• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMPETENSI AUDITOR TERHADAP FEE AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) DI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KOMPETENSI AUDITOR TERHADAP FEE AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) DI SURABAYA."

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

DI SURABAYA

SKRIPSI

Oleh :

CHRISTHOFEL LELA 0513010148/FE/EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

PENGARUH KOMPETENSI AUDITOR TERHADAP FEE AUDIT

PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP)

DI SURABAYA

yang diajukan :

CHRISTHOFEL LELA 0513010148/FE/EA

disetujui untuk ujian lisan oleh

Pembimbing Utama

Drs. Ec. R. Sjarief Hidajat, MSi Tanggal : ……….

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

(3)

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : “Pengaruh

Kompetensi Auditor Terhadap Fee Audit Pada Kantor Akuntan Publik (KAP)

di Surabaya” dapat terselesaikan dengan baik.

Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian

persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada

Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di

Surabaya.

Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari

sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu

penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, sebagai Ketua Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak. Drs. Ec. R. Sjarief Hidajat, MSi,, selaku Dosen Pembimbing Utama yang

telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, pengarahan,

dorongan dan saran untuk penulis.

5. Para dosen dan staff karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur

(4)

sebanyak - sebanyaknya, karena beliaulah yang selama ini telah memberi

dorongan semangat baik material maupun spiritual, dan memberikan curahan

kasih sayangnya sampai skripsi ini selesai.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya atas semua bantuan yang telah

mereka berikan selama penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dengan terbatasnya pengalaman serta kemampuan,

memungkinkan sekali bahwa bentuk maupun isi skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk

itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang mengarah kepada

kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Sebagai penutup penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan

sumbangan kecil yang berguna bagi masyarakat, almamater, dan ilmu pengetahuan.

Surabaya, Juli 2010

Penulis

(5)

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

ABSTRAKSI ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 6

1.3. Tujuan Penelitian... 6

1.4. Manfaat Penelitian... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 8

2.2. Landasan Teori ... 11

2.2.1. Auditing... 11

2.2.1.1. Pengertian Auditing... 11

2.2.1.2. Tujuan Auditing ... 12

2.2.1.3. Jenis – Jenis Auditing... 15

2.2.1.4. Tahap – Tahap Pelaksanaan Audit... 17

2.2.1.5. Standart Auditing ... 19

2.2.1.6. Standart Profesional Akuntan Publik... 20

2.2.2. Opini Auditor ... 22

2.2.2.1. Pengertian Opini Auditor ... 22

(6)

2.2.3. Kompetensi Auditor... 26

2.2.4. Fee Audit... 29

2.2.5. Pengaruh Kompetensi Auditor Terhadap Fee Audit... 30

2.3. Kerangka Pikir ... 31

2.4. Hipotesis ... 31

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Teknik Pengukuran Variabel ... 32

3.1.1. Definisi Operasional ... 32

3.1.2. Teknik Pengukuran Variabel ... 33

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 34

3.2.1. Populasi... 34

3.2.2. Sampel... 35

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 36

3.3.1. Jenis Dan Sumber Data ... 36

3.3.2. Metode Pengumpulan Data... 36

3.4. Uji Kualitas Data ... 36

3.4.1. Uji Validitas Data ... 36

3.4.2. Uji Reliabilitas ... 37

3.4.3. Uji Normalitas... 37

3.5. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 38

3.5.1. Teknik Analisis ... 38

3.5.2. Uji Hipotesis ... 38

(7)

4.1.1. Sejarah Berdirinya Akuntan Publik ... 40

4.1.2. Fungsi Akuntan Publik ... 41

4.1.3. Ketentuan dan Peraturan ... 41

4.1.4. Cara Akuntan Publik Menjual Jasanya ... 43

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 43

4.3. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 45

4.3.1. Uji Analisis Data... 45

4.3.1.1. Uji Validitas, Reliabilitas Dan Normalitas ... 45

4.3.1.1.1. Uji Validitas... 45

4.3.1.1.2. Uji Reliabilitas ... 46

4.3.1.1.3. Uji Normalitas ... 47

4.3.2. Teknik Analisis Regresi Linier Sederhana... 48

4.3.3. Uji Hipotesis ... 50

4.4. Pembahasan ... 51

4.4.1. Implikasi ... 51

4.4.2. Konfirmasi Hasil Penelitian Dengan Tujuan Dan Manfaat... 52

4.4.3. Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya... 52

4.4.4. Keterbatasan Penelitian... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 54

5.2. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(8)

Halaman

Tabel. 2.1 Perbedaan dan Persamaan Penelitian Sekarang Dengan

Penelitian Sebelumnya ... 11

Tabel. 4.1 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Kompetensi Auditor (X1)... 44

Tabel. 4.2 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Fee Audit (Y)... 45

Tabel. 4.3 Hasil Uji Validitas... 46

Tabel. 4.4 Hasil Uji Reliabilitas ... 47

Tabel. 4.5 Hasil Uji Normalitas ... 48

Tabel. 4.6 Hasil Pendugaan Parameter Regresi Linier Sederhana ... 49

Tabel. 4.7 Hasil Analisis Pengaruh Variabel Bebas TerhadapVariabel Terikat ... 50

Tabel. 4.8 Koefisien Determinasi (R square / R2) ... 50

Tabel. 4.9 Perbedaan dan Persamaan Penelitian Sekarang Dengan Penelitian Sebelumnya ... 53

(9)

Halaman

Gambar. 2.1. Diagram Kerangka Pikir... 31

(10)

viii

DI SURABAYA

Oleh :

CRISTHOFEL LELA

Abstrak

Para pengguna jasa KAP sangat mengharapkan agar para auditor dapat memberikan opini yang tepat, namun dalam praktik masih kerap kali terjadi pemberian opini akuntan yang tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam SPAP. Beberapa akuntan secara terbuka mengakui bahwa mereka bisa saja melaksanakan tugasnya dengan benar, namun hal tersebut belum bisa dilakukan sesuai permintaan perusahaan, apabila auditor menolaknya maka KAP tersbut akan kehilangan klien, karena akan berpindah kepada KAP lainnya. Fenomena rebutan klien diantara akuntan publik sebenarnya sejak dulu telah mewarnai perdagangan jasa audit. Dan ini erat sekali hubungannya dengan fee. Seperti diketahui jasa audit yang diberikan KAP tidak pernah ada tarif dasarnya tetapi hanya didasarkan atas negoisasi (Media Akuntansi, 1999: 6-7). Dengan melihat kejadiaan ini, dan bila dihubungkan dengan sikap profesional profesi tentunya berimplikasi terhadap tugas pekerjaan profesi selanjutnya. Dan kalau sudah begitu tentu akan mempengaruhi independensi akuntansi yang bersangkutan. Demikian melemahnya mental akuntan publik apabila menyangkut urusan fee, sehingga sangat mudah melakukan “Window Dressing” meskipun ada standar dan kode etika yang mengatur profesi akuntan publik tetapi faktanya banyak sekali pelanggaran etika profesi yang dilanggar (Media Akuntansi, 1999 : hal 6-7). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Fee Audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya.

Sampel yang digunakan dalam penelitan ini adalah 24 orang Akuntan Publik yang terdapat pada 12 KAP di Surabaya (dari 24 KAP yang diberi kuesioner, hanya 12 KAP yang mau mengisi dan mengembalikan kuesioner tersebut). Sedangkan sumber data yang digunakan berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 24 responden (auditor) dan kuesioner tersebut terdiri dari 10 pernyataan yang dibagi menjadi 2 bagian. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Uji Regrsei Linier Sederhana dengan alat bantu komputer, yang menggunakan program SPSS. 16.0 For Windows

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa Hipotesis yang menyatakan bahwa diduga ada pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Fee Audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya, teruji kebenarannya.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Profesi auditor telah dimulai paling tidak sejak abad ke – 15. Asal

mula profesi ini berdiri sebenarnya dipertentangkan para ahli. Namun pada

awal abad 15 di Inggris, pihak yang bukan pemilik dan bukan pengelola

diminta untuk memeriksa apakah ada kecurangan yang terdapat di

pembukuan atau pada laporan keuangan yang disampaikan oleh pengelola

kekayaan pemilik harta. Keadaan yang membutuhkan pihak ketiga selain dari

pemilik dan pengelola yang dipercaya masyarakat untuk memeriksa

kelayakan atau kebenaran laporan keuangan atau laporan

pertanggungjawaban pengelola dana inilah yang kita kenal saat ini sebagai

auditor independen.

Setelah kemajuan satu abad, profesi auditor dapat bangga dan puas

dengan prestasi dan kemajuan yang dicapai, bagaimanapun juga prestasi dan

kemajuan ini memberikan kekuatan kepada auditor untuk memperbaharui

kreativitas yang diperlukan untuk menghadapi perubahan – perubahan yang

fundamental

Guna menunjang profesionalisme maka auditor dalam melaksanakan

tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang telah ditetapkan

oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), yakni standar umum, standar

pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Standar umum bersifat pribadi

(12)

memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup dalam melaksanakan

prosedur auditor. Sedangkan standar pekerjaan lapangan dan standar

pelaporan mengatur auditor dalam hal pengumpulan data dan kegiatan

lainnya yang dilaksanakan selama melakukan audit serta mewajibkan auditor

untuk menyusun suatu laporan atas laporan keuangan yang diauditnya.

Namun selain standar audit, auditor juga harus mematuhi kode etika

profesi yang mengatur perilaku auditor dalam menjalankan praktik

profesinya baik dengan sesama anggota maupun dengan masyarakat umum.

Kode etika ini mengatur tentang tanggung jawab profesi, kompetensi dan

kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional serta standar

teknis bagi seorang auditor dalam menjalankan profesinya.

Seorang auditor dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan

tidak semata-mata bekerja untuk kepentingan kliennya, melainkan juga untuk

pihak lain yang berkepentingan. Untuk dapat mempertahankan kepercayaan

diri klien, akuntan publik dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai.

Kompetensi auditor berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman

memadai yang dimiliki oleh akuntan publik dalam bidang auditing dan

akuntasi. Dalam melaksanakan audit, auditor harus bertindak sebagai seorang

yang ahli dibidang akuntansi dan auditing.

Auditor juga dituntut untuk bisa bersikap dan bertindak profesional

dalam segala tindakannya. Keprofesionalan auditor tidak lepas dari

kemampuannya melakukan pemeriksaan sesuai dengan Standar Profesional

Akuntan Publik (SPAP). Seorang Auditor selain harus ahli di bidang auditing

(13)

melaksanakan audit dan dapat mengumpulkan bukti kompeten dimana bukti

yang kompeten digunakan auditor sebagai dasar dalam pemberian opini audit

(Christiawan, 2002). Setiap auditor bertanggung jawab menilai kemampuan

mereka, mengevaluasi apakah pendidikan, pengalaman dan pertimbangannya

cukup untuk suatu bentuk tanggung jawab yang dimaksudkan.

Dalam pelaksanaan praktik jasa auditing yang dilakukan oleh

Akuntan Publik, sebagian masyarakat masih ada yang meragukan tingkat

keahlian, kompetensi serta independensi yang dimiliki oleh para auditor KAP

yang selanjutnya berdampak pada keraguan masyarakat terhadap pemberian

opini akuntan publik. Indikasi dari adanya keraguan ini karena banyak sekali

kasus-kasus hukum manipulasi akuntansi yang melibatkan akuntan publik

baik di luar maupun di dalam negeri beberapa tahun terakhir. Di luar negeri

(AS) terjadi kasus Enron- Arthur Anderson; Word.Com–Arthur Anderson,

Xerox dan Merck. Enron, perusahaan raksasa dibidang energi dengan omzet

US$ 100 milyar pada tahun 2000, secara mendadak mengalami kebangkrutan

dan meninggalkan hutang hampir sebesar US$ 31,2 milyar. Kasus tersebut

melibatkan Arthur Anderson, salah satu dari big five Certified Public

Accountant (CPA) firm, yang mengaudit laporan keuangan Enron.

Bagaimana mereka sampai tidak mengetahui adanya material misstatement

dalam laporan keuangan Enron selama bertahun-tahun. Apakah Arthur

Anderson ikut terlibat merekayasa laporan keuangan Enron, karena Enron

membayar fee sebesar US$ 52 juta pada Arthur Anderson pada tahun 2000,

tidak hanya untuk jasa audit tetapi juga jasa konsultasi. Sebetulnya fungsi

(14)

disajikan sesuai dengan SAK yang berlaku umum, tetapi juga memberikan

gambaran yang objektif dan akurat kepada investor maupun kreditor

mengenai apa yang terjadi di perusahaan. Dalam kedua hal ini Arthur

Anderson dianggap gagal (Suraida, 2005).

Kasus di dalam negeri dapat terlihat dengan adanya sanksi

pembekuan yang diberikan oleh Menteri Keuangan terhadap beberapa KAP

dalam beberapa tahun terakhir.. Mereka adalah AP Rutlat Hidayat dan

Muhamad Zen, serta KAP Atang Djaelani. Izin AP Rutlat Hidayat dibekukan

selama 9 bulan melalui Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor

866/KM.1/2008 terhitung mulai tanggal 15 Desember 2008. Rutlat telah

melakukan pelanggaran terhadap Standar Auditing (SA) saat melakukan

audit umum atas laporan keuangan PT Serasi Tunggal Mandiri untuk tahun

yang berakhir 31 Desember 2006, yaitu berupa ketidak jujuran secara pribadi

dalam memeriksa fakta yang ditemukan dalam laporan keuangan yang

diperiksa dan berkolusi dengan pihak yang laporan keuangannya yang

diperiksa .hal tersebut melanggar aturan profesionalitas akuntan publik yang

independen (tidak memihak) dan kompeten, sehingga berpengaruh cukup

signifikan terhadap laporan auditor independen

Sedangkan Muhamad Zen selaku pemimpin rekan KAP Drs.

Muhammad Zen dan Rekan, dikenai pembekuan izin selama 3 bulan melalui

KMK Nomor 896/KM.1/2008 terhitung mulai tanggal 22 Desember 2008.

Sanksi terhadap Muhamad Zen disebabkan karena yang bersangkutan telah

melakukan pelanggaran yaitu berupa pemberian opini wajar tanpa

(15)

tertentu menurut norma pemeriksaan akuntan atau Standar Profesional

Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit umum atas laporan

keuangan PT Pura Binaka Mandiri tahun buku 2007, sehingga berpengaruh

cukup signifikan terhadap laporan auditor independen.

Sementara KAP Atang Djaelani dikenai pembekuan izin selama 3

bulan melalui KMK Nomor 877/KM.1/2008 terhitung mulai tanggal 17

Desember 2008. KAP tersebut telah dikenai sanksi peringatan sebanyak 3

kali dalam jangka waktu 48 bulan terakhir dan masih melakukan pelanggaran

berikutnya, yaitu tidak menyampaikan laporan kegiatan usaha dan laporan

keuangan KAP tahun takwim 2004 dan 2007 (Hukumonline.com).

Kejadian-kejadian tersebut menyebabkan timbulnya keraguan atas

integritas auditor KAP. Pada sisi lainnya para auditor senantiasa dituntut

untuk mentaati standart dan berperilaku sesuai dengan kode etik.

Para pengguna jasa KAP sangat mengharapkan agar para auditor

dapat memberikan opini yang tepat, namun dalam praktik masih kerap kali

terjadi pemberian opini akuntan yang tidak sesuai dengan kriteria yang telah

ditetapkan dalam SPAP.

Beberapa akuntan secara terbuka mengakui bahwa mereka bisa saja

melaksanakan tugasnya dengan benar, namun hal tersebut belum bisa

dilakukan sesuai permintaan perusahaan, apabila auditor menolaknya maka

KAP tersbut akan kehilangan klien, karena akan berpindah kepada KAP

lainnya.

Fenomena rebutan klien diantara akuntan publik sebenarnya sejak

(16)

dengan fee. Seperti diketahui jasa audit yang diberikan KAP tidak pernah ada

tarif dasarnya tetapi hanya didasarkan atas negoisasi (Media Akuntansi,

1999: 6-7).

Dengan melihat kejadiaan ini, dan bila dihubungkan dengan sikap

profesional profesi tentunya berimplikasi terhadap tugas pekerjaan profesi

selanjutnya. Dan kalau sudah begitu tentu akan mempengaruhi independensi

akuntansi yang bersangkutan.

Demikian melemahnya mental akuntan publik apabila menyangkut

urusan fee, sehingga sangat mudah melakukan “Window Dressing” meskipun

ada standar dan kode etika yang mengatur profesi akuntan publik tetapi

faktanya banyak sekali pelanggaran etika profesi yang dilanggar (Media

Akuntansi, 1999 : hal 6-7).

Berdasarkan dari latar belakang tersebut diatas, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Kompetensi Auditor

Terhadap Fee Audit Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya”.

1.2. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan

suatu masalah, yaitu apakah ada pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Fee

Audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya?”

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk

mengetahui pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Fee Audit pada Kantor

(17)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dapat memberikan suatu

masukan yang bermanfaat bagi kantor akuntan publik dalam memahami

pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Fee Audit.

2. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

tambahan khasanah perpustakaan, bahan referensi dan bahan masukan

bagi peneliti lebih lanjut, yang berhubungan dengan masalah yang ada.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan,

pengetahuan sekaligus memberi gambaran secara realitas mengenai

permasalahan yang dihadapi oleh KAP dalam kaitannya dengan

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang

dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait

dengan penelitin ini, telah dilakukan oleh

1. Williams (2001)

a Judul

“Long-Term Trends in Audit fees”

b Permasalahan

Ada suatu badan yang besar dari literatur akademis yang

menggunakan crossectional untuk menjelaskan hubungan antara

penghasilan audit dan klien/auditor karakteristik.

c Kesimpulan

Dari hasil penelitian membukti bahwa biaya audit telah

berubah dari waktu ke waktu. Khususnya kami mengamati

penurunan pada koefisien untuk INREC. Variabel dan

inventariasasi pada neraca. Penurunan ini menunjukkan bahwa

efesiensi produksi mendominasi kenaikan upah audit dan audit

harga efek dalam lingkup aset audit ini. Munculnya auditor bahwa

ia telah menjadi lebih efesien dalam audit ini dari waktu ke waktu

dan aset yang telah lulus pada biaya ke pelanggan mereka. Juga

(19)

menemukan bukti untuk mendukung craswall orang australia yang

mengemukakan bahwa temuan biaya premi auditor untuk reputasi

sebagai spesialis industri. Auditor khusus industri tentu tidak

muncul untuk mengatur biaya audit yang berbeda dari sampel

2. Mayangsari (2003)

a Judul

“Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat

Audit : Sebuah Kuasieksperimen”

b Permasalahan

1) Apakah terdapat perbedaan pendapat auditor yang ahli dan

independen dengan auditor yang hanya memiliki salah satu

karakteristik atau auditor yang sama sekali tidak memiliki

kedua karakteristik tersebut?

2) Apakah terdapat perbedaan jenis informasi yang digunakan

sebagai dasar pembuatan keputusan pendapat antara auditor

yang ahli dan auditor yang tidak ahli?

c Kesimpulan

1) Terdapat perbedaan antara auditor yang ahli dan independen

dengan auditor yang hanya memiliki satu karakteristik atau

sama sekali tidak memiliki karakteristik tersebut. Kesimpulan

ini diambil karena pada kelompok auditor yang ahli dan

independen, rata-rata pendapat yang diberikan lebih mengarah

kepada lemahnya kelangsungan hidup perusahaan tersebut

(20)

pendapat bahwa perusahaan yang dianalisis tidak mengalami

kesulitan dalam kelangsungan hidupnya. Jadi auditor pada

kelompok ini mempunyai tingkat prediksi yang lebih baik

dibandingkan dengan kelompok lain.

2) Auditor yang ahli ternyata memiliki perbedaan perhatian

terhadap jenis informasi yang digunakan sebagai dasar

pemberian pendapat audit. Jenis auditor ahli lebih

memperhatikan atypical, sebaliknya auditor yang non ahli lebih

memperhatikan informasi typical.

3. Himahan (2008)

a Judul

“Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Tingkat Pengetahuan

Auditor terhadap Kualitas Kinerja Auditor”

b Permasalahan

Apakah Kompetensi, Independensi dan Tingkat

Pengetahuan Auditor berpengaruh terhadap Kualitas Kinerja

Auditor ?

c Kesimpulan

1) Model regresi yang dihasilkan cocok guna melihat pengaruh

Kompetensi, Independensi dan Tingkat Pengetahuan Auditor

terhadap Kualitas Kinerja Auditor

2) Kompetensi, Independensi dan Tingkat Pengetahuan Auditor

(21)

Dari beberapa penelitian terdahulu diatas, dan untuk memperjelas

perbedaan dan persamaannya dengan penelitian sekarang, dapat disajikan

pada tabel 2.1, sebagai berikut

Tabel. 2.1 Perbedaan dan Persamaan

Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang

No Nama Judul Penelitian Variabel Teknik Analisis

1 Williams Long-Term Trends in Audit fees

 Penghasilan audit dan klien/auditor karakteristik

Crossectional

2 Mayangsari Pengaruh Keahlian Audit dan

 Keahlian Audit (X1)

 Independensi (X2)

Variabel terikat

 Pendapat Audit (Y)

 Regresi Linier Berganda

3 Himahan Pengaruh Kompetensi,

 Kualitas Kinerja Auditor (Y)

 Kompetensi Auditor (X)

Variabel terikat

 Fee Audit (Y)

 Regresi Linier Sederhana

Sumber : Penulis

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Auditing

2.2.1.1. Pengertian Auditing

Sebelum mempelajari auditing dan profesi akuntan publik dengan

mendalam, sebaiknya kita perlu mengetahui definisi auditing terlebih

dahulu.

Ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, auditing adalah

(22)

perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah

laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal

yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi

tersebut (Mulyadi, 2002 : 11).

Sedangkan Arens dan Loebbecke (1997 : 1) mendefinisikan

auditing sebagai proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti

tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi

yang dilakukan seorang yang kompeten dan independent untuk dapat

menentukan dan melaporkan kesesuaian

Selanjutnya menurut Alvin A. Arens (2004 : 15) Auditing adalah

pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk

menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut

dengan criteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus

dilaksanakan oleh seseorang yang kompeten dan independent.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

auditing adalah merupakan suatu proses sistematik untuk memperoleh

dan mengevaluasi atau menguji kebenaran bukti secara objektif atas

informasi laporan keuangan yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan.

2.2.1.2. Tujuan Auditing

Tujuan utama audit menurut Dan M. Guy (2001: 9) adalah

menguji pernyataan (sering berupa ukuran akuntansi) dan meningkatkan

keyakinan atas pernyataan tersebut.

Mulyadi (2002: 9) menyatakan bahwa tujuan auditing adalah

untuk menentukan secara objektif keandalan informasi yang disampaikan

(23)

Holmes dan Burns (1993: 1) mengungkapkan tujuan utama audit

yang independen adalah menginvestasikan dan menentukan, apakah

laporan keuangan yang diaudit telah disusun sesuai dengan cara-cara

pelaporan keuangan yang semestinya oleh pihak yang audit.

