• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAKNAAN SAMPUL DEPAN BUKU JOHN FISKE (Studi Semiotik Terhadap Sampul Depan Buku Karya John Fiske yang berjudul “Cultural And Communication Studies, Sebuah Pengantar Paling Komprehensif”).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMAKNAAN SAMPUL DEPAN BUKU JOHN FISKE (Studi Semiotik Terhadap Sampul Depan Buku Karya John Fiske yang berjudul “Cultural And Communication Studies, Sebuah Pengantar Paling Komprehensif”)."

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

PEMAKNAAN SAMPUL DEPAN BUKU JOHN FISKE

(Studi Semiotik Terhadap Sampul Depan Buku Karya John Fiske yang berjudul “Cultural And Communication Studies, Sebuah Pengantar Paling Komprehensif”).

SKRIPSI

oleh :

REZA ZAKARIA ANWAR

NPM. 0643010370

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “ JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Disusun Oleh :

REZA ZAKARIA ANWAR NPM. 0643010370

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran ” Jawa Timur Pada Tanggal 14 Juni 2011

Pembimbing Tim Penguji

1) Ketua

Zainal Abidin A. S,Sos M,Si M,Ed Ir. H. Didiek Tranggono, Msi NPT. 3.7305.99.0170.1 NIP. 195812251990011001

2) Sekretaris

Drs. Saiffuddin Zuhri,M.Si NPT. 3 7006 94 0035 1 3) Anggota

Zainal Abidin A. S,Sos M,Si M,Ed NPT. 3.7305.99.0170.1

Mengetahui, DEKAN

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahhirabbil’allamiin, Puji syukur penulis panjatkan kepada

Allah SWT, serta sholawat dan salam penulis ucapkan kepada Baginda Rasul

Nabi Allah Muhammad SAW. Karena karunia-Nya, penulis bisa menyelesaikan

Skripsi ini. Hanya kepadaNya-lah rasa syukur dipanjatkan atas selesainya Skripsi

ini. Sejujurnya penulis akui bahwa kesulitan selalu ada di setiap proses pembuatan

skripsi, tetapi faktor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri sendiri, kesulitan

itu akan terasa mudah apbila kita yakin terhadap kemampuan yang kita miliki.

Semua proses kelancaran pada saat pembuatan proposal penelitian tidak lepas dari

segala bantuan dari berbagai pihak yang sengaja maupun tak sengaja telah

memberikan sumbangsihnya. Maka penulis ″wajib″ mengucapkan banyak

terimakasih kepada mereka yang disebut berikut :

1. Abah dan Mamak yang telah mendukung, membimbing dengan penuh kasih

sayang dan perhatiannya secara moril maupun materiil, serta atas do’a yang

tak henti-hentinya beliau haturkan untuk penulis.

2. Dra. Hj. Suparwati, M.Si selaku Dekan FISIP UPN ″Veteran″ Jawa Timur.

3. Bapak Juwito, S.Sos, MSi selaku Ketua Program Studi Ilmu

Komunikasi.

4. Bapak Zaenal Abidin, S.Sos, M.Si, M.Ed selaku Dosen Pembimbing yang

sabar menghadapi mahasiswa dan terima kasih banyak.

(4)

Serta tak lupa penulis memberikan rasa terima kasih kepada teman-teman

yang telah membantu dalam pembuatan Skripsi ini, baik dari suport, bimbingan

maupun do’anya : :

1. Teman satu perjuangan saat kuliah yang telah memberi semangat untuk

menyelesaikan proposal penelitian ini, Aliffadinya Paramarisa, Septhian

Zulfikar, Indah Dwi Pratiwi, Pijar Art Crissandy, Nugroho, Fibri, Azis,

Anna, Merly, Yanuar, Aditya, Dewa, Firmansyah, Eko Hariadi, Astrik, Dita,

Dito, David, Delas Tohar, Tito dan semua temen-temen yang tidak mungkin

penulis sebutkan satu persatu.

2. Terima kasih buat dukungan dan do’anya.

Penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan-kekurangan dalam

penyusunan Skripsi ini. Maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun. Terima Kasih.

Surabaya, April 2011

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... . i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR …. ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 11

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 12

2.1.1 Media cetak ... 12

2.1.2 Buku Sebagai Media Massa Cetak ………... ... 13

(6)

2.1.7 Komunikasi Sebagai Proses Simbolik... 23

2.1.8 Konsep Makna ... 26

2.1.9 Pendekatan Semiotik …… ... 29

2.1.10 Model Semiotika Charles S. Peirce …... 31

2.1.11 Pemaknaan Warna ………... ... 34

2.1.12 Pemahaman Huruf ……… ... 39

2.1.13 Anatomi Huruf ... 40

2.1.14 Keluarga Huruf ... 42

2.2 Kerangka Berpikir ... 45

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 48

3.2 Kerangka Konseptual ... 49

3.2.1 Korpus... 49

3.2.2 Unit Analisis ... 50

3.3 Teknik Pengumpulan Data... 52

3.4 Teknik Analisis Data. ... 53

(7)

4.1.1 Buku Cultural And Communication Studies ... 55

4.2 Penyajian Data ... 58

4.3 Ilustrasi Sampul Depan Buku Cultural And Communication Studies Berdasarkan Analisis Semiotik Charles S. Peirce ... 60

4.4 Pemaknaan Terhadap Ilustrasi Sampul Depan Buku John Fiske “Cultural And Communication Studies “ Sebuah Pengantar Paling Komprehensif Berdasarkan Ikon, Indeks, Simbol ... 62

4.4.1 Ikon ... 62

4.4.2 Indeks ... 66

4.4.3 Simbol ... 68

4.5 Makna keseluruhan ilustrasi sampul depan buku John Fiske”Cultural And Communication Studies” Sebuah Pengantar Paling Komprehensif ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……….. 72

5.2 Saran ………. 73 DAFTAR PUSTAKA

(8)

Gambar 2.2 ……….. 34

Gambar 2.3 ……….. 47

Gambar 3.1 ...………... 52

Gambar 3.2 ……….. 54

Gambar 4.1 ……….. 59

(9)

ABSTRAKSI

REZA ZAKARIA ANWAR, PEMAKNAAN SAMPUL DEPAN BUKU JOHN FISKE ( Studi Semiotik Terhadap Sampul Depan Buku Karya John Fiske yang berjudul “Cultural And Communication Studies, Sebuah Pengantar Paling Komprehensif” ).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana makna yang dikomunikasikan ilustrasi sampul buku John Fiske yang berjudul “Cultural And Communication Studies, Sebuah Pengantar Paling Komprehensif”).

Teori yang digunakan adalah semiotika Charles Sanders Peirce yang membagi antara tanda dan acuannya menjadi tiga kategori yaitu : ikon, indeks dan simbol adalah tanda yang hubungan antara penanda dan penandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan hasil yang didapat, menandakan bahwa pesan yang disampaikan melalui penggambaran ilustrasi tersebut bahwa kehidupan manusia yang tidak bisa lepas dari ketergantungan terhadap teknologi komunikasi dan media massa.

Kesimpulan dari penelitian ini, yang menjadi ikon dalam sampul buku John Fiske ini ditunjukkan dengan figur seorang lelaki, gambar earphone, gambar rol film, gambar televisi. Yang menjadi indeks dalam penelitian ini adalah warna background dan segala bentuk tulisan. Sedangkan untuk simbol adalah bentuk model rambut, figur orang memakai jas, letak gambar earphone, rol film, dan televisi.

(10)

1.1. Latar Belakang Masalah

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam komunikasi anta manusia, maka media yang paling dominan dalam berkomunikasi adalah panca indra manusia seperti mata dan telinga. Pesan-pesan yang diterima panca indra selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam tindakan. Media yang dimaksud ialah media yang digolongkan atas empat macam yakni media antar pribadi, media kelompok, media publik, dan meedia massa.

Media massa terdiri dari media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak terdiri dari majalah, surat kabar, buku. Sedangkan media massa elektronik terdiri dari televisi, radio, film, internet, dan lain-lain. Media cetak seperti majalah, surat kabar, dan buku justru mampu memberikan pemahaman yang tinggi kepada pembacanya, karena ia sarat dengan analisa yang mendalam dibanding media lainnya ( Cangara, 2005:128 ).

(11)

2

karena manusia berakal. Dengan akalnya mereka ingin keluar dari masalah yang ada, karena mereka ingin hidup lebih baik. Manusia sangat bergantung pada teknologi zaman sekarang, dan mereka akan selalu membutuhkan media-media tersebut sebagai proses komunikasi. Baik dengan cara melihat dan mendengar.

Televisi didasarkan pada teknologi elektronik. Dalam teknologi yang masih analog, kamera peka cahaya memindai sebuah adegan dengan pergeseran amat cepat melintasi beberapa ratus garis horizontal. Hasilnya adalah lintasan cahaya dtransmisikan ke penerima, dan penerima ini mengubahnya kembali menjadi gambar aslinya dengan memanfaatkan electron yang dikirimkan ke garis horizontal di layar kaca. Sekarang terjadi pergeseran dari teknologi analog ke digital.

(12)

Jutaan orang mendengarkan siaran berita radio untuk mendapat informasi terbaru, orang juga mulai memilih penyiar favorit dan disc jockey favorit.

