ANALISA KECACATAN KEMASAN ALCOHOL SWABS
DENGAN METODE FAULT TREE ANALYSIS ( FTA )
( STUDI KASUS DI PT. JAYAMAS MEDICA INDUSTRI SIDOARJO )
SKRIPSI
OLEH :
INDRA AGUNG P. NPM 0632010147
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN“
JAWA TIMUR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Analisa
Kecacatan Kemasan Alcohol Swabs dengan metode fault tree analysis (fta) (Studi kasus di PT. Jayamas Medica Industri Sidosrjo)”, yang merupakan
kurikulum yang harus ditempuh oleh mahasiswa sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.
Atas terselesainya pelaksanaan dan penyusunan Tugas Akhir ini, maka penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto, MP. selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Ir. Sutiyono, MT. selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Ir. M. Tutuk Safirin, MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Ir. Budi Santoso, MMT selaku Dosen Pembimbing Pertama dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas kemudahan dan bimbingan yang Bapak berikan kepada penulis.
5. Bapak Irwan Soejanto, MT selaku Dosen Pembimbing Kedua dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas kemudahan dan bimbingan yang Ibu berikan kepada penulis.
6. Ibu Ir. Sumiati, MT, selaku Dosen Penguji I Seminar I .
7. Bapak M. Anang F, MMT. selaku Dosen Penguji II Seminar I . 8. Ibu Ir. Sumiati, MT selaku dosen Penguji I Seminar II
10.Bapak Purwanto Edy. S, ST dan pembimbing lapangan . Serta seluruh
karyawan PT. Jayamas Medica Industri.
11.Seluruh Keluargaku (Ayah, Ibu yang ada di sisi Allah, Mas Porwanto, Adikku Rosary ) terima kasih atas kasih sayang, doa, dorongan semangat dan bantuan yang diberikan.
12.Teman – tamanku yang dirumah anak – anak GASENDRA BAND ( Andri, Sutresno, Sumarto, Koko / Gobet, Adi / Kerbat, Thanks atas semua bantuannya dan Suportnya slamane.
13.Buat Orang yang selalu sayang pada ku Khifdhinatus Sholikhah, trimakasi atas dukungan, kasih saying dan kepercayaannya.
14.Teman-temanku angkatan 2006 terutama Paralel C ( Anak – Anak GMC ) Thaks ya bro Atas dukungannya Slama ini.
15.Dan semua pihak yang telah banyak membantu di dalam penyelesaian tugas ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga kalian mendapat kasih saying dari orang – orang yang kalian sayangi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis menyampaikan permohonan maaf apabila terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan Tugas Akhir ini.
Hormat Kami,
SPECIAL THANKS TO…
Puji syukurQ selalu Aq curahkan kepada-Mu Ya Allah. Terima kasih atas segala Rahmat dan Hidayah yang telah Engaku berikan padaQ. Puji syujurQ atas segala kemudahan serta pertolangan yang Engkau berikan padaQ dalam mengerjakan skripsi ini.
Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasul-Mu Nabi Muhammad SAW, yang telah menunjukkan kami jalan yang terang benderang melalui Islam.
For My Familly
Buat Mama dan AyahQ tercinta, terima kasih atas segala kasih sayang dan perhatian yang telah Kalian curahkan padaQ, terima kasih atas segala do’a dan bimbingan yang tiada pernah berhenti engkau berikan padaQ.
Buat Mas Didin, terima kasih uda nganterin Aq kemana-mana. Dan terima kasih atas segala bantuannya.
Buat Adek2Q Nila, Inung, Atik, Awang dan Aik, terima kasih atas perhatian dan kasih saying kalian. Kalian adalah semangatq untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
For My Grandmother, terima kasih atas do’a yang telah diberikan untukQ.
For My Love (Achmad Vinky, ST)
Tiada kata yang dapat Aq ucupkan selain syukur kepada Allah, karena menghadirkan dirimu dalam hidupQ. Terima kasih ”Sayang” atas segala cinta, kasih sayang, dan perhatian yang tiada henti engkau curahkan untukQ. Terima kasih atas dorongan dan semangat yang telah engkau berikan padaQ.
For My Best Friends
Untukmu teman-temanq, tiada hal terindah yang Aq dapatkan dikampus selain persahabat yang telah kalian berikan padaQ. Suka dan duka yang telah kita lewati bersama selama belajar merupakan suatu kenangan terindah yang tak akan Aq lupakan. Buat Rani yang selalu ceria, Buat Titik yang selalu tenang dan
Buat Catur, terima kasih atas kerja sama, semangat, informasi, dan pengalaman yang telah engkau berikan padaQ.
Buat Nella, terima kasih atas semangat dan bantuan yang telah engkau berikan untukQ.
Buat teman2 dan adik2q di PB, (Catur, Samsul, Pungky, Lely, Prana, Rosyid, Irma dan juga Nurul) semoga persaudaraan kita akan selalu abadi untuk selamanya. Jaga lab PB kita dengan baik ya..
Buat Aan, Fatma, Danang, and Retha, terima kasih ya atas persaudaraan kita selama ini. Terima kasih atas dorongan dan semangat yang kalian berikan untukku. Semoga kalian cepat lulus ya..
Buat Teman2Q angkatan 2002, terutama pararel C. Terima kasih atas kebersamaan kita selama kuliah, terima kasih atas masa-masa indah yang kita lalui bersama.
For Mas Antok’s Family
Tiada ucapan yang bisa Aq katakan selain ucapan terima kasih yang tiada terkira atas semua bantuan, perhatian dan semangat yang telah diberikan untukQ. Buat Mas Antok, terima kasih atas bimbingan, waktu dan informasi yang telah diberikan. Buat Mbak Linda, terima kasih banyak atas dorongan dan semangat yang diberikan untukQ. Buat si imoet Syafa dan Noval, keceriaan kelian memberikan semangat untukQ.
Buat teman2q di rumah
Buat Mas Tholib, terima kasih atas pengalaman yang diberikan untukQ, terima kasih untuk Bety, Lia, Dewi, Rizal, Syaiful, Bagus, Iskandar, Arilia, Dodik dan semua yang tak dapat Aq sebutkan satu2. Terima kasih atas segala persahabatan, pengalaman, dan kebersamaan kita selama ini. Semua yang telah kita lakukan bersama akan selalu aq kenang untuk selamanya.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR LAMPIRAN x
ABSTRAK xi
BAB I : PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Perumusan Masalah 3 1.3 Batasan Masalah 3 1.4 Tujuan Penelitian 4 1.5 Asumsi - Asumsi 4 1.6 Manfaat Penelitian 5 1.7 Sistematika Penulisan 6 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 8 2.1 Konsep Dan Definisi Kualitas 8 2.1.1Pengendalian Kualitas 9 2.1.2Tujuan Pengendalian Kualitas 11 2.1.3Manfaat Pengendalian Kualitas 12 2.1.4 Ruang Lingkup Kegiatan Pengendalian Kualitas 13
2.2 Fault Tree Analysis (FTA) 20
2.2.1Konsep Dasar Fault Tree Analysis 22
2.2.2Prinsip Fault Tree Analysis 25
2.2.3Konstruksi Pohon Kesalahan 26
2.2.4Tahapan Fault Tree Analisis 27
2.2.5Cut Set Method 29
2.2.5.1 Langkah Pembentukan Cut Set 31
2.2.6Cut Set Quantitative 32
2.3 Definisi Alcohol Swabs 35
2.3.1 Sejarah Alcohol Swabs 35
2.3.2 Bahan Baku 36
2.3.3 Jenis Mesin yang Digunakan 37
2.3.4 Proses Produksi Alcohol Swabs 39
2.4 Peneliti Terdahulu 40
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN 46
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 46
3.2 Identifikasi dan Devinisi Operasional Variabel 46
3.2.1 Identivikasi Variabel 46
3.3 Metode Pengumpulan Data 48
3.4 Pengolahan Data 50
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN 58
4.1 Pengumpulan Data 58
4.1.1 Deskripsi Spesifikasi Produk 59
4.1.2 Identifikasi Kesesuaian Produk Berdasarkan Data
Kecacatan Produk Oleh Pengawas produksi 59
4.1.3 Identifikasi Peristiwa Puncak (Top Event)
Kecacatan 67
4.1.4 Identifikasi Akar Penyebab (Basic Event)
Alcohol Swabs Per Proses Produksi 75
4.1.5 Kebutuhan Perbaikan Untuk Peningkatan Produk
Berdasarkan Kelemahan 79
4.2 Pengolahan Data 81
4.2.1 Bentuk Seal Kemasan Bocor 82
4.2.2 Bentuk Posisi Logo Kurang Presisi 88
4.2.3 Bentuk Seal Hangus 96
4.2.4 Bentuk Tsu Terjepit 102
4.2.5 Bentuk Nepkin Peaper tidak Presisi 108
4.3 Pembahasan 114
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 121
5.1 Kesimpulan 121
5.2 Saran 123
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Simbol-Simbol Logika ( Gerbang ) dalam Fault Tree Analysis 28
2.2 Simbol-Simbol Logika ( Kejadian ) dalam Fault Tree Analysis 29
3.1. Lembar Identifikasi Penyebab Kegagalan 49
3.2. Lembar Sampling Produk 49
4.1. Data Produksi dan Cacat Alcohol Swabs 60
4.2. Persentase Cacat Produk Selama Masa Produksi
Bulan November 2009 - April 2010 66
4.3. Penyebab Seal Kemasan Bocor 68
4.4. Penyebab Posisi Logo Kurang Presisi 69
4.5. Penyebab Seal Hangus 71
4.6. Penyebab Tsu Terjepit 72
4.7. Penyebab Nepkin Peaper tidak Presisi 74
4.8. Jenis dan Jumlah Akar Penyebab Kecacatan Alcohol Swabs 76
4.9. Probabilitas Akar-Akar Penyebab Kecacatan Alcohol Swabs 81
4.10. Keterangan Simbol-Simbol (Huruf) Dalam Struktur
Kecacatan Seal Kemasan Bocor 83
4.11. Keterangan Simbol-Simbol (Huruf) Dalam Struktur
Kecacatan Posisi Logo Kurang Presisi 90
4.12. Keterangan Simbol-Simbol (Huruf) Dalam Struktur
4.13. Keterangan Simbol-Simbol (Huruf) Dalam Struktur
Kecacatan Tsu Terjepit 103
4.14. Keterangan Simbol-Simbol (Huruf) Dalam Struktur
Kecacatan Nepkin Peaper tidak Presisi 109
4.15. Correction Action Nepkin Peaper tidak Presisi 118
4.16. Correction Action Seal Kemasan Bocor 119
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Contoh Histogram 17
2.2. Contoh Pareto Diagram 18
2.3. Contoh Diagram Tulang Ikan 19
2.4. Contoh AND Gate 23
2.5. Contoh Struktur Cut Set 30
2.6. Contoh Pembentukan Cut Set 32
2.7. Contoh Perhitungan Fault Tree Analysis 34
2.8. Contoh Hasil Akhir Matrik Minimal Cut Set 34
3.1. Contoh Hasil Akhir Matrik Minimal Cut Set 52
3.2. Langkah-Langkah Pemecahan Masalah 54
4.1. Alcohol Swabs 59
4.2. Histogram Jumlah Produk Cacat 66
4.3. Diagram Pareto 67
4.4. Diagram Sebab-Akibat Seal Kemasan Bocor 68
4.5. Diagram Sebab-Akibat Posisi Logo Kurang Presisi 70
4.6 Diagram Sebab-Akibat Seal Hangus 71
4.7 Diagram Sebab-Akibat Tsu Terjepit 73
4.8 Diagram Sebab-Akibat Nepkin Peaper tidak Presisi 74
4.9 Diagram Pohon Kesalahan Bentuk Seal Kemasan Bocor 82
4.10 Struktur Kecacatan Bentuk Seal Kemasan Bocor 83
4.12 Equivalent Fault Tree Seal Kemasan Bocor 85
4.13 Probabilitas Bentuk Seal Kemasan Bocor 86
4.14 Diagram Pohon Kesalahan Bentuk Posisi Logo Kurang Presisi 88
4.15 Struktur Kecacatan Bentuk Posisi Logo Kurang Presisi 90
4.16 Matrik Cut Set dan Minimal Cut Set Untuk Posisi Logo
Kurang Presisi 91
4.17 Equivalent Fault Tree Posisi Logo Kurang Presisi 92
4.18 Probabilitas Bentuk Posisi Logo Kurang Presisi 93
4.19 Diagram Pohon Kesalahan Bentuk Seal Hangus 96
4.20 Struktur Kecacatan Bentuk Seal Hangus 97
4.21 Matrik Cut Set dan Minimal Cut Set Untuk Seal Hangus 98
4.22 Equivalent Fault Tree Seal Hangus 99
4.23 Probabilitas Bentuk Seal Hangus 100
4.24 Diagram Pohon Kesalahan Bentuk Tsu Terjepit 102
4.25 Struktur Kecacatan Bentuk Tsu Terjepit 103
4.26 Matrik Cut Set dan Minimal Cut Set Untuk Tsu Terjepit 104
4.27 Equivalent Fault Tree Tsu Terjepit 105
4.28 Probabilitas Bentuk Tsu Terjepit 106
4.29 Diagram Pohon Kesalahan Bentuk Nepkin Peaper tidak Presisi 108
4.30 Struktur Kecacatan Bentuk Nepkin Peaper tidak Presisi 109
4.31 Matrik Cut Set dan Minimal Cut Set Untuk Nepkin Peaper
tidak Presisi 110
4.32 Equivalent Fault Tree Nepkin Peaper tidak Presisi 111
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Sejarah dan Gambaran Umum Perusahaan
Lampiran 2 Stuktur Organisasi
Lampiran 3 Data Pengambilan Sampling Akar Penyebab Cacat Produk
Lampiran 4 Perhitungan Manual
Lampiran 5 Skla Probabilitas
Lampiran 6 Gambar Cacat Produk
Lampiran 7 Data Hasil Produksi Dan Kecacatan Alcohol Swabs
ABSTRAKSI
Analisis Faktor-Faktor Penyebab Kecacatan
Produk Alcohol Swabs Dengan Metode Fault Tree Analysis (FTA)
( Studi Kasus Di PT.Jayamas Medica Industri Sidoarjo )
PT.Jayamas Medica Industri Sidoarjo merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur dengan produk yang dihasilkan adalah alcohol swabs. Untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi PT.Jayamas Medica Industri Sidoarjo melakukan pengendalian kualitas dengan langkah awal berupa pengidentifikasian kecacatan produk agar dapat mengurangi kesalahan proses seminimal mungkin.
Adapun masalah yang dihadapi oleh PT.Jayamas Medica Industri Sidoarjo agar perusahaan mampu bertahan hidup dalam kompetisi bisnis yang semakin ketat antara lain produk yang mereka produksi selalu tidak sempurna atau tidak bebas cacat (defect free) dengan prosentase kurang lebih sekitar 1% - 3 % per hari dalam satu bulan produksi. serta perusahaan harus mampu memberikan jaminan kepada konsumen bahwa produk yang dihasilkan adalah produk yang berkualitas. Untuk itu perlu diciptakan pengawasan pada produk mutlak diimplementasikan sebagai jaminan pada konsumen bahwa produk yang dijual kepasaran memiliki mutu atau kualitas yang baik sehingga manajemen kualitas dari perusahaan berorientasi untuk terus menerus berupaya meningkatkan kualitas dramatik menuju kegagalan nol (zero defect).
Tujuan dari dari penelitian ini adalah untuk menjawab pokok permasalahan yang telah disampaikan di atas, yaitu mengetahui cacat produk yang ada di PT.Jayamas Medica Industri Sidoarjo dan menentukan faktor-faktor penyebab kecacatan produk.
Dengan menggunakan metode Fault Tree Analysis (FTA), untuk mengetahui permasalahan tersebut serta memberikan usulan perbaikan untuk melakukan pencegahan dan mengurangi potensi penyebab kecacatan produk.
Dari hasil analisis menunjukan bahwa jenis cacat yang berpotensi untuk diadakan analisa yaitu, jenis kecacatan Nepkin Peaper tidak Presisi probabilitasnya 0,1742 (17,42%) dimana akar – akar penyebabnya adalah posisi Nepkin Peaper kurang presisi, motor pengerak nepkin peaper tidak stabil, roll bearing aus, nepkin peaper melipat, dan operator kurang teliti. Seal Kemasan Bocor probabilitasnya 0,163 (16,3%) dimana akar – akar penyebabnya adalah operator kurang terampil, setting mesin kurang tepat, roll perekat kurang panas dan roll aus. Posisi Logo Kurang Presisi probabilitasnya 0,139 (13,9%) penyebabnya adalah Sliding roll miring, cuter tumpul, posisi cutter kurang presisi,napkin peaper robeh dan operator kurang teliti. Tsu Terjepit probabilitasnya 0,0345 (3,45%) akar penyebabnya adalah operator kurang teliti, motor pengerak Tsu kurang cepat, pengaturan speed mesin kurang tepat., dan untuk Seal Hangus probabilitasnya 0,0054 (0,54%) akar penyebabnya adalah binding roll terlalu dekat, suhu roll terlalu panas, operator kurang teliti dan operator kurang tanggap pada pengaturan speed mesin . Usulan perbaikan untuk perusahaan berdasarkan Correction Action dilakukan pada jenis cacat yang memiliki probabilitas lebih dari 10 % yaitu pada jenis kecacatan Nepkin Peaper tidak Presisi, Seal Kemasan Bocor, Posisi Logo Kurang Presisi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Globalisasi dan kemudahan akses terhadap informasi, perkembangan
produk dan jasa yang pesat telah mengubah bagaimana pelanggan bertransaksi
dengan sebuah perusahaan. Model lama sudah tidak bisa dijalankan lagi. Situasi
kompetisi dewasa ini tidak memberikan sedikitpun peluang bagi perusahaan untuk
berbuat salah. Perusahaan harus benar-benar memuaskan pelanggannya dan selalu
berupaya mencari cara baru untuk memenuhi permintaan pelanggan melebihi
harapan – harapan pelanggan. Peningkatan kualitas produk secara
berkesinambungan harus dilakukan hingga mencapai titik hampir sempurna.
