• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU MEMBOLOS Hubungan Antara Konsep Diri Dan Motivasi Belajar Dengan Kecenderungan Perilaku Membolos.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU MEMBOLOS Hubungan Antara Konsep Diri Dan Motivasi Belajar Dengan Kecenderungan Perilaku Membolos."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU MEMBOLOS

Naskah Publikasi

Diajukan Kepada

Program Magister Sains Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar

Magister Dalan Ilmu Psikologi

Oleh:

ANDRI FITRIANINGSIH NIM: S 300 080 031

(2)
(3)

THE RELATIONSHIP BEDWEEN SELF-CONCEPT AND LEARNING MOTIVATION TOWARD THE INCLINATION OF STUDENTS’

TRUANCY BEHAVIOR

Andri Fitrianingsih Nisa Rachmah Nur Anganthi

ABSTRACT

The aim of this study is to examine the relationship between self concept and learning motivation toward the inclination of students’ truancy behavior empirically. Knowing the influence of self concept and learning motivation toward the inclination of students’ truancy behavior. The sample of this study is the students of SMA Negeri Colomadu. The measurement that was used in this study is self-concept’s scale, learning motivation’s scale and the inclination of students’ truancy behavior. The technique of analysis data that was used is double regression analysis. Based on the data analysis the regression of F is 69,741 where p = 0,000 (p<0, 01). First hypothesis is accepted, there is a significant relationship between self concept and learning motivation toward the inclination of students’ truancy behavior. The second hypothesis is accepted. The result is – 0,488 where is p = 0,000 (p<0, 01) so, there is a negative relationship between self concept and learning motivation toward the inclination of students’ truancy behavior. Third hypothesis also accepted. The result is – 0,515 where is p = 0,000 (p<0, 01) so, there is a negative relationship between self concept and learning motivation toward the inclination of students’ truancy behavior. The subject of self-concept is in the average rate. The learning motivation scale of the students’ motivation in learning is in the average rate. The scale of the inclination of truancy behavior through this subject of this study is low. The effective influence of self-concept and motivation toward the inclination of students’ truancy behavior is 34, 3% it is shown by the coefficient of determinant, where is R square = 0, 343, it means that there is 65,7% of the other factors that influence of the inclination of students’ truancy behavior beside the self-concept and motivation itself. Based on this study it can be concluded that there is a significant relationship between self concept and learning motivation toward the inclination of students’ truancy behavior.

Keywords: self concept, learning motivation, the inclination of students’ truancy behaviour.

(4)

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU MEMBOLOS

Andri Fitrianingsih Nisa Rachmah Nur Anganthi

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empirik hubungan antara konsep diri dan motivasi belajar dengan kecenderungan perilaku membolos pada siswa, mengetahui sumbangan konsep diri dan motivasi belajar terhadap kecenderungan perilaku membolos pada siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri Colomadu. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan skala konsep diri, skala motivasi belajar dan skala kecenderungan perilaku membolos. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi ganda. Berdasar hasil analisis data diperoleh hasil F regresi sebesar 69,741 dengan p = 0,000 (p < 0,01), hipotesis pertama diterima, ada hubungan yang sangat signifikan antara konsep diri dan motivasi belajar dengan kecenderungan perilaku membolos, hipotesis kedua diterimah, diperoleh hasil sebesar -0,488 dengan p = 0,000 (p < 0,01), ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara konsep diri dengan kecenderungan perilaku membolos, hipotesis ketiga diterima diperoleh hasil sebesar – 0,515 dengan p = 0,000 (p < 0,01), ada hubungan yang negatif yang sangat signifikan antara motivasi belajar dengan kecenderungan perilaku membolos. Konsep diri subyek tergolong sedang. Motivasi belajar pada subyek penelitian tergolong sedang. Kecenderungan perilaku membolos pada subyek penelitian tergolong rendah. Sumbangan efektif konsep diri dan motivasi belajar terhadap kecenderungan perilaku membolos pada siswa sebesar 34,3 % ditunjukkan dari koefisien determinan R Square = 0,343, ini berarti masih terdapat 65,7 % faktor lain yang mempengaruhi kecenderungan perilaku membolos di luar variabel konsep diri dan motivasi belajar. Berdasar hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara konsep diri dan motivasi belajar terhadap dengan perilaku membolos pada siswa.

