DI SURABAYA
SKRIPSI
Oleh :
CHRISTHOFEL LELA 0513010148/FE/EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
PENGARUH KOMPETENSI AUDITOR TERHADAP FEE AUDIT
PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP)
DI SURABAYA
yang diajukan :
CHRISTHOFEL LELA 0513010148/FE/EA
disetujui untuk ujian lisan oleh
Pembimbing Utama
Drs. Ec. R. Sjarief Hidajat, MSi Tanggal : ……….
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : “Pengaruh
Kompetensi Auditor Terhadap Fee Audit Pada Kantor Akuntan Publik (KAP)
di Surabaya” dapat terselesaikan dengan baik.
Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian
persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di
Surabaya.
Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari
sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, sebagai Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak. Drs. Ec. R. Sjarief Hidajat, MSi,, selaku Dosen Pembimbing Utama yang
telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, pengarahan,
dorongan dan saran untuk penulis.
5. Para dosen dan staff karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur
sebanyak - sebanyaknya, karena beliaulah yang selama ini telah memberi
dorongan semangat baik material maupun spiritual, dan memberikan curahan
kasih sayangnya sampai skripsi ini selesai.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya atas semua bantuan yang telah
mereka berikan selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dengan terbatasnya pengalaman serta kemampuan,
memungkinkan sekali bahwa bentuk maupun isi skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang mengarah kepada
kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Sebagai penutup penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan
sumbangan kecil yang berguna bagi masyarakat, almamater, dan ilmu pengetahuan.
Surabaya, Juli 2010
Penulis
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR... vii
ABSTRAKSI ... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah... 6
1.3. Tujuan Penelitian... 6
1.4. Manfaat Penelitian... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 8
2.2. Landasan Teori ... 11
2.2.1. Auditing... 11
2.2.1.1. Pengertian Auditing... 11
2.2.1.2. Tujuan Auditing ... 12
2.2.1.3. Jenis – Jenis Auditing... 15
2.2.1.4. Tahap – Tahap Pelaksanaan Audit... 17
2.2.1.5. Standart Auditing ... 19
2.2.1.6. Standart Profesional Akuntan Publik... 20
2.2.2. Opini Auditor ... 22
2.2.2.1. Pengertian Opini Auditor ... 22
2.2.3. Kompetensi Auditor... 26
2.2.4. Fee Audit... 29
2.2.5. Pengaruh Kompetensi Auditor Terhadap Fee Audit... 30
2.3. Kerangka Pikir ... 31
2.4. Hipotesis ... 31
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Teknik Pengukuran Variabel ... 32
3.1.1. Definisi Operasional ... 32
3.1.2. Teknik Pengukuran Variabel ... 33
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 34
3.2.1. Populasi... 34
3.2.2. Sampel... 35
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 36
3.3.1. Jenis Dan Sumber Data ... 36
3.3.2. Metode Pengumpulan Data... 36
3.4. Uji Kualitas Data ... 36
3.4.1. Uji Validitas Data ... 36
3.4.2. Uji Reliabilitas ... 37
3.4.3. Uji Normalitas... 37
3.5. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 38
3.5.1. Teknik Analisis ... 38
3.5.2. Uji Hipotesis ... 38
4.1.1. Sejarah Berdirinya Akuntan Publik ... 40
4.1.2. Fungsi Akuntan Publik ... 41
4.1.3. Ketentuan dan Peraturan ... 41
4.1.4. Cara Akuntan Publik Menjual Jasanya ... 43
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 43
4.3. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 45
4.3.1. Uji Analisis Data... 45
4.3.1.1. Uji Validitas, Reliabilitas Dan Normalitas ... 45
4.3.1.1.1. Uji Validitas... 45
4.3.1.1.2. Uji Reliabilitas ... 46
4.3.1.1.3. Uji Normalitas ... 47
4.3.2. Teknik Analisis Regresi Linier Sederhana... 48
4.3.3. Uji Hipotesis ... 50
4.4. Pembahasan ... 51
4.4.1. Implikasi ... 51
4.4.2. Konfirmasi Hasil Penelitian Dengan Tujuan Dan Manfaat... 52
4.4.3. Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya... 52
4.4.4. Keterbatasan Penelitian... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 54
5.2. Saran ... 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Halaman
Tabel. 2.1 Perbedaan dan Persamaan Penelitian Sekarang Dengan
Penelitian Sebelumnya ... 11
Tabel. 4.1 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Kompetensi Auditor (X1)... 44
Tabel. 4.2 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Fee Audit (Y)... 45
Tabel. 4.3 Hasil Uji Validitas... 46
Tabel. 4.4 Hasil Uji Reliabilitas ... 47
Tabel. 4.5 Hasil Uji Normalitas ... 48
Tabel. 4.6 Hasil Pendugaan Parameter Regresi Linier Sederhana ... 49
Tabel. 4.7 Hasil Analisis Pengaruh Variabel Bebas TerhadapVariabel Terikat ... 50
Tabel. 4.8 Koefisien Determinasi (R square / R2) ... 50
Tabel. 4.9 Perbedaan dan Persamaan Penelitian Sekarang Dengan Penelitian Sebelumnya ... 53
Halaman
Gambar. 2.1. Diagram Kerangka Pikir... 31
viii
DI SURABAYA
Oleh :
CRISTHOFEL LELA
Abstrak
Para pengguna jasa KAP sangat mengharapkan agar para auditor dapat memberikan opini yang tepat, namun dalam praktik masih kerap kali terjadi pemberian opini akuntan yang tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam SPAP. Beberapa akuntan secara terbuka mengakui bahwa mereka bisa saja melaksanakan tugasnya dengan benar, namun hal tersebut belum bisa dilakukan sesuai permintaan perusahaan, apabila auditor menolaknya maka KAP tersbut akan kehilangan klien, karena akan berpindah kepada KAP lainnya. Fenomena rebutan klien diantara akuntan publik sebenarnya sejak dulu telah mewarnai perdagangan jasa audit. Dan ini erat sekali hubungannya dengan fee. Seperti diketahui jasa audit yang diberikan KAP tidak pernah ada tarif dasarnya tetapi hanya didasarkan atas negoisasi (Media Akuntansi, 1999: 6-7). Dengan melihat kejadiaan ini, dan bila dihubungkan dengan sikap profesional profesi tentunya berimplikasi terhadap tugas pekerjaan profesi selanjutnya. Dan kalau sudah begitu tentu akan mempengaruhi independensi akuntansi yang bersangkutan. Demikian melemahnya mental akuntan publik apabila menyangkut urusan fee, sehingga sangat mudah melakukan “Window Dressing” meskipun ada standar dan kode etika yang mengatur profesi akuntan publik tetapi faktanya banyak sekali pelanggaran etika profesi yang dilanggar (Media Akuntansi, 1999 : hal 6-7). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Fee Audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya.
Sampel yang digunakan dalam penelitan ini adalah 24 orang Akuntan Publik yang terdapat pada 12 KAP di Surabaya (dari 24 KAP yang diberi kuesioner, hanya 12 KAP yang mau mengisi dan mengembalikan kuesioner tersebut). Sedangkan sumber data yang digunakan berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 24 responden (auditor) dan kuesioner tersebut terdiri dari 10 pernyataan yang dibagi menjadi 2 bagian. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Uji Regrsei Linier Sederhana dengan alat bantu komputer, yang menggunakan program SPSS. 16.0 For Windows
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa Hipotesis yang menyatakan bahwa diduga ada pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Fee Audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya, teruji kebenarannya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Profesi auditor telah dimulai paling tidak sejak abad ke – 15. Asal
mula profesi ini berdiri sebenarnya dipertentangkan para ahli. Namun pada
awal abad 15 di Inggris, pihak yang bukan pemilik dan bukan pengelola
diminta untuk memeriksa apakah ada kecurangan yang terdapat di
pembukuan atau pada laporan keuangan yang disampaikan oleh pengelola
kekayaan pemilik harta. Keadaan yang membutuhkan pihak ketiga selain dari
pemilik dan pengelola yang dipercaya masyarakat untuk memeriksa
kelayakan atau kebenaran laporan keuangan atau laporan
pertanggungjawaban pengelola dana inilah yang kita kenal saat ini sebagai
auditor independen.
Setelah kemajuan satu abad, profesi auditor dapat bangga dan puas
dengan prestasi dan kemajuan yang dicapai, bagaimanapun juga prestasi dan
kemajuan ini memberikan kekuatan kepada auditor untuk memperbaharui
kreativitas yang diperlukan untuk menghadapi perubahan – perubahan yang
fundamental
Guna menunjang profesionalisme maka auditor dalam melaksanakan
tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang telah ditetapkan
oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), yakni standar umum, standar
pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Standar umum bersifat pribadi
memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup dalam melaksanakan
prosedur auditor. Sedangkan standar pekerjaan lapangan dan standar
pelaporan mengatur auditor dalam hal pengumpulan data dan kegiatan
lainnya yang dilaksanakan selama melakukan audit serta mewajibkan auditor
untuk menyusun suatu laporan atas laporan keuangan yang diauditnya.
Namun selain standar audit, auditor juga harus mematuhi kode etika
profesi yang mengatur perilaku auditor dalam menjalankan praktik
profesinya baik dengan sesama anggota maupun dengan masyarakat umum.
Kode etika ini mengatur tentang tanggung jawab profesi, kompetensi dan
kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional serta standar
teknis bagi seorang auditor dalam menjalankan profesinya.
Seorang auditor dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan
tidak semata-mata bekerja untuk kepentingan kliennya, melainkan juga untuk
pihak lain yang berkepentingan. Untuk dapat mempertahankan kepercayaan
diri klien, akuntan publik dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai.
Kompetensi auditor berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman
memadai yang dimiliki oleh akuntan publik dalam bidang auditing dan
akuntasi. Dalam melaksanakan audit, auditor harus bertindak sebagai seorang
yang ahli dibidang akuntansi dan auditing.
Auditor juga dituntut untuk bisa bersikap dan bertindak profesional
dalam segala tindakannya. Keprofesionalan auditor tidak lepas dari
kemampuannya melakukan pemeriksaan sesuai dengan Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP). Seorang Auditor selain harus ahli di bidang auditing
melaksanakan audit dan dapat mengumpulkan bukti kompeten dimana bukti
yang kompeten digunakan auditor sebagai dasar dalam pemberian opini audit
(Christiawan, 2002). Setiap auditor bertanggung jawab menilai kemampuan
mereka, mengevaluasi apakah pendidikan, pengalaman dan pertimbangannya
cukup untuk suatu bentuk tanggung jawab yang dimaksudkan.
Dalam pelaksanaan praktik jasa auditing yang dilakukan oleh
Akuntan Publik, sebagian masyarakat masih ada yang meragukan tingkat
keahlian, kompetensi serta independensi yang dimiliki oleh para auditor KAP
yang selanjutnya berdampak pada keraguan masyarakat terhadap pemberian
opini akuntan publik. Indikasi dari adanya keraguan ini karena banyak sekali
kasus-kasus hukum manipulasi akuntansi yang melibatkan akuntan publik
baik di luar maupun di dalam negeri beberapa tahun terakhir. Di luar negeri
(AS) terjadi kasus Enron- Arthur Anderson; Word.Com–Arthur Anderson,
Xerox dan Merck. Enron, perusahaan raksasa dibidang energi dengan omzet
US$ 100 milyar pada tahun 2000, secara mendadak mengalami kebangkrutan
dan meninggalkan hutang hampir sebesar US$ 31,2 milyar. Kasus tersebut
melibatkan Arthur Anderson, salah satu dari big five Certified Public
Accountant (CPA) firm, yang mengaudit laporan keuangan Enron.
Bagaimana mereka sampai tidak mengetahui adanya material misstatement
dalam laporan keuangan Enron selama bertahun-tahun. Apakah Arthur
Anderson ikut terlibat merekayasa laporan keuangan Enron, karena Enron
membayar fee sebesar US$ 52 juta pada Arthur Anderson pada tahun 2000,
tidak hanya untuk jasa audit tetapi juga jasa konsultasi. Sebetulnya fungsi
disajikan sesuai dengan SAK yang berlaku umum, tetapi juga memberikan
gambaran yang objektif dan akurat kepada investor maupun kreditor
mengenai apa yang terjadi di perusahaan. Dalam kedua hal ini Arthur
Anderson dianggap gagal (Suraida, 2005).
Kasus di dalam negeri dapat terlihat dengan adanya sanksi
pembekuan yang diberikan oleh Menteri Keuangan terhadap beberapa KAP
dalam beberapa tahun terakhir.. Mereka adalah AP Rutlat Hidayat dan
Muhamad Zen, serta KAP Atang Djaelani. Izin AP Rutlat Hidayat dibekukan
selama 9 bulan melalui Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor
866/KM.1/2008 terhitung mulai tanggal 15 Desember 2008. Rutlat telah
melakukan pelanggaran terhadap Standar Auditing (SA) saat melakukan
audit umum atas laporan keuangan PT Serasi Tunggal Mandiri untuk tahun
yang berakhir 31 Desember 2006, yaitu berupa ketidak jujuran secara pribadi
dalam memeriksa fakta yang ditemukan dalam laporan keuangan yang
diperiksa dan berkolusi dengan pihak yang laporan keuangannya yang
diperiksa .hal tersebut melanggar aturan profesionalitas akuntan publik yang
independen (tidak memihak) dan kompeten, sehingga berpengaruh cukup
signifikan terhadap laporan auditor independen
Sedangkan Muhamad Zen selaku pemimpin rekan KAP Drs.
Muhammad Zen dan Rekan, dikenai pembekuan izin selama 3 bulan melalui
KMK Nomor 896/KM.1/2008 terhitung mulai tanggal 22 Desember 2008.
Sanksi terhadap Muhamad Zen disebabkan karena yang bersangkutan telah
melakukan pelanggaran yaitu berupa pemberian opini wajar tanpa
tertentu menurut norma pemeriksaan akuntan atau Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit umum atas laporan
keuangan PT Pura Binaka Mandiri tahun buku 2007, sehingga berpengaruh
cukup signifikan terhadap laporan auditor independen.
Sementara KAP Atang Djaelani dikenai pembekuan izin selama 3
bulan melalui KMK Nomor 877/KM.1/2008 terhitung mulai tanggal 17
Desember 2008. KAP tersebut telah dikenai sanksi peringatan sebanyak 3
kali dalam jangka waktu 48 bulan terakhir dan masih melakukan pelanggaran
berikutnya, yaitu tidak menyampaikan laporan kegiatan usaha dan laporan
keuangan KAP tahun takwim 2004 dan 2007 (Hukumonline.com).
Kejadian-kejadian tersebut menyebabkan timbulnya keraguan atas
integritas auditor KAP. Pada sisi lainnya para auditor senantiasa dituntut
untuk mentaati standart dan berperilaku sesuai dengan kode etik.
Para pengguna jasa KAP sangat mengharapkan agar para auditor
dapat memberikan opini yang tepat, namun dalam praktik masih kerap kali
terjadi pemberian opini akuntan yang tidak sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan dalam SPAP.
Beberapa akuntan secara terbuka mengakui bahwa mereka bisa saja
melaksanakan tugasnya dengan benar, namun hal tersebut belum bisa
dilakukan sesuai permintaan perusahaan, apabila auditor menolaknya maka
KAP tersbut akan kehilangan klien, karena akan berpindah kepada KAP
lainnya.
Fenomena rebutan klien diantara akuntan publik sebenarnya sejak
dengan fee. Seperti diketahui jasa audit yang diberikan KAP tidak pernah ada
tarif dasarnya tetapi hanya didasarkan atas negoisasi (Media Akuntansi,
1999: 6-7).
Dengan melihat kejadiaan ini, dan bila dihubungkan dengan sikap
profesional profesi tentunya berimplikasi terhadap tugas pekerjaan profesi
selanjutnya. Dan kalau sudah begitu tentu akan mempengaruhi independensi
akuntansi yang bersangkutan.
Demikian melemahnya mental akuntan publik apabila menyangkut
urusan fee, sehingga sangat mudah melakukan “Window Dressing” meskipun
ada standar dan kode etika yang mengatur profesi akuntan publik tetapi
faktanya banyak sekali pelanggaran etika profesi yang dilanggar (Media
Akuntansi, 1999 : hal 6-7).
Berdasarkan dari latar belakang tersebut diatas, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Kompetensi Auditor
Terhadap Fee Audit Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya”.
1.2. Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan
suatu masalah, yaitu apakah ada pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Fee
Audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya?”
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk
mengetahui pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Fee Audit pada Kantor
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dapat memberikan suatu
masukan yang bermanfaat bagi kantor akuntan publik dalam memahami
pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Fee Audit.
2. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
tambahan khasanah perpustakaan, bahan referensi dan bahan masukan
bagi peneliti lebih lanjut, yang berhubungan dengan masalah yang ada.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan,
pengetahuan sekaligus memberi gambaran secara realitas mengenai
permasalahan yang dihadapi oleh KAP dalam kaitannya dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang
dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait
dengan penelitin ini, telah dilakukan oleh
1. Williams (2001)
a Judul
“Long-Term Trends in Audit fees”
b Permasalahan
Ada suatu badan yang besar dari literatur akademis yang
menggunakan crossectional untuk menjelaskan hubungan antara
penghasilan audit dan klien/auditor karakteristik.
c Kesimpulan
Dari hasil penelitian membukti bahwa biaya audit telah
berubah dari waktu ke waktu. Khususnya kami mengamati
penurunan pada koefisien untuk INREC. Variabel dan
inventariasasi pada neraca. Penurunan ini menunjukkan bahwa
efesiensi produksi mendominasi kenaikan upah audit dan audit
harga efek dalam lingkup aset audit ini. Munculnya auditor bahwa
ia telah menjadi lebih efesien dalam audit ini dari waktu ke waktu
dan aset yang telah lulus pada biaya ke pelanggan mereka. Juga
menemukan bukti untuk mendukung craswall orang australia yang
mengemukakan bahwa temuan biaya premi auditor untuk reputasi
sebagai spesialis industri. Auditor khusus industri tentu tidak
muncul untuk mengatur biaya audit yang berbeda dari sampel
2. Mayangsari (2003)
a Judul
“Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat
Audit : Sebuah Kuasieksperimen”
b Permasalahan
1) Apakah terdapat perbedaan pendapat auditor yang ahli dan
independen dengan auditor yang hanya memiliki salah satu
karakteristik atau auditor yang sama sekali tidak memiliki
kedua karakteristik tersebut?
2) Apakah terdapat perbedaan jenis informasi yang digunakan
sebagai dasar pembuatan keputusan pendapat antara auditor
yang ahli dan auditor yang tidak ahli?
c Kesimpulan
1) Terdapat perbedaan antara auditor yang ahli dan independen
dengan auditor yang hanya memiliki satu karakteristik atau
sama sekali tidak memiliki karakteristik tersebut. Kesimpulan
ini diambil karena pada kelompok auditor yang ahli dan
independen, rata-rata pendapat yang diberikan lebih mengarah
kepada lemahnya kelangsungan hidup perusahaan tersebut
pendapat bahwa perusahaan yang dianalisis tidak mengalami
kesulitan dalam kelangsungan hidupnya. Jadi auditor pada
kelompok ini mempunyai tingkat prediksi yang lebih baik
dibandingkan dengan kelompok lain.
2) Auditor yang ahli ternyata memiliki perbedaan perhatian
terhadap jenis informasi yang digunakan sebagai dasar
pemberian pendapat audit. Jenis auditor ahli lebih
memperhatikan atypical, sebaliknya auditor yang non ahli lebih
memperhatikan informasi typical.
3. Himahan (2008)
a Judul
“Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Tingkat Pengetahuan
Auditor terhadap Kualitas Kinerja Auditor”
b Permasalahan
Apakah Kompetensi, Independensi dan Tingkat
Pengetahuan Auditor berpengaruh terhadap Kualitas Kinerja
Auditor ?
c Kesimpulan
1) Model regresi yang dihasilkan cocok guna melihat pengaruh
Kompetensi, Independensi dan Tingkat Pengetahuan Auditor
terhadap Kualitas Kinerja Auditor
2) Kompetensi, Independensi dan Tingkat Pengetahuan Auditor
Dari beberapa penelitian terdahulu diatas, dan untuk memperjelas
perbedaan dan persamaannya dengan penelitian sekarang, dapat disajikan
pada tabel 2.1, sebagai berikut
Tabel. 2.1 Perbedaan dan Persamaan
Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang
No Nama Judul Penelitian Variabel Teknik Analisis
1 Williams Long-Term Trends in Audit fees
Penghasilan audit dan klien/auditor karakteristik
Crossectional
2 Mayangsari Pengaruh Keahlian Audit dan
Keahlian Audit (X1)
Independensi (X2)
Variabel terikat
Pendapat Audit (Y)
Regresi Linier Berganda
3 Himahan Pengaruh Kompetensi,
Kualitas Kinerja Auditor (Y)
Kompetensi Auditor (X)
Variabel terikat
Fee Audit (Y)
Regresi Linier Sederhana
Sumber : Penulis
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Auditing
2.2.1.1. Pengertian Auditing
Sebelum mempelajari auditing dan profesi akuntan publik dengan
mendalam, sebaiknya kita perlu mengetahui definisi auditing terlebih
dahulu.
Ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, auditing adalah
perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah
laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi
tersebut (Mulyadi, 2002 : 11).
Sedangkan Arens dan Loebbecke (1997 : 1) mendefinisikan
auditing sebagai proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti
tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi
yang dilakukan seorang yang kompeten dan independent untuk dapat
menentukan dan melaporkan kesesuaian
Selanjutnya menurut Alvin A. Arens (2004 : 15) Auditing adalah
pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk
menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut
dengan criteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus
dilaksanakan oleh seseorang yang kompeten dan independent.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
auditing adalah merupakan suatu proses sistematik untuk memperoleh
dan mengevaluasi atau menguji kebenaran bukti secara objektif atas
informasi laporan keuangan yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan.
2.2.1.2. Tujuan Auditing
Tujuan utama audit menurut Dan M. Guy (2001: 9) adalah
menguji pernyataan (sering berupa ukuran akuntansi) dan meningkatkan
keyakinan atas pernyataan tersebut.