PT. Jayamas Medica Industri merupakan perusahaan yang bergerak dalam
bidang industri manufaktur dan memproduksi alat – alat kesehatan dan antiseptic
& desinvekta diantaranya produksinya adalah Jarum Suntik, Urine Bag, Bad
Pasien, Stetoscop, Tensi Darah Digital, Oxy Flow, Plesterin, Kasa, Uro Bag,
alcohol swabs,. PT. Jayamas Medica Industri termasuk perusahaan yang
memproduksi barang dalam jumlah besar ( Mass Production ). Selain itu
perusahaan ini juga memproduksi barang sesuai dengan permintaan / pesanan dari
pemesan. Dalam penelitian ini produk yang diamati adalah produk alcohol swabs,
produk ini diamati karena produk tersebut dipesan dalam jumlah yang banyak
sehingga dalam pembuatannya dilakukan secara continue ( hampir setiap hari
Prosentase faktor kecacatan yang terjadi pada proses produksi alcohol
shaws adalah sekitar 3 % dari total produksi sebesar 34.000 pcs dan afkir atau
cacat sebesar 932 pcs dan jumlah tersebut masih bisa berubah – ubah , dimana
kecacatannya seperti factor seal kemasan kurang melekat ( kemasan bocor ),
posisi logo merek kurang presisi, kondisi seal hangus, posisi tisu terjepit,
aluminium tidak presisis antara depan dan belakang. Salah satu penyebab
terjadinya jenis–jenis cacat ini disebabkan oleh kaliber mesin yang rusak atau
setting mesin kurang tepat.
Untuk itu, penelitian Tugas Akhir ini akan mengadopsi sebuah metode
Fault Tree Analysis (FTA). Fault Tree Analysis adalah suatu teknik analisa desain
keandalan (reliability) suatu desain sistem yang bermula atas dasar kesadaran
terhadap efek kegagalan sistem yang bermula atas dasar kesadaran terhadap efek
kegagalan system, yang disebut juga ‘Top Event’. Metode ini dapat digunakan
untuk menganalisa berbagai penyebab kesalahan yang akan dipresentasikan oleh
sebuah pohon kecacatan (fault tree) serta menghitung probabilitas terjadinya top
event yang diperoleh dari prediksi keandalan peristiwa serta metode cut and tie set
untuk mengevaluasi probabilitas kesalahan dalam sistem produksi.
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada PT.
Jayamas Medica Industri mengenai kecacatan yang sering terjadi dan akar – akar
penyebabnya sehingga perusahaan dapat menurunkan produk cacat seminimal
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang dibahas dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Faktor – faktor apa saja yang menyebabkan kecacatan produk dengan
menggunakan metode Fault Tree Analysis (FTA) ? “
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan-batasan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan dengan mengambil salah satu produk yang spesifik
terjadinya defect (cacat).
2. Identifikasi potensial kekecacatan produk berdasarkan data kecacatan produk
yang dicatat oleh bagian Quality Control PT. Jayamas Medica Industri.
3. Analisa biaya tentang kerugian yang timbul akibat cacat tidak dibahas dalam
penelitian ini.
4. Penelitian ini hanya sebatas untuk mengetahui probabilitas terjadinya top
event cacat produk dan memberikan usulan perbaikan kepada perusahaan
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab pokok permasalahan
yang telah disampaikan di atas, yaitu dapat disebutkan sebagai berikut :
1. Menentukan faktor-faktor penyebab kecacatan produk alcohol swabs dengan
menggunakan metode Fault Tree Analysis (FTA).
2. Mengetahui tingkat kecacatan pada produksi alcohol swabs di PT. Jayamas
Medica Industri.
1.5 Asumsi – Asumsi
Mengingat permasalahan yang terkait dalam kualitas produk ini cukup
kompleks, maka untuk menyederhanakan diperlukan asumsi–asumsi sebagai
berikut :
1. Dalam proses produksi produk yang diamati berada pada kondisi normal dan
berjalan dengan baik pada saat pengambilan data untuk penelitian ini.
2. Teknik sampling yang ditetapkan, telah memenuhi syarat dari bagian Quality
Control PT. Jayamas Medica Industri.
3. Bahan baku produksi telah lolos uji kualitas dari bagian Quality Control PT.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis
a. Sebagai bahan perbandingan antara ilmu yang penulis peroleh
selama di bangku kuliah maupun dari hasil membaca literatur
dengan kenyataan praktis yang ada pada perusahaan.
b. Menambah cakrawala berpikir, memantapkan dan menambah
pengalaman serta kreatifitas penulis dalam menghadapi masalah
yang lebih komplek yang dialami perusahaan.
2. Bagi Perusahaan
a. Dengan adanya penelitian ini perusahaan dapat mengetahui tingkat
kecacatan produknya, sehingga Perusahaan dapat lebih efektif dan
efisien dalam berproduksi.
b. Hasil identifikasi ini akan dapat dijadikan bahan evaluasi guna
peningkatan dan pengendalian kualitas produk perusahaan dimasa
datang.
3 Bagi Universitas
a. Memberikan mahasiswanya wawasan terakhir sebelum dilepas ke
dunia kerja sehingga mahasiswa tersebut mempunyai bekal kerja
dan usaha.
b. Hasil penelitian ini dapat menambah referensi bagi mahaiawa lain di
c. Sebagai bahan masukan untuk perpustakaan institusi yang berguna
untuk pihak-pihak yang berkepentingan untuk melakukan penelitian
tentang masalah kualitas di masa yang akan datang.
1.7 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan laporan penelitian ialah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah sehingga dapat diketahui
mengapa penulis mengambil judul tersebut, batasan masalah untuk membatasi
masalah agar terfokus pada masalah yang diteliti, rumusan masalah, tujuan
penelitian, asumsi–asumsi yang digunakan penulis dalam menyusun penelitian,
manfaat dari penelitian baik untuk penulis, perusahaan maupun universitas, dan
sistematika penulisannya.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang teori produk sesuai dengan obyek yang diteliti juga
teori tentang pengendalian kualitas dan teori tentang metode yang digunakan yaitu
Fault Tree Analysis (FTA) untuk mengatasi permasalahan yang ada didalam
perusahaan serta referensi dari penelitian terdahulu yang menggunakan metode
FTA.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang langkah-langkah yang diperlukan untuk
pengambilan data, pengolahan data, waktu dan lokasi, variabel-variabel, metode
BAB IV : HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang pengumpulan data, pengolahan data serta
pembahasan yang didapat dari perusahaan dan hasil penelitian setelah dilakukan
analisa.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini membahas kesimpulan dari penelitian dan saran terhadap
permasalahan yang ada .
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Dan Definisi Kualitas
Proses kelahiran produk dimulai ketika desainer menerima informasi yang
diinginkan, diperlukan dan diharapkan oleh konsumen dan menterjemahkannya ke
dalam bentuk spesifikasi produk yang mencakup gambar, dimensi, toleransi,
material, proses, perkakas dan alat bantu. Operator menggunakan informasi dari
desainer untuk membuat produk atau mengerjakannya pada proses permesinan.
Dalam usaha memuaskan konsumen, produk yang dipesan harus tiba dalam
jumlah, waktu, tempat dan memberikan fungsi yang tepat untuk satu periode
waktu dan harga yang sesuai.
Definisi kualitas menurut Ross adalah kepuasan konsumen terhadap
produk yang dibelinya. Berdasarkan pengertian dasar tentang kualitas diatas,
tampak bahwa kualitas selalu berfokus pada pelanggan. Dengan demikian produk
– produk desain, diproduksi untuk memenuhi keinginan pelanggan, dapat
dimanfaatkan dengan baik, serta diproduksi (dihasilkan) dengan cara yang baik
dan benar. (Ariani W. Dorothea, 2003, hal 8-9)
Istilah kualitas memang tidak terlepas dari manajemen kualitas yang
mempelajari setiap area dari manajemen operasi, dari perencanaan lini produk dan
fasilitas sampai penjadwalan dan memonitor hasil. Kualitas merupakan bagian
dari dari semua fungsi usaha yang lain (pemasaran, sumber daya manusia,
keuangan, dan lain-lain). Dalam kenyataan, penyelidikan kualitas adalah suatu
fungsi-fungsi usaha. Dimana kualitas harus memiliki kesesuaian dengan konsumen atau
bisa disebut juga Kualitas Kecocokan adalah seberapa baik produk itu sesuai
dengan spesifikasi dan kelonggaran yang disyaratkan oleh rancangan itu.
