The writer is interested to find out whether a Legal Officer can be categorized as a proffesion or not. Legal Officer has duties and functions within the company, and there is also a risk in carrying out its duties and functions. The first one is that the legal opinion expressed by a Legal Officer is not exactly true and potentially can cause harm to the company. The purpose of this thesis the writer wrote is to emphasize and explain why should Legal Officer be categorized as a profession,to identify and describe the relationship between a Legal Officer and the company, to identify and describe the responsibilities of Legal Officer in running all duties in a Limited Liability Company.
In writing this Thesis, the writer use normative legal research methods, which examine on secondary data in the existing legal field as a data library using deductive reasoning and coherent criteria of truth. The supporting data concern to the Legal Officer the writer gained from interviewing a Legal Officer who works for a property company in Bandung.
From the results of the authors study based on expert opinion and a review by the Civil Code and the Act No. 13 of 2003 on Employment, Legal Officer can be categorized as a profession, but only in the context of general profession. The legal relations that occurs between Legal Officer and the company is based on employment agreement. A Legal Officer can be sued for torting and breaching the contract, in consequence also applicable sanctions under Act No. 13 of 2003 on Employment. As an urgency, it should be set out in legislation that a person who wants to be Legal Officer are required to attend the Legal Officer profession training to ensure the quality of the Legal Officer in a company, as well as sanctions stated in the agreement that should implemented more forcefully if there is negligence by the Legal Officer that cause harm to the company without causing fear of being sued.
xi
Persetujuan Panitia Sidang Ujian……….… v
Abstrak………. vi
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian... 6
D. Kegunaan Penelitian... 7
E. Kerangka Pemikiran ... 8
F. Metode Penelitian... 15
G. Sistematika Penulisan ... 18
BAB II PROFESI DAN KEDUDUKANNYA DALAM PERGAULAN HIDUP MANUSIA……….. 21
A. Gambaran Umum Tentang Profesi………. 21
B. Profesi sebagai bentuk pekerjaan………... 25
1. Ciri-Ciri Suatu Pekerjaan Dikategorikan sebagai Profesi……… 26 2. Nilai-Nilai Suatu Profesi……… 30
xii
A. Gambaran Umum Legal Officer……… 35 1. Pengertian Legal officer………. 35 2. Fungsi dan Tugas Pokok Pengemban Jabatan Legal
Officer………
37
3. Posisi dan Peran Pengemban Jabatan Legal Officer….. 40 4. Hal-hal yang diperlukan untuk menjadi Legal Officer
serta resiko menjadi seorang pengemban jabatan Legal
Officer……….
46
B. Dasar Terjadinya Suatu Hubungan Hukum Dalam Suatu
Perusahaan………... 48
1. Perikatan yang Bersumber Pada Perjanjian Sebagai
Dasar Hubungan Hukum Pengemban Profesi………... 48 2. Perjanjian Sebagai Dasar Hubungan Hukum Dalam
Ketenagakerjaan……….……… 52
C. Aspek Yuridis Pertanggung Jawaban Perdata………… 67
1. Wanprestasi……… 67
2. Perbuatan Melawan Hukum………... 74 BAB IV PENGEMBAN JABATAN LEGAL OFFICER DAN
PERTANGGUNGJAWABANNYA SECARA PERDATA
DALAM SUATU PERSEROAN TERBATAS……….... 79
A. Legal Officer Sebagai Profesi Dalam Aktivitas Perusahaan………..………
79
B. Hubungan Hukum Pengemban Jabatan Legal Officer
Dengan Perusahaan Dalam Menjalankan Kegiatan Bisnis……….……….
91
C. Pertanggung Jawaban Perdata Pengemban Jabatan Legal
xiii
A. Simpulan………... 114
B. Saran………... 116
Daftar Pustaka... 118
Lampiran……….. xi
BERITA ACARA WAWANCARA
Dengan ini menerangkan bahwa mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Demson Tiopan
NRP : 0987029
Fakultas : Hukum
Universitas: Universitas Kristen Maranatha
Telah melakukan wawancara dengan:
Nama : Hari., S.H.
Jabatan : Legal Officer
Perusahaan: Istana Group
Dalam rangka penyusunan Skripsi semester VII tahun akademik 2011-1012 yang
berjudul “EKSISTENSI PENGEMBAN JABATAN LEGAL OFFICER DAN
PERTANGGUNGJAWABANNYA SECARA PERDATA DALAM SUATU PERSEROAN TERBATAS ”.
Bandung, 24 Oktober 2012
Yang Diwawancara, Pewawancara
Catatan wawancara:
Bandung, 24 Oktober 2012
Yang Diwawancara, Pewawancara
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Curriculum Vitae
Data Pribadi / Personal Details
Nama / Name : Demson Tiopan Alamat / Address : Gg.Sapuran No.107 Kode Post / Postal Code : 40273
Nomor Telepon / Phone : 088802305618
Email : demson.tiopan@yahoo.co.id Jenis Kelamin / Gender : Laki-Laki
Tanggal Kelahiran / Date of Birth : 24 November 1990 Status Marital / Marital Status : Belum Kawin Warga Negara / Nationality : Indonesia Agama / Religion : Kristen
Periode Sekolah / Institusi / Universitas Jenjang
1995 - 1996 TK Ignatius Slamet Riyadi TK 1996 - 2003 SD Ignatius Slamet Riyadi SD 2003 - 2006 SMPK Providentia SMP 2006 - 2009 SMAN 14 Bandung SMA 2009 - sekarang Universitas Kristen Maranatha Perguruan Tinggi
Pendidikan Non Formal / Training – Seminar:
1. Peserta Welcome to Maranatha 2009
2. Peserta Seminar Tata Ruang Universitas Islam Bandung 3. Peserta Seminar Penulisan ilmiah
4. Peserta Seminar Penegakan Hukum Pidana
5. Peserta Seminar Strategic Natural Resources Investment in Indonesia 6. Peserta Seminar Aspek Hukum Penanaman Modal di Indonesia 7. Peserta Training For Mentor 2010 dan 2011
9. Peserta Seminar Literasi Informasi Sebagai Dasar Long-Life Learning 10.Peserta Seminar Penyelesaian Sengket Keperdataan Melalui Mediasi 11.Peserta kuliah Umum Ketatanegaraan dalam konstitusi
12.Peserta Seminar Nasional Call fo Paper
Riwayat Pengalaman dalam Kepanitiaan, Magang,Organisasi dan Keikutsertaan Lomba:
1. Tahun :2004-2006 Kegiatan :Paskibra Posisi : Anggota
2.Tahun :2005
Kegiatan :Pengibaran Bendera Konfrensi Asia Afrika Posisi : Pengibar Bendera Somalia
3.Tahun :2005
Kegiatan :Lomba Renang Horison Cup Posisi : Peserta
4.Tahun :2007
Kegiatan :Lomba Astronomi
Posisi : Peserta sampai tingkat Provinsi
5.Tahun :2009
Kegiatan :Quo Vadis Bisnis Bermartabat Posisi : Sekretaris
6. Tahun :2010
Kegiatan :Welcome to Maranatha 2010 Posisi :Mentor
7.Tahun :2010
Kegiatan :Dies Natalis Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha 1
Posisi :Seksi Acara
8.Tahun :2010
9.Tahun :2010- sekarang Kegiatan :Laboratorium Hukum
Posisi :Asisten dan Kordinator Laboratorium
10. Tahun :2011
Kegiatan :Lomba Debat Nasional Sudiman Kartohadiprodjo
Posisi :Peserta Lomba
11. Tahun :2011
Kegiatan :Lomba Debat Mahkamah Konstitusi Posisi : Peserta Lomba
12. Tahun :2011
Kegiatan :Brawijaya Law Fair 2 Posisi :Offisial
13. Tahun :2011
Kegiatan :Buisness Law Debate Competition 2 Posisi : Semifinalis
14. Tahun :2011
Kegiatan : Outbond Life Supercamp Posisi : Seksi Konsumsi
15.Tahun :2011
Kegiatan :Kuliah Umum Ketatanegaraan dalam Konstitusi
Posisi :Ketua Panitia
16.Tahun :2011
Posisi :Penulis Jurnal
19. Tahun : 2012
Kegiatan : Lomba debat SMA Se-Jawa Barat Posisi : Juri Mahasiswa
Demikian CV ini saya buat dengan sebenarnya.
Bandung, 21 Desember 2012
1
Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap manusia pasti membutuhkan orang lain untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, untuk itu manusia disebut sebagai makhluk sosial. Sebagai
mahkluk sosial manusia akan selalu berhubungan dengan orang lain, hal ini
sebagai bentuk proses yang dinamakan interaksi sosial.1 Hubungan sosial antara
manusia yang satu dengan manusia yang lainnya telah dikatakan oleh seorang
Filsuf Yunani yang bernama Aristoteles (384-322 Sebelum Masehi) bahwa
manusia adalah zoon politicon, yang berarti bahwa manusia adalah makhluk
sosial sehingga tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dan negara.2 Interaksi
sosial juga tidak hanya terjadi antara individu yang satu dengan individu yang
lain, tetapi bisa terjadi antara satu individu dengan kelompok individu, atau
antara kelompok individu dengan kelompok individu lain. Dengan adanya
interaksi-interaksi sosial, manusia juga akan cenderung membentuk
kelompok-kelompok tertentu demi mencapai tujuan yang diinginkan.
1 Soehino, Ilmu Negara, Yogyakarta: Liberty, 2008, hlm.25.
2 Manshur Zikri ,”Aturan-Aturan Kelompok yang mempengaruhi Hubungan Antar kelompok”, 2009,
2
Universitas Kristen Maranatha Salah satu tujuan yang ingin dicapai dari manusia atau kelompok tertentu
yaitu pemenuhan akan kebutuhan hidupnya, untuk memenuhi pemenuhan
kebutuhannya ini manusia bekerja, berinteraksi dan di era modern manusia
membentuk kelompok usaha yang dinamakan badan usaha. Badan usaha adalah
kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari laba
atau keuntungan. 3 Badan usaha memiliki dua bentuk yaitu badan usaha yang
berbadan hukum dan badan usaha bukan berbadan hukum.
Badan usaha bukan badan hukum didirikan berdasarkan perjanjian
persekutuan antara dua orang atau lebih yang mengikatkan diri untuk bekerja
sama secara terus menerus dengan memberikan pemasukan berupa uang, barang,
tenaga, keahlian dan/atau klien/pelanggan guna diusahakan bersama, mempunyai
nama dan tempat kedudukan tetap dengan tujuan mencari dan membagi bersama
keuntungan yang diperoleh. Badan usaha ini terdiri dari dari Persekutuan
Perdata, Persekutuan Firma dan Persekutuan Komanditer. 4
Guna mengetahui badan usaha berbadan hukum, akan dikemukakan
terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan badan hukum. Badan hukum menurut
Otto Von Gierke adalah suatu realitas sesungguhnya sama seperti sifat
3 “Badan Usaha”, 2012, (http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_usaha),18 Oktober2012. 4 Ratnawati W. Prasodjo ,”
3
Universitas Kristen Maranatha kepribadian alam manusia ada di dalam pergaulan hukum.5 Bentuk badan usaha
berbadan hukum adalah Koperasi , dan Perseroan Terbatas.
Dari semua bentuk badan usaha tersebut yang cukup banyak dipilih
adalah perseroan terbatas dikarenakan risiko usaha bagi perseroan terbatas
sebagai badan hukum tidak melibatkan harta pribadi pemegang saham kecuali
ditentukan lain oleh undang-undang atau peraturan. Menurut Undang-Undang
Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut menjadi
UU PT), perseoran terbatas merupakan badan hukum yang merupakan
persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian melakukan kegiatan usaha
dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan
pelaksanaannya. Di dalam perusahaan juga terdapat Organ Perseroan
sebagaimana diatur didalam UU PT yaitu Rapat Umum Pemegang Saham,
Direksi, dan Dewan Komisaris. Selain itu perseroan juga memiliki banyak divisi
di dalam sistem organisasinya, divisi tersebut pada umumnya yaitu personalia
division, accounting division, marketing division, maintenance division, public relation division, dan legal division. Divisi yang sangat berhubungan dengan
ilmu hukum adalah legal division dimana seseorang yang bekerja didalam legal
division dinamakan sebagai jabatan Legal Officer.
5
R.Ali Rido,Badan Hukum dan Kedudukan badan Hukum Perseroan ,Perkumpulan,
4
Universitas Kristen Maranatha Jabatan Legal Officer sebagai pengembanan keahlian di bidang hukum
di dalam suatu perseroan terbatas dewasa ini, sedang tumbuh dan berkembang
cukup pesat. Perusahaan terus tumbuh dan berkembang sesuai dengan data
Badan Pusat Statistik jumlah perusahaan menurut sub sektor di Indonesia
2001-2009 saja berjumlah 25.077 Perusahaan6, juga penegakkan hukum yang semakin
kuat suatu perseroan terbatas sangat memerlukan peran dari pengemban jabatan
Legal Officer. Pengemban jabatan Legal Officer, di dalam perseroan terbatas
memiliki tugas dan fungsi.
Fungsi pengemban jabatan Legal Officerdalam perseroan terbatas
mendukung jalannya kegiatan bisnis perseroan terbatas dengan mengamankan
investasi dan mengamankan aset perusahaan. Tugas Legal Officerdalam
perseroan terbatas yaitu melakukan legal due deligence /legal audit (dokumen
hukum) dan court clearence (surat bebas perkara) memberi pendapat hukum,
menyiapkan dokumen hukum, mengadakan dokumen-dokumen hukum,
mereview dokumen hukum, menyelesaikan masalah –masalah hukum (sebagai
mediator), mengelola dan mendokumentasikan dokumen-dokumen hukum,
membuat laporan mengenai progres pekerjaan di bidang hukum,
penasihat/pemberi masukan/ pertimbangan, juru bicara perusahaan/group
perusahaan, representasi dari BOD (Bord on Director)/ pemilik perusahaan .7
6“Jumlah Perusahaan Menurut Sub Sektor Di Indonesia 2001-2009”, ( http://www.bps.go.id), 20
Oktober 2012.
7
5
Universitas Kristen Maranatha Berdasarkan tugas-tugas yang diuraikan di atas terdapat beberapa
pekerjaan yang dilakukan oleh profesi bidang hukum lain seperti Notaris dan
Advokat. Ketika pengemban jabatan Legal Officer memberikan pendapat
hukum kepada Direktur, pengemban jabatan Legal Officer bertindak seakan-akan
seperti Advokat yang memberikan pendapat hukum. Dalam menjalankan
tugasnya sebagai penasihat hukum perusahaan, segala pendapat yang
dikeluarkan oleh seorang pengemban jabatan Legal Officer sangat berdampak
pada keputusan Direktur. Di sisi lain, Legal Officer juga membuat dokumen
hukum seperti membuat perjanjian antara konsumen dan perusahaan. Hal ini
menimbulkan risiko dalam pengembanan jabatan Legal Officer apabila pendapat
yang dikeluarkan oleh Legal Officer ternyata salah dan menimbulkan kerugian
bagi perusahaan. Juga jika seorang pengemban jabatan Legal Officer salah
dalam pembuatan dokumen hukum dan menghilangkan suatu dokumen hukum.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu ditinjau apakah pengemban
jabatan Legal Officer dapat dikategorikan sebagai profesi dan apabila ditinjau
dari tugasnya didalam perusahaan dapatkah pengemban jabatan Legal Officer
dipertanggungjawabkan secara hukum dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan pengembanan jabatan
Legal Officer dan memberikan kepastian hukum bagi pengemban jabatan Legal Officer dalam menjalankan tugas dan wewenangnya. Untuk itu penulis sangat
6
Universitas Kristen Maranatha PENGEMBAN JABATAN LEGAL OFFICER DAN PERTANGGUNGJAWABANNYA SECARA PERDATA DALAM SUATU
PERSEROAN TERBATAS ”.
B. Rumusan dan Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumukan permasalahan
sebagai berikut “Bagaimana eksistensi pengemban jabatan Legal Officer dan
pertanggungjawabannya secara perdata dalam suatu perseroan terbatas”.
Berdasarkan rumusan tersebut dapat di identifikasikan masalah:
1. Apakah pengemban jabatan Legal Officer dapat disebut sebagai suatu profesi?
2. Bagaimana hubungan pengemban jabatan Legal Officer dengan perusahaan?
3. Apakah pengemban jabatan Legal Officer dapat bertanggungjawab secara
perdata dalam mengemban tugas-tugasnya yang menimbulkan kerugian bagi
perusahaan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan skripsi ini antara lain :
1. Memberikan kejelasan bahwa pengemban jabatan Legal Officer adalah suatu
7
Universitas Kristen Maranatha 2. Mengetahui dan menggambarkan hubungan pengemban jabatan Legal
Officer dengan perusahaan.