Film adalah bagian kehidupan sehari-hari kita dalam banyak hal. Bahkan cara kita bicara sangat dipengaruhi oleh metafora ini “Skenario pribadi kita terentang dalam urutan flashback, percakapan, dan peran. Kita mendekat, memilah-milah, lalu menghilang. Karena adanya pengaruh film yang sebagian riil dan sebagian tidak, maka penting untuk mengetahui tentang industri yang membuatnya. Ini terutama amat perlu sekarang setelah program hiburan televisi sebagian besar dikuasai oleh Hollywood dan industri buku, majalah, serta rekaman sudah terkait erat dengan industri film ini.

Internet muncul sebagian medium massa besar kedelapan dengan banyak isi, terutama melalui web coding, yang melibihi media tradisional dalam banyak hal. Internet adalah jaringan kabel dan telepon dan satelit yang menghubungkan computer. Hampir semua orang di planet ini yang memiliki computer bisa masuk ke jaringan. Dengan beberapa kali mengklik tombol mouse kita akan masuk ke lautan informasi dan hiburan yang ada di seluruh dunia.

(13)

4

Majalah adalah medium yang pervasive. Majalah bukan hanya untuk orang atas. Banyak majalah yang diterbitkan untuk kalangan bawah, yang berarti bahwa peran medium majalah dalam masyarakat melintasi hampir seluruh lapisan masyarakat. Bahkan orang buta huruf dapat memeperoleh kesenangan dan manfaat dari majalah yang umumnya banyak memuat gambar dan berwarna. Majalah sendiri telah mengungguli media lain dengan inovasi yang signifiakan dalam jurnalisme, advertising dan sirkulasi. Inovasi itu mencakup laporan investigasi, profil tokoh secara lengkap, dan fotojurnalisme.

Koran adalah medium massa utama bagi orang untuk memperoleh berita. Di sebagian besar kota, tak ada sumber berita yang bisa menyamai keluasan dan kedalaman liputan berita koran. Ini memperkuat popularitas dan pengaruh koran. Dan koran sendiri merupakan medium pilihan untuk lebih banyak iklan ketimbang media lainnya.

Buku sebagai salah satu media massa cetak merupakan medium yang memiliki kualitas permanen karena bisa disimpan untuk waktu yang lama. Media cetak juga bisa dipakai untuk mentrasmisikan warisan sosial dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sebagai salah satu bentuk komnikasi melalui tulisan, media cetak berupa buku juga memiliki kemampuan membawa pesan yang sangat spesifik untuk keperluan studi, pengetahuan, hobi, atau hiburan dengan penyajian mandalam yang sangat jarang ditemukan pada media lain.

(14)

sampulnya atau biasa disebut cover. Walaupun orang sering mengatakan “ Jangan melihat atau menilai sebuah buku hanya dari sampulnya atau covernya “,namun kekuatan sampul / cover sebagai daya tarik dari sebuah buku atau majalah juga tidak dapat dipungkiri. Sampul merupakan bagian yang tidak dapt dipisahkan dari sebuah buku dan memiliki peranan penting karena pada saat akan membeli atau membaca buku, yang pertama kali diperhatikan adalah sampul dan ilustrasi gambarnya. Karena melalui ilustrasi sampul, seorang penulis dapat menuangkan ide dan kreatifitasnya dari karya sastra yang dihasilkan. Sehingga sampul buku dibuat untuk membuat calon pembeli atau pembaca tertaik dalam hal pemahaman pesan.

(15)

6

sebagai selingan atau dapat dikatakan sebagai penyejuk setelah para pembaca menikmati rubrik-rubrik atau artikel – artikel yang lebih serius dengan sederet huruf yang cukup melelahkan mata dan pikiran. Meskipun sebenarnya pesan -pesan yang disampaikan dalam sebuah karikatur sama seriusnya dengan pesan – pesan yang disampaikan lewat artikel dan berita, namun pesan – pesan dalam karikatur lebih mudah dicerna karena sifatnya yang menghibur. Seringkali gambar terkesan lucu dan menggelikan sehingga membuat kritikan yang disampaikan oleh karikatur tidak begitu dirasakan melecehkan atau mempermalukan.

Kesengajaan dalam membentuk sebuah pesan menggunakan bahsa simbol atau non verbal ini juga bukanlah tanpa maksud, penggunaan bentuk non verbal dalam karikatur diarahkan kepada pengembangan interpretasi oleh pembaca secara kreatif, sebagai respon terhadap apa yang diungkapkan melalui karikatur tersebut. Dengan kata lain, meskipun dalam suatu karya karikatur terdapat ide dan pandangan – pandangan seorang karikaturis, namun akan dapat berkembang secara dinamis, sehingga dapat menjadi lebih kaya serta lebih dalam maknanya.

(16)

secara karikaturalsangat bergantung pada isu besar yang berkembang yang dijadikan headline.

Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa cover / sampul yang berbentuk karikatur merupakan salah satu wujud lambang ( simbol ) atau bahasa visual yang keberadaanya dikelompokkan kedalam kategori non verbal dan dibedakan dengan bahasa verbal yang berwujud tulisan atau ungkapan. Karikatur merupakan ungkapan ide dan pesan dari karikaturis kepada publik yang dituju melalui simbol yang berwujud gambar, tulisan dan lainnya.

Dalam pembuatan sebuah buku, kedudukan cover / sampul cukup penting

untuk menarik perhatian khalayak. Gagasan menampilkan tokoh, yang realistis,

diharapkan membentuk suasana emosional, karena gambar lebih mudah dimengerti

disbanding dengan tulisan. Sebagai sarana komunikasi, gambar merupakan pesan non

verbal yang dapat menjelaskan dan memberikan penekanan tertentu pada isi pesan.

Dan peran gambar dalam sampul sangat besar pengaruhnya karena lebih mudah diingat daripada kata – kata, dan paling cepat untuk pemahaman dan dimengerti maksudnya, karena terkait maksud pesan yang terkandung dalam isi dan menampilkan tokoh yang sudah dikenal sebagian besar dari khalayak sasaran. Gambar mempunyai kekuatan berupa fleksibilitasnya yang tinggi untuk menghadirkan bentuk atau perwujudan gambar menurut kebutuhan informasi visual yang diperlukan.

(17)

8

makna yang dapat digali kandungan faktualnya atau dengan kata lain bahasa simbolis tersebut menciptakan situasi yang simbolis pula, artinya penuh dengan tanda Tanya atau hal – hal yang mesti diungkap maksud dan arti yang terkandung dalam simbolnya. Dalam bidan perancangan grafis, kemudian berkembang menjadi desain komunikasi visual, banyak memanfaatkan daya dukung gambar sebagai lambing visual, guna mengefektifkan pesan komunikasi yang terdapat pada ilustrasi sampul. Upaya mendayagunakan lambing visual, berangkat dari anggapan bahwa bahasa visual memiliki karakteristik bersifat khas untuk menimbulkan kesan tertentu pada pengamatanya. ( http : //www.fsrd.itb.ac.id/thesis-disertasi/magister-desain-angkatan-2000, Minggu, 01/08/2010/20. ).

Peneliti tertarik untuk menginterpretasikan makna – makna yang terdapat pada ilustrasi sampul depan buku “John Fiske” yang berjudul Cultural and Communication Studies. Karena dalam sampul depan majalah tersebut penulis sangat tertarik terhadap ilustrasi sampul tersebut, yaitu lukisan pria yang mengenakan jas hitam, dengan terdapat gambar televisi pada mata sebelah kiri, dan roll film pada mata sebelah kanan, serta gambar earphone yang melingkar pada kedua telingannya. Penulis ingin mengetahui makna dari hubungan pada setiap ilustrasi yang ada pada cover buku “John Fiske” yang berjudul Cultural and Communication Studies.

(18)

W. Stoughton, dari New York, pada tahun 1855. Pada perkawinan kedua ibunya, Edmund Fiske Green diasumsikan nama ibu kakek buyutnya, John Fiske. Sebagai seorang anak, John Fiske tinggal di Middletown selama masa kanak-kanak, sampai ia masuk Harvard. Dia lulus dari Harvard College tahun 1863 dan dari Harvard Law School pada tahun 1865. Karirnya sebagai penulis dimulai pada tahun 1861, dengan sebuah artikel tentang “Mr. Buckle's Fallacies”yang diterbitkan dalam National Review Triwulanan. Setelah itu, dia adalah seorang kontributor sering untuk majalah Amerika dan Inggris. Bagian terbesar dari hidupnya dicurahkan untuk mempelajari sejarah.

http://en.wikipedia.org/wiki/John_Fiske_(philosopher).

(19)

10

kenyataanya bukan sebuah pekerjaan mudah, mengingat pandangan setiap orang dalam memaknai sebuah gambar berbeda-beda.

Penelitian ini menggunakan pendekatan semiotik, yaitu studi tentang tanda dan yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya, hubungan tanda-tanda lain, pengiriman dan penerimannya oleh mereka yang menggunakannya. Selain itu peneliti juga menggunakan warna sebagai acuan untuk meneliti sampul depan majalah atau buku ini karena warna memiliki makna yang bermacam-macam.

Dengan menggunakan metode semiotik dari Charles Sanders Peirce, maka tanda-tanda pada gambar ilustrasi tersebut dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotic, yaitu icon, indeks, dan simbol. Dari interpretasi tersebut, maka dapat diungkapkan muatan pesan yang terkandung dalam ilustrasi sampul depan buku ” John Fiske” yang berjudul Cultural and Communication Studies.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

“Bagaimanakah makna pada ilustrasi sampul depan buku ” John Fiske” yang berjudul Cultural and Communication Studies?

1.3 Tujuan Penelitian

(20)

depan majalah buku ” John Fiske” yang berjudul Cultural and Communication Studies.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Memberikan makna pada tanda dan lambang yang terdapat dalam objek untuk memperoleh hasil dari interpretasi data mengenai pemaknaan ilustrasi sampul depan buku dengan menggunakan metode semiotik Peirce.

1.4.2 Kegunaan Praktis

(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Media Cetak

Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua, yakni media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak maupun media massa elektronik merupakan media massa yang banyak digunakan oleh masyarakat di berbagai lapisan sosial terutama di masyarakat kota. Keberadaan media massa seperti halnya pers, radio, televisi, film dan lain-lain, tidak terlepas kaitannya dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Media massa dapat menjadi jembatan yang menghubungkan komunikator dengan komunikan yang melintasi jarak, waktu, bahkan lapisan sosial dalam masyarakat (Sugiharti dalam Permana, 2009 : 14).

Media cetak dalam hal ini adalah suatu bentuk media yang statis yang mengutamakan pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambaran atau foto dalam tata warna dan halaman putih (Kasali, 1995 : 99).

(22)

2.1.2 Buku Sebagai Media Massa Cetak

Buku merupakan salah satu bentuk dari media massa cetak. Adapun syarat-syarat yang telah mampu dipenuhi oleh buku dalam kajian sebagai media massa cetak adalah melalui proses percetakan, memilih cover / sampul, mengangkat suatu isu (gender, politik, agama, budaya dan lainnya), adanya awalan dan akhiran pada cerita yang diangkat dan dipublikasikan. Buku dapat dikatakan sebagai media massa tertua sebelum ditemukannya film, radio dan televisi. Dengan kelebihannya yang mampu menyampaikan pesan secara lebih lengkap dan mendalam, bisa dibawa kemana-mana, namun hanya bisa dinikmati oleh mereka yang melek huruf (Cangara, 2005 : 128).

Media cetak seperti buku mampu memberi pemahaman yang lebih kepada pembacanya. Melalui sebuah buku, penulis atau penyusunnya bisa berbagi banyak hal, seperti ilmu pengetahuan, pengalaman, bahkan imajinasi kepada pembacanya, sehingga buku banyak digunakan untuk keperluan studi, pengetahuan, hobi, atau media hiburan dengan penyajian mendalam.

(23)

14 

 

biasanya meminjam istilah Bernard Berelson-peka terhadap kebudayaan. Ciri-ciri penggemar buku adalah berusia dewasa, tinggal di perkotaan, berpenghasilan relatif tinggi, dan cenderung bersikap kritis. Berbagai studi menunjukan bahwa minat terhadap buku berbanding lurus dengan tingkat pendidikan. Kalau tingkat pendidikan formal turun, demikian pula dengan minat terhadap buku. Pengaruh pendidikan ini lebih kuat dari pada pengaruh usia, tingkat pendapatan, atau tempat tinggal.

2.1.3 Komunikasi Visual

Sejak awal terciptanya manusia di dunia ini, komunikasi antar manusia adalah bagian yang penting dan tak bisa dipisahkan dari kehidupan kita. Selain kata-kata, unsur rupa juga berperan dalam kegiatan berkomunikasi tersebut. Komunikasi visual yang dalam bentuk kehadirannya sering kali perlu ditunjang dengan suara pada hakikatnya adalah suatu bahasa. Tugas utamanya membawakan pesan dari seseorang, lembaga atau kelompok masyarakat tertentu pada yang lain (Pirous dalam

Tinaburko (http://puslitpetra.ac.id/journals/design, Rabu, 24/11/2010/11.00)).

(24)

bahkan sangat istimewa untuk menimbulkan efek tertentu kepada pengamatnya. Hal demikian adakalanya sulit dicapai bila diungkapkan dengan bahasa verbal. Media visual juga merupakan sarana yang paling cepat untuk menanamkan pemahaman, walau berupa gambar yang tak disertai tulisan sekalipun. Dengan adanya visualisasi, sesuatu yang abstrak dapat menjadi lebih jelas, sehingga desain komunikasi visual perlu dirancang dengan kreatif dan menarik (Kusmiati, 1999 : 85).

Desain komunikasi visual adalah ungkapan ide-ide dan pesan dari perancang kepada publik yang dituju melalui simbol berwujud gambar, warna, tulisan dan lainya. Ia akan komunikatif apabila bahasa yang disampaikan dapat dimengerti oleh publik. Ia juga akan berkesan apabila dalam penyajiannya terdapat suatu kekhasan atau keunikan sehingga tampak istimewa dan mudah dibedakan dengan yang lain (Tinaburko, 2003 : 31-32 (http://puslitpetra.ac.id/journals/design, Rabu, 24/11/2010/11.00)).

(25)

16 

 

Dalam kegiatan komunikasi, gambar termasuk simbol non verbal berbeda dengan bentuk simbol verbal, karena memiliki karakteristik tersendiri diantaranya dapat mengungkapkan informasi dengan bahasa tulisan melalui headline, subhead, body teks, dan sebagainya. Ditampilkan secara singkat dan apabila digabungkan secara tepat bahasa simbol verbal, dan non verbal (visual) merupakan sarana sugesti yang tepat dalam komunikasi visual. Salah satu kekhasan gambar diantaranya unsur-unsur visual lainnya adalah sebagai alat ungkap pesan secara visual menawarkan kesempatan luas untuk didayagunakan sebagai alat memperjelas pesan, mudah dimengerti, menarik perhatian dalam rangka menawarkan produk, jasa maupun gagasan kepada khalayak. Sebagai bahasa seni rupa desain komunikasi visual merupakan ungkapan gagasan melalui simbol-simbol berwujud gambar, aksara, dan angka (tipografi dan tulisan), warna dan unsur-unsur lainnya. Desain menjadi komunikatif apabila penyampaian bahasa rupa enak dilihat, mudah dimengerti, dan jelas yang dimaksud. Komunikasi visual merupakan sebagian kebutuhan manusia di bidang informasi melalui lambing kasat mata khususnya pada media cetak yang dihadirkan dengan bentuk visual dengan beragam daya tariknya sendiri yang ditujukan kepada khalayak sasaran yang dituju (http://www.fsrd.itb.ac.id/thesis-disertai/magister-desain-angkatan-2000/, Kamis, 25/11/2010/19.30).

(26)
(27)

18 

 

2.1.4 Ilustrasi Sebagai Proses Komunikasi

Ilustrasi merupakan “Symbolic Speech” artinya penyampain pesan yang terdapat dalam sebuah ilustrasi tidak dilakukan secara langsung tetapi dengan menggunakan bahasa symbol. Simbol-simbol pada gambar tersebut merupakan symbol yang disertai makna (signal) yang digunakan dengan sadar oleh orang yang mengirimnya (si pengirim) dan mereka yang menerimanya (si penerima) (Van Zoest, 1993 : 3).

Melalui pergaulan social, orang menurunkan dan bertindak menurut makna yang membuat mereka mampu menciptakan dan menciptakan kembali dunia subyektif mereka. Dean Barnlund dalam (Nimmo, 1989 : 7) mengatakan bahwa :

“Komunikasi melukiskan evolusi makna, makna adalah sesuatu yang diciptakan, ditentukan, diberikan, dan bukan sesuatu yang diterima, jadi komunikasi bukanlah suatu reaksi terhadap sesuatu, juga bukan interaksi dengan sesuatu, melainkan sesuatu transaksi yang di dalamnya orang menciptakan dan memberikan makna untuk menyadari tujuan-tujuan orang itu”.

(28)

kata-kata, gambar, grafik dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bernard Berelson dan Gary A. Seiner dalam (Mulyana, 2000 : 62) yang menyatakan bahwa komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, ketrampilan dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figure grafik dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.

2.1.5 Ilustrasi Sampul Buku

Definisi dari ilustrasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah gambar ( foto, lukisan ) untuk membantu memperjelas isi buku, karangan, dan sebagainya. Dapat pula berupa gambar, desain atau diagram untuk menghiasi halaman sampul. ( KBBI edisi 3:2002).

Sesuai dengan pengertian diatas, maka ilustrasi sampul buku adalah sebuah gambar, baik berupa foto atau lukisan, dan tulisan-tulisan yang dipergunakan untuk menghias sebuah sampul buku. Selain itu ilustrasi juga digunakan untuk membantu mengkomunikasikan secara tepat, cepat, dan jelas, sekaligus sebagai media untuk memperjelas pandangan dan penilaian dari penulis terhadap sebuah fenomena kehidupan dalam buku tersebut.

(29)

20 

 

secara keseluruhan, dimana ide dan kreatifitas dari seorang penulis juga dapat tertuang di sampulnya. Sehingga sampul suatu penerbitan perlu didesain secara indah, artistic dan jika perlu fenomenal, agar dapat makin menambah daya tarik buku tersebut.

Ilustrasi yang terdapat dalam sampul buku umumnya memiliki maksud tetentu yang ditujukan kepada khalayak umum. Melalui tanda-tanda dan lambang pesan disampaikan untuk dipahami pembaca. Gambar adalah lambang lain yang digunakan untuk menyatakan suatu pemikiran atau perasaan, keberadaannya termasuk dalam komuniksai non verbal, ia membedakan dengan bahasa verbal yang berwujud tulisan dan ucapan. Gambar merupakan bahasa visual yang didalamnya terdapat struktur rupa seperti garis, warna, dan komposisi. Gambar banyak dimanfaatkan sebagai lambang visual pesan guna mengekfektifkan komunikasi (http://puslitpetra.ac.id/journals/design, Senin, 29/11/2010/20.30).