(5)

Latar Belakang Masalah

Perilaku membolos di kalangan pelajar kiranya bukan hal yang baru bagi setiap siswa di sekolah. Tidak hanya terjadi pada siswa putra, siswa putri pun juga kerap melakukan kegiatan ini. Ada yang melakukannya secara pribadi, tetapi cukup banyak juga yang melakukannya secara berkelompok, Fenomena membolos yang dilakukan para siswa di sekolah dapat dipahami sebagai tindakan perilaku salah, di mana siswa menyelesaikan masalahnya melalui jalan pintas yang menurut mereka sebagai solusi terbaik atas masalah yang mereka alami. Bagi pihak sekolah, tentu tindakan ini telah melanggar peraturan atau tata tertib yang berlaku (Mukhlis, 2009).

Kartono (2000), membolos akan menyebabkan gagal dalam pelajaran, mengganggu kegiatan belajar teman-teman sekelas dan masih banyak akibat yang ditimbulkan. Diantara akibat dari membolos yaitu dia akan bergaul dengan teman-teman yang tidak baik atau terjerumus dalam pergaulan bebas yang akan menyebabkan banyak lagi kenakalan-kenakalan remaja yang lain.

Membolos merupakan salah satu kenakalan siswa yang dalam penanganannya diperlukan perhatian yang sangat serius, dan perilaku membolos tidak dapat sepenuhnya dihilangkan dari kehidupan siswa, tetapi usaha meminimalkan perilaku tersebut tetap haruslah ada. Pada fase remaja merupakan masa transisi dan masa kanak-kanak

menuju masa dewasa. Banyak perubahan yang terjadi pada masa remaja ini baik secara fisik maupun secara psikis, sehingga dalam perkembangannya tidak semua anak menghayati proses perkembangan tersebut berhasil dengan baik bahkan sering terjadi hambatan dan konflik (Ridlowi, 2009).

Kearney (2001), mengatakan bahwa faktor pendukung munculnya perilaku membolos sekolah pada remaja ini dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu faktor sekolah, personal dan keluarga. Faktor sekolah yang berisiko meningkatkan munculnya perilaku membolos pada remaja antara lain kebijakan mengenai pembolosan yang tidak konsisten, interaksi yang minim antara orang tua siswa dengan pihak sekolah, guru-guru yang tidak suportif, atau tugas-tugas sekolah yang kurang menantang bagi siswa.

(6)

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahannya adalah apakah konsep diri dan motivasi belajar memberi kontribusi terhadap munculnya kecenderungan perilaku membolos?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara konsep diri dan motivasi belajar dengan kecenderungan perilaku membolos pada siswa, mengetahui hubungan antara konsep diri dengan kecenderungan perilaku membolos pada siswa, mengetahui hubungan motivasi belajar dengan kecenderungan perilaku membolos pada siswa.

Relasi antara Konsep Diri dengan Kecenderungan Perilaku Membolos

Kearney (2001), mengatakan bahwa perilaku membolos disebabkan oleh tiga hal, yaitu: lingkungan sekolah, keluarga dan diri siswa itu sendiri. Faktor diri siswa ini termasuk konsep diri dan motivasi belajar.

Konsep diri mempunyai pengaruh yang besar terhadap keseluruhan perilaku seseorang. Membolos sekolah merupakan gejala dari kosep diri yang negatif yang bersifat tidak memiliki integritas dan pemantapan diri pada siswa yang terjadi di sekolah (Saad, 2003).

Yusuf (2006), sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak, baik dalam berfikir,bersikap maupun berperilaku.

Anak yang hadir di sekolah akan berpengaruh secara dini seiring dengan perkembangan konsep dirinya. Anak yang rajin masuk sekolah kemungkinan akan dipengaruhi oleh kepribadian yang berkembang di sekolah termasuk perkembangan konsep dirinya.

