Lira Rachmawati, 2015
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA
DILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA
(Quasi Eksperimen pada Mata Pelajaran Pengantar Ekonomi dan Bisnis Materi Elastisitas Permintaan di Kelas X AK SMK Pasundan 1 Bandung)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi
oleh
LIRA RACHMAWATI NIM :1302548
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA
DILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA
(Quasi Eksperimen pada Mata Pelajaran Pengantar Ekonomi dan Bisnis Materi Elastisitas Permintaan di Kelas X AK SMK Pasundan 1 Bandung)
Oleh Lira Rachmawati
S.Pd Universitas Pasundan Bandung, 2012
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Ekonomi
© Lira Rachmawati 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Lira Rachmawati, 2015
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA
DILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA
(Quasi Eksperimen pada Mata Pelajaran Pengantar Ekonomi dan Bisnis Materi Elastisitas Permintaan di Kelas X AK SMK Pasundan 1 Bandung)
TESIS INI DISETUJUI OLEH
Pembimbing
Dr. Dadang Dahlan, M.PD NIP. 195712051982031002
Mengetahui,
i
Lira Rachmawati, 2015
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA
DILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA
(Quasi Eksperimen pada Mata Pelajaran Pengantar Ekonomi dan Bisnis Materi Elastisitas Permintaan di Kelas X AK SMK Pasundan 1 Bandung)
Oleh
Lira Rachmawati, S.Pd
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keterampilan berpikir kritis siswa kelas X AK SMK Pasundan 1 Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh simulasi permainan terhadap keterampilan berpikir kritis dilihat dari pengetahuan awal siswa.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dengan desain faktorial 2x2. Subyek penelitian ini adalah siswa SMK Pasundan 1 Bandung Kelas X AK 1 (kelas kontrol) dan X AK 2 (kelas eksperimen). Data dilakukan dengan tes tertulis yang terdiri dari tes keterampilan berpikir kritis dan tes pengetahuan awal. Analisis data dilakukan dengan uji t (paired-sample t-test), independent sample t-test, dan uji analysis of variances (ANOVA) dua arah menggunakan aplikasi program SPSS for windows versi 21.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa antara sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode simulasi permainan. 2) Terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa antara sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah bervariasi. 3) Peningkatan keterampilan berpikir kritis pada kelas yang menggunakan metode pembelajaran simulasi permainan lebih tinggi dibandingkan kelas yang menggunakan metode pembelajaran ceramah bervariasi. 4) Terdapat pengaruh pengetahuan awal siswa terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen dan kontrol. 5) Terdapat interaksi antara metode pembelajaran simulasi permainan dengan pengetahuan awal terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa.
ii
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF GAMES SIMULATION METHOD TOWARD STUDENTS CRITICAL THINKING SKILLS FROM STUDENTS
PRIOR KNOWLEDGE
(Quasi Experimental on Introduction of Economics and Business on Demand Elasticities in X AK of SMK Pasundan 1 Bandung)
By
Lira Rachmawati, S.Pd
This research is backgrounded by the lack of critical thinking skills of students of class X AK SMK Pasundan 1 Kota Bandung. The purpose of this study was to measure the effect of games simulation learning method to critical thinking skills seen from students prior knowledge.
The research method used is quasi-experimental method with 2x2 factorial design. The research subjects is student of SMK Pasundan 1 Bandung class X AK 1 (control class) and X AK 2 (experimental class). Data was collected through test by critical thinking test and prior knowledge test. Data was analyze by t test (paired-sample t-test), independent sample t-test, and two-way analysis of variances (ANOVA) with SPSS for Windows version 21.
Based on the results research, indicated that 1) There are differences in students’ critical thinking skills before and after the learning using games simulation method. 2) There are difference in students' critical thinking skills before and after the learning using the lecture variation method. 3) Improved critical thinking skills in the class by using games simulation method is higher than the class by using lecture variation methods. 4) There are influence of prior knowledge of the students' critical thinking skills. 5) There is an an interaction between games simulation method and prior knowledge of students against critical thinking skills.
iii
Lira Rachmawati, 2015
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ... iError! Bookmark not defined.
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 9
2.1 Teori Belajar Yang Melandasi Model Pembelajaran Simulasi ... 9
2.1.1 Teori Belajar Sosial Vygotsky ... 9
2.1.2 Teori Belajar Kognitif Piaget ... 10
2.2 Konsep Model Pembelajaran Simulasi ... 11
2.2.1 Model Pembelajaran Simulasi... 11
2.2.2 Metode Pembelajaran Simulasi Permainan ... 12
2.2.3 Kelebihan Metode Simulasi permainan ... 14
2.2.4 Kekurangan Metode Simulasi permainan ... 16
2.2.5 Langkah-langkah Metode Simulasi permainan ... 16
2.3 Konsep Keterampilan Berpikir Kritis ... 18
2.3.1 Pengertian Berpikir ... 18
ii
Lira Rachmawati, 2015
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.3.3 Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... 20
2.4 Konsep Pengetahuan Awal ... 24
2.5 Penelitian yang Relevan ... 26
2.6 Posisi Penelitian ... 29
2.7 Kerangka Pemikiran ... 30
2.8 Hipotesis ... 34
BAB III METODE PENELITIAN ... 35
3.1 Metode dan Desain Penelitian ... 35
3.1.1 Metode Penelitian... 35
3.1.2 Desain Penelitian ... 35
3.2 Objek Penelitian dan Subjek Penelitian... 36
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 37
3.3.1 Variabel Penelitian ... 37
3.3.2 Definisi Operasional Konsep ... 37
3.4 Alat Tes Penelitian... 39
3.4.1 Tes berpikir kritis ... 39
3.4.2 Test pengetahuan awal siswa ... 42
3.5 Analisis Uji Alat Tes ... 43
3.5.1 Uji Validitas ... 43
3.5.2 Uji Reliabilitas ... 45
3.5.3 Uji Daya Pembeda... 46
3.5.4 Uji Tingkat Kesukaran ... 47
3.6 Teknik Pengolahan Data ... 50
3.6.1 Pengolahan Data Tes Keterampilan Berpikir Kritis... 50
3.6.2 Pengolahan Data Tes Pengetahuan Awal ... 54
3.7 Teknik Analisis Data ... 55
3.7.1 Uji Normalitas ... 55
3.7.2 Uji Homogenitas ... 55
3.7.3 Uji Hipotesis ... 56
iii
4.1 Hasil Pengolahan Data ... 61
4.1.1 Hasil Pengolahan Data Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 61
4.1.1.1 Perbedaan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelas Eksperimen ... 61
4.1.1.2 Perbedaan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelas Kontrol ... 62
4.1.1.3 Perbedaan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 63
4.1.2 Hasil Pengolahan Data Tes Pengetahuan Awal ... 64
4.1.2.1 Kategori Pengetahuan Awal SiswaError! Bookmark not defined. 4.1.2.2 Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Pada Setiap Kategori Pengetahuan Awal SiswaError! Bookmark not defined. 4.2 Hasil Analisis Data ... 67
4.2.1 Hasil Uji Normalitas ... 67
4.2.2 Hasil Uji Homogenitas ... 68
4.2.3 Hasil Uji Hipotesis ... 69
4.2.3.1 Uji Hipotesis Pertama ... 69
4.2.3.2 Uji Hipotesis Kedua ... 71
4.2.3.3 Uji Hipotesis Ketiga ... 72
4.2.3.4 Uji Hipotesis Keempat ... 75
4.2.3.5 Uji Hipotesis Kelima ... 77
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 79
4.3.1 Perbandingan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Sebelum dan Sesudah menggunakan Metode Pembelajaran Simulasi Permainan ... 79
4.3.2 Perbandingan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Sebelum dan Sesudah menggunakan Metode Pembelajaran Ceramah Bervariasi ... 81
iv
Lira Rachmawati, 2015
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.3.4 Pengaruh Pengetahuan Awal Terhadap Peningkatan Keterampilan
Berpikir Siswa ... 85
4.3.5 Interaksi Antara Metode Pembelajaran Simulasi Dengan Pengetahuan Awal Dalam Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... 86
4.3.6 Kendala-Kendala Dalam Implementasi Metode Pembelajaran Simulasi Permainan ... 88
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 91
5.1 Kesimpulan ... 91
5.2 Saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA ... 93
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. 1 Rata-rata Nilai UTS Siswa Kelas X AK ... 2
1. 2 Hasil Pra Penelitian Tes Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... 3
2. 1 Tingkat Perkembangan Kognitif menurut Piaget ... 10
2. 2 Tahapan Metode Pembelajaran Simulasi Permainan ... 17
2. 3 Tingkatan Berpikir dalam Taksonomi Bloom ... 20
2. 4 Indikator Berpikir Kritis yang Digunakan ... 23
2. 5 Penelitian Yang Relevan ... 26
3. 1 Paradigma Desain Faktorial ... 35
3. 2 Deskripsi Subjek Penelitian ... 36
3. 3 Tahapan Metode Pembelajaran Simulasi Permainan ... 38
3. 4 Kisi-kisi Alat Tes Berpikir Kritis ... 41
3. 5 Kisi-kisi Alat Tes Pengetahuan Awal ... 42
3. 6 Rekapitulasi Validitas Item Alat Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 44
3. 7 Rekapitulasi Validitas Item Alat Tes Pengetahuan Awal ... 44
3. 8 Kriteria Reliabilitas Instrumen ... 45
3. 9 Reliabilitas Item Alat Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 45
3. 10 Reliabilitas Item Alat Tes Pengetahuan Awal ... 46
3. 11 Klasifikasi Daya Pembeda ... 46
3. 12 Daya Pembeda Soal Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 47
3. 13 Daya Pembeda Soal Tes Pengetahuan Awal ... 47
3. 14 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 48
3. 15 Tingkat Kesukaran Soal Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 48
3. 16 Tingkat Kesukaran Soal Tes Pengetahuan Awal ... 49
3. 17 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 49
3. 18 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Pengetahuan Awal ... 50
vi
Lira Rachmawati, 2015
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. 20 Kriteria Peningkatan Gain ... 54
3. 21 Kriteria Pengelompokkan Pengetahuan Awal Siswa ... 54
4. 1 Deskripsi Statistik Keterampilan Berpikir Kritis pada Kelas Eksperimen . 61 4. 2 Deskripsi Statistik Keterampilan Berpikir Kritis pada Kelas Kontrol .... 62
4. 3 Deskripsi Statistik Pretest-Posttest Keterampilan Berpikir Kritis pada Kelas Eksperimen-Kontrol ... 63
4. 4 Deskripsi Statistik Pengetahuan Awal Kelas Eksperimen-Kontrol ... 65
4. 5 Deskripsi Statistik Pengetahuan Awal Kategori Tinggi-Rendah ... 65
4. 6 Rata-Rata Dan Simpangan Baku Pengetahuan Awal Siswa ... 66
4. 7 Hasil Uji Normalitas Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 68
4. 8 Hasil Uji Homogenitas Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 69
4. 9 Hasil Uji Hipotesis Pertama ... 70
4. 10 Peningkatan keterampilan berpikir kritis pada kelas eksperimen ... 70
4. 11 Hasil Uji Hipotesis Kedua ... 71
4. 12 Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis pada Kelas Kontrol ... 72
4. 13 Hasil Uji Hipotesis Kedua ... 73
4. 14 Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis pada Kelas Eksperimen- Kontrol ... 74
4. 15 Effect Size Metode Pembelajaran pada Kelas Eksperimen-Kontrol ... 74
4. 16 Analysis of Variances (ANOVA) ... 74
4. 17 Measures of Association ... 75
4. 18 Uji Pengaruh Pengetahuan Awal terhadap Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis ... 76
4. 19 Interaksi Pengetahuan Awal dengan Metode Pembelajaran ... 77
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2 1 Kerangka Pemikiran ... 33
4. 1 Perbedaan Rata-rata Pretest-Posttest Kelas Eksperimen... 62
4. 2 Perbedaan Rata-rata Pretest-Posttest Kelas Kontrol ... 63
4. 3 Perbedaan Rata-rata Pretest-Posttest Kelas Eksperimen-Kontrol ... 64
4. 4 Perbedaan Rata-rata dan Jumlah Siswa dengan Pengetahuan Awal Kategori Tinggi-Rendah... 66
4. 5 Rata-rata Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik pada Setiap Kategori Pengetahuan Awal Siswa ... 67
4. 6 Profit Plots Nilai Rata-rata Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... 76
viii
Lira Rachmawati, 2015
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A Hasil Pra Penelitian ... 98
A.1 Nilai UTS Siswa ... 99
A.2 Kisi-kisi Soal Pra Penelitian ... 101
A.3 Soal Pra Penelitian ... 103
A.4 Hasil Tes Pra Penelitian ... 104
B Bahan Ajar ... 105
B.1 Silabus ... 106
B.2 RPP ... 109
B.3 LKS ... 172
C Instrumen Penelitian ... 178
C.1 Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 179
C.2 Tes Pengetahuan Awal ... 187
D Hasil Uji Coba Alat Tes... 209
D.1 Tes Berpikir Kritis ... 210
D.2 Tes Pengetahuan Awal ... 214
E Hasil Pengolahan dan Analisis Data ... 220
E.1 Hasil Pengolahan Data ... 221
E.2 Hasil Analisis Data ... 223
F Surat Penelitian ... 229
F.1 Surat Keputusan Pembimbing ... 230
F.2 Surat Ijin Penelitian ... 232
ix
G Foto Penelitian ... 234
G.1 Kelas Eksperimen ... 235
Lira Rachmawati, 2015
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Setiap manusia memiliki kemampuan alami untuk berimajinasi, berpikir
maupun membuat ide-ide. Begitupula siswa sebagai subjek pendidikan dalam
kegiatan pembelajaran di sekolah tak lepas dari kegiatan berpikir. Berpikir
menjadi modal utama siswa dalam mengolah berbagai informasi baik dari guru
maupun sumber belajar lainnya.
Ketatnya persaingan dunia kerja di masa yang akan datang membuat siswa
tidak cukup bila hanya memiliki keterampilan berpikir dasar saja, tetapi penting
untuk mampu berpikir tingkat tinggi. Kesadaran akan pentingnya berpikir tingkat
tinggi bagi siswa ini telah disadari oleh pendidikan Indonesia dengan
diterapkannya kurikulum 2013. Pada kurikulum 2013 mengharapkan agar dalam
pembelajaran peserta didik mampu mengamati, menanya, mencoba, menalar dan
mengkomunikasi. Kelima aspek ini menuntut adanya keterampilan berpikir kritis.
Berpikir kritis merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang
diperlukan siswa dalam mengembangkan potensinya di berbagai mata pelajaran.
Berpikir kritis bukan berarti siswa selalu tidak setuju dengan apa yang
disampaikan guru atau pendapat siswa lain, tetapi berpikir kritis merupakan
pemikiran dimana siswa jeli melihat masalah dan memiliki analisa yang kuat
sehingga siswa mampu menangkap hikmah dari suatu peristiwa. Keterampilan
tersebut nantinya akan berguna bagi siswa dalam menghadapi persoalan yang
semakin kompleks di masa depan.
Faktanya mengembangkan keterampilan berpikir kritis di Indonesia tidaklah
mudah. Kurangnya keterampilan berpikir kritis dibuktikan dengan hasil riset PISA
(Program for International Student Assessment) tahun 2009 dan 2012
menunjukkan bahwa siswa Indonesia yang mampu mencapai keterampilan
2
sampai pada level menengah atau pada kemampuan penerapan saja.
(Kemendikbud, 2013)
Permasalahan rendahnya keterampilan berpikir kritis juga ditemukan di
SMK Pasundan 1 Bandung. Berdasarkan pengkajian terhadap soal ujian terakhir
siswa yaitu soal UTS (Ujian Tengah Semester), salah satu indikator berpikir kritis
ditemukan dalam soal tersebut meskipun tidak semua butir soal mengandung
indikator berpikir kritis. Soal yang menunjukkan indikator berpikir kritis ada pada
soal no 5 dengan indikator interpretasi dimana siswa mengubah bentuk penyajian
suatu peristiwa ke dalam bentuk tabel dan kurva. Namun nilai rata-rata UTS
(Ujian Tengah Semester) pada siswa kelas X AK masih berada di bawah KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimum). Hasil nilai rata-rata UTS tersebut ditunjukkan
oleh tabel berikut ini
Tabel 1.1
Rata-rata Nilai UTS Siswa Kelas X AK Kelas Nilai Rata-rata KKM
X AK 1 68,41 75
X AK 2 68,52 75
Sumber: Data nilai UTS Semester 2 Kelas X AK
Berdasarkan data di atas menunjukkan rendahnya hasil belajar siswa,
termasuk keterampilan berpikir kritis siswa. Kedua kelas sama-sama
menunjukkan nilai rata-rata di bawah KKM, namun nilai rata-rata UTS siswa
kelas AK 2 lebih unggul sebesar 0,11 dibandingkan kelas X AK 1. Pada kelas X
AK 1 nilai UTS hanya mencapai angka 68,41 masih kurang 6,59 angka di bawah
KKM, sedangkan pada kelas X AK 2 nilai UTS hanya mencapai angka rata-rata
68,52 masih kurang 6,48 di bawah angka KKM.
Selain berdasar pada data nilai rata-rata UTS diatas, keterampilan berpikir
kritis ditunjukkan oleh hasil pra penelitian di kelas X AK yang seluruh soalnya
menunjukkan indikator keterampilan berpikir kritis. Siswa dikatakan memiliki
keterampilan berpikir kritis yang tinggi apabila mampu menjawab minimal
setengah dari seluruh soal dengan benar atau mendapat skor 10 (50 persen dari
3
Lira Rachmawati, 2015
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penelitian menunjukkan rata-rata skor di bawah standar yaitu 8,14. Berikut tabel
yang menunjukkan hasil pra penelitian pada siswa kelas X AK.
Tabel 1. 2
Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Di atas standar (skor ≥ 10) 11 25 2 Di bawah standar (skor ≤ 10) 33 75
Jumlah 44 100
Sumber: Data Pra Penelitian (Lampiran A.4)
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa jumlah siswa dengan
keterampilan berpikir kritis di bawah standar lebih banyak dibandingkan jumlah
siswa dengan keterampilan berpikir kritis di atas standar. Hanya 25% siswa yang
menunjukkan keterampilan berpikir kritis di atas standar, sedangkan sisanya yaitu
75% siswa berada di bawah standar skor, artinya lebih banyaknya siswa yang
memiliki kriteria berpikir kritis rendah atau memiliki skor di bawah standar. Hal
ini dikarenakan sebagian besar siswa hanya menghafal materi saja, namun mereka
kesulitan saat diberikan soal yang membutuhkan keterampilan berpikir lebih dari
sekedar menghafal seperti keterampilan berpikir kritis.
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan Drs. Edi Setia
selaku guru pengantar ekonomi dan bisnis kelas X SMK Pasundan 1 Bandung
pada 6 Februari 2015, mengungkapkan bahwa proses pembelajaran di kelas cukup
bervariasi meliputi ceramah, tanya jawab dan diskusi. Namun metode yang sering
digunakan oleh guru adalah metode ceramah. Hal ini disebabkan karena guru
menilai bahwa materi pengantar ekonomi dan bisnis merupakan materi yang
bersifat teoritis, sehingga pembelajaran yang diterapkan guru pun hanya
menekankan pada hafalan. Namun, mata pelajaran ekonomi bukanlah sekedar
hafalan. Mata pelajaran ekonomi merupakan mata pelajaran sosial dimana
seharusnya peserta didik dibekali dengan kemampuan dalam melihat masalah
yang terjadi di dunia nyata hingga memecahkannya melalui keterampilan berpikir
4
Keterampilan berpikir kritis siswa tidak dapat berkembang apabila proses
pembelajaran menekankan pada kemampuan siswa untuk menghafal saja.
Pembelajaran dengan mengandalkan hafalan siswa tentu mampu membuat siswa
menjadi pintar secara teoritis, namun siswa belum diarahkan untuk berpikir untuk
menganalisis, menilai hingga mengaitkan materi pembelajaran di kelas dengan
keadaan sesungguhnya dalam kehidupan sehari-hari.
Rendahnya keterampilan berpikir kritis siswa perlu dicari jalan keluarnya
karena keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan yang penting untuk
dimiliki siswa. Keterampilan berpikir kritis memungkinkan siswa memanfaatkan
potensinya dalam melihat masalah, memecahkan masalah, menciptakan, dan
menyadari kemampuan dirinya. Sebagaimana menurut Dharma (2010:30), bahwa “berpikir kritis merupakan aktivitas mental yang membantu orang memahami masalah, merumuskannya dan mendapatkan jawabannya.”
Pentingnya pengembangan keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran
juga dikemukakan seorang pengamat pendidikan, Paul Suparno bahwa, “anak saat
ini harus mulai diajarkan berpikir secara kritis, tidak asal memutuskan sesuatu
karena sekarang ini ilmu yang diberikan cenderung dihafalkan.” (Sumber:
http://www.suaramerdeka.com).
Masalah keterampilan berpikir kritis dapat diatasi melalui proses
pembelajaran yang menciptakan keterlibatan siswa dalam berpikir. Guru sebagai
fasilitator dalam proses pembelajaran dituntut untuk mampu menciptakan suasana
agar siswa termotivasi untuk berpikir kritis. Hal ini dapat dilakukan dengan
menerapkan metode-metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa.
Metode pembelajaran simulasi permainan merupakan salah satu metode
pembelajaran aktif yang mampu menciptakan keterlibatan siswa dengan maksimal
melalui proses peniruan keadaan yang menyerupai keadaan yang sebenarnya. Hal
itu diungkapkan dalam penelitian Silvia (2010:397) “simulations are an effective
5
Lira Rachmawati, 2015
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Artinya simulasi merupakan cara yang efektif untuk memberikan siswa
kesempatan untuk terlibat dalam pembelajaran tingkat lebih tinggi.
Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Raines (dalam Silvia, 2010:398)
bahwa penggunaan pembelajaran aktif salah satunya simulasi lebih baik untuk
membantu instructur (guru) membuat rencana pelajaran yang memaksimalkan
belajar siswa, mendorong berpikir kritis, membantu menyimpan informasi, dan
memungkinkan siswa untuk menerapkan konsep-konsep kunci dan pengetahuan
yang didapat melalui bacaan dan guru untuk menghadapi masalah nyata (atau
realistis). Metode ini merupakan metode pembelajaran yang mengasyikkan bagi
siswa karena mereka dapat berkompetisi untuk memenangkan permainan. Adanya
keinginan untuk menang membuat siswa secara tidak sadar berpikir secara kritis
mulai dari menganalisis masalah yang dihadapi, memecahkannya dengan menilai
resiko dan keuntungan yang akan didapat demi tercapainya tujuan yang telah
ditentukan.
Sebagaimana diungkapkan Banaszak (1983:72) yang mengartikan simulasi
sama dengan permainan bahwa salah satu kelebihan metode simulasi permainan adalah “siswa termotivasi dan dihargai untuk berpikir kritis.” Branan et al (dalam Park, 2012:42) mengemukakan bahwa “Simulation as an educational method
provides an opportunity to structure learning systematically to help students
acquire deep content knowledge and to facilitate the development of critical
thinking processes”. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa simulasi adalah
metode yang memfasilitasi pengembangan proses berpikir kritis. Decker et al dan
McGaghie et al (dalam Park, 2012:43) juga menjelaskan bahwa, “simulation
learning experiences encourage the development of critical thinking skills”.
Artinya pengalaman belajar simulasi mendorong pengembangan keterampilan
berpikir kritis. Metode simulasi permainan membuat siswa melakukan suatu
tindakan untuk memenangkan permainan dengan melihat masalah yang terjadi
saat memainkan permainan, dan menganalisis tindakan apa yang sebaiknya
6
Penggunaan metode pembelajaran perlu ditunjang dengan kondisi internal
siswa. Salah satunya pengetahuan awal siswa. Pengetahuan awal merupakan
faktor internal yang paling penting untuk mengembangkan keterampilan berpikir
kritisnya. Sebelum mampu berpikir kritis tentu siswa perlu memiliki pengetahuan
dasar mengenai konsep-konsep yang akan mereka pelajari. Pengetahuan tersebut
dapat menjadi dasar dalam kepekaan melihat masalah, menilai, menganalisis
maupun mengaitkan konsep-konsep baru berdasarkan konsep yang telah mereka
ketahui. Meyers (1986:6) mengemukakan bahwa “one cannot possibly think
critically about history without a basic knowledge of the content and theory of
history.” (Seseorang tidak mungkin berpikir kritis tanpa pengetahuan dasar
tentang isi dan teori).
Seringkali siswa mengalami kesulitan dalam mengembangkan keterampilan
berpikir kritisnya karena mereka tidak memiliki suatu pengetahuan tertentu. Hal
ini disebabkan karena tidak adanya keterkaitan antara pengetahuan baru dengan
pengetahuan sebelumnya, atau bahkan pengetahuan awal belum dimiliki siswa.
Berdasarkan pendapat tersebut berpikir dasar dalam arti pengetahuan awal
merupakan faktor internal yang penting dalam pelaksanaan metode pembelajaran
sehingga dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa.
Dalam pembelajaran guru tentu mengetahui bahwa setiap siswa memiliki
pengetahuan awal yang berbeda-beda. Siswa dengan pengetahuan awal yang baik
akan mampu menerima materi baru dan berpikir dengan lebih baik. Pengetahuan
awal tersebut akan menjadi input dalam proses belajar sehingga hasil belajar
menjadi lebih optimal. Begitu pula dalam proses belajar menggunakan metode
pembelajaran simulasi permainan. Keterlibatan siswa secara praktik menyerupai
kenyataan yang sebenarnya dalam bentuk permainan ditambah dengan faktor
intern pengetahuan awal siswa diharapkan akan membuat perkembangan
keterampilan berpikir kritis siswa lebih optimal.
Berdasarkan pendapat di atas, maka peneliti peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Metode Pembelajaran Simulasi
7
Lira Rachmawati, 2015
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengetahuan Awal Siswa (Quasi Eksperimen pada Mata Pelajaran Pengantar
Ekonomi dan Bisnis Materi Elastisitas Permintaan di Kelas X AK SMK Pasundan 1 Bandung).”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa antara sebelum
dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode simulasi permainan?
2. Apakah terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa antara sebelum
dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah bervariasi?
3. Apakah peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas yang
menggunakan metode simulasi permainan lebih tinggi dibandingkan dengan
kelas yang menggunakan metode ceramah bervariasi?
4. Apakah terdapat pengaruh pengetahuan awal siswa terhadap peningkatan
keterampilan berpikir kritis siswa?
5. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran simulasi permainan
dengan pengetahuan awal terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis
siswa?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa antara
sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode simulasi
permainan.
2. Untuk mengetahui perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa antara
sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah
8
3. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas
yang menggunakan metode simulasi permainan lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas yang menggunakan metode ceramah bervariasi.
4. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan awal siswa terhadap peningkatan
keterampilan berpikir kritis siswa.
5. Untuk mengetahui interaksi antara metode pembelajaran simulasi permainan
dengan pengetahuan awal terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis
siswa.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Bagi Siswa
Pembelajaran ini dapat membantu siswa dalam proses berpikir
terutama berpikir kritis menyelesaikan masalah dalam materi pelajaran,
menambah pengalaman siswa dalam kegiatan pembelajaran, meningkatkan
kemampuan kognitif siswa, melatih siswa untuk belajar mandiri, serta
meningkatkan kerjasama antar siswa dan rasa tanggung jawab untuk meraih
prestasi hasil belajar terbaik.
2. Bagi Guru
Informasi yang disampaikan dapat menambah variasi strategi mengajar
untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dan meningkatkan
proses belajar mengajar di sekolah.
3. Bagi Sekolah
a. Dapat merangsang guru-guru lain untuk memperbaiki pembelajaran yang
di terapkan.
b. Sebagai suatu sumbangan pemikiran dalam upaya peningkatan kualitas
9
Lira Rachmawati, 2015
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Metode dan Desain Penelitian
3.1.1 Metode Penelitian
Penelitian menggunakan metode penelitian eksperimen semu (Quasi
Experimental Research) yaitu suatu jenis eksperimen yang tidak sebenarnya
karena jenis eksperimen ini belum memenuhi persyaratan seperti cara
eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu
(Suharsimi, 2010:123).
Dalam penelitian ini melibatkan dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Dari kelas terpilih, kelas eksperimen diberi pembelajaran
pengantar ekonomi dan bisnis dengan metode pembelajaran simulasi permainan
sedangkan kelas kontrol diberi metode pembelajaran ceramah bervariasi.
3.1.2 Desain Penelitian
Desain Penelitian yang digunakan adalah factorial design 2x2. Menurut Sugiono (2010:76) bahwa, “Faktorial desain yaitu desain yang memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi perlakuan
(variabel bebas) terhadap hasil (variabel terikat).” Desain faktorial dalam
penelitian ini digunakan untuk membandingkan kelas eksperimen yang
menggunakan metode pembelajaran simulasi permainan dan kelas kontrol yang
menggunakan metode bersifat konvensional yaitu metode ceramah bervariasi
dengan memperhatikan pengetahuan awal siswa sebagai variabel moderator.
Paradigma desain faktorial pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
Tabel 3. 1
Paradigma Desain Faktorial
Pengetahuan Awal Siswa
Metode Pembelajaran
36
Lira Rachmawati, 2015
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PAT ME/PAT MK/PAT
PAR ME/PAR MK/PAR
Keterangan:
ME : Metode eksperimen (Metode Simulasi Permainan)
MK : Metode konvensional (Metode Ceramah bervariasi)
PAT : Pengetahuan awal tinggi
PAR : Pengetahuan awal rendah
ME/PAT : Keterampilan berpikir kritis kelompok siswa dengan pengetahuan awal tinggi dengan menggunakan metode eksperimen (simulasi permainan)
ME/PAR : Keterampilan berpikir kritis kelompok siswa dengan pengetahuan awal rendah dengan menggunakan metode eksperimen (simulasi permainan)
MK/PAT : Keterampilan berpikir kritis kelompok siswa dengan pengetahuan awal tinggi dengan menggunakan metode konvensional (ceramah bervariasi)
MK/PAR : Keterampilan berpikir kritis kelompok siswa dengan pengetahuan awal rendah dengan menggunakan metode konvensional (ceramah bervariasi)
3.2Objek Penelitian dan Subjek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah keterampilan berpikir kritis pada mata
pelajaran pengantar ekonomi dan bisnis dengan menggunakan metode
pembelajaran simulasi permainan. Sedangkan yang menjadi subjek dalam
penelitian ini adalah siswa SMK Pasundan 1 Bandung Kelas X AK yang terdiri
Kelas Jumlah Siswa Laki-laki Perempuan
Simulasi Permainan 44 2 42
Kontrol 44 1 43
Berdasarkan hasil pemilihan secara acak diperoleh kelas X AK 2 sebagai
37
eksperimen dikenakan perlakuan metode pembelajaran simulasi permainan
dengan jumlah siswa 44 orang siswa yang terdiri dari 2 orang siswa laki-laki dan
42 orang siswa perempuan. Sedangkan kelas X AK 1 sebagai kelas kontrol
dengan jumlah siswa 44 orang siswa yang terdiri dari 1 orang siswa laki-laki dan
43 orang siswa perempuan.
Jangka waktu penelitian ditetapkan selama 5 kali pertemuan. Karena
penelitian ini dilakukan dalam waktu kurang dari satu tahun maka metode yang
digunakan adalah cross sectional method, yaitu suatu penelitian dimana
variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan variabel-variabel-variabel-variabel yang termasuk efek
diobservasi sekaligus pada waktu yang sama (Notoatmodjo 2010:37).
3.3Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.3.1 Variabel Penelitian
Variabel Penelitian dalam penelitian ini terdiri dari:
1) Variabel bebas yaitu metode pembelajaran simulasi permainan
2) Variabel terikat yaitu keterampilan berpikir kritis siswa
3) Variabel moderator yaitu pengetahuan awal siswa.
3.3.2 Definisi Operasional Konsep
Definisi operasional merupakan penjabaran mengenai pengertian
variabel penelitian. Dalam penelitian ini terdapat beberapa pengetian yang perlu
untuk dijabarkan, antara lain:
1. Keterampilan berpikir kritis
Keterampilan berpikir kritis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
keterampilan dalam menganalisis masalah, menentukan alternatif pemecahan
masalah, serta mengambil keputusan yang terbaik untuk mengatasi masalah
dengan mempertimbangkan konsekuensinya melalui pemikiran-pemikiran.
Keterampilan berpikir kritis dilihat dari indikator antara lain:
a. Eksplanasi : menyatakan hubungan sebab akibat dan memberikan alasan
38
Lira Rachmawati, 2015
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Analisis : menentukan hubungan-hubungan yang logis diantara
konsep-konsep
c. Interpretasi: memahami dan mengekspresikan hal-hal yang penting dalam
suatu data maupun kejadian melalui klarifikasi makna, ketegorisasi
maupun pengelompokkan
d. Evaluasi : membuat pertimbangan dan penilaian berdasarkan kelemahan
dan kelebihan
e. Inferensi : menyimpulkan dan memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari
suatu kejadian
2. Metode Pembelajaran Simulasi Permainan
Metode pembelajaran simulasi permainan adalah pembelajaran dimana
siswa menggambarkan pengambil keputusan dalam lingkungan simulasi dan
berusaha untuk mencapai tujuan tertentu, sesuai dengan peraturan dan prosedur
yang ditentukan (Banaszak, 1983:71). Pada dasarnya pembelajaran simulasi
permainan ini merupakan penggambaran dari dunia nyata yang disajikan dalam
bentuk permainan untuk menciptakan pembelajaran yang aktif serta
membangun pemikiran kritis siswa terhadap permasalahan selama proses
pembelajaran. Melalui metode ini guru hanya bertindak sebagai fasilitator, yang
berperan aktif adalah siswa, sehingga metode ini dapat menciptakan
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning).
Langkah-langkah metode simulasi permainan menurut Joyce (2009:441)
yaitu
1) tahap orientasi
2) tahap latihan partisipan
3) tahap pelaksanaan simulasi
4) wawancara partisipan.
Tabel 3. 3
Tahapan Metode Pembelajaran Simulasi Permainan
39
a. Menyajikan topik luas
mengenai simulasi dan konsep yang akan dipakai dalam aktivitas simulasi
b. Menjelaskan simulasi dan permainan
c. Menyajikan ikhtisar simulasi
a. Membuat skenario (aturan, peran, prosedur, skor, tipe keputusan yang akan dipilih dan tujuan) b. Menugaskan peran
c. Melaksanakan praktik dalam jangka waktu yang singkat
Tahap ketiga : Pelaksanaan Simulasi
Tahap empat: wawancara partisipan
a. Memimpin aktivitas permainan dan administrasi permainan b. Mendapatkan umpan balik dan
evaluasi (mengenai penampilan dan pengaruh keputusan) c. Menjelaskan kesalahan
konsepsi
d. Melanjutkan simulasi
a. Menyimpulkan kejadian dan persepsi
b. Menyimpulkan kesulitan dan pandangan-pandangan c. Menganalisis proses d. Membandingkan aktivitas
simulasi dengan dunia nyata e. Menghubungkan aktivitas
simulasi dengan materi pelajaran f. Menilai dan kembali merancang
simulasi Sumber : Joyce (2009:441)
Metode pembelajaran ini berbeda dengan metode pembelajaran ceramah
bervariasi yang dilakukan pada kelas kontrol. Metode pembelajaran ceramah
bervariasi menggunakan ceramah murni yang hanya efektif 15 menit setelah itu
diganti dengan metode tanya jawab atau metode diskusi kelompok. (Gulo,
2004:142)
2. Pengetahuan awal (prior knowledge)
Pengetahuan awal merupakan pengetahuan yang telah dimiliki dan
tersimpan dalam otak seseorang yang dapat dipergunakan dalam mengkontruksi
pengetahuan baru. Dalam penelitian ini, pengetahuan awal diukur dari tes
pengetahuan siswa mengenai materi sebelumnya yaitu hukum permintaan. Tes
ini dilakukan secara tertulis dalam bentuk pilihan ganda.
3.4Alat Tes Penelitian
40
Lira Rachmawati, 2015
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tes berpikir kritis terdiri dari tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest).
Kedua soal tes tersebut adalah sama (ekuivalen). Tes awal dilakukan pada awal
pembelajaran untuk mengukur kemampuan awal kedua kelompok serta untuk
mengetahui bahwa kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama. Tes
akhir diberikan setelah proses belajar mengajar berakhir. Hasil tes akhir ini
digunakan untuk melihat peningkatan berpikir kritis siswa pada kedua kelompok
mana yang lebih baik.
Tes berpikir kritis ini dilakukan secara tertulis dalam bentuk uraian.
Menurut Safari (2008:53) bahwa kelebihan soal bentuk uraian antara lain:
1. Penyusunan soal tidak memerlukan waktu lama
2. Mengembangkan kemampuan bahasa/verbal peserta ujian 3. Menggali kemampuan berpikir kritis
4. Biaya pembuatannya lebih murah
5. Mampu mengukur jalan pikiran siswa secara urut, sistematis, logis 6. Mampu memberikan penskoran yang tepat pada setiap langkah siswa 7. Mampu memberikan gambaran yang tepat pada bagian-bagian yang belum
dikuasai siswa.
Langkah-langkah dalam penyusunan tes keterampilan berpikir kritis
siswa meliputi :
1. Menentukan KD
1.1Menganalisis makna elastisitas permintaan dalam perekonomian
1.2Menganalisis perbedaan jenis elastisitas permintaan
1.3Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi elastisitas permintaan
2. Menentukan Tujuan Pembelajaran :
Setelah pembelajaran menggunakan metode pembelajaran simulasi
permainan, siswa dapat :
a. Memberikan alasan pentingnya elastisitas permintaan dalam bidang ekonomi
b. Menjelaskan keterkaitan hukum permintaan dengan elastisitas
permintaan
c. Mengelompokkan barang-barang berdasarkan jenis elastisitas
permintaannya.
41
e. Membedakan kurva permintaan elastis dan inelastis
f. Mempertimbangkan keputusan kebijakan berdasarkan elastisitas
permintaan suatu barang
g. Memprediksi akibat kenaikan harga suatu barang terhadap jumlah
permintaan barang substitusinya
h. Menyatakan penyebab meningkatnya permintaan pada suatu peristiwa
3. Membuat kisi-kisi tes (Tabel 3.4)
4. Menyusun soal tes keterampilan berpikir kritis berdasarkan kisi-kisi
5. Melakukan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda
Tabel 3. 4
Kisi-kisi Alat Tes Berpikir Kritis
Kompetensi Dasar Indikator Berpikir Kritis
42
Lira Rachmawati, 2015
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Evaluasi :
3.4.2 Tes pengetahuan awal siswa
Tes pengetahuan awal dilakukan pada awal pembelajaran untuk
menggolongkan antara siswa yang tingkat pengetahuan awalnya rendah dan
tinggi. Tes pengetahuan awal berbentuk pilihan ganda dengan soal berdasar
pada materi sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari
yaitu hukum permintaan. Banyak soal pada tes ini sebanyak 20 Soal. Setiap soal
diberikan skor 5 poin.
Langkah-langkah dalam penyusunan tes pengetahuan awal siswa
meliputi:
1) Membuat kisi-kisi tes
2) Menyusun tes pengetahuan awal (Tabel 3.5)
3) Melakukan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.
Tabel 3. 5
Kisi-kisi Alat Tes Pengetahuan Awal
43
Menghitung fungsi permintaan suatu barang
4,5,6
Menunjukkan kurva permintaan berdasarkan fungsi permintaan
7
Menggabungkan kurva permintaan perseorangan menjadi kurva permintaan pasar
8
Menafsirkan kurva permintaan 9
Menjelaskan keterkaitan harga barang itu sendiri maupun harga barang lain dengan permintaan Menunjukkan gerakan sepanjang dan
perubahan kurva permintaan
18,19, 20
3.5Analisis Uji Alat Tes
Sebelum tes disebarkan pada sampel penelitian, dilakukan pengujian pada soal
tes melalui uji validitas, reliabilitas, uji daya pembeda serta uji tingkat kesukaran.
Pengujian terhadap alat tes menggunakan bantuan software computer SPSS for
windows versi 21.0.
3.5.1 Uji Validitas
Validitas berarti ketepatan (keabsahan) instrument terhadap yang
dievaluasi. Suatu instrumen yang valid atau sahih apabila t hitung > t tabel. Untuk
mengetahui validitas item digunakan rumus korelasi product moment yaitu
sebagai berikut :
rxy = Koefisien korelasi
44
Lira Rachmawati, 2015
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Y = Skor total siswa untuk seluruh soal tes
n = Jumlah siswa yang mengikuti tes
Setelah harga koefisien korelasi ( ) atau disebut juga r hitung diperoleh,
harus dikonfirmasikan dengan harga distribusi r dengan taraf signifikasi (α) = 0,05 yang artinya peluang membuat kesalahan sebesar 5% setiap item akan
terlihat tingkat kesalahannya. Apabila harga r hitung > r tabel maka korelasi
tersebut dinilai valid (signifikan) dan sebaliknya. (Suharsimi Arikunto, 2013:89)
Dalam penelitian ini, dilakukan uji coba baik pada soal tes keterampilan
berpikir kritis yang berbentuk uraian maupun soal tes pengetahuan awal yang
berbentuk pilihan ganda. Koefisien rtabel ditentukan dengan dk = n-2 dengan
taraf kepercayaan 95% = 0,05. Jumlah responden dalam uji coba soal adalah 40
orang dengan dk = 40 – 2 = 38 (0,320) didasarkan pada ttabel product moment.
Rincian hasil uji validitas tersebut dapat dilihat pada tabel 3.6 dan 3.7 berikut.
Tabel 3. 6
Rekapitulasi Validitas Item Alat Tes Keterampilan Berpikir Kritis No. Soal Koefisien r hitung Koefisien r tabel Keterangan
1 0,768 0,320 Valid
Rekapitulasi Validitas Item Alat Tes Pengetahuan Awal No. Soal Koefisien r hitung Koefisien r tabel Keterangan
45
8 0.409 0,320 Valid
9 0.436 0,320 Valid
10 0.422 0,320 Valid
11 0.158 0,320 Tidak Valid
12 0.443 0,320 Valid
13 0.506 0,320 Valid
14 0.528 0,320 Valid
15 0.396 0,320 Valid
16 0.371 0,320 Valid
17 0.498 0,320 Valid
18 0.388 0,320 Valid
19 0.252 0,320 Tidak Valid
20 0.473 0,320 Valid
3.5.2 Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah suatu
instrumen memiliki taraf kepercayaan yang tinggi atau rendah. Reliabilitas tes
kemampuan berpikir kritis dan pengetahuan awal ditentukan dengan
menggunakan rumus Cronbach-Alpha. Data diolah dengan bantuan aplikasi
SPSS for windows versi 21.0 dan diperoleh nilai r.
Acuan untuk menginterprestasikan derajat reliabilitas instrumen tes
digunakan kriteria sebagai berikut.
Tabel 3. 8
Kriteria Reliabilitas Instrumen Koefisien Reliabilitas (r11) Kriteria
r11< 0,20 Reiabilitas sangat rendah
0,20 ≤ r11< 0,40 Reliabilitas rendah
0,40 ≤ r11< 0,70 Reliabilitas sedang
0,70 ≤ r11< 0,90 Reliabilitas tinggi
0,90 ≤ r11< 1,00 Reliabilitas sangat tinggi
Sumber: Jihad (2013:181)
Berdasarkan hasil uji coba alat tes yang telah dilakukan, diperoleh nilai
koefisien r pada alat tes keterampilan berpikir kritis sebesar 0,788 dan nilai
46
Lira Rachmawati, 2015
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang telah diuji cobakan memiliki reliabilitas tinggi. Rincian hasil uji reliabilitas
tersebut dapat dilihat pada tabel 3.9 dan 3.10 berikut
Tabel 3. 9
Reliabilitas Item Alat Tes Keterampilan Berpikir Kritis
Cronbach's Alpha N of Items
.788 8
Tabel 3. 10
Reliabilitas Item Alat Tes Pengetahuan Awal
Cronbach's Alpha N of Items
.753 20
3.5.3 Uji Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan
antara siswa yang memiliki keterampilan kritis tinggi dan siswa yang memiliki
keterampilan kritis rendah. Rumus yang digunakan adalah:
DP =
(2013:181) dapat dilihat pada tabel 3.11 berikut.
Tabel 3. 11
Klasifikasi Daya Pembeda
Daya Pembeda Klasifikasi
0,40 atau lebih Sangat baik
0,30- 0,39 Cukup baik, mungkin perlu diperbaiki
0,20-0,29 Minimum, perlu diperbaiki
47
Berdasarkan hasil perhitungan uji beda dari 8 soal tes keterampilan
berpikir kritis yang diujicobakan terdapat 1 soal berkategori jelek, 3 soal
berkategori cukup baik dan 3 soal berkategori sangat baik. Sedangkan pada uji
beda soal tes pengetahuan awal terdapat 1 soal berkategori jelek, 1 soal
berkategori cukup baik dan 18 soal berkategori sangat baik. Hasil perhitungan
daya pembeda soal keterampilan berpikir kritis dan pengetahuan awal tersebut
dapat dilihat pada tabel 3.12 dan 3.13 berikut.
Tabel 3. 12
Daya Pembeda Soal Tes Keterampilan Berpikir Kritis
No Soal Nilai Indeks Keterangan
1 0,455 Sangat Baik
2 0,364 Cukup baik
3 0,400 Sangat Baik
4 0,182 Jelek
5 0,341 Cukup Baik
6 0,477 Sangat Baik
7 0,386 Cukup Baik
8 0,432 Sangat Baik
Tabel 3. 13
Daya Pembeda Soal Tes Pengetahuan Awal
No Soal Nilai Indeks Keterangan
1 0.545 Sangat Baik
2 0.636 Sangat Baik
3 0.545 Sangat Baik
4 0.545 Sangat Baik
5 0.545 Sangat Baik
6 0.455 Sangat Baik
7 0.455 Sangat Baik
8 0.455 Sangat Baik
9 0.545 Sangat Baik
10 0.545 Sangat Baik
11 0.182 Jelek
12 0.545 Sangat Baik
13 0.636 Sangat Baik
14 0.636 Sangat Baik
48
Lira Rachmawati, 2015
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu No Soal Nilai Indeks Keterangan
16 0.455 Sangat Baik
17 0.545 Sangat Baik
18 0.455 Sangat Baik
19 0.364 Cukup Baik
20 0.545 Sangat Baik
3.5.4 Uji Tingkat Kesukaran
Analisis indeks kesukaran tiap butir soal dilakukan untuk mengetahui
tingkat kesukaran masing-masing soal yang diberikan, apakah soal tersebut
termasuk kategori mudah, sedang atau sukar. Karena bentuk tes yang digunakan
adalah tes uraian, maka rumus yang digunakan untuk mengetahui indeks
kesukaran tiap butir soal adalah (Suherman, 2003:170) sebagai berikut:
IK = SM I
x
Keterangan: x = nilai rata-rata siswa SMI = skor maksimal ideal
Klasifikasi indeks kesukaran butir soal menurut Jihad (2013:182) seperti
tampak pada tabel berikut.
Tabel 3. 14
Klasifikasi Tingkat Kesukaran
Interpretasi Tingkat Kesukaran Kriteria
0,00 - 0,30 Sukar
0,31 - 0,70 Sedang
0,71 - 1,00 Mudah
Berdasarkan hasil perhitungan uji tingkat kesukaran dari 8 soal tes
keterampilan berpikir kritis yang diujicobakan terdapat 1 soal berkategori sukar,
7 soal berkategori sedang. Sedangkan pada uji beda soal tes pengetahuan awal
terdapat 2 soal berkategori sukar, 15 soal berkategori sedang dan 3 soal
berkategori mudah. Hasil perhitungan uji tingkat kesukaran soal keterampilan
berpikir kritis dan pengetahuan awal tersebut dapat dilihat pada tabel 3.15 dan
49
Tabel 3. 15
Tingkat Kesukaran Soal Tes Keterampilan Berpikir Kritis
No. Soal Nilai Indeks Keterangan
1 0.338 Sedang
2 0.613 Sedang
3 0.630 Sedang
4 0.625 Sedang
5 0.656 Sedang
6 0.269 Sukar
7 0.669 Sedang
8 0.694 Sedang
Tabel 3. 16
Tingkat Kesukaran Soal Tes Pengetahuan Awal
No. Soal Nilai Indeks Keterangan
1 0.675 Sedang
2 0.650 Sedang
3 0.675 Sedang
4 0.625 Sedang
5 0.650 Sedang
6 0.225 Sukar
7 0.800 Mudah
8 0.625 Sedang
9 0.275 Sukar
10 0.625 Sedang
11 0.775 Mudah
12 0.675 Sedang
13 0.475 Sedang
14 0.625 Sedang
15 0.550 Sedang
16 0.725 Mudah
17 0.675 Sedang
18 0.675 Sedang
19 0.625 Sedang
50
Lira Rachmawati, 2015
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan hasil uji coba alat tes di atas, maka rekapitulasi hasil uji coba
tes keterampilan berpikir kritis dan tes pengetahuan awal tersebut disajikan pada
tabel 3.17 dan tabel 3.18 berikut.
Tabel 3. 17
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Keterampilan Berpikir Kritis
Butir
Sedang Sangat Baik Dipakai
2 Valid Sedang Cukup baik Dipakai
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes Pengetahuan Awal
Butir
Sedang Sangat Baik Dipakai
2 Valid Sedang Sangat Baik Dipakai
Valid Mudah Jelek Tidak Dipakai
51
Valid Sedang Cukup Baik Tidak Dipakai
20 Valid Sedang Sangat Baik Dipakai
3.6Teknik Pengolahan Data
Setelah data diperoleh kemudian dianalisis baik data hasil tes keterampilan
berpikir kritis maupun hasil tes pengetahuan awal. Data yang diperoleh tersebut
belum merupakan data yang akurat maka data tersebut harus diolah dengan
tahapan sebagai berikut:
3.6.1 Pengolahan Data Tes Keterampilan Berpikir Kritis
Data hasil tes keterampilan berpikir kritis terdiri dari pretest dan postest.
Kedua data ini diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Memberikan skor/nilai jawaban siswa dengan pedoman penskoran sebagai
berikut.
Tabel 3. 19
Pedoman Penskoran Keterampilan Berpikir Kritis
No Indikator Soal Respon Siswa Terhadap Soal Skor
1 Memberikan alasan
pentingnya elastisitas permintaan dalam bidang ekonomi
Tidak menjawab atau memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan
0
Jawaban sesuai pertanyaan tetapi jawaban tidak ada yang benar
1
Bisa menemukan konsep tetapi belum bisa menyimpulkan alasan pentingnya elastisitas permintaan
2
Bisa menemukan konsep serta bisa
menyimpulkan alasan pentingnya
elastisitas permintaan tetapi belum tepat
3
Bisa menemukan konsep, bisa
menyimpulkan alasan pentingnya
elastisitas permintaan dengan tepat
4
2 Menjelaskan
keterkaitan hukum
Tidak menjawab atau memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan
52
Lira Rachmawati, 2015
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu permintaan dengan
elastisitas permintaan
pertanyaan
Jawaban sesuai pertanyaan tetapi jawaban tidak ada yang benar
1
Bisa menemukan konsep tetapi belum bisa menghubungkan antara konsep yang didapat
2
Bisa menemukan konsep serta bisa menghubungkan antara konsep yang didapat tetapi belum tepat
3
Bisa menemukan konsep, bisa
menghubungkan antara konsep yang didapat dengan tepat
Tidak menjawab atau memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan
0
Mengelompokkan satu barang sesuai jenis elastisitasnya
1
Mengelompokkan dua barang sesuai jenis elastisitasnya
2
Mengelompokkan tiga barang sesuai jenis elastisitasnya
3
Mengelompokkan empat barang
sesuai jenis elastisitasnya
4
Mengelompokkan semua barang
sesuai jenis elastisitasnya
5
4 Menentukan jenis
elastisitas permintaan suatu barang
Tidak menjawab atau memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan
0
Jawaban sesuai pertanyaan tetapi jawaban tidak ada yang benar
1
Bisa menentukan jenis elastisitas permintaan suatu barang tetapi belum bisa menjelaskan alasan
2
Bisa menentukan jenis elastisitas
permintaan suatu barang serta
menjelaskan alasan namun belum tepat
3
Bisa menentukan jenis elastisitas
permintaan suatu barang serta
menjelaskan alasan dengan tepat
4
5 Membedakan kurva
permintaan elastis dan inelastis
Tidak menjawab atau memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan
53
Jawaban sesuai pertanyaan tetapi jawaban tidak ada yang benar
1
Bisa menentukan kurva permintaan elastis dan inelastis namun belum bisa menganalisis perbedaan kedua kurva
2
Bisa menentukan kurva permintaan elastis dan inelastis serta bisa menganalisis perbedaan kedua kurva namun belum tepat
3
Bisa menentukan kurva permintaan elastis dan inelastis serta bisa menganalisis perbedaan kedua kurva dengan tepat
Tidak menjawab atau memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan
0
Jawaban sesuai pertanyaan tetapi jawaban tidak ada yang benar
1
Bisa menemukan hal yang penting dari soal yang diberikan namun belum bisa mempertimbangkan keputusan
2
7 Memprediksi akibat
kenaikan harga suatu barang terhadap elastisitas permintaan barang substitusinya
Tidak menjawab atau memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan
0
Jawaban sesuai pertanyaan tetapi jawaban tidak ada yang benar
1
Bisa menemukan hal yang penting dari soal yang diberikan namun belum bisa memprediksi akibat kenaikan harga
2
Bisa menemukan hal yang penting dari soal yang diberikan serta bisa memprediksi akibat kenaikan harga namun belum tepat
3
54
Lira Rachmawati, 2015
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN SIMULASI PERMAINAN TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWADILIHAT DARI PENGETAHUAN AWAL SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dari soal yang diberikan serta bisa memprediksi akibat kenaikan harga dengan tepat
8 Menyatakan
penyebab permintaan bersifat elastis pada suatu peristiwa
Tidak menjawab atau memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan
0
Jawaban sesuai pertanyaan tetapi jawaban tidak ada yang benar
1
Bisa menemukan hal yang penting dari soal yang diberikan namun belum bisa menyatakan penyebab permintaan bersifat elastis
2
Bisa menemukan hal yang penting dari soal yang diberikan serta bisa
menyatakan penyebab permintaan
bersifat elastis namun belum tepat
3
Bisa menemukan hal yang penting dari soal yang diberikan serta bisa
menyatakan penyebab permintaan
bersifat elastis dengan tepat
4
2) Membuat tabel hasil skor dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3) Menghitung skor rata-rata dari tiap kelas dengan rumus:
ilai rata rata = otal skor siswajumlah
100
4) Menghitung normalisasi Gain antara nilai rata pretest dan nilai
rata-rata posttest secara keseluruhan, dengan menggunakan rumus:
ormalisasi ain = ilai ilai aksimum nilai nilai
100
Tabel 3.20
Kriteria Peningkatan Gain
Gain Ternormalisasi (G) Kriteria Peningkatan
G< 0,3 Peningkatan Rendah
0,3≤ ≤0,7 Peningkatan Sedang
G> 0,7 Peningkatan Tinggi
5) Menganalisis data melalui uji normalitas, uji homogenitas, dan uji
55
3.6.2 Pengolahan Data Tes Pengetahuan Awal
Tes pengetahuan awal dilakukan untuk mengukur pengetahuan siswa
mengenai materi sebelumnya yang berkaitan dengan elastisitas permintaan.
Hasil tes pengetahuan awal ini diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Memberikan skor dengan pedoman penskoran sebagai berikut:
a. Bila siswa menjawab benar diberi skor 1
b. Bila siswa menjawab salah diberi skor 0
2) Membuat tabel hasil skor dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3) Menghitung skor rata-rata ( ̅) keseluruhan untuk dijadikan patokan dalam
pengelompokkan pengetahuan awal.
4) Mengelompokkan siswa ke dalam 2 klasifikasi yaitu tinggi dan rendah
berdasarkan kriteria pada tabel 3.20 berikut:
Tabel 3. 21
Kriteria Pengelompokkan Pengetahuan Awal Siswa
Kelompok Kriteria Tinggi Skor > ̅ Rendah Skor < ̅
5) Menganalisis data melalui uji normalitas, uji homogenitas, dan uji
hipotesis.
3.7Teknik Analisis Data
Setelah data diolah, kemudian berlanjut pada tahap analisis data. Data yang
dinalisis baik data pretest dan postest keterampilan berpikir kritis maupun data tes
pengetahuan awal dilakukan dengan menggunakan bantuan software komputer
SPSS for windows versi 21.0 dengan uji statistik sebagai berikut:
3.7.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data kedua
kelas sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji