PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
oleh
EMMAIKKE BANAN SARMILIE NIM 1106418
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
DEPARTEMEN PENDIDIKAN OLAHRAGA
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN
LEMBAR HAK CIPTA
Oleh :
Emmaikke Banan Sarmilie
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
© Emmaikke Banan Sarmilie 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
PERBEDAAN MINAT SISWA ANTARA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN
disetujui dan disahkan oleh pembimbing :
Pembimbing I
Dra. Hj. Oom Rohmah, M. Pd. NIP. 196005181987032003
Pembimbing II
Sufyar Mudjianto, M. Pd. NIP. 197503222008011005
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi
ABSTRAK
Perbedaan Minat Siswa Antara SMK Negeri 13 Dan SMK Farmasi Bumi Siliwangi Kota Bandung Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga
Dan Kesehatan
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada perbedaan minat siswa antara SMK Negeri 13 Bandung dan SMK Farmasi Bumi Siliwangi Bandung dalam mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan desain penelitian deskriptif yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai perbedaan variabel-variabel penelitian yang dimaksud. Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa SMK Negeri 13 dan siswa SMK Farmasi Bumi Siliwangi. Hasil dari penelitian ini menggunakan perhitungan pengujian hipotesis uji t dan hasil yang diperoleh terdapat perbedaan signifikan antara minat siswa SMK Negeri 13 dan SMK Farmasi Bumi Siliwangi kota Bandung dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Sedangkan untuk nilai perbedaan terlihat dari rata-rata hasil angket SMK Farmasi Bumi Siliwangi sedikit lebih tinggi yaitu 4,221546 dibanding SMK Negeri 13 yaitu 4,090443.
ABSTRACT
Student Interest Difference Between SMK Negeri 13 And SMK Farmasi Bumi Siliwangi Bandung City In The Subject Physical Education Sport And Health
The purpose of this research is to know something different about student interest between SMK Negeri 13 Bandung and SMK Farmasi Bumi Siliwangi Bandung on physical education, sport and health. In this research the writer uses descriptive research design to giving description about a different research variables. The population on this research is students of the SMK Negeri 13 and SMK Farmasi Bumi Siliwangi. The result of this research is using hypothesis counting test (t test) and the obtainable results have a significant different between student interest of SMK Negeri 13 and SMK Farmasi Bumi Siliwangi on physical education, sport and health. Whereas a value different can be see from average
result quesioner SMK Farmasi Bumi Siliwangi is a bit higher, it’s about 4,221546
then SMK Negeri 13 who get score about 4,090443.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Rumusan Masalah Penelitian ... 8
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Manfaat Penelitian ... 9
F. Batasan Masalah Penelitian ... 9
G. Struktur Organisasi ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ... 11
A. Kajian Pustaka ... 11
1. Hakikat Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan ... 11
a. Pengertian Pendidikan Jasmani ... 11
b. Tujuan Pendidikan Jasmani ... 13
c. Konsep Belajar dan Mengajar Pendidikan Jasmani ... 16
d. Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani ... 18
2. Karakteristik Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ... 19
3. Karakteristik Sekolah Negeri dan Swasta ... 23
4. Hakikat Minat ... 25
a. Pengertian Minat ... 25
c. Fungsi Minat ... 30
B. Kerangka Pemikiran ... 31
C. Hipotesis ... 34
BAB III METODE PENELITIAN ... 35
A. Desain Penelitian ... 35
B. Partisipan ... 36
C. Populasi dan Sampel ... 36
D. Instrumen Penelitian ... 38
E. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 41
F. Prosedur Penelitian ... 46
G. Analisis Data ... 48
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 53
A. Deskripsi Data ... 53
B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 56
C. Pengujian Hipotesis ... 57
D. Diskusi Penemuan ... 58
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 64
A. Simpulan ... 64
B. Implikasi dan Rekomendasi ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 66
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 69
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Manusia merupakan makhluk sosial yang saling berinteraksi satu dengan
yang lainnya. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan
orang lain dalam kehidupannya. Oleh karena itu, setiap individu selalu
membutuhkan bantuan dalam memenuhi kebutuhannya, salah satunya dalam
memenuhi kebutuhan pendidikan.
Pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia pada era globalisasi
sekarang ini, pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang
mengharuskan setiap individu memiliki wawasan yang luas. Salah satu cara
mendapatkannya yaitu dengan mengikuti kegiatan belajar di sekolah, paling tidak
kita tidak akan tertinggal jauh untuk menghadapi era ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin hari semakin maju. Apalagi dalam hal ini Pemerintah
juga sangat mendukung mengenai program pendidikan, sehingga dibuatlah
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang salah satu isinya pada BAB I pasal 3 membahas
tentang: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Hal ini berarti setiap penduduk Indonesia
wajib mengikuti program pendidikan yang ada terutama bagi anak-anak, dimana
yang nantinya anak-anak tersebut akan menjadi penerus bangsa. Untuk
mewujudkan tujuan pendidikan tersebut perlu diadakan suatu lembaga pendidikan
seperti sekolah. Sekolah merupakan sebuah lembaga yang dirancang untuk
pengajaran siswa atau murid dibawah pengawasan guru.
Sekolah memiliki kurikulum yang merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta sebagai acuan
pendidikan tertentu. Dalam kurikulum pendidikan terdapat beberapa mata
pelajaran yang harus diberikan kepada siswa di sekolah, termasuk diantaranya
adalah Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan atau sering disingkat
menjadi Penjasorkes. Secara umum Penjasorkes merupakan bagian tak
terpisahkan dari pendidikan umum yang tujuannya untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan anak secara wajar sesuai dengan tujuan pendidikan nasional
yaitu menjadi manusia yang seutuhnya. Menurut Juditya (2010, hlm.1) bahwa
“Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dijadikan media untuk mencapai perkembangan individu secara
menyeluruh”. Melalui pendidikan jasmani siswa diajak untuk melakukan berbagai aktivitas gerak yang masuk ke dalam keterampilan olahraga, yang menjadikan
pendidikan jasmani sebagai bagian dari pendidikan menyeluruh yang berpotensi
digunakan untuk mendidik. Seperti yang dikemukakan oleh Bucher (dalam
Juditya, 2010, hlm.1), yaitu:
Penjas merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, karena pembelajaran penjas di sekolah memiliki dampak terhadap perkembangan aspek kebugaran jasmani, keterampilan sosial, stabilitas emosi, dan perkembangan mental. Dalam perkembangan yang diperoleh siswa dari dampak pembelajaran penjas di sekolah, dapat dipengaruhi oleh aktivitas siswa ketika mengikuti pembelajaran secara aktif.
Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah
sangat berperan penting dalam memberikan pengalaman belajar terhadap siswa
melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan. Seperti juga yang tercantum
dalam UU Sisdiknas Bab X mengenai kurikulum Pasal 37 bahwa “Kurikulum
pendidikan dasar dan menengah wajib memuat beberapa mata pelajaran
diantaranya pendidikan jasmani dan olahraga”. Oleh karena itu, seharusnya para siswa sadar akan pentingnya pendidikan jasmani ini. Karena tujuan dari
pendidikan jasmani adalah membangun aspek psikomotor, afektif, dan kognisi
pada diri individu.
Pendidikan jasmani adalah wahana untuk mendidik siswa. Banyak terjadi
kesalah pahaman mengenai tujuan pendidikan jasmani, dimana kebanyakan orang
keterampilan fisik saja, yang sebenarnya tidak seperti itu. Idealnya tujuan dari
penjasorkes itu bersifat menyeluruh, tidak hanya mencakup aspek fisik melainkan
aspek lainnya juga yaitu agar siswa memiliki kepercayaan diri, kedisiplinan, tubuh
yang sehat, bugar, merasa bahagia dan sebagainya. Secara singkat penjasorkes
bertujuan untuk mengembangkan potensi setiap siswa setinggi-tingginya. Hal ini
menjelaskan bahwa pendidikan jasmani mengandung manfaat bagi pertumbuhan
para siswa di sekolah diantaranya dapat memenuhi kebutuhan siswa akan gerak,
mengenalkan siswa pada lingkungan dan potensi dirinya, menanamkan
dasar-dasar keterampilan yang berguna, menyalurkan energi yang berlebihan, serta
merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental, maupun
emosional (Paturusi, 2012). Sudah saatnya para siswa menyadari, memiliki
keinginan dan dorongan untuk mengikuti pembelajaran penjasorkes di sekolah.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, pendidikan disetiap jenjang,
termasuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) harus diselenggarakan secara
sistematis guna mencapai tujuan pendidikan nasional.
“Sekolah Menengah Kejuruan adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang Pendidikan Menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara
SMP atau MTs” (PP No. 74 tahun 2008).
SMK mempersiapkan lulusannya untuk masuk ke dunia kerja, meskipun
tidak menutup kemungkinan nantinya melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi. Di Indonesia terdapat beberapa jenis sekolah, dua diantaranya adalah
sekolah negeri dan sekolah swasta. Sekolah negeri adalah sekolah yang
diselenggarakan oleh Pemerintah, yang ditujukan untuk memberikan pendidikan
sesuai dengan tujuan pendidikan murni. Sedangkan sekolah swasta adalah sekolah
yang diselenggarakan oleh non pemerintah atau yayasan. Adanya perbedaan jenis
sekolah ini, terdapat pula perbedaan karakter antara masing-masing sekolah yang
dapat mempengaruhi psikososial siswa di setiap jenis sekolah.
Perbedaan sekolah negeri dan sekolah swasta terdapat pada beberapa
faktor antara lain pengajar, jumlah siswa, cara belajar, biaya, sarana dan
adalah jumlah siswa dan cara belajar siswa. Jumlah siswa sekolah negeri biasanya
lebih banyak dibandingkan dengan sekolah swasta, selain karena biaya pendidikan
di sekolah swasta lebih mahal, anggapan masyarakat mengenai kualitas sekolah
negeri yang lebih bagus menjadi alasan sekolah negeri lebih banyak diminati. Hal
ini juga berpengaruh terhadap cara belajar siswa di setiap jenis sekolah tersebut.
Seperti yang telah diketahui kebanyakan masyarakat untuk dapat masuk ke
sekolah negeri setiap anak harus lolos seleksi melalui tes ujian atau memenuhi
kriteria nilai yang telah ditetapkan oleh sekolah. Sedangkan bagi anak yang tidak
lolos seleksi, akhirnya mereka masuk ke sekolah swasta. Oleh karena itu, sekolah
swasta seringkali dicap sebagai tempatnya 'siswa buangan' dari sekolah negeri.
Meskipun pada kenyataanya, pernyataan tersebut tidak seluruhnya benar. Tidak
sedikit pula siswa sekolah swasta yang bukan „siswa buangan‟ dari sekolah negeri. Pandangan ini bukan tanpa alasan, terdapat hal-hal yang
melatarbelakanginya seperti yang diungkapkan Fauzi (2011) bahwa lulusan
sekolah swasta yang pada umumnya memiliki kemampuan intelektual dan moral
yang lebih rendah dibandingkan dengan sekolah negeri yang lebih baik, walaupun
tidak 100%. Hal ini terjadi karena terkadang di sekolah swasta siswanya kurang
mendapat perhatian dan tata tertib sekolah yang kurang tegas dijalankan, sehingga
segala perilaku negatif siswa tidak ditindaklanjuti secara cepat dengan arahan atau
nasehat, baik itu selama kegiatan belajar mengajar berlangsung atau ketika jam
istirahat. Akibatnya siswa merasa apa yang mereka lakukan itu benar dan wajar,
padahal mereka tidak sadar bahwa sebenarnya itu salah. Berbeda dengan sekolah
negeri yang aturannya dilakukan dengan ketat, siswa yang melakukan kesalahan
sedikit saja langsung mendapat teguran bahkan sanksi. Hasilnya siswa menjadi
sadar akan kesalahannya dan mencoba untuk tidak mengulanginya kembali,
karena jika terulang kembali ia akan mendapat sanksi lebih keras. Begitupun
selama proses belajar mengajar berlangsung, siswa mau dan mampu untuk
menghargai gurunya. Tetapi, kondisi seperti ini tidak selalu berlaku pada semua
siswa.
Perbedaan lain yang juga menjadi perhatian ialah mengenai cara belajar
siswa. Berdasarkan pengalaman yang penulis alami, siswa di sekolah swasta lebih
sekolah negeri. Terhadap siswa sekolah swasta guru harus melakukan
pengulangan dua sampai tiga kali dalam menjelaskan materi pembelajaran,
barulah siswa mengerti. Sedangkan untuk siswa sekolah negeri guru hanya perlu
satu atau dua kali saja dalam memberikan penjelasan mengenai materi
pembelajaran, siswa sudah langsung mengerti. Hal ini mungkin terjadi karena
siswa sekolah negeri merupakan siswa-siswa pilihan seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, sehingga memiliki tingkat pemahaman yang lebih unggul
dibandingkan siswa sekolah swasta. Oleh sebab itu, guru harus benar-benar tepat
dalam memilih metode serta pendekatan pembelajaran yang akan diberikan
kepada siswa khususnya untuk siswa sekolah swasta, guru juga harus lebih sabar
dan telaten dalam memberikan pengajaran terhadap mereka agar tujuan
pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai dengan baik.