Konsep diri dan kematangan emosi adalah suatu komposisi, kematangan emosi ada di dalam konsep diri dan konsep diri ada di dalam kematangan emosi. Aspek pengendalian diri di dalam konstruk kematangan emosi identik dengan aspek konsep diri emosional di dalam konstruk konsep diri. Komposisi kematangan emosi tinggi dan konsep diri tinggi merupakan variabel psikologi yang memprediksi keluaran perilaku negatif, yaitu kenakalan remaja yang tinggi, hubungan simultan yang searah dan signifikan antara kematangan emosi dan konsep diri dengan kenakalan remaja karena keterlibatan konsep diri yang tinggi (Muawanah dkk, 2012). Keterkaitan antara konsep diri dengan perilaku membolos dapat dilihat dalam hasil penelitian Maria (2007) yang menyatakan bahwa konsep diri membawa pengaruh terhadap kecenderungan kenakalan remaja, dan salah satu bentuk kenakalan remaja tersebut adalah perilaku membolos siswa.

Relasi antara Motivasi Belajar dengan Kecenderungan Perilaku Membolos

(7)

diipenuhi dan prefensi waktu dengan jadwal akademis mereka, maka tingkat kehadadiran mereka semakin membaik secara dramatis. Kehadiran dan motivasi belajar akan meningkat apabila mereka diajar oleh guru yang berbeda dengan guru saat mereka membolos (Prashning, 2007).

Hampir semua anak yang menghadapi masalah belajar akhirnya menimbulkan masalah perilaku. Anak-anak ini pada mulanya mengalami kegagalan, frustrasi dan perhatian negatif dan biasanya memberikan reaksi yang tidak dapat diterima. Anak yang mengalami masalah di sekolah juga akan mengalami frustrasi, anak membutuhkan lingkungan belajar yang positif yang memberikan motivasi untuk meminimalisasi frustrasi yang menyebabkan siswa melakukan perilaku membolos (Collins,2007).

Menurut Asrori (2008),terdapat dua aspek dalam teori motivasi belajar, yaitu: motivasi ekstrinsik, motivasi dari luar yang merupakan usaha pembentukan dari orang lain, misalkan: misalkan dorongan yang berasal dari lingkungan dan dari keluarga, seorang siswa yang biasanya kurang rajin masuk sekolah kemudian menjadi masuk sekolah karena malu dengan lingkungan tempat tinggal atau karena dorongan keluarga. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang. Misalnya seorang siswa tanpa disuruh oleh siapapun, setiap

hari rajin berangkat masuk sekolah karena kesadarannya sebagai pelajar.

Keterkaitan antara motivasi belajar dengan membolos dapat dilihat dalam hasil penelitian yang dilakukan Nilsen (2009) bahwa motivasi belajar siswa berpengaruh signifikan terhadap perilaku akademik siswa, dan membolos merupaakan salah satu bentuk perilaku siswa.

Relasi antara Konsep Diri dan Motivasi Belajar dengan Kecenderungan

Perilaku Membolos

Menurut Kartono (2000), bahwa membolos dapat menimbulkan dampak negatif pada diri sendiri dan orang lain. Kaitannya dengan sekolah adalah siswa pembolos akan ketinggalan materi pelajaran dan juga berdampak pada prestasi belajarnya. Dampak yang lebih parah adalah merusak citra sekolah, untuk itu perilaku membolos harus ditangani segera secara tepat agar tidak bertambah parah. Dalam menangani perilaku membolos di sekolah perlu diidentifikasi terlebih dahulu penyebab atau indikator yang berkaitan dengan perilaku membolos siswa.

Kearney (2001), mengatakan bahwa perilaku membolos disebabkan oleh tiga hal, yaitu: lingkungan sekolah, keluarga dan diri siswa itu sendiri. Faktor diri siswa ini termasuk konsep diri dan motivasi belajar.

(8)

konsep diri dan motivasi belajar dengan kecenderungan perilaku membolos. Ada hubungan negatif yang signifikan antara konsep diri dengan kecenderungan perilaku membolos. Ada hubungan negatif yang signifikan antara motivasi belajar dengan kecenderungan perilaku membolos.

Metode Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah: Kecenderungan perilaku membolos adalah hasrat atau dorongan untuk tidak masuk sekolah atau tidak mengikuti pelajaran dengan atau tanpa alasan yang tidak bisa dipertanggung jawabkan. Untuk mengungkap kecenderungan perilaku membolos disusun berdasar jenis-jenis perilaku membolos berdasar yaitu: kehadiran fisik dan keikutsertaan pelajaran.

Konsep diri adalah cara pandang individu terhadap dirinya secara utuh, baik fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual. Konsep diri diungkap dengan skala konsep diri berdasar aspek-aspek konsep diri antara lain diri fisik, diri psikis, diri sosial, diri moral etik dan diri keluarga.

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak yang berupa kekuatan mental yang mendorong terjadinya kegiatan belajar. Motivasi belajar diungkap dengan skala motivasi belajar disusun berdasarkan aspek-aspek dalam teori motivasi belajar, yaitu: aspek ekstrinsik dan aspek intrinsik.

Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas XI SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar yang berjumlah 2452 siswa. Karakteristik populasi penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas XI, yang umurnya sekitar 13 sampai dengan 15 tahun yang sedang belajar di SMA di wilayah Karanganyar tahun ajaran 2011/2012, berdasar letak geografis, masing-masing sekolah terletak pinggir kawasan Karanganyar. Kurikulum, jumlah jam pelajaran / lama belajar serta jumlah mapel yang diajarkan sama.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Probability Sampling atau biasa disebut metode

sampel random sampling. 1) untuk try out

SMA Negeri 2 karanganyar diperoleh kelas XI IPS 1 yang siswanya berjumlah 35 Orang, dan SMA Negeri Kerjo diperoleh kelas XI IPS 3 yang berjumlah 30 orang. 2) untuk penelitian, semua siswa SMA Negeri Colomadu

Metode Analisis Data

Adapun metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi ganda. Karena peneliti ingin mengetahui hubungan antara konsep diri (X1) dan motivasi belajar (X2) dengan kecenderungan perilaku membolos (Y).

(9)

Hasil

Setelah dilakukan uji asumsi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dengan analisis regresi ganda, diperoleh hasil F regresi sebesar 69,741, p = 0,000 (p < 0,01) dengan koefisien determinan (R2) sebesar 0,343 atau 34,3 %. Berdasar hasil analisis regresi tersebut maka hipotesis diterima yaitu ada hubungan yang yang signifikan antara konsep diri dan motivasi belajar dengan kecenderungan perilaku membolos dengan sumbangan efektif 34,3 %. Dari persamaan regresi bisa dicari sumbangan efektif masing-masing prediktor yaitu konsep diri mempunyai peran 15,4 % dan motivasi belajar mempunyai peran 18,9 %.

Berdasar analisis regresi di atas dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara konsep diri dan motivasi belajar dengan kecenderungan perilaku membolos. Ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara konsep diri dengan perilaku membolos. Ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara motivasi belajar dengan kecenderungan perilaku membolos.

Berdasar hasil tambahan uji T terhadap kecenderungan perilaku membolos antara laki-laki dengan perempuan diperoleh p = 0,000 p < 0,001 hasil tersebut menunjukkan ada perbedaan kecenderungan perilaku membolos antara anak laki-laki dan perempuan.

Hasil analisis data antara konsep diri dan kecenderungan perilaku membolos menunjukkan koefisien korelasi rx1y sebesar -0,488 dengan p = 0,000 (p < 0,01), berarti hipotesis diterima, ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara konsep diri dengan kecenderungan perilaku membolos. Semakin tinngi konsep diri siswa semakin rendah kecenderungan perilaku membolos, dan sebaliknya semakin rendah konsep diri siswa semakin tinggi kecenderungan perilaku membolos pada siswa.

Hasil analisis data antara motivasi belajar dan kecenderungan perilaku perilaku membolos menunjukkan koefisien korelasi rx2y sebesar – 0,515 dengan p = 0,000 (p < 0,01), berarti hipotesis diterima, ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara motivasi belajar dengan kecenderungan perilaku membolos. Semakin tinggi motivasi belajar siswa semakin rendah kecenderungan perilaku membolos pada siswa, dan sebaliknya semakin rendah motivasi belajar pada siswa maka semakin tinggi kecenderungan perilaku membolos pada siswa.

(10)

motivasi belajar pada subyek penelitian tergolong sedang. Sedang variabel kecenderungan perilaku membolos mempunyai rerata empirik 49,42 dan rerata hipotetik sebesar 57,5 yang berarti skala kecenderungan perilaku membolos pada subyek penelitian tergolong rendah.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara konsep diri dan motivasi belajar terhadap kecenderungan perilaku membolos, diperoleh F regresi sebesar 69,741 dengan p = 0,000 (p < 0,01). Ini menunjukan bahwa hipotesis pertama diterima, ada hubungan yang sangat signifkan antara konsep diri dan motivasi belajar dengan kecenderungan perilaku membolos. Konsep diri dan motivasi belajar dapat digunakan sebagai prediktor (variabel bebas) untuk mengukur kecenderungan perilaku membolos.

Berdasar analisis data diketahui bahwa korelasi antara konsep diri dan kecenderungan perilaku membolos menunjukkan korelasi nilai rx1y sebesar -0,488 dengan p = 0,000 (p < 0,01), berarti hipotesis kedua diterima, ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara konsep diri dengan kecenderungan perilaku membolos. Semakin tinggi konsep diri semakin rendah kecenderungan perilaku membolosnya, dan sebaliknya semakin rendah konsep diri semakin tinggi kecendrungan perilaku membolosnya.

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Veensra, Lindenberg, Tinga dan Omel (2010) menggunangkapkan bahwa perhatian orang tua dan guru serta kurangnya orientasi personal adalah indikasi pembolosan, obligasi sosial dengan teman sekelas tidak mempengaruhi pembolosan. Adapun faktor yang mempengaruhi pembolosan jenis kelamin (menjadi anak laki-laki), perkembangaan pubertas yang cepat, perpisahan keluarga dan status ekonomi. Pengaruh kontrol diri pada pembolosan sebagian dimediasi oleh ikatan sosial. Dampak dari ikatan sosial kepada orang lain yang signifikan adalah norma yang relevan menunjukkan bahwa pembolosan awal sebagian bisa dicegah dengan membangun hubungan baik anak dengan orang tua ataupun anak dengan guru di sekolah.

Garrison (2004) mengungkap bahwa alasan siswa tidak berangkat sekolah antara lain ketinggalan bus (30 %), kebanyakan tidur (2,8 %) dan sakit (3,7 %), pembolosan pada siswa sekolah menengah antara umur 12 tahun sampai 16 tahun, siswa laki-laki menunjukkan prosentasi 70,4 % dan siswa perempuan 29,6 %. Ini menunjukkan bahwa pembolosan pada anak laki-laki lebih tinggi dari anak perempuan.

(11)

mengungkap bahwa konsep diri membawa pengaruh terhadap kenakalan remaja, semakin tinggi konsep diri semakin rendah kenakalan remaja, semakin rendah konsep diri semakin tinggi kenakalan remaja.

Hasil analisis data antara motivasi belajar dan kecenderungan perilaku membolos menunjukkan nilai rx2y adalah -0,515 dengan p = 0,000 (p < 0,01), berarti hipotesis ketiga diterima, ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara motivasi belajar dan kecenderungan perilaku membolos pada siswa. Semakin tinggi motivasi belajar maka semakin rendah kecenderungan perilaku membolos pada siswa, dan sebaliknya semakin rendah motivasi belajar maka semakin tinggi kecenderungan perilaku membolos pada siswa.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh Nilsen (2009), motivasi belajar siswa berpengaruh terhadap perilaku akademik siswa yang akhirnya berpengaruh pula terhadap peningkatan prestasi siswa. Motivasi belajar yang tinggi akan membawa dampak terhadap peningkatan perilaku akademik siswa seperti rajin masuk sekolah, rajin belajar dan sebagainya, dan hal ini akan membawa dampak pula terhadap prestasi belajar siswa.

Siswa yang memiliki konsep diri dan motivasi yang tinggi diharapkan mempunyai kecenderungan perilaku membolos yang rendah. Siswa yang mempunyai kecenderungan perilaku membolos yang rendah tidak akan mudah

dipengaruhi orang lain atau tidak mudah terpengaruh untuk membolos, sehingga terhindar dari dampak-dampak negatif perilaku membolos. Siswa dapat bertanggung jawab menjalankan fungsinya sebagai pelajar yaitu dengan belajar yang tekun di sekolah dan di rumah, sehingga dapat tercapai cita-citanya menuju masa depan yang cerah.

Penelitian ini juga mengetahui bahwa variabel konsep diri mempunyai rerata empirik sebesar 90,86 dan rerata hipotetik sebesar 92,5 yang berarti konsep diri subyek tergolong sedang. Variabel motivasi belajar mempunyai rerata empirik sebesar 72,77 dan rerata hipotetik sebesar 65 yang berarti motivasi belajar pada subyek tergolong sedang. Sedangkan variabel kecenderungan perilaku membolos pada subyek mempunyai rerata empirik 49,42 dan rerata hipotetik sebesar 57,5 yang berarti skala kecenderungan perilaku membolos pada subyek tergolong rendah.

(12)

terhadap kecenderungan perilaku membolos sebesar 18,9 % ini menunjukkan bahwa motivasi belajar mempunyai pengaruh lebih besar dari pada konsep diri. Ada perbedaan antara kecenderungan perilaku membolos pada siswa laki-laki dan siswa perempuan, diperoleh p = 0,000, p < 0,01. Kecenderungan perilaku membolos pada siswa laki-laki lebih tinggi dari pada siswa perempuan, ini ditunjukkan dengan melihat pada tabel group statistik, terlihat rata-rata (mean) untuk laki-laki adalah 51,39 dan untuk perempuan 47,64.

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang sangat signifikan antara konsep diri dan motivasi belajar dengan kecenderungan perilaku membolos. Namun generalisasi dari hasil-hasil penelitian ini terbatas pada populasi dimana penelitian dilakukan sehingga penerapan pada ruang lingkup yang lebih luas dengan karakteristik yang berbeda perlu dilakukan penelitian kembali agar dapat mengungkap hasil yang komprehensif khususnya yang berkaitan dengan kecenderungan perilaku membolos.

Kesimpulan

Berdasar hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka disimpulkan bahwa kecenderungan perilaku membolos pada siswa-siswi SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar dipengaruhi oleh konsep diri dan motivasi belajar pada siswa-siswinya.

Kecenderungan perilaku membolos pada siswa di Karanganyar tergolong rendah, sedangkan konsep diri dan motivasi belajar pada siswa-siswi Karanganyar tergolong sedang, konsep diri mempunyai peran sebesar 15,4 % terhadap kecenderungan perilaku membolos, sedang motivasi belajar mempunyai peran sebesar 18,9 %. Konsep diri dan motivasi belajar mempunyai peran sebesar 34,3% terhadap kecenderungan perilaku membolos pada siswa-siswi di XI di Kabupaten Karanganyar, jadi masih ada 65,7 % faktor lain yang mempengaruhi kecenderungan perilaku membolos pada siswa-siswi kelas XI di Kabupaten Karanganyar, kecenderungan perilaku membolos di Kabupaten Karangayar pada siswa laki-laki mempunyai kecenderungan lebih tinggi dari pada siswa perempuan, untuk laki-laki mempunyai kecenderungan sebesar 51,39 dan untuk perempuan 47,64.

Saran

Pihak sekolah disarankan dapat memfasilitasi semua kegiatan belajar mengajar di sekolah, baik sarana prasarana maupun pelatihan-pelatihan bagi guru dan siswa.

(13)

bimbingan agar siswa termotivasi untuk belajar giat, misalnya dengan memperbanyak layanan-layanan baik secara pribadi atau kelompok, serta sering mengadakan kerjasama dengan pihak-pihak lain untuk lebih memantau tingkah laku peserta didik.

Meningkatkan konsep diri dan membangun konsep diri yang positif sesuai dengan perannya, misalnya dengan belajar menyukai diri sendiri sebagai perannya sebagai pelajar laki-laki ataupun sebagai perempuan, mengembangkan pemikiran positif, perbaiki kualitas hubungan interpersonal, bersikap proaktif, menjaga keseimbangan hidup dan ubah cara berkomunikasi.

Penelitian ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan-kekurangan yang perlu diperhatikan diantaranya adalah hasil penelitian yang tidak bisa digeneralisasikan secara lebih luas dan masih banyak variabel-variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Oleh sebab itu untuk peneliti selanjutnya agar memperhatikan 65,7 % variabel lain selain konsep diri dan motivasi balajar jika ingin malakukan penelitian yang terkait dengan kecenderungan perilaku membolos pada siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, H. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: Reflika Aditama.

Ahmad, J., Ghazali, M. dan Hassan, A. 2011. The Relationship Between Self Concept And Response Towards Student’s Academic Achievement Among Students Leaders In University Putra Malaysia. Universitas Putra Malaysia.

Ali, M dan Asrori, M. 2006. Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Anshar, H. 1996. Kamus Psikologi. Jakarta: Usaha Nasional

Asrori, M. 2008. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima

Azwar, S. 2003. Reliabilitas dan Valisitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Beck, W and Rawlin. 1993. Mental health psychiatric nursing a holistic life cycle approach. Third Edition. Mosby USA.

Chaplin, J. P. 2002. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta. Grafindo Persada

Collins, M. M. 1992. Mengubah Perilaku Siswa: Pendekatan Positif. Jakarta: Gunung Mulia.

Dimyati dan Mudjiono, 2002. Belajar Dan

Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta

Desmita, 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

(14)

Garrison, A. H, 2004. I Missed the Bus and Other Reasons Why Young don’t to School: An Analysis of Truancy in The City Of Wilmington 1999-2002.

Gunarsa, S. 2002. Psikologi Perkembangan dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Hadi, S. 2000. Statistik (Jilid 1). Yogyakarta: Andi Offset.

Hadimuhain. 2011. Faktor Penyebab Siswa Membolos Sekolah. Shvoong. Com. Edisi 16 Maret 2011.

Hamzah, B. U. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hartono. 2011. Bolos Sekolah, Belasan Siswa Terjaring Razia. Solorayaonline.com. Edisi 18 Oktober 2011.

Hurlock, E. B. 2010. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Alih Bahasa Istiwidayanti dkk. Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.

Hudiyanto, W. 2010. Membolos Sekolah, 31 Siswa Terjaring Razia. Suara Merdeka, Edisi 6 Oktober 2010.

Jensen, E. 2010. Guru SUPER & Super TEACHING. Jakarta: PT. Indeks.

Kartono , K. 2000. Hygiene Mental. Bandung: Mandar Maju.

Kearney, C. A. 2001. School refusal behavior in youth a functional approach to assessment and treatment. Washington, DC: American Psychological Association.

Kristiyani, T. 2009. Peran Sekolah Atasi Perilaku Membolos pada Remaja. Universitas Sanata Darma.

Kurniawan, A. 2011. Membolos, 27 Siswa Sleman Terjaring Razia. Kompas.com, diakses Senin, 24 Oktober 2011

Maria, U. 2007. Peran Persepsi Keharmonisan Keluarga dan Konsep Diri Terhadap Kecenderungan Kenakalan Remaja. Thesis, Yogyakarya: Universitas Gadjah Mada.

Muawanah. L. B, Suroso dan Pratikto, H. 2012. Kematangan Emosi, Konsep Diri dan Kenakalan Remaja. Jurnal volume 01 nomor 01 juni 2012. UNTAG. Surabaya.

Nilsen, H. 2009. Influence on Student Academic Behaviour through Motivation, Self-Efficacy and Value- Expectation: An Action Research Project to Improve Learning. University of Agder.

Prashning, B. 2007. The Power of Learning Styles. Bandung: PT. Mizan Pustaka.

Priyatno, D. 2008. Mandiri Belajar SPSS untuk Analisis Data & Uji Statistik. Yogyakarta: Mediakom.

Puspasari, A. 2007. Seri Membangun Karakter Anak: Mengukur Konsep Diri Anak. Jakarta: Elex Media Komputindo.

(15)

Ridlowi, A. 2009. Mengatasi Siswa Pembolos Melalui Bimbingan Konseling.

http://aridlowi.blogspot.com/.

Ridwan. 2008. Penanganan Efektif: Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rusminingsih. 2012. Character Building Pengalaman Hidup Membentuk Pribadi yang Kuat dan Sukses. Cilacap: Sidas media.

Saad, H. M. 2003. Perkelahian Pelajar: Potret Siswa SMU di DKI Jakarta. Yogyakarta: Galang Press

Salbilah. 2003. Konsep Diri. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Santoso, S. 2001. Buku Latihan SPSS Statistik Parametik. Jakarta: Elex Media Komputindo

Santrock, J. W. 2007. Psikologi Pendidikan. Edisi Kedua. Jakarta: Prenada Media Group.

Sardiman, A.M. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, R.E. 2008. Psikologi Pendidikan: Teori dan praktek. Jakarta; Pt. Indeks

Stuart and Sundeen. 1998. Buku Keperawatan. (Alih Bahasa) Achir Yani S. Hamid. Jakarta : EGC

Sucipto, A. 2008. Saat Membolos, 22 Pelajar Terjaring Razia, Kompas.com,diakses, Senin, 24 Nopember 2008.

Sudarsono. 1991. Kenakalan Remaja. Edisi Kedua. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sudarto. 2011. Perbedaan Penggunaan Strategi Pembelajaran Problem Solving Dan Strategi Pembelajaran CTL Dalam Memotivasi Belajar Matematika Pada Siswa Kelas XI Program Keahlian Multimedia SMK Negeri Karanganyar. Thesis (tidak diterbitkan). Surakarta: UMS

Sudrajat. 2010. Tentang Kehadiran dan ketidakhadiran Siswa di Sekolah. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/ 2010/10/17/tentang-kehadiran-dan-ketidakhadiran-siswa-di-sekolah/

Sugiharto, dkk. 2007. Psikologi pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sujanto, A. 2008. Psikologi Umum. Jakarta: PT Bumi Aksara

Surakhmad, W. 2004. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, Teknik. Bandung: Tarsito.

Suryabrata, S. 2004. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset.

___________. 2005. Alat Ukur Psikologi. Yogyakarta: Andi Yogyakarta

Sutataminingsih, R. 2009. Konsep Diri. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Syah, M. 2009. Psikologi Belajar. Ed. Revisi 9. Jakarta: Rajawali Pers.

(16)

Tambunan, E. H. 2008. Pendidikan Keluarga Sukses Mencegah Kenakalan Remaja dan Mewaspadai Penyalahgunaan Narkoba. Bandung: Indonesia Publishing House.

Taylor, S.E., Peplau, L.A., dan Sears. D.O. 2000. Sosial Psychology tenth edition. New Jersey: Prentice Hall.

Thompson. 2008. School Attendance. The

Ministry Of Education. http://www.bahamaseducation.com/sc

hool_attendance.html.

Tu’u, T. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo.

Veensra, L, Tinga dan Omel. 2010. “ Truancy in late elementary and early secondary education: The influence of social bonds and self-control the TRAILS Study” International Journal of Behavior Development 2010; 34; 302

Winkel. 2000. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam perancangan Masjid Ekologis ini,penulis merencanakan pembangunan Masjid yang ramah lingkungan yaitu mengusung Masjid dengan konsep eco desain/ekologis.Selain

(2) Uji Asumsi klasik, tidak terjadi kesalahan dalam asumsi klasik, (3) Uji hipotesis, uji regresi linear berganda diperoleh nilai koefisien regresi yang paling besar

mi instan oleh mahasiswa... Ketujuh, variabel merek secara signifikan paling dominan berpengaruh terhadap pembelian mi instan. Ini artinya perusahaan harus mampu menjaga merek

Dalam penelitian yang berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Dampaknya Terhadap Pendapatan Petani (Studi Kasus Desa Kondangjaya, Kecamatan

Penelitian dilaksanakan di Sub-DAS Keduang Wonogiri, Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Laboratorium Biologi dan Bioteknologi Tanah, Laboratorium Fisika dan

Pengaruh Jenis Tanaman Penolak Organisme Pengganggu Tanaman terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) yang Diusahakan Secara Organik..

Berdasarkan Kurikulum 2013, buku siswa kelas X ini memuat enam pelajaran yang berisi materi pembelajaran teks laporan hasil observasi, prosedur kompleks, eksposisi,

ditolak, yang artinya bahwa terdapat perbedaan persepsi diantara level hierarkis auditor terhadap tugas-tugas dan tanggung jawab kerja auditor, untuk promosi, pelatihan