Dengan adanya ilustrasi berupa gambar pada sampul sebuah buku, khlayak atau pembaca tertarik untuk mengetahui pesan dari cerita atau informasi yang disampaikan. Melalui ilustrasi khalayak dapat lebih mudah mendapatkan pemahaman yang lebih kaya dan dalam lagi terhadap ide-ide yang terdapat dalam cerita atau informasi buku tersebut.

(30)

kata, juga secara individual mampu untuk memikat perhatian khlayak (Kusmiati, 1999:36). Gambar berdiri sendiri, memiliki subjek yang mudah dipahami dan merupakan simbol yang jelas dan mudah dikenal.

Berdasarkan hal-hal diatas, maka ilustrasi sampul buku sangat berperan penting dalam mengefektifkan proses komunikasi, karena ilustrasi merupakan sebuah proses komunikasi, dimana terdapat informasi atau pesan yang sengaja digunakan oleh komunikator untuk disampaikan kepada komunikan dengan menggunakan bahasa, namun dalam sampul depan buku “John Fiske Cultural and Communication studies” ini, bahasa yang digunakan dalam ilustrasi adalah bahas yang berupa gambar yang menampilkan lukisan pria yang mengenakan jas hitam, dengan terdapat gambar televisi pada mata sebelah kiri, dan roll film pada mata sebelah kanan, serta gambar earphone yang melingkar pada kedua telingannya, yang dirancang sedemikian rupa agar mampu menarik perhatian khlayak.

2.1.6 Teori Determinasi Komunikasi

(31)

22 

 

masyarakat yang memakai peralatan komunikasi elektronik. McLuhan berpikir bahwa kita dibentuk oleh bagaimana cara kita berkomunikasi dengan baik. Paling tidak, ada beberapa tahapan, yaitu yang pertama adalah penemuan dalam teknologi komunikasi menyebabkan perubahan, kemudian yang kedua adalah perubahan di dalam jenis-jenis komunikasi yang pada akhirnya membentuk kehidupan manusia. Dan yang ketiga, sebagaimana yang dikatakan McLuhan bahwa “kita membentuk peralatan untuk berkomunikasi, dan akhirnya peralatan tersebut untuk berkomunikasi yang kita gunakan itu akhirnya membentuk atau mempengaruhi kehidupan kita sendiri”. Kita belajar, merasa dan berfikir terhadap apa yang kita lakukan karena pesan yang diterima teknologi komunikasi menyediakan untuk itu. Artinya, teknologi komunikasi menyediakan pesan dan membentuk perilaku kita sendiri. Radio menyediakan kepada manusia lewat indera pendengaran (audio), sementara televisi dan film menyediakan tidak hanya pendengaran tetapi juga penglihatan (audio visual). Apa yang diterpa dari dua media itu masuk kedalam perasaan manusia dan mempengaruhi kehidupan sehari-hari kita. Selanjutnya, kita ingin menggunakanya lagi dan secara terus-menerus sampai pada kesimpulannya bahwa media adalah pesan itu sendiri (the medium is the messege).

(32)

memperluas beberapa kemampuan dan kecakapan manusia. Misalnya, ambil sebuah buku. Dengan isi dari buku tersebut, sesorang bisa memperluas cakrawala, pengetahuan, termasuk kecakapan dan kemampuannya. Seperti yang sering dikatakan oleh masyarakat umum, dengan buku kita akan bisa “melihat dunia”. Mengikuti teori ini, ada beberapa perubahan besar yang mengikuti perkembangan teknologi dalam berkomunikasi. Yang masing-masingnya sama memperluas perasaan, dan pikiran manusia. McLuhan membagi lagi kedalam empat periode.

Di dalam masing0masing kasus yang menyertai perubahan itu atau pergerakan dari era satu ke era yang lain dengan membawa bentuk baru komunikasi yang menyebabkan beberapa macam perubahan dalam masyarakat. ( http://nurudin.staff.umm.ac.id/2010/01/21/teori-determinisme-teknologi-technological-determinism- ).

2.1.7 Komunikasi Sebagai Proses Simbolik

Salah satu kebutuhan pokok komunikasi, seperti yang dikatakan Susanne K. Langer adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang sehingga manusia merupakan satu-satunya heewan yang menggunakan lambang (animal symbolicum) dan hal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.(Mulyana, 2001:84).

(33)

24 

 

1. Lambang bersifat sembarang, manasuka, atau sewenang-wenang. Apa saja bisa dijadikan lambang, bergantung pada kesepakatan bersama. Lambang hadir diman-mana dan tidak henti-hentinya menerpa manusia.

2. Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna; manusialah yang member makna pada lambang. Makna sebenarnya ada dalam kepala manusia, bukan terletak pada lambang itu sendiri. Dengan kata lain, sebenarnya tidak ada hubungan yang alami antara lambang dengan referent (obyek yang dirujukan).

3. Lambang itu bervariasi. Dari suatu budaya ke budaya lain, dari suatu tempat ke tempat lain, dari suatu konteks waktu ke konteks waktu lainnya.

Pada dewasa ini, peranan simbol sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari. Keberadaanya yang sangat tak terbatas, membuat simbol menjadi suatu kebutuhan manusia untuk berkomunikasi bahkan mereka bersaing untuk mewakili sesuatu untuk mewakili (simbol), seperti simbol kekayaan, simbol status, dan lain-lain. Salah satu sifat dasar manusia adalah kemampuannya untuk menggunakan simbol. Kemampuan manusia untuk menciptakan simbol membuktikan manusia sudah memiliki kebudayaan yang tinggi dalam berkomunikasi, mulai dari simbol yang sederhana, sampai kepada simbol yang rumit. Simbol muncul dalam konteks yang sangat beragam dan digunakan untuk berbagai tujuan.

(34)
(35)

26 

 

2.1.8 Konsep Makna

Para ahli mengakui, istilah makna (meaning) memang merupakan kata dan istilah yang membingungkan. Dalam bukunya The Meaning of Meaning, (Ogden dan Ricards dalam Kurniawan, 2008 : 27) telah mengumpulkan tidak kurang dari 22 batasan mengenai makna.

Makna sebagaimana dikemukakan oleh Fisher (dalam Sobur 2004 : 248), merupakan konsep yang abstrak yang telah menarik perhatian para ahli filsafat dan para teoritis ilmu social selama 2000 tahun silam. Semenjak Plato mengkonseptualisasikan makna manusia sebagai salinan “ultarealitas”, para pemeikir besar telah sering mempergunakan konsep itu dengan penafsiran yang sangat luas yang merentang sejak pengungkapan mental dari Locke sampai ke respon yang dikeluarkan dari Skinner. “tetapi”, kata Jerold Katz dalam Kurniawan, 2008 : 47), “setiap usaha untuk memberikan jawaban yang langsunng telah gagal. Beberapa seperti misalnya Plato, telah terbukti terlalu samar dan spekulatif. Yang lainnya memberikan jawaban salah”.

(36)

adalah proses yang kita gunakan untuk memproduksi dibenak pendengar dan apa yang ada dalam benak kita.

Ada tiga hal yang dijelaskan para filusuf dan linguis sehubungan dengan usaha menjelaskan istilah makna. Ketiga hal tersebut adalah (1) menjelaskan makna secara alamiah, (2) mendeskripsikan secara alamiah, (3) menjelaskan makna dalam proses komunikasi (Kempson dalam Sobur, 2004 : 258).

Ada beberapa pandangan yang menjelaskan teori atau konsep makna. Model konsep makna (Johnson dalam Devito 1997 : 123-125) sebagai berikut :

1. Makna dalam diri manusia. Makna tidak terletak pada kata-kata melainkan pada manusia. Kita menggunakan kata-kata untuik mendekati makna yang ingin kita komunikasikan, tetapi kata-kata itu tidak secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang kita maksudkan. Komunikasi adalah proses yang kita gunakan untuk memproduksi dibenak pendengar apa yang ada dalam benak kita dan proses ini adalah proses yang bisa salah. 2. Makna berubah. Kata-kata relatif statis, banyak dari kata-kata yang

kita gunakan 200 atau 300 tahun yang lalu. Tetapi makna dari kata-kata ini dan berubah dab ini khusus yang terjadi pada dimensi emosional makna.

(37)

28 

 

bilamana ia mempunyai kaitan dengan dunia atau lingkungan eksternal.

4. Penyingkatan berlebihan akan mengubah makna. Berkaitan erat dengan gagasan bahwa acuan tersebut kita butuhkan bilamana terjadi masalah komunikasi yang akibat penyingkatan berlebihan tanpa mengaitkan acuan yang diamati. Bila kita berbicara tentang cerita, persahabatan, kebahagian, kejahatan dan konsep-konsep lain yang serupa tanpa mengaitkannnya dengan sesuatu yang spesifik, kita tidak akan bisa berbagi makna dengan lawan bicara.

5. Makna tidak terbatas jumlahnya. Pada suatu saat tertentu, jumlah kata dalam suatu bahasa terbatas, tetapi maknanya tidak terbatas. Karena itu kebanyakan kita mempunyai banyak makna. Ini bisa menimbulkan masalah bila ada sebuah kata diartikan secara berbeda oleh dua orang yang sedang berkomunikasi.

Makna yang dikomunikasikan hanya sebagian. Makna yang kita peroleh dari suatu kejadian bersifat multi aspek dan sangat kompleks, tetapi hanya sebagian saja dari makna-makna ini yang benar-benar dapat dijelaskan. Banyak dari makna tersebut yang tetap tinggal dalam benak kita, karenanya pemaknaan yang sebenarnya mungkin juga merupakan tujuan yang ingin kita capai tetap tidak pernah tercapai (Sobur, 2003 : 285-289).

(38)

lambang-lambang pesan atau teks. Teks yang dimaksud dalam hubungan ini adalah segala bentuk serta sistem lambang (sign) baik yang terdapat pada media massa maupun yang terdapat di luar media massa. Urusan analisis semiotik adalah melacak makna-makna yang diangkut dengan teks berupa lambang (sign). Dengan kata lain, pemaknaan terhadap lambang-lambang dalam tekslah yang menjadi pusat perhatian analisis semiotik (Pawito, 2007:155).

Menurut Littlejohn (1996:64), sign (tanda / lambang) adalah basis dari seluruh komunikasi. Manusia dengan perantaraan tanda-tanda dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Banyak hal bisa dikomunikasikan di dunia ini.

2.1.9 Pendekatan Semiotik

(39)

30 

 

Konsep dasar ini mengikat bersama seperangkat teori yang amat luas berurusan dengan simbol, bahasa, wacana, dan bentuk–bentuk nonverbal, teori-teori yang menjelaskan bagaimana tanda berhubungan dengan maknanya dan bagaimana tanda disusun. Secara umum, studi tentang tanda merujuk kepada semiotika. Dengan tanda–tanda kita mencari keteraturan ditengah–tengah dunia yang centang–prenang ini, setidaknya agar kita sedikit punya pegangan. ”Apa yang dikerjakan oleh semiotika adalah mengajarkan kita bagaimana menguraikan aturan–aturan tersebut dan membawanya pada sebuah kesadaran” ujar Pines (Sobur, 2006:16) .

Dengan semiotika kita lantas berurusan dengan tanda. Semiotika seperti kata Lechte (2001:191), adalah suatu disiplin yang menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi dengan sarana signs tanda–tanda yang berdasarkan pada sign system (code) tanda–tanda (Segers, 2000:4). Yang perlu kita garis bawahi dari berbagai definisi di atas adalah bahwa para ahli melihat semiotika atau semiosis itu sebagai ilmu atau proses yang berhubungan dengan tanda. Begitulah semiotika berusaha menjelaskan jalinan tanda atau ilmu tentang tanda, secara sistematik menjelaskan esensi, ciri–ciri, dan bentuk suatu tanda, serta proses signifikasi yang menyertainya (Sobur, 2006:16).

(40)

tanda yang hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan, misalnya potret dan peta. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Contoh yang paling jelas ialah asap sebagai tanda adanya api. Tanda dapat pula mengacu ke denotatum melalui konvensi. Tanda seperti itu adalah tanda konvensional yang biasa disebut simbol. Jadi simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dan pentandanya. Simbol tidak harus mempunyai kesamaan, kemiripan, atau hubungan dengan objeknya (Sobur, 2006:39).

2.1.10 Model Semiotika Charles S. Peirce

(41)

32 

 

teori segitiga makna (triangle meaning) yang terdiri atas : (Rachmat, 2006:265)

a. Sign (tanda)

adalah sesuatu fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Acuan tanda ini disebut objek.

b. Object (objek)

adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.

c. Interpretant (interpretan)

(42)

Hubungan segitiga makna Peirce ditampilkan dalam gambar berikut (Fiske, 1990:40) :

 

Gambar II.1. Hubungan Tanda, Objek dan Interpretan Pierce Sumber : John Fiske, 1990

       Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas icon (ikon),

(43)

34 

 

Gambar II.2. Model Kategori Tanda oleh Pierce Sumber : John Fiske, 1990

2.1.11 Pemaknaan Warna

Para teoritis bahasa mengemukakan bahwa kebanyakan kata memiliki makna majemuk. Setiap kata dari kata-kata seperti : merah, kuning, hitam, dan putih memiliki makna konotatif yang berlainan. Dalam Roget’s Thesaurus, seperti dikutip Mulyana (2003 : 260-261), terdapat kira-kira 12 sinonim untuk kata hitam, dalam beberapa kepercayaan warna-warna seperti warna hitam dan abu-abu memiliki asosiasi yang kuat dengan bahasa, hitam tidak dapat dipisahkan dari hal-hal yang bersifat buruk dan negatif, misal : daftar hitam, dunia hitam, dan kambing hitam.

Sedangkan terdapat sinonim untuk kata putih, dan semua bersifat positif. Warna putih kebalikan dari warna hitam, putih mewakili sesuatu yang menyenangkan dan mencerminkan segala sesuatu yang yang bersifat kebaikan, seperti : murni, bersih, dan suci. Jadi kata hitam umumnya

ICON 

(44)

berkonotasi negative dan warna putih berkonotasi positf (sobur, 2001 : 25).

Warna mampu memberikan pemaknaan tentang sesuatu hal, misalnya warna merah, berarti bisa api atau darah, dibeberapa kata merah darah lebih tua dibandingkan dengan kata merah itu sendiri, namun di beberapa bahasa kata merah digunakan pada saat bersamaan menjadi merah darah. Karena unsur-unsur tersebut, merah dapat diartikan sebagai hasrat yang kuat dalam hubungannya dengan ikatan, kebenaran dan kejayaan, namun tak jarang pula warna merah diartikan sebagai suatu kebencian dan dendam tergantung dari situasi.

Kuning bisa diartikan sebagai sebuah optimis, filosofi dalam budaya barat. Sedangkan warna ungu menandakan nuansa spiritual, misteri, kebangsawanan, transformasi, kekasaran dan keangkuhan. Warna oranye yang berarti energi, keseimbangan, kehangatan, menekankan pada suatu produk yang tidak mahal, menurut budaya barat (Mulyana, 2003 : 376).

Warna menurut Hoed dan Benny Hoedoro 1992. dalam bukunya “periklanan” memiliki beberapa makna dalam menunjang kegiatan periklanan karena perpaduan dan kombinasi warna yang menarik akan mempunyai nilai ketertarikan tersendiri dibenak khalayak, diantaranya :

1. Merah.

(45)

36 

 

bersaing, warna ini memberikan pengaruh berkemauan keras dan penuh semangat. Sering juga diapresiasikan untuk menunjuk emosi atau debaran jantung.

2. Oranye.

Oranye merupakan warna energi, keseimbangan, kehangatan, antusiasme, perluasan, pencapaian bisnis, karir, kesuksesan, keadilan, penjualan, persahabatan, kesehatan pikiran dan pengetahuan, daya tahan, kegembiraan, gerak cepat, sesuatu yang tumbuh, tekanan sosial, modal kecil, murah, ketertarikan dan independent.

3. Kuning.

Warna kuning ini bersifat menonjol, semangat untuk maju dan toleransi tinggi. Pengaruh warna ini antara lain riang, dermawan, dan sukses. Kuning adalah warna yang berkesan optimis, dan termasuk pada golongan warna yamg mudah menarik perhatian. Warna ini dapat digunakan untuk menaikkan metabolisme.

4. Merah Muda.

(46)

5. Hijau.

Hijau melambangkan alami, sehat, keberuntungan, pembaharuan, warna bumi, penyembuhan fisik, kesuksesan materi, kelimpahan, kesuburan, keajaiban, tanaman dan pohon, pertumbuhan, pencapaian personal, kebangkitan, jiwa muda, stabilitas, daya tahan, kesegaran, lingkungan, keamanan, rujukan, cinta, keseimbangan, ketenangan, harapan, ketergantungan, dan persahabatan. Warna hijau melambangkan elastisitas keinginan. Cenderung pasif, bertahan, mandiri, posesif, susah menerima pemikiran orang lain. Pengaruh dari warna ini adalah teguh dan kokoh, mempertahankan miliknya, keras kepala, dan berpendirian tetap.

6. Biru.

(47)

38 

 

depresi. Sebagai dari akibat efek menenangkan, warna biru dapat membuat orang lebih konsentrasi.

7. Abu-abu.

Abu-abu melambangkan intelek, masa depan, kesederhanaan, kesedihan, keamanan, reabilitas, kepandaian, tenang, serius, kesederhanaan, kedewasaan, konservatif, praktis, kesedihan, bosan, professional, kualitas, diam dan tenang.

8. Putih.

Putih melambangkan positif, ketepatan, ketidak bersalahan, steril, kematian, kedamaian, pencapaian ketinggian diri, spiritualitas, kedewasaan, keperawanan atau kesucian, kesederhanaan, kebersihan, kesempurnaan, cahaya, persatuan, lugu, murni, ringan, netral dan fleksibel.

9. Hitam.

Hitam melambangkan power, seksualitas, kecanggihan, kematian, misteri, ketakutan, kesedihan, keanggunan, perlindungan, pengusiran, sesuatu yang negative, mengikat, formalitas, kekayaan, kejahatan, perasaan yang dalam, kemarahan, harga diri dan ketangguhan.

10. Ungu/Jingga.

(48)

upacara, kebijakan, pencerahan, arogan, intuisi, mimpi, ketidaksadaran, telepati, empati, imajinasi, kepercayaan yang dalam, harga diri, indepedensi, kontemplasi dan meditasi, ambisi, kemewahan, kekayaan, feminim, artistic, kuno dan romantik.

11. Cokelat

Warna cokelat adalah warna yang kesannya paling dekat dengan bumi sehingga membuat kita merasa dekat. Cokelat bisa menjadi sumber energi yang konstan, serta membuat kita merasa kuat. Warna ini mewakili rasa aman, komitmen dan kepercayaan. Cokelat juga memberikan rasa nyaman dan hangat.

2.1.12 Pemahaman Huruf

Huruf atau biasa juga dikenal dengan istilah "Font" atau "Typeface" adalah salah satu elemen terpenting dalam Desain Grafis karena huruf merupakan sebuah bentuk yang universal untuk menghantarkan bentuk visual menjadi sebuah bentuk bahasa. Huruf (Tipo/Typeface/Type/Font) adalah bentuk visual yang dibunyikan sebagai kebutuhan komunikasi verbal.

(49)

40 

 

pada ruang-ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan tertentu, sehingga dapat

menolong pembaca untuk mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal

mungkin.Dikenal pula seni tipografi, yaitu karya atau desain yang menggunakan

pengaturan huruf sebagai elemen utama. Dalam seni tipografi, pengertian huruf

sebagai lambang bunyi bisa diabaikan. Setiap bentuk huruf dalam sebuah alfabet memiliki keunikan fisik yang menyebabkan mata kita dapat membedakan antara huruf ‘m’ dengan ‘p’ atau ‘C’ dengan ‘Q’. Sekelompok pakar psikologi dari Jerman dan Austria pada tahun 1900 memformulasikan sebuah teori yang dikenal dengan teori Gestalt. Teori ini berbasis pada ‘pattern seeking’ dalam perilaku manusia. Salah satu hukum persepsi dari teori ini membuktikan bahwa untuk mengenal atau ‘membaca’ sebuah gambar diperlukan adanya kontras antara ruang positif yang disebut dengan figure dan ruang negative yang disebut dengan ground.

2.1.13 Anatomi Huruf

Langkah awal untuk mempelajari tipografi adalah mengenali atau memahami anatomi huruf. Gabungan seluruh komponen dari suatu huruf merupakan identifikasi visual yang dapat membedakan antar huruf yang satu dengan yang lain. Apabila kita telah memahami anatomi huruf secara baik, dengan mudah kita dapat mengenal sifat dan karakteristik dari setiap jenis huruf

(50)

Tinggi dari badan huruf kecil secara optis rata dengan x-height. Setiap character apakah huruf besar atau kecil memiliki batang (stem) yang pada bagian ujung-ujungnya dapat ditemukan beberapa garis akhir sebagai penutup yang disebut terminal. Pada dasarnya setiap huruf terdiri dari kombinasi berbagai guratan garis (strokes) yang terbagi menjadi dua, yaitu guratan garis dasar (basic stroke) dan guratan garis sekunder (secondary stroke)

Apabila ditinjau dari sudut geometri, maka garis dasar yang mendominasi struktur huruf dalam alfabet dapat dibagi menjadi 4 kelompok besar, yaitu:

1. kelompok garis tegak-datar; EFHIL

2. kelompok garis tegak-miring; AKMNVZXYW

3. kelompok garis tegak-lengkung; BDGJPRU

4. kelompok garis lengkung; COQS

Huruf memiliki dua ruang dasar bila ditinjau dalam hukum persepsi dari teori Gestalt, yaitu figure dan ground. Apabila kita menelaah keberadaan ruang negatif dari seluruh huruf maka secara garis besar dapat dipecah menjadi tiga kelompok, yaitu:

1. Ruang negatif bersudut lengkung; BCDGOPQRSU

2. Ruang negatif bersudut persegi-empat, EFHILT

3. Ruang negatif bersudut

(51)

42 

 

Perhitungan tinggi fisik huruf memiliki azas optikal-matematis, dalam pengertian bahwa dalam perhitungan angka, beberapa huruf dalam alfabet memiliki tinggi yang berbeda-beda, namun secara optis keseluruhan huruf tersebut terlihat sama tinggi. Huruf yang memiliki bentuk lengkung dan segitiga lancip pada bagian teratas atau terbawah dari badan huruf akan memiliki bidang lebih dibandingkan dengan huruf yang memiliki bentuk datar. Apabila beberapa huruf tersebut dicetak secara berdampingan akan tercapai kesamaan tinggi secara optis.

2.1.14 Keluarga Huruf

Keluarga huruf terdiri atas berbagai kembangan yang berakar dari struktur bentuk dasar (regular) sebuah alfabet dan setiap perubahan berat huruf masih memiliki kesinambungan bentuk. Perbedaan tampilan yang pokok dalam keluarga huruf dibagi menjadi tiga bentuk pengembangan, yaitu: berat, proporsi, dan kemiringan.

Berat

(52)

berbeda. Seperti contoh, huruf bold karena ketebalannya memiliki potensi yang kuat dalam menarik perhatian mata. Biasanya kelompok huruf bold ini banyak sekali digunakan untuk judul (headline) sebuah naskah, baik untuk iklan, poster, maupun media terapan lainnya.

Proporsi

Perbandingan antara tinggi huruf yang tercetak dengan lebar dari huruf itu sendiri dapat dibagi menjadi tiga kelompok bila ditinjau dari perbandingan proporsi terhadap bentuk dasar huruf tersebut. Pembagiannya adalah condense, regular, dan extended.

Kemiringan

(53)

44 

 

Set Characters

Setiap alfabet memiliki berbagai character yang terdiri dari huruf besar atau yang disebut uppercase (sering juga disebut dengan capitals atau caps) dan huruf kecil atau yang disebut lowercase. Istilah ini berasal dari subsistem teknologi mesin cetak yang awalnya ditemukan oleh Johan Gutenburg. Pada masa itu cetakan huruf yang berupa potongan-potongan blok metal disimpan dalam sebuah kotak yang disebut dengan type case. Huruf besar disimpan di dalam kotak pada bagian atas (upper case), sedangkan huruf kecil diletakkan pada bagian bawah dari kotak (lower case). Kelengkapan character dalam sebuah alfabet (set character) biasanya memiliki uppercase yang berjumlah 26 dan lowercase dalam jumlah yang sama. Selain uppercase dan lowercase masih terdapat berbagai jenis character yang melengkapi sebuah alfabet. Sebagai catatan, setiap jenis huruf digital memiliki jumlah character yang berbeda-beda, hal ini tergantung pada seberapa banyak si perancang huruf mendesain jumlah character. Satu set characters yang lengkap biasanya terdiri dari lebih 200 jenis character. Penambahan character seperti ligatures disebut sebagai expert set characters.

Berikut adalah jenis-jenis character tambahan selain upper case dan lower case.

(54)

2. Modern Figures, Angka-angka yang memiliki ketinggian yang sama dengan upper case. Modern figures sering juga disebut sebagai lining figures.

3. Old Style Figures, Angka-angka yang memiliki ketinggian yang sama dengan meanline dari lower case.

4. Foreign Accents, Character yang melengkapi sebuah set characters dalam sebuah bahasa tertentu, seperti beberapa tanda baca atau huruf2 tertentu, seperti beberapa tanda baca atau huruf-huruf tertentu seperti yang terdapat dalam bahasa Jerman atau Prancis.

5. Small Caps, Upper case yang memiliki tinggi yang sama dengan lower case (x-height).

6. Fractions, Angka-angka pecahan

Punctuation Marks, Tanda-tanda baca

 

2.2 Kerangka Berpikir

(55)

46 

 

(56)

Adapun hasil dari kerangka di atas dapat digambarkan dalam bentuk bagan :

Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berfikir Sampul depan 

(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Alasan digunakannya metode ini berdasarkan beberapa perimbangan sebagai berikut: pertama, metode ini akan lebih menyesuaikan apabila dalam penelitian terdapat kenyataan ganda ; kedua, dapat menyajikan langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan responden ; ketiga, metode ini lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Maleong,2002:5).

Lebih lanjut Bogdan dan Taylor dalam Maleong (2002 : 3) menyatakan, bahwa metode penelitian kualitatif mempunyai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata lisan, tulisan, serta gambar dan bukan angka-angka dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut.

(58)

Sebuah peristiwa dalam analisis semiotic tidak hanya mengandung satu makna saja bagi setiap orang. Setiap komunikator dapat memberikan bermacam-macammakna atas suatu peristiwa. Semiotic memberikan pandangan bahwa sebuah teks atau peristiwa dapat bermakna ganda dan tidak stabil (berubah-ubah) (Lindlof dalam Harapan, 2002:31).

Semiotika berkaitan dengan hal yang dapat dimaknai suatu tanda. Sebuah tanda adalah segala sesuatu yang dapat dilekati (dimaknai) sebagai penggantian yang signifikan untuk sesuatu yang lainnya. Segala sesuatu ini tidak begitu mengharuskan akan adanya atau untuk mengaktualisasikan adanya tempat entah dimana pada saat suatu tanda memaknainya ( Berger, 2000 : 4 ).

3.2. Kerangka Konseptual

3.2.1. Korpus

(59)

50

Korpus adalah kata lain dari sample, yang biasanya digunakan untuk analisis semiotik dan analisis wacana. Korpus pada penelitian ini adalah sampul depan buku John Fiske “CULTURAL AND COMMUNICATION STUDIES”, bukan sampul belakang atau sampul samping, karena sampul belakang dan sampul samping merupakan gambaran umum dari penulis, serta terdapat gambar iklan yang tidak termasuk dalam materi majalah tersebut. Peneliti hanya mengambil korpus sampul depan saja karena lebih menarik perhatian dan simbol-simbol atau tanda-tanda yang terdapat pada ilustrasi sampul depan buku pengantar CULTURAL AND COMMUNICATION STUDIES tersebut bukanlah tidak berarti apa-apa.

3.2.2. Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah keseluruhan tanda-tanda yang ada dalam ilustrasi sampul depan buku “John Fiske “CULTURAL AND COMMUNICATION STUDIES” “ berupa pemaknaan sampul yang di interpretasikan dengan menggunakan ikon (tanda yang mempunyai kemiripan dengan objeknya, tanda yang memunculkan kembali benda atau realitas yang ditandainya ).

(60)

sang illustrator majalah tersebut.

Indeks adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal dan hubungan sebab akibat ( Sobur, 2004 : 42 ). Indeks dari ilustrasi sampul depan buku ini adalah tulisan “ John Fiske ” , “ CULTURAL AND COMMUNICATION STUDIES ” , “ Sebuah Pengantar Paling Komprehensif “ dan tulisan “ Kata Pengantar : Idi Subandy Ibrahim “, serta warna background. Karena tanpa adanya tulisan, dan gambar itu, kita tidak akan bisa menginterpretasikan makna dari ilustrasi tersebut. Disebut sebagai indeks karena adanya hubungan sebab akibat dengan tanda dalam ilustrasi sampul depan buku John Fiske “CULTURAL AND COMMUNICATION STUDIES” dan mendukung ikon dalam ilustrasi sampul buku tersebut.

(61)

52

Gambar 3.1 Bagan Unit Analisis

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui cara mengamati sampul depan buku John Fiske “CULTURAL AND COMMUNICATION STUDIES” secara langsung, sehingga bisa disebut sebagai data premier penelitian dan selanjutnya di analisis berdasarkan landasan teori yaitu semiotik Charles Sanders Pierce. Teknik pengumpulan data lainnya melalui penggunaan bahan documenter seperti buku-buku, internet, sumber bahan documenter tersebut di

(62)

gunakan untuk memperoleh informasi tentang berbagai hal mengenai makna sampul depan buku John Fiske “CULTURAL AND COMMUNICATION STUDIES” yang menjadi bahan penelitian ini. Data dari penelitian ini kemudian di gunakan untuk mengetahui makna apa yang terkandung dalam sampul depan buku John Fiske “CULTURAL AND COMMUNICATION STUDIES” ke dalam system tanda komuniksai berupa gambar, tulisan, dan warna yang menjadi latar belakang di dalam sampul depan majalah tersebut.

3.4. Teknik Analisis Data

(63)

54

Penulis memaknai hasil tersebut dengan mengaplikasikannya ke dalam teori segitiga makna (triangle meaning):

Sign : Keseluruhan tanda dan lambang

Object : Cover buku Interpretant : Peneliti

(64)

 

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.1.1. Buku Cultural And Communication Studies

(65)

56   

program TV. Di dalam buku seharga Rp.37.800,- tidak hanya memperkenalkan sejumlah karya dari para ahli yang utama dalam tiap-tiap mazhab. Tapi juga memperkenalkan teori-teori substantif dan model-model formal yang cukup representatif dalam studi komunikasi. Selain itu, buku ini menyuguhkan sejumlah data empiris yang kaya dan kompleks yang di rangkum dari temuan beberapa peneliti komunikasi terdahulu untuk menopang topik-topik bahasan dalam tiap-tiap mazhab. Buku ini, sebagaimana juga harapan Fiske, ingin mendorong para mahasiswa untuk mengadopsi sebuah pendirian yang kritis dalam studi komunikasi; yakni secara kritis sadar akan metode studi mereka, demikian pula subjek studi mereka, dan sanggup mengartikulasikan mengapa mereka mempelajari komunikasi dengan cara yang mereka yakini.

John Fiske lahir di Hartford, Connecticut, 30 Maret 1842. Dia adalah anak tunggal dari Brewster Edmund Green, dan Mary Fiske Bound, dari Middletown, Connecticut. Ayahnya adalah editor koran di Hartford, New York City, dan Panama, di mana ayahnya meninggal pada tahun 1852, dan ibunya menikah lagi dengan Edwin W. Stoughton, dari New York, pada tahun 1855. Pada perkawinan kedua ibunya, Edmund Fiske Green diasumsikan nama ibu kakek buyutnya, John Fiske.

(66)

National Review Triwulanan. Setelah itu, dia adalah seorang kontributor sering untuk majalah Amerika dan Inggris.

Dari 1869-1871, John Fiske menjadi dosen filosofi di universitas Harvard, pada tahun 1870 instruktur dalam sejarah sana, dan pustakawan asisten 1872-1879. Pada posisi terakhir mengundurkan diri pada tahun 1879, ia terpilih sebagai anggota dewan pengawas, dan pada waktu berakhirnya jangka waktu enam-tahun terpilih kembali pada 1885. Mulai tahun 1881, John Fiske kuliah setiap tahun pada sejarah Amerika di Washington University, St Louis, Missouri, dan mulai pada tahun 1884 menjadi guru sejarah Amerika di institusi tersebut lalu membuat rumahnya di Cambridge, Massachusetts. Dia kuliah tentang sejarah Amerika di University College London pada 1879, dan di Royal Institution Britania Raya pada tahun 1880. Dia memberikan ratusan ceramah, terutama pada sejarah Amerika, di kota-kota utama Amerika Serikat dan Inggris.

(67)

58   

sebuah ekspositor (dan karena itu pemikir) seperti Anda." antusiasme abad kesembilan belas untuk ukuran otak sebagai ukuran sederhana dari kinerja manusia, yang diperjuangkan oleh beberapa ilmuwan yang sangat cerdas (termasuk Darwin sepupu Francis Galton dan neurolog Perancis Paul Broca) dipimpin Fiske percaya pada keunggulan rasial dari "ras Anglo-Saxon" . Namun, tidak ada alasan yang baik untuk mempertimbangkan Fiske rasis asli atau Darwinis Sosial. Dalam bukunya "The Destiny of Man" (1884), ia mencurahkan satu bab ke "Akhir dari kerja seleksi alam atas manusia", dan menggambarkannya sebagai "fakta keagungan tak tertandingi." Dalam pandangannya, "tindakan seleksi alam sebagai manusia telah dasarnya berkurang melalui operasi kondisi sosial."

4.2. Penyajian Data

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap sampul depan buku Cultural And Communication Studies, karya John Fiske, maka akan dapat disajikan hasil dari pengamatan terhadap cover / sampul tersebut.

(68)

mata bagian kiri figur orang tersebut. Ada pula bayangan Earphone yang terletak pada cover buku tersebut. Warna latar belakang / background ini sendiri lebih dominan dengan warna orange. Sedangkan pesan-pesan verbal yang terdapat pada cover tersebut adalah tulisan “John Fiske ”Cultural And Communication Studies”, terletak di pojok kanan bagian bawah yang berwarna putih.

Gambar 4.1

(69)

60   

4.3. Ilustrasi Sampul Depan Buku Cultural And Communication Studies Berdasarkan Analisis Semiotik Charles S. Peirce

Yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah ilustrasi sampul depan buku Cultural And Communication Studies. Tampilan keseluruhan dari ilustrasi sampul depan buku tersebut berupa gambar, tulisan-tulisan, dan warna yang kesemuanya itu terdiri dari tanda-tanda yang dapat digolongkan dalam semiotik. Dalam analisis semiotik milik Peirce, ada tiga unsur utama yang bisa digunakan sebagai pisau analisis, yaitu kerja sama antar obyek, tanda, dan interpretan. Dimana semiotik bagi Peirce adalah suatu hubungan (relationship), tindakan (action), pengaruh (influence). Hubungan antara tiga unsur ini dikenal dengan model Triangel Meaning (Segitiga Makna). Menurut model ini, makna yang dihasilkan dalam benak seseorang dalam memaknai sebuah tanda, tidak terlepas dari interaksi antara ketiga elemen diatas.

(70)

Gambar 4.2

Ilustrasi sampul depan buku John Fiske”Cultural And Communication Studies”Sebuah Pengantar Paling Komprehensif dalam model Triangel Meaning

Peirce

yaitu : Ikon, Indeks, Symbol

TANDA

Setiap bentuk pemaknaan yang bisa ditumbulkan oleh ilustrasi sampul depan

buku John Fiske”Cultural And Communication Studies”Sebuah Pengantar

(71)

62   

Dalam menganalisis hubungan antara tanda dan acuannya dengan metode semiotik dari Charles S. P, Peirce membuat tiga kategori tanda yang masing-masing menunjukan hubungan yang berbeda diantara tanda dan objeknya atau apa yang diacunya. Yang dapat digolongkan menjadi ikon, indeks, simbol. Oleh karena itu, peneliti akan menganalisis dan menginterpretasikan makna dari sampul depan buku ini berdasarkan ketiga kategori tanda diatas,yakni Ikon, Indeks, dan Simbol.

4.4. Pemaknaan terhadap ilustrasi sampul depan buku John Fiske”Cultural And Communication Studies”Sebuah Pengantar Paling Komprehensif

berdasarkan Ikon, Indeks, dan Simbol

Berdasarkan tiga kategori tanda Charles S. Peirce yang terdiri dari ikon, indeks, simbol, selanjutnya peneliti akan menganalisis dan menginterpretasikan korpus penelitian ini berdasarkan tiga kategori tanda tersebut. Berikut ini pemaknaan terhadap ilustrasi sampul depan buku tersebut:

4.4.1. Ikon

(72)

bentuk aslinya. Gambar figur orang tersebut merupakan sesosok manusia yang diberikan akal sehat untuk berfikir.

Gambar earphone dalam sampul depan buku ini merupakan ikon dari earphone. Dimana earphone mempunyai peranan penting untuk merujuk pada komunikasi dua arah seperti layaknya telepon, dengan begitu kita bisa merasakan adanya hubungan timbal balik dalam melakukan komunikasi. Tidak hanya mengirim pesan tetapi kita juga bisa menerima. Dengan adanya earphone, orang-orang lebih dapat mendengarkan suara secara bebas. Bisa dengan berapapun tingkat volumenya atau mendengarkan suara apa saja, kapan saja, dan dimana saja. Privacy masing-masing individu pun terjaga. Earphone juga digunakan untuk di stasiun-stasiun TV sebagai alat pengantar pesan dari direktur acara/ atasan ke presenter/ kru TV lainnya/ bawahan. Sehingga komunikasi tercapai tanpa didengar pihak-pihak lain. Bisa juga di studio rekaman dengan ruang kedap suara agar tidak ada noise lain yang terdengar.

Gambar rol film merupakan ikon dari rol film, dimana rol film mempunyai peran penting dalam pembuatan sebuah film, karena semua isi cerita dalam film terdapat pada rol film tersebut. Dengan rol film ini juga bisa menyampaikan sebuah pesan-pesan apa saja yang terkandung di dalamnya, melalui media yang menyebarkan gambar gerak seperti; pemutaran film yang di

(73)

64   

Gambar televisi juga merupakan ikon dari televisi, dimana televisi merupakan media komunikasi yang menyediakan berbagai informasi yang update, dan menyebarkannya kepada khalayak umum. Dalam Baksin (2006: 16) mendefinisikan bahwa: “Televisi merupakan hasil produk teknologi tinggi (hi-tech) yang menyampaikan isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak. Isi pesan audiovisual gerak memiliki kekuatan yang sangat tinggi untuk mempengaruhi mental, pola pikir, dan tindak individu”. Menurut Parwadi (2004: 28) lebih luas lagi dinyatakan bahwa: “Televisi adalah sistem pengambilan gambar, penyampaian, dan penyuguhan kembali gambar melalui tenaga listrik. Gambar tersebut ditangkap dengan kamera televisi, diubah menjadi sinyal listrik, dan dikirim langsung lewat kabel listrik kepada pesawat penerima”. Televisi adalah sistem elektronis yang menyampaikan suatu isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak dan merupakan sistem pengambilan gambar, penyampaian, dan penyuguhan kembali gambar melalui tenaga listrik. Dengan demikian, televisi sangat berperan dalam mempengaruhi mental, pola pikir khalayak umum. Televisi karena sifatnya yang audiovisual merupakan media yang dianggap paling efektif dalam menyebarkan nilai-nilai yang konsumtif dan

permisif(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19201, Rabu 11/05/2011/19.00).

(74)

sama. Biasanya jas ini dipakai dalam acara resmi dan hanya digunakan oleh kaum adam atau laki-laki.

Gambar kerah baju juga merupakan ikon dari kerah baju. Dimana kerah baju merupakan style dari sebuah kemeja dan ikut menentukan bagus atau tidaknya kemeja yang dgunakan. Kerah baju bisa juga disebut sebagai bingkai dari sebuah kemaja. Desain kerah baju adalah hal utama yang membedakan model kemeja satu dengan desain kerah baju yang lain atau yang bermacam-macam modelnya. Sebuah kemeja dinilai tampak formal atau tidaknya di tentukan oleh kerah baju tersebut. Semakin kaku kerah baju akan tampak semakin formal.

Gambar dasi merupakan ikon dari dasi. Dimana dasi adalah aksesoris dunia profesional yang tidak lepas dari style dan mode. Dasi juga menunjukkan kesan formal dan resmi dalam berpakaian. Dasi sendiri untuk menandakan kerapian dalam berbusana. Dasi juga tidak terlepas dari adanya pemakaian sebuah simbol pada pribadi seseorang yang sampai zaman sekarang dasi menjadi aksesoris wajib untuk pakaian formal.

(75)

66   

4.4.2. Indeks

  Indeks adalah sesuatu yang melaksanakan fungsi penanda yang

mengisyaratkan penandanya. Indeks dalam karikatur ini adalah warna background, segala bentuk tulisan, dan banyangan earphone. Sesuai dengan pengertian indeks itu sendiri adalah tanda yang hadir akibat adanya hubungan dengan ciri acuannya yang bersifat kasual atau tanda yang secara alamiah mempresentasikan objek lainnya yang muncul berdasarkan sebab akibat. Indeks pada cover buku ini adalah background yang dominan berwarna orange, kuning, cokelat, dan hitam.

Background atau latar belakang berwarna Oranye merupakan warna energi, keseimbangan, kehangatan, antusiasme, karir, perluasan, kesuksesan, keadilan, persahabatan, kesehatan pikiran dan pengetahuan, daya tahan, kegembiraan, gerak cepat, sesuatu yang tumbuh.

Background atau latar belakang berwarna Warna kuning ini bersifat menonjol, semangat untuk maju dan toleransi tinggi. Pengaruh warna ini antara lain dermawan, dan sukses. Kuning adalah warna yang berkesan optimis, dan termasuk pada golongan warna yang mudah menarik perhatian.

(76)

Background atau latar belakang berwarna Hitam melambangkan power, seksualitas, kecanggihan, kematian, misteri, ketakutan, kesedihan, keanggunan, perlindungan, pengusiran, sesuatu yang negative, mengikat, formalitas, kekayaan, kejahatan, perasaan yang dalam, kemarahan, harga diri dan ketangguhan.

Bentuk tulisan pada cover buku Cultural And Communication Studies adalah Huruf atau biasa juga dikenal dengan istilah "Font" atau "Typeface" adalah salah satu elemen terpenting dalam Desain Grafis karena huruf merupakan sebuah bentuk yang universal untuk menghantarkan bentuk visual menjadi sebuah bentuk bahasa. Huruf (Tipo/Typeface/Type/Font) adalah bentuk visual yang dibunyikan sebagai kebutuhan komunikasi verbal, dimana kata “CULTURAL AND COMMUNICATION STUDIES” menggunakan font bauhaus 93. Dengan penggunaan atau pemilihan font ini, sang ilustrator ingin memberikan kesan elegan dan simple karena di buat dengan huruf besar semua pada penulisannya.

Bayangan earphone yang terdapat pada cover buku ini adalah wujud hitam yang tampak di balik sebuah benda terkena atau tersorot oleh sinar. Begitu juga pada gambar rol film dan gambar televisi. Dimana gambar earphone, rol film, dan televisi digunakan oleh ikon dari cover buku tersebut. Sehingga menimbulkan adanya bayangan.

(77)

68   

menyampaikan pesan sosial dalam kehidupan manusia. Manusia dapat mengalami ekspresi wajah tertentu secara sengaja, tapi umumnya ekspresi wajah dialami secara tidak sengaja akibat perasaan atau emosi manusia tersebut. Biasanya amat sulit untuk menyembunyikan perasaan atau emosi tertentu dari wajah, walaupun banyak orang yang merasa amat ingin melakukannya. Misalnya, orang yang mencoba menyembunyikan perasaan bencinya terhadap seseorang, pada saat tertentu tanpa sengaja akan menunjukkan perasaannya tersebut di wajahnya, walaupun ia berusaha menunjukkan ekspresi netral. Hubungan perasaan dan ekspresi wajah juga dapat berjalan sebaliknya, pengamatan menunjukkan bahwa melakukan ekspresi wajah tertentu dengan sengaja (misalnya: tersenyum), dapat memengaruhi atau menyebabkan perasaan terkait benar-benar terjadi. (http://id.ekspresi_wajah.org ).

4.4.3. Simbol

Simbol pada korpus penelitian ini adalah bentuk model rambut, orang memakai jas, letak gambar earphone, rol film, dan telivisi. Simbol menunjukan adanya hubungan alamiah antara penanada dengan petandanya yang bersifat arbitrer dan berdasarkan konvensi atau kesepakatan bersama.

Gambar

Gambar II.1. Hubungan Tanda, Objek dan Interpretan Pierce
Gambar II.2. Model Kategori Tanda oleh Pierce
Gambar 2.3 Bagan Kerangka Berfikir
gambar earphone, gambar rol film, gambar televisi, jas,
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kerusakan pada kulit berhubungan dengan : suhu penyebab luka bakar, penyebab panas, lama terbakar, jaringan ikat yang terkena, lapisan dari struktur  kulit yang terkena menyebabkan

Bahwa sepengetahuan Saksi pada tanggal 15 sampai tanggal 18 Juli 2016 diberi ijin Kapten Inf Kasmadi selama 3 (tiga) hari untuk mengurus masalah hutang piutangnya dengan orang

Dampak yang paling terlihat dari permasalahan tersebut adalah kurangnya jumlah anggota UKM sepakbola di Universitas Mulawarman, sehingga dibutuhkan sebuah sistem

Berdasarkan observasi dan hasil tindakan yang telah dilakukan pada hari Rabu, tanggal 15 Mei 2013 dalam pembelajaran SBK materi seni tari di kelas VII C SMP Negeri 8

Terima kasih Tuhan telah menjadikan perempuan sebagai penolong kami yang sepadan.. Kami menyaksikan mereka menjadi pengajar, rekan dan

Awal pembatasan pers di masa demokrasi liberal adalah efek samping dari keluhan wartawan terhadap pers Belanda dan Cina, namun pemerintah tidak membatasi

Hasil penelitian implementasi penilaian autentik kurikulum 2013 pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 1 Karangmonol menerapkan penilaian autentik

Lama perendaman yang semakin lama akan mencegah browning enzimatis dan memberikan warna dan kenampakan yang bagus, akan tetapi tidak sama halnya dengan rasa dari