• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI DAN KECAKAPAN SOSIAL SISWA SMA NEGERI 1 BATANGONANG KAB. PADANGLAWAS UTARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI DAN KECAKAPAN SOSIAL SISWA SMA NEGERI 1 BATANGONANG KAB. PADANGLAWAS UTARA."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI DAN KECAKAPAN SOSIAL

SISWA SMA NEGERI 1 BATANGONANG KAB. PADANGLAWAS UTARA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

KHOIRUNNISAH DAULAY NIM : 8126174009

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Khoirunnisah Daulay. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar dan Kecakapan Sosial Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Batangonang Kabupaten Padanglawas Utara. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Maret 2014.

Penelitiaan ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS), tipe Learning Together (LT), dan konvensional terhadap hasil belajar biologi siswa pada materi keanekaragaman hayati; dan (2) pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TSTS, LT, dan konvensional terhadap kecakapan sosial siswa pada materi keanekaragaman hayati di kelas X di SMA Negeri 1 Batangonang. Penelitian menggunakan metode kuasi eksperimen dengan sampel sebanyak 3 kelas yang diambil dengan teknik cluster sampling dan kelas X-1 sebagai kelas perlakuan pembelajaran kooperatif tipe TSTS, kelas X-3 kelas perlakuan kooperatif tipe LT, dan kelas X-4 konvensional (kontrol). Instrumen penelitian menggunakan: (1) tes hasil belajar dalam bentuk pilihan ganda yang telah diuji validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran; (2) angket kecakapan sosial; dan (3) lembar observasi penilaian kecakapan sosial siswa. Data berdistribusi normal dan homogen. Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan ANACOVA dilanjutkan dengan uji lanjut Tukey. Teknik analisis yang digunakan adalah dengan bantuan program SPSS 19.0. Hasil penelitian dan pengujian menunjukkan: (1) Ho1 ditolak dengan Fhitung 109,87 taraf signifikan 0.000; (2) Ho2 ditolak dengan Fhitung 117,54 taraf signifikan 0.000. Kesimpulan penelitian ini adalah: (1) Terdapat pengaruh yang signifikan dari hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS, tipe LT, dan konvensional; (2) Terdapat pengaruh yang signifikan dari kecakapan sosial siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS, tipe LT, dan konvensional; (3) model pembelajaran TSTS hasil belajar lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran LT dan konvensional, model pembelajaran LT hasil belajar lebih tinggi dari pembelajaran konvensional; dan (4) model pembelajaran TSTS kecakapan sosial lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran LT dan konvensional, model pembelajaran LT kecakapan sosial lebih tinggi dari pembelajaran konvensional.

(5)

ABSTRACT

KhoirunnisahDaulay. The Effect of Cooperative Learning Model Toward Learning Outcomes and Social Skills of the X Grade Students of SMA Negeri 1 Batangonang Kabupaten Padanglawas Utara. Post Graduate School of Universitas Negeri Medan, 2014.

This researchis expected to find out: (1) the effect of cooperative learning model two stay two stray (TSTS), type learning together (LT), and conventional on learning outcomes of the students in biology subject at the biological diversity material; and (2) the effect of cooperative learning model TSTS, LT, and conventional toward the social skills of the SMA students grade X in the SMA Negeri 1 Batangonang on biological diversity material. This research used quasi experiments method and took 3 classes as sample with cluster sampling technique. Class X-1 used as a treatment class of TSTS cooperative learning, class X-3 as a treatment cooperative LT, and class X-4 as the conventional (control). The instruments of the research were: (1) achievement tests in the form of multiple choices that have been tested for validity, reliability, discrimination power, and level of difficulty; (2) a questionnaire of social skills; and (3) an assessment sheet of students’social skill observation. The data distributions were normal and homogeneous. The research hypotheses were tested by using advanced ANACOVA followed by Tukey’s test. The analysis technique used was the SPSS 19.0. The results of the research and testing showed: (1) Ho1 is rejected F 109,87 with a significant level of 0.000; (2) Ho2 rejected F 117,54 with a significant level of 0.000. The conclusions of this research are: (1) There is a significant effect of student learning outcomes who learned through cooperative learning model TSTS, type LT, and conventional, (2) There is a significant effect of the social skills of students who learned through cooperative learning model TSTS, type LT, and conventional, (3) The learning outcomes of TSTS model is higher than LT and conventional model while the learning outcomes of LT learning model is higher than conventional model, and (4) The social skills of TSTS model is higher than the LT and conventional model, mean while social skills of LT model is higher than conventional.

(6)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan Rahmat dan HidayahNya kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif

Terhadap Hasil Belajar Biologi dan Kecakapan Sosial Siswa SMA Negeri 1

Batangonang Kabupaten Padanglawas Utara”. Shalawat beriring salam semoga

selalu tercurah ke arwah Nabi besar Muhammad SAW yang InsyaAllah akan

selalu menjadi suri tauladan bagi umat manusia dan guru dari semua guru ada.

Penyelesaian tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik dalam

menyelesaikan Program Magister pada Program Studi Pendidikan Biologi

Universitas Negeri Medan. Penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari bimbingan

dan arahan dari pembimbing yang terhormat Bapak Dr. H. Hasruddin, M.Pd.

selaku dosen pembimbing I dan Ibu Dr. Hj. Fauziyah Harahap, M.Si. selaku dosen

pembing II. Terima kasih atas segala bimbingan, arahan, nasihat, saran, motivasi,

dan kemudahan yang selalu Bapak dan Ibu berikan sejak awal penulisan sampai

penyelesaian tesis ini.

Pada kesempatan ini pula, penulis menyampaikan terima kasih kepada

yang terhormat nara sumber: Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rafiqi Tantawi, M.Si, Bapak

Dr. Rachmat Mulyana, M.Si, Bapak Syarifuddin, M.Sc., Ph.D yang dengan

keluasan dan kedalaman ilmunya masing-masing telah memberikan masukan

yang begitu berarti terhadap tesis ini.

Terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku

Direktur PPs Universitas Negeri Medan. Terima kasih juga kepada Bapak dan Ibu

Dosen di program Pascasarjana Universitas Negeri Medan Program Studi

Pendidikan Biologi yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis selama

mengikuti perkuliahan. Terima kasih kepada teman-teman mahasiswa seangkatan

(7)

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Jalaluddin, S.Pd

selaku Kepala SMA Negeri 1 Batangonang yang telah memberikan izin kepada

penulis untuk menempuh pendidikan dan melaksanakan penelitian di SMA Negeri

1 Batangonang. Terima kasih juga kepada rekan-rekan guru SMA Negeri 1

Batangonang yang telah bekerja sama selama penelitian sampai saat ini.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada orangtua tercinta,

ayahanda Ramlan Daulay dan Ibunda Hotlina Dalimunthe atas segala motivasi

dan doa yang selalu menyertai perjalanan hidup penulis. Khususnya kepada Suami

tercinta Asrul Arif Siregar, SE dan anak-anak tersayang Syafa Aqilah Siregar dan

Ayra Fathinah Uzma Siregar yang penuh kesabaran dan pengertian serta

keikhlasan hati untuk ditinggalkan selama penulis menjalani pendidikan.

Akhirnya kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu demi satu

yang telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan pendidikan. Semoga

semua bantuan yang telah diberikan menjadi amal yang akan mendapat balasan

yang lebih baik di sisi Allah SWT. Penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat

bagi semua yang membutuhkannya.

Medan, Maret 2014

Penulis,

Khoirunnisah Daulay

NIM : 8126174009

(8)

DAFTAR ISI

BAB IIKAJIAN TEORITIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1.KajianTeoritis ………..……….… 2.1.1. HakikatBelajardanHasilBelajar ………..……….... 2.1.2. PembelajaranKooperatif ……….... 2.1.3. Model PembelajaranKooperatifTipeTwo Stay Two Stray (TSTS) ….. 2.1.4. Model PembelajaranKooperatifTipeLearning Together (LT) ..……. 2.1.5. PembelajaranKonvensional………... 2.1.6. KecakapanSosial ………... 2.1.7. MateriKeanekaragamanHayati ………. 2.2. KerangkaKonseptual ……… 2.2.1. PengaruhPembelajaranKooperatifTipeTwo Stay Two Stray (TSTS),

Learning Together (LT), danKonvensionalTerhadapHasilBelajarSiswa ………... 2.2.2. PengaruhPembelajaranKooperatifTipeTwo Stay Two Stray (TSTS),

Learning Together (LT),

danKonvensionalTerhadapKecakapanSosialSiswa ……….………...

2.3. Penelitian yang Relevan ...………. 2.4. Hipotesis ………

BAB III METODE PENELITIAN

(9)

3.4.2. DefenisiOperasionalVariabel ………..…

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. HasilPenelitian ………. 4.1.1. DeskripsiHasilBelajarSiswa ……….... 4.1.2. KecakapanSosialSiswa……….. 4.1.3. UjiPrasyaratAnalisis Data ……… 4.1.4. Pengaruh Model PembelajaranKooperatifTipeTwo Stay Two Stray

(TSTS), Learning Together (LT),

danKonvensionalTerhadapHasilBelajarBiologiSiswaKelas X SMA Negeri 1 Batangonang.…………

4.1.5. Pengaruh Model PembelajaranKooperatifTipeTwo Stay Two Stray (TSTS), Learning Together (LT),

danKonvensionalTerhadapKecakapanSosialSiswaKelas X SMA Negeri 1 Batangonang ………

4.2. PembahasanHasilPenelitian ……… 4.3. KeterbatasanPenelitian ……….

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 PerolehanNilaiRata-Rata Ujian Semester Mata Pelajaran BiologiKelas X SMA Negeri 1 Batangonang…,……….…….…

Tabel 2.1 Sintaks Model PembelajaranKooperatif ………..…… Tabel 3.1 DesainKuasiEksperimenPretesdanPostes ……….... Tabel 3.2 Kisi-kisiTesHasilBelajar ……….…….. Tabel 3.3 Kisi-kisiAngketKecakapanSosial ……….……. Tabel 3.4 KategoriReliabilitasButirSoal ……….….. Tabel 3.5 Kategori Tingkat Kesukaran ………....

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Nilai Pretes Hasil Belajar Siswa dengan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS, LT,

dan Konvensional ………...

Gambar 4.2 Nilai Pretes Kecakapan Sosial Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS, LT,

dan Konvensional ……….………….….

Gambar 4.3 Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS, Tipe LT, danKonvensionalTerhadapHasilBelajar

BiologiSiswaKelas X SMA Negeri 1 Batangonang (F = 109,87; Sig. 0.000). Huruf yang berbeda di atas

diagramberartiberbedasignifikan (UjiTukey) …..……..…….

Gambar 4.4 Pengaruh Model PembelajaranKooperatifTipe TSTS, Tipe LT, danKonvensionalTerhadapKecakapan

SosialSiswaKelas X SMA Negeri 1 Batangonang

(F = 117,54; Sig. 0.000). Huruf yang berbeda di atas diagramberartiberbedasignifikan (UjiTukey) ………

52

53

56

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Silabus ………... Lampiran 2 RencanaPelaksanaanPembelajaran ……….. Lampiran 3 SoalPretesdanPostesKemampuanKognitifSiswa ……… Lampiran 4 KunciJawabanSoalTesKognitif ………. Lampiran 5 AngketKecakapanSosial ……….. Lampiran 6 LembarObservasiPenilaianKecakapanSosial ………….... Lampiran 7 Data HasilBelajardanNilaiKecakapanSosialSiswa …….. Lampiran 8 Deskripsi Data HasilPenelitian…..……… Lampiran 9 UjiNormalitas ………... Lampiran 10 UjiHomogenitas ……… Lampiran 11 UjiHipotesisPenelitian ...……….. Lampiran 12 GambarPelaksanaanPembelajaranDalamKelas …………. Lampiran 13 DaftarSkorSiswaUjiCobaInstrumen ……….

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan rangkaian kegiatan dalam kehidupan manusia

untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya dan mengubah tingkah laku ke

arah yang lebih baik. Di era globalisasi sekarang ini menuntut adanya sumber

daya manusia yang berkualitas dan kualitas sumber daya manusia ini hanya dapat

diperoleh dari proses belajar yaitu melalui pendidikan.

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini masih jauh antara harapan

dengan kenyataan. Pelajaran biologi masih menjadi masalah bagi sebagian siswa

yang terlihat dari hasil belajar siswa. Rendahnya hasil belajar siswa tidak terlepas

dari peran guru. Kemampuan, kesiapan dan metode guru dalam penyampaian

materi pembelajaran memegang peranan penting bagi keberhasilan proses belajar

mengajar yang akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa (Arends, 2008).

Penyebab rendahnya hasil belajar siswa tersebut dipengaruhi banyak faktor, antara

lain: (1) guru kurang inovatif dalam menyampaikan materi pembelajaran, hanya

menggunakan metode ceramah dan penugasan sehingga membosankan; (2) proses

belajar mengajar kurang melibatkan siswa sehingga tidak memberikan

pengalaman kepada siswa; (3) pembelajaran berpusat pada guru (teacher

oriented); (4) pembelajaran hanya mengasah ranah kognitif siswa (hard skill),

sedangkan ranah afektif dan psikomotorik (soft skill) tidak dilatih sehingga

pembelajaran masih taraf hapalan saja (Jalmo, 2008); dan (5) dalam pembelajaran,

guru lebih tepatnya sebagai pentransfer informasi dan tidak membiasakan siswa

(14)

2

dan Eggen (2012) guru tidak biasa memerintahkan toleransi, kepercayaan, dan

persahabatan di antara siswa dari latar belakang berbeda. Selain itu, rendahnya

hasil belajar siswa juga dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri siswa, misalnya

kecerdasan, motivasi, sikap, minat, dan emosi (Syah, 2010).

Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan

menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan teori pembelajaran

konstruktivisme. Teori pembelajaran ini menganjurkan peran aktif siswa dalam

pembelajaran, sedangkan guru berperan membantu siswa dalam menemukan

fakta, konsep, dan prinsip, bukan sebagai pengendali seluruh kegiatan kelas.

Diperlukan suatu model pembelajaran yang mampu membuat siswa aktif, saling

berinteraksi, saling berdiskusi memecahkan masalah, sehingga siswa mampu

membangun pengetahuannya sendiri. Dengan demikian, akan berpengaruh

terhadap hasil belajar siswa.

Selain hasil belajar, soft skill siswa juga perlu ditingkatkan terutama

kecakapan sosial (social skill). Sayangnya praktik pendidikan di Indonesia

cenderung lebih berorientasi pada pendidikan berbasis hard skill (keterampilan

teknis) yang lebih bersifat mengembangkan intelligence quotient (IQ), namun

kurang mengembangkan kemampuan soft skill yang tertuang dalam emotional

quotient (EQ) dan spiritual quotient (SQ). Pembelajaran di berbagai sekolah lebih

menekankan pada perolehan nilai hasil ulangan maupun nilai hasil ujian

(Wibowo, 2013). Pendidikan soft skill sangat penting dalam pembentukan

karakter generasi bangsa sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan

santun, dan berinteraksi dengan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian di

(15)

3

ditentukan oleh aspek kognitif (pengetahuan dan kemampuan teknis) atau hard

skill saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (afektif dan

psikomotorik atau soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, bahwa keberhasilan

hanya ditentukan sekitar 20% oleh hard skill dan sisanya 80% oleh soft skill

(Wibowo, 2013).

Salah satu model pembelajaran yang berlandaskan pada konstruktivisme

serta mampu mengembangkan kecakapan sosial siswa adalah model pembelajaran

kooperatif (cooperative learning). Menurut Arends (2008) model pembelajaran

kooperatif dikembangkan dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi akademis,

toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman, dan pengembangan

keterampilan sosial siswa. Model pembelajaran kooperatif membantu peserta

didik untuk memahami konsep-konsep untuk menumbuhkan kemampuan kerja

sama, berpikir kritis, dan mengembangkan sikap sosial. Siswa membangun

persahabatan dan sikap positif terhadap orang lain yang memiliki prestasi,

etnisitas, dan gender berbeda. Menurut Slavin (2005) penggunaan pembelajaran

kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat

meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima

kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Pembelajaran

kooperatif juga dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir,

memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran

kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS). Model pembelajaran ini terdiri dari

tiga tahapan yaitu kerja kelompok, bertamu, dan laporan setelah bertamu. Dengan

(16)

4

pelajaran. Siswa dapat berdiskusi dengan kelompok lainnya sehingga memperoleh

lebih banyak masukan ataupun kritikan. Dengan begitu siswa akan memperoleh

lebih banyak pengetahuan, kemampuan komunikasi dan kerja sama siswa akan

terlatih.

Selain model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS),

alternatif model pembelajaran yang bisa digunakan adalah model pembelajaran

kooperatif tipe Learning Together (LT). Model pembelajaran ini mempunyai ciri

khas yaitu adanya interaksi tatap muka, interdependensi positif, tanggung jawab

individual, kemampuan-kemampuan interpersonal, dan kelompok kecil. Siswa

ditekankan bagaimana kerja sama dan komunikasi yang baik untuk dapat mencapai

tujuan kelompok, setiap siswa menguasai konsep atau materi pelajaran, memberikan

kemudahan pembagian tugas kepada masing-masing siswa dalam kerja kelompok

sehingga semua siswa dapat berpartisipasi dalam diskusi kelompok (Slavin, 2005).

Menurut Sulistyo (2013) model pembelajaran kooperatif tipe learning together bisa

membangun pemahaman siswa serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Hasil belajar biologi yang rendah dan kurang memuaskan ditemukan juga

di SMA Negeri 1 Batangonang Kabupaten Padanglawas Utara. Kondisi ini terlihat

dari rata-rata nilai biologi hasil ujian semester yang tertuang dalam DKN pada dua

tahun terakhir masih di bawah KKM (Tabel 1.1).

Tabel 1.1. Perolehan Nilai Rata-rata Ujian Semester Mata Pelajaran Biologi Kelas X SMA Negeri 1 Batangonang.

(17)

5

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru biologi dan siswa SMA Negeri

1 Batangonang bahwa kondisi ini disebabkan guru kurang kreatif dalam memilih

metode pembelajaran dan lebih banyak menggunakan pembelajaran konvensional

(ceramah). Penggunaan metode pembelajaran konvensional kurang melibatkan

peran aktif siswa dalam pembelajaran sehingga siswa tidak terbiasa membangun

sendiri pengetahuannya. Selain itu, guru kurang memberikan kesempatan kepada

siswa untuk menyampaikan pendapatnya dan untuk berinteraksi dengan

sesamanya dalam pembelajaran.

Bahan kajian biologi kelas X pada semester genap diantaranya adalah

materi keanekaragaman hayati yang memerlukan banyak informasi tentang

keberadaan dan jenis makhluk hidup yang ada di sekitar tempat tinggal, di

Indonesia, dan juga di seluruh dunia. Kompetensi yang diharapkan dalam materi

keanekaragaman hayati adalah mendeskripsikan konsep keanekaragaman gen,

jenis, ekosistem, melalui kegiatan pengamatan (BSNP, 2007). Materi

keanekaragaman hayati seyogyanya memberikan wahana bagi peserta didik untuk

mempelajari alam sekitar dengan saling berdiskusi dengan sesama peserta didik

memahami akan pentingnya peran manusia dalam melestarikan lingkungan untuk

menjaga keanekaragaman hayati dan memelihara kestabilan lingkungan.

Mengacu pada masalah pembelajaran biologi yang dialami siswa di SMA

Negeri 1 Batangonang di atas, maka diperlukan suatu penelitian untuk yang

mengkaji perbaikan pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut maka penting bagi

peneliti untuk mengadakan penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran

(18)

6

hasil belajar biologi dan kecakapan sosial siswa di SMA Negeri 1 Batangonang

Kabupaten Padanglawas Utara.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

masalah dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Hasil belajar biologi siswa masih rendah di SMA Negeri 1 Batangonang.

2. Guru kurang kreatif dan inovatif dalam memilih model pembelajaran.

3. Proses belajar mengajar masih bersifat teacher oriented dan kurang

melibatkan siswa sehingga siswa kurang aktif.

4. Guru belum terbiasa menggunakan model pembelajaran kooperatif dalam

pembelajaran.

5. Pembelajaran masih lebih dominan dalam mengembangkan ranah kognitif

(hard skill) dan kurang memperhatikan ranah afektif dan psikomotorik (soft

skill).

1.3. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini sesuai dengan tujuannya, agar permasalahan tidak

terlalu meluas dan penelitian ini lebih efektif maka penelitian ini dibatasi pada:

1. Pembelajaran dalam penelitian ini dilakukan dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS), Learning Together

(LT), dan konvensional.

2. Kecakapan sosial yang diukur adalah mencakup kecakapan berkomunikasi

(communication skill) dan kecakapan bekerjasama (collaboration skill).

(19)

7

4. Materi pelajaran yang akan dibelajarkan dalam penelitian ini adalah

keanekaragaman hayati kelas X semester genap Tahun Pelajaran 2013/2014.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah diuraikankan diatas,

maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two

Stray (TSTS), Learning Together (LT), dan konvensional terhadap hasil

belajar biologi siswa pada materi keanekaragaman hayati kelas X di SMA

Negeri 1 Batangonang?

2. Apakah ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two

Stray (TSTS), Learning Together (LT), dan konvensional terhadap

kecakapan sosial siswa pada materi keanekaragaman hayati kelas X di SMA

Negeri 1 Batangonang?

1.5. Tujuan Penelitian

Dari uraian latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan

diatas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two

Stray (TSTS), Learning Together (LT), dan konvensional terhadap hasil

belajar biologi siswa pada materi keanekaragaman hayati kelas X di SMA

Negeri 1 Batangonang.

2. Mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two

(20)

8

sosial siswa pada materi keanekaragaman hayati kelas X di SMA Negeri 1

Batangonang.

1.6. Manfaat Penelititan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada tenaga

pendidik dan pembaca. Baik yang bersifat teoritis maupun bersifat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis penelitian ini adalah: (a) sebagai bahan referensi yang

dapat digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh model

pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dan Learning Together

(LT) terhadap hasil belajar biologi dan kecakapan sosial siswa; (b) memperkaya

dan menambah khazanah ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dan Learning Together (LT), hasil

belajar, dan kecakapan sosial siswa.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini adalah: (a) sebagai bahan acuan bagi kepala

sekolah dan pengambil kebijakan pendidikan dalam rangka peningkatan mutu

guru dan mutu pendidikan; (b) sebagai umpan balik bagi guru biologi dalam

upaya meningkatkan hasil belajar dan kecakapan sosial siswa melalui model

pembelajaran kooperatif; (c) sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk

melakukan inovasi dalam pembelajaran biologi khususnya tingkat SMA sederajat;

(d) peningkatan kompetensi guru biologi dalam upaya menciptakan pembelajaran

(21)

64

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray

(TSTS), tipe Learning Together (LT) dan konvensional terhadap hasil belajar

siswa pada materi keanekaragaman hayati di kelas X SMA Negeri 1

Batangonang.

2. Terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TSTS, tipe LT dan

konvensional terhadap kecakapan sosial siswa pada materi keanekaragaman

hayati kelas X SMA Negeri 1 Batangonang.

3. Hasil belajar siswa pada materi keanekaragaman hayati yang dibelajarkan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS lebih tinggi dari model

pembelajaran kooperatif tipe LT dan konvensional, sedangkan hasil belajar

siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe LT lebih

tinggi dari konvensional di kelas X SMA Negeri 1 Batangonang.

4. Kecakapan sosial siswa pada materi keanekaragaman hayati yang

dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS lebih baik dari

model pembelajaran kooperatif tipe LT dan model pembelajaran

konvensional, sedangkan kecakapan sosial siswa yang dibelajarkan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe LT lebih baik dari model pembelajaran

(22)

65

5.2. Implikasi

Hasil penelitian ini memperlihatkan adanya pengaruh model pembelajaran

kooperatif tipe Two Stay Two Stary (TSTS) dan tipe Learning Together (LT)

terhadap hasil belajar dan kecakapan sosial siswa. Model pembelajaran kooperatif

tipe TSTS hasil belajar dan kecakapan sosialnya lebih baik dari model

pembelajaran kooperatif tipe LT dan pembelajaran konvensional, dan model

pembelajaran kooperatif tipe LT hasil belajar dan kecakapan sosialnya lebih baik

dari model pembelajaran konvensional pada materi keanekaragaman hayati kelas

X SMA Negeri 1 Batangonang. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe TSTS dan tipe LT ini mampu mengefektifkan, mengefisienkan,

serta mengoptimalkan fungsi dan interaksi antara siswa dengan komponen

pembelajaran dalam suatu kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS merupakan teknik pembelajaran

yang terdiri dari tiga tahapan yaitu kerja kelompok, bertamu, dan laporan setelah

bertamu sehingga informasi yang didapatkan lebih banyak dan aktivitas siswa

lebih banyak dalam pembelajaran. Masing-masing anggota kelompok berusaha

menguasai materi pembelajaran dan berlatih untuk mengkomunikasikan

pengetahuannya kepada orang lain, serta berlatih untuk menyimak dan memahami

pembicaraan orang lain. Jika dalam kelas siswanya cukup banyak dan materi

pelajarannya lebih luas, sebaiknya menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe TSTS agar informasi yang didapatkan siswa lebih banyak sehingga

(23)

66

Model pembelajaran kooperatif tipe LT menekankan pada partisipasi dan

aktivitas siswa untuk menyelesaikan tugas secara bersama dengan saling

berdiskusi dimana siswa dikelompokkan dan setiap kelompok mendapat tugas

berbeda dan nantinya dapat bergabung dengan kelompok lain yang bernomor

sama untuk bekerjasama. Model pembelajaran kooperatif tipe LT ini

memudahkan untuk pembagian tugas dan tanggungjawab sebagai anggota

kelompok sehingga dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran.

5.3. Saran

Dari hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan penelitian, peneliti

menyarankan beberapa hal berikut:

1. Bagi guru khususnya guru biologi diharapkan untuk dapat menggunakan

model pembelajaran seperti model pembelajaran TSTS dan model

pembelajaran LT sebagai upaya untuk membangkitkan motivasi, minat dan

perhatian siswa dalam meningkatkan hasil belajar dan kecakapan sosial

siswa.

2. Bagi guru khususnya guru biologi hendaknya dapat menggunakan

model-model pembelajaran lainnya sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih

bervariasi dalam upaya meningkatkan hasil belajar dan kecakapan sosial

siswa.

3. Bagi mahasiswa atau guru yang ingin meneliti tentang kecakapan sosial

hendaknya menggunakan waktu yang lebih lama dalam pengumpulan data

(24)

67

DAFTAR PUSTAKA

Abas, 2012. Perbandingan Hasil Belajar Model Cooperatif Learning Dengan Model Science Technology Pada Siswa Kelas X MAN 1 Model Kota Bengkulu: Jurnal Exacta, 10 (1): 11-16.

Anderson, O. W. & Krathwohl, David. R. 2001. Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing. A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. Abridged Edition. New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Arends. I. A. 2008. Learning To Teach: Belajar untuk Mengajar. Edisi Bahasa Indonesia. Edisi ketujuh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Armstrong, N., Chang S.M., Brickman, M. 2007. Cooperative Learning in Industrial-sized Biology Classes. Journal of Life Science Education, Vol.6:163-171.

BSNP. 2007. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus SMA/MA: Mata Pelajaran Biologi. Jakarta: Depdiknas.

Caldarella, P., & Merrell, K. W. 1999. Social-behavioral assessment of at-risk early adolescent students: Validityof a parent report form of the School Social Behavior Scales. Journal of Psychoeducational Assessment,17, 3649.

Depdiknas. 2007. Konsep Pengembangan Model Integrasi Kurikulum Pendidikan Kecakapan Hidup. (online). Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Gimpel, G.A., &Merrell, K. W. 1998. Social Sskills of Children and Adolescents: Conceptualization, Assessment, Treatment. Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Hamruni. 2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Hindun, I. 2005. Model Pengembangan Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) pada Sekolah Umum Tingkat Menegah di Kota Batu. Jurnal Humanity. I(1): 29-35.

(25)

68

Jalmo, Tri. 2008. Penggunaan Pendekatan Keterampilan Proses Dalam Upaya Menumbuhkan Kecakapan Hidup Siswa Pada Pembelajaran Biologi di Kelas IIIC SMP Negeri 16 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2005/2006. Jurnal FMIPA Unila. 9(1): 13-20.

Johnson, D.W., Roger T. Johnson., Edythe Johnson Holubec, 2012. Colaborative Learning. Strategi Pembelajaran untuk Sukses Bersama. Bandung: Nusa Media.

Jones, K.A & Jennifer, L. Jones. 2008. Making Cooperative Learning Work in the College Classroom: An Application of the ‘Five Pillars’ of Cooperative Learning to Post-Secondary Instruction. Journal of Effective Teaching. 8(2): 61-76.

Joyce, B., Marsha Weil., Emily Calhoun, 2011. Models of Teaching. Edisi Kedelapan. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Kamal, S. 2010. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Teknik Meringkas Catatan Menggunakan Mind Map Terhadap Hasil Belajar Biologi dan Kecakapan Sosial Mahasiswa. Tesis tidak dipublikasi. Program Pasca Sarjana. Universitas Negeri Medan.

Kauchack, D., Eggen, P. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran: Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Edisi Bahasa Indonesia. Edisi Keenam. Jakarta: Indeks.

Lepiyanto, A. 2011. Membangun Karakter Siswa dalam Pembelajaran Biologi. Jurnal Bioedukasi. 2(1):73-80.

Maulana, H dan Gumgum Gumelar, 2013. Psikologi Komunikasi dan Persuasif. Jakarta: Akademia Permata.

McCale, Christina. 2008. It’s Hard Work Learning Soft Skill: Can Client Based Projects Teach the Soft Skills Students Need and Employers Want?. Journal of Effective Teaching, 8(2): 50-60.

Merrel, W. K. 2001. Assessment of Children’s Social Skills: Recent Developments, Best Practices, and New Directions. Exceptionality, 9(1&2), 3–18

Mujiantini, Y. 2013. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Puisi Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya. 2(1): 1-10.

(26)

69

Purba, I. S. 2012. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar dan Kecakapan Sosial Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Berastagi. Tesis Tidak Dipublikasi. Program Pasca Sarjana. Universitas Negeri Medan.

Rahmi, L. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dan Group Investigation (GI) Terhadap Hasil Belajar dan Kecakapan Sosial Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Perbaungan. Tesis tidak dipublikasi. Program Pasca Sarjana. Universitas Negeri Medan.

Richvana, B.A., Sri Dwiastusi., Baskoro Adi Prayitno. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Biologi Ditinjau dari Tingkat Kreativitas Siswa Kelas X SMAN 2 Karanganyar. Jurnal Pendidikan Biologi. 4(1): 1-14.

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Sagala, Y.S. 2011. Pengaruh Pembelajaran Kooperttif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar IPA dan Kecakapan Sosial Siswa di SMK Negeri 2 Binjai. Tesis tidak dipublikasi. Program Pasca Sarjana. Universitas Negeri Medan.

Sanjaya, W. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Schulz, B. 2008. The Importance of Soft Skills: Education Beyond Academic Knowledge. Journal of Language and Communication.146-154.

Septiani, A., Suharti., Emma Indrawati, 2007. Naskah Publikasi Hubungan Antara Persepsi Remaja Awal Terhadap Peran Ayah dalam Keluarga Dengan Keterampilan Sosial Pada Remaja. Universitas islam Indonesia. Yogyakarta.

Siahaan, K. R. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis Media Visual Terhadap Hasil Belajar Biologi dan Kecakapan Sosial Siswa SMA Budi Murni 2 Medan. Tesis tidak dipublikasi. Program Pasca Sarjana.

(27)

70

Sulistyo, E dan M. Khoirun Nas. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Learning Together Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Diklat Menjelaskan Dasar-dasar Sinyal Video di SMK Negeri 1 Sidoarjo. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. 2(3): 939-944.

Suparmin, Safitri. R. 2012. Biologi untuk SMA & MA Kelas X. Surakarta: Mediatama.

Syah, M. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wibowo, A. 2013. Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi. Membangun Karakter Ideal Mahasiswa di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gambar

Tabel 1.1    PerolehanNilaiRata-Rata Ujian Semester Mata Pelajaran BiologiKelas X SMA Negeri 1 Batangonang…,……….…….…
Gambar 4.1   Nilai Pretes Hasil Belajar Siswa dengan                        Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS, LT,
Tabel 1.1. Perolehan Nilai Rata-rata Ujian Semester Mata Pelajaran Biologi Kelas X SMA Negeri 1 Batangonang

Referensi

Dokumen terkait

Dodecyl Benzene Sulfonic Acid yang terjadi kemudian dinetralkan dengan NaOH (20%) dalam sebuah netralizer sehingga dihasilkan.. Sodium Dodecyl Benzene Sulfonate yang

Toko Benang-benang Hobi yang bergerak dalam bidang kerajinan kristik mempunyai lebih dari 75 pelanggan tetap yang berada di luar daerah, maka dibutuhkan sistem

lulusan Polileknik yang bcrkualitas dan selaras d€nsan peratumn akademik yans relah diteraphe naka pada akhir prosrm pendidikal mahasiswa di*ajibkan menbuat Tugas

Termoregulasi adalah proses fisioogos yang merupakan kegiatan integrasi dan koordinasi yang digunakan secara aktif untuk mempertahankan suhu inti tubuh melawan

Bila dengungan setelah dinyatakan berhenti oleh si pemeriksa juga tidak dapat didengar oleh op maka hasil pemeriksaan adalah Schwabach normal.... BAB 5

This research was conducted over six months and comprised three stages (Figure. 1): (1) AM isolatation, propagation and identification (Chruz, 1991), from soil collected

Menurut FI ed III, suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi.. dalam

setting dengan ASPn terhadap viabilitas sel pulpa secara in vitro. Membandingkan efek penambahan KMTn pada ASPn sebelum