3. Mengetahui dan menggambarkan pertanggungjawaban pengemban jabatan
Legal Officer secara hukum dalam hal menjalankan seluruh tugas-tugasnya
di dalam suatu Perseroan Terbatas.
D. Kegunaan Penelitian
Dari beberapa permasalahan yang dikemukakan dalam latar belakang
penelitian ini,serta memperhatikan tujuan penelitian diatas, diharapkan hasil
penelitian ini akan mempunyai kegunaan, sebagai berikut :
1. Segi teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
pengembangan ilmu hukum pada umumnya, pengembanan profesi
hukum dan hukum ketenagakerjaan ,sehingga dapat memberikan
gambaran yang lebih jelas mengenai penerapan dalam kondisi
sebenarnya.
2. Segi praktis
a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi para pengemban Jabatan
8
Universitas Kristen Maranatha b. Memberi masukan bagi pembentuk undang-undang, dalam
penyusunan suatu peraturan tersendiri mengenai pengembanan
jabatan Legal Officer.
c. Memberi kontribusi pemikiran yang bermanfaat bagi praktisi di bidang
pengembanan jabatan Legal Officer dan tenaga kerja.
E. Kerangka Pemikiran
Setiap manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya pasti harus bekerja.
Bekerja merupakan bentuk tanggung jawab atau kewajiban dasar seorang manusia
secara universal. Kerja adalah bagian kodrati dan integral dari kehidupan
manusia. Hal ini menunjukkan bahwa setiap orang itu menghadapi kerja sebagai
bagian dari kodratnya sendiri dan sekaligus sebagai bagian dari aktivitas
kehidupannya. Lebih dari itu, kerja merupakan kewajiban yang berlaku umum
bagi setiap manusia, sedang pengangguran merupakan wujud kehidupan sia-sia.8
Hegel dan Marx memandang penting untuk menganalisis arti penting
dalam bekerja dalam sistem filsafat mereka. Keduanya memandang pekerjaan
sebagai pernyataan diri manusia melalui objektivikasi. Ini berarti, dengan bekerja
manusia akan mengolah alam semesta dengan cara mengubah objek-objek
alamiah tersebut menjadi bentuk baru. Bentuk yang semula hanya ada dalam
8
9
Universitas Kristen Maranatha benak si pekerja diobjektivikasikan menjadi wujud baru yang nyata, seperti
sebatang pohon yang dikreasikan menjadi perahu.9
Cylde Kluckhohn dan Florence Kluckhohn juga menyempatkan diri
untuk menelaah hakikat kerja (karya) bagi manusia. Menurut mereka, ada
nilai-nilai budaya yang memandang kerja itu sekadar untuk memenuhi nafkah hidup,
namun ada pula yang memandang kerja sebagai upaya menggapai kedudukan dan
kehormatan. Orientasi nilai budaya ke tiga dari hakikat kerja adalah bekerja
merupakan upaya terus-menerus untuk berkarya, yakni dengan mencapai hasil
yang lebih baik dan lebih baik lagi.10
Thomas Aquinas menyatakan, setiap wujud kerja mempunyai empat
tujuan sebagai berikut:
“1. Dengan bekerja, orang dapat memenuhi apa yang menjadi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
2. Dengan adanya lapangan pekerjaan, maka pengangguran dapat dihapuskan/dicegah. Ini juga berati bahwa dengan tidak adanya pengangguran, maka kemungkinan timbulnya kejahatan dapat dihindari pula. 3. Dengan surplus hasil kerjanya, manusia juga dapat berbuat amal bagi
sesamanya.
4. Dengan kerja, orang dapat mengontrol atau mengendalikan gaya hidupnya.”11
Berdasarkan tujuan di atas, bekerja menurut Thomas Aquinas merupakan upaya
untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari- hari. Setiap pekerjaan ini tidak
selamanya setiap orang dapat kerjakan, ada pekerjan-pekerjaan yang
9 Shidarta, Moralitas Profesi Hukum, Bandung, : Refika Aditama, 2009, hlm.99.
10 Koentjaraningrat, Kebudayaan,Mentalitas Dan Pembangunan , Jakarta: Gramedia,1985,hlm.28-31. 11
10
Universitas Kristen Maranatha membutuhkan jenjang pendidikan dan keahlian tertentu, hal ini melahirkan suatu
konsep profesi.
Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian Profesi, Profesi
sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan,
kejuruan dan sebagainya).” Sedangkan Henry Campbell Black memberikan
definisi Profesi sebagai berikut:12
“A Vocation or occupation requiring special , usually advanced,
education knowledge, and skill;e.g.law or medical profession. Also
refers to whole body of such profession”.
(Profesi adalah sebuah keahlian khusus yang membutuhkan pengetahuan
dan kemampuan yang teruji secara profesional;seperti contohnya dalam
bidang hukum atau kedokteran. Mengacu pada seluruh aspek pada
profesi itu. (terjemahan bebas dari penulis))
“The labor and skill involved in a profession is predominantly mental or
intellectual, rather than physical or manual.”
(Tenaga kerja dan kemampuan yang dibutuhkan dalam sebuah profesi
didominasi oleh kemampuan mental dan intelektual, dibandingkan
dengan kemampuan fisik atau manual. (terjemahan bebas dari penulis))
“The term originally contemplated only theology, law. And medicine, but
as applications of science and learning are extended to other departements of affairs, other vocations also receive the name , which
12
11
Universitas Kristen Maranatha
implies professed attainments in special knowledge as distinguished from
more skill”.
(Istilah ini secara langsung dimaksud dalam bidang teologi, hukum, dan kedokteran. Tetapi sebagai sebuah aplikasi sains istilah tersebut dapat secara luas digunakan dalam berbagai departemen urusan. Keahlian lainnya juga mendapatkan sebuah nama atau sebutan, yang menyebabkan profesi tersebut mendapatkan pengakuan sebagai pembedaan dari adanya kebutuhan untuk memperoleh pengetahuan lebih lanjut. (terjemahan bebas dari penulis))
Menurut Lili Rasjidi profesi adalah pekerjaan tetap berupa pelayanan
(service occupation). Pelaksanaanya dijalankan dengan menerapkan pengetahuan
ilmiah dalam bidang tertentu, dihayati sebagai suatu panggilan hidup, serta terikat
pada etika umum dan etika khusus (etika profesi) yang bersumber pada semangat
pengabdian terhadap sesama manusia.13
Menurut Brandeis, untuk dapat disebut sebagai profesi, maka pekerjaan
itu sendiri harus mencerminkan adanya dukungan berupa:
“1. Ciri-ciri pengetahuan (Intellectual Character); 2. Diabadikan untuk kepentingan orang lain;
3. Keberhasilan tersebut bukan didasarkan pada keuntungan finansial; 4. Didukung oleh adanya organisasi (association) profesi dan
organisasi profesi tersebut antara lain menentukan berbagai ketentuan yang merupakan kode etik, serta pula bertanggungjawab dalam memajukan dan menyebarkan profesi yang bersangkutan; dan
5. Ditentukan oleh adanya standar kualifikasi profesi.”14
Sedangkan menurut Franz Magnis Suseno profesi ini terbagi-bagi.
Profesi dapat dibedakan atas profesi umum dan profesi yang luhur, Profesi umum
13 I Gede A.B. Wiranata. Dasar-Dasar Etika dan Moralitas, Bandung: Citra Aditya Bhakti,2000,
hlm.5.
14
12
Universitas Kristen Maranatha adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan
nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian khusus. Persyaratan adanya
keahlian yang khusus inilah yang membedakan antara pengertian profesi dan
pekerjaan, walaupun sukar memang sukar mencari garis pemisah yang tajam
antara keduanya. Profesi yang luhur adalah profesi yang pada hakikatnya
merupakan suatu pelayanan pada manusia atau masyarakat, meskipun mereka ini
memperoleh nafkah, namun nafkah bukan tujuan utamanya. 15
Pengemban jabatan Legal Officer merupakan pengembanan hukum yang
cukup berkembang saat ini. Dilihat dari jumlah perusahaan yang terus meningkat
dan juga adanya bentuk-bentuk pelatihan mengenai Legal Officer. Pengemban
jabatan Legal Officer memiliki tugas melakukan legal due deligence /legal audit
(dokumen hukum) dan court clearence (surat bebas perkara) memberi pendapat
hukum, menyiapkan dokumen hukum, mengadakan dokumen-dokumen hukum,
mereview dokumen hukum, menyelesaikan masalah–masalah hukum (sebagai
mediator), mengelola dan mendokumentasikan dokumen- dokumen hukum,
membuat laporan mengenai progres pekerjaan di bidang hukum,
penasehat/pemberi masukan/pertimbangan, juru bicara perusahaan/group
perusahaan, representasi dari BOD (Bord on Director)/pemilik perusahaan .
Dari tugas-tugas tersebut, tentu saja pengemban jabatan Legal Officer
harus mempertanggungjawabkan tugas-tugasnya jika terjadi suatu permasalahan.
15
13
Universitas Kristen Maranatha Tanggung jawab profesional diartikan oleh Komar Kantaatmadja sebagai
tanggung jawab hukum (legal liability) dalam hubungan dengan jasa profesional
yang diberikan kepada klien. 16 Tanggung jawab profesional yang diujikan atau
diperhadapkan dengan hukum dapat dimintakan pertanggungjawaban hukum.
Pertanggungjawaban hukum terbagi dua, pertanggungjawaban yang timbul karena
perjanjian dan pertanggungjawaban yang timbul karena buka berdasarkan
perjanjian. Jika didasarkan perjanjian maka wujud permintaan
pertanggungjawaban adalah gugatan wanprestasi. Jika didasarkan pada perbuatan
melawan hukum maka wujud permintaan pertanggungjawaban adalah gugatan
perbuatan melawan hukum.
Jika ditinjau dari tinjauan hukum perikatan, maka tanggung jawab
pengemban jabatan Legal Officer dapat juga dilihat dari pola hubungan hukum
keperdataan di antara penyandang profesi dengan pihak yang dilayani (misalnya
klien, pasien,dll.). Hubungan hukum keperdataan yang terjadi antara penyandang
profesi dan pengguna jasanya, secara sederhana dapat dibedakan menjadi dua
model perikatan (verbintenis). Model pertama adalah perikatan yang
menjanjikan suatu hasil (resultaatsverbintenis), sedangkan model ke dua adalah
perikatan yang menjanjikan suatu usaha (inspanningsverbintenis).17
16 Komar Kantaatmadja, Tanggung Jawab Profesional, Jurnal Era Hukum Tahun III, No. 10 ,Oktober
1996, hlm.10.
17
14
Universitas Kristen Maranatha Bentuk tanggungjawab suatu pekerjaan dapat ditinjau dari segi hukum
perburuhan. Legal Officer bekerja di suatu perusahaan memiliki hubungan
kontaraktual, Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan memberikan pengertian yakni perjanjian kerja adalah suatu
perjanjian natara pekerja/buruh dan pengusaha atau pemberik kerja yang memuat
syarat-syarat kerja hak dan kewajiban kedua belah pihak.
Imam Soepomo berpendapat bahwa perjanjian kerja adalah suatu
perjanjian dimana pihak kesatu (buruh), mengikatkan diri untuk bekerja dengan
menerima upah dari pihak kedua yakni majikan, dan majikan mengikatkan diri
untuk mempekerjakan buruh dengan membayar upah.18
Pengusaha sebagai pihak yang lebih tinggi secara sosial-ekonomi
memberikan perintah kepada pihak pekerja/buruh yang secara sosial-ekonomi
mempunyai kedudukan yang lebih rendah untuk melakukan pekerjaan tertentu.
Adanya wewenang perintah inilah yang membedakan antara perjanjian kerja
dengan perjanjian lainnya.19 Hal ini juga yang melahirkan suatu hubungan kerja
sebagaimana dimaksud Pasal 50 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, konsekuensi dalam melanggar perjanjian kerja juga sudah
diatur didalam Pasal 95 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
18
Lalu Husni.Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Rajawali Pers:Jakarta, 2009, hlm.64.
19
15
Universitas Kristen Maranatha Ketenagakerjaan dinyatakan bahwa pelanggaran yang dilakukan oleh pekerjaan/
buruh karena kesengajaan atau kelalaian dapat dikenakan denda.
Ditinjau dari perjanjian, Pasal 1601 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata menyatakan bahwa:
“Selain Perjanjian-Perjanjian untuk melakukan sementara jasa-jasa, yang diatur oleh ketentuan-ketentuan yang khusus untuk itu dan oleh syarat-syarat yang diperjanjikan, dan jika hal itu tidak ada, oleh kebiasaan, maka adalah dua macam perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan diri untuk melakukan pekerjaan bagi pihak yang lainnya dengan menerima upah; perjanjian perburuhan
dan pemborongan kerja”.
Pasal 1367 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Mengatur
Vicarious Liability sebagai berikut:
Alinea ke-1 (pertama)
“Seorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang
disebabkan perbuatannya sendiri tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh barang-barang yang berada di bawah
pengawasannya”.
Alinea ke-3 (ketiga)
16
Universitas Kristen Maranatha F. Metode Penelitian
Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian hukum normatif
yaitu dengan meneliti pada data sekunder bidang hukum yang ada sebagai data
kepustakaan dengan menggunakan metode berpikir deduktif dan kriterium
kebenaran koheren. Maksud dari penelitian ini adalah untuk memahami objek
penelitian yang meliputi kerja untuk mendapatkan data dan kemudian
menggambarkan serta menganalisis objek peneletian tersebut berdasarkan data
yang didapatkan.20
1. Sifat penelitian
Sifat penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan secara
deskriptif analitis,yaitu menggambarkan hal-hal yang berkaitan dengan
pengembanan Legal Officer.
2. Jenis data
Sumber data dari penelitian ini diperoleh atau dikumpulkan terutama
dengan cara mempergunakan data sekunder.
3. Teknik pengumpulan data dan Analisis data
a. Teknik Pengumpulan data
Data sekunder diperoleh dengan cara sebagi berikut:
Studi kepustakaan dilakukan untuk mencari
konsepsi-konsepsi,teori-teori, pendapat-pendapat atau penemuan-penemuan di Indonesia
20
17
Universitas Kristen Maranatha khususnya maupun di dunia pada umunya yang berhubungan erat
dengan permasalahan yang diteliti.
1) Data sekunder bahan hukum primer: Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang
Advokat, dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan.
2) Data sekunder bahan hukum sekunder yang berupa buku-buku
literatur, hasil-hasil penelitian berupa tesis di bidang hukum,
jurnal-jurnal, dan bahan-bahan seminar.
3) Data sekunder bahan hukum tersier yang berupa ensiklopedia
dan kamus.
b. Teknik analisis data
Teknik analisis terhadap data yang ada menggunakan
pendekatan kualitatif, dalam pendekatan secara kualitatif tidak
digunakan parameter statistik guna menganilisi data yang ada.
Sunarjati Hartono mengemukakan mengenai cara-cara menganalisis
terhadap data yang dikumpulkan dilakukan dengan cara-cara atau
analisis atau penafsiran hukum yang dikenal,seperti penafsiran
otentik, penafsiran menurut tata bahasa (gramatikal), penafsiran
berdasarkan sejarah undang-undang, penafsiran sitematis, penafsiran
18
Universitas Kristen Maranatha penafsiran futuristik. Cara penafsiran diatas berguna untuk
menemukan suatu asas atau kaidah hukum.21
Berdasarkan hal yang telah dikemukakan dalam bagian ini,
maka penulisan dalam skripsi ini menggunakan data sekunder sebagai
dasar penelitian. Teknik pengumpulan data adalah dengan studi
kepustakaan, sedangkan studi lapangan hanya bersifat penunjang.
Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis data
kualitatif.
G. Sitematika Penulisan
Agar Pembaca dapat lebih mengerti dan memahami isi yang termuat
dalam skripsi ini, penulis menyajikan skripsi dengan gambran-gambaran secara
singkat pokok-pokok bahasan dari karya tulis ini dengan membagi pembahasan
dalam lima bab, yang antara lain sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Penulis memberikan gambaran secara jelas dan singkat mengenai
hal-hal yang melatarbelakangi penulis sehingga tertarik melakukan
penelitian ini, kemudian mengenai identifikasi masalah, maksud dan
21
19
Universitas Kristen Maranatha tujuan penelitian, kegunaan penelitian,kerangka pemikiran, metode
penelitian, serta sitematika penulisan.
BAB II : PROFESI DAN KEDUDUKANNYA DALAM PERGAULAN
HIDUP MANUSIA
Bab ini berisi tinjauan kepustakaan terhadap aspek-aspek hukum
mengenai profesi.
BAB III : PENGERTIAN, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN DAN
HUBUNGAN HUKUM PENGEMBAN JABATAN LEGAL
OFFICERDALAM SUATU PERSEROAN TERBATAS
Bab ini berisi tinjauan umum mengenai pengertian Legal Officer,
fungsi Legal Officer, dan tugas pokok Legal Officer di dalam
suatu perusahaan. Dalam Bab ini juga akan dibahas mengenai
hubungan hukum pengemban jabatan Legal Officer dengan
Pengusaha aspek yuridis pertanggungjawaban hukum ditinjau
dari sudut hukum ketenagakerjaan dan keperdataan.
BAB IV : EKSISTENSI PENGEMBAN JABATAN LEGAL OFFICER DAN
PERTANGGUNGJAWABANNYA SECARA PERDATA
20
Universitas Kristen Maranatha Dalam bab ini membahas mengenai Peninjauan pengembanan
jabatan Legal Officer sebagai suatu profesi atau bukan , hubungan
mengenai Legal Officer dengan perusahaan, dan mengenai bentuk
tanggung jawab apa yang seharusnya dapat ditujukan kepada
pengemban Legal Officer dalam pengembanan tugas-tugasnya.
BAB V: PENUTUP
Bagian ini berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan adalah hasil
analisis yang telah dibahas dalam bab-bab terdahulu yang
dipadukan dengan identifikasi masalah, setelah itu dikemukakan
beberapa saran yang diharapkan dari hasil penelitian ini yang dapat
114
Universitas Kristen Maranatha
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian penelitian penulis di atas, dapat disampaikan simpulan
sebagai berikut:
1. Pengemban Jabatan Legal Officer merupakan suatu profesi karena memiliki
suatu keahlian khusus yaitu memiliki keahlian di dalam bidang ilmu hukum,
juga dikarenakan terdapat training-training yang secara lebih khusus lagi
memberikan pendidikan mengenai Legal Officer, walaupun belum memenuhi
seluruh ciri-ciri sebagaimana dimaksud para ahli akan tetapi Legal Officer
masih dapat dikategorikan sebagai profesi umum sebagaimana dimaksud
oleh Franz Magnis Suseno, bahwa profesi umum merupakan pekerjaan
yang memiliki standar keilmuan yang khusus, sedangkan profesi khusus
selain memiliki standar keilmuan yang khusus juga harus berdasarkan pada
pelayanan kepada masyarakat
2. Hubungan hukum yang terjadi antara pengemban jabatan Legal Officer
dengan perusahaan merupakan hubungan kerja yang dilandaskan pada
perjanjian, karena adanya perjanjian kerja antara pengemban jabatan Legal
115
Universitas Kristen Maranatha Kitab Undang-Undang Hukum Perdata juga didalam Undang-Undang no 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Di dalam perjanjian kerja harus
terdapat subjek, objek perjanjian, Subjek perjanjian kerja dalam hal ini
adalah pengemban jabatan Legal Officer dan Direksi mewakili perusahaan.
Sedangkan objek perjanjian kerja merupakan hak dan kewajiban antara
pengemban jabatan Legal Officer dan Direksi. Hubungan kerja juga dapat
terjadi jika perjanjian kerja yang dibuat oleh pengemban jabatan Legal
Officer dengan perusahaan ini materinya diatur sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang syarat-syarat sahnya
perjanjian kerja yang syarat sahnya diadopsi dari Pasal 1320 KUHPerdata
tentang syarat-syarat sahnya suatu perjanjian.
3. Pengemban Jabatan Legal Officer dapat digugat secara wanprestasi maupun
perbuatan melawan hukum. Secara wanprestasi ketika pengemban jabatan
Legal Officer melanggar perjanjian kerja yang objeknya diluar ketentuan
yang diatur di dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Secara perbuatan melawan hukum ketika dalam
menjalankan salah satu tugasnya yaitu memberika pendapat hukum,
pengemban jabatan Legal Officer memberikan pendapat yang salah karena
melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan. pengemban jabatan
Legal Officer tidak dapat digugat secara wanprestasi ketika perjanjian kerja
yang dibuat objeknya mencakup apa yang diatur di dalam Undang-Undang
116
Universitas Kristen Maranatha B. Saran
Berdasarkan uraian penelitian penulis diatas, dapat disampaikan saran
sebagai berikut:
1. Pengemban jabatan Legal Officeryang semakin terus bertambah seiring
kebutuhannya, dan secara umum sudah dapat dikatakan sebagai profesi,
seharusnya diatur di dalam peraturan perundang-undangan. Untuk itu perlu
dikaji lebih lanjut mengenai profesi Legal Officer ini sehingga seorang
Pengemban jabatan Legal Officer secara umum dapat menjalankan
kegiatannya dengan pasti sebagai suatu profesi.
2. Hukum ketenagakerjaan dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata sudah
tepat mengatur hubungan hukum yang terajadi antara pengemban jabatan
Legal Officermerupakan hubungan kerja yang didasarkan perjanjian kerja,
akan tetapi khusus untuk Legal Officer, perlu dibuat pengaturan yang lebih
spesifik tentang pekerjaanya.
3. Pada umumnya sanksi yang dapat diberikan kepada pekerjaan adalah surat
peringatan 1, surat peringatan 2, surat peringatan 3 dan pada akhirnya sampai
pemutusan hubungan kerja sebagaimana dimaksud Undang-Undang No. 13
Tahun 2003 tentang tenaga kerja. Sebaiknya seseorang yang ingin menjadi
pengemban jabatan Legal Officer diwajibkan mengikuti kegiatan pelatihan
117
Universitas Kristen Maranatha
Legal Officer dalam suatu perusahaan. Sehingga nantinya seseorang yang
inging bekerja sebagai Legal Officer di perusahaan harus memiliki sertifikat
Legal Officer yang dikeluarkan oleh lembaga khusus. Hal ini untuk
memastikan seorang pengemban jabatan Legal Officer lebih mengetahui
dalam mendapatkan risiko-risiko hukum yang mungkin dialami seperti
digugat secara wanprestasi atau perbuatan melawan hukum. Juga dalam
memberikan pendapat hukum pengemban jabatan Legal Officer harus
memerhatikan peraturan perundang-undangan yang ada dan terbaru dan
memberikan pandangan untung rugi kepada direksi atas penggunaaan
pendapat hukumnya, sehingga ketika direksi menerima pendapat hukum
pengemban jabatan Legal Officer, pengemban jabatan Legal Officertidak
118
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perikatan, Bandung:Alumni , 1982.
Abdul Khakim, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Berdasarkan
Undang-UndangNomor13 Tahun 2003, Bandung: Citra Aditya Bakti,
2003.
Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, Jakarta: Sinar Grafika,2009.
Ali R. Rido,Badan Hukum dan Kedudukan badan Hukum Perseroan
,Perkumpulan, Koperasi,Yayasan,Wakaf, Bandung: Alumni, 2004.
Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan pasca Reformasi, Sinar Grafika: Jakarta, 2009.
Bahder Johan Nasution, Hukum Kesehatan Pertanggung Jawaban Dokter, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Budiono Kusumohamidjojo, Panduan Untuk Merancang Kontrak, Jakarta: GramediaWidiasarana Indonesia, 2001.
E.Sumaryono, Etika Profesi hukum: Norma-Norma bagi Penegak Hukum , Yogyakarta: Kanisius,1995.
Franz Magnis Suseno, Pijar-pijar Filsafat : Dari Gantholoco ke Filsafat
Perempuan, dari Adam Muller ke Postmodernisme.Yogyakarta: Kanisius,
2005.
Herlien Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, Bandung :Citra Aditya Bakti,2008.
HS Salim, Hukum Kontrak, Teori Dan Penyusunan Kontrak, Jakarta : Sinar Grafika, 2006.
119
Universitas Kristen Maranatha Ihsanul Maarif, Penerapan Prinsip kehati-hatian bank, dalam pemberian kredit
tanpa anggunan Tbk.pada unit bisnis consumer loan PT. Bank mandiri (persero) Tbk, Bandung: Unpas, 2010.
J. Satrio, Hukum Perikatan (Perikatan Yang Lahir dari Undang-Undang), Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001.
Johannes Ibrahim,Cross Default dan Cross Collateral sebagai upaya
Penyelesaian Kredit Bermasalah, Bandung: Refika Aditama, 2004.
Koentjaraningrat, Kebudayaan,Mentalitas Dan Pembangunan, Jakarta: Gramedia, 1985.
Koentjoroningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta : Gramedia, 1979.
Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta: Grafindo Persada, 2003.
Lalu Husni.Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Rajawali Pers:Jakarta, 2009.
Liliana Tedjosaputro, Etika Profesi Notaris dalam penegakan hukum Pidana ,Yogyakarta:Bigraf Publishing, 1995.
M. Yahya harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian , Bandung :Citra Aditya Bakti, 1992.
Mariam darus Badrulzaman et al., Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001.
Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kotemporer, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005.
Paul Scholten, Struktur Ilmu Hukum, Terjemahan B. Arief Sidharta Bandung:Alumni, 2003.
R. Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Bandung: Putra Abardin, 1999.
R. Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa,1979.
R.Ali Rido,Badan Hukum dan Kedudukan badan Hukum Perseroan
120
Universitas Kristen Maranatha R.Subekti, Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional, Citra Aditya Bakti, Bandung
, 1993.
R.Subekti, Jaminan-Jaminan Untuk Pemberian Kredit menurut Hukum
Indonesia, Bandung: Alumni, 1978.
Riduan Syahrani, Seluk-beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Bandung :Alumni, 2005.
Shidarta, Moralitas Profesi Hukum, Bandung: Refika Aditama, 2009.
Soehino, Ilmu Negara, Yogyakarta: Liberty, 2008.
Soetojo Prawirohamidjojo, Hukum Perikatan, Surabaya: Bina Ilmu, 1984,
Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta :Intermasa, 1987.
Sumaryono E., Etika Profesi Hukum: Norma-Norma bagi Penegak Hukum , Yogyakarta: Kanisius,1995.
Sunarjati Hartono, Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad Ke -20, Bandung:Alumni,1994.
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, Bandung: Sumur Bandung, 1993.
B. Jurnal Hukum
Komar Kantaatmadja, Tanggung Jawab Profesional, Jurnal Era Hukum Tahun III, No. 10 ,Oktober 1996.
C. Kamus
Departemen Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2009.
Elly Erawati dan J.S. Badudu, Kamus hukum Ekonomi , Jakarta: ELIPS, , 1996.
121
Universitas Kristen Maranatha D. Internet
“Badan Usaha”, 2012, (http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_usaha), 8 Oktober2012.
“Jumlah Perusahaan Menurut Sub Sektor Di Indonesia 2001-2009”, (
http://www.bps.go.id), 20 Oktober 2012.
Manshur Zikri ,”Aturan-Aturan kelompok yang mempengaruhi Hubungan Antar
kelompok”,2009, (http://manshurzikri.wordpress.com),24 Oktober 2012.
Ratnawati W. Prasodjo ,”Sosialisasi Rancangan Undang-Undang Tentang usaha