Tujuan audit menurut Pedoman Akuntan Publik (PSA 02(SA

110)), dinyatakan bahwa tujuan umum atas laporan keuangan oleh auditor

independen adalah menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal

yang material: posisi keuangan, hasil usaha, serta arus kas sesuai prinsip

akuntansi yang berlaku umum.

Menurut Arens dan Loebbecke (Jusuf, 2003: 127) membagi tujuan

audit umum secara lebih spesifik yakni 6 (enam) tujuan audit umum

berkait-transaksi dan 9 (sembilan) tujuan audit umum berkait-saldo.

Adapun tujuan audit umum berkait-transaksi, diantaranya :

1. Eksistensi

Tujuan ini berkenaan dengan apakah transaksi yang dicatat

secara actual memang terjadi. Hal ini merupakan cara auditor untuk

memenuhi asersi manajemen mengenai eksistensi atau kejadiannya.

2. Kelengkapan

Tujuan ini menyangkut apakah seluruh transaksi yang

seharusnya ada dalam jurnal, secara actual telah dimasukkan. Hal ini

merupakan cara auditor untuk memenuhi asersi manajemen mengenai

kelengkapan.

3. Akurasi – transaksi yang tercatat disajikan pada nilai yang benar.

Tujuan ini menyangkut keakuratan informasi untuk transaksi

(24)

4. Klasifikasi-transaksi yang dicantumkan dalam jurnal diklasifikasikan

dengan tepat. Klasifikasi juga merupakan bagian dari asersi penilaian.

5. Saat pencatatan – transaksi dicatat pada tanggal yang benar.

Kesalahan saat pencatatan terjadi jika transaksi tidak dicatat

pada tanggal transaksi terjadi. Saat pencatatan juga bagian dari asersi

penilaian.

6. Posting Pengikhtisaran. Transaksi yang tercatat secara tepat

dimasukkan dalam berkas induk dan diikhtisarkan dengan benar.

Tujuan ini menyangkut apakah keakuratan transfer informasi

dari transaksi yang tercatat dalam jurnal ke catatan tambahan dan

buku besar. Posting dan pengikhtisaran juga bagian dari asersi

penilaian.

Sedangkan tujuan umum audit berkait-saldo terdiri dari :

1. Eksistensi

Tujuan ini menyangkut apakah angka-angka yang dimasukkan

dalam laporan keuangan memang seharusnya dimasukkan. Hal ini

merupakan cara auditor untuk memenuhi asersi manajemen mengenai

keberadaan atau kejadian.

2. Kelengkapan

Tujuan ini menyangkut apakah semua angka yang seharusnya

dimasukkan memang diikutsertakan secara lengkap. Hal ini ini

merupakan cara auditor untuk memenuhi asersi manajemen mengenai

kelengkapan.

3. Akurasi

Tujuan akurasi mengacu ke jumlah yang dimasukkan dengan

(25)

4. Klasifikasi

Angka-angka yang dimasukkan di daftar klien telah

diklasifikasikan dengan tepat. Klasifikasi digunakan untuk

menunjukkan apakah setiap apakah setiap pos dalam daftar klien

telah dimasukkan dalam akun yang benar.

5. Pisah Batas.

Transaksi-transaksi yang dekat dengan tanggal neraca dicatat

dalam periode yang tepat. Tujuan menguji pisah batas adalah untuk

memutuskan apakah transaksi telah dicatat dalam periode yang tepat.

Transaksi yang memiliki kemungkinan besar terjadi salah transaksi

yang dicatat mendekati akhir suatu periode akuntansi.

6. Kecocokan Rincian

Saldo akun pada laporan keuangan berasal dari dan didukung

oleh rincian dalam buku besar tambahan, dan rincian yang disiapkan

oleh Klien. Tujuan kecocokan-rincian adalah untuk meyakinkan

bahwa rincian dalam daftar memang dibuat dengan akurat,

dijumlahkan secara benar, dan sesuai dengan buku besar.

2.2.1.3. Jenis – Jenis Auditing

Mulyadi (2002 : 30) menyebutkan tiga jenis Auditing yang umum

dilaksanakan. Ketiga jenis audit tersebut yaitu :

1 Audit atas Laporan Keuangan (Financial audit)

Merupakan audit yang dilakukan oleh auditor independen

(26)

menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan. Dalam

audit laporan keuangan ini auditor mengevaluasi kewajaran laporan

keuangan yang disajikan oleh manajemen secara keseluruhan

dibandingkan dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku

umum. Dalam pengertiannya apakah laporan keuangan secara umum

merupakan informasi yang dapat diverifikasi lalu telah disajikan

sesuai dengan kriteria tertentu. Umumnya kriteria yang dimaksud

adalah standar akuntansi yang berlaku umum seperti prinsip akuntansi

yang berterima umum. Hasil audit atas laporan keuangan tersebut

disajikan dalam bentuk tertulis berupa laporan audit yang kemudian

dibagikan kepada para pemakai informasi keuangan.

2 Audit Kepatuhan (Compliance Audit)

Merupakan audit yang tujuannya untuk menentukan apakah

yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit

kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang

membuat kriteria. Audit kepatuhan..

3 Audit Operasional / Manajemen (Operasional Audit)

Merupakan pemeriksaan atas semua atau sebagian prosedur

dan metode operasional perusahaan untuk menilai efisiensi,

efektifitas, dan ekonomisasinya. Audit operasional dapat menjadi alat

manajemen yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kinerja

perusahaan. Hasil dari audit operasional berupa

rekomendasi-rekomendasi perbaikan bagi manajemen sehingga audit jenis ini lebih

(27)

2.2.1.4. Tahap-Tahap Pelaksanaan Audit

Proses audit disebut juga tahap-tahap audit adalah merupakan

langkah-langkah yang dilakukan auditor mulai dari rencana audit,

pelaksanaan sampai pada penerbitan laporan akuntan.

Menurut Mulyadi (2002 : 121) tahap audit atas laporan keuangan

meliputi:

1 Penerimaan Perikatan Audit

Langkah awal pekerjaan audit atas laporan keuangan berupa

pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak penugasan

audit dari klien. Enam langkah yang perlu ditempuh oleh auditor

didalam mempertimbangkan penerimaan penugasan audit dari calon

kliennya, yaitu:

a Mengevaluasi integritas manajemen.

b Mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa.

c Menilai kompetensi untuk melakukan audit.

d Menilai independensi.

e Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran

profesionalnya dengan kecermatan dan keseksamaan.

f Membuat surat perikatan audit.

2 Perencanaan Audit

Setelah menerima penugasan audit dari klien, langkah

berikutnya adalah perencanaan audit. Ada tujuh tahap yang harus

ditempuh, yaitu:

(28)

b Melaksanakan prosedur analitik

c Mempertimbangkan tingkat meterialitas awal

d Mempertimbangkan risiko bawaan

e Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap

saldo awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun

pertama

f Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan

g Memahami pengendalian intern klien.

3 Pelaksanaan Pengujian Audit

Tahap ini disebut juga dengan pekerjaan lapangan yang tujuan

utamanya adalah untuk memperoleh bukti audit tentang efektivitas

struktur pengendalian intern klien dan kewajaran laporan keuangan

klien. Secara garis besar pengujian audit dapat dibagi menjadi tiga,

yaitu:

a Pengujian analitis (analytical tests).

b Pengujian pengendalian (tests of control).

c Pungujian substantive (substantive tests).

4 Pelaporan Audit

Langkah akhir dari suatu proses pemeriksaan auditor adalah

penerbitan laporan audit. Oleh karena itu, auditor harus menyusun

laporan keuangan auditan (audited financial statement), penjelasan

laporan keuangan (notes to financial statement) dan pernyataan

(29)

2.2.1.5. Standar Auditing

Standar auditing menurut Standar Profesional Akuntan Publik

(IAI, 2001 : 150.2) yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan

Akuntan Indonesia sebagai berikut :

1 Standar Umum

a Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki

keahlian dan pelatihan teknis sebagai auditor.

b Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,

independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh

auditor.

c Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor

wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat

dan seksama.

2 Standar Pekerjaan Lapangan

a Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan

asisten harus disupervisi dengan semestinya.

b Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern

harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat,

saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

c Bahan bukti kompeten yang cukup harus diperoleh melalui

inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi

sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas

(30)

3 Standar Pelaporan

a Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah

disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.

b Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya

prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam

penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam

hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam

periode sebelumnya.

c Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus

dipandang memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.

d Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat

mengenai laporan keungan secara keseluruhan atau suatu asersi

bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan, jika pendapat

secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus

dinyatakan. Dalam semua hal yang nama auditor dikaitkan

dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk

yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada dan tingkat

tanggung jawab yang dipikulnya.

2.2.1.6. Standar Profesional Akuntan Publik

Ada lima macam standar profesional yang diterbitkan oleh Dewan

Standar Profesional Akuntan Publik sebagai aturan mutu pekerjaan

akuntan publik (Mulyadi, 2002 : 34), yaitu :

1 Standar Auditing

Merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis

(31)

Standar Auditing (PSA). PSA berisi ketentuan-ketentuan dan panduan

utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan

perikatan audit.

2 Standar Atestasi

Memberikan kerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan

publik yang mencakup tingkat keyakinan tertingggi yang lebih rendah

dalam jasa non audit. Standar atestasi terdiri dari 11 standar dan

dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Atestasi (PSAT).

3 Standar Jasa Akuntansi dan Review

Standar ini memberikan kerangka fungsi non atestasi bagi jasa

akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Standar ini

dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review.

4 Standar Jasa Konsultasi

Memberikan panduan bagi akuntan publik didalam

penyediaan jasa konsultasi bagi masyarakat. Jasa konsultasi pada

hakikatnya berbeda dari Jasa atestasi akuntan publik terhadap asersi

pihak ketiga. Dalam jasa atestasi, para praktisi menyajikan suatu

kesimpulan mengenai keandalan suatu asersi tertulis yang menjadi

tanggung jawab pihak lain, yaitu pembuat asersi (asseres). Dalam jasa

konsultasi, para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan dan

rekomendasi. Umumnya, pekerjaan jasa konsultasi dilaksanakan

untuk kepentingan klien.

5 Standar Pengendalian Mutu

Memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam

(32)

kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh

Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan Aturan Etika

Kopartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh Kompartemen

Akuntan Publik, Ikatan Akuntan Indonesia.

2.2.2. Opini Auditor

2.2.2.1. Pengertian Opini Auditor

Opini auditor merupakan pendapat yang diberikan oleh auditor

tentang kewajaran penyajian laporan keuangan perusahaan tempat auditor

melakukan audit. Ikatan Akuntan Indonesia (2001: 504.01) menyatakan

bahwa : “Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat

mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa

pernyataan demikian tidak diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan

atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan, maka

alasannya harus dinyatakan.

Menurut Arens dan Loebbecke (1997: 38) mendefinisikan

pendapat sebagai kesimpulan dari hasil laporan audit dan proses

pengambilan keputusan dalam bidang audit. Bagian ini sangat penting

sehingga sering kali keseluruhan laporan audit hanya disebut sebagai

pendapat auditor. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa

kesimpulan tersebut didasarkan atas pertimbangan professional.

Mulyadi (2002 : 19) menjelaskan dalam paragraph ini auditor

menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan,

(33)

penyusunan laporan keuangan tersebut dengan prinsip akuntansi

berterima umum. Jika auditor tidak dapat mengumpulkan bukti kompeten

yang cukup atau jika hasil pengujian auditor menunjukkan bahwa laporan

keuangan yang diauditnya disajikan tidak wajar, maka auditor perlu

menerbitkan laporan audit selain laporan yang berisi pendapat wajar tanpa

pengecualian.

2.2.2.2. Jenis – Jenis Opini Auditor

Terdapat lima opini yang mungkin diberikan oleh akuntan publik

atas laporan keuangan yang diauditnya (Mulyadi, 2002: 19).yaitu sebagai

berikut

1. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)

Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika

tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat

pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan

prinsip akuntansi yang berterima umum dalam penyusunan laporan

keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi berterima umum

tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan.

Laporan audit yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian

adalah laporan keuangan yang paling dibutuhkan oleh semua pihak,

baik oleh klien, pemakai informasi keuangan, maupun oleh auditor.

Kata wajar dalam paragraph pendapat mempunyai makna:

a Bebas dari keragu-raguan dan ketidakjujuran.

(34)

2. Laporan yang Berisi Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan

Bahasa Penjelasan (Unqualified Opinion Report with Explanatory

Language).

Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan,

namun laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi

keuangan dan hasil usaha perusahaan klien, auditor dapat

menerbitkan laporan audit bentuk baku.

3. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)

Auditor memberikan pendapat wajar dengan pengecualian

dalam laporan audit, jika auditor menjumpai kondisi berikut ini:

a Lingkup audit dibatasi oleh klien.

b Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau

tidak dapat memperoleh informasi penting karena

kondisi-kondisi yang berada diluar kekuasaan klien maupun auditor.

c Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi

berterima umum.

d Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam

laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.

4. Pendapat tidak Wajar (Adverse Opinion)

Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika laporan

keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berterima

umum sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil

usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan klien. Auditor juga

(35)

auditnya, sehingga ia dapat mengumpulkan bukti kompeten yang

cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi

pendapat tidak wajar oleh auditor, maka informasi yang terdapat

dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya dan tidak

dapat digunakan oleh pemakai informasi keuangan untuk

pengambilan keputusan.

5. Pernyataan tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion).

Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan

auditan, maka laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa

pendapat (no opinion report). Kondisi yang menyebabkan auditor

menyatakan tidak memberikan pendapat adalah:

a Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit.

b Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.

2.2.2.3. Jenis – Jenis Auditor

Arens dan Loebbecke (1997 : 6), meyebutkan empat jenis auditor

yang paling umum dikenal, yaitu.

1 Akuntan Publik Terdaftar

Auditor ekstern/ independent bekerja untuk kantor akuntan

publik yang statusnya diluar struktur perusahaan yang mereka audit.

Umumnya auditor ekstern menghasilkan laporan atas financial audit

yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut ditujukan untuk memenuhi

kebutuhan para pemakai informasi keuangan seperti: kreditur,

(36)

2 Auditor Intern

Auditor intern bekerja untuk perusahaan yang mereka audit

dimana tugas pokok Auditor intern adalah menentukan apakah

kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah

dipatuhi, menentukan baik tidaknya penjagaan terhadap kekayaan

organisasi.

3 Auditor Pajak

Auditor pajak bertugas melakukan pemeriksaan ketaatan

wajib pajak yang diaudit terhadap undang- undang perpajakan yang

berlaku.

4 Auditor Pemerintah

Tugas auditor pemerintah adalah menilai kewajaran informasi

keuangan yang disusun oleh instansi pemerintahan. Disamping itu

audit juga dilakukan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan

ekonomisasi operasi program dan penggunaan barang milik

pemerintah. Dan sering juga audit atas ketaatan pada peraturan yang

dikeluarkan pemerintah. Audit yang dilaksanakan oleh pemerintahan

dapat dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atau

Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

2.2.3. Kompetensi Auditor

Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai

yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi. Dalam

(37)

ahli dibidang akuntansi dan auditing. Definisi kompetensi menurut Mitrani

(1995) dalam Rahamawati (2004) adalah sebagai suatu sifat dasar

seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan suatu

pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil.

Menurut Kamus Kompetensi LOMA (1998) dalam Alim (2007)

mendefinisikan kompetensi adalah sebagai aspek-aspek pribadi dari

seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior.

Aspek-aspek pribadi ini mencakup sifat, motif-motif, system nilai, sikap,

pengetahuan dan keterampilan dimana kompetensi akan mengarahkan

tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja.

Selanjutnya Susanto (2002) mendefinisikan tentang kompetensi

yang sering dipakai adalah karakteristik yang mendasari individu untuk

mencapai kinerja superior. Kompetensi juga merupakan pengetahuan,

keterampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta

kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan yang non-rutin.

Adapun Suraida (2005) menyatakan, kompetensi adalah keahlian

profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal,

ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar,

simposium dan lain-lain seperti:

1. Untuk luar negeri (AS) ujian CPA (Certified Public Accountant)

2. Dalam negeri (Indonesia) USAP (Ujian Sertifikat Akuntan Publik)

3. PPB (Pendidikan Profesi Berkelanjutan)

4. Pelatihan-pelatihan intern dan ekstern

(38)

Kompetensi auditor diukur melalui banyaknya sertifikat yang

dimiliki serta banyaknya keikutsertaan dalam pelatihan-pelatihan, seminar

atau simposium. Semakin banyak sertifikat yang dimiliki dan semakin

sering mengikuti pelatihan atau seminar/simposium diharapkan auditor

yang bersangkutan akan semakin cakap dalam melaksanakan tugasnya

Berdasarkan Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Publik,

kompetensi dapat diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman.

Kompetensi professional dapat dibagi menjadi dua fase yang terpisah, yaitu

1. Pencapaian Kompetensi Profesional

Pencapaian kompetensi professional pada awalnya memerlukan

standar pendidikan umum yang tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus,

pelatihan dan ujian professional dalam subyek-subyek yang relevan,

dan pengalaman kerja. Hal ini harus menjadi pola pengembangan yang

normal untuk anggota.

2. Pemeliharaan Kompetensi Profesional

a Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk

belajar dan melakukan peningkatan professional secara

berkesinambungan selama kehidupan professional anggota.

b Pemeliharaan kompetensi professional memerlukan kesadaran

untuk terus mengikuti perkembangan profesi akuntansi, auditing

dan peraturan lainnya, baik nasional maupun internasional yang

relevan.

c Anggota harus menetapkan suatu program yang dirancang untuk

memastikan terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa

professional yang konsisten dengan standar nasional dan

(39)

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

kompetensi adalah merupakan kemampuan atau keahlian yang dimiliki oleh

akuntan di bidang auditing dan akuntansi yang diperolehnya melalui

pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam

pelatihan, seminar, simposium dan pengalaman praktik dalam auditing.

guna memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh kliennya.

2.2.4. Fee Audit

Menurut surat keputusan No. KEP.024/IAPI/VII/2008 tentang

kebijakan penentuan fee audit dijelaskan bahwa panduan ini dimaksudkan

untuk membantu anggota dalam menetapkan imbalan jasa yang wajar

sesuai dengan martabat profesi akuntan publik dan dalam jumlah yang

pantas untuk dapat memberikan jasa sesuai dengan tuntutan standar

profesional akuntan publik yang berlaku.

Imbalan jasa yang terlalu rendah atau secara signifikan jauh lebih

rendah dari yang dikenakan auditor/akuntan pendahulu atau diajukan oleh

auditor/akuntan lain, akan menimbulkan keraguan mengenai kemampuan

dan kompetensi anggota dalam menerapkan standar teknis dan standar

profesional yang berlaku.

Menueurt Holmes dan Burns (1993 : 206) Biaya audit adalah

honorarium yang diberikan klien kepada auditor atas jasa yang diberikan.

Honorarium yang pantas dan memadai adalah honorarium yang bisa

memberikan taraf hidup sebanding dengan taraf hidup profesional lain

(40)

Sementara audit fee menurut Mulyadi (1998 : 37) menyatakan

profesi akuntan publik memperoleh honorium dari kliennya dalam

menjalankan keahliannya dengan kata lain akuntan tersebut dibayar oleh

kliennya karena jasa yang diberikan tersebut.

Besarnya fee yang diterima oleh anggota KAP dapat bervariasi

tergantung penugasan, komplektisitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian

dan pertimbangan profesional lainnya. Anggota KAP tidak diperkenankan

mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang dapat merusak citra

profesi (Media Akuntansi, 2000 : 54).

.

2.2.5. Pengaruh Kompetensi Auditor Terhadap Fee Audit

Seorang Auditor selain harus ahli di bidang auditing juga harus

punya kompetensi yang memadai sehingga ia mampu melaksanakan audit

dan dapat mengumpulkan bukti kompeten dimana bukti yang kompeten

digunakan auditor sebagai dasar dalam pemberian opini audit (Christiawan,

2002). Setiap auditor bertanggung jawab menilai kemampuan mereka,

mengevaluasi apakah pendidikan, pengalaman dan pertimbangannya cukup

untuk suatu bentuk tanggung jawab yang dimaksudkan.

Besarnya fee anggota KAP tergantung pada penugasan,

komplektisitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian dan pertimbangan

profesional lainnya. (Media Akuntansi, 2000 : 54). Sebagaimana halnya

dengan profesi medis dan hukum, auditor independen bekerja berdasarkan

imbalan (fee). Para pengguna mengandalkan jasa auditor independen serta

(41)

tidak memihak klien yang sedang di audit (Boynton, 2002 :8), sehingga

dapat disimpulkan bahwa semakin berkompeten seorang auditor dalam

menerima penugasan, maka fee yang akan diterima akan semakin besar, hal

ini sesuai dengan Teori dua faktor (two factors) dari Fredrick Herzberg

yang mengatakan bahwa sejumlah kondisi intrinsik pekerjaan, yang apabila

kondisi tersebut ada dapat berfungsi sebagai motivator yang dapat

menghasilkan prestasi kerja yang baik. (Indriyo dan I Nyoman, 2000 : 28)

2.3. Kerangka Pikir

Untuk memudahkan analisis dan menguji hipotesis, maka dapat

digambarkan dalam suatu bagan kerangka pikir, ynag disajikan pada gambar

2.1 sebagai berikut.

Uji Statistik

Regresi Linier Sederhana

Fee Audit (Y) Kompetensi Auditor

(X1)

Gambar 2.1 : Diagram Kerangka Pikir

2.4. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah

diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

Diduga ada pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Fee Audit pada

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Teknik Pengukuran Variabel

3.1.1. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada

suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau

menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang

diperlukan untuk mengukur konstrak variabel tersebut (Nazir, 2005 : 126)

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 1 (satu)

variabel bebas (X) yaitu Kompetensi Auditor dan satu variabel terikat (Y)

yaitu Fee Audit

Adapun definisi operasional dari masang – masing variabel tersebut,

yaitu sebagai berikut :

1. Variabel bebas (X)

Kompetensi Auditor

Merupakan kemahiran auditor dalam melaksanakan tugas

pemeriksaan dengan menerapkan standar, prinsip, prosedur dan teknik

pemeriksaan secara tepat sesuai dengan ilmu yang dimilikinya

2. Variabel Terikat (Y)

Fee Audit

Fee Audit adalah besar kecilnya imbalan dengan jumlah tertentu

yang diterima oleh Kantor Akuntansi Publik dari kliennya atas jasa udit

(43)

3.1.2. Teknik Pengukuran Variabel

Adapun Teknik pengukuran variabel yang digunakan pada

penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Kompetensi Auditor (X)

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam

penelitian Rohana Qudus (2004) dengan 5 item pertanyaan

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah

skala interval, dengan teknik pengukuran semantic defferential. Dalam

teknik Semantic Defferential ini responden diminta untuk menilai suatu

objek dengan menggunakan skala 7 (tujuh) poin dengan pola sebagai

berikut

Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 Sangat setuju

Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti responden cenderung

sangat tidak setuju dengan pertanyaan yang diberikan, sedangkan nilai

4 merupakan nilai tengah antara sangat tidak setuju dengan sangat

setuju terhadap pertanyaan yang diberikan, dan jawaban dengan nilai 5

sampai 7, berarti responden cenderung sangat setuju dengan pertanyaan

yang diberikan.

2. Fee Audit (Y)

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang digunakan dalam

(44)

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah

skala interval, dengan teknik pengukuran semantic defferential. Dalam

teknik Semantic Defferential ini responden diminta untuk menilai suatu

objek dengan menggunakan skala 7 (tujuh) poin dengan pola sebagai

berikut

Sangat tidak setuju 1 2 3 4 5 6 7 Sangat setuju

Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti responden cenderung

sangat tidak setuju dengan pertanyaan yang diberikan, sedangkan nilai

4 merupakan nilai tengah antara sangat tidak setuju dengan sangat

setuju terhadap pertanyaan yang diberikan, dan jawaban dengan nilai 5

sampai 7, berarti responden cenderung sangat setuju dengan pertanyaan

yang diberikan.

3.2. Teknik Penentuan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2002 : 72).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah para partner

auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya yang

berjumlah 45 KAP (sesuai dengan data dari www.iapi.or.id). Dimana dalam

penelitian ini diasumsikan bahwa setiap KAP memiliki 2 Akuntan Publik.

Jadi jumlah populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 90

(45)

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2002 : 73). Teknik penarikan sampel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling

(penarikan sampel secara acak) dengan metode yang digunakan adalah

sampel random sampling yaitu setiap populasi mempunyai peluang yang

sama untuk ditarik sebagai sampel (Sumarsono, 2004 : 46).

Untuk mengetahui jumlah responden yang akan dijadikan sampel

digunakan rumus slovin, yaitu sebagai berikut :

n = 2

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan

pengambilan sample yang masih dapat ditolelir atau diinginkan

(e = 10%).

Berdasarkan dari perhitungan di atas, maka jumlah anggota sampel

yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 48 orang. (24 KAP x 2

(46)

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data primer

yaitu merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber

asli pihak pertama (Ikhsan dan Ishak, 2005 : 109). Sedangkan sumber data

berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 48 orang partner auditor

yang tersebar pada 24 Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di Surabaya

dan dijadikan sampel dalam penelitian.

3.3.2. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian, ini

yaitu meliputi :

1 Kuesioner

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pembagian lembar

pertanyaan yang harus diisi oleh responden guna melengkapi data

(Nazir, 2005 : 203).

2 Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan

penelitian langsung pada obyek yang diteliti.(Nazir, 2005 : 212).

3.4. Uji Kualitas Data

3.4.1. Uji Validitas Data

Menurut Arikunto dalam Riduwan (2004 : 109) menjelaskan bahwa

(47)

kesahihan suatu alat ukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan

pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur

oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2002 : 135)

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai rhitung > rtabel dan nilai

r positif, maka butir atau item pertanyaan tersebut adalah valid (Ghozali,

2002 : 135)

3.4.2. Uji Reliabilitas

Menurut Riduwan (2004 : 128) reliabilitas digunakan untuk

mengetahui apakah jawaban yang diberikan responden dapat dipercaya atau

dapat diandalkan. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika

jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari

waktu ke waktu (Ghozali, 2002 : 132).

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai Cronbach Alpha >

0,60, maka butir atau item pertanyaan tersebut adalah reliabel (Ghozali,

2002 : 133)

3.4.3. Uji Normalitas

Merupakan suatu alat uji yang digunakan untuk menguji apakah dari

variabel – variabel yang digunakan dalam model regresi berdistribusi

normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi

normal, dapat diuji dengan metode Kolmogorov Smirnov

Dasar analisis yang digunakan yaitu nilai signifikansi atau nilai

probabilitasnya (Asymp sig (2-tailed) > 5%, maka butir atau item

(48)

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.5.1. Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier sederhana

dengan model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Y = β0 + β1X1 + e

(Anonim, 2008: L-21)

Keterangan :

Y = Fee Audit

β0 = Konstanta

X1 = Kompetensi Auditor

β1 = Koefisien regresi

e = Standart Error

3.5.2. Uji Hipotesis

Untuk mengetahui pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Fee

Audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya, digunakan Uji t.

Hipotesis Statistik

1. Ho : β1 = 0, (menunjukkan tidak ada pengaruh Kompetensi Auditor

terhadap Fee Audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di

Surabaya)

H1 : β1 ≠ 0, (menunjukkan ada pengaruh Kompetensi Auditor

te p Fee Audit pada Kantor Akuntan

(KAP) di

rhada Publik

Surabaya)

(49)

3. Kriteria keputusan

i. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak

yang berarti tidak ada pengaruh Kompetensi Auditor terhadap

Fee Audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya,

ii. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima

yang berarti ada pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Fee

(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Sejarah Berdirinya Akuntan Publik

Profesi akuntan di Indonesia ada seiring dengan keluarnya lulusan

pertama dalam pendidikan akuntan pada tahun 1957. Akuntan merupakan

suatu gelar profesi yang dilindungi oleh Undang – Undang No. 34 Tahun

1954, didalamnya terdapat hal-hal yang perlu diketahui diantaranya, yaitu

seperti:

1. Akuntan harus sarjana lulusan fakultas Ekonomi perguruan tinggi

negeri atau mempunyai ijazah yang disamakan.

2. Akuntan tersebut harus terdaftar dalam register Negara yang

diselenggarakan oleh Departemen Keuangan dan memperoleh ijin

mempergunakan gelar Akuntan dari departemen tersebut.

3. Menjalankan pekerjaan akuntan dengan memakai nama kantor

akuntan, biro akuntan, atau nama lain yang memuat nama akuntan atau

akuntansi hanya diijinkan jika pemimpin kantor atau biro tersebut

dipegang oleh seorang atau beberapa orang akuntan.

Profesi akuntan publik timbul, disebabkan karena pihak luar

perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga yang tidak memihak untuk

menilai keandalan atas pertanggung jawaban laporan keuangan yang

disajikan oleh manajemen perusahaan didalam menyajikan laporan

(51)

4.1.2. Fungsi Akuntan Publik

Akuntan Publik merupakan bagian dari proses pasar dan kegiatan

pasar modal. Akuntan diharapkan dapat menjadi penengah antara investor

atau calon investor dengan perusahaan.

Investor atau calon investor ini merupakan sebagian dari masyarakat

luas yang memerlukan informasi mengenai perusahaan dan fungsi akuntan

di sini adalah untuk memberikan pernyataan bahwa informasi yang

disediakan oleh pihak perusahaan adalah benar atau tidak menyesatkan

investor atau calon investor.

Dengan cara memeriksa laporan keuangan, akuntan menambah

kredibilitas (Kepercayaan) terhadap laporan keuangan tersebut. Laporan

keuangan dianggap sudah layak karena telah diperiksa oleh seseorang yang

ahli dan professional dan kedudukannya tidak memihak.

4.1.3. Ketentuan dan Peraturan

Pemberian ijin praktek kepada akuntan public di Indonesia yang

dikeluarkan pemerintah pada tahun 1986, yang dituangkan dalam

kep.Menkeu RI No. 763/ KMK.01/1986 tentang akuntan public, dalam

surat keputusan tersebut terdapat persyaratan-persyaratan yang harus

dipenuhi untuk mendapatkan ijin praktek sebagai akuntan public.

Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut

1. Memiliki ijazah akuntan sebagaimana diatur dalam UU No.34 Tahun

1954 serta memiliki register Negara.

(52)

3. Telah menyelesaikan wajib kerja sarjana sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku tanpa cacat, atau dinyatakan bebas

dari kewajiban kerja sarjana.

4. Memiliki surat keterangan dari pimpinan instansi, badan usaha yang

berwenang yang menyatakan bahwa yang bersangkutan telah

menjalani ikatan dinas tanpa cacat apabila yang bersangkutan bekerja

atas dasar ikatan dinas.

5. Telah mempunyai pengalaman kerja paling sedikit 3 (tiga) tahun

sebagai akuntan dengan reputasi baik di bidang pemeriksaan akuntan,

hal ini dibuktikan dengan surat dari pimpinan Kantor Akuntan Publik

atau kepala BPKP3 dalam hal pengalaman kerja yang diperoleh dalam

lingkungan pemerintahan atau BUMN.

6. Tidak merangkap sebagai pegawai instansi pemerintahan, atau

pimpinan/ karyawan Badan Usaha Milik Negara / Daerah maupun

Badan Usaha Milik Swasta. Ketentuan ini berlaku bagi akuntan public

yang merangkap sebagai dosen tetap pada perguruan tinggi negeri atau

perguruan tinggi swasta dan juga sebagai pimpinan pada suatu usaha

konsultasi manajemen.

7. Anggota Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI )

8. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Ketentuan tentang kewajiban bagi akuntan yang akan membuka

praktek akuntan public untuk menyelesaikan wajib kerja sarjana dalam

butir ketiga diatas telah dicabut dengan SK Menkeu RI No.

(53)

4.1.4. Cara Akuntan Publik Menjual Jasanya

Akuntan tidak diperkenankan untuk menawarkan jasanya secara

tertulis kepada calon klien. Akuntan dilarang untuk mengiklankan nama

atau jasa yang diberikannya. Hal ini sesuai dengan kode etik akuntan public

pasal 20 dan 21.

Adapun cara Kantor Akuntan publik untuk menjual jasanya yaitu

dengan cara:

1. Mengikuti seminar yang berhubungan dengan bidang akuntansi.

2. Menjadi pembicara seminar.

3. Menulis hasil audit laporan keuangan suatu perusahaan yang diperiksa

dengan mencantumkan nama akuntan akuntan public sebagai

auditornya.

4. Menulis suatu analisa atau konsultasi di luar jasa yang diberikannya.

5. Menjadi Dosen di perguruan tinggi.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 24 orang Akuntan

Publik yang terdapat pada 12 KAP di Surabaya (dari 24 KAP yang diberi

kuesioner, hanya 12 KAP yang mau mengisi dan mengembalikan kuesioner

tersebut).

Sedangkan sumber data berasal dari jawaban kuisioner yang

disebarkan pada 24 orang Akuntan Publik yang terdapat pada 12 KAP di

Surabaya, dan kuesioner tersebut terdiri dari 10 pernyataan yang dibagi

(54)

Untuk memperjelas uraian di atas, maka berikut ini adalah hasil dari

jawaban kuisioner untuk masing masing variabel yang digunakan, yaitu

sebagai berikut:

1 Bagian I berkaitan dengan pernyataan mengenai “Kompetensi

Auditor (X1)”.

Kompetensi adalah pengetahuan, ketrampilan dan kemahiran

auditor dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dengan menerapkan

standar, prinsip, prosedur dan teknik pemeriksaan secara tepat sesuai

dengan ilmu yang dimilikinya

Berdasarkan dari hasil jawaban kuesioner mengenai Kompetensi

Auditor, dapat dilihat pada tabel 4.1, sebagai berikut :

Tabel. 4.1. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai :

Kompetensi Auditor (X1)

Jawaban Kuesioner

1 2 3 4 5 6 7 Item

Resp% Resp% Resp% Resp% Resp% Resp% Resp%

1 1 4,17 5 20,83 4 16,67 3 12,50 1 4,17 3 12,50 7 29,17

2 3 12,50 2 8,33 3 12,50 4 16,67 6 25,00 1 4,17 5 20,83

3 1 4,17 6 25,00 2 8,33 2 8,33 3 12,50 2 8,33 8 33,33

4 4 16,67 2 8,33 3 12,50 4 16,67 4 16,67 1 4,17 6 25,00

5 0 - 7 29,17 0 - 4 16,67 2 8,33 3 12,50 8 33,33

Mean 7,50 18,33 10,00 14,17 13,33 8,33 28,33

Sumber : Lampiran. 1

Berdasarkan dari tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa nilai

rata – rata (mean) tertinggi untuk variabel kompetensi berada pada skor

7 atau jawaban ssangat etuju yaitu sebesar 28,33% yang artinya bahwa

tingkat sikap Kompetensi yang dimiliki oleh para auditor tersebut adalah

(55)

2 Bagian II berkaitan dengan pernyataan mengenai “Fee Audit (Y)”.

Fee Audit adalah besar kecilnya imbalan dengan jumlah tertentu

yang diterima oleh Kantor Akuntansi Publik dari kliennya atas jasa udit

yang diberikan oleh klien.

Berdasarkan dari hasil jawaban kuesioner mengenai Fee Audit,

dapat dilihat pada tabel 4.2, sebagai berikut :

Tabel. 4.2. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai :

Fee Audit (Y)

Sumber : Lampiran. 2

Berdasarkan dari tabel 4.2 di atas, dapat diketahui bahwa nilai

rata – rata (mean) tertinggi untuk variabel Fee Audit berada pada skor 4

atau jawaban cukup yaitu sebesar 22,98% yang artinya bahwa tingkat

Fee Audit yang diterima oleh para auditor tersebut adalah cukup tinggi.

4.3. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis.

4.3.1. Uji Analisis Data

4.3.1.1. Uji Validitas, Reliabilitas dan Normalitas

4.3.1.1.1. Uji Validitas

Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner

mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner

(56)

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai rhitung > rtabel dan

nilai r positif, maka butir atau item pertanyaan tersebut valid (Ghozali,

2002 : 135)

Berdasarkan dari hasil uji validitas dengan alat bantu komputer

yang menggunakan program SPSS.16.0, untuk masing – masing

variabel, dapat dilihat pada tabel 4.3, sebagai berikut :

Tabel. 4.3. Hasil Uji Validitas

Nilai r hitung Variabel Item

(Corrected Item - Total Correlation) r tabel Keterangan

Kompetensi Auditor (X) Butir_1 0,867 Valid

Butir_2 0,826 Valid

Berdasarkan pada tabel 4.3, di atas dapat diketahui bahwa

seluruh butir atau item pertanyaan kuesioner yang terbagi atas 2 bagian

dan terdiri dari 10 item pernyataan, mempunyai nilai r hitung lebih besar

dari rtabel, dan sesuai dengan dasar pengambilan keputusan, hal ini

berarti bahwa butir atau item pertanyaan tersebut seluruhnya valid dan

dapat digunakan dalam penelitian

4.3.1.1.2. Uji Reliabilitas

Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban

seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu

Gambar

Tabel. 2.1  Perbedaan dan Persamaan                           Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang
Gambar 2.1 : Diagram Kerangka Pikir
Tabel. 4.3. Hasil Uji Validitas
Tabel. 4.4. Hasil Uji Reliabilitas
+5

Referensi

Dokumen terkait

Demikian pula dengan kurikulum, apabila tidak memiliki pondasi yang kuat maka kurikulum tersebut akan mudah terombang-ambing dan yang akan dipertaruhkan adalah

Dari hasil eksperimen yang telah dilakukan, metode klasifikasi nearest neighbor untuk sistem pengenalan gender ini menghasilkan rata-rata keakuratan terbaik untuk sistem

AN ANALYSIS OF READABILITY OF EXPANDING WORDS IN SUBTITLING OF THE LAST SAMURAI MOVIE..

Fasilitasi Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik Kegiatan Penyebarluasan Informasi PIP2B Penataan Kawasan Pengembangan Destinasi Wisata.. 13 Pengawasan Pembangunan/penataan RTH

[r]

h satu syarat untuk menyelesaikan program D najemen Informatika di Politeknik Negeri Sriwij yelesaikan Laporan Akhir ini penulis banyak se n dan petunjuk dari berbagai pihak,

Berkaitan dengan efektivitas kerja pegawai pada Sekretariat Dinas Pelayanan Pajak di Kota Bandung yang cukup mengganggu terhadap menjalankan tugasnya dalam pencapaian

Praktek produksi kerupuk ikan sayur ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan kerupuk ikan sayur, mengetahui hasil uji organoleptik kerupuk ikan sayur