• Tidak ada hasil yang ditemukan

Forum Diskusi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Forum Diskusi"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

Persoalan Logistik di Indonesia

Aviliani

(2)

Kerangka Konektivitas Nasional

2

Sumber: MP3EI, 2011

Sumber: Sislognas

(3)
(4)

Blueprint Sislognas dan Kerangka Implementasi MP3EI

4

(5)

Jaringan Sistem Logistik Nasional

5

(6)

Kondisi Umum Logistik Nasional

6

(7)

Masalah Logistik Nasional

Tujuh masalah logistik di Indonesia adalah:

1. Masalah komoditas

komoditas penggerak utama (key commodity factor) sebagai penggerak aktivitas logistik belum terkoordinasi secara

efektif, belum adanya fokus komoditas yang ditetapkan sebagai komitmen nasional, dan belum optimalnya volume perdagangan ekspor dan impor.

2. Infrastruktur

Belum memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

Penyebabnya: belum adanya pelabuhan penghubung,

belum dikelola secara terintegrasi, efektif dan efisien, serta belum efektifnya intermodal transportasi dan interkoneksi

antara infrastruktur pelabuhan, pergudangan, transportasi dan wilayah hinterland,

Banyaknya pelabuhan yang mengalami pendangkalan

seperti Pelabuhan Belawan di Medan (pintu utama pelabuhan Indonesia dari kawasan Indonesia di bagian barat).

Akibatnya, antian semakin lama sehingga menambah biaya logistik.

Infrastruktur menuju pelabuhan juga buruk. Misalnya jalan menuju pelabuhan Tanjung Priok Jakarta yang setiap hari selalu macet.

(8)

Peringkat Indonesia untuk Infrastruktur

Menurut Komponen Versi WEF, 2012-2013

No Komponen Peringkat

1

Kualitas infrastruktur secara keseluruhan Kualitas jalan

Kualitas infrastruktur jalan kereta api Kualitas infrastruktur pelabuhan

Kualitas infrastruktur transportasi udara

Ketersediaan tempat duduk pesawat terbang Kualitas listrik

Pembelian/pendaftaran telefon seluler/100 penduduk Jalur telefon tetap/100 penduduk

92

Sumber: WEF (2012).

Dari 144 negara yang disurvei WEF, kualitas infrastruktur utama seperti jalan, pelabuhan, dan listrik masih

(9)

Persentase Pelaku Usaha yang menyatakan Kualitas Infrastruktur Buruk

(10)

3. Pelaku dan penyedia jasa logistik

masih berdaya saing rendah karena terbatasnya jaringan bisnis pelaku dan penyedia jasa logistik lokal sehingga

pelaku multinasional lebih dominan dan terbatasnya kualitas dan kemampuan Pelaku dan Penyedia Jasa Logistik Nasional.

Kapal yang sudah tua (biaya perawatan semakin mahal dan dibebankan kepada biaya logistik) dan tidak memadai lagi sehingga tidak efisien. Belum lagi masalah penyusutan

barang selama perjalanan. 4. Sumber Daya Manusia

Persoalan yang mengemuka pada pelaku dan penyedia jasa

logistik terutama pada kualitas SDM serta kompetensinya, manajemen, minim pelatihan sehingga daya saing rendah. 5. Teknologi Informasi dan Komunikasi

Belum didukung oleh ketersediaan infrastruktur dan jaringan yang handal, masih terbatasnya jangkauan jaringan

pelayanan non seluler, dan masih terbiasanya menggunakan sistem manual (paper based system) dalam transaksi logistik

(11)

6. Regulasi

Kebijakan logistik nasional masih parsial dan tersebar di beberapa kementerian sehingga sulit untuk merumuskan kebijakan yang efektif, efisien, dan dapat terimplementasi.

7. Kelembagaan

Buruknya sistem kelembagaan yang ada, misalnya tergambar dari sulitnya koordinasi lintas sektoral serta alpanya kelembagaan yang mengawal pelaksanaan pengembangan logistik nasional.

Masalah lainnya adalah maraknya mark up anggaran, yang berujung pada korupsi.

Logistik merupakan intergasi beberapa komponen sehingga harus ada suatu lembaga khusus yang menanganinya. Beberapa

komponen yang dimaksud adalah: transportasi, warehousing, distribusi dan usaha perdagangan.

Pilihan yang muncul adalah membentuk kementerian khusus atau lembaga khusus.

Masalah logistik di Thailand langsung ditangani oleh perdana

menteri. Kondisi yang serupa juga terjadi di Korea Selatan dimana urusan logistik diberikan kepada menteri tersendiri.

(12)

Masalah Memulai Bisnis di Indonesia

12

(13)

Beberapa masalah lainnya yang membebani pengusaha

terkait dengan logistik adalah:

Jembatan timbang yang tidak transparan, biaya sogor, banyak pungutan liar, biaya premanisme, hingga retribusi liar.

One way tracking. Angkutan hanya mengangkut barang ketika proses pengiriman dan saat kembali dalam kondisi kosong. Hal ini sangat tidak efisien. Inilah yang menyebabkan harga

pengiriman barang ke Medan lebih mahal dibanding ke Singapura (Mansyrur, 2011).

Masalah kredit kendaraan yang sangat sulit, sehingga

pengusaha biasanya menggunakan dana pribadi yang relatif terbatas.

(14)

Pemerintah Mengeluarkan Perpres No. 26 Tahun 2012 tentang

Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional

Beberapa hal yang berpengaruh terhadap efektifitas regulasi tersebut adalah:

Perlu adanya integrasi antara pemangku kebijakan sebagai pihak yang berperan dalam merumuskan langkah-langkah strategis sistem logistik nasional. Misalnya Kemenko dan Perhubungan.

Perlu melibatkan peran serta pemerintah daerah. Daerah harus turut dalam menyukseskan sistem logistik karena akan berpengaruh besar terhadap distribusi barang dan jasa.

Melibatkan stakeholder lainnya seperti BUMN, pengusaha, dan kepolisian.

(15)

Alokasi Kredit Sektor Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi = 7,22%

(16)

Iklim Investasi dan Realisasi Investasi

Realisasi PMA dan PMDN

(17)

Belanja Pemerintah Menurut Fungsi

Fungsi ekonomi memeroleh anggaran 8,7 persen dari total anggaran menurut fungsi. Subfungsi telekomunikasi mengambil porsi nyaris 0 persen pada 2014, dengan anggara Rp2,4 triliun.

Belanja Pemerintah

(18)

Logistik dalam RAPBN 2015

Sasaran yang akan dicapai pada isu strategis peningkatan efisiensi sistem logistik dan distribusi antara lain:

Menurunkan rasio biaya logistik nasional terhadap PDB menjadi sebesar 23,6 persen pada tahun 2015.

Menurunkan dwelling time menjadi 6 hari;

Terjaganya stabilitas harga, khususnya kebutuhan pokok, antarwilayah dan antarwaktu,.

Beberapa hal yang akan dilakukan adalah: (i) peningkatan efisiensi jalur distribusi bahan pokok dan strategis; dan (ii) penurunan waktu dan biaya logistik pelabuhan.

(19)

8 Fokus Pembenahan Logistik Nasional

Pada Indonesian Summit Logistic (ISL) disimpulkan delapan fokus pembenahan logistik nasional:

1. 25 pelabuhan laut yang merupakan pintu gerbang utama

perdagangan harus dibenahi, termasuk pengembangan pelabuhan udara di setiap provinsi Indonesia dan terminal kargo di

stasiun-stasiun kereta api.

2. Perlu penyelarasan atau harmonisasi yang berhubungan dengan operasional angkatan laut, darat, dan udara.

3. Perlu dicegah terjadinya stagnasi terhadap pergerakan arus barang. 4. Perlu dilaksanakan penerapan pelaksanaan 24 jam/hari di seluruh

pelabuhan nasional.

5. Perlu penerapan secara penuh National Single Window (NSW) terutama untuk Cargo Release System.

6. Harus ada percepatan pembangunan pelabuhan Tanjung Priok, North Kalibaru dalam rangka menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015.

7. Perlu percepatan penyelesaian Jakarta Outer Ring Road (JORR) dari daerah industri ke Tanjung Priok.

8. Perlu segera dibentuk Dewan Logistik Nasional sebagai instrumen yang memantau dan mengawasi pergerakan arus barang baik angkutan laut, darat, dan udara.

19 Sumber:

(20)

Indikator Penyusun

Logistic Performance Index

20

(1) kepabeanan (custom),

(2) infrastruktur (infrastructure),

(3) kemudahan mengatur pengapalan internasional (international shipment),

(4) kompetensi (competence) logistik dari pelaku dan penyedia jasa lokal,

(5) pelacakan (tracking dan tracing),

(6) biaya logistik dalam negeri (domestic logistics cost),

(21)

Biaya Logistik di Indonesia

Biaya logistik sekitar Rp 1.820 Triliun yang terdiri dari biaya

penyimpanan sebesar Rp 546 Triliun, biaya transportasi sebesar Rp 1.092 Triliun, dan biaya administrasi sebesar Rp 182 Triliun (Lembaga Pengkajian Penelitian dan Pengembangan Ekonomi, LP3EI) Kadin).

Tingkat Pertumbuhan sektor jasa logistik diperkirakan mencapai sekitar 14%/tahun. Biaya Logistik nasional mencapai 23,6% dari PDB (2013) dan 14% terhadap biaya produksi. Biaya Logistik

menghabiskan 14,08% dari total biaya produksi (2012) [Sumber:

http://www.ilfa.or.id/images/Laporan_Pelaksanaan_MUNAS_V_ALFI.p

(22)

Perbandingan Waktu Bongkar Muat (

Dwilling

Time

)

Port Klang (Malaysia)

Tanjung Priok menjadi pelabuhan yang paling lama waktu bongkar muatnya, mencapai 8-8,7 hari. Pemerintah menargetkan pada 2015 menjadi 4 hingga 6 hari.

(23)

Perbandingan Biaya Logistik Beberapa Pelabuhan

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00

Jabotabek

Logistics Costs 15.32 13.67 15.61 11.70 14.08 4.88 Jabotabek Surabaya Medan Makassar Indonesia

(Avg) Japan

Indonesia 

14,08% dari total nilai penjualan secara rata-rata,

(24)

Logistic Performance Index

(25)

Rincian Peringkat Logistic Performance Index, 2012

Sumber: World Bank, 2012

Dengan peringkat LPI yang membaik dari tahun sebelumnya di,

menunjukkan perbaikan, hanya perbaikan masih pada domain swasta, tidak pada domain pemerintah (a dan b).

(26)

Sebagian Besar Distribusi Barang Melalui Darat

26

Angkutan Jalan 2,514,150

Angkutan Kereta Api 17,415

Angkutan Penyeberangan 27,400

Angkutan Laut 194,810

(27)

Biaya Logistik terhadap PDB 2000 dan 2005

(28)

Sekian dan Terima Kasih

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Data primer penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang menanyakan tentang data demografis (jenis kelamin, jurusan, dan jenjang sekolah),

Analisis kebutuhan dalam rancang bangu media pembelajaran pada materi pengolahan dilakukan melalui observasi dan teknik wawancara. Proses perancangan media

Data yang dimasukkan dari user kemudian dihitung dalam inference engine, inference engine menyesuaikan dengan knowledgebase yang disediakan untuk menghasilkan keputusan yang

Demikian juga dengan pengolahan data akademik untuk kebutuhan informasi di sekolah yang berkaitan dengan proses belajar mengajar dan informasi hasil belajar yang

Competency management perusahaan berpengaruh positif terhadap effectively project team karena dengan memiliki keahlian tersendiri para manajemen perusahaan dapat

Surat keluar adalah surat yang diterbitkan oleh pihak yang memiliki wewenang menerbitkan surat dalam lingkungan Politeknik Negeri Batam yang ditujukan kepada pengguna jasa

O1 is pre-test given before the treatment, then the treatment is signed as X which using Transactional Strategies Instruction in teaching reading comprehension of

Data kualitatif terdiri atas data ukuran (data kontinu) yang diperoleh dari hasil pengukuran besaran objek dan data cacahan (data diskrit) yang diperoleh dari hasil mencacah,