(Douglas C. Montgomery, 1998, hal 2)
Selain itu, kualitas memerlukan suatu proses perbaikan yang
terus-menerus (continous improvement process) yang dapat diukur, baik secara
individual, organisasi, korporasi, dan tujuan kinerja nasional. Perbaikan kualitas
lebih dari suatu strategi usaha, melainkan suatu tanggung jawab pribadi setiap
perusahaan. Komitmen terhadap kualitas adalah suatu sikap yang diformulasikan
dan didemonstrasikan dalam setiap lingkup kegiatan dan kehidupan, serta
mempunyai karakteristik hubungan yang paling dekat dengan anggota
masyarakat. Kualitas harus dibangun sejak awal, dari penerimaan input hingga
perusahaan menghasilkan output bagi pelanggannya. Setiap tahapan dalam proses
produksi maupun proses penyediaan jasa atau pelayanan juga harus berorientasi
pada kualitas tersebut. (Ariani W. Dorothea, 2003, hal 9)
2.1.1. Pengendalian Kualitas
Tiap produk mempunyai sejumlah unsur yang bersama-sama
menggambarkan kecocokan penggunaannya. Parameter – parameter ini biasanya
dinamakan ciri – ciri kualitas . Ciri – ciri kualitas menurut Douglas C.
Montgomery, 1998 : 3, ada beberapa jenis:
1. Fisik : panjang, voltage, kekentalan.
3. Orientasi : waktu, keandalan ( dapatnya dipercaya ), dapatnya
dipelihara, dapat dirawat.
Pengendalian kualitas adalah aktivitas keteknikan dan manajemen, yang
dengan aktivitas itu kita ukur ciri –ciri kualitas produk, membandingkannya
dengan spesifikasi atau persyaratan dan mengambil tindakan penyehatan yang
sesuai apabila ada perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dan yang
standart.
Kegiatan pengendalian kualitas pada dasarnya merupakan kumpulan –
kumpulan aktivitas untuk mencapai kondisi yang memuaskan keinginan
konsumen yang dilaksanakan mulai saat produk dirancang, diproses sampai
seleksi didistribusikan ke konsumen. Kegiatan pengendalian kualitas antara lain
akan meliputi hal – hal berikut :
1. Perencanaan kualitas pada saat merancang produk dan proses
pembuatannya.
2. Pengendalian dalam penggunaan berbagai sumber material yang
dipakai dalam proses produksi.
3. Pengamatan terhadap performans produk.
4. Membandingkan performans yang dihasilkan dengan standart yang
berlaku.
5. Analisa tindakan koreksi dalam kaitannya dengan cacat – cacat yang
2.1.2. Tujuan Pengendalian Kualitas
Tujuan pengendalian kualitas adalah untuk memberikan jaminan kualitas
yang sebaik – baiknya kepada konsumen sehingga didapatkan kepercayaan dari
konsumen. Secara terperinci dapat dikatakan bahwa tujuan dari pengendalian
kualitas adalah (Sofjan Assauri : 1978) :
1. Agar barang atau produk hasil produksi dapat mencapai standart mutu
yang telah ditetapkan.
2. Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan
menggunakan mutu produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.
3. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat ditekan seminimum
mungkin.
4. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin.
Tujuan pokok pengendalian mutu statistik adalah menyelidiki dengan
cepat terjadinya sebab – sebab terduga sedemikian sehingga tindakan pembetulan
dapat dilakukan secara dini. (Montgomery : 1998).
Dengan adanya pengendalian kualitas maka perusahaan tersebut akan
mempunyai kemampuan dalam hal :
1. Meningkatkan produktivitas
Dengan adanya pengendalian kualitas maka mengurangi buangan
sehingga produktivitas bertambah.
2. Pencegahan Cacat Lebih Besar
Dengan adanya pengendalian kualitas maka pengendalian proses akan
3. Mencegah penyesuaian proses yang tidak perlu pengendalian kualitas,
Dapat membedakan antara gangguan dasar dan variasi terduga.
4. Memberikan Informasi Tentang Proses
Dengan adanya pengendalian kualitas maka informasi tentang
perubahan proses dan parameter yang penting dapat diketahui.
2.1.3. Manfaat Pengendalian Kualitas
Pengatuaran pengendalian kualitas dalam suatu perusahaan merupakan
bagian yang sangat penting dalam menunjang kelangsungan suatu perusahaan.
Manfaat yang dapat diperoleh dalam manajemen pengendalian kualitas adalah
(Sritomo, 1993 : 244 – 245).
1. Menambah tingkat efisiensi dan produktivitas kerja.
2. Mengurangi kehilangan – kehilangan dalam proses kerja yang
dilakukan seperti mengurangi atau menghilangkan waktu yang tidak
reprodukitif.
3. Menekan biaya dan save money
4. menjaga agar penjualan tetap meningkat sehingga profit tetap
diperoleh.
5. Menambah reliabilitas produk yang dihasilkan.
6. Meperbaiki moral pekerja tetap tinggi.
7. Mengurangi klaim pelanggan.
2.1.4. Ruang Lingkup Pengendalian Kualitas
Ada 3 jenis kualitas dalam operasi bisnis manufacturing, yaitu :
1. Kualitas Design
Adalah derajat dimana kategori suatu produk akan mampu memberikan
kepada konsumen dua atau lebih produk meskipun memiliki fungsi yang sama
bisa memberikan darajat kepuasan yang berbeda karena adanya perbedaan
kualitas dalam rancangan
2. Kualitas Kesesuaian
Berhubungan dengan spesifikasi dan standarisasi produk dan kriteria standar
kerja yang telah disepakati.Secara umum kualitas kesesuaian mencakup 3
macam bentuk pengendalian, yaitu:
a. Pencegahan Cacat
Mencegah kerusakan atau cacat sebelum benar-benar terjadi.
b. Pencegahan
Melibatkan pemakaian dan penetapan metode pemeriksaan, pengujian dan
analisa statistik dengan menerapkan teknik pengawasan kualitas untuk
mendeteksi cacat yang timbul.
c. Analisa dan Tindakan Korektif
Menganalisa kesalahan yang terjadi dan melakukan koreksi terhadap
penyimpangan tersebut, kegiatan ini merupakan tanggung jawab bagian
3. Kualitas Penampilan
Perbaikan dari kualitas design dan kualitas kesesuaian akan dapat
meningkatkan penampilan produk. Jika kualitas design rendah terhadap
kekurangan penyesuaian dalam spesifikasi, maka akan mempengaruhi
penampilan secara keseluruhan.
2.1.5. Alat Pengendalian Kualitas
Menurut Vincent Gaspersz, 2001 ada beberapa perangkat yang digunakan
dalam pengendalian kualitas, yaitu:
1. Lembar Periksa
Lembar periksa adalah suatu formulir dimana item-item yang akan
diperiksa telah dicetak dalam formulir itu, dengan maksud agar data dapat
dikumpulkan secara mudah dan ringkas. Penggunaan lembar periksa bertujuan
untuk:
a. Memudahkan proses pengumpulan data terutama untuk
mengetahui bagaimana sesuatu masalah sering terjadi. Tujuan
utama dari penggunaan lembar periksa adalah membantu
mentabulasikan banyaknya kejadian dari suatu masalah tertentu
atau penyebab tertentu.
b. Mengumpulkan data tentang jenis masalah yang sering
terjadi.Dalam kaitan ini, lembar periksa akan membantu memilah -
milah data kedalam kategori yang berbeda seperi
c. Menyusun data secara otomatis, sehingga data itu dapat
dipergunakan dengan mudah.
d. Memisahkan antara opini dan fakta. Kita sering berpikir bahwa kita
mengetahui sesuatu masalah atau menganggap bahwa sesuatu
penyebab itu merupakan hal yang paling penting dalam kaitan ini
lembar periksa akan membantu membuktikan opini kita itu apakah
benar atau salah.
Pada dasarnya lembar periksa dapat dibuat dengan menggunakan enam
langkah utama, sebagai berikut:
a. Menjelaskan tentang tujuan pengumpulan data. Adakah baik untuk
memulai mengumpulkan data (apakah dengan menggunakan
lembar periksa atau bukan) dengan mengajukan beberapa
pertanyaan yang berkaitan dengan hal-hal berikut:
Apa yang menjadi masalah utama?
Mengapa data harus dikumpulkan?
Siapa yang akan menggunakan informasi yang sedang
dikumpulkan dan informasi apa yang benar-benar dibutuhkan.
Apakah informasi itu perlu diperinci berdasarkan departemen,
hari, bulan, shift, mesin, dan lain-lain?
Siapa yang akan mengumpulkan data?
b. Identifikasi apa variabel atau atribut karakteristik kualitas yang
sedang diukur? Berkaitan dengan hal ini kita dapat mengikuti
Memulai memberikan judul dari lembar periksa itu. Pemberian
judul harus tegas dan memberitahukan kepada orang tentang
apa yang sedang dikaji.
Menuliskan hal - hal spesifik yang akan diukur pada lembar
periksa itu. Sebagai missal, apabila kita sedang mengukur
keluhan pelanggan, maka kategori yang mungkin
dipertimbangkan adalah penyerahan terlambat, karyawan tidak
sopan, tagihan tidak benar, penyerahan tidak sesuai pesanan,
dan lain-lain.
c. Menentukan waktu atau tempat pengukuran. Dalam kaitan ini kita
perlu memutuskan apakah ingin mengumpulkan informasi
berdasarkan waktu (per menit, per jam, per hari, per minggu, per
bulan dan lain-lain), berdasarkan tempat atau berdasarkan tempat
dan waktu (banyaknya kejadian per departemen per hari,
banyaknya produk cacat per shift per minggu, dan lain-lain).
d. Mulai mengumpulkan data untuk item yang sedang diukur. Dalam
kaitan ini, kita harus mencatat kejadian secara langsung pada
lenbar periksa. Akurasi data harus diperhatikan dalam setiap
kegiatan pengumpulan data.
e. Menjumlahkan data yang telah dikumpulkan itu. Dalam hal ini
harus menjumlahkan banyaknya kejadian untuk setiap kategori
Memutuskan untuk mengambil tindakan peningkatan atas penyebab
masalah yang sedang terjadi itu. Perlu diingat bahwa setiap tindakan
peningkatan harus diambil bedasarkan fakta dan bukan hanya berdasarkan
opini. Apabila ada hal-hal yang masih meragukan berkaitan dengan fakta
yang ditemukan dalam pengumpulan data maka perlu dilakukan verifikasi
atas data yang telah dikumpulkan.
0 5 10 15 20 25 30
Gumpil Pecah Retak
Jenis Cacat
Jum
lah C
acat
Kait Rusak
2. Histogram
Histogram adalah alat yang digunakan untuk menunjukkan variasi
data pengukuran dan variasi setiap proses. Berbeda dengan pareto chart
yang penyusunanya menurut urutan yang memiliki proporsi terbesar ke kiri
hingga proporsi terkecil, histogram ini penyusunannya tidak menggunakan
urutan apapun. Contoh histogram dapat dilihat pada gambar 2.1
Gambar 2.1. Histogram
3. Diagram Pareto
Diagram pareto dalah grafik batang yang menunjukkan masalah
berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Masalah yang paling banyak terjadi
ditunjukkan oleh grafik batang pertama yang tertinggi serta ditempatkan pada
ditunjukkan oleh grafik batang terakhir yang terendan serta ditempatkan pada
sisi paling kanan.
Pada dasarnya diagram pareto dapat dipergunakan sebagai alat
interpretasi untuk :
a. Menentukan frekuensi relatif dan urutan pentingnya masalah –
masalah atau penyebab dari masalah yang ada.
b. Memfokuskan perhatian pada isu – isu kritis dan penting melalui
membuat rangking terhadap masalah – masalah atau penyebab –
penyebab dari masalah itu dalam bentuk yang signifikan.
Penggunaan diagram pareto biasanya dikombinasikan dengan penggunaan
lembar periksa (check sheet). Karena itu, sebelum membangun atau
membuat diagram pareto perlu diketahui terlebih dahulu tentang
penggunaan lembar periksa.
Gambar 2.2 berikut merupakan contoh penggunaan diagram pareto.
ju
Percent 39.1 30.4 24.6
Kait Rusak
Gambar 2.2 Pareto Diagram
Presentasi Cacat (%) = x100% t
lJenisCaca JumlahTota
JenisCacat JumlahTiap
PresentasiCacat Kumulatif (%) = F1+F2+...+Fx
4. Diagram Sebab Akibat / Diagram Tulang Ikan (fishbone)
Diagram sebab akibat adalah diagram yang menunjukkan hubungan
antara sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses statistical,
diagram sebab akibat dipergunakan untuk menunjukkan faktor – faktor
penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh
faktor – faktor penyebab itu. Diagram sebab-akibat ini juga sering disebut
sebagai diagram tulang ikan (fishbone diagram) karena bentuknya seperti
kerangka tulang ikan.
Pada dasarnya diagram sebab-akibat dapat dipergunakan untuk kebutuhan
– kebutuhan sebagai berikut :
a. Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah.
b. Membantu membangkitkan ide – ide untuk solusi suatu masalah.
c. Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut.
Untuk mengetahui faktor – faktor penyebab dari suatu masalah yang
sedang dikaji kita dapat mengembangkan pertanyaan – pertanyaan berikut:
Apa penyebab itu ?
Mengapa kondisi atau penyebab itu terjadi ?
Bertanya “mengapa” beberapa kali (konsep five whys)
diambil tindakan peningkatan. Penyebab – penyebab
spesifik itu yang dimasukkan atau dicatat ke dalam diagram
sebab-akibat seperti pada gambar 2.3
Material Manusia
Gambar 2.3 Contoh Diagram Tulang Ikan (sebab – akibat)
Sumber: Goetsch dan Davis (1995)
2.2.Fault Tree Analysis (FTA)
Analysis, fault tree : analisis pohon kegagalan : merupakan teknik
analisis deduktif yang diawali dengan hipotesis adanya peristiwa kegagalan yang
selanjutnya secara sistematik menimbulkan peristiwa atau kombinasi peristiwa
yang bisa menyebabkan terjadinya kegagalan. (A-Z Indexs, www.batan.go.id)
Fault Tree Analysis adalah suatu teknik analisa desain keandalan
(reliability) suatu desain sistem yang bermula atas dasar kesadaran terhadap efek
kegagalan sistem yang bermula atas dasar kesadaran terhadap efek kegagalan
jenis cacat
system, yang disebut juga ‘Top Event’. Dalam analisa ini dijelaskan bagaimana
Fault Tree Analysis (FTA) lebih menekankan pada “top – down approach” yaitu
karena analisa ini barawal dari sistem top level dan meneruskannya ke bawah.
Titik awal analisa ini adalah pengidentifikasian mode kegagalan pada top level
suatu sistem (Connor, 1993).
Selain menunjukkan hubungan logika antar peristiwa sehingga
menyebabkan top event terjadi, FTA ini juga digunakan untuk mengkuantifikasi
probabilitas top event. Probabilitas gagal diperoleh dari prediksi nilai reliability
terhadap peristiwa kegagalan. Perlu diperhatikan disini bahwa FTA yang berbeda
harus dibangun untuk setiap Top Event yang disebabkan oleh pola kegagalan atau
hubungan logika antar peristiwa kegagalan yang berbeda.
Deddy Crismianto (Jurnal : 2006), menyebutkan bahwa Fault Tree
Analysis merupakan suatu metode visual yang melakukan analisis atas cacat
produk yang saling memiliki keterkaitan. Disebut pohon cacat atau kesalahan
(Fault Tree) karena peralatan analisis disusun menjadi sebuah diagram yang
memperlihatkan cacat produk itu secara praktis. Pohon cacat atau kegagalan mutu
lebih lanjut akan merekomendasikan jalan keluar alternatif untuk memperbaiki
atau mengatasi cacat atau tuna mutu yang terjadi atas produk.
Dengan sifatnya yang demikian, maka fault tree dimaksud sekaligus
memperlihatkan pola anlisis sebab-akibat ketunamutuan seperti yang dijumpai
pada diagram tulang ikan (fishbone diagram). Karena fault tree memperlihatkan
pula sebab-akibat dari ketunamutuan produk, maka fault tree disebut sebagai
menyajikan pula dampak dari cacat yang terjadi atas produk serta rekomendasi
jalan keluar alternatif untuk mengatasi cacat yang bersangkutan, maka fault tree
analysis dapat pula dipakai sebagai alat kendali proses untuk menghindari
ketunamutuan produk (product failure).
Fault tree sebagai metode analisis ketunamutuan, juga dapat dipakai
sebagai alat pengendali proses produksi untuk mencapai spesifikasi mutu yang
diharapkan oleh konsumen pada umumnya.
Untuk menerapkan model, terlebih dahulu harus dilakukan studi atas dua
hal, yaitu :
1. Spesifikasi mutu yang disyaratkan oleh konsumen.
2. Tipe ketunamutuan yang mungkin ada atas produk yang dihasilkan.
Kedua hal yang dikemukakan tentu sangat tergantung pada jenis produk yang
akan dievaluasi dan dikendalikan.
2.2.1 Konsep Dasar Fault Tree Analysis
Beberapa konsep dasar yang perlu diketahui dan dipahami untuk dapat
menganalisa kejadian melalui diagram pohon kesalahan (Fault Tree Analysis),
konsep tersebut menurut Allan Villemeur, 1992:
1. Peristiwa Utama Yang Tidak Diinginkan (Top Event)
Pusat fault Tree Analysis disebut peristiwa yang tidak diinginkan. Peristiwa
ini mendatangakan peristiwa puncak dari pohon dan analisa ditunjukkan pada
bencana, tetapi itu bisa menjadi suatu kegagalan sistem atau ketidakmampuan
pabrik (aspek ekonomi).
Untuk membuat analisa lebih mudah, peristiwa yang tidak diinginkaan harus
didefinisikan dengan tepat. Sesungguhnya jika kejadian ini terlalu umum
maka analisa akan berhenti untuk dijalankan, sebaliknya jika kejadian terlalu
spesifik analisa dapat menemukan kegagalan utama pada elemen dasar sistem,
oleh karena itu resiko awal direkomendasikan untuk menemukan kejadian
yang tidak diinginkan. Peristiwa ini terkadang telah dikarakteristikkan sesuai
macam misi–misi sistem.
2. Presentasi Gerbang Logika
Peristiwa–peristiwa dihubungkan oleh gerbang logika sesuai konsekuensi
penyebab hubungan baik, seperti ditunjukkan pada gambar 2.4.
Gambar 2.4 Contoh AND Gate
3. Pengkelasan Kegagalan (penyebab kegagalan)
Kegagalan bisa dipecah menjadi dua kelas sesuai dengan penyebabnya
(P.L.Clemens ; 2002) yaitu :
a. Kegagalan Atau Penyebab Primer
Kegagalan elemen penyebab terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan
atau Top Event.
b. Kegagalan Atau Penyebab Sekunder
Kegagalan penyebab terjadinya kegagalan primer yang akan dianalisa
lebih lanjut menjadi peristiwa paling dasar penyebab peristiwa yang tidak
diinginkan.
(P.L.Clemens ; 2002)
4. Peristiwa Dasar
Analisa penyebab kejadian atau peristiwa dilanjutkan sampai peristiwa dasar
ditemukan. Oleh karena itu, kejadian–kejadian harus hati–hati ditemukan
sejak mencapai batas analisis.
Peristiwa dasar dalam pohon kesalahan, sebagai berikut :
a. Kejadian yang mana tidak dibutuhkan untuk dikembangkan. Kejadian ini
cukup baik untuk menggambarkan dan mengetahui sejauh mana
ketidakgunaan batas asal kejadian.
b. Kejadian tidak bisa dipertimbangkan secara mendasar tapi kejadian asal
tidak akan dikembangkan. Dalam kasus ini batas sistem dipelajari
c. Kejadian tidak dapat digambarkan atau dipandang sebagai dasar dan
penyebab kejadian itu belum dikembangkan tetapi akan segera
dikembangkan. Analisa mempertimbangkan, kemudian ia secara temporer
menjangkau batas dalam mempelajari dan bahwa sebagaimana data kurang
memadai untuk contoh penyebab kejadian ini akan diketahui kemudian.
2.2.2 Prinsip Fault Tree
Prinsip Fault Tree dapat menuntun dalam melakukan analisa, yaitu:
1. Mengidentifikasi berbagai kemungkinan kejadian kombinasi
mengarahkan pada kegiatan yang tidak diinginkan.
2. Menghadirkan grafik kombinasi seperti struktur.
Ini penting untuk memberi gambaran diantara beberapa bidang pohon
kesalahan yang mana antar hubungan tertutup praktis.
Fault Tree Analysis memberi kesempatan analisa untuk mengidentifikasi
berbagai penyebab kesalahan, dengan mengulang definisi awal diapliksi deduktif
berdasarkan urutan prinsip dan aturan yang telah digambarkan. Kemudian dalam
pelaksanaan dengan objek kedua, penyebab kesalahan dipresentasikan oleh
sebuah pohon.
Pohon kesalahan berisi urutan tingkat kejadian yang dihubungkan dalam
beberapa cara yang mana kejadian lainnya pada tingkat urutan dari kejadian pada
tingkat bawah baru ditentukan macam operator logika (gate atau gerbang),
kejadian-kejadian itu adalah kecacatan umum dihubungkan untuk
menyeimbangkan kegagalan, kesalahan manusia, kekurangan perangkat lunak dan
Proses deduktif dilanjutkan peristiwa sampai dasar diidentifikasi. Peristiwa
itu tidak berhubungan satu dengan lainnya dan kemungkinan kejadiannya
diketahui.
Telah disebutkan bahwa tentu saja pohon kesalahan bukan suatu model
dari semua kegagalan seperti terjadi dalam sistem. Pada kenyataan, itu adalah
suatu model logika interaksi antara peristiwa–peristiwa penuntun menuju pada
kejadian yang tidak diinginkan.
(Alain Villemeur,1992 : 149 – 196)
2.2.3 Kontruksi Pohon Kesalahan
Analisa fault tree yang benar memerlukan definisi yang cermat dari sistem.
Pertama, diagram layout fungsional sistem yang penting seharusnya digambar
untuk menunjukkan hubungan fungsional dan mengidentifikasikan tiap komponen
sistem. Batasan sistem secara fisik disusun comedian untuk memfokuskan
perhatian penganalisa pada area yang tepat dan penting. Kesalahan yang lazim
adalah kesalahan menyusun batasan sistem yang realistis, yang menimbulkan
penyimpangan analisa. Informasi harus tersedia untuk tiap komponen system yang
mengijinkan penganalisa menentukan mode yang perlu dari kerusakan komponen.
Informasi ini dapat diperoleh dari pengalaman atau dari spesifikasi teknik
komponen.
Pada beberapa analisa batasan system menjadi sangat berarti, dimana
kondisi batas dari sistem harus ditentukan. Kondisi–kondisi batas ini seharusnya
tidak dibingungkan dengan batasan fisik dari sistem. Kondisi–kondisi batas sistem
Kejadian puncak adalah kondisi batas sistem yang paling penting yang
didefinisikan sebagai kerusakan sistem utama. Untuk beberapa sistem yang ada.
Banyak kemungkinan bagi kejadian puncak tetap ada sehingga pilihan tepat dari
kejadian puncak kadang kala adalah suatu tugas yang sulit. Pada umumnya,
kejadian puncak harus dipilih berdasarkan criteria sebagai berikut:
1. Sebagai suatu kejadian yang terjadinya harus mempunyai sebuah definisi
tertentu dan kemungkinan dari keterjadiannya dapat dikuantitaskan dan
2. Sebagai suatu kejadian yang dapat lebih jauh dipilah untuk menemukan
penyebabnya.
(Connor, 1993)
2.2.4 Tahapan Fault Tree Analysis
Menurut Thomas Pyzdex (2002), Fault Tree mempunyai beberapa tahap umum
untuk mencapai hasil analisa yang optimal hingga ke akar-aakar
penyebabnya, yaitu :
1. Tentukan kejadian paling atas, kadang–kadang disebut kejadian utama.
Ini adalah kondisi kegagalan dibawah studi.
2. Tetapkan batasan Fault Tree Analysis.
3. Periksa sistem untuk mengerti bagaimana berbagai elemen berhubung
pada satu dengan lainnya dan untuk kejadian paling atas.
4. Buat pohon kesalahan, mulai pada kejadian paling atas dan bekerja ke
arah bawah.
5. Analisis pohon kesalahan untuk mengidentifikasi cara dalam
6. Persiapkan rencana tindakan perbaikan untuk mencegah kegagalan dan
rencana kemungkinan berkenaan dengan kegagalan saat mereka terjadi.
Fault tree Analysis merupakan pendekatan dari atas ke bawah yang
menyediakan perwakilan grafik kejadian yang mungkin mengarah pada
kegagalan. Beberapa simbol digunakan dalam pembuatan pohon kesalahan
ditunjukkan dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1 Simbol-Simbol Logika (Gerbang) Dalam FTA
Simbol Gerbang Nama Gerbang Hubungan Kasual
Gerbang AND Kejadian keluaran terjadi jika semua kejadian masukan terjadi serentak
Gerbang menghalangi
Masukan menghasilkan keluaran saat kejadian bersyarat terjadi.
Gerbang AND
prioritas
Kejadian keluaran terjadi jika semua kejadian masukan terjadi dengan urutan dari kiri kekanan.
Gerbang OR
ekslusif
Kejadian keluaran terjadi jika satu, tetapi tidak keduanya, dari kejadian masukan terjadi
Kejadian keluaran terjadi jika m-diluar-n kejadian masukan terjadi.
m m
Sumber: Thomas Pyzdex, 2002 hal 513
Tabel 2.2 Simbol – simbol logika (kejadian) dalam FTA
Simbol Kejadian Arti
Persegi Kejadian diwakili oleh sebuah gerbang
Lingkaran Kejadian dasar dengan data yang cukup
Belah Ketupat Kejadian yang belum berkembang
Putaran Baik terjadi atau tidak terjadi
Oval Kejadian bersyarat yang digunakan
dengan gerbang menghalangi
Segitiga Simbol perpindahan
Sumber: Thomas Pyzdex, 2002 hal 514
2.2.5 Cut Set Method
Cut Set menurut P.L. Clemens, 2002 adalah kombinasi pembentuk pohon
kesalahan yang mana bila semua terjadi akan menyebabkan peristiwa puncak
terjadi. Cut set digunakan untuk mengevaluasi diagram pohon kesalahan dan
diperoleh dengan menggambarkan garis melalui blok dalam sistem untuk
menunjukkan jumlah minimum blok gagal yang menyebabkan seluruh sistem
T
C E
A B
Gambar 2.5 Contoh Struktur Cut Set (P.L. Clemens : 2002)
Peristiwa A, B, dan C membentuk menjadi peristiwa T. peristiwa A,B dan
C disebut sebagai cut set. Namun bukan kombinasi peristiwa terkecil yang
menyebabkan peristiwa puncak. Untuk mengetahuinya diperlukan minimal cut set
(Alain Villemeur : 1992). Minimal cut set ini adalah kombinasi peristiwa yang
paling kecil yang membawa ke peristiwa yang tidak diinginkan. Jika satu dari
peristiwa–peristiwa daalam minimal cut set tidak terjaadi, maka peristiwa puncak
atau peristiwa yang tidak diinginkan tidak akan terjadi. Dengan kata lain minimal
cut set merupakan akar penyebab yang paling terkecil yang berpotensial
menyebabkan kecacatan (peristiwa puncak).
Suatu pohon kesalahan berisi batasan minimal cut set, yaitu :
1. Pertama, minimal cut set menunjukkan kegagalan tunggal memproduksi
2. Kedua, minimal cut set menunjukkan kegagalan ganda yang mana jika
kejadian terjadi secara simultan atau bersamaan dan menyebabkan
peristiwa tidak diinginkan.
2.2.5.1 Langkah Pembentukan Cut Set
Beberapa langkah membentuk cut set menurut P.L. Clemens, 2002, yaitu :
1. Mengabaikan semua unsur–unsur pohon kecuali pembentuk atau dasar.
2. Permulaan dengan seketika dibawah peristiwa puncak, menugaskan masing–
masing gerbang dan pembentuk atau penyebab dasar.
3. Kelanjutan menurut langkah dari peristiwa puncak mengarah ke bawah
membangun matrik menggunakan nomor dan huruf. Huruf ini mewakili
gerbang peristiwa puncak menjadi masukan matrik awal. Sebagai kontruksi
maju :
a. Menggantikan nomor untuk masing–masing gerbang AND dengan nomor
untuk semua gerbang yang disebut masukan. Secara horizontal dalam
matrik baris.
b. Memindahkan nomor–nomor untuk masing–masing gerbang OR dengan
semua gerbang yang disebut masukan. Memanjang vertikal dalam matrik
kolom. Masing–masing gerbang OR dibentuk baris bergantian harus pada
berisi semua masukan lain dibaris induk asli.
4. Hasil matrik akhir, hanya menghasilkan angka–angka mewakili pembentuk.
Masing–masing bariss dari matrik ini adalah cut set Boolean. Dengan
yang ditemukan dalam baris lebih sedikit. Juga menghapuskan unsur–unsur
berlebihaan didalam baris dan baris yang menyalin baris lain. Baris yang sisa
adalah minimal cut set.
Pembentukan cut set dapat dilihat dengan jelas pada gambar 2.6.
TOP
A
D B
4 2
1
C
2 3
Gambar 2.6 Contoh Pembentukan Cut Set
2.2.6 Cut Set Quantitative
Perhitungan dalam Fault Tree Analisis digunakan untuk mengetahui nilai
probabilitas dari kejadian puncak yang terjadi. Untuk menghitung probabilitas
hanya diperlukan jumlah seluruh proses yang sukses dan kegagalan proses, hal ini
Keterangan :
S = Sukses (produk/proses) P = Probabilitas A A
F = Kegagalan (failure) P = Probabilitas B
B
PF = Probabilitas Kegagalan
Untuk selanjutnya akan dihitung probabilitas dalam masing–masing gerbang,
yaitu :
1. Untuk gerbang OR, probabilitas masing–masing peristiwa atau masukannya
mengalami penjumlahan dan pengurangan.
a. Untuk 2 masukan
PF = 1 – [(1 – PA)(1 – PB)]
PF = PA + PB - PAPB
b. Untuk lebih dari 2 masukan
PF = PA + PB + PC
2. Untuk gerbang AND probabilitas masing–masing masukannya dikalikan.
Dalam gerbang AND ini, untuk masukan sejumlah 2 atau lebih semua cara
perhitungannya sama yaitu dikalikan.
Berikut ini merupakan diagram pohon kesalahan beserta matrik dari salah
satu top event yang terjadi dalam proses produksi baterai jenis R20 di PT.
International Chemical Industry Plant II yaitu PE Seal miring pada proses
Gambar 2.7 Contoh Perhitungan Fault Tree Analysis
Keterangan :
A : Kemampuan mesin PE Seal inserting kurang optimal.
Ao : Proses produksi baru berjalan.
A1 : Mesin trouble.
1 : Operator kurang teliti
2 : Operator kurang tanggap pada pelumasan oli
3 : Pusher pendorong PE Seal kurang maju.
4 : Peer stopper penahan PE Seal kurang menekan.
1 2 3 4
Matrik cut set tersebut selanjutnya akan dihitung probabilitasnya dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
2 1
1 P xP
PK
5 4
2 P x P
PK
PF PK1PK22.3. ALCOHOL SWABS
Alcohol Swabs adalah sustu produk yang digunakan untuk pengganti kapas
atau kasa pada saat akan melakukan injektion pada tubuh manusia yang bertujuan
agar kuman – kuman yamg menempel pada kulit manusia itu mati dan tidak ikut
masuk pada saat melakukan injection. Produk ini teruat dari tisu yang
mengandung Ethyl Alcohol 70 % yang dibungkus aluminium, produk ini
berfungsi sebagai antiseptic & desinfekta atau pembunuh bakteri yang merugikan.
Dan digunakan dalam bidang kesehatan sebelum melakukan injection obat pada
tubuh manusia.
( Sumber : Literatur PT. Jayamas Medica Industri )
2.3.1.Sejarah Alcohol Swabs
Pada jaman terdahulu para dokter atau mantra suntik sebelum melakukan
injection atau menyuntik pasiennya melakukan pembersihan kulit pasien dengan
menggunakan kapas yang terlebih dahulu di celupkan pada cairan Alcohol yang
bertujuan agar kuman atau bakteri yang merugikan yang menempel pada kulit
Dengan berkembangnya zaman dan teknologi dijaman sekarang ini PT. Jaya
Mas Medica Industri membuat produk yang berfungsi sebagai pengganti kapas
yang dicelupkan cairan alcohol yaitu Acohol Swabs yang dimana produk ini
terbuat dari tisu yang sudah diberi Ethyl Alcohol 70 % yang dibungkus
aluminium, dimana produk ini lebih efisien dan penggunaannya satu kali pake jadi
lebih terjamin dan produk ini masih terus dikembangkan lagi.
( Sumber : Literatur PT. Jayamas Medica Industri )
2.3.2. Bahan Baku
Adapun bahan – bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan Alcohol Swabs
yaitu :
1. Aluminiun Foill ( Pembungkus )
Yang digunakan untuk membungkus wofen tisu yang sudah disemprot
Ethyl Alcohol 70 %, Aluminium foill ( Pembungkus ) terdiri dari tiga
bagian yaitu Kertas, Aluminium, Plastik yang didesain menjadi satu.
Plastik sebagai pembungkus pertama wofen tisu yang sudah disemprot
Ethyl Alcohol 70 %, dan lapisan kedua adalah kertas alumunium yang
berfungsi untuk merekat pada plastik tersebut sehingga wofen tisu yang
sudah disemprot Ethyl Alcohol 70 % tidak menguap ( bocor ) dengan
diberi suhu tertentu, ketiga kertas sebagai pembungkus akhir yang
2. Wofen Tisu
Adalah media sebagai penggikat Ethyl Alcohol 70 % . Wofen tisu
merupakan bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi
serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah alami,
dan mengandung selulosa dan hemiselulosa
3. Alcohol
Alcohol adalah senyawa-senyawa dimana satu atau lebih atom hidrogen
dalam sebuah alkana digantikan oleh sebuah gugus -OH. Pada
pembahasan kali ini, kita hanya akan melihat senyawa-senyawa yang
mengandung satu gugus -OH. Alcohol yang digunakan adalah Ethyl
Alcohol 70 % yang awalnya alcohol 90 % dan diola dijadikan menjadi
Ethyl Alcohol 70 %.Yang berguna sebagai antiseptic dan desinfectan /
pembunuh bateri.
2.3.3. Jenis Mesin Yang Digunakan
Bagian – bagian mesin automatic packing DXb ZB III doubel line wet
nepkin peaper produksi alcohol wabs yang dipakai pada proses produksi
antara lain:
1. Heather Catridge
Alat pemanas yang berfungsi untuk melekatkan anatara dua sisis napkin
peaper dan terdiri dari dua bagian
a. Long Siel yang posisisnya bagian kanan dan kiri napkin peaper
b. Trans siel yang posisinya bagian atas dan bawah napkin peaper
dengan suhu 170 0c
2. Sletding Roll
Alat yang berfungsi sebagai tempat untuk meletekkan roll napkin peaper.
3. As Rooll
Alat yang berfungsi sebagai tempat meletakkan wofen tisu yang
dilengkapi dengan rem .
4. Cutter Nepkin Peaper
Alat yang berfungsi untuk memotong napkin peaper menjadi dua sisi
depan dan belakang .
5. Cutter Wofen Tisu
Alat yang berfungsi untuk memotong wofen tisu menjadi ukuran
tertentu.
6. Pump Injektion Alcohol
Alat yang berfungsi untuk menyemprotkan alcohol pada wofen tisu.
7. Cutting Blister
Alat yang berfungsi untuk memotong setengah bagian pada prodauk
jadi.
8. Cutting Pemotong Produk Jadi
Alat yang berfungsi untuk motong akhir produk jadi yang di jadikan
menjadi pcs.
9. Conveor
10.Tandon Alcohol
Alat yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan Alcohol 70 %.
2.3.4 Proses Produksi Alcohol Swabs
Adapun langkah-langkah dalam proses produksi Alcohol Swabs pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pemasangan roll nepkin peaper dan wofen tisu pada posisi yang
ditentukan.
2. Menunggu Roll heater transil dan long siel panas sampai suhu yang
ditentukan.
3. Mengisi tandon alcohol 70 %
4. Setelah semua siap dan suhu mencapai ketentuan baru mesin di
jalankan.
5. Pertama nepkin peaper dipotonng menjadi dua bagian kemudian masuk
ke rol long siel.
6. Tisu masuk ke rool dan dilipat mejadi dua bagian. Dan kemudian
dipotong setelah itu disemprot alcohol 70 %.
7. Kemudian tisu yang sudah disemprot masuk diantara nepkin peaper.
8. Kemudian masuk ke roll long siel sampai nepkin peaper melekat.
9. Kemudian dipotong menjadi dua bagian yang sama tapi tidak terputus.
10.Produk dipotong menjadi pcs
2.4 Penelitian Terdahulu
Berikut ini merupakan penelitian–penelitian sebelumnya yang digunakan
sebagai acuan dalam penelitian ini.
1. Nour Ika Okvania ( 2007 )
Penelitian ini dilakukan di PT. Asian Profile Indosteel Surabaya yang
mempunyai tujuan untuk mengetahui kecacatan produk besi beton polos yang di
produksi oleh perusahaan tersebut yang dilihat dari segi probabilitas kecacatan
produk besi beton polos dalam proses produksi di PT. Asian Profile Indosteel
dengan menggunakan metode Fault Tree Anlysis
Berdasarkan langkah–langkah penyelesaian masalah dengan menggunakan
metode FTA, peneliti dapat mengidentifikasikan faktor–faktor kecacatan produk
dengan langkah–langkah sebagai berikut:
1. Pengidentifikasian akar penyebab terjadinya top event yang terjadi pada
produk melalui sebab primer dan sebab sekunder secara brainstorming
pada pihak karyawan masing–masing stasiun kerja dalam proses produksi.
2. Melakukan pengamatan terhadap berapa banyak akar penyebab yang
terjadi dalam proses produksi.
3. Tahap selanjutnya yaitu melakukan perbaikan dari kecacatan tersebut dan
melakukan perhitungan tingkat kecacatan agar dapat dilakukan evaluasi.
a. Penentuan Kecacatan
Menentukan kecacatan hingga ke akar – akar penyebabnya dengan
logika dari akar penyebab tersebut sampai menuju pada kejadian atau
kecacatan yang tidak diinginkan dan harus dihindari.
b. Struktur Kecacatan
Fault Tree Diagram tersebut selanjutnya dievaluasi dengan
menggunakan Cut Set Method hingga didapatkan cacat yang lebih
spesifik.
c. Perhitungan Probabilitas
Setelah dievaluasi, kemudian dihitung nilai probabilitasnya
sehingga diketahui seberapa tingkat kecacatan yang terjadi dan
pengaruhnya terhadap perusahaan ke depan.
Dapat diketahui penyebab kecacatan yang terjadi dalam proses produksi
adalah temperatur tidak stabil, mutu bahan bakar kurang baik, monitoring operator
kurang, kemampuan mesin kurang maksimal, proses produksi baru berjalan,
terjadi masalah saat produksi berjalan, setting mesin kurang presisi, mesin trobel,
pemakaian kaliber roll sudah maksimal, pemasangan roll kurang tepat, desain
kaliber roll tidak sesuai, mesin pinc roll kotor, mutu roll kurang baik, air
pendingin kurang baik, operator kurang teliti, operator kurang terampil, operator
terburu-buru. Dari penyebab diatas dapat diketahui peristiwa puncak kecacatan
atau yang biasa disebut dengan top event yaitu besi beton bersirip atau nguping,
Berdasarkan perhitungan Fault Tree dan Cut Set didapatkan tingkat kecacatan
sebagai berikut:
a. Besi beton bersirip atau nguping, probabilitas kecacatan per 180 menit
awal proses produksi sebelum evaluasi 0.1708 dan sesudah evaluasi
0.1714.
b. Besi beton permukaan berlubang, probabilitas kecacatan per 180 menit
awal proses produksi sebelum evaluasi 0.1133 dan sesudah evaluasi
0.1178.
c. Besi beton ukuran tidak sesuai, probabilitas kecacatan per 180 menit awal
proses produksi sebelum evaluasi 0.0491 dan sesudah evaluasi 0.0773.
Dari data diatas maka peristiwa (top event) yang mempunyai tingkat
kecacatan tertinggi adalah peristiwa besi beton bersirip atau nguping dengan
probabilitas 0.1714 per 180 menit awal proses produksi yang membuat terjadinya
kecacatan pada saat proses produksi. Sehingga perlu diadakan correction action
terhadap peristiwa tersebut yaitu setting mesin kurang presisi, operator terburu –
buru, operator kurang terampil, mesin troubel dan kaliber mesin aus atau rusak.
( Nour Ika Okvania, 2007, ”Identifikasi Faktor – Faktor Kecacatan Produksi Besi Beton Dengan
Metode Fault Tree Analysis (FTA) di PT. Asian Profile Indosteel, Surabaya”, Tugas Akhir S–1
(Skripsi) Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur, Surabaya )
2. Deddy Chrismianto
Keamanan dan keselamatan pengoperasian kapal akan dapat terpenuhi jika
sistem yang ada di dalam kapal dapat berfungsi sesuai dengan spesifikasi yang
pelumasan bagian utama terutama motor induk kapal sebagai penggerak utama
kapal.
Pada umunya di dalam kapal sering terjadi kegagalan pada sistem
pelumas. Kegagalan ini disebabkan karena komponen-komponen yang terdapat
pada sistem pelumas tidak dapat berfungsi dengan baik. Sehubungan dengan
adanya kegagalan yang terjadi pada sistem pelumas tersebut maka perlu dilakukan
analisa keandalan sehingga dapat mengidentifikasi bagaimana sistem mengalami
kegagalan.
Tujuan analisa keandalan tersebut yaitu untuk mengidentifikasi mode
kegagalan, penyebab dan dampak kegagalan komponen terhadap kondisi
operasional sistem pelumas, komponen-komponen yang dapat menyebabkan
kegagalan sistem pelumas, kontribusi kegagalan tiap-tiap komponen terhadap
sistem pelumas dan keandalan dari komponen-komponen sistem pelumas.
Sebuah fault tree mengilustrasikan keadaan komponen–komponen sistem
(basic event) dan hubungan antara basic event dan top event. Simbol grafis yang
dipakai untuk menyatakan hubugan tersebut disebut gerbang logika. Dari diagram
fault tree ini dapat disusun cut set dan minimal cut set. Cut set yaitu serangkaian
komponen system, apabila terjadi kegagalan dapat berakibat kegagalan pada
sistem. Sedangkan minimal cut set yaitu set minimal yang dapat menyebabkan
kegagalan pada sistem. Untuk mencari minimal cut set digunakan Method for
obtaining cut sets (Mocus) yaitu sebuah algoritma yang dipakai untuk
Hasil analisa kualitatif dengan menggunakan metode Fault Tree Analysis
(FTA) menyimpulkan bahwa top event pada permasalahan ini adalah sistem
pelumas tidak berfungsi atau gagal dengan sub sistem yang mengalami kegagalan
adalah sebagai berikut:
1. Sistem pemompaan
- Hand Pump 1
- Pompa Pelinciran: - LO Priming Pump
- Hand Pump II
- LO Pump
2. Sistem pertukaran kalor
- Komponen Cooler
3. Sistem suplai minyak pelumas dan
- LO Service Tank
4. Sistem penyaringan minyak pelumas
- Komponen Filter
Hasil analisa FTA dengan menggunakan MOCUS, diperoleh minimal cut
set yaitu {1}, {2}, {3}, {4}, {5}, {6}, {7}. Hal ini berarti sistem akan mengalami
kegagalan jika ada minim satu first order mengalami kegagalan atau second order
yang mengalami kegagalan secara serentak. Komponen yang termasuk first order
yaitu LO Pump, Hand pump 1, Cooler, LO Service tank dan Filter.
Sedangkan komponen yang yang termasuk second order yaitu Pompa pelinciran