• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengawasan Bahan Baku dan Mutu yang Efektif Guna Mendukung Kelancaran Proses Produksi Pada PT Alove Bali.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengawasan Bahan Baku dan Mutu yang Efektif Guna Mendukung Kelancaran Proses Produksi Pada PT Alove Bali."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

PENGAWASAN BAHAN BAKU DAN MUTU YANG EFEKTIF

GUNA MENDUKUNG KELANCARAN PROSES PRODUKSI

PADA PT ALOVE BALI

SKRIPSI

OLEH :

ANAK AGUNG SAGUNG DESSY ANESTESIA PRABHANINGRUM

KONSENTRASI PENGEMBANGAN BISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

i

PENGAWASAN BAHAN BAKU DAN MUTU YANG EFEKTIF

GUNA MENDUKUNG KELANCARAN PROSES PRODUKSI

PADA PT ALOVE BALI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Udayana

Oleh :

Anak Agung Sagung Dessy Anestesia Prabhaningrum

1205315035

KONSENTRASI PENGEMBANGAN BISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(3)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Saya bersedia dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam aturan yang belaku apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya saya sendiri atau mengandung tindakan plagiarism.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Denpasar, 4 Januari 2016 Yang menyatakan,

(4)

iii ABSTRACT

Anak Agung Sagung Dessy Anestesia Prabhaningrum. NIM 1205315035. Raw Material Control and Quality Control Effective to Support The Smooth Production Process at PT Alove Bali. Guided by : Dr. Ir. I Ketut Suamba, MP dan Putu Udayani Wijayanti, SP., M.Agb.

PT Alove Bali is one of the aloe vera organic liquid fertilizer manufacturer in Bali. The development of business competition makes PT Alove Bali is more strict in achieving the aim of creating and retaining customers. To achieve this objective, PT Alove Bali must be able to produce qualified products in accordance with the needs and desires of consumers.

This study aimed to analyze the raw materials and quality control of the organics liquid fertilizer on PT Alove Bali. The analysis was performed by processing the data of defective products of the organic liquid fertilizer using statistical process control (SPC) methods to p-control, cause-effect diagrams, and analyze the optimum total cost over quality.

Based on this research, the companies prefer to conduct the inventory in the process, because it does not cause too big storage costs as if the companies do supply raw materials. Analysis of the quality control using the p-control, indicating that the organic liquid fertilizer is in a state of uncontrolled, since there are points that outside the control limit. Based on the analysis of cause-effect diagrams, there are four factors that cause damage to the organic liquid fertilizer that are raw materials, tools and machines, processes, and workforce. Based on analysis of the total cost of optimum quality, the optimum amount of tolerable damage are 89.715 liters, so the total cost of optimum quality the company that should be done as much as Rp 1.327.489.411,39.

(5)

iv ABSTRAK

Anak Agung Sagung Dessy Anestesia Prabhaningrum. NIM 1205315035. Pengawasan Bahan Baku & Mutu yang Efektif Guna Mendukung Kelancaran Proses Produksi Pada PT Alove Bali. Dibimbing oleh : Dr. Ir. I Ketut Suamba, MP dan Putu Udayani Wijayanti, SP., M.Agb.

PT Alove Bali merupakan salah satu produsen pupuk organik cair (POC) di Bali yang dibuat dari lidah buaya. Perkembangan duni yang diwarnai dengan berbagai macam persaingan bisnis saat ini yang membuat PT Alove Bali semakin ketat dalam mencapai tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan pelanggan. Agar tujuan tersebut tercapai, maka PT Alove Bali harus dapat menghasilkan produk yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.

Penelitian ini bertujuan untuk meganalisis pengendalian bahan baku dan mutu POC pada PT Alove Bali. Analisis dilakukan dengan cara mengolah data produk POC rusak menggunakan metode (Statistical Process Control) SPC dengan peta kontrol, diagram sebab-akibat, dan menganalisis total biaya optimum atas mutu.

Berdasarkan hasil penelitian, perusahaan lebih memilih untuk melakukan persediaan dalam proses, karena tidak menimbulkan biaya penyimpanan yang terlalu besar seperti jika perusahaan melakukan persediaan bahan baku mentah. Analisis pengendalian mutu menggunakan peta kontrol mengenai produk POC rusak menunjukkan bahwa proses produksi POC dalam keadaan tidak terkendali, karena sebagian besar masih ada titik yag berada diluar batas kendali. Berdasarkan hasil analisis diagram sebab-akibat terdapat empat faktor penyebab produk POC rusak, yaitu bahan baku, alat dan mesin, proses, dan tenaga kerja. Berdasarkan hasil analisis total biaya optimum atas mutu, jumlah kerusakan optimum yang dapat ditolerir terjadi adalah sejumlah 89.715 liter, dan dengan begitu total biaya optimum atas mutu yang sebaiknya dilakukan perusahaan yaitu sebesar Rp 1.327.489.411,39.

(6)

v

RINGKASAN

Persaingan bisnis yang semakin ketat ini, mengakibatkan perilaku konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli produk semakin ketat. Oleh karena itu, perusahaan harus berusaha mencapai tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan pelanggan. Agar tujuan itu semua tercapai, maka setiap perusahaan harus dapat menghasilkan barang dan/atau jasa yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Pencapaian ini semua diperoleh dari suatu sistem manajemen yang baik. Mulai dari kegiatan produksi, distribusi, dan pengawasan mutu produk dijadikan tolak ukur oleh setiap perusahaan untuk mencapai tujuan tersebut. Kualitas produk yang baik dihasilkan dari pengendalian kualitas yang baik pula, maka banyak perusahaan yang menggunakan metode tertentu untuk menghasilkan suatu produk dengan kualitas yang baik. Maka dari itulah pengendalian kualitas dibutuhkan untuk menjaga agar produk yang dihasilkan sesuai dengan standar kualitas yang berlaku.

Penelitian ini dilakukan di PT Alove Bali yang terletak di Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar. Penelitian dilaksanakan dari bulan September sampai dengan November 2015. Produk yang dihasilkan oleh PT Alove Bali adalah pupuk organik cair. Metode yang digunakan dalam menganalisis mutu yaitu menggunakan metode SPC (Statistical Proccess Control)

dengan peta kontrol, dan diagram sebab-akibat, serta menganalisis biaya optimum mutu, sedangkan untuk menganalisis pengawasan bahan baku yang dilakukan PT Alove Bali dianalisis secara deskriptif.

(7)

vi

terlalu besar seperti jika perusahaan melakukan persediaan bahan baku mentah. Sehingga pengawasan pengendalian bahan baku lidah buaya yang dilakukan perusahaan lebih memfokuskan perhatian kepada para petani yang tersebar di sekitar Kabupaten Gianyar bagian utara dan timur. Analisis pengendalian mutu menggunakan peta kontrol mengenai produk setengah jadi rusak menunjukkan bahwa proses produksi dalam keadaan tidak terkendali, karena sebagian besar masih ada titik yang berada diluar batas kendali. Berdasarkan hasil analisis diagram sebab-akibat terdapat empat faktor penyebab kerusakan produk, yaitu bahan baku, alat dan mesin, proses, dan tenaga kerja. Berdasarkan analisis total biaya optimum atas mutu, jumlah kerusakan yang dapat ditolerir terjadi adalah sejumlah 89.715 liter, sehingga total biaya optimum atas mutu yang sebaiknya dilakukan perusahaan sebesar Rp 1.327.489.411,39. Berdasarkan grafik biaya pengawasan atas mutu menunjukkan bahwa semakin ketat pengawasan mutu yang dilakukan, maka semakin besar biaya pengawasan mutu yang harus dikeluarkan, namun jumlah kerusakan dan biaya jaminan mutu yang ditanggung akan semakin kecil nilainya. Tetapi sebaliknya, semakin longgar pengawasan mutu yang dilakukan perusahaan, maka biaya pengawasan mutu yang dibutuhkan akan semakin kecil, namun jumlah kerusakan dan biaya jaminan mutu akan bertambah besar nilaiya.

(8)

vii

PENGAWASAN BAHAN BAKU DAN MUTU YANG EFEKTIF

GUNA MENDUKUNG KELANCARAN PROSES PRODUKSI

PADA PT. ALOVE BALI

ANAK AGUNG SAGUNG DESSY ANESTESIA PRABHANINGRUM NIM. 1205315035

Menyetujui, Pembimbing I

Dr. Ir. I Ketut Suamba, MP NIP. 19600820 198603 1 007

Pembimbing II

Putu Udayani Wijayanti, SP., M.Agb. NIP. 19810110 200501 2 001

Mengesahkan, Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Udayana

Prof. Dr. Ir I Nyoman Rai, MS. NIP. 19630515 198803 1 001

(9)

viii

PENGAWASAN BAHAN BAKU DAN MUTU YANG EFEKTIF

GUNA MENDUKUNG KELANCARAN PROSES PRODUKSI

PADA PT. ALOVE BALI

Dipersiapkan dan diajukan oleh

Anak Agung Sagung Dessy Anestesia Prabhaningrum

NIM. 1205315035

Berdasarkan SK Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana No : 2559/UN14.1.23/DL/2015

Tanggal : 29 Desember 2015 Tim Penguji Skripsi adalah :

Ketua : Dr. Ir I Nyoman Gede Ustiyana, M.M Anggota

1. Ir. I G A A Lies Anggreni, M. Par 2. Ir. Nyoman Parining, M.Rur.M 3. Dr. Ir I Ketut Suamba, M. P

4. Putu Udayani Wijayanti, S.P., M.Agb

(10)

ix

RIWAYAT HIDUP

Anak Agung Sagung Dessy Anestesia Prabhaningrum lahir di Denpasar, 23 Desember 1993. Penulis merupakan anak tunggal dari A.A Ngurah Gde Indranata dan Endang Sri Pramesti S.K. Penulis sekarang bertempat tiggal di Jalan Gemitir Gang Suli A/II No. K4 Banjar Biaung, Denpasar Timur, Bali.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pertanian Program Studi Agribisnis Universitas Udayana. Judul yang penulis ajukan adalah ”Pengawasan Bahan Baku dan Mutu yang Efektif Guna Mendukung Kelancaran Proses Produksi Pada PT

Alove Bali ”. Penelitian ini penulis lakukan di PT. Alove Bali yang terletak di

Desa Saba Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatakn ini penulis dengan senang hati menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat

1. Prof. Dr. Ir I Nyoman Rai, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana yang telah mengesahkan secara resmi judul penelitian ditingkat fakultas sebagai bahan penulisan skripsi sehingga penulisan skripsi berjalan dengan lancar.

2. Ir. I Wayan Widyantra, MP selaku Ketua Jurusan Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana yang telah mengesahkan secara resmi judul penelitian ditingkat program studi sebagai bahan penulisan skripsi sehingga penulisan skripsi berjalan dengan lancar. 3. Dr. Ir Ni Wayan Sri Astiti, MP selaku pembimbing akademik yang

(12)

xi

4. Ir. I Ketut Suamba, MP selaku pembimbing I yang selalu bijaksana memberikan bimbingan, nasehat, serta waktunya selama penelitian dan penulisan skripsi ini.

5. Udayani WIjayanti SP, M.Agb selaku pembimbing II yang telah mencurahkan perhatian, bimbingan, doa, dan kepercayaan yang sangat berarti bagi penulis.

6. Bapak Karang selaku Direktur PT Alove Bali yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di PT Alove Bali.

7. Bapak Wayan Balik, Wayan Sudarmika, Agung, Ibu Agung, Kadek, dan staff lain yang telah memberikan perhatian dan waktunya selama penelitian skripsi ini.

8. Dr. Ir. I Nyoman Gede Ustriyana, MM dan Dr. Ir. Ratna Komala Dewi, MP selaku dosen pembahas seminar usulan penelitian yang telah memberikan masukan guna penyempurnaan skripsi ini.

9. Dr. Ir. I Nyoman Gede Ustriyana, MM, Dr. Gede Makse Korri Arisena, SP, M.Agb, dan A.A.A Wulandira SDJ., SP, MMA selaku dosen pembimbing seminar hasil yang telah memberikan masukan guna penyempurnaan skripsi ini.

10.Dr. Ir. I Nyoman Gede Ustriyana, MM, Ir. I G A A Lies Anggreni, M.Par, dan Ir. Nyoman Parining, M.Rur.M selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan guna penyempurnaan skripsi ini.

(13)

xii

12.Keluarga besar Karyono yang tidak dapat penulis sebutkan satu-satu yang selalu memberikan motivasi dan doa dalam penulisan skripsi ini.

13.Teman terdekat penulis, I Gede Daksa Wismaya yang selalu memberikan motivasi, doa, kepercayaan, dan selalu ada di saat susah maupun senang dalam penulisan skripsi ini.

14.Para sahabat penulis, Vera, Hesty, RR Dika, Ayu Mardiani, Ayu Wahida, Tammy, Novie Jayanti, Rai Widiasty, Edi Suta, Anom Cantona, Ditya Udayana, Catherine Sinaga, Kencana Maharani, Ade Pebriantari, Winda Arisandi, Istri Priyatna, dan Wicanodian yang selalu memberikan motivasi, bantuan, doa, dan selalu ada di saat susah maupun senang dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.

15.Teman-teman penulis Agribisnis angkatan 2012 dan teman-teman seperjuangan pada masa Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang selalu memberikan semangat dan doa dalam penulisan skripsi ini.

Semoga Tuhan memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya. Akhir kata, penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya mengarah pada perbaikan. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan.

(14)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... ii

(15)

xiv

3.2.1 Jenis dan sumber data penelitian ... 32

3.2.2 Teknik pengumpulan data penelitian ... 33

3.3 Responden Penelitian ... 34

5.2 Manajemen Sistem Pengawasan Mutu dengan Metode SPC ... 52

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

4.1 Data Produksi, Penjualan, Produk Rusak, dan Stok Keseluruhan

PT Alove Bali ... 4

2.1 Perbedaan dan Persamaan Penelitian ... 29

3.1 Variabel, Indikator, Parameter, Pengukuran Variabel ... 35

5.1 Laporan produksi dan Produk Rusak PT Alove Bali, Tahun 2013 ... 57

5.2 Produk Rusak dan Persentase Produk Rusak PT Alove Bali ... 59

5.3 Biaya Pengawasan Mutu Tahun 2013 ... 63

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1 Alat Bantu Pengendalian Mutu ... 21

2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 31

4.1 Struktur Organisasi ... 42

4.2 Proses Transformasi Produk ... 46

4.3 POC Sunland ... 49

5.1 Peta Kontrol Pupuk Organik Cair (POC) ... 60

5.2 Diagram Sebab-Akibat POC ... 61

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Perhitungan Peta Kontrol ... 70

2 Perhitungan Aktual Mengenai QCC, QAC, TQC untuk POC ... 71

3 Perhitungan Optimum Mengenai QCC, QAC, TQC untuk POC ... 72

(19)

1

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Perkembangan dunia usaha saat ini telah diwarnai dengan berbagai macam persaingan di segala bidang. Salah satunya adalah persaingan bisnis yang semakin ketat yang mengakibatkan perilaku konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli produk. Oleh karena itu dalam menghadapi persaingan bisnis yang sangat ketat ini, suatu perusahaan harus berusaha mencapai tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan pelanggan. Agar tujuan itu semua tercapai, maka setiap perusahaan harus dapat menghasilkan barang dan/atau jasa yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Pencapaian ini semua diperoleh dari suatu sistem manajemen yang baik. Mulai dari kegiatan produksi, distribusi, dan pengawasan mutu produk dijadikan tolak ukur oleh setiap perusahaan untuk mencapai tujuan tersebut. Suatu perusahaan harus mampu mengidentifikasi kebutuhan konsumen dengan baik, mengembangkan produk berkualitas, menetapkan harga, mempromosikan dan mendistribusikan produk secara efektif, serta dapat menjaga kualitas maka produknya akan laris di pasaran, dan pada akhirnya tujuan perusahaan yaitu memperoleh laba akan tercapai dengan mudah (Sumayang, 2003).

(20)

2

dilakukan perusahaan akan digunakan untuk menunjang proses produksi yang ada di dalam perusahaan.

Menurut Rangkuti (2004), dalam bukunya berjudul Manajemen Persedian Aplikasi di Bidang Bisnis, persediaan bahan baku sangat penting dilakukan bagi perusahaan karena berfungsi menghubungkan antara operasi yang berurutan dalam pembuatan suatu barang dan menyampaikannya kepada konsumen. Hal ini berarti dengan adanya persediaan memungkinkan terlaksananya operasi produk, karena faktor waktu antara operasi itu dapat diminimalisir atau dihilangkan sama sekali. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk melakukan pengawasan persediaan bahan baku agar perusahaan bisa mengawasi bahan baku yang akan diproses sehingga proses produksi bisa berjalan dengan lancar, dengan melakukan pengawasan yang ditetapkan diharapkan dapat mengetahui keluar masuknya bahan baku, juga dapat mengefisiensikan biaya produksi yang dikeluarkan. Hal ini dapat membantu perusahaan dalam melaksanakan kegiatan produksi.

(21)

3

lebih tinggi. Sampai saat ini konsumen tidak hanya menginginkan mutu produk yang baik, tetapi juga ingin mendapat jaminan bahwa mutu produk tersebut akan selalu baik. Setiap barang atau produk yang dimiliki oleh perusahaan akan diatur sedemikian rupa dalam penyimpanannya sebelum didistribusikan. Pengaturan ini dilakukan agar mutu produk tersebut tidak akan berkurang atau rusak sehingga kualitas produk yang sampai ke tangan konsumen akan tetap baik. Kualitas produk yang tetap dalam keadaan baik akan menyebabkan kepuasaan konsumen tetap terjaga terhadap produk yang didistribusikan dan keuntungan yang diinginkan tercapai serta image perusahaan akan baik dimata konsumen yang membeli produk (Ihikawa, 1989).

(22)

4

Tabel 1.1

Data Produksi, Penjualan, Produk Rusak, dan Stok Keseluruhan PT Alove Bali 2012

mentah (liter) 475.421,00 442.100,00 460.361,00 195.866,00

Stok keseluruhan bahan

baku setengah jadi (liter) 1.037.220,50 1.144.962,39 1.575.224,46 1.102.723,09

Rusak (liter) 25.600,00 153.000,00 0 620.585,00

Penjualan POC (liter) 205.263,23 181.358,11 30.098,93 47.782,38

Sumber : Data primer diolah, 2015

Berdasarkan Tabel 1.1, dapat dilihat bahwa terjadi penurunan penjualan setiap tahunnya dikarenakan kerusakan produk pupuk organik cair (POC) yang meningkat drastis pada tahun 2013 sebanyak 153.000 liter. Perlu adanya upaya pengendalian mutu yang dilakukan lebih lanjut agar perusahaan mengetahui faktor penyebab terjadi kerusakan, sehingga nantinya perusahaan akan lebih selektif dalam memproduksi POC.

Salah satu cara untuk mengukur mutu produk ialah penerapan quality control dengan peta kontrol (control charts). Fungsi penerapan quality control

tersebut adalah untuk melakukan pengawasan terhadap mutu dari input awal berupa penyelesaian bahan baku, proses produksi, sampai kepada proses output barang jadi finished goods). Dengan adanya penerapan quality control maka perusahaan dapat melakukan efisiensi proses produksi, khususnya dalam industri pengolahan pupuk organik.

(23)

5

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian mengenai latar belakang pengawasann bahan baku dan mutu PT. Alove Bali, maka dapat disimpulkan beberapa rumusan masalah yang akan diangkat adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana sistem pengawasan bahan baku lidah buaya yang dilakukan PT Alove Bali ?

2. Bagaimana sistem pengawasan mutu produk yang dihasilkan PT Alove Bali menggunakan metode SPC (Statitical Proccess Control) ?

3. Bagaimana biaya pengawasan mutu optimum produk yang dihasilkan PT Alove Bali ?

1.3Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas mengenai pengawasann bahan baku dan mutu PT. Alove Bali, maka tujuan penelitian untuk mengetahui,

1. Sistem pengawasan bahan baku lidah buaya yang dilakukan PT Alove Bali; 2. Sistem pengawasan mutu produk yang dihasilkan PT Alove Bali

menggunakan metode SPC (Statitical Proccess Control); dan

3. Biaya pengawasan mutu optimum produk yang dihasilkan PT Alove Bali.

1.4 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat member manfaat bagi berbagai pihak yang membacanya, antara lain,

(24)

6

bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman penulis mengenai manajemen pengawasan bahan baku dan mutu di PT Alove Bali.

2. Bagi perusahaan yang bersangkutan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penentuan strategi pengendalian kualitas yang dilakukan perusahaan di masa yang akan datang sebagai upaya peningkatan kualitas produksi.

3. Bagi mahasiswa lain, penelitian ini dapat memberikan rujukan atau referensi untuk keperluan studi dan penelitian selanjutnya mengenai topik permasalahan yang sama terjadi.

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian adalah melakukan analisis mengenai pengawasan bahan baku dan mutu di PT Alove Bali. Produk yang dihasilkan oleh PT Alove Bali adalah pupuk organik cair berbahan baku lidah buaya jenis

(25)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aspek Teknis Lidah Buaya

Menurut Arifin (2015), lidah buaya merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat serta mudah ditanam dan tumbuh di daerah berhawa panas. Maka dari itu lidah buaya dikenal sebagai miracle plant, first aid plant, atau burn plant. Tanaman ini memiliki daun berwarna hijau berlapis lilin putih. Berbentuk agak runcing seperti taji, tebal, getas, tepi daun bergerigi, atau berduri kecil. Perkataan “Aloe Vera” berasal dari Bahasa Arab “Alloeh” yang artinya bahan pahit yang berkilat, dan dalam Bahasa Latin pula “Aloe” adalah pokok, sedangkan “Vera”

adalah tulin atau pokok tulin.

Terdapat lebih 300 spesies lidah buaya di bumi ini dan hanya beberapa saja yang dikenal pasti memiliki khasiat dan nutrisi yang boleh digunakan. Aloe Barbadensis Milller merupakan spesies lidah buaya yang paling banyak digunakan oleh masyarakat dunia. Berikut data mengenai klasifikasi tanaman lidah buaya.

Kingdom : Plantae

Divisi : Angiospermae Bangsa : Monocotyledoneae Bangsa : Liliales

Suku : Liliaceae Marga : Aloe Jenis : Aloe vera

(26)

8

batang ini akan muncul tunas-tunas yang selanjutnya akan menjadikan anakan lidah buaya. Batang lidah buaya ini dapat distek untuk proses perbanyakan tanaman ini. Peremajaan tanaman ini dilakukan dengan cara memangkas habis daun dan batangnya, lalu sisa tunggul batangnya akan munsul tunas-tunas baru.

Daun lidah buaya berbentuk pita dengan helaian yang memanjang. Daunnya berdaging tebal, tidak bertulang, berwarna hijau, mengandung gel atau getah sebagai bahan baku obat. Bentuk daunnya menyerupai pegang berujung runcing dengan duri lemas dipinggirnya. Panjang daun lidah buaya ini dapat mencapai 50 sampai dengan 75 cm, dengan berat 0,5 kg.

Bunga lidah buaya berwarna kuning atau kemerahan berupa pipa yang mengumpul, keluar dari ketiak daun. Bunga ini berukuran kecil dan panjang bunga bisa mencapai 100 cm, dimana bunga lidah buaya muncul bila ditanam di pegunungan, selain itu bunga lidah buaya menghendaki tanah yang subur dan gembur di bagian atasnya.

Lidah buaya mempunyai sistem perakaran yang sangat pendek dengan akar berbentuk serabut, yaitu akar samping yang keluar dari pangkal batang atau buku, umumnya bergerombol dan berfungsi menggantikan akar tunggang yang tidak berkembang. Akar lidah buaya mempunyai panjang rata-rata bisa mencapai 30 sampai dengan 100 cm (Arifin, 2015).

(27)

9

Lidah buaya tahan terhadap segala unsur iklim, baik suhu, curah hujan, dan sinar matahari. Lidah buaya juga tahan terhadap kekeringan, ini dikarenakan tanaman ini menyimpan air pada daunnya yang tebal dan mulut daun yang sangat rapat sehingga dapat mengurangi penguapan pada musim kering. Lidah buaya termasuk tanaman yang efisien dalam penggunakan air dan dapat tumbuh di daerah basah maupun kering. Adapun kelemahan tanaman ini bisa ditanam pada daerah basah dengan curah hujan tinggi adalah banyaknya cendawan terutama

Fusarium sp. yang menyerang pangkal daun.

Lidah buaya dapat tumbuh dari daerah dataran rendah sampai daerah dataran pegunungan. Daya adaptasinya tinggi sehingga tempat tumbuhnya menyebar diseluruh dunia, mulai daerah tropika sampai daerah subtropika.

Tanah yang dikehendaki oleh tanaman lidah buaya ini yaitu tanah subur yang kaya bahan organik dan gembur. Kesuburan tanah pada lapiran olahan sedalam 30 cm sangat diperlukan karena akarnya pendek. Apabila tanaman ditanam di daerah yang bertanah mineral maupun tanah organik, agar dapat tumbuh dengan baik diperlukan tambahan pupuk.

2.2Manfaat Lidah Buaya

(28)

10

menjadi salah satu jenis tanaman terlaris di dunia yang telah dikembangkan oleh negar-negara Eropa sebagai bahan baku industri. Pengembangan agribisnis lidah buaya memiliki prospek yang sangat bagus dilihat dari segi keterlibatan masyarakatnya dan manfaatnya yang ditimbulkan, berikut beberapa faktanya bahwa lidah buaya kaya akan manfaat.

1. Mendorong tumbuhnya industri pedesaan baik sektor hulu maupun sektor hilir, sehingga dapat memperluas lapangan kerja di pedesaan

2. Penganekaragaman produknya sangat beragam dari mulai makanan dan minuman, bahan baku kosmetika, dan bahan baku obat-obatan.

3. Nilai tambah produk hilirnya cukup besar

4. Permintaan produk olahannya mempunyai pasar yang bagus

Pengembangan agribisnis lidah buaya di Indonesia terpusat di Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat. Pengembangan lidah buaya juga terdapat di Jawa Barat di daerah Bogor dan Parung, dimana lidah buaya di daerah tersebut dibudidayakan secara organik.

(29)

11

oleh bakteri akan semakin lama. Selain mudah terdekomposisi, bahan ini kaya nutrisi yang dibutuhkan tanaman pada umumnya (Arifin, 2015).

2.3Pembudidayaan Lidah Buaya

Secara garis besar, budidaya lidah buaya sangat mudah untuk dilakukan. Menurut Arifin (2015) pada bukunya yang berjudul “Intensif Budidaya Lidah Buaya Usaha dengan Prospek yang Kian Berjaya”, sebelum melakukan budidaya tanaman lidah buaya dilakukan penyiapan lahan untuk pembudidayaan. Lahan disiapkan dalam keadaan telah dibajak dan di gemburkan terlebih dahulu kemudian dibuat saluran drinase dan bedengan. Bedengan harus dibuat dengan ukuran 1 x 2 meter dan tinggi 30 sampai dengan 40 cm dan panjang di sesuaikan dengan kondisi lahan.

Budidaya tanaman lidah buaya dimulai dengan melakukan pembibitan terlebih dahulu. Pembibitan dilakukan secara vegetatif. Bibit diambil dari tanaman induk berupa anakan dengan jalan dicongkel dan diusakan agar akarnya tak putus. Anakan yang telah diperoleh ditanam dalam polibag. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan proses pembibitan adalah tiga sampai lima bulan. Setelah masa pembibitan barulah bisa ditanam diareal pembudidayaan yang sudah disiapkan. Bibit tanaman lidah buaya ditanam dalam lubang dengan kedalaman kurang lebh 10 cm. Pada waktu penanaman diusahakan agar tanaman lidah buaya tidak berhimpitan dan daun tidak patah.

(30)

12

dapat diberikan pupuk Urea dan Furadan. Lidah buaya sudah dapat dipanen pada umur 8 sampai dengan 12 bulan setelah penanaman. Panen berikutnya dilakukan secara periodik setiap bulan.

2.4Proses Produksi

Proses produksi adalah cara atau metode yang dilakukan perusaahn untuk menciptakan barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber (manusia, mesin, dana, dan bahan-bahan) yang ada. Menurut Assauri, S (1999), jenis proses produksi ini sangat banyak, namun secara ekstern dapat dibedakan menjadi dua yaitu proses produksi yang terus menerus (continuous processes) dan proses yang terputus-putus (intermittent processes).

1. Proses produksi yang terus menerus (continuous processes)

Merupakan proses produksi barang atau jasa atas dasar aliran produk dari satu operasi ke operasi berikutnya tanpa penumpukan disutu titik dalam proses. Biasanya ciri-ciri proses produksi jenis ini adalah produk yang dihasilkan dalam jumlah besar dengan variasi yang sangat kecil, apabila terjadi salah satu mesin rusak maka seluruh proses produksi akan terhenti, persediaan bahan mentah dan bahan dalam proses adalah lebih rendah daripada proses yang terputus-putus.

2. Proses yang terputus-putus (intermittent processes)

(31)

13

sangat besar dan didasarkan atas pesanan, proses produksi tidak mudah terhenti walaupun terjadi kerusakan, dan persediaan bahan mentah biasanya tinggi, karena tidak dapat ditentukan pesanan apa yang akan dipesan oleh pembeli dan juga persediaan bahan dalam proses lebih tinggi daripada proses terus-menerus karena prosesnya terputus-putus.

2.5Pengertian Bahan Baku

Menurut Indrajit dan Djokopranoto (dalam Wirasuta, 2004) bahan baku atau yang lebih dikenal dengan sebutan Raw Material merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang bersangkutan. Mulyadi (dalam Wirasuta, 2004) juga berpendapat bahwa bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian utama dari produk jadi. Bahan baku merupakan bahan yang harus diperhitungkan dalam kelangsungan proses produksi. Banyaknya bahan baku yang tersedia akan menentukan besarnya penggunaan sumber-sumber didalam perusahaan dan kelancarannya dalam mengelola kegiatan produksinya (Assauri, 1999).

(32)

14

penting dalam suatu proses produksi karena bila terjadi kekurangan bahan baku maka kegiatan perusahaan tidak dapat berjalan lancar sebagaimana mestinya.

2.6Pengertian Persediaan

Persediaan adalah sejumlah bahan-bahan, bagian-bagian yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau langganan setiap waktu. Rangkuti (dalam Putra, 2008). Menurut Handoko (dalam Putra, 2008), persediaan merupakan segala sesuatu atau sumberdaya-sumberdaya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Keberadaan persediaan berkaitan dengan faktor waktu, faktor ketidakpastian, faktor diskontinuitas, dan faktor ekonomi.

Persediaan memiliki fungsi penting yang dapat meningkatkan efisiensi operasional suatu perusahaan, dengan adanya persediaan maka proses produksi tidak terhambat oleh kekurangan bahan baku. Selain itu, prosedur untuk memperoleh dan menyimpan bahan baku yang dibutuhkan dapat dilaksanakan dengan biaya minimum. Setiap perusahaan memiliki jumlah berbeda-beda, dan jumlah itu disesuaikan dengan kondisi dan konsep manajemen persediaan yang diinginkan (Fahmi, 2012). Menurut jenisnya, persediaan dapat dibedakan atas :

(33)

15

2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased paris), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi produk.

3. Persediaan barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut mejadi barang jadi.

4. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.

5. Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam bentuk produk dan siap untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan.

2.7Pengertian Mutu

(34)

16

Mutu adalah kesesuaian serangkaian karakteristik produk atau jasa dengan standar yang ditetapkan perusahaan berdasarkan syarat, kebutuhan dan keinginan konsumen. Segala aspek termasuk pengertian dan pemahaman terhadap hal-hal yang berkaitan dengan mutu sangat penting untuk dimiliki oleh perusahaan, baik untuk kepentingan internal maupun eksternal, dengan persepsi yang sama mengenai mutu maka tujuan dan cita-cita mutu perusahaan dapat dicapai dengan lebih cepat dan efisien (Muhandri dan Kadarisman dalam Ilham, 2012).

2.8 Pengendalian Mutu

Menurut Sumayang, (2003) dalam bukunya, pengendalian mutu merupakan falsafah yang memantapkan dan menjaga lingkungan yang menghasilkan perbaikan terus-menerus pada kualitas dan produktivitas di seluruh aktivitas perusahaan, pemasok, dan jalur distribusi. Perbaikan menyeluruh yang terus-menerus di semua fungsi mulai dari perencanaan sanpai dengan fungsi pelayanan di lapangan. Misi pengendalian mutu adalah perbaikan yang berkesinambungan pada produk untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, memberikan keberhasilan usaha dan mengembalikan investasi kepada para pemegang saham dan pemilik peusahaan.

(35)

17

melakukan pengawasan merupakan halangan bagi para pekerja untuk dapat melaksanakan kegiatan produksi. Akan tetapi, dengan perkembangan perkembangan produksi yang semakin baik serta penerangan dan komunikasi yang semakin maju maka keadaan tersebut menjadi berubah, di mana peranan mutu mulai dirasakan pentingnya dan mulailah dicari prosedur-prosedur pengawasan mutu yang lebih baik (Fahmi, 2012).

Maka dari kenyataan yang telah terjadi, Assauri (1999) menyimpulkan bahwa pengawasan mutu adalah kegiatan untuk memastikan apakah kebijaksanaan dalam hal mutu (standar) dapat tercermin dalam hasil akhir. Dengan perkataan lain, pengawasan mutu merupakan usaha untuk mempertahankan mutu atau kualitas dari barang yang dihasilkan, agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijakan pemimpin perusahaan. Pengawasan mutu ini, semua prestasi barang dicek menurut standar, dan semua penyimpangan-penyimpangan dari standar dicatat serta dianalisis dan semua penemuan-penemuan dalam hal ini dipergunakan sebagai umpan balik untuk para pelaksana sehingga mereka dapat melakukan tindakan-tindakan perbaikan untuk produksi pada masa-masa yang akan datang.

2.9 Kendali Mutu Terpadu

(36)

18

mengenai manajemen mutu, maka perlu adanya dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak diantaranya : a) Partisipasi pihak manajemen atau keikutsertaan pimpinan perusahaan; dan b) Partisipasi (keikutsertaan) karyawan (tenaga kerja).

Terdapat empat jenis-jenis pengawasan mutu produk menurut Prawirosentono (dalam Fitriani 2004), antara lain adalah sebagai berikut:

a. Pengawasan mutu bahan baku

Apakah bahan baku yang digunakan sesuai dengan mutu direncanakan? Hal ini perlu diamati sejak rencana pembelian bahan baku, penerimaan bahan baku di gudang, penyimpanan bahan baku di gudang, sampai dengan saat bahan baku tersebut akan digunakan.

b. Pengawasan proses produksi

Bahan baku yang telah diterima gudang, selanjutnya diproses dalam mesin-mesin produksi untuk diolah menjadi barang jadi, dalam hal ini, selain cara kerja peralatan produksi yang mengolah bahan baku dipantau, juga hasil kerja mesin-mesin tersebut dipantau dengan cara statistik agar menghasilkan barang sesuai yang direncanakan.

c. Pengawasan produk jadi

(37)

19

d. Pengawasan pengepakan atau kemasan

Kemasan merupakan alat untuk melindungi produk agar tetap dalam kondisi sesuai dengan mutu, tetapi ada pula produk yang tidak begitu memerlukan perhatian khusus dalam hal kemasan maupun alat angkut, misalnya kelapa, singkong, dan sebagainya. Akan tetapi, tetap harus memilih alat angkut yang tepat agar produk sampai tujuan dengan mutu tetap prima.

2.10 Biaya Mutu (quality cost)

Hampir setiap produsen ingin berusaha memperbaiki mutu dari barang yang dihasilkannya, di dalam masalah mutu ini, biasanya produsen selalu berusaha untuk dapat bertindak efisien. Produsen selalu memikirkan untuk memperbaiki mutu dari barang yang dihasilkannya dengan biaya lebih murah. Sehingga perlu kita ketahui, bahwa sebenarnya untuk meningkatkan mutu selalu dibutuhkan biaya. Oleh karena itu, pengusaha atau produsen harus melihat biaya yang dikeluarkan dan keuntungan yang dapat diharapkan. Menurut Fitriani (2004), perlu diperhatikan unsur-unsur atau komponen biaya apa saja yang terdapat dalam mutu yaitu sebagai berikut.

1. Biaya pengawasan kualitas

a) Biaya kerusakan bahan baku dan bahan penolong karena kurangnya perawatan pada waktu penyimpanan di gudang dan kurang stabilnya mutu bahan baku. sehingga pada waktu bahan baku akan diproses kualitasnya mengalami penyusutan.

(38)

20

lembur untuk pemeriksaan kualitas. Besarnya biaya pengawasan kualitas dipengaruhi oleh ketat tidaknya intensitas pengawasan kualitas produk. 2. Biaya jaminan mutu

Biaya jaminan mutu yang dikeluarkan perusahaan diakibatkan karena kerusakan produk selama perjalanan dari perusahaan ke distributor atau ke konsumen. Biaya jaminan mutu ini meliputi:

a) Biaya perbaikan produk yang rusak b) Biaya penggantian produk rusak dan cacat

c) Biaya atas ditanggungnya resiko yang menyebabkan berkurangnya volume penjualan karena biaya produk yang rusak atau cacat telah dibeli oleh para konsumen yang membeli produk.

2.11 Alat Bantu dalam Pengawasan Kualitas

(39)

21

Gambar 2.1

Alat Bantu Pengawasan Mutu

1. Lembar pemeriksaan (check sheet)

(40)

22

masalah kualitas. Adapun beberapa manfaat dipergunakannya check sheet yaitu sebagai alat untuk :

a. Mempermudah pengumpulan data terutama untuk mengetahui bagaimana suatu masalah terjadi.

b. Mengumpulkan data tentang jenis masalah yang sedang terjadi.

c. Menyusun data secara otomatis sehingga lebih mudah untuk dikumpulkan. d. Memisahkan antara opini dan fakta.

2. Diagram sebar (scatter diagram)

Scatter diagram atau disebut juga dengan peta korelasi adalah grafik yang menampilkan hubungan antara dua variabel apakah hubungan antara dua variabel tersebut kuat atau tidak, yaitu antara faktor proses yang mempengaruhi proses dengan kualitas produk. Pada dasarnya diagram sebar (scatter diagram) merupakan suatu alat interpretasi data yang digunakan untuk menguji bagaimana kuatnya hubungan antara dua variabel dan menentukan jenis hubungan dari dua variabel tersebut, apakah positif, negatif, atau tida ada hubungan. Dua variabel yang ditunjukkan dalam diagram sebar dapat berupa karakteristik kuat dan faktor yang mempengaruhinya.

3. Diagram sebab-akibat (cause and effect diagram)

(41)

23

faktor utama tersebut yang dapat di lihat pada panah-panah yang berbentuk tulang ikan.

Diagram sebab-akibat ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1950 oleh seorang pakar kualitas dari Jepang yaitu Dr. Kaoru Ishikawa yang menggunakan uraian grafis dari unsur-unsur proses untuk menganalisa sumbersumber potensial dari penyimpangan proses. Faktor-faktor penyebab utama ini dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian yaitu :

1. Material (bahan baku). 2. Machine (mesin). 3. Man (tenaga kerja). 4. Method (metode).

5. Environment (lingkungan).

Adapun kegunaan dari diagram sebab-akibat adalah : 1. Membantu mengidentifikasi akar penyebab masalah.

2. Menganalisa kondisi yang sebenarnya yang bertujuan untuk memperbaiki peningkatan kualitas.

3. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah. 4. Membantu dalam pencarian fakta lebih lanjut.

5. Mengurangi kondisi-kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian produk dengan keluhan konsumen.

6. Menentukan standarisasi dari operasi yang sedang berjalan atau yang akan dilaksanakan.

(42)

24

Adapun langkah-langkah dalam membuat diagram sebab akibat adalah sebagai berikut,

1. mengidentifikasi masalah utama;

2. menempatkan masalah utama tersebut disebelah kanan diagram;

3. mengidentifikasi penyebab minor dan meletakkannya pada diagram utama; 4. mengidentifikasi penyebab minor dan meletakkannya pada penyebab mayor; 5. diagram telah selesai, kemudian dilakukan evaluasi untuk menentukan

penyebab sesungguhnya.

4. Diagram Pareto (pareto analysis)

Diagram pareto pertama kali diperkenalkan oleh Alfredo Pareto dan digunakan pertama kali oleh Joseph Juran. Diagram Pareto adalah grafik balok dan grafik baris yang menggambarkan perbandingan masing-masing jenis data terhadap keseluruhan. Menggunakan diagram pareto, dapat terlihat masalah mana yang dominan sehingga dapat mengetahui prioritas penyelesaian masalah. Fungsi Diagram pareto adalah untuk mengidentifikasi atau menyeleksi masalah utama untuk peningkatan kualitas dari yang paling besar ke yang paling kecil.

5. Diagram Alir/Diagram Proses (process flow chart)

Diagram alir secara grafis menunjukkan sebuah proses atau sistem dengan menggunakan kotak dan garis yang saling berhubungan. Diagram ini cukup sederhana, tetapi merupakan alat yang sangat baik untuk mencoba memahami sebuah proses atau menjelaskan langkah-langkah sebuah proses.

(43)

25

Histogram adalah suatu alat yang membantu untuk menentukan variasi dalam proses. Berbentuk diagram batang yang menunjukkan tabulasi dari data yang diatur berdasarkan ukurannya. Tabulasi data ini umumnya dikenal dengan distribusi frekuensi. Histogram menunjukkan karakteristik-karakteristik dari data yang dibagi-bagi menjadi kelas-kelas. Histogram dapat berbentuk “normal” atau berbentuk seperti lonceng yang menunjukkan bahwa banyak data yang terdapat pada nilai rata-ratanya. Bentuk histogram yang miring atau tidak simetris menunjukkan bahwa banyak data yang tidak berada pada nilai rata-ratanya tetapi kebanyakan data nya berada pada batas atas atau bawah.

7. Peta kendali (control chart)

Peta kendali adalah suatu alat yang secara grafis digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi apakah suatu aktivitas/proses berada dalam pengendalian kualitas secara statistika atau tidak sehingga dapat memecahkan masalah dan menghasilkan perbaikan kualitas. Peta kendali menunjukkan adanya perubahan data dari waktu ke waktu, tetapi tidak menunjukkan penyebab penyimpangan meskipun penyimpanan itu akan terlihat pada peta kendali. Manfaat dari peta kendali adalah untuk,

1. memberikan informasi apakah suatu proses produksi masih berada di dalam batas-batas kendali kualitas atau tidak terkendali;

2. memantau proses produksi secara terus menerus agar tetap stabil; 3. menentukan kemampuan proses (capability process);

(44)

26

5. membantu menentukan kriteria batas penerimaan kualitas produk sebelum dipasarkan.

Peta kendali digunakan untuk membantu mendeteksi adanya penyimpangan dengan cara menetapkan batas-batas kendali :

1. Upper control limit/batas kendali atas (UCL), merupakan garis batas atas untuk suatu penyimpangan yang masih diijinkan.

2. Central line/garis pusat atau tengah (CL), merupakan garis yang melambangkan tidak adanya penyimpangan dari karakteristik sampel.

3. Lower control limit/batas kendali bawah (LCL), merupakan garis batas bawah untuk suatu penyimpangan dari karakteristik sampel.

Out of control adalah suatu kondisi dimana karakteristik produk tidak sesuai dengan spesifikasi perusahaan ataupun keinginan pelanggan dan posisinya pada peta kontrol berada di luar kendali. Tipe-tipe out of control meliputi :

1. Aturan satu titik

Terdapat satu titik data yang berada di luar batas kendali, baik yang berada diluar UCL maupun LCL, maka data tersebut out of control.

2. Aturan tiga titik

Terdapat tiga titik data yang berurutan dan dua diantaranya berada didaerah A, baik yang berada di daerah UCL maupun LCL, maka satu dari data tersebut out of control, yakni data yang berada paling jauh dari central control limits.

3. Aturan lima titik

(45)

27

tersebut out of control, yakni data yang berada paling jauh dari central control limits.

4. Aturan delapan titik

Terdapat delapan titik data yang berurutan dan berada berurutan di daerah C dan di daerah UCL maka satu data tersebut out of control, yakni data yang berada paling jauh dari central control limits. Peta kontrol berdasarkan jenis data yang digunakan dapat dibedakan menjadi dua, yakni :

1. Peta kontrol variabel

a. Peta untuk rata-rata (x-bar chart) b. Peta untuk rentang ( R chart) c. Peta untuk standar deviasi (S chart) 2. Peta kontrol atribut, terdiri dari :

a. Peta p, yaitu peta kontrol untuk mengamati proporsi atau perbandingan antara produk yang cacat dengan total produksi, contohnya : baik-buruk dan, bagus-jelek.

b. Peta c, yaitu peta kontrol untuk mengamati jumlah kecacatan per total produksi.

c. Peta u, yaitu peta kontrol untuk mengamati jumlah kecacatan per unit produksi.

2.12 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Suhartini (2007) yang berjudul “Analisis

(46)

28

penyebab terjadinya ketidaksesuaian terhadap cat sample produk di PT Propan Raya ICC Surabaya. Metode analisis yang digunakan yaitu menggunakan diagram kontrol, diagram pareto, dan diagram sebab akibat. Hasil yang diperoleh yaitu berada dalam batas kontrol dengan presentase 6,5% maka produksi berjalan dengan baik dan terkendali. Ada beberapa jenis ketidaksesuaian pada sample

produk cat tembok yaitu warna cat tidak sesuai standar, campuran cat tidak homogen, lapisan cat retak saat pengeringan, dan kekentalan tidak sesuai standar.

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Nur Ilham (2012) yang berjudul “Analisis Pengendalian Kualitas Produk Dengan Menggunakan SPC

(Statistical Processing Control) pada PT Bosowa Media Grafika”. Penelitian ini

menjelaskan penerapan sistem pengendalian kualitas produk serta mencari penyebab kerusakan produk pada perusahaan. Metode yang digunakan yaitu SPC

(Statistical Processing Control). Hasilnya masih belum terkendali, kerusakan yang paling utama adalah tinta kabur. Faktor lainnya adalah manusia, mesin, lingkungan, metode kerja, dan bahan baku.

Penelitian yang dilakukan oleh Bakhtiar, S, Suharto Tahir dan Ria Asysyta Hasni (2013) yang berjudul “Analisa Pengendalian Kualitas Dengan

Menggunakan Metode SQC (Statistical Quality Control) Studi Kasus Pada UD Matika Tapaktuan”. Penelitian ini dilakukan mengenai pengendalian kualitas

produk jadi sirup pala dan mengidentifikasi penyebab penyimpangan kualitas produk. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah check sheet,

(47)

29

penyimpangan kualitas produk dapat dibedakan menjadi beberapa faktor, yaitu manusia, material, metode, dan proses.

Tabel 2.1

Perbedaan dan Persamaan Penelitian

No. Peneliti Judul Persamaan Perbedaan

(48)

30

2.13 Kerangka Pemikiran Teoritis

Pengembangan agribisnis lidah buaya memiliki prospek yang sangat bagus dilihat dari segi keterlibatan masyarakatnya dan manfaatnya yang ditimbulkan, untuk itu lidah buaya menjadi salah satu jenis tanaman terlaris yang dikembangkan sebagai bahan baku industri. Proses inilah yang dilirik oleh PT Alove Bali yang merupakan satu-satunya perusahaan yang memproduksi pupuk organik cair berbahan baku lidah buaya yang terletak di Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali.

PT Alove Bali memiliki lahan perkebunan seluas 30 Ha. Disamping itu, PT Alove Bali juga mengembangkan budidaya lidah buaya dengan sistem plasma. Luas lahan perkebunan untuk sistem plasma tersebut 70 Ha yang terletak di sekitar Kabupaten Gianyar bagian timur (Kabupaten Klungkung dan Karangasem) dan utara (Kabupaten Bangli).

(49)

31

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran Penelitian Pengawasan Bahan Baku dan Mutu yang Efektif Guna Mendukung Kelancaran Proses Produksi pada PT. Alove Bali

PT Alove Bali

Pengawasan pengendalian mutu Pengawasan

pengadaan bahan baku lidah buaya

Mutu POC menggunakan SPC

Biaya mutu optimum

Proses

pengawasan mutu Total biaya atas mutu

kondisi aktual

Jumlah kerusakan optimum Check sheet

Peta kontrol

Total biaya atas mutu kondisi

optimum Diagram sebab

akibat

Kesimpulan

Gambar

Tabel 1.1
Gambar 2.1 Alat Bantu Pengawasan Mutu
Tabel 2.1
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian Pengawasan Bahan Baku dan Mutu yang Efektif

Referensi

Dokumen terkait

Subyek data dalam penelitian ini adalah siswa dari kelas VIII E dengan menggunakan teknik purposive sampling.. Siswa dikelompokan ke dalam tiga kategori berdasarkan

Tingkat Proteksi, Gejala Klinis, Patologis, Shedding Virus dan Kandu- ngan Antibodi AI Setelah Uji Tantang Pada saat ayam berumur 6 minggu (3 minggu setelah vaksinasi), hewan

Aldi : Hm, seperti yang kamu lihat perusahaan kita sedang di ujung tanduk!. Kamu tau hal yang menyebabkan kejadian

Diferensiasi sel punca, dengan kemampuan ini maka sel punca yang telah sampai pada lokasi kerusakan sel dalam jaringan tubuh akan mampu berdiferensiasi menjadi sel somatik

Dari hasil tumpangsusun kemudian diperoleh data analisis berupa penggunaan lahan yang sesuai dan tidak sesuai dengan kemampuan lahan.Data penggunaan lahan diperoleh dari survei/cek

Setiap tardisi lokal yang dilakukan olah masyarakat sekitar sangat kental dan mengakar yang kemudian menjadi budaya yang mewarnai berbagi nilai dalam kehidupan

kerjasama yang menghasilkan dana, misalnya kerjasama dengan industri farmasi untuk penelitian dan pengabdian, kerjasama dengan Alumni, serta kerjasama dengan stakeholder lainnya