• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga dalam Mewujudkan Hak Anak Memperoleh ASI Eksklusif T1 312012046 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga dalam Mewujudkan Hak Anak Memperoleh ASI Eksklusif T1 312012046 BAB I"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pada hakekatnya anak memiliki kedudukan sebagai generasi muda yang

nantinya akan menjadi seorang pemimpin di masa depan dan sebagai penerus cita-cita

bangsa. Sudah seharusnya seorang anak diberikan kesempatan yang besar dalam

masa perkembangan dan pertumbuhannya dimana dalam masa itu mencakup semua

kebutuhan yang diperlukan anak baik semasa dalam kandungan, dilahirkan, sampai

masa dibesarkan guna untuk tumbuh dan berkembang. Perkembangan dan

pertumbuhan anak secara wajar baik fisik, mental, dan sosial,1 menjadikan seorang

anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodratnya. Memenuhi kebutuhan

anak akan perkembangan dan pertumbuhan merupakan salah satu usaha yang dapat

dilakukan dalam memberikan perlindungan terhadap anak.

Sebagaimana ketentuan dalam Pasal 28 B ayat (2) Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa: “setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari

kekerasan dan diskriminasi”. Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa : “Setiap anak sejak dalam kandungan, berhak untuk hidup, mempertahankan hidup, dan meningkatkan taraf

kehidupannya”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa anak mempunyai hak

(2)

secara kodrati dimana hak tersebut telah dijaminkan oleh undang-undang, dengan hak

tersebut maka anak ditempatkan pada posisi yang sama.

Tidak hanya dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 dan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang

memberikan perlindungan terhadap harkat dan martabat anak. Karena apabila melihat

pada ketentuan dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak j.o Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan

atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak juga

menyatakan bahwa:

“Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera”.

Dengan melihat pada penjelasan dalam Pasal 28 B ayat (2) Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan pada penjelasan Pasal 3

Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak j.o

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dari ketentuan tersebut terlihat bahwa

pemerintah memberikan perlindungan secara khusus terhadap anak guna tercapainya

(3)

sepatutnya Negara menjamin akan perlindungan anak. Perlindungan anak dapat

dibedakan dalam 2 (dua) bagian yaitu :2

1. Perlindungan anak yang bersifat yuridis, yang meliputi: perlindungan dalam bidang hukum publik dan dalam bidang hukum keperdataan.

2. Perlindungan anak yang bersifat non yuridis, meliputi: perlindungan dalam bidang sosial, bidang kesehatan, bidang pendidikan.

Sebagaimana Undang-Undang menjamin terhadap perlindungan anak, maka

sudah sepatutnya pemerintah mengupayakan suatu cara agar dapat menjamin akan

hak-hak anak yang sebagaimana telah diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dimana upaya tersebut dapat dilakukan

dengan memberikan perlindungan terhadap anak sehingga anak dapat tumbuh dan

berkembang sesuai dengan usianya. Dengan menjamin akan perlindungan terhadap

anak maka secara otomatis Negara bertanggungjawab akan tumbuh kembang anak.

Dalam hal dikaitkan dengan perlindungan anak tidak hanya dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 39

Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia maupun dalam Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak j.o Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2002 tentang Perlindungan Anak yang memberikan perlindungan secara khusus

terhadap anak. Karena apabila melihat pada ketentuan Keppres Nomor 36 Tahun

1990 yang diundangkan pada tanggal 5 Oktober 1990 dan telah diratifikasi oleh

Negara Indonesia, Konvensi Hak Anak (KHA) juga memberi kewajiban bagi negara

(4)

pesertanya untuk memberikan pemenuhan hak bagi setiap anak terikat baik secara

moral maupun yuridis untuk melaksanakannya. Dalam Konvensi Hak Anak (KHA)

terdapat beberapa pasal yang menyangkut mengenai kesejahteraan anak. Apabila

melihat pada ketentuan Pasal 3 Konvensi Hak anak menyatakan: “Negara menjamin

hak anak untuk menjadi sejahtera dengan memberi perlindungan dan perawatan serta

memperhatikan hak serta kewajiban orang tuanya”.3 Salah satu cara yang dapat

dilakukan dalam memberi perlindungan dan perawatan bagi anak adalah adanya

pemberian asupan gizi yang cukup dan seimbang bagi anak.

Dalam hal dikaitkan dengan perlindungan terhadap anak, sebagaimana telah

dijelaskan dalam Undang-Undang, anak mempunyai hak untuk tumbuh, kembang

serta memperoleh perlindungan terhadap ancaman dari dalam maupun dari luar.

Dengan demikian maka mulai dari anak tersebut dikandung sampai anak tersebut

lahir tidak hanya orang tua tetapi Negara mempunyai kewajiban akan kesehatan,

tumbuh, kembang anak sebagaimana Undang-Undang menjaminnya. Dengan

demikian orang tua khususnya ibu memiliki kewajiban dan mempunyai peran yang

sangat penting guna perkembangan anak. Untuk mencapai itu semua salah satu

upayanya adalah dengan pemberian Air Susu Ibu Eksklusif (selanjutnya disebut ASI

Eksklusif) terhadap anak. Sejatinya ASI merupakan makanan yang sempurna bagi

bayi, dapat dikatakan demikian karena ASI dapat mencukupi seluruh unsur kebutuhan

bayi baik fisik, psikologi, social, maupun spiritual.4 Definisi ASI Eksklusif

3Konvensi Hak Anak (KHA) Tanggal 20 November 1989, Indonesian Version.

4Hubertin Sri Purwanti, Konsep Penerapan Asi Eksklusif Buku Saku Untuk Bidan, Buku Kedokteran

(5)

berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1 angka 6 Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun

2012 yaitu: “Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disingkat ASI Eksklusif

adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa

menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain”. Adanya

pemberian ASI Eksklusif ini dapat menjamin terpenuhinya hak anak guna menjamin

pemenuhan hak anak untuk mendapatkan sumber makanan terbaik sejak dilahirkan

sampai berusia 6 bulan.

Seperti yang telah diketahui, menyusui dapat menurunkan risiko bayi terkena

infeksi akut dan penyakit kronis di masa mendatang. Oleh karena itu, setiap ibu

melahirkan dianjurkan dapat memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya,5

berdasarkan ketentuan dalam Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012

tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif mewajibkan setiap ibu untuk memberikan

ASI Eksklusif kepada bayi. terkecuali bila si ibu tidak bisa menyusui dikarenakan

adanya hal medis yang membuat ASI ibu tidak boleh diberikan sesuai yang tercantum

dalam Pasal 128 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

menyatakan: “Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis”.

Pemberian ASI Eksklusif bertujuan untuk menjamin pemenuhan hak Bayi

untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 (enam)

5Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Kesehatan, Murti Utami, “Pemerintah Resmi

(6)

bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya.6 Atas tujuan

tersebut pemerintah berupaya untuk menjamin tercapainya program pemberian ASI

Eksklusif terhadap anak sebagaimana telah dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu

Eksklusif.

Kebijakan terkait dengan pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif khususnya di

Kota Salatiga terdapat dalam Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014

tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu Eksklusif yang berisikan

memperoleh ASI merupakan hak asasi bagi bayi dan memberikan ASI merupakan

kewajiban bagi ibu kepada bayinya sehingga keberhasilan proses ibu menyusui

sangat dipengaruhi oleh Inisiasi Menyusu Dini. Dalam Pasal 2 Peraturan Daerah Kota

Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu

Eksklusif menyatakan: “Pengaturan IMD dan ASI Eksklusif berdasarkan asas: a.

kepentingan terbaik anak; b. perlindungan terhadap ibu dan anak dan; c. non

diskriminasi”. Serta Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu Eksklusif memiliki tujuan atas pembentukan

peraturan ini. Pasal 3 menyatakan: a. memberikan perlindungan secara hukum bagi

bayi untuk mendapatkan hak dasarnya, b. memberikan perlindungan secara hukum

bagi ibu untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya kapanpun dan dimanapun,

c. meningkatkan peran serta dan dukungan keluarga, masyarakat, dan pemerintah

daerah terhadap pelayanan IMD dan ASI Eksklusif. Sebenarnya dengan menyusui

(7)

maka secara otomatis akan mengurangi risiko perdarahan pasca melahirkan, kanker

payudara, pra menopause dan kanker ovarium.7

Namun demikian, sampai saat ini penerapan pola pemberian makan terbaik

untuk bayi sejak lahir sampai anak berumur (2) tahun tersebut belum dilaksanakan

dengan baik khususnya dalam hal pemberian ASI Eksklusif.8 Di Kota Salatiga

pemenuhan akan hak anak mendapatkan ASI Eksklusif belum berjalan dengan baik

karena berdasarkan cakupan ASI Eksklusif di Kota Salatiga yang ditargetkan yaitu

sebanyak 80% belum mencapai target yang diharapkan, sampai dengan tahun 2014

cakupan ASI Eksklusif di Kota Salatiga hanya sebanyak 57,9%.9 Tidak hanya itu saja

apabila melihat pada data mengenai pemantauan ASI Eksklusif terhadap bayi di Kota

Salatiga juga belum memenuhi pencapaian pemberian ASI Eksklusif, Berikut ini

adalah data hasil pemantauan ASI Eksklusif yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan

(8)

Dengan melihat pada uraian data diatas dapat dilihat bahwa jumlah bayi dan

jumlah bayi yang diberi ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan usia 5 bulan

tidak sama, hal ini dapat menjadi hambatan dalam penyelenggaraan program

pemberian ASI Eksklusif di Kota Salatiga. Pemerintah Daerah perlu mengupayakan

cara agar pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif ini dapat terlaksana dengan

baik dan tujuan agar anak memperolah hak-haknya dapat tercapai dengan mengacu

pada ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air

Susu Ibu Eksklusif, Pemerintah atau administrasi negara adalah sebagai subjek

hukum, sebagai dragger van de rechten en plichten atau pendukung hak-hak dan

kewajiban. Sebagai subjek hukum, pemerintah sebagaimana subjek hukum lain

melakukan berbagai tindakan baik tindakan nyata (feitelijkhandelingen) maupun

tindakan hukum (rechshandelingen).11 Maka dengan demikian pemerintah

bertanggungjawab dalam pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif.

Berdasarkan Pasal 5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012

tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif menyebutkan bahwa Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota mempunyai tanggung jawab dalam program pemberian ASI

Eksklusif yaitu meliputi:

a. Melaksanakan kebijakan nasional dalam rangka program ASI Eksklusif.

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi program ASI Eksklusif dalam skala kabupaten/kota.

c. Memberikan pelatihan teknis konseling menyusui dalam skala kabupaten/kota.

(9)

d. Menyediakan tenaga konselor menyusui di fasilitas Pelayanan Kesehatan dan tempat sarana umum lainnya dalam skala kabupaten/kota.

e. Membina, monitoring, mengevaluasi dan mengawasi pelaksanaan dan pencapaian program pemberian ASI Eksklusif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, satuan pendidikan kesehatan, tempat kerja, tempat sarana umum, dan kegiatan di masyarakat dalam skala kabupaten/kota.

f. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan program ASI Eksklusif yang mendukung perumusan kebijakan kabupaten/kota.

g. Mengembangkan kerjasama dengan pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan

h. Menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi dan edukasi atas penyelenggaraan pemberian ASI Eksklusif dalam skala kabupaten/kota.

Dengan demikian maka, Pemerintah Daerah wajib untuk melaksanakan

kewajiban serta bertanggungjawab dalam pelaksanaan program pemberian ASI

Eksklusif yang secara tegas telah dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33

Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, tidak hanya itu Pemerintah

Daerah dalam pelaksanaannya juga dapat mengacu pada ketentuan Peraturan Daerah

Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu,

sehingga pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif ini dapat berjalan dengan

baik guna mewujudkan pemenuhan hak anak untuk memperoleh ASI Eksklusif.

Berdasarkan Latar Belakang diatas penulis bermaksud menulis skripsi dengan

judul PERAN DINAS KESEHATAN KOTA SALATIGA DALAM

(10)

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dalam penulisan skripsi ini, masalah yang akan

dibahas adalah Bagaimana Peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga Dalam

Mewujudkan Hak Anak Memperoleh ASI Eksklusif ?

C.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dan menganalisis peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga

terhadap pelaksaan pemberian ASI Eksklusif dengan mengacu pada ketentuan

Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi

Menyusu Dini dan Air Susu Ibu.

D.

Manfaat Penelitian

Kegunaan atau manfaat dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi kegunaan

atau manfaat secara teoritis dan secara praktis, sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Hasil dan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

kontribusi bagi para pihak yang terkait khususnya dalam hal

pelaksanaan program ASI Eksklusif. Serta bagaimana membatasi

kajian teoritik tentang kebijakan public, khususnya kewajiban

pemerintah terhadap hak anak dan perempuan.

2. Secara Praktis

Hasil dan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

kepada para pihak atau instansi yang terkait terhadap pelaksanaan

(11)

Menyusu Dini dan Air Susu Ibu Eksklusif serta memberikan

pandangan terhadap pemerintah dalam membuat sebuah kebijakan.

E.

Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian yuridis

empiris, yaitu penelitian berupa studi empiris untuk menemukan

teori-teori mengenai proses terjadinya dan mengenai proses bekerjanya

hukum di dalam masyarakat.12 Penggunaan penelitian yuridis empiris

digunakan untuk menggambarkan peran Dinas Kesehatan Kota

Salatiga dalam mewujudkan hak anak memperoleh ASI Eksklusif.

2. Pendekatan Hukum

Dalam penelitian ini penulis menggunakan Pendekatan Socio-Legal

Research, yaitu penelitian hukum yang menitikberatkan perilaku

individu atau masyarakat dalam kaitannya dengan hukum.13

3. Pengumpulan Data

a. Studi Pustaka

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan

mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku,

literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada

hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.14

12Suratman dan H.Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum, Alfabeta, Bandung, 2014, h. 45.

13Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Edisi Revisi, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta,

2005, h. 128.

(12)

b. Wawancara

Metode wawancara ini digunakan untuk memperoleh data primer.

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat

atau instansi pemerintah terkait melalui observasi/pengamatan,

interview/wawancara, questionere/angket.15

Data primer yang

dipergunakan adalah bahan-bahan wawancara dengan responden

yang paling utama adalah Dinas Kesehatan, selain itu penulis juga

melakukan wawancara dengan responden lain yaitu :

1. Konselor ASI

2. Tenaga Kesehatan (Bidan)

3. Ketua Posyandu

4. Lokasi penelitian

Dalam melakukan penelitian skripsi ini penulis menggunakan lokasi

penelitian di Dinas Kesehatan Kota Salatiga, Puskesmas Sidorejo

Kidul.

5. Bahan Hukum

Menggunakan Bahan Hukum Primer. Bahan Hukum Primer

merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif, artinya mempunyai

otoritas. Bahan hukum primer terdiri dari perundang-undanganan,

catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan

15

(13)

undangan atau putusan hakim.16 Bahan hukum primer yang digunakan

dalam penelitian ini adalah :

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999

tentang Hak Asasi Manusia.

c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak j.o Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak.

d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan.

e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan.

f. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah.

g. Keputusan Presiden Rebuplik Indonesia Nomor 36 Tahun 1990

tentang Ratifikasi Konvensi Hak Anak.

h. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun

2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.

(14)

i. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15

Tahun 2013 Tata Cara Dalam Penyediaan Fasilitas Menyusui,

j. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39

Tahun 2013 tentang Aturan Penggunaan Susu Formula Bayi

Dan Produk Lainnya.

k. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 Tentang

Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu.

dan menggunakan Bahan Nonhukum.17 Bahan Nonhukum dapat

berupa buku-buku mengenai ilmu politik, ekonomi, sosiologi, filsafat,

kebudayaan ataupun laporan-laporan penelitian nonhukum dan

jurnal-jurnal nonhukum sepanjang mempunyai relevansi dengan topik

penelitian.

F.

Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 3 bab dengan beberapa sub-bab

yang mana sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai :

A. Latar Belakang Masalah.

B. Rumusan Masalah.

C. Tujuan Penelitian.

D. Manfaat Penelitian.

(15)

E. Metode Penelitian.

F. Sistematika Penulisan.

BAB II : KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas mengenai :

A. Kajian Teori

1. Kebijakan Otonomi Daerah dan Desentralisasi.

2. Peran dan Kewajiban Pemerintah dalam Pelaksanaan

Program Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif.

3. Hak Anak.

4. Hak Atas Kesehatan.

5. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif.

B. Hasil Penelitian

B.1. TUPOKSI Dinas Kesehatan Kota Salatiga berdasarkan

Peraturan Walikota Salatiga Nomor 54 Tahun 2011 tentang

Tugas Pokok, Fungsi, dan Uraian Tugas Pejabat Struktural

Pada Dinas Daerah Kota Salatiga.

B.2. Penyelenggaraan Program Pemberian ASI Eksklusif,

wawancara dengan Dinas Kesehatan Kota Salatiga, Konselor

(16)

C. Pembahasan

1. Analisis Peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga Dalam

Mewujudkan Hak Anak Memperoleh ASI Eksklusif.

BAB III : PENUTUP

Pada bab ini akan membahas mengenai :

1. Kesimpulan.

Gambar

Tabel 1. Data Pemantauan ASI Eksklusif10

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, melalui Otsus Papua Pemerintah dan rakyat Papua diberikan kewenangan khusus untuk tetap memberlakukan hukum adat sebagai hukum yang hidup dalam

Hal ini terjadi karena pada tangki 10 terdapat penambahan ragi (Saccharomyces cereviceae) yang berperan sebagai substrat aktivator sehingga mampu meningkatkan laju

ABSTRAK : RIZKI OKTAVIANIK : Pengaruh Model Pembelajaran Bloom Terhadap Kemampuan Memelihara Dokumen Dan Koleksi Benda Berharga Miliknya Siswa Kelas II SDN Jagalan 5 Kota Kediri

Any external program or HTML page can call any Oracle UCM service to request information from the Oracle UCM system or perform a specified function, such as full-text and

kualitas sebuah produk sebagai bernilai rendah, maka kualitas produk itu rendah dan sebaliknya apapun realitasnya. Maka disini persepsi menjadi lebih penting daripada

Terdapat empat rasio keuangan yang paling berpengaruh dalam membedakan kinerja perusahaan asuransi umum patungan ( joint venture ) yaitu rasio RBC , rasio cadangan teknis

Perlakuan induksi autotomi pada kepiting bakau Scylla paramamosain , Scylla tranquebarica , dan Scylla serrata menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap

c) Teorema adalah pernyataan yang kebenarannya harus dibuktikan berdasarkan definsi, aksioma atau teorema yang telah dibuktikan sebelumnya. Hubungan antara titik, garis