• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA DILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA : Quasi Eksperimen pada Mata Pelajaran Pengantar Ekonomi dan Bisnis Materi Elastisitas Permintaan di Kelas X AK SMK Pasundan 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA DILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA : Quasi Eksperimen pada Mata Pelajaran Pengantar Ekonomi dan Bisnis Materi Elastisitas Permintaan di Kelas X AK SMK Pasundan 1 "

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

Lira Rachmawati, 2015

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

DILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA

(Quasi Eksperimen pada Mata Pelajaran Pengantar Ekonomi dan Bisnis Materi Elastisitas Permintaan di Kelas X AK SMK Pasundan 1 Bandung)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi

oleh

LIRA RACHMAWATI NIM :1302548

(2)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

DILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA

(Quasi Eksperimen pada Mata Pelajaran Pengantar Ekonomi dan Bisnis Materi Elastisitas Permintaan di Kelas X AK SMK Pasundan 1 Bandung)

Oleh Lira Rachmawati

S.Pd Universitas Pasundan Bandung, 2012

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Ekonomi

© Lira Rachmawati 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

(3)

Lira Rachmawati, 2015

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

DILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA

(Quasi Eksperimen pada Mata Pelajaran Pengantar Ekonomi dan Bisnis Materi Elastisitas Permintaan di Kelas X AK SMK Pasundan 1 Bandung)

TESIS INI DISETUJUI OLEH

Pembimbing

Dr. Dadang Dahlan, M.PD NIP. 195712051982031002

Mengetahui,

(4)
(5)

i

Lira Rachmawati, 2015

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

DILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA

(Quasi Eksperimen pada Mata Pelajaran Pengantar Ekonomi dan Bisnis Materi Elastisitas Permintaan di Kelas X AK SMK Pasundan 1 Bandung)

Oleh

Lira Rachmawati, S.Pd

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keterampilan berpikir kritis siswa kelas X AK SMK Pasundan 1 Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh simulasi permainan terhadap keterampilan berpikir kritis dilihat dari pengetahuan awal siswa.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dengan desain faktorial 2x2. Subyek penelitian ini adalah siswa SMK Pasundan 1 Bandung Kelas X AK 1 (kelas kontrol) dan X AK 2 (kelas eksperimen). Data dilakukan dengan tes tertulis yang terdiri dari tes keterampilan berpikir kritis dan tes pengetahuan awal. Analisis data dilakukan dengan uji t (paired-sample t-test), independent sample t-test, dan uji analysis of variances (ANOVA) dua arah menggunakan aplikasi program SPSS for windows versi 21.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa antara sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode simulasi permainan. 2) Terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa antara sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah bervariasi. 3) Peningkatan keterampilan berpikir kritis pada kelas yang menggunakan metode pembelajaran simulasi permainan lebih tinggi dibandingkan kelas yang menggunakan metode pembelajaran ceramah bervariasi. 4) Terdapat pengaruh pengetahuan awal siswa terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen dan kontrol. 5) Terdapat interaksi antara metode pembelajaran simulasi permainan dengan pengetahuan awal terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa.

(6)

ii

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF GAMES SIMULATION METHOD TOWARD STUDENTS CRITICAL THINKING SKILLS FROM STUDENTS

PRIOR KNOWLEDGE

(Quasi Experimental on Introduction of Economics and Business on Demand Elasticities in X AK of SMK Pasundan 1 Bandung)

By

Lira Rachmawati, S.Pd

This research is backgrounded by the lack of critical thinking skills of students of class X AK SMK Pasundan 1 Kota Bandung. The purpose of this study was to measure the effect of games simulation learning method to critical thinking skills seen from students prior knowledge.

The research method used is quasi-experimental method with 2x2 factorial design. The research subjects is student of SMK Pasundan 1 Bandung class X AK 1 (control class) and X AK 2 (experimental class). Data was collected through test by critical thinking test and prior knowledge test. Data was analyze by t test (paired-sample t-test), independent sample t-test, and two-way analysis of variances (ANOVA) with SPSS for Windows version 21.

Based on the results research, indicated that 1) There are differences in students’ critical thinking skills before and after the learning using games simulation method. 2) There are difference in students' critical thinking skills before and after the learning using the lecture variation method. 3) Improved critical thinking skills in the class by using games simulation method is higher than the class by using lecture variation methods. 4) There are influence of prior knowledge of the students' critical thinking skills. 5) There is an an interaction between games simulation method and prior knowledge of students against critical thinking skills.

(7)

iii

Lira Rachmawati, 2015

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA

(8)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ... iError! Bookmark not defined.

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 9

2.1 Teori Belajar Yang Melandasi Model Pembelajaran Simulasi ... 9

2.1.1 Teori Belajar Sosial Vygotsky ... 9

2.1.2 Teori Belajar Kognitif Piaget ... 10

2.2 Konsep Model Pembelajaran Simulasi ... 11

2.2.1 Model Pembelajaran Simulasi... 11

2.2.2 Metode Pembelajaran Simulasi Permainan ... 12

2.2.3 Kelebihan Metode Simulasi permainan ... 14

2.2.4 Kekurangan Metode Simulasi permainan ... 16

2.2.5 Langkah-langkah Metode Simulasi permainan ... 16

2.3 Konsep Keterampilan Berpikir Kritis ... 18

2.3.1 Pengertian Berpikir ... 18

(9)

ii

Lira Rachmawati, 2015

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.3.3 Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... 20

2.4 Konsep Pengetahuan Awal ... 24

2.5 Penelitian yang Relevan ... 26

2.6 Posisi Penelitian ... 29

2.7 Kerangka Pemikiran ... 30

2.8 Hipotesis ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Metode dan Desain Penelitian ... 35

3.1.1 Metode Penelitian... 35

3.1.2 Desain Penelitian ... 35

3.2 Objek Penelitian dan Subjek Penelitian... 36

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 37

3.3.1 Variabel Penelitian ... 37

3.3.2 Definisi Operasional Konsep ... 37

3.4 Alat Tes Penelitian... 39

3.4.1 Tes berpikir kritis ... 39

3.4.2 Test pengetahuan awal siswa ... 42

3.5 Analisis Uji Alat Tes ... 43

3.5.1 Uji Validitas ... 43

3.5.2 Uji Reliabilitas ... 45

3.5.3 Uji Daya Pembeda... 46

3.5.4 Uji Tingkat Kesukaran ... 47

3.6 Teknik Pengolahan Data ... 50

3.6.1 Pengolahan Data Tes Keterampilan Berpikir Kritis... 50

3.6.2 Pengolahan Data Tes Pengetahuan Awal ... 54

3.7 Teknik Analisis Data ... 55

3.7.1 Uji Normalitas ... 55

3.7.2 Uji Homogenitas ... 55

3.7.3 Uji Hipotesis ... 56

(10)

iii

4.1 Hasil Pengolahan Data ... 61

4.1.1 Hasil Pengolahan Data Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 61

4.1.1.1 Perbedaan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelas Eksperimen ... 61

4.1.1.2 Perbedaan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelas Kontrol ... 62

4.1.1.3 Perbedaan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 63

4.1.2 Hasil Pengolahan Data Tes Pengetahuan Awal ... 64

4.1.2.1 Kategori Pengetahuan Awal SiswaError! Bookmark not defined. 4.1.2.2 Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Pada Setiap Kategori Pengetahuan Awal SiswaError! Bookmark not defined. 4.2 Hasil Analisis Data ... 67

4.2.1 Hasil Uji Normalitas ... 67

4.2.2 Hasil Uji Homogenitas ... 68

4.2.3 Hasil Uji Hipotesis ... 69

4.2.3.1 Uji Hipotesis Pertama ... 69

4.2.3.2 Uji Hipotesis Kedua ... 71

4.2.3.3 Uji Hipotesis Ketiga ... 72

4.2.3.4 Uji Hipotesis Keempat ... 75

4.2.3.5 Uji Hipotesis Kelima ... 77

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 79

4.3.1 Perbandingan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Sebelum dan Sesudah menggunakan Metode Pembelajaran Simulasi Permainan ... 79

4.3.2 Perbandingan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Sebelum dan Sesudah menggunakan Metode Pembelajaran Ceramah Bervariasi ... 81

(11)

iv

Lira Rachmawati, 2015

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.3.4 Pengaruh Pengetahuan Awal Terhadap Peningkatan Keterampilan

Berpikir Siswa ... 85

4.3.5 Interaksi Antara Metode Pembelajaran Simulasi Dengan Pengetahuan Awal Dalam Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... 86

4.3.6 Kendala-Kendala Dalam Implementasi Metode Pembelajaran Simulasi Permainan ... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 91

5.1 Kesimpulan ... 91

5.2 Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93

(12)

v

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. 1 Rata-rata Nilai UTS Siswa Kelas X AK ... 2

1. 2 Hasil Pra Penelitian Tes Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... 3

2. 1 Tingkat Perkembangan Kognitif menurut Piaget ... 10

2. 2 Tahapan Metode Pembelajaran Simulasi Permainan ... 17

2. 3 Tingkatan Berpikir dalam Taksonomi Bloom ... 20

2. 4 Indikator Berpikir Kritis yang Digunakan ... 23

2. 5 Penelitian Yang Relevan ... 26

3. 1 Paradigma Desain Faktorial ... 35

3. 2 Deskripsi Subjek Penelitian ... 36

3. 3 Tahapan Metode Pembelajaran Simulasi Permainan ... 38

3. 4 Kisi-kisi Alat Tes Berpikir Kritis ... 41

3. 5 Kisi-kisi Alat Tes Pengetahuan Awal ... 42

3. 6 Rekapitulasi Validitas Item Alat Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 44

3. 7 Rekapitulasi Validitas Item Alat Tes Pengetahuan Awal ... 44

3. 8 Kriteria Reliabilitas Instrumen ... 45

3. 9 Reliabilitas Item Alat Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 45

3. 10 Reliabilitas Item Alat Tes Pengetahuan Awal ... 46

3. 11 Klasifikasi Daya Pembeda ... 46

3. 12 Daya Pembeda Soal Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 47

3. 13 Daya Pembeda Soal Tes Pengetahuan Awal ... 47

3. 14 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 48

3. 15 Tingkat Kesukaran Soal Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 48

3. 16 Tingkat Kesukaran Soal Tes Pengetahuan Awal ... 49

3. 17 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 49

3. 18 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Pengetahuan Awal ... 50

(13)

vi

Lira Rachmawati, 2015

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. 20 Kriteria Peningkatan Gain ... 54

3. 21 Kriteria Pengelompokkan Pengetahuan Awal Siswa ... 54

4. 1 Deskripsi Statistik Keterampilan Berpikir Kritis pada Kelas Eksperimen . 61 4. 2 Deskripsi Statistik Keterampilan Berpikir Kritis pada Kelas Kontrol .... 62

4. 3 Deskripsi Statistik Pretest-Posttest Keterampilan Berpikir Kritis pada Kelas Eksperimen-Kontrol ... 63

4. 4 Deskripsi Statistik Pengetahuan Awal Kelas Eksperimen-Kontrol ... 65

4. 5 Deskripsi Statistik Pengetahuan Awal Kategori Tinggi-Rendah ... 65

4. 6 Rata-Rata Dan Simpangan Baku Pengetahuan Awal Siswa ... 66

4. 7 Hasil Uji Normalitas Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 68

4. 8 Hasil Uji Homogenitas Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 69

4. 9 Hasil Uji Hipotesis Pertama ... 70

4. 10 Peningkatan keterampilan berpikir kritis pada kelas eksperimen ... 70

4. 11 Hasil Uji Hipotesis Kedua ... 71

4. 12 Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis pada Kelas Kontrol ... 72

4. 13 Hasil Uji Hipotesis Kedua ... 73

4. 14 Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis pada Kelas Eksperimen- Kontrol ... 74

4. 15 Effect Size Metode Pembelajaran pada Kelas Eksperimen-Kontrol ... 74

4. 16 Analysis of Variances (ANOVA) ... 74

4. 17 Measures of Association ... 75

4. 18 Uji Pengaruh Pengetahuan Awal terhadap Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis ... 76

4. 19 Interaksi Pengetahuan Awal dengan Metode Pembelajaran ... 77

(14)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2 1 Kerangka Pemikiran ... 33

4. 1 Perbedaan Rata-rata Pretest-Posttest Kelas Eksperimen... 62

4. 2 Perbedaan Rata-rata Pretest-Posttest Kelas Kontrol ... 63

4. 3 Perbedaan Rata-rata Pretest-Posttest Kelas Eksperimen-Kontrol ... 64

4. 4 Perbedaan Rata-rata dan Jumlah Siswa dengan Pengetahuan Awal Kategori Tinggi-Rendah... 66

4. 5 Rata-rata Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik pada Setiap Kategori Pengetahuan Awal Siswa ... 67

4. 6 Profit Plots Nilai Rata-rata Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... 76

(15)

viii

Lira Rachmawati, 2015

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A Hasil Pra Penelitian ... 98

A.1 Nilai UTS Siswa ... 99

A.2 Kisi-kisi Soal Pra Penelitian ... 101

A.3 Soal Pra Penelitian ... 103

A.4 Hasil Tes Pra Penelitian ... 104

B Bahan Ajar ... 105

B.1 Silabus ... 106

B.2 RPP ... 109

B.3 LKS ... 172

C Instrumen Penelitian ... 178

C.1 Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 179

C.2 Tes Pengetahuan Awal ... 187

D Hasil Uji Coba Alat Tes... 209

D.1 Tes Berpikir Kritis ... 210

D.2 Tes Pengetahuan Awal ... 214

E Hasil Pengolahan dan Analisis Data ... 220

E.1 Hasil Pengolahan Data ... 221

E.2 Hasil Analisis Data ... 223

F Surat Penelitian ... 229

F.1 Surat Keputusan Pembimbing ... 230

F.2 Surat Ijin Penelitian ... 232

(16)

ix

G Foto Penelitian ... 234

G.1 Kelas Eksperimen ... 235

(17)

Lira Rachmawati, 2015

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap manusia memiliki kemampuan alami untuk berimajinasi, berpikir

maupun membuat ide-ide. Begitupula siswa sebagai subjek pendidikan dalam

kegiatan pembelajaran di sekolah tak lepas dari kegiatan berpikir. Berpikir

menjadi modal utama siswa dalam mengolah berbagai informasi baik dari guru

maupun sumber belajar lainnya.

Ketatnya persaingan dunia kerja di masa yang akan datang membuat siswa

tidak cukup bila hanya memiliki keterampilan berpikir dasar saja, tetapi penting

untuk mampu berpikir tingkat tinggi. Kesadaran akan pentingnya berpikir tingkat

tinggi bagi siswa ini telah disadari oleh pendidikan Indonesia dengan

diterapkannya kurikulum 2013. Pada kurikulum 2013 mengharapkan agar dalam

pembelajaran peserta didik mampu mengamati, menanya, mencoba, menalar dan

mengkomunikasi. Kelima aspek ini menuntut adanya keterampilan berpikir kritis.

Berpikir kritis merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang

diperlukan siswa dalam mengembangkan potensinya di berbagai mata pelajaran.

Berpikir kritis bukan berarti siswa selalu tidak setuju dengan apa yang

disampaikan guru atau pendapat siswa lain, tetapi berpikir kritis merupakan

pemikiran dimana siswa jeli melihat masalah dan memiliki analisa yang kuat

sehingga siswa mampu menangkap hikmah dari suatu peristiwa. Keterampilan

tersebut nantinya akan berguna bagi siswa dalam menghadapi persoalan yang

semakin kompleks di masa depan.

Faktanya mengembangkan keterampilan berpikir kritis di Indonesia tidaklah

mudah. Kurangnya keterampilan berpikir kritis dibuktikan dengan hasil riset PISA

(Program for International Student Assessment) tahun 2009 dan 2012

menunjukkan bahwa siswa Indonesia yang mampu mencapai keterampilan

(18)

2

sampai pada level menengah atau pada kemampuan penerapan saja.

(Kemendikbud, 2013)

Permasalahan rendahnya keterampilan berpikir kritis juga ditemukan di

SMK Pasundan 1 Bandung. Berdasarkan pengkajian terhadap soal ujian terakhir

siswa yaitu soal UTS (Ujian Tengah Semester), salah satu indikator berpikir kritis

ditemukan dalam soal tersebut meskipun tidak semua butir soal mengandung

indikator berpikir kritis. Soal yang menunjukkan indikator berpikir kritis ada pada

soal no 5 dengan indikator interpretasi dimana siswa mengubah bentuk penyajian

suatu peristiwa ke dalam bentuk tabel dan kurva. Namun nilai rata-rata UTS

(Ujian Tengah Semester) pada siswa kelas X AK masih berada di bawah KKM

(Kriteria Ketuntasan Minimum). Hasil nilai rata-rata UTS tersebut ditunjukkan

oleh tabel berikut ini

Tabel 1.1

Rata-rata Nilai UTS Siswa Kelas X AK Kelas Nilai Rata-rata KKM

X AK 1 68,41 75

X AK 2 68,52 75

Sumber: Data nilai UTS Semester 2 Kelas X AK

Berdasarkan data di atas menunjukkan rendahnya hasil belajar siswa,

termasuk keterampilan berpikir kritis siswa. Kedua kelas sama-sama

menunjukkan nilai rata-rata di bawah KKM, namun nilai rata-rata UTS siswa

kelas AK 2 lebih unggul sebesar 0,11 dibandingkan kelas X AK 1. Pada kelas X

AK 1 nilai UTS hanya mencapai angka 68,41 masih kurang 6,59 angka di bawah

KKM, sedangkan pada kelas X AK 2 nilai UTS hanya mencapai angka rata-rata

68,52 masih kurang 6,48 di bawah angka KKM.

Selain berdasar pada data nilai rata-rata UTS diatas, keterampilan berpikir

kritis ditunjukkan oleh hasil pra penelitian di kelas X AK yang seluruh soalnya

menunjukkan indikator keterampilan berpikir kritis. Siswa dikatakan memiliki

keterampilan berpikir kritis yang tinggi apabila mampu menjawab minimal

setengah dari seluruh soal dengan benar atau mendapat skor 10 (50 persen dari

(19)

3

Lira Rachmawati, 2015

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian menunjukkan rata-rata skor di bawah standar yaitu 8,14. Berikut tabel

yang menunjukkan hasil pra penelitian pada siswa kelas X AK.

Tabel 1. 2

Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 Di atas standar (skor ≥ 10) 11 25 2 Di bawah standar (skor ≤ 10) 33 75

Jumlah 44 100

Sumber: Data Pra Penelitian (Lampiran A.4)

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa jumlah siswa dengan

keterampilan berpikir kritis di bawah standar lebih banyak dibandingkan jumlah

siswa dengan keterampilan berpikir kritis di atas standar. Hanya 25% siswa yang

menunjukkan keterampilan berpikir kritis di atas standar, sedangkan sisanya yaitu

75% siswa berada di bawah standar skor, artinya lebih banyaknya siswa yang

memiliki kriteria berpikir kritis rendah atau memiliki skor di bawah standar. Hal

ini dikarenakan sebagian besar siswa hanya menghafal materi saja, namun mereka

kesulitan saat diberikan soal yang membutuhkan keterampilan berpikir lebih dari

sekedar menghafal seperti keterampilan berpikir kritis.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan Drs. Edi Setia

selaku guru pengantar ekonomi dan bisnis kelas X SMK Pasundan 1 Bandung

pada 6 Februari 2015, mengungkapkan bahwa proses pembelajaran di kelas cukup

bervariasi meliputi ceramah, tanya jawab dan diskusi. Namun metode yang sering

digunakan oleh guru adalah metode ceramah. Hal ini disebabkan karena guru

menilai bahwa materi pengantar ekonomi dan bisnis merupakan materi yang

bersifat teoritis, sehingga pembelajaran yang diterapkan guru pun hanya

menekankan pada hafalan. Namun, mata pelajaran ekonomi bukanlah sekedar

hafalan. Mata pelajaran ekonomi merupakan mata pelajaran sosial dimana

seharusnya peserta didik dibekali dengan kemampuan dalam melihat masalah

yang terjadi di dunia nyata hingga memecahkannya melalui keterampilan berpikir

(20)

4

Keterampilan berpikir kritis siswa tidak dapat berkembang apabila proses

pembelajaran menekankan pada kemampuan siswa untuk menghafal saja.

Pembelajaran dengan mengandalkan hafalan siswa tentu mampu membuat siswa

menjadi pintar secara teoritis, namun siswa belum diarahkan untuk berpikir untuk

menganalisis, menilai hingga mengaitkan materi pembelajaran di kelas dengan

keadaan sesungguhnya dalam kehidupan sehari-hari.

Rendahnya keterampilan berpikir kritis siswa perlu dicari jalan keluarnya

karena keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan yang penting untuk

dimiliki siswa. Keterampilan berpikir kritis memungkinkan siswa memanfaatkan

potensinya dalam melihat masalah, memecahkan masalah, menciptakan, dan

menyadari kemampuan dirinya. Sebagaimana menurut Dharma (2010:30), bahwa “berpikir kritis merupakan aktivitas mental yang membantu orang memahami masalah, merumuskannya dan mendapatkan jawabannya.”

Pentingnya pengembangan keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran

juga dikemukakan seorang pengamat pendidikan, Paul Suparno bahwa, “anak saat

ini harus mulai diajarkan berpikir secara kritis, tidak asal memutuskan sesuatu

karena sekarang ini ilmu yang diberikan cenderung dihafalkan.” (Sumber:

http://www.suaramerdeka.com).

Masalah keterampilan berpikir kritis dapat diatasi melalui proses

pembelajaran yang menciptakan keterlibatan siswa dalam berpikir. Guru sebagai

fasilitator dalam proses pembelajaran dituntut untuk mampu menciptakan suasana

agar siswa termotivasi untuk berpikir kritis. Hal ini dapat dilakukan dengan

menerapkan metode-metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kritis siswa.

Metode pembelajaran simulasi permainan merupakan salah satu metode

pembelajaran aktif yang mampu menciptakan keterlibatan siswa dengan maksimal

melalui proses peniruan keadaan yang menyerupai keadaan yang sebenarnya. Hal

itu diungkapkan dalam penelitian Silvia (2010:397) “simulations are an effective

(21)

5

Lira Rachmawati, 2015

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Artinya simulasi merupakan cara yang efektif untuk memberikan siswa

kesempatan untuk terlibat dalam pembelajaran tingkat lebih tinggi.

Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Raines (dalam Silvia, 2010:398)

bahwa penggunaan pembelajaran aktif salah satunya simulasi lebih baik untuk

membantu instructur (guru) membuat rencana pelajaran yang memaksimalkan

belajar siswa, mendorong berpikir kritis, membantu menyimpan informasi, dan

memungkinkan siswa untuk menerapkan konsep-konsep kunci dan pengetahuan

yang didapat melalui bacaan dan guru untuk menghadapi masalah nyata (atau

realistis). Metode ini merupakan metode pembelajaran yang mengasyikkan bagi

siswa karena mereka dapat berkompetisi untuk memenangkan permainan. Adanya

keinginan untuk menang membuat siswa secara tidak sadar berpikir secara kritis

mulai dari menganalisis masalah yang dihadapi, memecahkannya dengan menilai

resiko dan keuntungan yang akan didapat demi tercapainya tujuan yang telah

ditentukan.

Sebagaimana diungkapkan Banaszak (1983:72) yang mengartikan simulasi

sama dengan permainan bahwa salah satu kelebihan metode simulasi permainan adalah “siswa termotivasi dan dihargai untuk berpikir kritis.” Branan et al (dalam Park, 2012:42) mengemukakan bahwa “Simulation as an educational method

provides an opportunity to structure learning systematically to help students

acquire deep content knowledge and to facilitate the development of critical

thinking processes”. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa simulasi adalah

metode yang memfasilitasi pengembangan proses berpikir kritis. Decker et al dan

McGaghie et al (dalam Park, 2012:43) juga menjelaskan bahwa, “simulation

learning experiences encourage the development of critical thinking skills”.

Artinya pengalaman belajar simulasi mendorong pengembangan keterampilan

berpikir kritis. Metode simulasi permainan membuat siswa melakukan suatu

tindakan untuk memenangkan permainan dengan melihat masalah yang terjadi

saat memainkan permainan, dan menganalisis tindakan apa yang sebaiknya

(22)

6

Penggunaan metode pembelajaran perlu ditunjang dengan kondisi internal

siswa. Salah satunya pengetahuan awal siswa. Pengetahuan awal merupakan

faktor internal yang paling penting untuk mengembangkan keterampilan berpikir

kritisnya. Sebelum mampu berpikir kritis tentu siswa perlu memiliki pengetahuan

dasar mengenai konsep-konsep yang akan mereka pelajari. Pengetahuan tersebut

dapat menjadi dasar dalam kepekaan melihat masalah, menilai, menganalisis

maupun mengaitkan konsep-konsep baru berdasarkan konsep yang telah mereka

ketahui. Meyers (1986:6) mengemukakan bahwa “one cannot possibly think

critically about history without a basic knowledge of the content and theory of

history.” (Seseorang tidak mungkin berpikir kritis tanpa pengetahuan dasar

tentang isi dan teori).

Seringkali siswa mengalami kesulitan dalam mengembangkan keterampilan

berpikir kritisnya karena mereka tidak memiliki suatu pengetahuan tertentu. Hal

ini disebabkan karena tidak adanya keterkaitan antara pengetahuan baru dengan

pengetahuan sebelumnya, atau bahkan pengetahuan awal belum dimiliki siswa.

Berdasarkan pendapat tersebut berpikir dasar dalam arti pengetahuan awal

merupakan faktor internal yang penting dalam pelaksanaan metode pembelajaran

sehingga dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa.

Dalam pembelajaran guru tentu mengetahui bahwa setiap siswa memiliki

pengetahuan awal yang berbeda-beda. Siswa dengan pengetahuan awal yang baik

akan mampu menerima materi baru dan berpikir dengan lebih baik. Pengetahuan

awal tersebut akan menjadi input dalam proses belajar sehingga hasil belajar

menjadi lebih optimal. Begitu pula dalam proses belajar menggunakan metode

pembelajaran simulasi permainan. Keterlibatan siswa secara praktik menyerupai

kenyataan yang sebenarnya dalam bentuk permainan ditambah dengan faktor

intern pengetahuan awal siswa diharapkan akan membuat perkembangan

keterampilan berpikir kritis siswa lebih optimal.

Berdasarkan pendapat di atas, maka peneliti peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Metode Pembelajaran Simulasi

(23)

7

Lira Rachmawati, 2015

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengetahuan Awal Siswa (Quasi Eksperimen pada Mata Pelajaran Pengantar

Ekonomi dan Bisnis Materi Elastisitas Permintaan di Kelas X AK SMK Pasundan 1 Bandung).”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa antara sebelum

dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode simulasi permainan?

2. Apakah terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa antara sebelum

dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah bervariasi?

3. Apakah peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas yang

menggunakan metode simulasi permainan lebih tinggi dibandingkan dengan

kelas yang menggunakan metode ceramah bervariasi?

4. Apakah terdapat pengaruh pengetahuan awal siswa terhadap peningkatan

keterampilan berpikir kritis siswa?

5. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran simulasi permainan

dengan pengetahuan awal terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis

siswa?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa antara

sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode simulasi

permainan.

2. Untuk mengetahui perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa antara

sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah

(24)

8

3. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas

yang menggunakan metode simulasi permainan lebih tinggi dibandingkan

dengan kelas yang menggunakan metode ceramah bervariasi.

4. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan awal siswa terhadap peningkatan

keterampilan berpikir kritis siswa.

5. Untuk mengetahui interaksi antara metode pembelajaran simulasi permainan

dengan pengetahuan awal terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis

siswa.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Bagi Siswa

Pembelajaran ini dapat membantu siswa dalam proses berpikir

terutama berpikir kritis menyelesaikan masalah dalam materi pelajaran,

menambah pengalaman siswa dalam kegiatan pembelajaran, meningkatkan

kemampuan kognitif siswa, melatih siswa untuk belajar mandiri, serta

meningkatkan kerjasama antar siswa dan rasa tanggung jawab untuk meraih

prestasi hasil belajar terbaik.

2. Bagi Guru

Informasi yang disampaikan dapat menambah variasi strategi mengajar

untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dan meningkatkan

proses belajar mengajar di sekolah.

3. Bagi Sekolah

a. Dapat merangsang guru-guru lain untuk memperbaiki pembelajaran yang

di terapkan.

b. Sebagai suatu sumbangan pemikiran dalam upaya peningkatan kualitas

(25)

9

Lira Rachmawati, 2015

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA

(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Metode dan Desain Penelitian

3.1.1 Metode Penelitian

Penelitian menggunakan metode penelitian eksperimen semu (Quasi

Experimental Research) yaitu suatu jenis eksperimen yang tidak sebenarnya

karena jenis eksperimen ini belum memenuhi persyaratan seperti cara

eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu

(Suharsimi, 2010:123).

Dalam penelitian ini melibatkan dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Dari kelas terpilih, kelas eksperimen diberi pembelajaran

pengantar ekonomi dan bisnis dengan metode pembelajaran simulasi permainan

sedangkan kelas kontrol diberi metode pembelajaran ceramah bervariasi.

3.1.2 Desain Penelitian

Desain Penelitian yang digunakan adalah factorial design 2x2. Menurut Sugiono (2010:76) bahwa, “Faktorial desain yaitu desain yang memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi perlakuan

(variabel bebas) terhadap hasil (variabel terikat).” Desain faktorial dalam

penelitian ini digunakan untuk membandingkan kelas eksperimen yang

menggunakan metode pembelajaran simulasi permainan dan kelas kontrol yang

menggunakan metode bersifat konvensional yaitu metode ceramah bervariasi

dengan memperhatikan pengetahuan awal siswa sebagai variabel moderator.

Paradigma desain faktorial pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut:

Tabel 3. 1

Paradigma Desain Faktorial

Pengetahuan Awal Siswa

Metode Pembelajaran

(27)

36

Lira Rachmawati, 2015

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PAT ME/PAT MK/PAT

PAR ME/PAR MK/PAR

Keterangan:

ME : Metode eksperimen (Metode Simulasi Permainan)

MK : Metode konvensional (Metode Ceramah bervariasi)

PAT : Pengetahuan awal tinggi

PAR : Pengetahuan awal rendah

ME/PAT : Keterampilan berpikir kritis kelompok siswa dengan pengetahuan awal tinggi dengan menggunakan metode eksperimen (simulasi permainan)

ME/PAR : Keterampilan berpikir kritis kelompok siswa dengan pengetahuan awal rendah dengan menggunakan metode eksperimen (simulasi permainan)

MK/PAT : Keterampilan berpikir kritis kelompok siswa dengan pengetahuan awal tinggi dengan menggunakan metode konvensional (ceramah bervariasi)

MK/PAR : Keterampilan berpikir kritis kelompok siswa dengan pengetahuan awal rendah dengan menggunakan metode konvensional (ceramah bervariasi)

3.2Objek Penelitian dan Subjek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah keterampilan berpikir kritis pada mata

pelajaran pengantar ekonomi dan bisnis dengan menggunakan metode

pembelajaran simulasi permainan. Sedangkan yang menjadi subjek dalam

penelitian ini adalah siswa SMK Pasundan 1 Bandung Kelas X AK yang terdiri

Kelas Jumlah Siswa Laki-laki Perempuan

Simulasi Permainan 44 2 42

Kontrol 44 1 43

Berdasarkan hasil pemilihan secara acak diperoleh kelas X AK 2 sebagai

(28)

37

eksperimen dikenakan perlakuan metode pembelajaran simulasi permainan

dengan jumlah siswa 44 orang siswa yang terdiri dari 2 orang siswa laki-laki dan

42 orang siswa perempuan. Sedangkan kelas X AK 1 sebagai kelas kontrol

dengan jumlah siswa 44 orang siswa yang terdiri dari 1 orang siswa laki-laki dan

43 orang siswa perempuan.

Jangka waktu penelitian ditetapkan selama 5 kali pertemuan. Karena

penelitian ini dilakukan dalam waktu kurang dari satu tahun maka metode yang

digunakan adalah cross sectional method, yaitu suatu penelitian dimana

variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan variabel-variabel-variabel-variabel yang termasuk efek

diobservasi sekaligus pada waktu yang sama (Notoatmodjo 2010:37).

3.3Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.3.1 Variabel Penelitian

Variabel Penelitian dalam penelitian ini terdiri dari:

1) Variabel bebas yaitu metode pembelajaran simulasi permainan

2) Variabel terikat yaitu keterampilan berpikir kritis siswa

3) Variabel moderator yaitu pengetahuan awal siswa.

3.3.2 Definisi Operasional Konsep

Definisi operasional merupakan penjabaran mengenai pengertian

variabel penelitian. Dalam penelitian ini terdapat beberapa pengetian yang perlu

untuk dijabarkan, antara lain:

1. Keterampilan berpikir kritis

Keterampilan berpikir kritis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

keterampilan dalam menganalisis masalah, menentukan alternatif pemecahan

masalah, serta mengambil keputusan yang terbaik untuk mengatasi masalah

dengan mempertimbangkan konsekuensinya melalui pemikiran-pemikiran.

Keterampilan berpikir kritis dilihat dari indikator antara lain:

a. Eksplanasi : menyatakan hubungan sebab akibat dan memberikan alasan

(29)

38

Lira Rachmawati, 2015

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Analisis : menentukan hubungan-hubungan yang logis diantara

konsep-konsep

c. Interpretasi: memahami dan mengekspresikan hal-hal yang penting dalam

suatu data maupun kejadian melalui klarifikasi makna, ketegorisasi

maupun pengelompokkan

d. Evaluasi : membuat pertimbangan dan penilaian berdasarkan kelemahan

dan kelebihan

e. Inferensi : menyimpulkan dan memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari

suatu kejadian

2. Metode Pembelajaran Simulasi Permainan

Metode pembelajaran simulasi permainan adalah pembelajaran dimana

siswa menggambarkan pengambil keputusan dalam lingkungan simulasi dan

berusaha untuk mencapai tujuan tertentu, sesuai dengan peraturan dan prosedur

yang ditentukan (Banaszak, 1983:71). Pada dasarnya pembelajaran simulasi

permainan ini merupakan penggambaran dari dunia nyata yang disajikan dalam

bentuk permainan untuk menciptakan pembelajaran yang aktif serta

membangun pemikiran kritis siswa terhadap permasalahan selama proses

pembelajaran. Melalui metode ini guru hanya bertindak sebagai fasilitator, yang

berperan aktif adalah siswa, sehingga metode ini dapat menciptakan

pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning).

Langkah-langkah metode simulasi permainan menurut Joyce (2009:441)

yaitu

1) tahap orientasi

2) tahap latihan partisipan

3) tahap pelaksanaan simulasi

4) wawancara partisipan.

Tabel 3. 3

Tahapan Metode Pembelajaran Simulasi Permainan

(30)

39

a. Menyajikan topik luas

mengenai simulasi dan konsep yang akan dipakai dalam aktivitas simulasi

b. Menjelaskan simulasi dan permainan

c. Menyajikan ikhtisar simulasi

a. Membuat skenario (aturan, peran, prosedur, skor, tipe keputusan yang akan dipilih dan tujuan) b. Menugaskan peran

c. Melaksanakan praktik dalam jangka waktu yang singkat

Tahap ketiga : Pelaksanaan Simulasi

Tahap empat: wawancara partisipan

a. Memimpin aktivitas permainan dan administrasi permainan b. Mendapatkan umpan balik dan

evaluasi (mengenai penampilan dan pengaruh keputusan) c. Menjelaskan kesalahan

konsepsi

d. Melanjutkan simulasi

a. Menyimpulkan kejadian dan persepsi

b. Menyimpulkan kesulitan dan pandangan-pandangan c. Menganalisis proses d. Membandingkan aktivitas

simulasi dengan dunia nyata e. Menghubungkan aktivitas

simulasi dengan materi pelajaran f. Menilai dan kembali merancang

simulasi Sumber : Joyce (2009:441)

Metode pembelajaran ini berbeda dengan metode pembelajaran ceramah

bervariasi yang dilakukan pada kelas kontrol. Metode pembelajaran ceramah

bervariasi menggunakan ceramah murni yang hanya efektif 15 menit setelah itu

diganti dengan metode tanya jawab atau metode diskusi kelompok. (Gulo,

2004:142)

2. Pengetahuan awal (prior knowledge)

Pengetahuan awal merupakan pengetahuan yang telah dimiliki dan

tersimpan dalam otak seseorang yang dapat dipergunakan dalam mengkontruksi

pengetahuan baru. Dalam penelitian ini, pengetahuan awal diukur dari tes

pengetahuan siswa mengenai materi sebelumnya yaitu hukum permintaan. Tes

ini dilakukan secara tertulis dalam bentuk pilihan ganda.

3.4Alat Tes Penelitian

(31)

40

Lira Rachmawati, 2015

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tes berpikir kritis terdiri dari tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest).

Kedua soal tes tersebut adalah sama (ekuivalen). Tes awal dilakukan pada awal

pembelajaran untuk mengukur kemampuan awal kedua kelompok serta untuk

mengetahui bahwa kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama. Tes

akhir diberikan setelah proses belajar mengajar berakhir. Hasil tes akhir ini

digunakan untuk melihat peningkatan berpikir kritis siswa pada kedua kelompok

mana yang lebih baik.

Tes berpikir kritis ini dilakukan secara tertulis dalam bentuk uraian.

Menurut Safari (2008:53) bahwa kelebihan soal bentuk uraian antara lain:

1. Penyusunan soal tidak memerlukan waktu lama

2. Mengembangkan kemampuan bahasa/verbal peserta ujian 3. Menggali kemampuan berpikir kritis

4. Biaya pembuatannya lebih murah

5. Mampu mengukur jalan pikiran siswa secara urut, sistematis, logis 6. Mampu memberikan penskoran yang tepat pada setiap langkah siswa 7. Mampu memberikan gambaran yang tepat pada bagian-bagian yang belum

dikuasai siswa.

Langkah-langkah dalam penyusunan tes keterampilan berpikir kritis

siswa meliputi :

1. Menentukan KD

1.1Menganalisis makna elastisitas permintaan dalam perekonomian

1.2Menganalisis perbedaan jenis elastisitas permintaan

1.3Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi elastisitas permintaan

2. Menentukan Tujuan Pembelajaran :

Setelah pembelajaran menggunakan metode pembelajaran simulasi

permainan, siswa dapat :

a. Memberikan alasan pentingnya elastisitas permintaan dalam bidang ekonomi

b. Menjelaskan keterkaitan hukum permintaan dengan elastisitas

permintaan

c. Mengelompokkan barang-barang berdasarkan jenis elastisitas

permintaannya.

(32)

41

e. Membedakan kurva permintaan elastis dan inelastis

f. Mempertimbangkan keputusan kebijakan berdasarkan elastisitas

permintaan suatu barang

g. Memprediksi akibat kenaikan harga suatu barang terhadap jumlah

permintaan barang substitusinya

h. Menyatakan penyebab meningkatnya permintaan pada suatu peristiwa

3. Membuat kisi-kisi tes (Tabel 3.4)

4. Menyusun soal tes keterampilan berpikir kritis berdasarkan kisi-kisi

5. Melakukan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda

Tabel 3. 4

Kisi-kisi Alat Tes Berpikir Kritis

Kompetensi Dasar Indikator Berpikir Kritis

(33)

42

Lira Rachmawati, 2015

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Evaluasi :

3.4.2 Tes pengetahuan awal siswa

Tes pengetahuan awal dilakukan pada awal pembelajaran untuk

menggolongkan antara siswa yang tingkat pengetahuan awalnya rendah dan

tinggi. Tes pengetahuan awal berbentuk pilihan ganda dengan soal berdasar

pada materi sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari

yaitu hukum permintaan. Banyak soal pada tes ini sebanyak 20 Soal. Setiap soal

diberikan skor 5 poin.

Langkah-langkah dalam penyusunan tes pengetahuan awal siswa

meliputi:

1) Membuat kisi-kisi tes

2) Menyusun tes pengetahuan awal (Tabel 3.5)

3) Melakukan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.

Tabel 3. 5

Kisi-kisi Alat Tes Pengetahuan Awal

(34)

43

Menghitung fungsi permintaan suatu barang

4,5,6

Menunjukkan kurva permintaan berdasarkan fungsi permintaan

7

Menggabungkan kurva permintaan perseorangan menjadi kurva permintaan pasar

8

Menafsirkan kurva permintaan 9

Menjelaskan keterkaitan harga barang itu sendiri maupun harga barang lain dengan permintaan Menunjukkan gerakan sepanjang dan

perubahan kurva permintaan

18,19, 20

3.5Analisis Uji Alat Tes

Sebelum tes disebarkan pada sampel penelitian, dilakukan pengujian pada soal

tes melalui uji validitas, reliabilitas, uji daya pembeda serta uji tingkat kesukaran.

Pengujian terhadap alat tes menggunakan bantuan software computer SPSS for

windows versi 21.0.

3.5.1 Uji Validitas

Validitas berarti ketepatan (keabsahan) instrument terhadap yang

dievaluasi. Suatu instrumen yang valid atau sahih apabila t hitung > t tabel. Untuk

mengetahui validitas item digunakan rumus korelasi product moment yaitu

sebagai berikut :

rxy = Koefisien korelasi

(35)

44

Lira Rachmawati, 2015

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Y = Skor total siswa untuk seluruh soal tes

n = Jumlah siswa yang mengikuti tes

Setelah harga koefisien korelasi ( ) atau disebut juga r hitung diperoleh,

harus dikonfirmasikan dengan harga distribusi r dengan taraf signifikasi (α) = 0,05 yang artinya peluang membuat kesalahan sebesar 5% setiap item akan

terlihat tingkat kesalahannya. Apabila harga r hitung > r tabel maka korelasi

tersebut dinilai valid (signifikan) dan sebaliknya. (Suharsimi Arikunto, 2013:89)

Dalam penelitian ini, dilakukan uji coba baik pada soal tes keterampilan

berpikir kritis yang berbentuk uraian maupun soal tes pengetahuan awal yang

berbentuk pilihan ganda. Koefisien rtabel ditentukan dengan dk = n-2 dengan

taraf kepercayaan 95% = 0,05. Jumlah responden dalam uji coba soal adalah 40

orang dengan dk = 40 – 2 = 38 (0,320) didasarkan pada ttabel product moment.

Rincian hasil uji validitas tersebut dapat dilihat pada tabel 3.6 dan 3.7 berikut.

Tabel 3. 6

Rekapitulasi Validitas Item Alat Tes Keterampilan Berpikir Kritis No. Soal Koefisien r hitung Koefisien r tabel Keterangan

1 0,768 0,320 Valid

Rekapitulasi Validitas Item Alat Tes Pengetahuan Awal No. Soal Koefisien r hitung Koefisien r tabel Keterangan

(36)

45

8 0.409 0,320 Valid

9 0.436 0,320 Valid

10 0.422 0,320 Valid

11 0.158 0,320 Tidak Valid

12 0.443 0,320 Valid

13 0.506 0,320 Valid

14 0.528 0,320 Valid

15 0.396 0,320 Valid

16 0.371 0,320 Valid

17 0.498 0,320 Valid

18 0.388 0,320 Valid

19 0.252 0,320 Tidak Valid

20 0.473 0,320 Valid

3.5.2 Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah suatu

instrumen memiliki taraf kepercayaan yang tinggi atau rendah. Reliabilitas tes

kemampuan berpikir kritis dan pengetahuan awal ditentukan dengan

menggunakan rumus Cronbach-Alpha. Data diolah dengan bantuan aplikasi

SPSS for windows versi 21.0 dan diperoleh nilai r.

Acuan untuk menginterprestasikan derajat reliabilitas instrumen tes

digunakan kriteria sebagai berikut.

Tabel 3. 8

Kriteria Reliabilitas Instrumen Koefisien Reliabilitas (r11) Kriteria

r11< 0,20 Reiabilitas sangat rendah

0,20 ≤ r11< 0,40 Reliabilitas rendah

0,40 ≤ r11< 0,70 Reliabilitas sedang

0,70 ≤ r11< 0,90 Reliabilitas tinggi

0,90 ≤ r11< 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

Sumber: Jihad (2013:181)

Berdasarkan hasil uji coba alat tes yang telah dilakukan, diperoleh nilai

koefisien r pada alat tes keterampilan berpikir kritis sebesar 0,788 dan nilai

(37)

46

Lira Rachmawati, 2015

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang telah diuji cobakan memiliki reliabilitas tinggi. Rincian hasil uji reliabilitas

tersebut dapat dilihat pada tabel 3.9 dan 3.10 berikut

Tabel 3. 9

Reliabilitas Item Alat Tes Keterampilan Berpikir Kritis

Cronbach's Alpha N of Items

.788 8

Tabel 3. 10

Reliabilitas Item Alat Tes Pengetahuan Awal

Cronbach's Alpha N of Items

.753 20

3.5.3 Uji Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan

antara siswa yang memiliki keterampilan kritis tinggi dan siswa yang memiliki

keterampilan kritis rendah. Rumus yang digunakan adalah:

DP =

(2013:181) dapat dilihat pada tabel 3.11 berikut.

Tabel 3. 11

Klasifikasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Klasifikasi

0,40 atau lebih Sangat baik

0,30- 0,39 Cukup baik, mungkin perlu diperbaiki

0,20-0,29 Minimum, perlu diperbaiki

(38)

47

Berdasarkan hasil perhitungan uji beda dari 8 soal tes keterampilan

berpikir kritis yang diujicobakan terdapat 1 soal berkategori jelek, 3 soal

berkategori cukup baik dan 3 soal berkategori sangat baik. Sedangkan pada uji

beda soal tes pengetahuan awal terdapat 1 soal berkategori jelek, 1 soal

berkategori cukup baik dan 18 soal berkategori sangat baik. Hasil perhitungan

daya pembeda soal keterampilan berpikir kritis dan pengetahuan awal tersebut

dapat dilihat pada tabel 3.12 dan 3.13 berikut.

Tabel 3. 12

Daya Pembeda Soal Tes Keterampilan Berpikir Kritis

No Soal Nilai Indeks Keterangan

1 0,455 Sangat Baik

2 0,364 Cukup baik

3 0,400 Sangat Baik

4 0,182 Jelek

5 0,341 Cukup Baik

6 0,477 Sangat Baik

7 0,386 Cukup Baik

8 0,432 Sangat Baik

Tabel 3. 13

Daya Pembeda Soal Tes Pengetahuan Awal

No Soal Nilai Indeks Keterangan

1 0.545 Sangat Baik

2 0.636 Sangat Baik

3 0.545 Sangat Baik

4 0.545 Sangat Baik

5 0.545 Sangat Baik

6 0.455 Sangat Baik

7 0.455 Sangat Baik

8 0.455 Sangat Baik

9 0.545 Sangat Baik

10 0.545 Sangat Baik

11 0.182 Jelek

12 0.545 Sangat Baik

13 0.636 Sangat Baik

14 0.636 Sangat Baik

(39)

48

Lira Rachmawati, 2015

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu No Soal Nilai Indeks Keterangan

16 0.455 Sangat Baik

17 0.545 Sangat Baik

18 0.455 Sangat Baik

19 0.364 Cukup Baik

20 0.545 Sangat Baik

3.5.4 Uji Tingkat Kesukaran

Analisis indeks kesukaran tiap butir soal dilakukan untuk mengetahui

tingkat kesukaran masing-masing soal yang diberikan, apakah soal tersebut

termasuk kategori mudah, sedang atau sukar. Karena bentuk tes yang digunakan

adalah tes uraian, maka rumus yang digunakan untuk mengetahui indeks

kesukaran tiap butir soal adalah (Suherman, 2003:170) sebagai berikut:

IK = SM I

x

Keterangan: x = nilai rata-rata siswa SMI = skor maksimal ideal

Klasifikasi indeks kesukaran butir soal menurut Jihad (2013:182) seperti

tampak pada tabel berikut.

Tabel 3. 14

Klasifikasi Tingkat Kesukaran

Interpretasi Tingkat Kesukaran Kriteria

0,00 - 0,30 Sukar

0,31 - 0,70 Sedang

0,71 - 1,00 Mudah

Berdasarkan hasil perhitungan uji tingkat kesukaran dari 8 soal tes

keterampilan berpikir kritis yang diujicobakan terdapat 1 soal berkategori sukar,

7 soal berkategori sedang. Sedangkan pada uji beda soal tes pengetahuan awal

terdapat 2 soal berkategori sukar, 15 soal berkategori sedang dan 3 soal

berkategori mudah. Hasil perhitungan uji tingkat kesukaran soal keterampilan

berpikir kritis dan pengetahuan awal tersebut dapat dilihat pada tabel 3.15 dan

(40)

49

Tabel 3. 15

Tingkat Kesukaran Soal Tes Keterampilan Berpikir Kritis

No. Soal Nilai Indeks Keterangan

1 0.338 Sedang

2 0.613 Sedang

3 0.630 Sedang

4 0.625 Sedang

5 0.656 Sedang

6 0.269 Sukar

7 0.669 Sedang

8 0.694 Sedang

Tabel 3. 16

Tingkat Kesukaran Soal Tes Pengetahuan Awal

No. Soal Nilai Indeks Keterangan

1 0.675 Sedang

2 0.650 Sedang

3 0.675 Sedang

4 0.625 Sedang

5 0.650 Sedang

6 0.225 Sukar

7 0.800 Mudah

8 0.625 Sedang

9 0.275 Sukar

10 0.625 Sedang

11 0.775 Mudah

12 0.675 Sedang

13 0.475 Sedang

14 0.625 Sedang

15 0.550 Sedang

16 0.725 Mudah

17 0.675 Sedang

18 0.675 Sedang

19 0.625 Sedang

(41)

50

Lira Rachmawati, 2015

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hasil uji coba alat tes di atas, maka rekapitulasi hasil uji coba

tes keterampilan berpikir kritis dan tes pengetahuan awal tersebut disajikan pada

tabel 3.17 dan tabel 3.18 berikut.

Tabel 3. 17

Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Keterampilan Berpikir Kritis

Butir

Sedang Sangat Baik Dipakai

2 Valid Sedang Cukup baik Dipakai

Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Pengetahuan Awal

Butir

Sedang Sangat Baik Dipakai

2 Valid Sedang Sangat Baik Dipakai

Valid Mudah Jelek Tidak Dipakai

(42)

51

Valid Sedang Cukup Baik Tidak Dipakai

20 Valid Sedang Sangat Baik Dipakai

3.6Teknik Pengolahan Data

Setelah data diperoleh kemudian dianalisis baik data hasil tes keterampilan

berpikir kritis maupun hasil tes pengetahuan awal. Data yang diperoleh tersebut

belum merupakan data yang akurat maka data tersebut harus diolah dengan

tahapan sebagai berikut:

3.6.1 Pengolahan Data Tes Keterampilan Berpikir Kritis

Data hasil tes keterampilan berpikir kritis terdiri dari pretest dan postest.

Kedua data ini diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1) Memberikan skor/nilai jawaban siswa dengan pedoman penskoran sebagai

berikut.

Tabel 3. 19

Pedoman Penskoran Keterampilan Berpikir Kritis

No Indikator Soal Respon Siswa Terhadap Soal Skor

1 Memberikan alasan

pentingnya elastisitas permintaan dalam bidang ekonomi

Tidak menjawab atau memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan

0

Jawaban sesuai pertanyaan tetapi jawaban tidak ada yang benar

1

Bisa menemukan konsep tetapi belum bisa menyimpulkan alasan pentingnya elastisitas permintaan

2

Bisa menemukan konsep serta bisa

menyimpulkan alasan pentingnya

elastisitas permintaan tetapi belum tepat

3

Bisa menemukan konsep, bisa

menyimpulkan alasan pentingnya

elastisitas permintaan dengan tepat

4

2 Menjelaskan

keterkaitan hukum

Tidak menjawab atau memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan

(43)

52

Lira Rachmawati, 2015

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu permintaan dengan

elastisitas permintaan

pertanyaan

Jawaban sesuai pertanyaan tetapi jawaban tidak ada yang benar

1

Bisa menemukan konsep tetapi belum bisa menghubungkan antara konsep yang didapat

2

Bisa menemukan konsep serta bisa menghubungkan antara konsep yang didapat tetapi belum tepat

3

Bisa menemukan konsep, bisa

menghubungkan antara konsep yang didapat dengan tepat

Tidak menjawab atau memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan

0

Mengelompokkan satu barang sesuai jenis elastisitasnya

1

Mengelompokkan dua barang sesuai jenis elastisitasnya

2

Mengelompokkan tiga barang sesuai jenis elastisitasnya

3

Mengelompokkan empat barang

sesuai jenis elastisitasnya

4

Mengelompokkan semua barang

sesuai jenis elastisitasnya

5

4 Menentukan jenis

elastisitas permintaan suatu barang

Tidak menjawab atau memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan

0

Jawaban sesuai pertanyaan tetapi jawaban tidak ada yang benar

1

Bisa menentukan jenis elastisitas permintaan suatu barang tetapi belum bisa menjelaskan alasan

2

Bisa menentukan jenis elastisitas

permintaan suatu barang serta

menjelaskan alasan namun belum tepat

3

Bisa menentukan jenis elastisitas

permintaan suatu barang serta

menjelaskan alasan dengan tepat

4

5 Membedakan kurva

permintaan elastis dan inelastis

Tidak menjawab atau memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan

(44)

53

Jawaban sesuai pertanyaan tetapi jawaban tidak ada yang benar

1

Bisa menentukan kurva permintaan elastis dan inelastis namun belum bisa menganalisis perbedaan kedua kurva

2

Bisa menentukan kurva permintaan elastis dan inelastis serta bisa menganalisis perbedaan kedua kurva namun belum tepat

3

Bisa menentukan kurva permintaan elastis dan inelastis serta bisa menganalisis perbedaan kedua kurva dengan tepat

Tidak menjawab atau memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan

0

Jawaban sesuai pertanyaan tetapi jawaban tidak ada yang benar

1

Bisa menemukan hal yang penting dari soal yang diberikan namun belum bisa mempertimbangkan keputusan

2

7 Memprediksi akibat

kenaikan harga suatu barang terhadap elastisitas permintaan barang substitusinya

Tidak menjawab atau memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan

0

Jawaban sesuai pertanyaan tetapi jawaban tidak ada yang benar

1

Bisa menemukan hal yang penting dari soal yang diberikan namun belum bisa memprediksi akibat kenaikan harga

2

Bisa menemukan hal yang penting dari soal yang diberikan serta bisa memprediksi akibat kenaikan harga namun belum tepat

3

(45)

54

Lira Rachmawati, 2015

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dari soal yang diberikan serta bisa memprediksi akibat kenaikan harga dengan tepat

8 Menyatakan

penyebab permintaan bersifat elastis pada suatu peristiwa

Tidak menjawab atau memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan

0

Jawaban sesuai pertanyaan tetapi jawaban tidak ada yang benar

1

Bisa menemukan hal yang penting dari soal yang diberikan namun belum bisa menyatakan penyebab permintaan bersifat elastis

2

Bisa menemukan hal yang penting dari soal yang diberikan serta bisa

menyatakan penyebab permintaan

bersifat elastis namun belum tepat

3

Bisa menemukan hal yang penting dari soal yang diberikan serta bisa

menyatakan penyebab permintaan

bersifat elastis dengan tepat

4

2) Membuat tabel hasil skor dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3) Menghitung skor rata-rata dari tiap kelas dengan rumus:

ilai rata rata = otal skor siswajumlah

100

4) Menghitung normalisasi Gain antara nilai rata pretest dan nilai

rata-rata posttest secara keseluruhan, dengan menggunakan rumus:

ormalisasi ain = ilai ilai aksimum nilai nilai

100

Tabel 3.20

Kriteria Peningkatan Gain

Gain Ternormalisasi (G) Kriteria Peningkatan

G< 0,3 Peningkatan Rendah

0,3≤ ≤0,7 Peningkatan Sedang

G> 0,7 Peningkatan Tinggi

5) Menganalisis data melalui uji normalitas, uji homogenitas, dan uji

(46)

55

3.6.2 Pengolahan Data Tes Pengetahuan Awal

Tes pengetahuan awal dilakukan untuk mengukur pengetahuan siswa

mengenai materi sebelumnya yang berkaitan dengan elastisitas permintaan.

Hasil tes pengetahuan awal ini diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Memberikan skor dengan pedoman penskoran sebagai berikut:

a. Bila siswa menjawab benar diberi skor 1

b. Bila siswa menjawab salah diberi skor 0

2) Membuat tabel hasil skor dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3) Menghitung skor rata-rata ( ̅) keseluruhan untuk dijadikan patokan dalam

pengelompokkan pengetahuan awal.

4) Mengelompokkan siswa ke dalam 2 klasifikasi yaitu tinggi dan rendah

berdasarkan kriteria pada tabel 3.20 berikut:

Tabel 3. 21

Kriteria Pengelompokkan Pengetahuan Awal Siswa

Kelompok Kriteria Tinggi Skor > ̅ Rendah Skor < ̅

5) Menganalisis data melalui uji normalitas, uji homogenitas, dan uji

hipotesis.

3.7Teknik Analisis Data

Setelah data diolah, kemudian berlanjut pada tahap analisis data. Data yang

dinalisis baik data pretest dan postest keterampilan berpikir kritis maupun data tes

pengetahuan awal dilakukan dengan menggunakan bantuan software komputer

SPSS for windows versi 21.0 dengan uji statistik sebagai berikut:

3.7.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data kedua

kelas sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji

Gambar

Tabel 1.1 Rata-rata Nilai UTS Siswa Kelas X AK
Tabel 1. 2 Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Tabel 3. 2 Deskripsi Subjek Penelitian
Tabel 3. 4 Kisi-kisi Alat Tes Berpikir Kritis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penjelasan dapat disimpulkan bahwa pertimbangan hakim menolak praperadilan pemohon yaitu: Pertama, Penetapan tersangka baru menjadi objek

Klasifikasi 3 dari hasil klasifikasi analisis adalah kelompok penjelajah ( explorers ) yang merupakan pengguna yang memiiki keyakinan tinggi terhadap manfaat

Hal tersebut berarti semakin baik Kepemimpinan yang diberikan kepada karyawan maka akan dapat meningkatkan kepuasan dari karyawan tetapi jika pengaruh gaya kepemimpinan

Hal ini berarti tidak ada pengaruh antara kemampuan pemecahan masalah fisika peserta didik yang diberikan perlakuan berupa penerapan model pembelajaran generatif

Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah seberapa besar penurunan yang terjadi pada gedung “X” dengan jumlah 35 lantai di tiap-tiap lantainya setelah

Ruang lingkup program adalah untuk perhitungan analisis statik linier struktur rangka dua dimensi dan analisis tegangan/regangan bidang dengan elemen-elemen dasar

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam masalah yang akan dibahas, yaitu pengaruh model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar siswa

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “ FORMULASI BISKUIT TEPUNG AMPAS KELAPA DAN PENENTUAN UMUR SIMPAN PRODUK ” merupakan karya saya dan tidak pernah