Mulyadi (2002: 9) menyatakan bahwa tujuan auditing adalah
untuk menentukan secara objektif keandalan informasi yang disampaikan
Holmes dan Burns (1993: 1) mengungkapkan tujuan utama audit
yang independen adalah menginvestasikan dan menentukan, apakah
laporan keuangan yang diaudit telah disusun sesuai dengan cara-cara
pelaporan keuangan yang semestinya oleh pihak yang audit.
Tujuan audit menurut Pedoman Akuntan Publik (PSA 02(SA
110)), dinyatakan bahwa tujuan umum atas laporan keuangan oleh auditor
independen adalah menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal
yang material: posisi keuangan, hasil usaha, serta arus kas sesuai prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
Menurut Arens dan Loebbecke (Jusuf, 2003: 127) membagi tujuan
audit umum secara lebih spesifik yakni 6 (enam) tujuan audit umum
berkait-transaksi dan 9 (sembilan) tujuan audit umum berkait-saldo.
Adapun tujuan audit umum berkait-transaksi, diantaranya :
1. Eksistensi
Tujuan ini berkenaan dengan apakah transaksi yang dicatat
secara actual memang terjadi. Hal ini merupakan cara auditor untuk
memenuhi asersi manajemen mengenai eksistensi atau kejadiannya.
2. Kelengkapan
Tujuan ini menyangkut apakah seluruh transaksi yang
seharusnya ada dalam jurnal, secara actual telah dimasukkan. Hal ini
merupakan cara auditor untuk memenuhi asersi manajemen mengenai
kelengkapan.
3. Akurasi – transaksi yang tercatat disajikan pada nilai yang benar.
Tujuan ini menyangkut keakuratan informasi untuk transaksi
4. Klasifikasi-transaksi yang dicantumkan dalam jurnal diklasifikasikan
dengan tepat. Klasifikasi juga merupakan bagian dari asersi penilaian.
5. Saat pencatatan – transaksi dicatat pada tanggal yang benar.
Kesalahan saat pencatatan terjadi jika transaksi tidak dicatat
pada tanggal transaksi terjadi. Saat pencatatan juga bagian dari asersi
penilaian.
6. Posting Pengikhtisaran. Transaksi yang tercatat secara tepat
dimasukkan dalam berkas induk dan diikhtisarkan dengan benar.
Tujuan ini menyangkut apakah keakuratan transfer informasi
dari transaksi yang tercatat dalam jurnal ke catatan tambahan dan
buku besar. Posting dan pengikhtisaran juga bagian dari asersi
penilaian.
Sedangkan tujuan umum audit berkait-saldo terdiri dari :
1. Eksistensi
Tujuan ini menyangkut apakah angka-angka yang dimasukkan
dalam laporan keuangan memang seharusnya dimasukkan. Hal ini
merupakan cara auditor untuk memenuhi asersi manajemen mengenai
keberadaan atau kejadian.
2. Kelengkapan
Tujuan ini menyangkut apakah semua angka yang seharusnya
dimasukkan memang diikutsertakan secara lengkap. Hal ini ini
merupakan cara auditor untuk memenuhi asersi manajemen mengenai
kelengkapan.
3. Akurasi
Tujuan akurasi mengacu ke jumlah yang dimasukkan dengan
4. Klasifikasi
Angka-angka yang dimasukkan di daftar klien telah
diklasifikasikan dengan tepat. Klasifikasi digunakan untuk
menunjukkan apakah setiap apakah setiap pos dalam daftar klien
telah dimasukkan dalam akun yang benar.
5. Pisah Batas.
Transaksi-transaksi yang dekat dengan tanggal neraca dicatat
dalam periode yang tepat. Tujuan menguji pisah batas adalah untuk
memutuskan apakah transaksi telah dicatat dalam periode yang tepat.
Transaksi yang memiliki kemungkinan besar terjadi salah transaksi
yang dicatat mendekati akhir suatu periode akuntansi.
6. Kecocokan Rincian
Saldo akun pada laporan keuangan berasal dari dan didukung
oleh rincian dalam buku besar tambahan, dan rincian yang disiapkan
oleh Klien. Tujuan kecocokan-rincian adalah untuk meyakinkan
bahwa rincian dalam daftar memang dibuat dengan akurat,
dijumlahkan secara benar, dan sesuai dengan buku besar.
2.2.1.3. Jenis – Jenis Auditing
Mulyadi (2002 : 30) menyebutkan tiga jenis Auditing yang umum
dilaksanakan. Ketiga jenis audit tersebut yaitu :
1 Audit atas Laporan Keuangan (Financial audit)
Merupakan audit yang dilakukan oleh auditor independen
menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan. Dalam
audit laporan keuangan ini auditor mengevaluasi kewajaran laporan
keuangan yang disajikan oleh manajemen secara keseluruhan
dibandingkan dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku
umum. Dalam pengertiannya apakah laporan keuangan secara umum
merupakan informasi yang dapat diverifikasi lalu telah disajikan
sesuai dengan kriteria tertentu. Umumnya kriteria yang dimaksud
adalah standar akuntansi yang berlaku umum seperti prinsip akuntansi
yang berterima umum. Hasil audit atas laporan keuangan tersebut
disajikan dalam bentuk tertulis berupa laporan audit yang kemudian
dibagikan kepada para pemakai informasi keuangan.
2 Audit Kepatuhan (Compliance Audit)
Merupakan audit yang tujuannya untuk menentukan apakah
yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit
kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang
membuat kriteria. Audit kepatuhan..
3 Audit Operasional / Manajemen (Operasional Audit)
Merupakan pemeriksaan atas semua atau sebagian prosedur
dan metode operasional perusahaan untuk menilai efisiensi,
efektifitas, dan ekonomisasinya. Audit operasional dapat menjadi alat
manajemen yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kinerja
perusahaan. Hasil dari audit operasional berupa
rekomendasi-rekomendasi perbaikan bagi manajemen sehingga audit jenis ini lebih
2.2.1.4. Tahap-Tahap Pelaksanaan Audit
Proses audit disebut juga tahap-tahap audit adalah merupakan
langkah-langkah yang dilakukan auditor mulai dari rencana audit,
pelaksanaan sampai pada penerbitan laporan akuntan.
Menurut Mulyadi (2002 : 121) tahap audit atas laporan keuangan
meliputi:
1 Penerimaan Perikatan Audit
Langkah awal pekerjaan audit atas laporan keuangan berupa
pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak penugasan
audit dari klien. Enam langkah yang perlu ditempuh oleh auditor
didalam mempertimbangkan penerimaan penugasan audit dari calon
kliennya, yaitu:
a Mengevaluasi integritas manajemen.
b Mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa.
c Menilai kompetensi untuk melakukan audit.
d Menilai independensi.
e Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan kecermatan dan keseksamaan.
f Membuat surat perikatan audit.
2 Perencanaan Audit
Setelah menerima penugasan audit dari klien, langkah
berikutnya adalah perencanaan audit. Ada tujuh tahap yang harus
ditempuh, yaitu:
b Melaksanakan prosedur analitik
c Mempertimbangkan tingkat meterialitas awal
d Mempertimbangkan risiko bawaan
e Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap
saldo awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun
pertama
f Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan
g Memahami pengendalian intern klien.
3 Pelaksanaan Pengujian Audit
Tahap ini disebut juga dengan pekerjaan lapangan yang tujuan
utamanya adalah untuk memperoleh bukti audit tentang efektivitas
struktur pengendalian intern klien dan kewajaran laporan keuangan
klien. Secara garis besar pengujian audit dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu:
a Pengujian analitis (analytical tests).
b Pengujian pengendalian (tests of control).
c Pungujian substantive (substantive tests).
4 Pelaporan Audit
Langkah akhir dari suatu proses pemeriksaan auditor adalah
penerbitan laporan audit. Oleh karena itu, auditor harus menyusun
laporan keuangan auditan (audited financial statement), penjelasan
laporan keuangan (notes to financial statement) dan pernyataan
2.2.1.5. Standar Auditing
Standar auditing menurut Standar Profesional Akuntan Publik
(IAI, 2001 : 150.2) yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia sebagai berikut :
1 Standar Umum
a Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis sebagai auditor.
b Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh
auditor.
c Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat
dan seksama.
2 Standar Pekerjaan Lapangan
a Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
b Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern
harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat,
saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
c Bahan bukti kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi
sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas
3 Standar Pelaporan
a Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
b Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya
prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam
hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
periode sebelumnya.
c Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.
d Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keungan secara keseluruhan atau suatu asersi
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan, jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam semua hal yang nama auditor dikaitkan
dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk
yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada dan tingkat
tanggung jawab yang dipikulnya.
2.2.1.6. Standar Profesional Akuntan Publik
Ada lima macam standar profesional yang diterbitkan oleh Dewan
Standar Profesional Akuntan Publik sebagai aturan mutu pekerjaan
akuntan publik (Mulyadi, 2002 : 34), yaitu :
1 Standar Auditing
Merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis
Standar Auditing (PSA). PSA berisi ketentuan-ketentuan dan panduan
utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan
perikatan audit.
2 Standar Atestasi
Memberikan kerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan
publik yang mencakup tingkat keyakinan tertingggi yang lebih rendah
dalam jasa non audit. Standar atestasi terdiri dari 11 standar dan
dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Atestasi (PSAT).
3 Standar Jasa Akuntansi dan Review
Standar ini memberikan kerangka fungsi non atestasi bagi jasa
akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Standar ini
dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review.
4 Standar Jasa Konsultasi
Memberikan panduan bagi akuntan publik didalam
penyediaan jasa konsultasi bagi masyarakat. Jasa konsultasi pada
hakikatnya berbeda dari Jasa atestasi akuntan publik terhadap asersi
pihak ketiga. Dalam jasa atestasi, para praktisi menyajikan suatu
kesimpulan mengenai keandalan suatu asersi tertulis yang menjadi
tanggung jawab pihak lain, yaitu pembuat asersi (asseres). Dalam jasa
konsultasi, para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan dan
rekomendasi. Umumnya, pekerjaan jasa konsultasi dilaksanakan
untuk kepentingan klien.
5 Standar Pengendalian Mutu
Memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam
kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh
Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan Aturan Etika
Kopartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh Kompartemen
Akuntan Publik, Ikatan Akuntan Indonesia.
2.2.2. Opini Auditor
2.2.2.1. Pengertian Opini Auditor
Opini auditor merupakan pendapat yang diberikan oleh auditor
tentang kewajaran penyajian laporan keuangan perusahaan tempat auditor
melakukan audit. Ikatan Akuntan Indonesia (2001: 504.01) menyatakan
bahwa : “Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan
atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan, maka
alasannya harus dinyatakan.
Menurut Arens dan Loebbecke (1997: 38) mendefinisikan
pendapat sebagai kesimpulan dari hasil laporan audit dan proses
pengambilan keputusan dalam bidang audit. Bagian ini sangat penting
sehingga sering kali keseluruhan laporan audit hanya disebut sebagai
pendapat auditor. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa
kesimpulan tersebut didasarkan atas pertimbangan professional.
Mulyadi (2002 : 19) menjelaskan dalam paragraph ini auditor
menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan,
penyusunan laporan keuangan tersebut dengan prinsip akuntansi
berterima umum. Jika auditor tidak dapat mengumpulkan bukti kompeten
yang cukup atau jika hasil pengujian auditor menunjukkan bahwa laporan
keuangan yang diauditnya disajikan tidak wajar, maka auditor perlu
menerbitkan laporan audit selain laporan yang berisi pendapat wajar tanpa
pengecualian.
2.2.2.2. Jenis – Jenis Opini Auditor
Terdapat lima opini yang mungkin diberikan oleh akuntan publik
atas laporan keuangan yang diauditnya (Mulyadi, 2002: 19).yaitu sebagai
berikut
1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika
tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat
pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan
prinsip akuntansi yang berterima umum dalam penyusunan laporan
keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi berterima umum
tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan.
Laporan audit yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian
adalah laporan keuangan yang paling dibutuhkan oleh semua pihak,
baik oleh klien, pemakai informasi keuangan, maupun oleh auditor.
Kata wajar dalam paragraph pendapat mempunyai makna:
a Bebas dari keragu-raguan dan ketidakjujuran.
2. Laporan yang Berisi Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan
Bahasa Penjelasan (Unqualified Opinion Report with Explanatory
Language).
Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan,
namun laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi
keuangan dan hasil usaha perusahaan klien, auditor dapat
menerbitkan laporan audit bentuk baku.
3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
Auditor memberikan pendapat wajar dengan pengecualian
dalam laporan audit, jika auditor menjumpai kondisi berikut ini:
a Lingkup audit dibatasi oleh klien.
b Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau
tidak dapat memperoleh informasi penting karena
kondisi-kondisi yang berada diluar kekuasaan klien maupun auditor.
c Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum.
d Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam
laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.
4. Pendapat tidak Wajar (Adverse Opinion)
Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika laporan
keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berterima
umum sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil
usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan klien. Auditor juga
auditnya, sehingga ia dapat mengumpulkan bukti kompeten yang
cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi
pendapat tidak wajar oleh auditor, maka informasi yang terdapat
dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya dan tidak
dapat digunakan oleh pemakai informasi keuangan untuk
pengambilan keputusan.
5. Pernyataan tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion).
Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan
auditan, maka laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa
pendapat (no opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor
menyatakan tidak memberikan pendapat adalah:
a Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit.
b Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.
2.2.2.3. Jenis – Jenis Auditor
Arens dan Loebbecke (1997 : 6), meyebutkan empat jenis auditor
yang paling umum dikenal, yaitu.
1 Akuntan Publik Terdaftar
Auditor ekstern/ independent bekerja untuk kantor akuntan
publik yang statusnya diluar struktur perusahaan yang mereka audit.
Umumnya auditor ekstern menghasilkan laporan atas financial audit
yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan para pemakai informasi keuangan seperti: kreditur,
2 Auditor Intern
Auditor intern bekerja untuk perusahaan yang mereka audit
dimana tugas pokok Auditor intern adalah menentukan apakah
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah
dipatuhi, menentukan baik tidaknya penjagaan terhadap kekayaan
organisasi.
3 Auditor Pajak
Auditor pajak bertugas melakukan pemeriksaan ketaatan
wajib pajak yang diaudit terhadap undang- undang perpajakan yang
berlaku.
4 Auditor Pemerintah
Tugas auditor pemerintah adalah menilai kewajaran informasi
keuangan yang disusun oleh instansi pemerintahan. Disamping itu
audit juga dilakukan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan
ekonomisasi operasi program dan penggunaan barang milik
pemerintah. Dan sering juga audit atas ketaatan pada peraturan yang
dikeluarkan pemerintah. Audit yang dilaksanakan oleh pemerintahan
dapat dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atau
Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
2.2.3. Kompetensi Auditor
Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai
yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi. Dalam
ahli dibidang akuntansi dan auditing. Definisi kompetensi menurut Mitrani
(1995) dalam Rahamawati (2004) adalah sebagai suatu sifat dasar
seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan suatu
pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil.
Menurut Kamus Kompetensi LOMA (1998) dalam Alim (2007)
mendefinisikan kompetensi adalah sebagai aspek-aspek pribadi dari
seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior.
Aspek-aspek pribadi ini mencakup sifat, motif-motif, system nilai, sikap,
pengetahuan dan keterampilan dimana kompetensi akan mengarahkan
tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja.
Selanjutnya Susanto (2002) mendefinisikan tentang kompetensi
yang sering dipakai adalah karakteristik yang mendasari individu untuk
mencapai kinerja superior. Kompetensi juga merupakan pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta
kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan yang non-rutin.
Adapun Suraida (2005) menyatakan, kompetensi adalah keahlian
profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal,
ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar,
simposium dan lain-lain seperti:
1. Untuk luar negeri (AS) ujian CPA (Certified Public Accountant)
2. Dalam negeri (Indonesia) USAP (Ujian Sertifikat Akuntan Publik)
3. PPB (Pendidikan Profesi Berkelanjutan)
4. Pelatihan-pelatihan intern dan ekstern
Kompetensi auditor diukur melalui banyaknya sertifikat yang
dimiliki serta banyaknya keikutsertaan dalam pelatihan-pelatihan, seminar
atau simposium. Semakin banyak sertifikat yang dimiliki dan semakin
sering mengikuti pelatihan atau seminar/simposium diharapkan auditor
yang bersangkutan akan semakin cakap dalam melaksanakan tugasnya
Berdasarkan Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Publik,
kompetensi dapat diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman.
Kompetensi professional dapat dibagi menjadi dua fase yang terpisah, yaitu
1. Pencapaian Kompetensi Profesional
Pencapaian kompetensi professional pada awalnya memerlukan
standar pendidikan umum yang tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus,
pelatihan dan ujian professional dalam subyek-subyek yang relevan,
dan pengalaman kerja. Hal ini harus menjadi pola pengembangan yang
normal untuk anggota.
2. Pemeliharaan Kompetensi Profesional
a Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk
belajar dan melakukan peningkatan professional secara
berkesinambungan selama kehidupan professional anggota.
b Pemeliharaan kompetensi professional memerlukan kesadaran
untuk terus mengikuti perkembangan profesi akuntansi, auditing
dan peraturan lainnya, baik nasional maupun internasional yang
relevan.
c Anggota harus menetapkan suatu program yang dirancang untuk
memastikan terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa
professional yang konsisten dengan standar nasional dan
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
kompetensi adalah merupakan kemampuan atau keahlian yang dimiliki oleh
akuntan di bidang auditing dan akuntansi yang diperolehnya melalui
pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam
pelatihan, seminar, simposium dan pengalaman praktik dalam auditing.
guna memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh kliennya.
2.2.4. Fee Audit
Menurut surat keputusan No. KEP.024/IAPI/VII/2008 tentang
kebijakan penentuan fee audit dijelaskan bahwa panduan ini dimaksudkan
untuk membantu anggota dalam menetapkan imbalan jasa yang wajar
sesuai dengan martabat profesi akuntan publik dan dalam jumlah yang
pantas untuk dapat memberikan jasa sesuai dengan tuntutan standar
profesional akuntan publik yang berlaku.
Imbalan jasa yang terlalu rendah atau secara signifikan jauh lebih
rendah dari yang dikenakan auditor/akuntan pendahulu atau diajukan oleh
auditor/akuntan lain, akan menimbulkan keraguan mengenai kemampuan
dan kompetensi anggota dalam menerapkan standar teknis dan standar
profesional yang berlaku.
Menueurt Holmes dan Burns (1993 : 206) Biaya audit adalah
honorarium yang diberikan klien kepada auditor atas jasa yang diberikan.
Honorarium yang pantas dan memadai adalah honorarium yang bisa
memberikan taraf hidup sebanding dengan taraf hidup profesional lain
Sementara audit fee menurut Mulyadi (1998 : 37) menyatakan
profesi akuntan publik memperoleh honorium dari kliennya dalam
menjalankan keahliannya dengan kata lain akuntan tersebut dibayar oleh
kliennya karena jasa yang diberikan tersebut.
Besarnya fee yang diterima oleh anggota KAP dapat bervariasi
tergantung penugasan, komplektisitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian
dan pertimbangan profesional lainnya. Anggota KAP tidak diperkenankan
mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang dapat merusak citra
profesi (Media Akuntansi, 2000 : 54).
.
2.2.5. Pengaruh Kompetensi Auditor Terhadap Fee Audit
Seorang Auditor selain harus ahli di bidang auditing juga harus
punya kompetensi yang memadai sehingga ia mampu melaksanakan audit
dan dapat mengumpulkan bukti kompeten dimana bukti yang kompeten
digunakan auditor sebagai dasar dalam pemberian opini audit (Christiawan,
2002). Setiap auditor bertanggung jawab menilai kemampuan mereka,
mengevaluasi apakah pendidikan, pengalaman dan pertimbangannya cukup
untuk suatu bentuk tanggung jawab yang dimaksudkan.
Besarnya fee anggota KAP tergantung pada penugasan,
komplektisitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian dan pertimbangan
profesional lainnya. (Media Akuntansi, 2000 : 54). Sebagaimana halnya
dengan profesi medis dan hukum, auditor independen bekerja berdasarkan
imbalan (fee). Para pengguna mengandalkan jasa auditor independen serta
tidak memihak klien yang sedang di audit (Boynton, 2002 :8), sehingga
dapat disimpulkan bahwa semakin berkompeten seorang auditor dalam
menerima penugasan, maka fee yang akan diterima akan semakin besar, hal
ini sesuai dengan Teori dua faktor (two factors) dari Fredrick Herzberg
yang mengatakan bahwa sejumlah kondisi intrinsik pekerjaan, yang apabila
kondisi tersebut ada dapat berfungsi sebagai motivator yang dapat
menghasilkan prestasi kerja yang baik. (Indriyo dan I Nyoman, 2000 : 28)
2.3. Kerangka Pikir
Untuk memudahkan analisis dan menguji hipotesis, maka dapat
digambarkan dalam suatu bagan kerangka pikir, ynag disajikan pada gambar
2.1 sebagai berikut.
Uji Statistik
Regresi Linier Sederhana
Fee Audit (Y) Kompetensi Auditor
(X1)
Gambar 2.1 : Diagram Kerangka Pikir
2.4. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah
diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
Diduga ada pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Fee Audit pada
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Teknik Pengukuran Variabel
3.1.1. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada
suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau
menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang
diperlukan untuk mengukur konstrak variabel tersebut (Nazir, 2005 : 126)
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 1 (satu)
variabel bebas (X) yaitu Kompetensi Auditor dan satu variabel terikat (Y)
yaitu Fee Audit
Adapun definisi operasional dari masang – masing variabel tersebut,
yaitu sebagai berikut :
1. Variabel bebas (X)
Kompetensi Auditor
Merupakan kemahiran auditor dalam melaksanakan tugas
pemeriksaan dengan menerapkan standar, prinsip, prosedur dan teknik
pemeriksaan secara tepat sesuai dengan ilmu yang dimilikinya
2. Variabel Terikat (Y)
Fee Audit
Fee Audit adalah besar kecilnya imbalan dengan jumlah tertentu
yang diterima oleh Kantor Akuntansi Publik dari kliennya atas jasa udit
3.1.2. Teknik Pengukuran Variabel
Adapun Teknik pengukuran variabel yang digunakan pada
penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1. Kompetensi Auditor (X)
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam
penelitian Rohana Qudus (2004) dengan 5 item pertanyaan
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala interval, dengan teknik pengukuran semantic defferential. Dalam
teknik Semantic Defferential ini responden diminta untuk menilai suatu
objek dengan menggunakan skala 7 (tujuh) poin dengan pola sebagai
berikut
Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 Sangat setuju
Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti responden cenderung
sangat tidak setuju dengan pertanyaan yang diberikan, sedangkan nilai
4 merupakan nilai tengah antara sangat tidak setuju dengan sangat
setuju terhadap pertanyaan yang diberikan, dan jawaban dengan nilai 5
sampai 7, berarti responden cenderung sangat setuju dengan pertanyaan
yang diberikan.
2. Fee Audit (Y)
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala interval, dengan teknik pengukuran semantic defferential. Dalam
teknik Semantic Defferential ini responden diminta untuk menilai suatu
objek dengan menggunakan skala 7 (tujuh) poin dengan pola sebagai
berikut
Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 Sangat setuju
Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti responden cenderung
sangat tidak setuju dengan pertanyaan yang diberikan, sedangkan nilai
4 merupakan nilai tengah antara sangat tidak setuju dengan sangat
setuju terhadap pertanyaan yang diberikan, dan jawaban dengan nilai 5
sampai 7, berarti responden cenderung sangat setuju dengan pertanyaan
yang diberikan.
3.2. Teknik Penentuan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2002 : 72).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah para partner
auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya yang
berjumlah 45 KAP (sesuai dengan data dari www.iapi.or.id). Dimana dalam
penelitian ini diasumsikan bahwa setiap KAP memiliki 2 Akuntan Publik.
Jadi jumlah populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 90
3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2002 : 73). Teknik penarikan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling
(penarikan sampel secara acak) dengan metode yang digunakan adalah
sampel random sampling yaitu setiap populasi mempunyai peluang yang
sama untuk ditarik sebagai sampel (Sumarsono, 2004 : 46).
Untuk mengetahui jumlah responden yang akan dijadikan sampel
digunakan rumus slovin, yaitu sebagai berikut :
n = 2
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan
pengambilan sample yang masih dapat ditolelir atau diinginkan
(e = 10%).
Berdasarkan dari perhitungan di atas, maka jumlah anggota sampel
yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 48 orang. (24 KAP x 2
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data primer
yaitu merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber
asli pihak pertama (Ikhsan dan Ishak, 2005 : 109). Sedangkan sumber data
berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 48 orang partner auditor
yang tersebar pada 24 Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di Surabaya
dan dijadikan sampel dalam penelitian.
3.3.2. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian, ini
yaitu meliputi :
1 Kuesioner
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pembagian lembar
pertanyaan yang harus diisi oleh responden guna melengkapi data
(Nazir, 2005 : 203).
2 Observasi
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan
penelitian langsung pada obyek yang diteliti.(Nazir, 2005 : 212).
3.4. Uji Kualitas Data
3.4.1. Uji Validitas Data
Menurut Arikunto dalam Riduwan (2004 : 109) menjelaskan bahwa
kesahihan suatu alat ukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan
pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur
oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2002 : 135)
Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai rhitung > rtabel dan nilai
r positif, maka butir atau item pertanyaan tersebut adalah valid (Ghozali,
2002 : 135)
3.4.2. Uji Reliabilitas
Menurut Riduwan (2004 : 128) reliabilitas digunakan untuk
mengetahui apakah jawaban yang diberikan responden dapat dipercaya atau
dapat diandalkan. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika
jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu (Ghozali, 2002 : 132).
Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai Cronbach Alpha >
0,60, maka butir atau item pertanyaan tersebut adalah reliabel (Ghozali,
2002 : 133)
3.4.3. Uji Normalitas
Merupakan suatu alat uji yang digunakan untuk menguji apakah dari
variabel – variabel yang digunakan dalam model regresi berdistribusi
normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi
normal, dapat diuji dengan metode Kolmogorov Smirnov
Dasar analisis yang digunakan yaitu nilai signifikansi atau nilai
probabilitasnya (Asymp sig (2-tailed) > 5%, maka butir atau item
3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.5.1. Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier sederhana
dengan model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Y = β0 + β1X1 + e
(Anonim, 2008: L-21)
Keterangan :
Y = Fee Audit
β0 = Konstanta
X1 = Kompetensi Auditor
β1 = Koefisien regresi
e = Standart Error
3.5.2. Uji Hipotesis
Untuk mengetahui pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Fee
Audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya, digunakan Uji t.
Hipotesis Statistik
1. Ho : β1 = 0, (menunjukkan tidak ada pengaruh Kompetensi Auditor
terhadap Fee Audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di
Surabaya)
H1 : β1 ≠ 0, (menunjukkan ada pengaruh Kompetensi Auditor
te p Fee Audit pada Kantor Akuntan
(KAP) di
rhada Publik
Surabaya)
3. Kriteria keputusan
i. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak
yang berarti tidak ada pengaruh Kompetensi Auditor terhadap
Fee Audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya,
ii. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima
yang berarti ada pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Fee
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Sejarah Berdirinya Akuntan Publik
Profesi akuntan di Indonesia ada seiring dengan keluarnya lulusan
pertama dalam pendidikan akuntan pada tahun 1957. Akuntan merupakan
suatu gelar profesi yang dilindungi oleh Undang – Undang No. 34 Tahun
1954, didalamnya terdapat hal-hal yang perlu diketahui diantaranya, yaitu
seperti:
1. Akuntan harus sarjana lulusan fakultas Ekonomi perguruan tinggi
negeri atau mempunyai ijazah yang disamakan.
2. Akuntan tersebut harus terdaftar dalam register Negara yang
diselenggarakan oleh Departemen Keuangan dan memperoleh ijin
mempergunakan gelar Akuntan dari departemen tersebut.
3. Menjalankan pekerjaan akuntan dengan memakai nama kantor
akuntan, biro akuntan, atau nama lain yang memuat nama akuntan atau
akuntansi hanya diijinkan jika pemimpin kantor atau biro tersebut
dipegang oleh seorang atau beberapa orang akuntan.
Profesi akuntan publik timbul, disebabkan karena pihak luar
perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga yang tidak memihak untuk
menilai keandalan atas pertanggung jawaban laporan keuangan yang
disajikan oleh manajemen perusahaan didalam menyajikan laporan
4.1.2. Fungsi Akuntan Publik
Akuntan Publik merupakan bagian dari proses pasar dan kegiatan
pasar modal. Akuntan diharapkan dapat menjadi penengah antara investor
atau calon investor dengan perusahaan.
Investor atau calon investor ini merupakan sebagian dari masyarakat
luas yang memerlukan informasi mengenai perusahaan dan fungsi akuntan
di sini adalah untuk memberikan pernyataan bahwa informasi yang
disediakan oleh pihak perusahaan adalah benar atau tidak menyesatkan
investor atau calon investor.
Dengan cara memeriksa laporan keuangan, akuntan menambah
kredibilitas (Kepercayaan) terhadap laporan keuangan tersebut. Laporan
keuangan dianggap sudah layak karena telah diperiksa oleh seseorang yang
ahli dan professional dan kedudukannya tidak memihak.
4.1.3. Ketentuan dan Peraturan
Pemberian ijin praktek kepada akuntan public di Indonesia yang
dikeluarkan pemerintah pada tahun 1986, yang dituangkan dalam
kep.Menkeu RI No. 763/ KMK.01/1986 tentang akuntan public, dalam
surat keputusan tersebut terdapat persyaratan-persyaratan yang harus
dipenuhi untuk mendapatkan ijin praktek sebagai akuntan public.
Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut
1. Memiliki ijazah akuntan sebagaimana diatur dalam UU No.34 Tahun
1954 serta memiliki register Negara.
3. Telah menyelesaikan wajib kerja sarjana sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku tanpa cacat, atau dinyatakan bebas
dari kewajiban kerja sarjana.
4. Memiliki surat keterangan dari pimpinan instansi, badan usaha yang
berwenang yang menyatakan bahwa yang bersangkutan telah
menjalani ikatan dinas tanpa cacat apabila yang bersangkutan bekerja
atas dasar ikatan dinas.
5. Telah mempunyai pengalaman kerja paling sedikit 3 (tiga) tahun
sebagai akuntan dengan reputasi baik di bidang pemeriksaan akuntan,
hal ini dibuktikan dengan surat dari pimpinan Kantor Akuntan Publik
atau kepala BPKP3 dalam hal pengalaman kerja yang diperoleh dalam
lingkungan pemerintahan atau BUMN.
6. Tidak merangkap sebagai pegawai instansi pemerintahan, atau
pimpinan/ karyawan Badan Usaha Milik Negara / Daerah maupun
Badan Usaha Milik Swasta. Ketentuan ini berlaku bagi akuntan public
yang merangkap sebagai dosen tetap pada perguruan tinggi negeri atau
perguruan tinggi swasta dan juga sebagai pimpinan pada suatu usaha
konsultasi manajemen.
7. Anggota Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI )
8. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Ketentuan tentang kewajiban bagi akuntan yang akan membuka
praktek akuntan public untuk menyelesaikan wajib kerja sarjana dalam
butir ketiga diatas telah dicabut dengan SK Menkeu RI No.
4.1.4. Cara Akuntan Publik Menjual Jasanya
Akuntan tidak diperkenankan untuk menawarkan jasanya secara
tertulis kepada calon klien. Akuntan dilarang untuk mengiklankan nama
atau jasa yang diberikannya. Hal ini sesuai dengan kode etik akuntan public
pasal 20 dan 21.
Adapun cara Kantor Akuntan publik untuk menjual jasanya yaitu
dengan cara:
1. Mengikuti seminar yang berhubungan dengan bidang akuntansi.
2. Menjadi pembicara seminar.
3. Menulis hasil audit laporan keuangan suatu perusahaan yang diperiksa
dengan mencantumkan nama akuntan akuntan public sebagai
auditornya.
4. Menulis suatu analisa atau konsultasi di luar jasa yang diberikannya.
5. Menjadi Dosen di perguruan tinggi.
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 24 orang Akuntan
Publik yang terdapat pada 12 KAP di Surabaya (dari 24 KAP yang diberi
kuesioner, hanya 12 KAP yang mau mengisi dan mengembalikan kuesioner
tersebut).
Sedangkan sumber data berasal dari jawaban kuisioner yang
disebarkan pada 24 orang Akuntan Publik yang terdapat pada 12 KAP di
Surabaya, dan kuesioner tersebut terdiri dari 10 pernyataan yang dibagi
Untuk memperjelas uraian di atas, maka berikut ini adalah hasil dari
jawaban kuisioner untuk masing masing variabel yang digunakan, yaitu
sebagai berikut:
1 Bagian I berkaitan dengan pernyataan mengenai “Kompetensi
Auditor (X1)”.
Kompetensi adalah pengetahuan, ketrampilan dan kemahiran
auditor dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dengan menerapkan
standar, prinsip, prosedur dan teknik pemeriksaan secara tepat sesuai
dengan ilmu yang dimilikinya
Berdasarkan dari hasil jawaban kuesioner mengenai Kompetensi
Auditor, dapat dilihat pada tabel 4.1, sebagai berikut :
Tabel. 4.1. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai :
Kompetensi Auditor (X1)
Jawaban Kuesioner
1 2 3 4 5 6 7 Item
Resp % Resp % Resp % Resp % Resp % Resp % Resp %
1 1 4,17 5 20,83 4 16,67 3 12,50 1 4,17 3 12,50 7 29,17
2 3 12,50 2 8,33 3 12,50 4 16,67 6 25,00 1 4,17 5 20,83
3 1 4,17 6 25,00 2 8,33 2 8,33 3 12,50 2 8,33 8 33,33
4 4 16,67 2 8,33 3 12,50 4 16,67 4 16,67 1 4,17 6 25,00
5 0 - 7 29,17 0 - 4 16,67 2 8,33 3 12,50 8 33,33
Mean 7,50 18,33 10,00 14,17 13,33 8,33 28,33
Sumber : Lampiran. 1
Berdasarkan dari tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa nilai
rata – rata (mean) tertinggi untuk variabel kompetensi berada pada skor
7 atau jawaban ssangat etuju yaitu sebesar 28,33% yang artinya bahwa
tingkat sikap Kompetensi yang dimiliki oleh para auditor tersebut adalah
2 Bagian II berkaitan dengan pernyataan mengenai “Fee Audit (Y)”.
Fee Audit adalah besar kecilnya imbalan dengan jumlah tertentu
yang diterima oleh Kantor Akuntansi Publik dari kliennya atas jasa udit
yang diberikan oleh klien.
Berdasarkan dari hasil jawaban kuesioner mengenai Fee Audit,
dapat dilihat pada tabel 4.2, sebagai berikut :
Tabel. 4.2. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai :
Fee Audit (Y)
Sumber : Lampiran. 2
Berdasarkan dari tabel 4.2 di atas, dapat diketahui bahwa nilai
rata – rata (mean) tertinggi untuk variabel Fee Audit berada pada skor 4
atau jawaban cukup yaitu sebesar 22,98% yang artinya bahwa tingkat
Fee Audit yang diterima oleh para auditor tersebut adalah cukup tinggi.
4.3. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis.
4.3.1. Uji Analisis Data
4.3.1.1. Uji Validitas, Reliabilitas dan Normalitas
4.3.1.1.1. Uji Validitas
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai rhitung > rtabel dan
nilai r positif, maka butir atau item pertanyaan tersebut valid (Ghozali,
2002 : 135)
Berdasarkan dari hasil uji validitas dengan alat bantu komputer
yang menggunakan program SPSS.16.0, untuk masing – masing
variabel, dapat dilihat pada tabel 4.3, sebagai berikut :
Tabel. 4.3. Hasil Uji Validitas
Nilai r hitung Variabel Item
(Corrected Item - Total Correlation) r tabel Keterangan
Kompetensi Auditor (X) Butir_1 0,867 Valid
Butir_2 0,826 Valid
Berdasarkan pada tabel 4.3, di atas dapat diketahui bahwa
seluruh butir atau item pertanyaan kuesioner yang terbagi atas 2 bagian
dan terdiri dari 10 item pernyataan, mempunyai nilai r hitung lebih besar
dari rtabel, dan sesuai dengan dasar pengambilan keputusan, hal ini
berarti bahwa butir atau item pertanyaan tersebut seluruhnya valid dan
dapat digunakan dalam penelitian
4.3.1.1.2. Uji Reliabilitas
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban
seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu