UPAYA MENINGKATKA
MENERAPKAN MOD
(PROBLEM-BASE
AKA
Diajuk
Dalam Me
Progra
PR
UNI
TKAN KEMAMPUAN GURU SEJAR
ODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
BASED LEARNING) MELALUI SUPER
KADEMIK MODEL KLINIS DI
SMA NEGERI 4 BINJAI
TESIS
jukan Guna Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
gram Studi Administrasi Pendidikan
Oleh:
SRI OKTAVIA RAMBE
NIM 8136132075
PROGRAM PASCASARJANA
NIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015
ARAH DALAM
SIS MASALAH
PERVISI
i ABSTRAK
Sri Oktavia Rambe. NIM: 8136132075. Upaya Meningkatkan Kemampuan Guru Sejarah Dalam Menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning) Melalui Supervisi Akademik Model Klinis Di SMA Negeri 4 Binjai. Tesis: Program Studi Administrasi Pendidikan, Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan guru sejarah dalam menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (problem
based learning) melalui supervisi akademik model klinis Di SMA Negeri 4
Binjai. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Sekolah (Action Research) yang dilaksanakan di SMA Negeri 4 Binjai dengan subjek penelitian sebanyak 3 orang guru sejarah. Objek penelitian adalah penerapan supervisi klinis untuk meningkatkan kemampuan guru sejarah dalam menerapkan model pembelajaran berbasis masalah atau problem-based learning. Hasil penelitian menunjukkan: (1) pada siklus pertama pelaksanaan supervisi akademik model klinis, rata-rata nilai kemampuan guru sejarah dalam merencanakan pembelajaran adalah 77,50 dengan kategori cukup, menerapkan model pembelajaran PBL adalah 68,33 dengan kategori cukup dan melakukan evaluasi pembelajaran adalah 70,83 dengan kategori cukup; (2) siklus kedua, rata-rata nilai kemampuan guru sejarah dalam merencanakan pembelajaran adalah 92,50 dengan kategori sangat baik, menerapkan model pembelajaran PBL adalah 86,67 dengan kategori baik dan melakukan evaluasi pembelajaran adalah 91,67 dengan kategori sangat baik; (3) pada siklus pertama rata-rata nilai kemampuan supervisor dalam melaksanakan supervisi akademik model klinis adalah 66,67 dengan kategori cukup dan pada siklus kedua rata-rata nilai kemampuan supervisor dalam melaksanakan supervisi akademik model klinis adalah 83,33 dengan kategori baik. Hasil temuan peneliti menemukan bahwa supervisi akademik model klinis dapat meningkatkan kemampuan guru sejarah dalam menerapkan model pembelajaran berbasis masalah atau problem-based learning (PBL).
ii ABSTRACT
Sri Oktavia Rambe. NIM: 8136132075. The Effort To Improving The History Teachers’ s Ability In Implementing Problem-Based Learning Model Through The Clinical Model Of Academic Supervision At SMA Negeri 4 Binjai. Thesis. Education Administration Program, Graduate State University Of Medan. 2015
The aim of this research was to determine the improvement the history
teachers’ ability in implementing the model of problem-based learning through the clinical model of academic supervision (clinical supervision) at SMA Negeri 4 Binjai. The Method of this research is School Action Research, held at SMAN 4 Binjai with 3 teacher of history as the research subjects. The object of research is
the application of clinical supervision to improve the history teachers’ ability in
implementing the model of problem-based learning. The results showed: At the first cycle of the implementation the clinical supervision, the average value of the history teachers’ability to planning the learning is 77.50 as enough category,
implementing problem-based learning model in proccess of learning is 68.33 as enough category, and evaluating the learning is 70.83 as enough category; The second cycle, the average value of history teachers’ ability to planning the learning is 92.50 as very good category, the average value of the history teachers’
ability to planning the learning is 86,67 as good category, and evaluating the learning is 91,67 as very good category; The first cycle, the average value of the
supervisor’s ability to implementing the clinical supervision is 66.67 as enough category, and the second cycle, the average value of the supervisor’s ability to
implementing the clinical supervision is 83.33 as good category. The conclucion of this research found that the clinical model of the academic supervision (clinical
supervision) can improve the history teachers’s ability in implementing the model
of problem-based learning.
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
ridho-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Upaya
Meningkatkan Kemampuan Guru Sejarah Dalam Menerapkan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem-Based Learning) Melalui Supervisi Akademik Model Klinis
Di SMA Negeri 4 Binjai”. Penulis juga mengucapkan salam dan shalawat keharibaan junjungan Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan kaum muslimin.
Tesis ini tidak dapat terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Menengah, Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah memberikan bantuan berupa Beasiswa S2 Kepengawasan bagi penulis sehingga dapat menimba ilmu di Universitas Negeri Medan (UNIMED).
2. Prof. Dr. Syawal Gultom, M. Pd. Selaku Rektor Universitas Negeri Medan (UNIMED)
3. Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M. Pd. Selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).
4. Dr. Ir. Darwin, M. Pd. Selaku Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan PPs Universitas Negeri Medan (UNIMED).
5. Prof. Dr. Paningkat Siburian, M. Pd. Selaku Sekretaris Program Studi Administrasi Pendidikan PPs Universitas Negeri Medan (UNIMED).
6. Prof. Dr. Belferik Manullang selaku Pembimbing I dan Dr. Yasaratodo Wau, M. Pd. selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran yang bermanfaat kepada Penulis sejak awal sampai selesainya penyusunan tesis ini.
iv
8. Para Dosen Program Studi Administrasi Pendidikan dan civitas akademika Pascasarjana UNIMED yang berperan dalam memberikan ilmu serta bantuan kepada penulis selama perkuliahan hingga selesai.
9. Orang tua tercinta H. Rambe dan Alm. D. Sinaga serta seluruh keluarga besar yang tak bosan-bosannya memberikan dukungan dan do’a dengan segala sikap
penuh pengertian dan kasih sayang.
10. Teman-teman Program Studi Administrasi Pendidikan Konsentrasi Kepengawasan Angkatan 2013.
11. Sahabat terbaik, Bagus Agung Santoso dan Ivo Nila Sari, yang telah memberikan dukungan tanpa henti-hentinya selama ini
12. Pengawas sekolah SMA Negeri 4 Binjai, Hj. Asminar, S.Pd
13. Keluarga besar SMA Negeri 4 Binjai khususnya bapak Suhermi S.Pd, ibu Dr. Tiurmauli Simanjuntak dan ibu Saorin Debataraja, S.Pd yang telah banyak membantu selama proses penelitian.
14. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian proposal tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Terima kasih penulis ucapkan untuk semua bantuan dari berbagai yang turut membantu penulis dalam menyusun tesis ini, semoga dicatat sebagai amal shalih dan mendapatkan balasan yang sebaik-baiknya dari Allah SWT. Akhir kata, penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, dan bagi kemajuan pendidikan. Terima Kasih.
Medan, Juni 2015 Penulis
v
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah... 15
C. Pembatasan Masalah... 16
D. Rumusan Masalah... 16
E. Tujuan Penelitian ... 16
F. Manfaat Penelitian ... 17
BAB II KAJIAN TEORITIS, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN... 18
A. Kajian Teoretis... 18
1. Pengetian Kemampuan Guru ... 18
2. Pengertian Model Pembelajaran ... 19
3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)/ Problem-Based Learning (PBL) ... 26
a. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) / Problem-Based Learning (PBL)... 26
b. Ciri-Ciri Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) / Problem-Based Learning (PBL) ... 31
c. Merancang Masalah Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) / Problem-Based Learning (PBL) ... 36
d. Diskusi Kelompok Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) / Problem-Based Learning (PBL) ... 41
e. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) / Problem-Based-Learning (PBL)... 43
f. Teknik Penilaian Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) / Problem-Based Learning (PBL)... 46
4. Supervisi Akademik Model Klinis ... 49
a. Pengertian Supervisi Akademik... 49
b. Model-Model Supervisi Akademik... 53
c. Konsep Model Supervisi Klinis ... 56
vi
e. Ciri-Ciri Supervisi Akademik Model Klinis ... 64
f. Kelebihan Dan Kelemahan Supervisi Akademik Model Klinis... 70
g. Langkah-Langkah Supervisi Akademik Model Klinis ... 70
B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 78
C. Kerangka Berpikir... 80
D. Hipotesis Tindakan ... 82
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 83
A. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 83
B. Subyek Penelitian... 83
C. Desain Penelitian Tindakan ... 83
D. Prosedur Tindakan Penelitian ... 84
E. Variabel Dan Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 87
F. Teknik Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian... 89
G. Teknik Analisis Data... 90
H. Indikator Keberhasilan Tindakan... 91
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 92
A. Deskripsi Hasil Penelitian... 92
1. Penelitian Awal (Prasiklus) ... 92
2. Deskripsi Siklus I... 96
a. Tahap Perencanaan ... 97
b. Tahap Pelaksanaan ... 97
c. Tahap Observasi... 104
d. Tahap Refleksi ... 113
3. Deskripsi Siklus II ... 115
a. Tahap Perencanaan ... 115
b. Tahap Pelaksanaan ... 115
c. Tahap Observasi... 122
d. Tahap Refleksi ... 130
B. Pengujian Keberartian Peningkatan Antar Pra Siklus, Siklus I Dan Siklus II Dari Kemampuan Guru Menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Atau Problem-Based Learning Melalui Supervisi Akademik Model Klinis... 133
C. Pembuktian Hipotesis Tindakan ... 144
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 144
E. Keterbatasan Penelitian... 149
BAB IV SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN... 151
A. Simpulan ... 151
B. Implikasi ... 152
C. Saran ... 153
DAFTAR PUSTAKA ... 155
vii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1 Perbedaan Teacher-Centered Dan Learner-Centered
Dalam Pembelajaran ... 9
Tabel 1.2 Perbedaan Antara Supervisi Non-Klinis Dengan Supervisi Klinis ... 12
Tabel 2.1 Prinsip-Prinsip Pembelajaran ... 24
Tabel 2.2 Langkah-Langkah PBL Menurut Ibrahim Dan Ismail ... 43
Tabel 2.3 Langkah-Langkah PBL Menurut Hosnan ... 44
Tabel 2.4 Pendapat Para Ahli Tentang Langkah-Langkah Supervisi Menurut Oliva ... 75
Tabel 3.1 Kategori Penilaian ... 90
Tabel 4.1 Nilai Kemampuan Awal Guru Sejarah Dalam Menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning) ... 93
Tabel 4.2 Nilai Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning)... 94
Tabel 4.3 Nilai Kemampuan Guru Dalam Mengevaluasi Pembelajaran Pada Saat Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning ... 95
Tabel 4.4 Nilai Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning Pada Prasiklus... 96
Tabel 4.5 Nilai Kemampuan Guru Dalam Menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning) Pada Siklus I... 99
viii
Tabel 4.7 Nilai Kemampuan Guru Dalam Melakukan Penilaian Atau Evaluasi Pembelajaran Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based
Learning) Pada Siklus I... 102 Tabel 4.8 Hasil Pelaksanaan Supervisi Akademik Model Klinis
Pada Siklus I... 108 Tabel 4.9 Hasil Kemampuan Guru Sejarah Dalam Menerapkan
Model PBL Pada Siklus I ... 112 Tabel 4.10 Nilai Kemampuan Guru Dalam Menyusun Rancangan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem-Based Learning) Pada Siklus II ... 117 Tabel 4.11 Nilai Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Model
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based
Learning) Pada Siklus II ... 119 Tabel 4.12 Nilai Kemampuan Guru Dalam Melakukan Penilaian
Atau Evaluasi Pembelajaran Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based
Learning) Pada Siklus II ... 120 Tabel 4.13 Hasil Pelaksanaan Supervisi Akademik Model Klinis
Pada Siklus II ... 126 Tabel 4.14 Hasil Kemampuan Guru Sejarah Dalam Menerapkan
Model PBL Pada Siklus II... 131 Tabel 4.15 Hasil Perbandingan Kemampuan Guru Dalam
Menerapkan PBL Pada Prasiklus, Siklus I Dan Siklus II ... 131 Tabel 4.16 Hasil Peningkatan Kemampuan Guru Dalam
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.1 Hasil Jajak Pendapat Harian Kompas Mengenai
Pelajaran Sejarah Di Sekolah... 3 Gambar 2.1 Pergeseran Fokus Pembelajaran Dari Berpusat
Kepada Guru Menjadi Berpusat Kepada Siswa... 34 Gambar 2.2 Proses Kegiatan Supervisi Klinis... 76 Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Model Stephen Kemmis ... 84 Gambar 4.1 Diagram Peningkatan Kemampuan Guru Sejarah
Dalam Menerapkan Model Pembelajaran PBL ... 132 Gambar 4.2 Diagram Batang Perbandingan Peningkatan
Kemampuan Guru Sejarah Dalam Menerapkan Model
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Rencana Kegiatan Penelitian (RKP)... 158
Lampiran 2 Rencana Kepengawasan Akademik... 168
Lampiran 3 Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Supervisi Akademik Model Klinis Di SMA Negeri 4 Binjai ... 176
Lampiran 4 Contoh RPP Dengan Menggunakan Model PBL ... 178
Lampiran 5 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Supervisi Akademik Model Klinis Untuk Supervisor ... 183
Lampiran 6 Format Instrumen Penilaian Oleh Supervisor ... 185
Lampiran 7 Contoh Instrumen Penilaian Oleh Supervisor ... 193
Lampiran 8 Lembar Observasi Pelaksanaan Supervisi Klinis ... 201
Lampiran 9 Uji t Kemampuan Guru Dalam Menyusun Model Pembelajaran PBL ... 203
Lampiran 10 Uji t Kemampuan Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran Dengan Menggunakan Model Pembelajaran PBL... 204
Lampiran 11 Uji t Kemampuan Guru Dalam Mengevaluasi ... 205
Lampiran 12 Uji t Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Model Pembelajaran PBL ... 206
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Mata pelajaran sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peranan dalam pembentukan karakter, watak, akhlak dan kepribadian anak bangsa yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional tersebut.
2
kemanusiaan. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 juga menyebutkan bahwa mata pelajaran Sejarah memiliki arti strategis untuk pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Namun pada kenyataannya, pelaksanaan pembelajaran sejarah di sekolah-sekolah kurang maksimal. Ini terlihat dari beberapa indikator seperti rendahnya hasil belajar sejarah siswa, kurangnya minat siswa belajar sejarah, dan sejarah dianggap sebagai pelajaran yang tidak menarik serta membosankan. Kurang maksimalnya pembelajaran sejarah disebabkan karena guru-guru sejarah cenderung menggunakan model pembelajaran yang monoton di dalam kelas.
Model pembelajaran merupakan cara, teknik, contoh maupun pola penyajian yang digunakan oleh guru kepada siswa yang disesuaikan dengan materi dan kondisi di dalam kelas agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Model pembelajaran sangat penting peranannya dalam pembelajaran karena melalui pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat mengarahkan guru pada kualitas pembelajaran yang efektif sehingga makna dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Dalam pembelajaran sejarah di sekolah-sekolah yang ada di Indonesia, guru-guru sejarah sering kali menggunakan model pembelajaran yang konvensional berupa model pembelajaran yang menggunakan metode ceramah yang monoton, tanya jawab dan diskusi searah selama kegiatan belajar di kelas.
3
bangsa. Peran strategis pelajaran sejarah saat ini dipahami terutama sebagai cara untuk mengerti sejarah bangsa (39,8 persen), mengenang peristiwa masa lalu (22,4 persen), dan menanamkan jiwa kepahlawanan/ kebangsaan (17,9 persen). Selanjutnya jajak pendapat tersebut juga memuat bahwa kendala terbesar pembelajaran sejarah di sekolah, menurut publik, adalah guru sejarah masih menggunakan model pembelajaran konvensional sehingga pelajaran sejarah menjadi mata pelajaran yang tidak menarik. Lebih dari separuh responden (52,0%) setuju bahwa guru sejarah tidak terampil mengajar sejarah dengan model pembelajaran.
Gambar 1.1 Hasil Jajak Pendapat Harian Kompas mengenai Pelajaran Sejarah di Sekolah
Sumber: Harian Kompas (Jumat, 9 Juli 2010)
4
dari guru ke siswa. Ini menyebabkan pembelajaran sejarah disamping membosankan, juga hanya menjadi wahana pengembangan ketrampilan berfikir tingkat rendah dan tidak memberi peluang kemampuan berinkuiri maupun memecahkan masalah.
Selanjutnya hasil penelitian dari Sulani (2014) mengungkapkan bahwa kemampuan siswa berpikir kritis dalam pembelajaran sejarah masih rendah. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah adalah kemampuan guru sejarah yang masih rendah dalam memilih model dan menerapkan model pembelajaran yang mampu menuntun siswa untuk berpikir kritis. Model pembelajaran yang umumnya digunakan bersifat konvensional berupa ceramah dan hapalan pada materi pelajaran sejarah, bukan pada kemampuan memecahkan masalah sehingga tidak melatih siswa berpikir kritis.
Dari data-data di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru-guru sejarah dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang bervariasi masih rendah. Guru-guru sejarah cenderung masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional yaitu berupa model pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi searah yang mengakibatkan pembelajaran sejarah menjadi kurang diminati oleh siswa. Akibatnya siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran sehingga penanaman nilai-nilai untuk menguatkan karakter, kepribadian dan akhlak siswa seperti yang tertuang dalam tujuan pendidikan nasional tidak tercapai dengan maksimal.
5
6
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru sejarah di dalam kelas adalah model pembelajaran berbasis masalah (PBM) atau problem
based learning (PBL). Menurut Arrends yang dikutip oleh Abbas (dalam Hosnan,
2014: 295) model pembelajaran berbasis masalah atau problem-based learning adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah otentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inquiry,
memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dilihat bahwa penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat mengajak siswa untuk belajar dengan aktif dan dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir, mengembangkan potensi dalam dirinya dan mencari jawaban sendiri akan permasalahan-permasalahan yang dihadapi.
Model pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dari konsep yang esensial dari materi pelajaran. Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat mengubah fokus pembelajaran yang selama ini berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa (learner-centered) di mana dalam kegiatan pembelajaran siswa lebih dominan berperan aktif.
7
dikaitkan dengan materi-materi pada pembelajaran sejarah kemudian menuntun siswa untuk memecahkan atau mencari solusi dari masalah tersebut. Menurut Bourdillon (1994), tujuan dari pendidikan sejarah idealnya adalah membantu peserta didik meraih kemampuan sebagai berikut: (1) memahami masa lalu dalam konteks masa kini; (2) membangkitkan minat terhadap masa lalu yang bermakna; (3) membantu memahami identitas diri, keluarga, masyarakat dan bangsanya; (4) membantu memahami akar budaya dan inter relasinya dengan berbagai aspek kehidupan nyata; (5) memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang negara dan budaya bangsa lain di berbagai belahan dunia; (6) melatih berinkuiri dan memecahkan masalah; (7) memperkenalkan pola berfikir ilmiah dari para ilmuwan sejarah; dan (8) mempersiapkan peserta didik untuk menempuh pendidikan yang lebih tingi. Dari tujuan pendidikan sejarah yang dikemukakan oleh Bourdillon terlihat bahwa salah satunya adalah dapat melatih siswa berinkuiri (menemukan) dan memecahkan masalah, terutama masalah-masalah sosial yang terjadi dikehidupan nyata siswa.
8
kepribadian seseorang akan menjadi lebih matang. Suswandari (2010) juga menegaskan bahwa pengetahuan akan masa lampau (sejarah) akan melengkapi kemampuan umat manusia dalam memecahkan masalah masa kini dan ketajaman untuk membaca serta meramalkan kecenderungan masa depan. Untuk itu model pembelajaran berbasis masalah atau problem-based learning dapat digunakan oleh guru sejarah dalam pembelajaran sejarah di dalam kelas, untuk membantu siswa dalam menyelesaikan masalah sosial dikehidupan nyata siswa.
Selanjutnya hasil penelitian dari Aryulina (2012) menyimpulkan bahwa proses pembelajaran pada mata pelajaran sejarah dengan model PBL mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas X akselerasi di SMA Negeri 2 Bandar Lampung. Kemudian hasil penelitian dari Sulani (2014) menyatakan bahwa hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa SMA Dharma Putra kelas XI IPS Jakarta dalam pembelajaran sejarah yang diajarkan menggunakan strategi PBM lebih tinggi daripada menggunakan strategi pembelajaran konvensional. Selanjutnya hasil penelitian dari Fristanti (2012) menunjukkan bahwa model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa MTs Nahdlatul Ulama Malang dalam mengikuti pelajaran IPS sejarah dan meningkatkan hasil belajar siswa.
9
Pembelajaran yang berpusat pada siswa lebih baik dari pada pembelajaran yang berpusat kepada guru dalam mengembangkan kemampuan berpikir siswa, menggali potensi dalam diri siswa dan mampu membuat siswa benar-benar belajar hingga terjadi perubahan perilaku yang relatif menetap dalam diri siswa dan tertanamnya nilai-nilai kesejarahan yang mampu membentuk watak, karakter, akhlak dan kepribadian siswa.
Menurut Krisanti dan Kamarza (sebagaimana dikutip Amir, 2009: 5) terdapat perbedaan yang signifikan antara pembelajaran yang berpusat pada guru dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Perbedaan tersebut dapat dilihat dalam Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Perbedaan Teacher-Centered dan Learner-Centered dalam Pembelajaran
Berpusat Pada Pengajar (Teacher Centered-TC)
Berpusat pada pemelajar (Learner Centered-LC) • Pengetahuan dipindahkan dari
pengajar ke pemelajar
• Pemelajar membangun pengetahuan
• Pemelajar menerima informasi secara pasif
• Pemelajar terlibat secara aktif
• Belajar dan penilaian adalah hal yang terpisah
• Belajar dan penilaian adalah hal yang sangat terkait
• Budaya belajar adalah kooperatif, kolaboratif, dan saling mendukung
• Penekanan pada pengetahuan diluar konteks aplikasinya
• Penekanan pada penguasaan dan penggunaan pengetahuan yang merefleksikan isu baru dan lama serta menyelesaikan masalah konteks kehidupan nyata
• Pengajar perannya sebagai pemberi informasi dan penilai
• Pengajar sebagai pendorong dan pemberi fasilitas pembelajaran
• Fokus pada satu bidang disiplin • Pengajar dan pemelajar mengevaluasi pembelajaran bersama-sama
• Pendekatan pada integrasi antardisiplin
10
Dari Tabel 1.1 terlihat bahwa pembelajaran yang berpusat kepada guru membuat guru menjadi pelaku aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran cenderung hanya sebagai proses pemindahan ilmu dari guru ke siswa yang menyebabkan siswa menjadi pasif dan kurang mampu mengembangkan ilmu yang diberikan oleh guru lebih lanjut. Ini menyebabkan potensi yang ada di dalam diri siswa tidak tergali. Namun, pembelajaran yang berpusat kepada siswa menuntut siswa mampu untuk membangun pengetahuannya sendiri dengan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga pada akhirnya nanti siswa mampu menguasai dan menggunakan pengetahuan yang didapatnya untuk menyelesaikan masalah di kehidupan nyatanya. Di sinilah perubahan yang relatif menetap itu akan terjadi dalam diri siswa dan potensi yang terdapat dalam diri siswa dapat tergali dan dikembangkan.
11
yang menggunakan model pembelajaran PBL, tetapi langkah-langkah PBL dalam RPP tidak mengikuti langkah-langkah PBL yang sesuai dengan teori. Akibatnya, dalam penerapan model PBL di dalam kelas kurang maksimal dilaksanakan oleh guru.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan guru kurang mampu menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan maksimal di dalam kelas, diantaranya yaitu: guru masih terbiasa menggunakan model pembelajaran yang konvensional seperti model pembelajaran dengan metode ceramah dan diskusi; guru kurang memahami bagaimana seharusnya penerapan model pembelajaran berbasis masalah; kurangnya keinginan dan motivasi guru untuk meningkatkan kualitas keilmuannya mengenai penerapan model pembelajaran berbasis masalah didalam kelas; guru tidak mendapatkan pelatihan-pelatihan tentang model pembelajaran berbasis masalah di sekolah, sehingga guru kurang mengerti bagaimana penerapannya dalam pembelajaran di kelas; kurang aktifnya MGMP sekolah maupun MGMP kota sehingga guru kehilangan wadah untuk dapat saling berdiskusi dan berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang penerapan model pembelajaran berbasis masalah.
12
tersebut, maka supervisi klinis merupakan superivisi yang paling tepat digunakan untuk membantu guru sejarah di SMA 4 Binjai dalam menyelesaikan permasalahannya terkait dengan penerapan model PBL di dalam kelas.
Supervisi klinis cocok diterapkan dalam penelitian ini, mengingat jumlah guru sejarah di SMA Negeri 4 Binjai berjumlah 3 orang. Salah satu karakteristik dari supervisi klinis yaitu penyelesaian masalah oleh supervisor secara langsung dengan seorang guru yang memiliki masalah secara mendalam. Pembinaan dilakukan secara personal dengan tujuan untuk mengungkap secara dalam permasalahan yang dihadapi oleh guru dan solusi yang dapat dihasilkan untuk mengatasi permasalahan guru tersebut. Perbedaan antara supervisi klinis dan supervisi non-klinis dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 1.2 Perbedaan antara supervisi non-klinis dengan supervisi klinis (La Sulo, 1988:9) 3 Sifat supervisi Cenderung direktif
atau otokratif
Bantuan yang demokratis 4 Sasaran supervisi Samar-samar atau
sesuai keinginan
13
No Aspek Supervisi non
klinis Supervisi klinis
supervisor dan interprestasi bersama
berdasarkan data observasi sesuai kontrak.
Sumber: Direktorat Tenaga Kependidikan (2010: 35-36)
Dari tabel 2.1 diatas dapat terlihat bahwa supervisi klinis berfokus pada guru dan masalahnya serta penyelesaian masalah guru dengan menggunakan bantuan supervisor.
Supervisi klinis adalah bantuan profesional yang diberikan kepada seseorang guru yang mengalami masalah dalam melaksanakan pembelajaran agar guru tersebut dapat mengatasi masalah yang dialaminya berkaitan dengan proses pembelajaran (Sudjana, 2011: 116). Dari faktor-faktor yang menyebabkan guru kurang berhasil menerapkan model pembelajaran berbasis masalah di atas dapat dilihat bahwa guru sebenarnya belum mendapatkan bantuan yang tepat untuk menyelesaikan masalahnya.
14
dapat diselesaikan dengan tuntas. Cogan (dalam Sagala, 2012:195) menegaskan bahwa proses penyediaan bantuan oleh supervisor untuk guru, setelah supervisor melakukan analisa hasil pengamatan pengajaran, umpan balik dari implementasi pengajaran yang dilakukan oleh guru. Dari hasil analisis tersebut akan ada pengembangan gagasan peningkatan untuk meningkatkan dukungan kepada guru. Hal ini membuat guru menerima umpan balik dari masalah-masalahnya dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah setelah dilakukan serangkaian analisa oleh supervisor.
Supervisi klinis difokuskan pada perbaikan cara guru dalam menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning) mulai dari merancang rencana pelaksanaan pembelajaran, menerapkannya di dalam kelas dan mengevaluasi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL. Dengan begitu supervisor dapat memberikan layanan yang berkualitas bagi guru. Supervisi klinis dapat menentukan keberhasilan penerapan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) sebab dengan supervisi klinis guru mendapatkan bantuan yang sesuai dengan permasalahan guru terkait dengan kelemahan-kelemahannya dalam menerapkan model PBL. Supervisi klinis dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan kemampuan guru dan memecahkan masalah guru dalam menerapkan model PBL.
15
Masalah (Problem-Based Learning) Melalui Supervisi Akademik Model Klinis di
SMA Negeri 4 Binjai”.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang di atas dapat di identifikasi beberapa faktor-faktor yang berkaitan dengan kemampuan penerapan model pembelajaran berbasis masalah, antara lain:
1. Guru tidak terbiasa menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. 2. Guru kurang memiliki pengetahuan tentang model pembelajaran berbasis
masalah.
3. Kurangnya keinginan dan motivasi guru untuk meningkatkan kualitas keilmuannya mengenai penerapan model pembelajaran berbasis masalah didalam kelas.
4. Guru tidak mendapatkan pelatihan-pelatihan tentang model pembelajaran berbasis masalah di sekolah, sehingga guru kurang mengerti bagaimana penerapannya dalam pembelajaran di kelas.
5. Kurang aktifnya MGMP sekolah maupun MGMP kota sehingga guru kehilangan wadah untuk dapat saling berdiskusi dan berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang penerapan model pembelajaran berbasis masalah
16
C. Pembatasan Masalah
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi penerapan model pembelajaran berbasis masalah atau problem-based learning di sekolah, namun pada penelitian ini dibatasi hanya pada pelaksanaan supervisi akademik model klinis di SMA Negeri 4 Binjai karena guru-guru sejarah di SMA Negeri 4 Binjai membutuhkan bantuan secara profesional untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan mutu pembelajaran. Kesulitan dalam menerapkan model PBL dapat teratasi dengan bantuan profesional yang dilakukan secara berkelanjutan sampai permasalahan guru terpecahkan.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dikaji pada penelitian ini adalah: Apakah supervisi akademik model klinis dapat meningkatkan kemampuan guru sejarah dalam menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (problem based
learning) di SMA Negeri 4 Binjai?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan sekolah yang dilakukan terhadap guru sejarah di SMA Negeri 4 Binjai adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan guru sejarah dalam menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (problem based
17
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian tindakan sekolah ini adalah: 1. Manfaat teoritis
a) Sebagai khasanah pengetahuan dalam menggunakan model pembelajaran khususnya model pembelajaran berbasis masalah (PBL).
b) Sebagai bahan rujukan untuk penelitian berikutnya yang berkaitan dengan supervisi pendidikan, khususnya supervisi klinis.
2. Manfaat praktis
a) Bagi peneliti selanjutnya, dapat melalukan penelitian tindakan sekolah sesuai dengan metodologi yang ada.
b) Bagi supervisor (pengawas sekolah), dapat menjadikan supervisi akademik model klinis sebagai alternatif pelaksanaan supervisi pendidikan dimasa mendatang.
c) Bagi guru, mampu meningkatkan kemampuannya dalam menerapkan model pembelajaran khususnya model pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning).
151 BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini diperoleh simpulan bahwa kemampuan guru Sejarah SMA Negeri 4 Binjai dalam menerapkan model pembelajaran berbasis masalah atau
Problem-based learning (PBL) dapat ditingkatkan melalui supervisi akademik model
152
guru menyusun RPP dengan menggunakan model PBL mengalami peningkatan dari 56,67 pada prasiklus, menjadi 77,5 pada siklus I dan 92,5 pada siklus II. Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model PBL mengalami peningkatan dari 46,67 pada prasiklus, menjadi 68,33 pada siklus I dan 86,67 pada siklus II. Kemampuan guru dalam melakukan evaluasi pembelajaran dengan model PBL juga mengalami peningkatan dari 41,67 pada prasiklus, menjadi 70,83 pada siklus I dan 91,67 pada siklus II. Selanjutnya pada siklus pertama rata-rata nilai kemampuan supervisor dalam melaksanakan supervisi akademik model klinis adalah 66,67 dengan kategori cukup dan pada siklus kedua rata-rata nilai kemampuan supervisor dalam melaksanakan supervisi akademik model klinis adalah 83,33 dengan kategori baik. Hasil temuan peneliti menemukan bahwa supervisi akademik model klinis dapat meningkatkan kemampuan guru sejarah dalam menerapkan model pembelajaran berbasis masalah atau problem-based learning (PBL).
B. Implikasi
Hasil yang diperoleh dari penelitian menunjukkan peningkatan yang sangat berarti antara pelaksanaan supervisi akademik model klinis dengan meningkatnya kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran PBL. Implikasi dari hasil penelitian ini antara lain yaitu:
153
maka supervisor harus sering dan secara berkelanjutan melaksanakan supervisi akademik model klinis agar mampu membantu guru meningkatkan kemampuannya dalam menerapkan model pembelajaran khususnya model pembelajaran PBL.
2. Supervisor harus menguasai kompetensi pengawas sekolah sesuai dengan Permendiknas no 12 tahun 2007 tentang standar kompetensi pengawas sekolah khususnya kompetensi supervisi akademik.
3. Supervisor harus mendapatkan pelatihan-pelatihan mengenai supervisi akademik model klinis dan model-model pembelajaran agar seorang supervisor lebih terampil sehingga dapat membantu permasalahan-permasalahan guru yang berkaitan dengan penerapan model pembelajaran
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi penelitian peningkatan kemampuan guru sejarah dalam menerapkan model pembelajaran berbasis masalah atau
problem-basedlearning(PBL) melalui supervisi akademik model klinis, diajukan
saran sebagai berikut:
154
2. Kepada guru-guru khususnya guru sejarah disarankan agar tidak takut terhadap supervisi akademik model klinis sebab tujuan dari supervisi akademik adalah untuk membantu guru menyelesaikan masalahnya yang terkait dengan pembelajaran. selain itu disaran juga agar guru sejarah mampu menerapkan model pembelajaran berbasis masalah karena dengan model ini guru dapat semakin mudah untuk menarik perhatian siswa agar pembelajaran sejarah di dalam kelas tidak menjadi pembelajaran yang membosankan melainkan sebaliknya yaitu menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan mampu membuat siswa selalu aktif, kreatif serta meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
155
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M. Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning,
Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar Di Era Pengetahuan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Anwar, Kasful Dan Harmi, Hendra. 2011. Perencanaan Sistem Pembelajaran:
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Aryulina, Amir. 2012. Peningkatan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sejarah
melalui Problem Based Learning Kelas X Akselerasi Di SMAN 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012. Tesis Pada Program Magister
Pendidikan IPS Fakultas Keguruan Dan Ilmu Penididikan Universitas Lampung
Barrett, Terry Dan Moore, Sarah. 2011. New Approaches To Problem-Based
Learning, Revitalising Your Practice In Higher Education. New York:
Routledge.
Bourdillon. 1999. Teaching History. London: Routledge
Carr. 1959. Theory Of History. Micmilan: The Free Press Publish, Co
Ditjen PMPTK. 2008. Metode Dan Teknik Supervisi.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Duch, Barbara J. Groh, Susan E. Allen, Dan Deborah E. 2001. The Power Of
Problem Based-Learning, A Practical “How To” For Teaching Undergraduate Courses In Any Discipline. Virginia: Stylus Publishing,
LLC.
Eggen, Paul Dan Kauchak, Don. 2012. Strategi Dan Model Pembelajaran,
Mengajarkan Konten Dan Keterampilan Berpikir, Edisi Keenam. Jakarta:
PT. Indeks.
Endrayanto, Herman Yosep Sunu Dan Yustiana Wahyu Harumurti. 2014.
Penilaian Belajar Siswa Di Sekolah. Yogyakarta. Kanisius.
Fristanti, Indriana.2012. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Pada Mata
Pelajaran IPS Sejarah Dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Siswa Kelas VII A MTs Nahdlatul Ulama Pakis Malang. http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sejarah/article/view/21034(diakses pada 3 Maret 2015)
156
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik Dan Konstektual Dalam Pembelajaran Abad
21, Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Bogor: Ghalia Indonesia.
Jasmani Dan Mustofa, Syaiful. 2013. Supervisi Pendidikan: Terobosan Baru
Dalam Peningkatan Kinerja Pengawas Sekolah Dan Guru. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Joyce, Bruce; Weil, Marsha Dan Calhoun, Emily. 2009. Models Of Teaching,
Model-Model Pengajaran, Edisi Kedelapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Levin, Barbara B. 2001. Energizing Teacher Education And Professional
Development With Problem-Based Learning. Alexandria, USA: Association
For Supervision And Curriculum Development (ASCD).
Litbang Kompas, Palupi Panca Astuti. 2010. “Jejak Sejarah Masih Terbelenggu”. KOMPAS, 9 Juli 2010.
Makawimbang, Jerry H. 2013. Supervisi Klinis, Teori & Pengukurannya (Analisis
Di Bidang Pendidikan). Bandung: Alfabeta
Marzano, Robert; Frontier, Tony Dan Livingston, David. 2011. Effective
Supervision : Supporting The Art And Science Of Teaching. USA:
Association For Supervision And Curriculum Development (ASCD).
Mukhtar Dan Iskandar. 2013. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Referensi.
Palupi, Panca Astuti. 2010. Jejak Sejarah Masih Terbelenggu. Harian Kompas (9 Juli 2010)
Pidarta, Made. 2009. Supervisi Pendidikan Konstektual. Jakarta: Pt. Rineka Cipta Purwanto, Ngalim. 2009. Administrasi Dan Supervisi Pendidikan. Bandung. PT
Remaja Rosda Karya.
Robbins Stephen P. Dan Judge A. Timothy. 2008. Perilaku Organisasi
(Organizational Behavior), Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat.
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme
Guru, Edisi Kedua. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran Dengan Problem Based Learning Itu
Perlu Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Bogor: Ghalia Indonesia.
Sagala, Syaiful. 2012. Administrasi pendidikan kontemporer. Bandung: Alfabeta. ---. 2012. Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan.
157
Sahertian, Piet. 2010. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan: Dalam
Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Salimudin. 2010. Supervisi Klinis Sebagai Alternatif Untuk Meningkatkan
Kemampuan Guru Kelas III Dalam Pembelajaran Tematik Di Gugus Cut Nya Dien Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes. Makalah disampaikan
pada Seminar Dan Lokakarya Nasional: Penelitian Tindakan Kelas Dalam Perspektif Etnografi. Program Magister Liguistik Undip, 2 Oktober 2010. Silalahi, Ulber. 2012. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Sudjana, Nana. 2011. Supervisi Pendidikan, Konsep Dan Aplikasinya Bagi
Pengawas Sekolah. Bekasi: Binamitra-Publishing.
Sulani, Puji. 2014. Pengaruh Strategi Pembelajaran Dan Gaya Kognitif Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah. Jurnal
Pendidikan Sejarah Vol. 3 No. 2 Juli-Desember 2014.
Suswandari, 2010. Paradigma Pendidikan Sejarah Dalam Menghadapi Tantangan Masa Depan. Cakra Pendidikan, Februari 2010, TH XXIX, No.1
Tan, Oon-Seng. 2003. Problem-Based Learning Innovation, Using Problems To
Power Learning In The 21st Century. Singapore: Cengage Learning.
---. 2004. Enhancing Thinking Through Problem-Based Learning
Approaches: International Perspectives. Singapore: Cengage Learning.
Torp, Linda Dan Sage Sara. 2002. Problems As Possibilities, Problem-Based
Learning For K-16 Education, 2nd Edition. Virginia, USA: Association For
Supervision And Curriculum Development (ASCD).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah.
Wiyanarti, Relina. 2012. Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Pengembangan
Pembelajaran Sejarah (Bahan Ajar). Bandung: Universitas Pendidikan