BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pada hakekatnya anak memiliki kedudukan sebagai generasi muda yang
nantinya akan menjadi seorang pemimpin di masa depan dan sebagai penerus cita-cita
bangsa. Sudah seharusnya seorang anak diberikan kesempatan yang besar dalam
masa perkembangan dan pertumbuhannya dimana dalam masa itu mencakup semua
kebutuhan yang diperlukan anak baik semasa dalam kandungan, dilahirkan, sampai
masa dibesarkan guna untuk tumbuh dan berkembang. Perkembangan dan
pertumbuhan anak secara wajar baik fisik, mental, dan sosial,1 menjadikan seorang
anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodratnya. Memenuhi kebutuhan
anak akan perkembangan dan pertumbuhan merupakan salah satu usaha yang dapat
dilakukan dalam memberikan perlindungan terhadap anak.
Sebagaimana ketentuan dalam Pasal 28 B ayat (2) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa: “setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi”. Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa : “Setiap anak sejak dalam kandungan, berhak untuk hidup, mempertahankan hidup, dan meningkatkan taraf
kehidupannya”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa anak mempunyai hak
secara kodrati dimana hak tersebut telah dijaminkan oleh undang-undang, dengan hak
tersebut maka anak ditempatkan pada posisi yang sama.
Tidak hanya dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang
memberikan perlindungan terhadap harkat dan martabat anak. Karena apabila melihat
pada ketentuan dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak j.o Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak juga
menyatakan bahwa:
“Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera”.
Dengan melihat pada penjelasan dalam Pasal 28 B ayat (2) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan pada penjelasan Pasal 3
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak j.o
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dari ketentuan tersebut terlihat bahwa
pemerintah memberikan perlindungan secara khusus terhadap anak guna tercapainya
sepatutnya Negara menjamin akan perlindungan anak. Perlindungan anak dapat
dibedakan dalam 2 (dua) bagian yaitu :2
1. Perlindungan anak yang bersifat yuridis, yang meliputi: perlindungan dalam bidang hukum publik dan dalam bidang hukum keperdataan.
2. Perlindungan anak yang bersifat non yuridis, meliputi: perlindungan dalam bidang sosial, bidang kesehatan, bidang pendidikan.
Sebagaimana Undang-Undang menjamin terhadap perlindungan anak, maka
sudah sepatutnya pemerintah mengupayakan suatu cara agar dapat menjamin akan
hak-hak anak yang sebagaimana telah diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dimana upaya tersebut dapat dilakukan
dengan memberikan perlindungan terhadap anak sehingga anak dapat tumbuh dan
berkembang sesuai dengan usianya. Dengan menjamin akan perlindungan terhadap
anak maka secara otomatis Negara bertanggungjawab akan tumbuh kembang anak.
Dalam hal dikaitkan dengan perlindungan anak tidak hanya dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia maupun dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak j.o Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak yang memberikan perlindungan secara khusus
terhadap anak. Karena apabila melihat pada ketentuan Keppres Nomor 36 Tahun
1990 yang diundangkan pada tanggal 5 Oktober 1990 dan telah diratifikasi oleh
Negara Indonesia, Konvensi Hak Anak (KHA) juga memberi kewajiban bagi negara
pesertanya untuk memberikan pemenuhan hak bagi setiap anak terikat baik secara
moral maupun yuridis untuk melaksanakannya. Dalam Konvensi Hak Anak (KHA)
terdapat beberapa pasal yang menyangkut mengenai kesejahteraan anak. Apabila
melihat pada ketentuan Pasal 3 Konvensi Hak anak menyatakan: “Negara menjamin
hak anak untuk menjadi sejahtera dengan memberi perlindungan dan perawatan serta
memperhatikan hak serta kewajiban orang tuanya”.3 Salah satu cara yang dapat
dilakukan dalam memberi perlindungan dan perawatan bagi anak adalah adanya
pemberian asupan gizi yang cukup dan seimbang bagi anak.
Dalam hal dikaitkan dengan perlindungan terhadap anak, sebagaimana telah
dijelaskan dalam Undang-Undang, anak mempunyai hak untuk tumbuh, kembang
serta memperoleh perlindungan terhadap ancaman dari dalam maupun dari luar.
Dengan demikian maka mulai dari anak tersebut dikandung sampai anak tersebut
lahir tidak hanya orang tua tetapi Negara mempunyai kewajiban akan kesehatan,
tumbuh, kembang anak sebagaimana Undang-Undang menjaminnya. Dengan
demikian orang tua khususnya ibu memiliki kewajiban dan mempunyai peran yang
sangat penting guna perkembangan anak. Untuk mencapai itu semua salah satu
upayanya adalah dengan pemberian Air Susu Ibu Eksklusif (selanjutnya disebut ASI
Eksklusif) terhadap anak. Sejatinya ASI merupakan makanan yang sempurna bagi
bayi, dapat dikatakan demikian karena ASI dapat mencukupi seluruh unsur kebutuhan
bayi baik fisik, psikologi, social, maupun spiritual.4 Definisi ASI Eksklusif
3Konvensi Hak Anak (KHA) Tanggal 20 November 1989, Indonesian Version.
4Hubertin Sri Purwanti, Konsep Penerapan Asi Eksklusif Buku Saku Untuk Bidan, Buku Kedokteran
berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1 angka 6 Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun
2012 yaitu: “Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disingkat ASI Eksklusif
adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa
menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain”. Adanya
pemberian ASI Eksklusif ini dapat menjamin terpenuhinya hak anak guna menjamin
pemenuhan hak anak untuk mendapatkan sumber makanan terbaik sejak dilahirkan
sampai berusia 6 bulan.
Seperti yang telah diketahui, menyusui dapat menurunkan risiko bayi terkena
infeksi akut dan penyakit kronis di masa mendatang. Oleh karena itu, setiap ibu
melahirkan dianjurkan dapat memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya,5
berdasarkan ketentuan dalam Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012
tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif mewajibkan setiap ibu untuk memberikan
ASI Eksklusif kepada bayi. terkecuali bila si ibu tidak bisa menyusui dikarenakan
adanya hal medis yang membuat ASI ibu tidak boleh diberikan sesuai yang tercantum
dalam Pasal 128 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
menyatakan: “Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis”.
Pemberian ASI Eksklusif bertujuan untuk menjamin pemenuhan hak Bayi
untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 (enam)
5Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Kesehatan, Murti Utami, “Pemerintah Resmi
bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya.6 Atas tujuan
tersebut pemerintah berupaya untuk menjamin tercapainya program pemberian ASI
Eksklusif terhadap anak sebagaimana telah dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu
Eksklusif.
Kebijakan terkait dengan pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif khususnya di
Kota Salatiga terdapat dalam Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014
tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu Eksklusif yang berisikan
memperoleh ASI merupakan hak asasi bagi bayi dan memberikan ASI merupakan
kewajiban bagi ibu kepada bayinya sehingga keberhasilan proses ibu menyusui
sangat dipengaruhi oleh Inisiasi Menyusu Dini. Dalam Pasal 2 Peraturan Daerah Kota
Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu
Eksklusif menyatakan: “Pengaturan IMD dan ASI Eksklusif berdasarkan asas: a.
kepentingan terbaik anak; b. perlindungan terhadap ibu dan anak dan; c. non
diskriminasi”. Serta Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu Eksklusif memiliki tujuan atas pembentukan
peraturan ini. Pasal 3 menyatakan: a. memberikan perlindungan secara hukum bagi
bayi untuk mendapatkan hak dasarnya, b. memberikan perlindungan secara hukum
bagi ibu untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya kapanpun dan dimanapun,
c. meningkatkan peran serta dan dukungan keluarga, masyarakat, dan pemerintah
daerah terhadap pelayanan IMD dan ASI Eksklusif. Sebenarnya dengan menyusui
maka secara otomatis akan mengurangi risiko perdarahan pasca melahirkan, kanker
payudara, pra menopause dan kanker ovarium.7
Namun demikian, sampai saat ini penerapan pola pemberian makan terbaik
untuk bayi sejak lahir sampai anak berumur (2) tahun tersebut belum dilaksanakan
dengan baik khususnya dalam hal pemberian ASI Eksklusif.8 Di Kota Salatiga
pemenuhan akan hak anak mendapatkan ASI Eksklusif belum berjalan dengan baik
karena berdasarkan cakupan ASI Eksklusif di Kota Salatiga yang ditargetkan yaitu
sebanyak 80% belum mencapai target yang diharapkan, sampai dengan tahun 2014
cakupan ASI Eksklusif di Kota Salatiga hanya sebanyak 57,9%.9 Tidak hanya itu saja
apabila melihat pada data mengenai pemantauan ASI Eksklusif terhadap bayi di Kota
Salatiga juga belum memenuhi pencapaian pemberian ASI Eksklusif, Berikut ini
adalah data hasil pemantauan ASI Eksklusif yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Dengan melihat pada uraian data diatas dapat dilihat bahwa jumlah bayi dan
jumlah bayi yang diberi ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan usia 5 bulan
tidak sama, hal ini dapat menjadi hambatan dalam penyelenggaraan program
pemberian ASI Eksklusif di Kota Salatiga. Pemerintah Daerah perlu mengupayakan
cara agar pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif ini dapat terlaksana dengan
baik dan tujuan agar anak memperolah hak-haknya dapat tercapai dengan mengacu
pada ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air
Susu Ibu Eksklusif, Pemerintah atau administrasi negara adalah sebagai subjek
hukum, sebagai dragger van de rechten en plichten atau pendukung hak-hak dan
kewajiban. Sebagai subjek hukum, pemerintah sebagaimana subjek hukum lain
melakukan berbagai tindakan baik tindakan nyata (feitelijkhandelingen) maupun
tindakan hukum (rechshandelingen).11 Maka dengan demikian pemerintah
bertanggungjawab dalam pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif.
Berdasarkan Pasal 5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012
tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif menyebutkan bahwa Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota mempunyai tanggung jawab dalam program pemberian ASI
Eksklusif yaitu meliputi:
a. Melaksanakan kebijakan nasional dalam rangka program ASI Eksklusif.
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi program ASI Eksklusif dalam skala kabupaten/kota.
c. Memberikan pelatihan teknis konseling menyusui dalam skala kabupaten/kota.
d. Menyediakan tenaga konselor menyusui di fasilitas Pelayanan Kesehatan dan tempat sarana umum lainnya dalam skala kabupaten/kota.
e. Membina, monitoring, mengevaluasi dan mengawasi pelaksanaan dan pencapaian program pemberian ASI Eksklusif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, satuan pendidikan kesehatan, tempat kerja, tempat sarana umum, dan kegiatan di masyarakat dalam skala kabupaten/kota.
f. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan program ASI Eksklusif yang mendukung perumusan kebijakan kabupaten/kota.
g. Mengembangkan kerjasama dengan pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan
h. Menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi dan edukasi atas penyelenggaraan pemberian ASI Eksklusif dalam skala kabupaten/kota.
Dengan demikian maka, Pemerintah Daerah wajib untuk melaksanakan
kewajiban serta bertanggungjawab dalam pelaksanaan program pemberian ASI
Eksklusif yang secara tegas telah dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33
Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, tidak hanya itu Pemerintah
Daerah dalam pelaksanaannya juga dapat mengacu pada ketentuan Peraturan Daerah
Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu,
sehingga pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif ini dapat berjalan dengan
baik guna mewujudkan pemenuhan hak anak untuk memperoleh ASI Eksklusif.
Berdasarkan Latar Belakang diatas penulis bermaksud menulis skripsi dengan
judul PERAN DINAS KESEHATAN KOTA SALATIGA DALAM
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dalam penulisan skripsi ini, masalah yang akan
dibahas adalah Bagaimana Peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga Dalam
Mewujudkan Hak Anak Memperoleh ASI Eksklusif ?
C.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dan menganalisis peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga
terhadap pelaksaan pemberian ASI Eksklusif dengan mengacu pada ketentuan
Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi
Menyusu Dini dan Air Susu Ibu.
D.
Manfaat Penelitian
Kegunaan atau manfaat dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi kegunaan
atau manfaat secara teoritis dan secara praktis, sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
Hasil dan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
kontribusi bagi para pihak yang terkait khususnya dalam hal
pelaksanaan program ASI Eksklusif. Serta bagaimana membatasi
kajian teoritik tentang kebijakan public, khususnya kewajiban
pemerintah terhadap hak anak dan perempuan.
2. Secara Praktis
Hasil dan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada para pihak atau instansi yang terkait terhadap pelaksanaan
Menyusu Dini dan Air Susu Ibu Eksklusif serta memberikan
pandangan terhadap pemerintah dalam membuat sebuah kebijakan.
E.
Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian yuridis
empiris, yaitu penelitian berupa studi empiris untuk menemukan
teori-teori mengenai proses terjadinya dan mengenai proses bekerjanya
hukum di dalam masyarakat.12 Penggunaan penelitian yuridis empiris
digunakan untuk menggambarkan peran Dinas Kesehatan Kota
Salatiga dalam mewujudkan hak anak memperoleh ASI Eksklusif.
2. Pendekatan Hukum
Dalam penelitian ini penulis menggunakan Pendekatan Socio-Legal
Research, yaitu penelitian hukum yang menitikberatkan perilaku
individu atau masyarakat dalam kaitannya dengan hukum.13
3. Pengumpulan Data
a. Studi Pustaka
Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan
mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku,
literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada
hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.14
12Suratman dan H.Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum, Alfabeta, Bandung, 2014, h. 45.
13Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Edisi Revisi, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta,
2005, h. 128.
b. Wawancara
Metode wawancara ini digunakan untuk memperoleh data primer.
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat
atau instansi pemerintah terkait melalui observasi/pengamatan,
interview/wawancara, questionere/angket.15
Data primer yang
dipergunakan adalah bahan-bahan wawancara dengan responden
yang paling utama adalah Dinas Kesehatan, selain itu penulis juga
melakukan wawancara dengan responden lain yaitu :
1. Konselor ASI
2. Tenaga Kesehatan (Bidan)
3. Ketua Posyandu
4. Lokasi penelitian
Dalam melakukan penelitian skripsi ini penulis menggunakan lokasi
penelitian di Dinas Kesehatan Kota Salatiga, Puskesmas Sidorejo
Kidul.
5. Bahan Hukum
Menggunakan Bahan Hukum Primer. Bahan Hukum Primer
merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif, artinya mempunyai
otoritas. Bahan hukum primer terdiri dari perundang-undanganan,
catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan
15
undangan atau putusan hakim.16 Bahan hukum primer yang digunakan
dalam penelitian ini adalah :
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia.
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak j.o Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak.
d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan.
e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan.
f. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah.
g. Keputusan Presiden Rebuplik Indonesia Nomor 36 Tahun 1990
tentang Ratifikasi Konvensi Hak Anak.
h. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun
2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.
i. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15
Tahun 2013 Tata Cara Dalam Penyediaan Fasilitas Menyusui,
j. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39
Tahun 2013 tentang Aturan Penggunaan Susu Formula Bayi
Dan Produk Lainnya.
k. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 Tentang
Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu.
dan menggunakan Bahan Nonhukum.17 Bahan Nonhukum dapat
berupa buku-buku mengenai ilmu politik, ekonomi, sosiologi, filsafat,
kebudayaan ataupun laporan-laporan penelitian nonhukum dan
jurnal-jurnal nonhukum sepanjang mempunyai relevansi dengan topik
penelitian.
F.
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 3 bab dengan beberapa sub-bab
yang mana sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai :
A. Latar Belakang Masalah.
B. Rumusan Masalah.
C. Tujuan Penelitian.
D. Manfaat Penelitian.
E. Metode Penelitian.
F. Sistematika Penulisan.
BAB II : KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas mengenai :
A. Kajian Teori
1. Kebijakan Otonomi Daerah dan Desentralisasi.
2. Peran dan Kewajiban Pemerintah dalam Pelaksanaan
Program Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif.
3. Hak Anak.
4. Hak Atas Kesehatan.
5. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif.
B. Hasil Penelitian
B.1. TUPOKSI Dinas Kesehatan Kota Salatiga berdasarkan
Peraturan Walikota Salatiga Nomor 54 Tahun 2011 tentang
Tugas Pokok, Fungsi, dan Uraian Tugas Pejabat Struktural
Pada Dinas Daerah Kota Salatiga.
B.2. Penyelenggaraan Program Pemberian ASI Eksklusif,
wawancara dengan Dinas Kesehatan Kota Salatiga, Konselor
C. Pembahasan
1. Analisis Peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga Dalam
Mewujudkan Hak Anak Memperoleh ASI Eksklusif.
BAB III : PENUTUP
Pada bab ini akan membahas mengenai :
1. Kesimpulan.