Berbeda dengan sekolah menengah tingkat atas pada umumnya yang
hanya mempelajari pengetahuan umum saja, SMK memiliki program pendidikan
yang berbeda. Di SMK dikenal istilah pendidikan kejuruan yaitu suatu program
pendidikan yang menyiapkan setiap individu siswa menjadi tenaga kerja
profesional dan juga siap untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi. Karena SMK lebih dipersiapkan untuk langsung terjun ke dunia kerja,
maka mereka lebih banyak difokuskan pada materi pembelajaran sesuai dengan
program keahlian yang telah mereka pilih, seperti akuntansi, farmasi, informatika,
teknik mesin dan sebagainya. Waktu belajarnya pun lebih banyak untuk mata
pelajaran yang berkaitan dengan program keahlian mereka, sehingga dapat
dikatakan mata pelajaran lain hanya sebagai pelengkap saja. Ditambah lagi jam
praktek untuk setiap mata pelajaran keahlian yang sangat menyita waktu
pembelajaran setiap harinya, belum lagi tugas-tugas yang diberikan guru, baik
saat jam pelajaran maupun diluar jam pelajaran, serta praktek langsung di
lapangan atau yang sering disebut Praktek Kerja Lapangan (PKL). Sehingga
secara tidak langsung mempengaruhi terhadap mata pelajaran lain, termasuk
penjasorkes. Karena dalam pelaksanaannya banyak siswa yang sering tidak hadir
dan mengeluh sakit dengan berbagai alasan seperti kurang tidur dan terlambat
bangun pagi karena semalaman mengerjakan tugas, lebih memilih melakukan
seharusnya hal tersebut semua tidak menjadi masalah jika para siswa menyadari
dan memahami betul pentingnya mata pelajaran penjasorkes ini.
Kegiatan belajar penjasorkes merupakan suatu peristiwa yang dilakukan
oleh seluruh siswa di sekolah. Dalam pelaksanaannya diperlukan dorongan yang
timbul dari dalam diri siswa itu sendiri dan rasa ketertarikan untuk melakukan
aktivitas pembelajan penjasorkes. Dengan begitu akan timbul rasa senang dari diri
siswa untuk melakukan pembelajaran penjasorkes tanpa ada paksaan dari pihak
luar. “Minat adalah suatu rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada
yang memaksa dan minat merupakan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri
seseorang atas suatu aktivitas dan bersifat sadar” (Bahri, dalam Juditya, 2010, hlm. 3).
Sangat jelas bahwa minat berperan penting dalam proses pembelajaran,
karena dengan adanya minat dari siswa maka proses pembelajaran tidak akan
mengalami kendala dan hambatan. Meski dalam kenyataannya, bukan hanya
minat yang menjadi faktor penting untuk menunjang pembelajaran. Terdapat pula
kendala lain yang biasa dihadapi dalam pembelajaran penjasorkes, seperti
terbatasnya sarana dan prasarana yang diperlukan, kemampuan guru mata
pelajaran, alokasi waktu yang dirasa masih kurang sampai keluhan dan alasan
yang dikemukakan oleh para siswa saat proses pembelajaran.
Dan memang fakta yang ditemukan di lapangan saat proses pembelajaran
penjasorkes berlangsung menunjukkan bahwa masih banyak siswa terutama siswa
putri yang mencoba menghindari pelajaran dengan berbagai alasan seperti sedang
sakit, capek, takut kulit menjadi hitam, tidak mau kepanasan dan lain sebagainya,
yang terkesan menganggap enteng pembelajaran penjasorkes ini. Pada penelitian
sebelumnya mengenai minat siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani, oleh
Juditya (2010) dijelaskan bahwa minat siswi SMK dalam pembelajaran penjas
termasuk kedalam kategori rendah.
Seperti hasil pengamatan awal penulis di SMK Negeri 13 Bandung pada
saat proses pembelajaran berlangsung masih banyak siswa yang enggan mengikuti
kegiatan pembelajaran karena pada saat itu cuaca memang sedang terik ditambah
materi pelajaran yang kurang jelas. Siswa hanya diinstruksikan untuk bermain
bermain, sama sekali tidak ada proses belajar siswa yang berarti. Hal inilah yang
menjadi salah satu faktor penentu dalam menumbuhkan keinginan siswa untuk
berpartisipasi pada kegiatan pembelajaran penjasorkes. Karakteristik siswa di
sekolah ini terbilang manja, terlihat saat prosesnya kebanyakan siswa mengeluh
dan meminta dispensasi kepada gurunya.
Sedangkan di SMK Farmasi Bumi Siliwangi siswa-siswinya terlihat lebih
antusias terhadap pembelajaran penjasorkes. Dalam pelaksanaan pembelajarannya
para siswa terlihat memperhatikan dan mengikuti setiap instruksi yang diberikan
guru dengan baik. Disini guru memberikan banyak arahan yang kemudian siswa
harus mengembangkannya sampai siswa mampu menguasai materi yang
diberikan. Karakterisitik siswanya terbilang mandiri dan memiliki keinginan
untuk berprestasi, maksud prestasi disini adalah para siswa satu sama lain saling
bersaing untuk bisa menguasai materi yang diberikan guru.
Dari hasil pengamatan penulis pada kegiatan pembelajaran penjasorkes di
masing-masing sekolah dapat disimpulkan bahwa karakteristik setiap orang atau
siswa di setiap sekolah tidak sama begitu juga dengan cara guru mengajar yang
dapat mempengaruhi terhadap keadaan lingkungan di sekolah tersebut.
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan tersebut, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tentang “ Perbedaan Minat Siswa Antara SMK Negeri 13 dan SMK Farmasi Bumi Siliwangi Kota Bandung Dalam Mata Pelajaran
Pendidikan Jasmani, Olahraga, Dan Kesehatan”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan di atas
maka dapat ditarik beberapa permasalahan, sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang belum
efektif yang dapat mempengaruhi minat siswa terhadap kegiatan
pembelajaran.
2. Siswa SMK yang lebih disibukkan dengan pelajaran atau kegiatan yang
berhubungan dengan program keahlian yang telah menjadi pilihan siswa,
sehingga muncul anggapan bahwa pelajaran lain hanya sebagai pelengkap
3. Karakterisitik siswa yang bermacam-macam serta keterbatasan kemampuan
guru penjasorkes dalam memberikan pengajaran yang nantinya akan
berpengaruh terhadap proses pembelajaran.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan indentifikasi masalah diatas, yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah:
1. Bagaimanakah minat siswa SMK Negeri 13 Bandung dalam mata pelajaran
pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan?
2. Bagaimanakah minat siswa SMK Farmasi Bumi Siliwangi kota Bandung
dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan?
3. Apakah terdapat perbedaan minat siswa antara SMK Negeri 13 dengan siswa
SMK Farmasi Bumi Siliwangi kota Bandung dalam mata pelajaran pendidikan
jasmani, olahraga, dan kesehatan?
D. Batasan Masalah Penelitian
Untuk menghindari terlalu luasnya ruang lingkup masalah penelitian yang
memungkinkan akan diperolehnya hasil yang tidak memuaskan, maka penelitian
ini akan dibatasi agar dapat diperoleh hasil yang penulis inginkan dan sesuai
dengan tujuan penelitian yang telah dijelaskan di atas. Adapun ruang lingkup
permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:
1. Penelitian ini terfokus pada seberapa besar minat siswa SMK Negeri 13 dan
siswa SMK Farmasi Bumi Siliwangi kota Bandung dalam mata pelajaran
pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan serta perbedaanya.
2. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 13 dan SMK Farmasi Bumi
Siliwangi kota Bandung.
3. Pengambilan data melalui angket mengenai minat siswa.
4. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI dari SMK Negeri
13 dan SMK Farmasi Bumi Siliwangi kota Bandung yang berjumlah 228
5. Sampel terjangkau dalam penelitian ini diambil secara acak dari seluruh siswa
kelas XI SMK Negeri 13 dan SMK Farmasi Bumi Siliwangi kota Bandung
sejumlah 70 siswa.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah
dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Memperoleh jawaban tentang minat siswa SMK Negeri 13 Bandung dalam
mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.
2. Memperoleh jawaban tentang minat siswa SMK Farmasi Bumi Siliwangi kota
Bandung dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.
3. Memperoleh jawaban tentang perbedaan minat siswa SMK Negeri 13 dan
siswa SMK Farmasi Bumi Siliwangi kota Bandung dalam mata pelajaran
pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis paparkan di atas, maka
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Dipandang secara teoritis dapat dijadikan sumbangan informasi dan keilmuan
mengenai minat siswa dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga,
dan kesehatan di sekolah, baik negeri maupun swasta di tingkat SMK.
2. Dipandang secara praktis dapat menjadi acuan:
a. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai pegangan dalam mengembangkan
pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan untuk
meningkatkan minat siswa.
b. Bagi siswa, diharapkan dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap
peningkatan minat siswa.
c. Bagi sekolah, upaya ini dapat memberikan gambaran dari masalah
pembelajaran yang ada, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
untuk solusi pengembangan pembelajaran terhadap minat pada
d. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan dan khazanah ilmu
pengetahuan tentang minat siswa SMK Negeri dan Swasta dalam mata
pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan, serta dapat
mengembangkan proses pembelajarannya.
G. Struktur Organisasi
Pada bagian ini memuat tentang sistematika penulisan skripsi, sebagai
gambaran mengenai urutan penulisan, serta keterkaitan antara satu bab dengan
bab lainnya. Penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab, bagian awal terdiri atas
halaman judul, halaman pengesahan, halaman pernyataan keaslian, abstraksi, kata
pengantar, halaman ucapan terimakasih, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel dan
daftar lampiran.
Bab I, pendahuluan mencakup latar belakang penelitian, identifikasi
masalah, rumusan masalah penelitian, batasan masalah penelitian, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi.
Bab II, mencakup kajian pustaka dan kerangka pemikiran mengenai
masalah penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini serta hipotesis yang
berkaitan dengan minat siswa dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga
dan kesehatan.
Bab III, metode penelitian menggambarkan desain penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini, bahasan mengenai partisipan, populasi dan sampel
penelitian, instrumen penelitian, proses uji coba instrumen penelitian, prosedur
penelitian serta teknik analisis data yang akan digunakan.
Bab IV, temuan dan pembahasan memuat hasil pengolahan dan analisis
data untuk menghasilkan temuan dan pembahasan.
Bab V, simpulan, implikasi dan rekomendasi menyajikan tentang hasil
temuan, saran penelitian bagi guru mata pelajaran penjasorkes, bagi siswa dan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah kerangka kerja yang digunakan untuk
melaksanakan penelitian. Desain penelitian memberikan gambaran tentang
prosedur untuk mendapatkan informasi atau data yang diperlukan untuk
menyusun atau menyelesaikan masalah penelitian. Masalah yang diteliti serta
tujuan yang ingin dicapai dalam suatu penelitian akan menentukan penggunaan
desain penelitian. Oleh karena itu, penggunaan desain penelitian yang baik akan
menghasilkan proses penelitian yang efektif dan efisien.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif, karena tujuan dari
penelitian yang dilakukan adalah untuk memberikan gambaran mengenai
perbedaan minat siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan
kesehatan di SMKN 13 dan SMK Farmasi Bumi Siliwangi kota Bandung. Sudjana
(2000, hlm. 164) mengungkapkan bahwa:
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha menggambarkan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada masa sekarang yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.
Berdasarkan pendapat diatas penulis berkesimpulan bahwa desain
penelitian deskriptif ini sangat cocok digunakan dalam penelitian ini karena
penulis bermaksud meneliti perbedaan variabel-variabel penelitian sesuai dengan
keadaan yang terjadi sekarang, tanpa melihat hal-hal yang terjadi sebelumnya dan
masa yang akan datang. Berikut adalah desain yang digunakan oleh penulis dalam
penelitian ini:
Gambar 3.1 Desain Penelitian
X
Y1
Dalam penelitian ini terdapat satu variabel bebas dan dua variabel terikat,
yaitu:
1. Variabel bebas (X) adalah mata pelajaran penjasorkes
2. Variabel terikat pertama (Y1) adalah minat siswa SMKN 13 Bandung
3. Variabel terikat kedua (Y2) adalah minat siswa SMK Farmasi Bumi Siliwangi
Bandung
B. Partisipan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, “partisipan adalah orang yang ikut
berperan serta di suatu kegiatan (pertemuan, konferensi, seminar, dsb); pemeran serta”. Partisipan yang dimaksud disini ialah orang-orang yang terlibat dalam penelitian. Adapun partisipan yang terlibat dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Peneliti, berperan sebagai penulis dan yang meneliti.
2. Siswa SMK Negeri 13 dan SMK Farmasi Bumi Siliwangi kota Bandung,
sebagai populasi dan sampel penelitian.
3. Wakil sekolah, sebagai perantara peneliti dengan pihak-pihak terkait selama
proses penelitian di sekolah.
4. Guru mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan, sebagai
sumber tambahan dan yang membantu selama proses penelitian di sekolah.
C. Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel merupakan suatu objek yang akan diteliti, dari
populasi dan sampel inilah akan didapatkan informasi-informasi yang akan diteliti
sesuai dengan permasalahan dalam penelitian.
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2013, hlm. 117), “Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi sangat berperan penting dalam suatu penelitian, karena populasi merupakan keseluruhan sumber data atau objek yang akan diteliti.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI di SMK
sebanyak 228 siswa. Lebih jelas mengenai jumlah populasi dapat dilihat dalam
tabel 3.1 dibawah ini:
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
NO NAMA SEKOLAH JUMLAH SISWA
1 SMKN 13 BANDUNG 164
2 SMK FARMASI BUMI SILIWANGI 64
Jumlah Seluruh Siswa 228
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi. Penentuan sampel dimaksudkan
untuk mengurangi suatu subyek yang terlalu banyak untuk diteliti. Seperti yang
diuangkapkan Sugiyono (2013, hlm. 118), “Bila populasi besar, dan peneliti tidak
mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu”. Mengenai besarnya sampel tidak ada ketentuan yang pasti, berapa jumlah sampel yang akan diteliti atau yang diambil dari
populasi, maka syarat utama dari sampel tersebut adalah harus benar-benar dapat
mewakili populasi. Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan rumus dari
Taro Yamane (Riduwan & Kuncoro, 2011) sebagai berikut:
Keterangan:
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi
d2 : Presisi yang ditetapkan
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus diatas,
didapatkan sampel dari jumlah seluruh siswa kelas XI di SMKN 13 dan SMK
Farmasi Bumi Siliwangi kota Bandung sejumlah 70 siswa, dengan rincian
= 69,51 = 70 (dibulatkan)
Lebih jelasnya mengenai jumlah sampel dapat dilihat pada tabel 3.2 dibawah ini:
Tabel 3.2 Sampel Penelitian
NO NAMA SEKOLAH JUMLAH SISWA
1 SMKN 13 BANDUNG 35
2 SMK FARMASI BUMI SILIWANGI 35
Jumlah Seluruh Siswa 70
Mengenai teknik pengambilan sampelnya dilakukan dengan Simple
Random Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dari anggota populasi secara
acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut (Sugiyono,
2013). Teknik random ini dipilih karena dengan teknik ini setiap siswa
mempunyai kesempatan yang sama untuk muncul menjadi sampel.
D. Instrumen Penelitian
“Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan dan agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya
lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah” (Arikunto, dalam Juditya, 2010, hlm. 63).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa instrumen merupakan
alat yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan
masalah penelitian. Instrumen yang digunakan adalah berbentuk kuesioner atau angket. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 199) mengungkapkan bahwa “Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
gambaran mengenai minat siswa dalam mata pelajaran pendidikan jasmani,
olahraga, dan kesehatan.
Dalam penelitian ini penulis bertindak sebagai pengawas selama proses
pengambilan data di sekolah, ditambah dua orang yang sudah dibekali tentang tata
cara pengambilan data untuk membantu penulis. Berikut adalah langkah-langkah
penyusunan angket dalam penelitian ini:
1. Membuat kisi-kisi kuesioner/angket
Pengelompokan data dalam penelitian ini adalah menentukan
indikator-indikator mengenai minat siswa. Lembar kuesioner membutuhkan suatu bahan
perkiraan untuk diteliti, dengan kisi-kisi sebuah instrumen kuesioner akan
menguatkan acuan penelitian. Lembar kuesioner dalam penelitian ini adalah minat
siswa dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Adapun
kisi-kisi mengenai minat penulis ambil seluruhnya dari tesis Silvy Juditya (2010).
Untuk lebih jelasnya mengenai kisi-kisi angket tersebut dapat dilihat pada Tabel
3.3 dibawah ini:
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Variabel Minat Siswa
Variabel Indikator Sub Indikator Nomor Item
(+) (-)
Dorongan a. Atas dasar kesadaran sendiri
b. Memprioritaskan waktu untuk
kegiatan
c. Kesadaran akan menfaat penjas
d. Kesadaran akan kebutuhan
Tertarik a. Menyukai pelajaran olahraga
b. Rasa keingintahuan
c. Rasa senang atas kegiatan
guru
b. Melakukan karena mata
pelajaran
c. Melakukan dengan
sungguh-sungguh dalam setiap jam
pelajaran
d. Melakukan secara aktif
59, 60
Perhatian a. Mendengarkan instruksi guru
b. Melakukan gerakan yang
Kesenangan a. Merasa puas karena
menyehatkan
b. Lega dengan hasil yang
diperoleh
Setelah kisi-kisi tersusun, langkah selanjutnya adalah membuat kisi-kisi
menjadi pernyataan tentang minat siswa. Tujuannya yaitu untuk memperoleh data
hasil penelitian yang berupa minat siswa di sekolah dalam mata pelajaran
Penjasorkes. Setelah angket tersusun menjadi pernyataan mengenai minat, hal ini
memudahkan peneliti dalam melakukan penilaian agar memperbesar
kemungkinan bahwa aspek-aspek yang diamati lebih terpercaya dan sistematis.
3. Penilaian
Dalam penelitian ini setiap subjek diminta untuk mengisi jawaban dengan
angket digunakan skala sikap yakni Skala Likert, dengan alternatif jawaban
sebanyak 5 alternatif. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2013, hlm. 134) bahwa “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”. Untuk lebih jelasnya mengenai kategori penskoran disajikan pada Tabel 3.4 dibawah ini:
Tabel 3.4
Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban
No Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban
Positif Negatif
1 Sangat Setuju 5 1
2 Setuju 4 2
3 Ragu-Ragu 3 3
4 Tidak Setuju 2 4
5 Sangat Tidak Setuju 1 5
E. Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang
akan dipakai dalam penelitian dapat dipahami atau tidak oleh responden serta
untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen tersebut. Karena dengan
menggunakan instrumen yang valid dan reliabel, diharapkan hasil penelitian akan
menjadi valid dan reliabel. Oleh karena itu, Sugiyono (2013, hlm. 173) menyatakan bahwa “instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel”. Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan uji coba instrumen, sebagai berikut:
1. Menentukan Sampel Uji Coba Instrumen Penelitian
Untuk keperluan uji coba instrumen ini, peneliti memilih sampel yang
memiliki karakteristik yang hampir sama dengan sampel sebenarnya. Sehingga
diperoleh sampel uji coba sebanyak 40 orang siswa dari dua sekolah.
Tabel 3.5
Sampel Uji Coba Instrumen Penelitian
1 SMKN 9 BANDUNG 20
2 SMK TADIKA PURI 20
Jumlah Seluruh Siswa 40
2. Pelaksanaan Uji Coba Instrumen Penelitian
Pelaksanaan uji coba instrumen penelitian ini dilakukan pada:
Hari/tanggal : Rabu, 04 September 2015
Waktu : 08.00 – 09.00 WIB dan 10.00 – 11.00 WIB
Tempat : SMK Negeri 9 Bandung dan SMK Tadika Puri
Butiran pertanyaan angket minat yang telah disusun di uji cobakan kepada
siswa SMK dengan kelas yang sama namun berbeda sekolah tetapi masih dalam
satu wilayah yang sama. Sebelum pengisian angket oleh responden, responden
diberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai tata cara pengisiannya. Proses
pengisian angket berjalan cukup lancar, tidak ada permasalahan yang berarti.
Setelah pengisian angket uji coba selesai, maka angket tersebut harus dihitung
validitas dan reliabilitasnya.
3. Uji Validitas
Uji validitas instrumen dilakukan untuk mengukur kevalidan instrumen.
Hal ini penting dilakukan agar data dalam penelitian memiliki tingkat kebenaran
yang tinggi, yang nantinya akan menentukan pada kualitas penelitian. Seperti
yang diungkapkan oleh Arikunto (dalam Juditya, 2010, hlm. 72) yaitu:
Dalam menentukan valid tidaknya sebuah butir tes pernyataan tes dilakukan dengan pendekatan uji signifikansi, yaitu jika thitung > ttabel maka pernyataan tersebut dapat digunakan sebagai alat ukur pengumpulan data. Tetapi jika sebaliknya thitung < ttabel maka pernyataan tersebut tidak dapat dijadikan sebagai alat ukur pengumpulan data.
Berdasarkan hasil penghitungan, diperoleh hasil uji validitas dari jumlah
80 butir soal pernyataan mengenai minat siswa yang telah diuji cobakan didapat
sebanyak 51 butir soal pernyataan yang dinyatakan valid, maka butir soal tersebut
yang digunakan sebagai instrumen penelitian. Seperti yang tertera dalam tabel 3.6
dibawah ini.
Tabel 3.6
31 0.5757 0.312 Valid
32 0.2132 0.312 Tidak Valid
33 0.5856 0.312 Valid
34 0.3398 0.312 Valid
35 0.4938 0.312 Valid
36 0.2142 0.312 Tidak Valid
37 0.5558 0.312 Valid
38 0.4098 0.312 Valid
39 0.5854 0.312 Valid
40 0.2902 0.312 Tidak Valid
41 0.3252 0.312 Valid
42 0.4932 0.312 Valid
43 0.3800 0.312 Valid
44 0.1441 0.312 Tidak Valid
45 0.2174 0.312 Tidak Valid
46 0.3259 0.312 Valid
47 0.1530 0.312 Tidak Valid
48 0.5070 0.312 Valid
49 0.4061 0.312 Valid
50 -0.1086 0.312 Tidak Valid
51 0.6048 0.312 Valid
52 0.1815 0.312 Tidak Valid
53 0.4814 0.312 Valid
54 0.6237 0.312 Valid
55 0.4882 0.312 Valid
56 0.4454 0.312 Valid
57 0.2983 0.312 Tidak Valid
58 0.2506 0.312 Tidak Valid
59 0.2071 0.312 Tidak Valid
60 0.5235 0.312 Valid
62 0.6303 0.312 Valid
63 0.1443 0.312 Tidak Valid
64 0.3979 0.312 Valid
65 0.5799 0.312 Valid
66 0.5606 0.312 Valid
67 0.4216 0.312 Valid
68 0.4186 0.312 Valid
69 0.6396 0.312 Valid
70 0.1550 0.312 Tidak Valid
71 0.1638 0.312 Tidak Valid
72 0.0115 0.312 Tidak Valid
73 0.3181 0.312 Valid
74 0.2592 0.312 Tidak Valid
75 0.4761 0.312 Valid
76 0.3265 0.312 Valid
77 0.2384 0.312 Tidak Valid
78 0.2177 0.312 Tidak Valid
79 0.2976 0.312 Tidak Valid
80 0.4955 0.312 Valid
4. Uji Reliabilitas
Dalam uji reliabilitas terhadap butir soal yang digunakan dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan teknik belah dua atau split half yang dianalisa dengan
rumus Spearman Brown (Sugiyono, 2013). Untuk keperluan ini maka butir-butir
instrumen dibelah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok instrumen ganjil (X)
dan kelompok instrumen genap (Y). Kemudian skor butir pada masing-masing
kelompok dijumlahkan sehingga menghasilkan skor total. Selanjutnya skor total
antara kelompok ganjil dan kelompok genap dikorelasikan menggunakan rumus
korelasi product moment. Setelah dihitung dan didapatkan nilai koefisien
korelasinya, langkah selanjutnya memasukkan nilai koefisien korelasi ini ke
dalam rumus Spearman Brown, yaitu:
1 + rb
Keterangan:
r1 : reliabilitas internal seluruh instrumen
rb : korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua
Adapun hasil penghitungan uji reliabilitas instrumen penelitian dapat
dilihat pada tabel 3.7.
Tabel 3.7
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Variabel r hitung r tabel Keterangan
Minat Siswa 0.93546 0.312 Reliabel
Dari hasil analisis penghitungan uji reliabilitas instrumen diperoleh rhitung
sebesar 0.93556 sedangkan rtabel 0.312 pada taraf signifikansi 0.05 dengan N = 40.
Dengan demikian rhitung > rtabel, artinya instrumen reliabel.
Berdasarkan hasil uji coba, instrumen ini sudah valid dan reliabel seluruh
butir soalnya. Maka, instrumen penelitian ini dapat digunakan untuk pengukuran
sebagai alat pengumpul data.
F. Prosedur Penelitian
Dalam sebuah penelitian, untuk memberikan kemudahan dalam prosesnya
diperlukan langkah-langkah kerja penelitian agar penelitian yang dilakukan dapat
berjalan sesuai dengan apa yang telah dirancang sebelumnya. Berikut merupakan
langkah-langkah penelitian yang disusun peneliti, dapat dilihat pada bagan berikut
Gambar 3.2 Alur Penelitian
Dari gambar bagan diatas dapat dijelaskan bahwa:
a. Langkah pertama adalah menentukan tempat penelitian. Populasi
Sampel
Siswa SMK Swasta Siswa SMK
Negeri
Pengukuran menggunakan angket
Hasil pengukuran Siswa SMK Swasta Hasil pengukuran
Siswa SMK Negeri
Pengolahan Data
Analisis Data
Kesimpulan
b. Selanjutnya menentukan objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini yaitu
siswa SMKN 13 dan SMK Farmasi Bumi Siliwangi kota Bandung kelas XI.
c. Dari populasi ditentukan sampel penelitian untuk mempersempit jumlah objek
yang akan diteliti.
d. Setelah dihasilkan sampel penelitian, peneliti melakukan pengukuran dengan
menyebarkan angket kepada responden (sampel yang telah dipilih).
e. Setelah didapatkan hasil pengukuran dari penyebaran angket dari seluruh
responden, langkah selanjutnya peneliti melakukan pengolahan data dan
analisis data.
f. Terakhir, peneliti membuat kesimpulan yang didasarkan pada hasil
pengolahan data tersebut.
G. Analisis Data
Untuk menjadikan data yang diperoleh mengandung arti dan dapat
menjawab permasalahan yang diteliti, maka yang perlu dilakukan adalah
mengolah dan menganalisis data tersebut. Setelah data dari seluruh sampel dan
sumber lain terkumpul, langkah selanjutnya adalah mengolah dan menganalisis
data yang ada dengan menggunakan rumus statistik. Seperti yang diungkapkan
oleh Sugiyono (2013, hlm. 207):
Kegiatan dalam analisis data adalah: mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
Adapun langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Menyeleksi data, yaitu memisahkan dan memilih data yang telah terkumpul
untuk diperiksa keabsahannya. Dalam penyeleksian data peneliti melakukan
pemeriksaan data yang terkumpul dan memeriksa semua pernyataan dalam
angket untuk memastikan jawaban sesuai dengan petunjuk yang diberikan.
2. Penskoran data, yaitu menentukan bobot nilai untuk setiap jawaban pada
3. Pengolahan dan analisis data yang bertujuan untuk memperoleh kesimpulan,
dimana kesimpulan tersebut diharapkan dapat menjawab rumusan masalah
dan hipotesis penelitian.
Dalam proses pengolahan data, penulis menggunakan langkah-langkah di
bawah ini:
a. Abduljabar dan Darajat (2013, hlm. 111) menjelaskan tentang menghitung
nilai rata-rata dari setiap kelompok data dengan menggunakan rumus:
̅ = ∑
Keterangan :
̅ = Nilai rata-rata yang dicapai
∑ = Jumlah
= Nilai data n = Jumlah sampel
b. Menghitung simpangan baku dari setiap kelompok data dengan
menggunakan rumus (Abduljabar & Darajat, 2013, hlm. 122):
S =
√
∑ ̅Keterangan :
S = Simpangan baku yang dicari n = Jumlah sampel
X1 = Skor yang dicapai seseorang ̅ = Nilai rata-rata
c. Menghitung persentase gambaran alternatif jawaban dengan menggunakan
rumus:
∑ ∑
Keterangan:
P = Jumlah atau besar persentase
Untuk memberikan kriteria pada hasil persentase, Arikunto (dalam
Septira, 2008, hlm. 58) memberikan kriteria penilaian sebagai berikut:
Tabel 3.8
d. Menguji normalitas data menggunakan uji kenormalan Liliefors
(Abduljabar & Darajat, 2013, hlm. 148). Prosedur yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1) Membuat tabel penolong untuk mengurutkan data terkecil sampai
terbesar, kemudian mencari rata-rata dan simpangan baku.
2) Mencari Z skor dan tepatkan pada kolom Zi. Dengan menggunakan
S = Simpangan baku dari sampel
3) Mencari luas Zi pada tabel Z.
4) Pada kolom F(Zi), untuk luas daerah yang bertanda negatif maka 0,5 –
luas daerah, sedangkan untuk luas daerah bertanda positif maka 0,5 +
luas daerah.
5) S(Zi) adalah urutan n dibagi jumlah n.
7) Mencari data atau nilai tertinggi, tanpa melihat (-) atau (+) sebagai
nilai L0.
8) Membuat kriteria penerimaan dan penolakkan hipoesis:
a) Jika L0 ≥ Ltabel tolak H0 dan H1 diterima artinya data tidak
berdistribusi normal.
b) Jika L0 ≤ Ltabel terima H0 artinya data berdistribusi normal.
e. Menguji homogenitas. Rumus yang digunakan menurut Abduljabar &
Darajat (2013, hlm. 178) adalah sebagai berikut:
Variansi didapat dari simpangan baku yang dikuadratkan. Untuk kriteria
pengujian adalah terima H0 jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel.
Ftabel = Fα dengan dk (n1 – 1; n2 – 1) dan taraf nyata (α) = 0,05.
f. Menguji hipotesis menggunakan uji kesamaan dua rata-rata dua pihak. Uji
kesamaan dua rata-rata dua pihak digunakan untuk mengetahui perbedaan
antara kelompok 1 dan 2 (Abduljabar & Jajat, 2013). Untuk menghitung
uji kesamaan dua rata-rata dua pihak ini menggunakan teknik analisis
statistik sebagai berikut:
1) Hipotesis statistik
H0 : tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara minat siswa SMK
Negeri 13 dengan SMK Farmasi Bumi Siliwangi kota Bandung
dalam mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.
H1 : terdapat perbedaan yang signifikan antara minat siswa SMK
Negeri 13 dengan SMK Farmasi Bumi Siliwangi kota Bandung
dalam mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.
H0: μ1 = μ2
2) Sebelum dilakukan uji t terlebih dahulu dicari variansi gabungan (S2)
dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan dalam rumus :
thitung = Nilai t yang dicari ̅̅̅ = Rata-rata kelompok 1 ̅̅̅ = Rata-rata kelompok 2
S = Simpangan baku gabungan
= Jumlah sampel kelompok 1
= Jumlah sampel kelompok 2
= Variansi kelompok 1
= Variansi kelompok 2
3) Adapun rumus yang digunakan untuk uji kesamaan dua rata-rata dua
pihak adalah sebagai berikut:
̅̅̅
̅̅̅
√ ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
Dengan kriteria pengujian yang berlaku adalah, terima H0 jika t < t1-α dan tolak H0 jika thitung mempunyai harga-harga lain. Derajat
kebebasan untuk daftar distribusi t ialah (n1 + n2 - 2) dengan peluang
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan dan analisis data melalui proses
pengolahan berdasarkan prosedur statistika mengenai “Perbedaan Minat Siswa
Antara SMK Negeri 13 Dan SMK Farmasi Bumi Siliwangi Kota Bandung Dalam
Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga Dan Kesehatan”, serta berdasarkan
pada beberapa fakta dan data yang ada, yang penulis peroleh di lapangan. Dengan
demikian penulis memperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Minat siswa SMK Negeri 13 Bandung dalam mata pelajaran pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan dalam kategori baik sekali dengan persentase
skor ketercapaiannya sebesar 83,62%.
2. Minat siswa SMK Farmasi Bumi Siliwangi Bandung dalam mata pelajaran
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dalam kategori baik sekali dengan
persentase skor ketercapaiannya sebesar 85,66%.
3. Minat siswa SMK Negeri 13 dan SMK Farmasi Bumi Siliwangi dalam mata
pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan terdapat perbedaan
yang signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji hipotesis uji kesamaan
dua rata-rata atau uji t yaitu berdasarkan hasil perhitungan data menunjukkan
nilai Sig (2-tailed) adalah (0,001) < ½ α (0,025) sehingga Ho ditolak. Lebih
lanjut, ditujukkan pula dengan rata-rata hasil angket siswa SMK Farmasi
Bumi Siliwangi sedikit lebih tinggi yaitu 4,221546 dibanding siswa SMK
Negeri 13 Bandung yaitu 4,090443.
B. Implikasi dan Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan segala kerendahan
hati ada beberapa hal yang ingin penulis sampaikan sebagai masukan dan saran
yang mudah-mudahan bermanfaat, sebagai berikut:
1. Bagi guru mata pelajaran penjasorkes, pihak sekolah dan pihak-pihak lain
yang terkait, perlu adanya inovasi dalam setiap proses pembelajaran agar
didapatkan serta perhatian khusus terhadap sarana dan prasarana
pembelajaran agar selalu menunjang kegiatan pembelajaran.
2. Bagi siswa, perlu pemahaman lebih mengenai makna dan manfaat yang dapat
diperoleh dari setiap kegiatan pembelajaran penjasorkes agar selalu timbul
keinginan dan kesadaran dalam mengikuti pembelajaran.
3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian dapat dikembangkan dengan
DAFTAR PUSTAKA
Abduljabar, B. 2009. Pembelajaran Manajemen Pendidikan Jasmani dan
Olahraga. FPOK UPI Bandung.
Abduljabar, B. & Darajat, J. (2013). Aplikasi Statistika Dalam Penjas. Bandung: FPOK.
Dirman & Juarsih, C. (2014). Karakteristik Peserta Didik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Fauzi, R. (2011). Sekolah: Antara Negeri dan Swasta. [Online]. Diakses dari http://panjiirfan.wordpress.com/2011/05/25/sekolah-negeri-dan-sekolah-swasta-tangan-kanan-dan-kiri/.
Hanik. Minat Belajar. [Online]. Diakses dari
http://www.scribd.com/doc/21249216/MINAT-BELAJAR.
http://eprints.uny.ac.id/8471/3/bab2%20%3D08511241019.pdf
http://eprints.uny.ac.id/9246/3/BAB%202%20-%2010604227561.pdf
Ivancevich, N. M., Konopaske, E. & Matteson, H. T. (2006). Perilaku Dan
Manajemen Organisasi. Erlangga.
Jahja, Y. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Juditya, S. (2010). Hubungan antara Minat dan Sikap Siswa dengan Proses
Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani di Sekolah. (Tesis). Sekolah
Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Paturusi, A. (2012). Manajemen Pendidikan Jasmani Dan Olahraga. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru.
Radyuli, P. (2013). Proses Belajar Mengajar (PBM). [Online]. Diakses dari
http://popiradyuli89.blogspot.com/2013/05/proses-belajar-mengajar-pbm.html.
Riduwan & Kuncoro, E. A. (2011). Cara Mudah Menggunakan Dan Memaknai
Path Analysis (Analisis Jalur). Bandung: Alfabeta.
Sahrikin, I. (2011). Pengaruh Reinforcement Terhadap Minat Siswa Dan Jumlah
Waktu Aktif Belajar Dalam Pembelajaran Penjasorkes Di SMP Negeri 17 Kota Cirebon. (Tesis). SPS, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Saifur. (2012). Konsep dan Prinsip Pembelajaran Pendidikan Jasmani. [Online]. Diakses dari https://saifurss07.wordpress.com/2012/07/24/konsep-dan-prinsip-pembelajaran-pendidikan-jasmani/.
Sardiman A.M. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Septira, A. D. (2008). Motivasi Berolahraga Siswa SMP Negeri Dan Swasta Di
Kota Cirebon Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga. (Skripsi).
FPOK, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Slameto. (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Soemosasmito, S. (1988). Dasar, Proses, Dan Efektivitas Belajar Mengajar
Pendidikan Jasmani. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suherman, A. (2009). Revitalisasi Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: CV. Bintang WarliArtika.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
UPI Tahun Akademik 2014/2015. Bandung: UPI.
Wakhinuddin. (2010). Karakter Siswa SMK Berbasis Dimensi. [Online]. Diakses dari https://wakhinuddin.wordpress.com/2010/09/22/karakter-siswa-smk-berbasis-dimensi/
Wasti, S. (2013). Hubungan Belajar Dengan Hasil Belajar Mata Pelajaran Tata
Busana Di Madrasah Aliyah Negeri 2 Padang. [Online]. Diakses dari
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jhet/article/viewFile/1032/869.
Wikipedia. Sekolah. [Online]. Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah.