• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN."

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP

PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan IPA

Oleh Puspo Rohmi NIM. 1302413

(2)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP

PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Oleh

Puspo Rohmi, S.Pd.

Universitas Pendidikan Indonesia, 2015

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung

© Puspo Rohmi 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

(3)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

PUSPO ROHMI

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP

PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing Tesis

Dr. Setiya Utari, M.Si. NIP. 19670725199203 2 002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan IPA

(4)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP

PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

ABSTRAK

Tujuandaripenelitianiniadalahuntukmengetahuipeningkatan domain kompetensidanpengetahuansainssiswasetelahditerapkannyalevels of inquiry padapembelajaran IPA terpadutemapencemaranlingkungan. Penelitianinimenggunakanmetodepenelitianpre-experimentaldengandesainone-sample pretest posttest design. Data dikumpulkanmelalui instrument tesliterasisainsberbentukpilihanganda, lembarobservasi, LKS, danangket yang diberikansetelahpelaksanaanpembelajaran. Hasilanalisis data

menunjukkanbahwaterdapatperbedaan yang

signifikanantaraskorpretesdanskorpostessetelahditerapkannyalevels of inquiry. Perbedaan yang signifikantersebutterjadipadasetiap domain padaaspekkompetensidanpengetahuan yang diteliti. Selainitu,

hasilperhitunganCohens’dadalah 1.82,

dapatdiinterpretasikanbahwapenerapanlevels of inquirymempunyaipengaruh yang besarterhadappeningkatanskor domain kompetensidanpengetahuansainssiswa. Hasilpenelitianmenunjukkanbahwapenerapanlevels of inquiry dalampembelajaran IPA terpadudapatmeningkatkan domain kompetensidanpengetahuansainssiswa.

Sebagaikesimpulanyaitupenerapanlevels of inquiry

dapatmembantusiswauntukmelatihketrampilaninkuiriuntukmeningkatkanliterasisa ins yang menuntutpenerapandarikompetensidanpengetahuan yang merekamiliki. Penelitianinijugamenemukanbahwasiswamempunyairesponpositifterhadappenggu naaninkuiri yang dilakukansecarasistematisdalampembelajaran IPA.

(5)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

IMPLEMENTATION THE LEVELS OF INQUIRY TO ENHANCE MIDDLE SCHOOL STUDENT’S COMPETENCIES AND KNOWLEDGE

DOMAIN OF SCIENTIFIC LITERACY IN CONTEXT ENVIRONMENTAL POLLUTION

ABSTRACT

The aim of this study was to determine the enhancement students’ competencies and knowledge domain after implementation levels of inquiry on integrated science instruction on the theme of environmental pollution. This study use pre-experimental research method with one sample pretest posttest design. Data collecting through scientific literacy instrument organized as multiple choice test, observation sheet, worksheet, and questionnaire after undertaking the learning process. Analysis of the data showed that there was a statistically significance different between the pretest scores and the posttest scores after implementing levels of inquiry. Significance is shown both domains of competencies and knowledge aspects studied. Furthermore, the results of the Cohens’d calculation was 1.82, it can be interpreted that implementation of levels of inquiry has large effect on enhancement competencies and knowledge domains scores. Results indicated that implementation of levels of inquiry in integrated science lesson can enhanced students' competencies and knowledge aspects of scientific literacy.It was concluded that implementing the levels of inquiry can help students to practice inquiry skills to enhance their scientific literacy which requires the application of competencies and knowledge they have. In addition it was also found that students’ have positive response about using inquiry systematically in science instruction.

(6)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS PADA PEMBELAJARAN TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN.………

(7)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB III METODE PENELITIAN……….………

A. MetodedanDesainPenelitian………....

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN………..……….

A. HasilPenelitian………...

1. KeterlaksanaanLevels of Inquiry

dalamPembelajaranTemaPencemaranLingkungan……… ………...………

2. PeningkatanKompetensidanPengetahuanSains….……… 3. TanggapanSiswaterhadapPenerapanLevels of Inquiry

dalamPembelajaran

IPA……….………

B. Pembahasan……….

1. KeterlaksanaanLevels of Inquiry

dalamMelatihkanKompetensidanPengetahuanSainsSiswa…… ………..

2. PeningkatanKompetensidanPengetahuanSainsSiswaMelaluiPen erapanLevels of Inquiry………...…………... BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI…………...

(8)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

(9)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL KemampuanIntelektualpada Levels of Inquiry……… EmpatAspekLiterasiSains PISA 2015………. KonteksAsesmenLiterasiSains PISA 2015……….. Domain Sikap PISA 2015……….. Indikatorpada Domain Kompetensi PISA 2015……… Domain PengetahuandanDeskripsinya………. StandarKompetensidanKompetensiDasarTemaPencemaranLin

gkungan………...…..

(10)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.4

DeskripsiKegiatan LOI pada Sub TemaPencemaran Air dan

Tanah………..

PresentaseKeterlaksanaan LOI Pada Sub TemaPencemaran

Air dan Tanah……….

DeskripsiKegiatan LOI pada Sub TemaPencemaranUdara…. PresentaseKeterlaksanaan LOI Pada Sub

TemaPencemaranUdara………

………..

DeskripsiKegiatan LOI pada Sub Tema Global Warming…… PresentaseKeterlaksanaan LOI Pada Sub Tema Global

Warming……….

HasilUjiNormalitas………...

HasilUjiHomogenitas………...

HasilUji Wilcoxon Signed Ranks Test Pretest Posttest………. Hasil Wilcoxon Signed Ranks Test padaSetiap Domain

Kompetensi……….

(11)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

HubunganAntar Domain LiterasiSains PISA 2015……….. Diagram TemaPencemaranLingkungan………... PolaOne Group Pretest-Posttest Design …………...

SkemaAlurPenelitian………

PresentasePencapaianLiterasiSainsSiswa……….. PencapaianSiswaPadaSetiap Domain Kompetensi………. Nilai Effect Size PadaSetiap Domain Kompetensi………... PencapaianSiswaPadaSetiap Domain Pengetahuan……… Effect Size Cohens’dPadaSetiap Domain Pengetahuan….. PencapaianLiterasiSainsSiswaPadaSetiap Sub Tema…... Effect Size Cohens’dPadaSetiap Sub TemaPembelajaran.. Contoh LKS SiswaPadaTahapan Discovery Learning……. ContohHasilRancanganPercobaanPada Inquiry Lesson…. ContohPenulisan Data Percobaan……….. PresentasePencapaian Domain KompetensiPada Posttest...

(12)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Literasi sains telah menjadi istilah yang digunakan secara luas sebagai karakteristik penting yang harus dimiliki oleh setiap warga negara dalam

masyarakat modern dan mencakup tujuan pendidikan sains. Istilah “literasi sains” pertama kali diungkapkan oleh Paul DeHard Hurd pada tahun 1958

dalam sebuah artikel yang berjudul “Science literacy: Its meaning for American Schools”, dan istilah tersebut telah digunakan untuk menggambarkan pemahaman tentang sains dan aplikasinya di masyarakat (Hurd, 1958; Laugksch, 2000; Holbrook & Rannikmae, 2009). Lebih lanjut, National Science Education Standards (NRC, 1996) mendefinisikan literasi sains sebagai pemahaman tentang konten sains dan praktek ilmiah dan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan tersebut untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan yang berpengaruh pada pribadi atau orang lain dalam komunitas global. Senada dengan definisi tersebut,Hurd (1998) menyatakan bahwa literasi sains merupakan kemampuan untuk memahami proses sains dan mendapatkan informasi ilmiah secara bermakna yang tersedia di kehidupan sehari-hari. Selain itu, literasi sains juga mencerminkan pemahaman yang luas dan fungsional tentang sains untuk tujuan pendidikan secara umum (DeBoer, 2000).

(13)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

sains seseorang harus mempunyai pengetahuan tentang sebagian besar konsepsi dan ide-ide yang membentuk gagasan dasar ilmiah dan teknologi, bagaimana pengetahuan tersebut dijabarkan, dan pada tingkat mana pengetahuan tersebut dibenarkan oleh bukti atau penjelasan ilmiah. Literasi sains dianggap sebagai hasil belajar kunci dalam pendidikan dan merupakan hal yang penting untuk dikuasai oleh peserta didik (Wenning, 2006; Toharudin dkk., 2011, hlm. 12),oleh karena itu pendidikan sains sangat berperan dalam mewujudkan masyarakat yang melek sains.

Terwujudnya masyarakat melek sains (scientific literate) adalah salah satu tujuan utama pendidikan sains (Norris & Philips, 2003; NRC, 1996),selain itu peningkatan literasi sains siswa di sekolah juga telah menjadi tujuan kurikulum dan para pengajar sains lebih dari satu abad ini (Wenning, 2006; Millar, 2008). Berbagai upaya reformasi pendidikan sains telah banyak dilakukan di berbagai negara. Sebagai contoh, reformasi yang dilakukan di negara Amerika menekankan pada pengembangan pemahaman yang akurat tentang sains dan literasi sains. Dalam dokumen standar Amerika

Benchmarks for Scientific Literacy” (AAAS, 1993), selain menyebutkan pemahaman tentang konsep-konsep fundamental sains juga memotret hakikat sains (NOS) dan inkuiri ilmiah (scientific inquiry) sebagai komponen kunci dalam literasi sains.

Millar & Osborne dalam laporannya yang berjudul “Beyond 2000: Science Education for the Future” menyebutkan bahwa pendidikan sains antara usia 5 dan 16 (usia wajib sekolah di UK) harus mencakup pengajaran

(14)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dasar mencerminkan pengembangan literasi sains peserta didik sebagai salah satu tujuan pendidikan IPA di SMP.

National Science Education Standards (NSES) dalam NRC (1996) menyatakan bahwa seseorang yang melek sains akan memiliki pemahaman terhadap enam unsur utama dari literasi sains, yaitu: (1) sains sebagai inkuri, (2) konten sains, (3) sains dan teknologi, (4) sains dalam perspektif pribadi dan sosial, (5) sejarah dan sifat sains, dan (6) kesatuan konsep dan proses. Secara lebih jelas, OECD (2013) mendeskripsikan karakteristik seseorang yang melek sains, yaitu seseorang yang memiliki kemampuan untuk menggunakan pengetahuan sains, untuk mengidentifikasi pertanyaan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti dalam rangka untuk memahami dan membantu membuat keputusan tentang lingkungan alam dan perubahan yang diakibatkan dari kegiatan manusia. Dengan melek sains, maka seseorang memiliki kemampuan untuk terlibat dengan isu-isu terkait sains, dan dengan gagasan-gagasan sains sebagai cerminan masyarakat (OECD, 2013). Berdasarkan karakteristik tersebut, maka literasi sains tidak hanya dibutuhkan oleh orang yang ingin menjadi ilmuwan di masa depannya, tetapi juga merupakan kemampuan yang sangat penting dikuasai oleh semua warga negara. Hal ini didukung oleh pernyataan Roberts (2007) sebagaimana dikutip oleh Millar (2008) bahwa terjadi pergeseran penekanan dari pengajaran yang didesain untuk mengajar berbagai pemahaman tentang sains yang hanya dibutuhkan oleh ilmuan masa depan, kepada pengajaran yang mencoba untuk membangun berbagai pemahaman tentang sains yang dibutuhkan oleh semua warganegara.

(15)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

skor literasi sains siswa masih dalam rentang skor 382 – 395. Hal ini berarti bahwa kemampuan literasi sains siswa Indonesia masih rendah dibandingkan rata-rata kemampuan literasi sains siswa dari negara-negara peserta yang lainnya (Toharudin, dkk., 2011). Sejak sains menjadi domain asesmen utama pada tahun 2006, PISA menggunakan enam level kecakapan dalam skala penilaian sains. Level-level ini juga digunakan pada PISA 2009, 2012, dan 2015. Tingkat kemampuan pada tiap-tiap level berhubungan dengan jenis-jenis kompetensi yang harus dicapai siswa pada level tertentu. Level yang menjadi baseline dari literasi sains adalah level 2. Hasil analisis PISA 2012 berdasarkan level kemampuan ini, sebanyak 24,7% siswa Indonesia berada di bawah level 1, 41,9% berada pada level 1, 26,3% berada pada level 2, 6,5% berada pada level 3, dan 0,6% berada pada level 4. Tidak ada siswa Indonesia yang mampu mencapailevel 5 dan level 6. Berdasarkan hasil analisis tersebut, didapatkan informasi bahwa sebagian besar siswa Indonesia masihmemiliki pengetahuan ilmiah yang terbatas yang hanya dapat diterapkan pada beberapa situasi saja. Mereka barumampu memberikan penjelasan ilmiah yang sudah jelas dan mengikuti bukti-bukti yang eksplisit. Dapat dilihat bahwa hanya sedikit siswa yang mampu menjelaskan secara langsung dan membuat interpretasi harfiah dari hasil inkuiri ilmiah atau pemecahan masalah terkait teknologi(Angraini, 2014).

(16)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran di sekolah sangat berpengaruh terhadap pencapaian literasi sains siswa. Selain itu, guru mempunyai peran penting dalam mengembangkan literasi sains siswa dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi ditemukan bahwa pembelajaran IPA yang dilaksanakan belum mengarah pada pengembangan literasi sains siswa. Dalam menyampaikan pembelajaran guru tidak memulai dengan menghadirkan fenomena-fenomena ilmiah, sehingga siswa terlihat kesulitan dalam mengaitkan konsep yang dipelajari dengan fenomena yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Pada beberapa materi tertentu, guru sudah menggunakan kegiatan eksperimen, namun kebermaknaan eksperimen tersebut masih dipertanyakan karena eksperimen dilakukan hanya untuk konfirmasi konsep. Siswa melakukan kegiatan penyelidikan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan, sehingga siswa kurang terlibat dalam mengevaluasi dan merancang percobaannya sendiri. Selain itu, soal-soal yang diberikan masih terbatas pada soal-soal yang menuntut ingatan dan pemahaman konsep, sehingga siswa tidak terbiasa mengerjakan soal yang menggunakan wacana dan kesulitan mengerjakan soal-soal yang mengarah pada pengukuran literasi sains.Temuan-temuan di atas semakin menunjukkan bahwa proses pembelajaran di sekolah belum optimal dalam memfasilitasi terlatihnya literasi sains siswa. Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan adanya solusi agar pembelajaran IPA dapat melatihkan literasi sains siswa sehingga diharapkan siswa Indonesia memiliki literasi sains yang baik sebagai upaya untuk menyiapkan sumber daya manusia dan warga negara yang melek sains.

(17)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

meningkatkan keterampilan literasi sains peserta didik (Brickman dkk., 2009). Observasi di lapangan menunjukkan bahwa guru sudah mulai menggunakan inkuiri untuk mengajarkan IPA di kelas, namun seringkali guru gagal dalam melatihkan inkuiri kepada siswa karena inkuiri masih digunakan kurang sesuai dan tanpa diiringi pertimbangan mengenai kemampuan intelektual siswa (Wenning, 2005). Kurangnya pemahaman guru terhadap penggunaan inkuiri ilmiah yang tepat dalam pembelajaran berdampak pada kurang berkembangnya kemampuan literasi sains siswa (Rahayu, 2015). Oleh karena itu, diperlukan suatu cara yang tepat untuk menerapkan inkuiri dalam pembelajaran agar dapat melatihkan literasi sains siswa dengan baik.

Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA sebagai solusi dari permasalahan tersebut adalah Levels of Inquiry yang dikemukakan oleh Wenning (2005; 2010; 2011). Wenning (2005) membagi jenis pembelajaran inkuiri ke dalam suatu hierarki yang didasarkan pada tingkat kecerdasan intelektual serta keterlibatan guru dan siswa dalam pembelajaran. Tahapan pembelajaran dalam Levels of Inquiry meliputidiscovery learning, interactive demonstration, inquiry lesson, inquiry lab, real-world application,dan hypothetical inquiry (Wenning, 2011). Wenning (2010) mengemukakan enam jenis keterampilan proses intelektual yang terdapat pada setiap tahapan Levels of Inquiry, yaitu rudimentary skills, basic skills, intermediate skills, integrated skills, culminating skills, dan advanced skills. Pada setiap tahapan Levels of Inquiry melatihkan kemampuan intelektual yang berbeda.

(18)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Pada tahapan inquiry lab,siswa secara lebih bebas berkesempatan untuk menentukan hukum empiris berdasarkan pengukuran variabel-variabel. Pada tahapan real-world application, siswa dapatmenggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk menyelesaikan masalah-masalah. Pada tahapan hypothetical inquiry, siswa mulai mampu mencari penjelasan dari fenomena yang diamati. Sehingga setiap tahapan proses pembelajaran dengan Levels of Inquiry mendukung terlatihkannya kompetensi siswa untuk menjelaskan fenomena secara ilmiah, mengevaluasi dan merancang penelitian ilmiah, menginterpretasikan data dan bukti secara ilmiah, yang kesemuanya tercakup dalam domain literasi sains pada PISA 2015.

Beberapa penelitian telah dilakukan terkait dengan penerapan Levels of Inquiry dalam pembelajaran. Penelitian yang dilakukanSariati (2013) menunjukkan bahwa penerapan hierarki inkuiri berpengaruh terhadap kemampuan literasi sains siswa. Hasil temuan Erviani (2013), Dahlia (2013), dan Rohayati (2013) pada bidang Biologi juga menunjukkan bahwa penerapan tahapan discovery learning, interactive demonstration, dan inquiry lesson dapat meningkatkan literasi sains siswa.Penelitian-penelitian tentang penggunaan Levels of Inquiry pada tingkat SMP untuk melatihkan aspek kompetensi dan pengetahuan sains siswa masih jarang dilakukan, selain itu belum ada penelitian yang menerapkan Levels of Inquiry dalam pembelajaran IPA terpadu, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang penerapan Levels of Inquiry untuk meningkatkan domain kompetensi dan pengetahuan sains siswa pada pembelajaran IPA terpadu dengan tema Pencemaran Lingkungan.

B. Rumusan Masalah

(19)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Lingkungan?”. Untuk lebih mengarahkan penelitian, maka rumusan masalah

di atas dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana keterlaksanaan Levels of Inquiry padapembelajaran tema

Pencemaran Lingkungan?

2. Bagaimanakah peningkatan domain kompetensi dan pengetahuan sains siswa setelah diterapkannya Levels of Inquiry pada pembelajaran tema Pencemaran Lingkungan?

3. Bagaimanakah tanggapan siswa setelah diterapkannyaLevels of Inquiry pada pembelajaran tema Pencemaran Lingkungan?

C. Pembatasan Masalah

Batasan ruang lingkup pada penelitian ini yaitu:

1. Levels of Inquiry merupakan pendekatan pembelajaran yang menerapkan pendekatan inkuiri secara sistematik di dalam kelas. Dari enam tahapan Levels of Inquiry, peneliti hanya menggunakan empat tahapan saja yang diterapkan dalam pembelajaran Pencemaran Lingkungan. Tahapan Levels of Inquiry yang diterapkan dalam penelitian ini meliputi discovery learning, interactive demonstration, inquiry lesson, dan guided inquiry lab.

(20)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran penerapan Levels of Inquiry untuk meningkatkan domain kompetensi dan pengetahuan sains siswa pada pembelajaran IPA tema Pencemaran Lingkungan.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan, antara lain:

1. Menjadi bukti empiris mengenai potensi Levels of Inquiry dalam meningkatkan kompetensi dan pengetahuan sains siswa SMP, selain itu juga dapat memberikan gambaran solusi alternatif pembelajaran. Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar pemikiran bagi guru dalam merancang pembelajaran inkuiri yang tepat untuk mengembangkan literasi sains siswa SMP.

2. Memperkaya hasil penelitian terkait penerapan Levels of Inquiry dan peningkatan kompetensi dan pengetahuan sains siswa. Hasil penelitian ini

dapat ditindak lanjuti dengan melakukan penelitian lanjutan dengan tema pembelajaran yang lain maupun pada tingkat satuan pendidikan lainnya. 3. Menjadi bahan sumber informasi, perbandingan, pendukung, ataupun

sebagai rujukan yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan, seperti para mahasiswa, guru, praktisi pendidikan, peneliti, pemangku kebijakan, dll.

F. Struktur Organisasi Tesis

Struktur organisasi tesis ini terdiri atas lima bab utama. Bab I Pendahuluan menyajikan lima bagian yang ditulis dalam bentuk sub-bab. Kelima bagian tersebut meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi tesis.

(21)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

disajikan pula sub-bab kerangka pemikiran penyelesaian masalah serta asumsi dan hipotesis yang diajukan dalam penelitian.

Bab III Metodologi Penelitian menyajikan tujuh sub-bab yaitu: desain penelitian, populasi dan sampel, definisi operasional, variabel penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, dan metode analisis data.

Bab IVTemuanPenelitian dan Pembahasan berisi pemaparan hasil penelitian serta hasil analisis data dan pembahasannya yang disajikan dalam rangka menjawab permasalahan penelitian. Bab ini terdiri atas beberapa sub-bab hasil penelitian dan sub-sub-bab pembahasan.

(22)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental dengan jenis pre-experimental design. Metode ini merupakan metode eksperimen, namun tidak menggunakan kelompok kontrol ataupun kelompok pembanding (Fraenkel, 2012). Perlakukan hanya difokuskan pada satu kelompok dan tidak sampai pada pengujian efektivitas perbandingan dengan model pembelajaran lain. Penentuan metode penelitian didasarkan pada rumusan masalah dan tujuan penelitian ini, dimana peneliti hanya ingin melihat gambaran dan informasi dari peningkatan kompetensi dan pengetahuan sains siswa melalui penerapan Levels of Inquiry dalam pembelajaran IPA pada tema Pencemaran Lingkungan.

(23)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

pembelajaran yang ingin dicapai. Hasil pretest dan posttest kemudian dianalisis dan dideskripsikan untuk melihat sejauh mana penerapan Levels of Inquiry mampu melatihkan dan meningkatkan kompetensi dan pengetahuan sains siswa.Pola desain penelitian ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:

Pretest Treatment Posttest

O1 X O2

Gambar 3.1. Pola One Group Pretest-Posttest Design Keterangan :

O1 = Pretest

O2 = Posttest

X = Perlakuan (penerapan Levels of Inquiry) B. Populasi dan Sampel

(24)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

efektif dan efisien terutama dalam hal prosedur perizinan, waktu penelitian yang ditetapkan, kondisi subjek penelitian, pengawasan, serta kondisi tempat penelitian.Kelas yang digunakan sebagai sampel penelitian adalah kelas VII A (Ibnu Sina) dengan jumlah siswa 32 orang.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008, hlm.38). Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas penelitian ini adalah model pembelajaran Levels of Inquiry, sedangkan variabel terikatnya adalah domain kompetensi dan pengetahuan sains siswa.

D. Prosedur Penelitian

Secara garis besar, penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Berikut ini garis besar langkah-langkah dalam melaksanakan penelitian ini:

1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap persiapan meliputi:

a. Menentukan masalah yang akan dikaji. Untuk menentukan masalah yang akan dikaji peneliti melakukan studi pendahuluan. Studi pendahuluan yang dilakukan meliputi identifikasi masalah, perumusan masalah, dan studi literatur untuk memperoleh teori mengenai permasalahan.

b. Melakukan studi literatur untuk mencari solusi alternatif mengenai permasalahan yang ditemukan dan studi kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar dan materi ajar yang digunakan dalam penelitian. c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang mengacu pada

(25)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

d. Membuat dan menyusun instrumen penelitian. e. Judgment instrumen penelitian pada ahli. f. Melakukan uji coba instrumen penelitian.

g. Menganalisis hasil uji coba instrumen dan menentukan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan pretest pada sampel penelitian.

b. Memberikan perlakuan berupa penerapan Levels of Inquiry pada pembelajaran tema Pencemaran Lingkungan.

c. Melakukan observasi untuk mengetahui keterlaksanaan penerapan Levels of Inquiry pada pembelajaran tema Pencemaran Lingkungan. d. Memberikan posttest pada sampel penelitian setelah diterapkannya

Levels of Inquiry pada pembelajaran tema Pencemaran Lingkungan. e. Memberikan angket untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap

penerapan Levels of Inquiry pada pembelajaran tema Pencemaran Lingkungan.

3. Tahap Akhir

a. Mengolah data pretest dan posttest dengan statistik deskriptif.

b. Menganalisis hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan Levels of Inquiry.

c. Menganalisis data angket tanggapan siswa terhadap penerapan Levels of Inquiry.

d. Melakukan analisis data dengan statistik inferensial untuk mengetahui peningkatan kompetensi dan pengetahuan sains siswa setelah diterapkannya Levels of Inquiry.

e. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis data.

f. Memberikan saran dan rekomendasi pada aspek-aspek penelitian yang kurang sesuai.

(26)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Agar membantu pembaca dalam memahami prosedur penelitian ini, penulis menggambarkan langkah-langkah penelitian dalam skema alur penelitian sebagai berikut:

Gambar 3.2. Skema Alur Penelitian Studi Pendahuluan

Studi Literatur dan Studi Kurikulum

Penyusunan Instrumen Penelitian dan Perangkat Pembelajaran Judgment Instrumen Penelitian

Uji Coba dan Analisis Instrumen Penelitian

Pre-test

Kegiatan Belajar Mengajar Tema Pencemaran Lingkungan Menggunakan Levels of Inquiry

Post-test

Observasi dan Angket Perbaikan

Analisis Data

Rumusan Masalah

Solusi Permaslahan

Penarikan Simpulan Tahap Persiapan

Tahap Pelaksanaan

(27)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

E. Definisi Operasional

Definisi operasional dijelaskan untuk menghindari adanya kesalahan penafsiran dari setiap istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini memiliki beberapa istilah operasional yang didefinisikan sebagai berikut: a. Levels of Inquiry merupakan pendekatan pembelajaran yang sistematis

dankomprehensif yang terdiri atas enam tahapan yaitu discovery learning, interactive demonstration, inquiry lesson, inquiry laboratory, real-world application, dan hyphotetical inquiry. Pada penelitian ini hanya menggunakan empat tahap saja yaitu tahap discovery learning, interactive demonstration, inquiry lesson, guided-inquiry laboratory. Untuk melihat keterlaksanaan pembelajaran Levels of Inquiry ini digunakan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran yang didukung dengan data transkipsi video proses pembelajaran denganLevels of Inquiry.

b. Domain kompetensi dan pengetahuan sainsyang dimaksud dalam penelitian ini adalah domain pada aspek kompetensi dan pengetahuan yang mengacu pada framework literasi sains PISA 2015. Domain kompetensi meliputi kompetensi menjelaskan fenomena ilmiah, kompetensi mengevaluasi dan merancang penelitian ilmiah, dan kompetensi menginterpretasikan data dan bukti ilmiah. Domain pengetahuan meliputi pengetahuan konten, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan epistemik. Pengukuran domain kompetensi dan pengetahuan dilakukan dengan menggunakan instrumen tes pilihan ganda yang dikembangkan dengan mengacu pada kerangka penyusunan soal literasi sains PISA 2015. Untuk melihat signifikansi peningkatan kompetensi dan pengetahuan sains sebelum dan setelah penerapan Levels of Inquiry digunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test, sedangkan untuk melihat besarpengaruh Levels of

(28)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

F. Instrumen Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan dalam pertanyaan penelitian, diperlukan beberapa data yang dapat memberikan informasi mengenai keterlaksanaan pembelajaran Levels of Inquiry dan peningkatan domain kompetensi dan pengetahuan sains siswa setelah diterapkannya Levels of Inquiry. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan beberapa instrumen. Secara rinci instrumen yang digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Instrumen Penelitian No Instrumen Sumber

Data

Deskripsi Intrumen Target

1. Tes Pilihan Ganda

Siswa Jumlah soal yang

digunakan adalah 33 butir soal. Distraktor yang digunakan berjumlah 4 buah (a, b, c, dan d). Soal ini diberikan pada saat pretest dan posttest

Siswa LKS digunakan untuk membantu dan tentang aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran. Lembar observasi diisi oleh observer dengan melihat apakah kegiatan terlaksana atau tidak

(29)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

kemudian hasilnya digunakan sebagai data pendukung untuk melihat keterlaksanaan penerapan Levels of Inquiry

pembelajaran

Siswa Jumlah pertanyaan yang diberikan berjumlah 20

1. Penyusunan Instrumen Penelitian a. Instrumen Tes

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang menjaring kemampuan siswa dalam domain kompetensi dan domain pengetahuan sains yang disesuaian dengan kerangka kerja PISA 2015. Jenis tes yang digunakan adalah pilihan ganda. Tes diberikan sebanyak dua kali, yaitu pretest dan posttest. Tes ini bertujuan untuk mengukur kompetensi dan pengetahuan sains siswa sebelum dan sesudah pembelajaran Levels of Inquiry diterapkan.

Langkah-langkah yang ditempuh untuk menyusun instrumen tes pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Membuat kisi-kisi instrumen berdasarkan indikator pembelajaran dan aspek literasi sains yang akan diujikan.

b. Menyusun instrumen berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.

c. Melakukan validasi isi dan validasi konstruk berdasarkan kisi-kisi instrumen kepada ahli.

d. Melakukan uji coba instrumen tes pada siswa yang telah atau sedang menerima pembelajaran dengan materi yang diujikan.

(30)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

(31)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Soal Pengetahuan

Kompetensi

Nomor Soal Jumlah Soal Konten Prosedural Epistemik

Menjelaskan

b. Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siswa (LKS) berisi gambaran aktivitas siswa pada setiap tahapan Levels of Inquiry. Fungsi dari LKS adalah sebagai media dalam kegiatan pembelajaran dan sebagai alat untuk melihat pencapaian kemampuan literasi sains siswa pada setiap domain kompetensi. Pada penelitian ini LKS digunakan untuk melihat sejauh mana setiap domain kompetensi literasi sains terlatihkan selama pembelajaran Levels of Inquiry.

c. Lembar Observasi

Keterlaksanaan Levels of Inquiry diamati dengan menggunakan panduan lembar observasi. Lembar observasi ini digunakan untuk melihat sejauh mana keterlaksanaan tiap-tiap tahapan Levels of Inquiry pada proses pembelajaran sesuai dengan skenario kegiatan. Observasi dilakukan oleh bantuan tiga observer, dengan melihat keterlaksanaan kegiatan guru dan kegiatan siswa selama pembelajaran. Teknik observasi dibuat dalam bentuk checklist (√). Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran B.4.

(32)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Sebagai data pendukung observasi pembelajaran, maka dilakukan perekaman video proses pembelajaran. Video rekaman proses pembelajaran kemudian ditranskipsi. Data hasil transkipsi inilah yang digunakan sebagai data pendukung untuk melihat keterlaksanaan penerapan Levels of Inquiry, sehingga memudahkan peneliti untuk menganalisis kekurangan dan kelemahan dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan.

e. Angket

Penggunaan angket bertujuan untuk mengetahui tanggapan atau respon siswa terhadap penerapanLevels of Inquiry pada pembelajaran tema Pencemaran Lingkungan. Angket digunakan dalam menunjang hasil yang didapatkan dari tes literasi sains. Angket berisi 20 pernyataan yang diajukan kepada siswa. Pernyataan-pernyataan dalam angket penelitian ini dikembangkan dari empat indikator, yaitu: (1) respon siswa terhadap penerapan tahapan-tahapan Levels of Inquiry, (2) motivasi siswa terhadap penerapan Levels of Inquiry untuk meningkatkan pencapaian literasi sains, (3) manfaat tahapan Levels of Inquiry dalam melatihkan kompetensi literasi sains, (4) hambatan siswa dalam proses penerapan pembelajaran Levels of Inquiry, dan(5) manfaat LKS dalam memfasilitasi pembelajaran dengan Levels of Inquiry. Skala pengukuran tanggapan siswa yang digunakan adalah skala Guttman. Setiap siswa diminta untuk menjawab suatu pertanyaan dengan jawaban “ya” dan “tidak”, sesuai dengan tanggapan mereka terhadap peryataan yang diajukan. Melalui angket tanggapan siswa, peneliti dapat memperoleh informasi apakah seluruh rancangan pembelajaran dapat diterapkan di sekolah serta masukan dari siswa untuk perbaikan dalam pengembangan rancangan pembelajaran.

2. Validasi Instrumen Penelitian

(33)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

instrumen penelitian maka instrumen tes harus teruji kelayakannya dari segi validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda tes. Pengujian instrumen berdasarkan hasil validasi ahli dan hasil uji coba soal terhadap siswa kelas VIII yang berjumlah 34 siswa dengan instrumen test berbentuk pilihan ganda sebanyak 40 butir soal. Dengan proses pengujian ini diharapkan instrumen yang dikembangkan valid dan reliabel, sehingga dapat memberikan hasil penelitian yang benar.

a. Validitas

Instrumen dikatakan valid jika dapat mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2008, hlm.121). Untuk mengetahui validitas instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini, maka peneliti melakukan pengujian validitas isi dan validitas empiris intrumen tes literasi sains. 1) Validitas Isi

Pengujian validitas isi melalui analisis rasional oleh professional judgment. Secara teknis pengujian validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel domain literasi sains yang diukur serta indikator pembelajaran sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan yang telah dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis (Sugiyono, 2008, hlm. 129). Penilaian ahli terhadap instrumen meliputi penilaian kesesuaian soal dengan indikator dan kesesuaian soal dengan domain literasi sains berdasarkan framework PISA 2015.

2) Validitas Empiris

(34)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Nilaivaliditas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien product momentyang dikemukan oleh Pearson, yaitu :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

N = jumlah siswa

X = nilaisiswa pda butir soal yang diuji validitasnya Y = nilai total yang diperoleh siswa

Dasar pengambilan keputusan yaitu jika rhitung > rtabel maka item

pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total sehingga dinyatakan valid, namun jika rhitung < rtabel maka item pertanyaan tidak berkorelasi

signifikan terhadap skor total sehingga dinyatakan tidak valid. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan validitas butir soal dengan menggunakan kriteria yang ditemukan oleh Guildford (1854) seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.3.

Tabel3.3.Klasifikasi Validitas Butir Soal

(35)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

(36)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.4. Rekapitulasi Validitas Empiris Soal Literasi Sains Kriteria Validitas Nomor Soal Jumlah Soal

Sangat Tinggi - 0

Tinggi 23, 24, 27, 40 4

Cukup 1, 4, 6, 8, 9, 22, 28, 34, 37, 39

10 Rendah 2, 3, 5, 7, 10, 11,

12, 13, 17, 19, 20,21, 25, 26, 29,

30, 31, 32, 36

19

Sangat Rendah 16, 33 2

Tidak valid 14, 15, 18, 35, 38 5

Berdasarkan rekapitulasi validitas empiris soal pada Tabel 3.4, didapatkan informasi bahwa dari 40 butir soal pilihan ganda yang diujicobakan diperoleh 12% soal tidak valid, 5% soal dari total soal memiliki kategori sangat rendah, 48% memiliki kategori rendah, 25% dalam kategori cukup, dan 10% dalam kategori tinggi.

Untuk menentukan butir soal mana yang digunakan, maka peneliti menggunakan pertimbangan validitas empiris dan validitas ahli. Soal yang memiliki kriteria rendah menurut hasil ujicoba terlebih dulu dicocokkan dengan hasil validitas ahli dengan tujuan apakah memang benar soal tersebut memiliki kriteria rendah berdasarkan kedua hasil validitas. Jika hasil validitas ahli dan validitas ujicoba sama-sama menunjukkan kriteria rendah maka soal tersebut direvisi atau tidak dipakai, namun jika kedua validitas hasilnya berkebalikan maka soal tersebut akan tetap dipergunakan.

b. Reliabilitas

(37)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dilakukan dengan internal concistency (Sugiyono, 2013, hlm. 359), yaitu dilakukan dengan mencobakan instrumen satu kali saja. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan teknik belah dua dari Kuder Richardson (KR 20) dengan persamaan sebagai berikut



pi = proporsi banyaknya subyek yang menjawab pada item 1 qi = 1 – pi

s2t = varians total (Sugiyono, 2013, hlm. 359). Untukmenginterprestasikan nilai koefisien reliabilitas, digunakan kriteria reliabilitas butir soal seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Interpretasi Reliabilitas Butir Soal Nilai r Kriteria

(Arikunto, 2007, hlm. 75) Berdasarkan hasil uji coba instrumen penelitan dengan jumlah item dalam intrumen sebanyak 40 soal literasi sains, didapatkan koefisien reliabilitas instrumen sebesar 0,79. Reliabilitas instrumen tes tersebut termasuk dalam kategori tinggi, sehingga diharapkan instrumen dapat digunakan sebagai alat ukur literasi sains siswa dengan tingkat keajegan yang tinggi.

c. Analisis tingkat kesukaran

(38)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

mempertimbangkan proporsi soal mudah, sedang dan sukar dalam tes yang akan digunakan. Uno & Koni (2012, hlm. 157) menyatakan bahwa tingkat kesukaran tes dipandang dari kemampuan siswa untuk menjawabnya, dimana tingkat kesukaran tes menunjukkan persentase siswa yang menjawab item benar.

Rumus yang digunakan dalam uji tingkat kesukaran item adalah:

N B

P ………(3)

P = indeks kesukaran item,

B = banyaknya siswa yang menjawab item tersebut dengan benar, dan N = jumlah siswa yang mengikuti tes.

Menurut Uno & Koni (2012, hlm. 175) kriteria untuk tingkat kesukaran itemadalah sebagai berikut:

Item dengan P = 0,00 sampai 0,30 tergolong sukar Item dengan P = 0,31 sampai 0,70 tergolong sedang Item dengan P = 0,71 sampai 1,00 tergolong mudah

Setelah dilakukan uji coba instrumen, peneliti melakukan analisis tingkat kesukaran soal dengan bantuan software Anates V.4 untuk soal pilihan ganda. Rekapitulasi hasil analisis tingkat kesukaran tiap butir soal literasi sains berdasarkan hasil ujicoba dapat disajikan dalam Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Rekapitulasi Tingkat Kesukaran

Kriteria Nomor Soal Jumlah Soal

Sukar 9, 11, 24, 32 4

Sedang

5, 6, 12, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 30, 31, 33, 36,

37,39, 40

19

Mudah

1, 2, 3, 4, 7, 8, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 28, 29, 34, 35, 38

17

(39)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

10% termasuk dalam kategori sukar, 48% termasuk dalam kategori sedang, dan 42% termasuk dalam kategori mudah.

d. Analisis daya pembeda

Analisis daya pembeda adalah pengkajian butir-butir soal yang dimaksudkan untuk mengetahui kesanggupan soal untuk membedakan siswa yang tergolong mampu dengan siswa yang tergolong tidak mampu (Uno & Koni, 2012,hlm 177). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi. Berbeda dengan tingkat kesukaran, pada indeks diskriminasi ini terdapat tanda negative. Untuk mengetahui daya pembeda soal (D) adalah dengan menggunakan rumus berikut ini.

B

D : indeks diskriminasi

BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar

JA : banyaknya peserta kelompok atas

JB : banyaknya peserta kelompok bawah

PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Adapun klasifikasi daya pembeda soal yang digunakan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.7 Klasifikasi Daya Pembeda Soal Indeks Diskriminasi Kriteria

0,71 – 1,00 Baik Sekali

0,41 – 0,70 Baik

0,21 – 0,40 Cukup

0,00 – 0,20 Jelek

(40)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

rekapitulasi hasil analisis daya pembeda soal berdasarkan hasil uji coba instrumen.

Tabel 3.8 Rekapitulasi Daya Pembeda Soal Uji Coba Kriteria Nomor Soal Jumlah Soal

Baik sekali 23 1

Baik

1, 2, 4, 6, 8, 9, 12, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 27, 28, 30, 31, 36,

37, 39, 40

21

Cukup 3, 5, 7, 10, 11, 13, 17, 26, 29,

32, 34 11

Jelek 14, 15, 16, 18, 33, 35, 38 7

Total 40

Berdasarkan rekapitulasi pada Tabel 3.8, diperoleh informasi bahwa dari 40 butir soal yang diujicobakan, 2 % memiliki kriteria baik sekali, 52% memiliki kriteria baik, 28% memiliki kriteria cukup, dan 18% memiliki kriteria jelek.

(41)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan berdasarkan jenis data yang diperoleh melalui instrumen yang digunakan. Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa skor hasil pretest dan posttest yang merupakan data utama yang digunakan dalam menguji hipotesis, sedangkan data kualitatif berupa data hasil observasi, angket, dan transkip video dianalisis dengan metode deskriptif.

1. Analisis Data Kuantitatif

Analisis data kuantitatif dilakukan pada data hasil pretest dan posttest. Pengolahan data hasil pretest dan posttest bertujuan untuk mengetahui pencapaian literasi sains siswa pada setiap aspek kompetensi dan pengetahuan yang diperoleh siswa sebelum dan sesudah penerapan Levels of Inquiry pada pembelajaran tema Pencemaran Lingkungan.

Langkah-langkah analisis data pretest dan posttest sebagai berikut: a. Menskor tiap lembar jawaban siswa sesuai lembar jawaban dan

menghitung skor yang diperoleh setiap siswa.

b. Mengubah skor ke dalam bentuk presentase dengan cara: % = Σ skor jawaban soal benar

Σ total soal 100%………(5)

c. Menghitung skor rata-rata keseluruhan yang diperoleh siswa d. Melakukan uji asumsi terhadap data pretest dan posttest

1) Uji Normalitas

(42)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

SPSS 16 for windows. Data dikatakan berdistribusi normal apabila hasil pengujian diperoleh nilai probabilitasnya (Asymp. Sig-2 tailed) > 0.05. Jika nilai probabilitasnya (Asymp. Sig-2 tailed) < 0.05 maka data tidak berdistribusi normal.

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan menggunakan uji Levene dengan bantuan program SPSS 16 for windows. Penafsiran hasil uji homogenitas yaitu jika nilai signifikansi pada kolom (Asymp. Sig-2 tailed) > 0,05 maka data dikatakan homogeny. Jika nilai signifikansinya (Asymp. Sig-2 tailed) < 0,05 maka data tidak homogen.

e. Melakukan uji hipotesis dengan statistik inferensial pada data pretest dan posttest.

1) Dependent Sample t-test

Apabila asumsi statistik parametrik terpenuhi, yaitu data berdistribusi normal dan variansi kedua data homogen, maka data dapat dianalisis menggunakan statistik parametrik. Data yang diperoleh dari one group pretest posttest design dapat dianalisis menggunakandependen-samples ttest atau disebut juga paired sample t-test (Coladarci dkk., 2011; Bell, 2010). Sebagaimana diungkapkan Lati, dkk.(2012, hlm.4473) bahwa “Paired Sample t-test analysis was performed to identify mean differences between the pre- and post-achievement test score for this one group pretest and posttest study”. Pengujian dependent samples t-test dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16 for Windows.Jika nilai signifikansi

sig (2-tailed) > 0,05 maka H0 diterima dan dapat disimpulkan rata-rata skor

posttestsama dengan atau lebih kecil dari pada skor pretest. Jika nilai

signifikansi sig (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak dan dapat disimpulkan

rata-rata skor posttest lebih tinggi daripada skor pretest.

2) Wilcoxon Sign Rank Test

(43)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

parametrik. Uji Wilcoxon Sign Rank Test merupakan uji statistik non parametrik pengganti dependent sample t-test yang digunakan untuk menguji perbedaan dua buah data yang berpasangan (Susetyo, 2010, hlm. 228). Uji Wilcoxon tidak termasuk dalam statistika parametrik karena data asli tidak langsung dianalisis tetapi menggunakan selisih kedua skor kemudian dilakukan ranking (Susetyo, 2010, hlm. 228). Jika nilai signifikansi sig (2-tailed) > 0,05 maka H0 diterima dan dapat disimpulkan

rata-rata skor posttest sama dengan atau lebih kecil dari pada skor pretest. Jika nilai signifikansi sig (2-tailed) < 0,05 maka H0 ditolak dan dapat

disimpulkan rata-rata skor posttest lebih tinggi daripada skor pretest. 3) Effect Size

Perhitungan statistik yang penting untuk mendeskripsikan hasil dari sebuah Eksperimen yaitu perhitungan effect size. Istilah “effectdiambil dari sebab dan akibat (cause and effect), karena dalam Eksperimen kita mengansumsikan bahwa perubahan variabel bebas “menyebabkan” skor variabel terikat berubah. Menurut Heiman (2011, hlm. 280), “effect size indicates the amount of influence that changing the conditions of the independent variable had on dependent scores”.Hal ini didukung oleh pernyataan Dunst, C.J, dkk (2004, hlm.1) bahwa “an effect size is a measure of the magnitude of the strength of a relationship between an independent and dependent variable”. Besarnya pengaruh pembelajaran dengan Levels of Inquiry terhadap peningkatan literasi sains siswa diukur menggunakan effect sizeCohen’s d. Sesuai dengan Chen dkk. (2013, hlm. 758) yang mengungkapkan bahwa “effect size was reported to recognize the magnitude of treatment effect on student's learning using Cohen's d”.

Rumus untuk menghitungeffect sizeuntuk sampel yang berpasangan (Heiman, 2011, hlm. 281) adalah:

d = � �2

………(6)

(44)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

d = effect size

�2= standar deviasi perbedaan skor

� = rata-rata perbedaan skor

Adapunkategori hasil perhitungan effect size berdasarkan Cohen (1992) ditunjukkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.9. Interpretasi Effect Size Nilai Effect Size (d) Interpretasi Effect Size

< 0.2 Tidak berpengaruh (negligible effect) 0.2 – 0.5 Kecil (small effect)

0.5 < d < 0.8 Sedang (medium effect) ≥0.8 Besar (large effect)

f. Menghitung N-gain (gain rata-rata ternormalisasi g )untuk mengetahui besarnya peningkatan skor siswa pada setiap domain literasi sains. Persamaan untuk menghitung gain rata-rata ternormalisasi sebagaimana diungkapkan oleh Hake (1998, hlm. 64) adalah sebagai berikut:

pre dimana Spre adalah skor rata-rata pretestdan Spost adalah skor rata-rata posttest. Kriteria peningkatan untuk hasil perhitungan gain rata-rata

ternormalisasi yaitu termasuk kategori tinggi untuk g > 0.7, termasuk kategori sedang untuk 0.3 ≤ g ≤ 0.7, dan termasuk kategori rendah untuk

g < 0.3.

2. Analisis Data Kualitatif

a. Data Observasi Keterlaksanaan Levels of Inquiry

(45)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

scale dan membuat kolom ya/tidak. Hasil observasi keterlaksanaan Levels of Inquiry dihitung dengan:

% � = Σ

Σ ℎ × 100% …..(8) Hasil perhitungan kemudian dicocokkan dengan kriteria keterlaksanaan pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10. Kriteria Keterlaksanaan Aktivitas Pembelajaran

K Kriteria

0% Tak satupun kegiatan terlaksana %1-25% Sebagian kecil kegiatan terlaksana 26%-49% Hampir setengah kegiatan terlaksana

50% Kegiatan terlaksana setengah 51%-75% Sebagian besar kegiatan terlaksana 76%-99% Hampir seluruh kegiatan terlaksana

100% Seluruh kegiatan terlaksana

(Koendjaranigrat, 1982). K adalah rata-rata presentase aktivitas pembelajaran yang terlaksana berdasarkan hasil observasi para observer.

b. Data Angket Tanggapan Siswa

Data yang diperoleh melalui angket tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran Levels of Inquiry dianalisis secara deskriptif. Pengolahan data dilakukan dengan menghitung presentase (%) siswa yang menjawab “Ya” dan “Tidak” untuk setiap pertanyaannya.

% �� =frekuensi jawaban "Ya /Tidak "

jumlah seluruh siswa × 100% …..(9)

Adapun kriteria presentase tanggapan siswa dari angket dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.11. Kriteria Presentase Tanggapan

R Kriteria

(46)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

1% - 25% Sebagian kecil

26%-49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya

51% - 75% Sebagian besar

76% - 99% Hampir seluruhnya

100% Seluruhnya

(47)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil observasi dan analisis transkip video dapat disimpulkan bahwa penerapan Levels of Inquiry untuk memfasilitasi terlatihnya literasi sains dalam pembelajaran terlaksana dengan baik, dimana secara keseluruhan rata-rata keterlaksanaan Levels of Inquiry hampir seluruhnya terlaksana, baik dilihat dari aktivitas guru maupun aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Presentase keterlaksanaan terendah untuk aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam penerapan Levels of Inquiry adalah pada tahapan inquiry lab,sedangkan presentase keterlaksanaan tertinggi terdapat pada tahapan inquiry lesson.

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat ditarik simpulan bahwa domain kompetensi dan pengetahuan sains siswa mengalami peningkatan secara signifikan setelah diterapkannya Levels of Inquiry dalam pembelajaran tema Pencemaran Lingkungan. Pada aspek kompetensi, peningkatan tertinggi terjadi pada domain kompetensi menjelaskan fenomena ilmiah dengan <g> sebesar 0.84 (tinggi), diikuti kompetensi mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah dengan <g> sebesar 0.67 (sedang), dan kompetensi menginterpretasikan data dan bukti ilmiah dengan <g> sebesar 0.42 (sedang). Pada aspek pengetahuan, peningkatan tertinggi terjadi pada domain pengetahuan konten dengan <g> sebesar 0.54 (sedang), diikuti oleh pengetahuan prosedural dengan <g> sebesar 0.31 (sedang), dan pengetahuan epistemic dengan <g> sebesar 0.21 (rendah). Hasil perhitungan effect size menunjukkan bahwa penerapan Levels of Inquiry mempunyai pengaruh yang besar terhadap peningkatan setiap domain kompetensi dan pengetahuan yang diteliti.

(48)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

pembelajaran. Penerapan setiap tahapan Levels of Inquiry dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari IPA melalui inkuiri, siswa juga merasakan manfaat tahapan-tahapan tersebut untuk melatih keterampilan mereka dalam berinkuiri.

B. Implikasi dan Rekomendasi

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Brickman dkk. (2009) menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis inkuiri dapat meningkatkan keterampilan literasi sains siswa. Selain itu, hasil penelitian Sariati (2013) menunjukkan bahwa Levels of Inquiry merupakan salah satu pendekatan pembelajaran berbasis inkuiri yang berpengaruh terhadap literasi sains siswa. Hasil penelitian ini menjadi bukti empiris yang mendukung penelitian-penelitian sebelumnya, bahwa penerapan Levels of Inquiry dalam pembelajaran IPA terpadu di SMP dapat meningkatkan literasi sains siswa, khususnya pada aspek kompetensi dan pengetahuan.

Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan solusi alternatif dalam pemilihan pendekatan dan model pembelajaran, dimana informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar pemikiran bagi guru dalam merancang pembelajaran inkuiri yang tepat untuk mengembangkan literasi sains siswa di tingkat SMP.Pendekatan pembelajaran yang digunakan guru dalam penelitian ini menyediakan langkah-langkah ilmiah yang tepat, dengan demikian secara implisit mengajarkan proses inkuiri (Wenning, 2010), sementara itu secara eksplisit guru juga mengajarkan sains dan melatihkan prosedur umum sains kepada siswa (Wenning, 2006).

(49)

Puspo Rohmi, 2015

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

masih sangat terbuka untuk dapat dikembangkan pada tema-tema lainnyamaupun pada tingkat satuan pendidikan lainnya.

Terkait dengan masih lemahnya jenis penelitian eksperimen yang digunakanyaitu belum menggunakan kelas kontrol serta masih mencakup sampel yang kecil dan diambil secara tidak acak dari satu sekolah, hasil penelitian ini belum dapat digeneralisasikan. Masih ada berbagai faktor yang kemungkinan berpengaruh terhadap peningkatan literasi sains siswa. Oleh karena itu, penelitian eksperimen lanjutan perlu dilakukan untuk mengetahui efektifitas penerapan Levels of Inquiry dalam meningkatkan literasi sains siswa. Dengan menggunakan kelas kontrol akan dapat menekan faktor-faktor luar yang berpengaruh terhadap variabel penelitian. Selain itu, aspek literasi sains yang diukur dalam penelitian ini masih terbatas pada aspek kompetensi dan aspek pengetahuan, sehingga diperlukan penelitian lanjutan untuk mengukur semua aspek yang membangun literasi sains, yaitu aspek kompetensi, pengetahuan, dan sikap, menggunakan konteks tertentu.

Instrumen penelitian merupakan komponen penting yang menentukan hasil penelitian. Salah satu kendala penyusunan instrumen dalam penelitian ini yaitu masih belum idealnya proporsi jumlah soal yang mengukur setiap domain. Sebagai contoh pada domain kompetensi mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah mempunyai proporsi yang lebih kecil dibandingkan dua domain lainnya. Jumlah proporsi soal dalam instrumen bisa menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Oleh karena itu, framework instrumen tes maupun instrumen non tes pada penelitian ini masih dapat terus dikembangkan untuk penelitian lebih lanjut.

Berdasarkan proses dan hasil penelitian, ditemukan beberapa kendala serta saran alternatif yang dapat dilakukan dalam menerapkan Levels of Inquiry pada pembelajaran IPA di SMP, antara lain:

Gambar

Gambar 3.2. Skema Alur Penelitian
Tabel 3.1 Instrumen Penelitian
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Soal
Tabel 3.4. Rekapitulasi Validitas Empiris Soal Literasi Sains
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini meliputi 2 tahapan proses, yaitu optimasi kondisi proses hidrolisis selulosa dari tandan kosong kelapa sawit menjadi selulosa mikrokristal dan

“Effect of Fibre Length on Mechanical Properties of “Green” Composites using A Starch based Resin and Short Bamboo Fibres”.. Japan Society of Mechanical Engineers

efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik role playing untuk peningkatan self awareness peserta didik Kelas XII SMA Laboratorium Percontohan UPI, teknik

mempunyai budaya sekolah yang baik akan meningkatan mutu kinerjanya. 10) Kompetensi kepala sekolah, kecerdasan emosional kepala sekolah, kepemimpinan. entrepreneur kepala sekolah

Pengelolaan Mutu Total Pendidikan Tinggi , Suatu Buku Pedoman Bagi Pengelolaan Perguruan Tinggi Untuk Meningkatkan Mutu.. Jakarta: Badan Kerjasama Perguruan Tinggi

Namun penggunaan kriptografi klasik dengan kombinasi dua algoritma atau lebih masih digunakan oleh sebagian orang karena keserhanaan implementasi dan keamanan yang

INDIKATOR &amp; TOLOK UKUR KINERJA BELANJA LANGSUG. INDIKATOR TOLAK UKUR KINERJA

INDIKATOR &amp; TOLOK UKUR KINERJA BELANJA LANGSUG. INDIKATOR TOLAK UKUR KINERJA